BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari berbagai analisa dan uraian yang terkait dengan dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Karakteristik Ruang Publik Eksklusif dan Inklusif Dalam penelitian ini karakteristik ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah secara umum terlihat dari besaran ruang, bentuk ruang, batas ruang dan zonasi ruang. Konsep ruang publik eksklusif merupakan ruang yang khas dengan cakupan masyarakat pengguna yang terbatas dan tertentu saja. Karena karakteristik ruang yang homogen itulah sehingga ruang eksklusif merupakan ruang yang egaliter. Hak dan tanggung jawab keruangan pada ruang eksklusif sangat tertutup pada masyarakat pengguna disekitar ruang tersebut. Karakteristik ruang yang tertutup tersebut menghasilkan sifat ruang yang tenang, tidak berisik, lengang (sepi), dan tidak sesak. Salah satu karakteristik ruang eksklusif adalah adanya kekuasaan dan kontrol sosial, yang pada akhirnya menghasilkan sifat rasa memiliki ruang yang tinggi. Sedangkan ruang inklusif merupakan ruang dengan cakupan masyarakat yang lebih luas dan tidak terbatas (terbuka). Macam aktivitas yang terjadi pada ruang tersebut lebih bervariasi, sehingga menghasilkan ruang yang ramai, cenderung berisik, dan penuh sesak. Ruang eksklusif merupakan ruang yang egaliter, sedangkan pada ruang inklusif merupakan ruang dengan bermacam strata dan lapisan sosial. Kekuasaan dan kontrol sosial pada ruang inklusif sangat kecil bahkan tidak ada sehingga rasa memiliki ruang pun rendah atau sangat kecil. Selanjutnya konsep ruang eksklusif-inklusif merupakan konsep ruang diantara ruang eksklusif dan ruang inklusif. 309

2 Dari sisi empiris, karakteristik ruang publik eksklusif dan inklusif yang terbentuk di permukiman masyarakat menengah ke bawah terjadi karena ada hubungan antara budaya, seperti menjadikan ruang publik (jalan) sebagai ruang komunikasi dan bersosialisasi, serta tempat berjualan (pasar sayur dan pasar loak). Kebiasaan dan pengalaman seseorang terhadap ruang dengan menggunakan ruang publik sebagai tempat menjemur pakaian dan hasil bumi (pala, cengkeh dan padi) serta tempat parkir kendaraan pribadi. Budaya, kebiasaan dan pengalaman seseorang sewaktu hidup di daerah rural akan terbawa terus walaupun telah hidup di perkotaan. Pola ini adalah pola adaptasi budaya terhadap lingkungan binaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Faktor-faktor yang Berperan dalam Proses Pembentukan Ruang Publik Eksklusif dan Inklusif Proses pembentukan ruang eksklusif dan inklusif sangat terkait dengan pola pemanfaatan ruang. Dimana hak dan tanggung jawab keruangan terkait dengan masyarakat pengguna ruang. Hal tersebut terjadi apabila batas-batas ruang terbentuk seperti batas fisik dan non fisik. Batas non fisik seperti taman bermain anak dikuasai dan didominasi oleh pengguna ruang selain anak-anak. Selain itu juga dibatasi dengan bentukan fisik berupa jalan, pagar pendek, atau parit. Karakter ruang publik yang dikuasai kelompok tertentu (anak-anak, PKL, dan sebagainya), meskipun termasuk ruang eksklusif tetapi tidak sepenuhnya, sehingga dapat dikatakan merupakan ruang publik eksklusif-inklusif. Hal yang menyebabkan kesamaan atau perbedaan pola dominasi kelompok dan proses dinamika pembentukan ruang ekslusif atau ruang inklusif di lokasi yang berbeda adalah karena faktor yang berperan dalam proses pembentukan ruang yang merupakan khas solusi ruang masyarakat menengah ke bawah bervariasi, seperti melakukan kegiatan privat di area publik (menjemur pakaian, menjemur hasil bumi/padi dan memarkir kendaraan), memanfaatkan jalan untuk hajatan pernikahan/kematian, dan sebagainya. Faktor-faktor yang berperan pada proses pembentukan ruang publik di permukiman masyarakat menengah ke bawah, adalah: 310

3 Pemahaman terhadap fungsi ruang publik oleh pengguna yang mendukung keeratan hubungan sosial diperlukan secara mendasar oleh masyarakat menengah ke bawah. Kondisi ekonomi dan rumah tinggal yang kurang mendukung menjadi dasar penggunaan ruang publik. Selanjutnya berdasarkan pada kajian proses pembentukan ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, akhirnya ditemukan beberapa faktor yang berperan dalam proses pembentukan yaitu faktor wadah ruang (off space) dan isi ruang (in space). Kedua faktor tersebut terjadi karena adanya proses bordering, clustering dan exclusion-inclusion process. Bordering process merupakan proses awal bagi terbentuknya ruang eksklusif dan ruang inklusif. Pada kondisi tertentu, pola ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi, kondisi hunian dan keeratan hubungan sosial antar warga di permukiman tersebut. Selain faktor tersebut diatas, faktor aksesibilitas dan lokasi juga sangat menentukan proses pembentukan ruang eksklusif dan ruang inklusif. Dimana aksesibilitas dan lokasi yang terbuka dan berbatasan langsung dengan kawasan lainnya lebih bersifat inklusif. Sedangkan aksesibilitas dan lokasi yang tertutup dan tidak berbatasan langsung dengan kawasan lainnya cenderung bersifat eksklusif Dinamika Ruang yang Terbentuk Pada Ruang Publik Eksklusif dan Inklusif Penelitian tentang ruang yang terbentuk dalam proses dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah lebih cenderung ke arah menjadikan ruang publik sebagai ruang privat terutama untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya komunal atau sosialisasi. Dinamika yang terjadi nampak dari hubungan antara aktivitas, pengguna/pelaku dan waktu. Di samping itu faktor perilaku keruangan, kepadatan ruang dan intensitas kegiatan dalam ruang turut mempengaruhi kedinamikaan ruang eksklusif dan ruang inklusif. Ruang inklusif merupakan ruang yang dinamis sehingga perkembangannya cukup pesat dan cepat. Sedangkan ruang eksklusif merupakan 311

4 ruang yang cenderung statis dan mengakibatkan perkembangan ruang yang lambat dan tetap. Hasil akhir dari penelitian dinamika ruang yang ada, menunjukkan pola tumpang tindih (superimposed) pada ruang eksklusif dan ruang inklusif. Pada permukiman masyarakat menengah ke bawah pola ruang yang terjadi hingga lima lapis. Lapis satu dan lapis dua merupakan ciri pola ruang eksklusif, dimana merupakan ruang yang privasinya tinggi, intensitas pemakaian jarang (60%-90%) dan hanya digunakan untuk dua macam kegiatan (kegiatan olahraga dan rekreasi). Sedangkan lapis ketiga merupakan ruang eksklusif-inklusif, ruang dengan intensitas pemakaiannya sedang (40%-50%) serta jumlah kegiatan yang ada sebanyak dua hingga tiga macam kegiatan (kegiatan olahraga, rekreasi dan atau kegiatan lainnya). Empat lapis hingga lima lapis merupakan ciri pola ruang inklusif, merupakan ruang yang intensitas pemakaiannya cukup/sangat tinggi (ruang yang cukup/sangat sering digunakan 70%-80%) dengan jumlah kegiatan yang cukup banyak dan bervariasi (kegiatan olahraga, rekreasi, komersil dan kegiatan lainnya). 6.2 SARAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT Kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, menghasilkan temuan-temuan yang dapat memberi konstribusi pada pengetahuan arsitektur terutama pengetahuan tentang konsep ruang publik eksklusif dan inklusif. Konsep ruang publik yang ditemukan dapat diterapkan pada permukiman lainnya di perkotaan, jika memiliki karakteristik utama, sebagai berikut: Permukiman berada di perkotaan Masyarakat penghuni bersifat heterogen Karakteristik ruang publik out door (ruang terbuka hijau) Hasil penelitian ini memberi konstribusi terhadap pengetahuan arsitektur tentang ruang publik di permukiman masyarakat menengah ke bawah, bahwa pada ruang publik terjadi proses eksklusifitas dan inklusifitas. Temuan nilai karakteristik eksklusifitas dan inklusifitas pada ruang publik perlu untuk 312

5 dikembangkan lebih lanjut. Berbagai karakteristik akan menambah kekayaan dalam merumuskan nilai eksklusifitas dan inklusifitas pada ruang publik. Banyak faktor mempengaruhi proses pembentukan ruang publik eksklusif dan inklusif. Bukan hanya faktor wadah ruang dan isi ruang saja, tetapi juga faktor kebutuhan ekonomi, kondisi hunian dan keeratan hubungan sosial antar warga di permukiman tersebut. Beberapa bagian pada penelitian disertasi ini, memiliki peluang untuk dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi penelitian lain dengan fokus yang berbeda. Peluang yang dapat dikembangkan dari penelitian pada disertasi ini adalah pada bagian fokus analisa, penelaah teori, dan alat analisa yang dipakai. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi pengambil keputusan pengembangan perkotaan untuk memperhatikan lebih jauh tentang distribusi ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah bila dikaitkan dengan permasalahan nyata yang dihadapi. 313