EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN"

Transkripsi

1 i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN JOHANNES I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 i ABSTRACT PARNAMIAN JOHANNES. EFFECTIVENESS OF COMMUNICATION BETWEEN CASH ASSISTANCE RECIPIENTS AND THE COMPANION OF PROGRAM KELUARGA HARAPAN. Case Balumbang Jaya Sub-Distinct, Bogor. (Supervised by AIDA VITAYALA S. HUBEIS) The objective of this study is analyzing: 1) characteristics of household cash assistance recipients in Balumbang Jaya sub-distinct, Bogor; 2) relation between the characteristics of cash assistance recipients and communication activities of group meeting in Balumbang Jaya sub-distinct; 3) relation between communication activities and the effectiveness of communication in Balumbang Jaya sub-distinct. The sampel of this research is 45 people. The result of the study indicates that 1) most of them do not have income, have children/grandchild/ nephew amounting to between three to five people. Most of cash assistance recipients adults aged with an average low income. They have low formal and non formal education. In most cash assistance recipients everyday use sunda language because they are Sundanese from Bogor area. 2) Not all characteristics of cash assistance recipients have significant relationship with communication activities in the form of group meeting. Characteristic of cash assistance recipients that have very significant relationship with communication activities is only variable language of communication and the number of child/grandchild/nephew. 3) Communication activities of group meetings have signficant relationship with knowledge, attitude and behavioral. Keywords: effectiveness of communication, communication activities, cash assistance recipients.

3 ii RINGKASAN PARNAMIAN JOHANNES. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN. Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. (Di bawah bimbingan AIDA VITAYALA S. HUBEIS) Program Keluarga Harapan (PKH) Kota Bogor merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan rumahtangga sangat miskin (RTSM) di Bogor dengan memberikan insentif berupa uang tunai kepada keluarga miskin yang mempunyai anak usia sekolah SD atau SMP, memiliki Balita atau terdapat ibu yang sedang hamil dalam keluarga tersebut. Pemberian dana kepada RTSM tersebut disertai dengan pendampingan yang bertujuan agar dana yang diterima dapat digunakan sesuai dengan tujuan PKH. Kegiatan pendampingan RTSM dilakukan oleh unit pelaksana program keluarga harapan (UPPKH) dimana pada setiap Kelurahan terdapat petugas PKH yang disebut sebagai pendamping. Kegiatan pendampingan RTSM dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok yang wajib dihadiri oleh seluruh RTSM. Aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH akan disebut efektif bila pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM menjadi lebih baik. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok yaitu karakteristik RTSM penerima bantuan PKH (usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, jumlah tanggungan dan penggunaan bahasa) dan efektivitas komunikasi (sikap, pengetahuan dan tindakan).

4 iii Populasi dari penelitian ini adalah RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat yang memiliki kriteria memiliki Balita dan anak usia sekolah SD atau SMP yang berjumlah 80 orang. Populasi yang digunakan tersebut didasari pada pemanfaatan terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dari populasi yang ada diambil sampel yang ada di setiap RW dengan jumlah keseluruhan sampel 45 orang (didapat dari perhitungan rumus Slovin). Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kuantitatif melalui pengisian kuesioner dan wawancara mendalam. Data dari penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara yang dilakukan saat pengisian kuesioner dan jawaban dari kuesioner tersebut berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang terkait aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi. Setelah data dikumpulkan lalu dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan alat uji statistik Chi-Square dan korelasi Spearman. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa mayoritas RTSM penerima dana PKH di Kelurahan Balumbang Jaya adalah ibu rumahtangga yang tidak memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak/keponakan/cucu yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu Bahasa Sunda dikarenakan mereka mayoritas berasal dari daerah Bogor.

5 iv Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata/sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi hanya penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. Penggunaan bahasa memiliki hubungan yang sangat nyata dengan aktivitas komunikasi karena bahasa yang digunakan RTSM merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pertanyaan, keluhan dan kritik kepada pendamping. Penggunaan bahasa yang baik akan membuat pendamping mengerti dan memahami permasalahan yang ada pada RTSM tersebut. Jumlah tanggungan juga merupakan variabel yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok karena jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM mengindikasikan seberapa sibuknya RTSM tersebut untuk mengurus anaknya. RTSM yang memiliki anak yang banyak akan cenderung memiliki lebih banyak halangan untuk hadir dalam pertemuan kelompok atau walaupun hadir tetapi tidak terlalu aktif berdiskusi karena menjaga anaknya agar tidak menangis. Sementara itu variabel karakteristik RTSM yang tidak berhubungan dengan aktivitas komunikasi adalah usia, status pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Hasil analisis hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi juga didapat bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok memiliki hubungan nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM. Hubungan nyata antara aktivitas komunikasi dan pengetahuan begitu pula antara aktivitas komunikasi dan sikap tidak dapat dilihat dengan menggunakan

6 v alat pengolahan data karena 100 persen RTSM memiliki pengetahuan yang tinggi dan 100 persen RTSM juga memiliki sikap yang positif. Hubungan nyata antara aktivitas komunikasi dengan kedua variabel tersebut didapat dari hasil wawancara mendalam dimana seluruh RTSM menyampaikan bahwa pertemuan kelompok yang diadakan pendamping membuat pengetahuan mereka tentang PKH bertambah. Hal tersebut juga terjadi pada sikap seluruh RTSM yang menjadi positif setelah mendapat pendampingan oleh pendamping PKH. Hubungan yang nyata antara aktivitas komunikasi dan tindakan RTSM menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki keaktifan yang tinggi saat pertemuan kelompok cenderung akan memiliki tindakan yang tinggi sesuai dengan prosedur PKH. Saat RTSM aktif bertanya, menyampaikan keluhan atau kritik berkaitan tentang program PKH dan mereka mendengarkan informasi dari pendamping dengan baik maka mereka akan bertindak lebih sesuai dengan prosedur PKH. Hal tersebut juga dilengkapi saat wawancara mendalam dimana sebagian besar RTSM yang tindakannya tidak sesuai dengan prosedur PKH memang saat pertemuan kelompok RTSM tersebut tidak aktif bertanya dan pada saat pendamping memberi informasi tentang PKH, RTSM tersebut tidak mendengarkan dengan baik.

7 vi EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Studi kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh: PARNAMIAN JOHANNES I SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

8 vii DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Parnamian Johannes NRP : I Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Efektivitas Komunikasi antara Rumahtangga Sangat Miskin Penerima Bantuan Tunai dan Pendamping Program Keluarga Harapan Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis NIP Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus:

9 viii PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN KASUS KELURAHAN BALUMBANG JAYA KECAMATAN BOGOR BARAT KOTA BOGOR BELUM DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT DAN SAYA BERSEDIA MEMBERI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PERNYATAAN INI. Bogor, Februari 2010 Parnamian Johannes I

10 ix RIWAYAT HIDUP Parnamian Johannes (penulis) lahir di Jakarta, 11 Oktober Penulis merupakan anak ke enam dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak L.M Nababan (Alm) dan Ibu R. Sipayung. Penulis merupakan keturunan suku Batak. Penulis memiliki riwayat pendidikan masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 05 Pagi Duren Sawit pada tahun , setelah itu penulis melanjutkan ke SLTPN 194 Jakarta Timur pada tahun , dan SMUN 71 Jakarta Timur pada tahun Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI dan pada tahun kedua penulis memilih untuk melanjutkan ke Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Penulis memenuhi aktivitas Perkuliahan di Institut Pertanian Bogor dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan penambahan pengetahuan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, disamping kegiatan yang bersifat olahraga penulis juga aktif pada kegiatan paduan suara mahasiswa. Berbagai kegiatan kejuaran paduan suara diikuti oleh penulis dengan tujuan untuk menambah pengalaman. Kegiatan tersebut selalu dilakukan penulis sampai akhirnya penulis mendapatkan gelar S1 di IPB hanya dalam waktu studi 3,5 tahun.

11 x KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kehendak-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi antara Rumahtangga Sangat Miskin Penerima Bantuan Tunai dan Pendamping Program Keluarga Harapan Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini untuk memahami dan menganalisis karakteristik RTSM penerima bantuan PKH, hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH (usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, jumlah tanggungan dan pengunaan bahasa) dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok, serta hubungan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan efektivitas komunikasi (pengetahuan, sikap dan tindakan). Bogor, Februari 2010 Penulis

12 xi UCAPAN TERIMAKASIH Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kehendak-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof.Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr.Ir. Amiruddin Saleh, MS. Selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis. 3. Martua Sihaloho, Msi. Selaku dosen penguji perwakilan departemen SKPM yang memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis. 4. Ayahanda tercinta L.M. Nababan (alm) dan Ibunda tercinta Rasonti Br. Sipayung yang telah melahirkan seorang anak yang membanggakan keluarga. 5. Ompu Boru tercinta di Pematang Siantar yang selalu menanti kelulusanku. 6. Saudara-saudaraku terkasih (Abang dan Kakak Johan, Abang dan Kakak Eca, Abang dan Kakak Pieter, Abang dan Kakak Oey serta Bungaran) yang telah memberikan dukungan, kepercayaan serta dorongan positif. 7. Para anggota Choir Katedral Bogor, Choir kategorial Exultate, Choir Andante yang selalu mendorong untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat kecil penulis yang selalu memberi dukungan (Artati yang selalu menanyakan perkembangan skripsi, Yoga, Ulan, Tia, Aini, Eri, Efriel, Janri, Intan, Pangeran, Novi, Mail dan Aan ) 9. Teman-teman KPMers 42, 43, 44 dan 45, teman-teman departemen lain serta petugas Sekretariat SKPM (Mbak Maria, Mbak Icha) yang selalu mendukung dan memberikan masukan. 10. Teman-teman penghuni Wisma Alma (Bapak. Abas, Lukman, Andi, Tanjung, Rezki, Hadi, Rian, Alif, Nobo, Iyan, Anton, Erlangga) semangat selalu. 11. Asep Nadzarullah, A.Md dan rekan-rekan pendamping PKH Kecamatan Bogor Barat yang selalu memberi dukungan.

13 xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL..... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian kegunaan Penelitian II. PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas Komunikasi Efektivitas Komunikasi Faktor-Faktor Efektivitas Komunikasi Kerangka Pemikiran Deskripsi dan Bagan Hipotesis Penelitian Definisi Operasional III. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penentuan Lokasi dan Waktu Teknik Pemilihan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis Sumberdaya Alam... 26

14 xiii Kondisi Demografi. 27 V. GAMBARAN UMUM PROGRAM KELUARGA HARAPAN Profil Program Keluarga Harapan Ketentuan Bantuan Program Keluarga Harapan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH Hubungan antara Karakteristik RTSM dan Aktivitas Komunikasi Variabel Karakteristik RTSM yang tidak Berhubungan Variabel Karakteristik RTSM yang berhubungan Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dan Efektivitas Komunikasi VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 68

15 xiv DAFTAR TABEL Halaman 1 Sebaran penggunaan lahan Kelurahan Balumbang Jaya.. 2 Sebaran jumlah penduduk Kelurahan Balumbang Jaya menurut kelompok umur dan jenis kelamin Sebaran mata pencaharian masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya 4 Sebaran tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya.. 5 Rencana tahapan cakupan penerima PKH Skenario bantuan PKH Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Tahun Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun

16 xv DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan kerangka pemikiran Skema penentuan sampel penelitian Sebaran umur RTSM penerima dana PKH Sebaran pekerjaan RTSM penerima dana PKH Sebaran pendapatan RTSM penerima dana PKH.. 6 Sebaran pendidikan formal RTSM penerima dana PKH... 7 Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima dana PKH Sebaran penggunaan bahasa RTSM penerima dana PKH Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima dana PKH

17 xvi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil analisis SPSS Kuesioner penelitian

18 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi yang didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Dirjen PMD Depdagri, 2003). Berbagai kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan kesejahteraan penduduk miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksitas permasalahan dan keterbatasan sumber daya yang dihadapi masyarakat miskin. Penanggulangan kemiskinan tidak dapat ditangani oleh satu sektor saja, tetapi harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait. Sasaran yang telah dibuat pada tahun 2000 adalah dimana Indonesia bersama dengan 188 negara menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) dan adapun delapan point MDGs adalah: 1. penanggulangan kemiskinan dan kelaparan 2. pemenuhan standar pendidikan dasar 3. meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan 4. mengurangi angka kematian bayi 5. meningkatkan kesehatan ibu 6. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya

19 2 7. mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan 8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Sejalan dengan tujuan MDGs tersebut dan sebagai kerangka penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, mulai Tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan umum Program ini adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas masyarakat tidak mampu terhadap layanan publik, khususnya pendidikan dan kesehatan. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai kepada rumahtangga sangat miskin (RTSM), program ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, melalui kewajiban yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku yang berkaitan dengan aktivitas perbaikan kesehatan dan status gizi serta peningkatan taraf pendidikan RTSM yang memiliki anak (PKH, 2008). Pelaksanaan PKH hingga tahun 2015 diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam upaya memutus rantai kemiskinan bagi RTSM dimana kepesertaan PKH tidak hanya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat penerima PKH saja, tetapi perubahan pola hidup dan perilaku yang menyangkut pendidikan dan perbaikan kesehatan dapat berdampak luas kepada masyarakat di wilayah dilaksanakannya program PKH. Dalam pelaksanaannya peserta yang menerima dana PKH akan menerima bantuan selama maksimal enam tahun. Hal ini berdasarkan pada pengalaman pelaksanaan program serupa di negara-negara lain yang menunjukkan bahwa selama lima sampai enam tahun peserta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

20 3 Faktor penting penunjang berjalannya program yaitu peran dari tim pendamping PKH. Dalam pelaksanaannya setiap RTSM yang menerima dana bantuan didampingi oleh pendamping dalam pengalokasian dana yang telah didapatkan agar tepat pada sasaran yaitu untuk pendidikan dan kesehatan. Peran pendamping PKH menjadi sangat penting karena mayoritas Penerima dana PKH merupakan RTSM yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga membutuhkan fasilitas pendampingan. Proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping PKH merupakan agenda rutin yang harus dilakukan sebagai upaya mengarahkan RTSM agar tepat dalam penggunaan dana bantuan tersebut. Pendampingan merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara rutin antara pendamping dengan rumahtangga sangat miskin (RTSM) penerima dana PKH. Efektivitas komunikasi antara kedua aktor tersebut menjadi sangat penting untuk dilihat karena komunikasi yang efektif di antara kedua aktor tersebut memungkinkan terjadinya perubahan pada diri penerima dana tersebut yang mengarah kepada perubahan yang positif dalam hal pengetahuan, sikap serta tindakan terkait pendidikan dan kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikatakan bahwa Program Keluarga Harapan merupakan salah satu solusi alternatif dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Program tersebut menjadi semakin terarah dengan adanya tim pendamping yang akan mendampingi RTSM penerima dana. Dengan adanya pendampingan memungkinkan RTSM mengerti mengenai tujuan dari Program Keluarga Harapan tersebut. Perubahan yang ada pada RTSM penerima bantuan menjadi indikator dari efektivitas komunikasi yang dilakukan antara

21 4 pendamping dengan RTSM, oleh karena itu penulis merasa penting untuk menganalisis hal-hal berikut: 1. Bagaimana karakteristik RTSM penerima bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya? 2. Bagaimana karakteristik RTSM penerima bantuan tunai dihubungkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok pada Program Keluarga Harapan? 3. Bagaimana aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dihubungkan dengan efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mendeskripsikan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya. 2. Menganalisis hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. 3. Menganalisis hubungan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kolompok antara penerima bantuan PKH dan pendamping dengan efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan.

22 5 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai efektivitas komunikasi dari Program Keluarga Harapan yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti para praktisi dan akademisi sebagai tambahan pengetahuan. Untuk praktisi kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan evaluasi keberlangsungan Program Keluarga Harapan dilihat dari sisi efektivitas komunikasinya. Untuk akademisi kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber literatur tentang program pemerintah yang juga dilihat dari sisi efektivitas komunikasi dan untuk menjadi bahan kajian lebih lanjut.

23 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka berada dalam usaha untuk menimbulkan pengertian bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), agar orang tersebut mengikuti, tahu, serta bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, sehingga mau melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain (Yusuf, 2004). Menurut Schramm dan Kincaid (1977) terdapat tiga ukuran untuk menilai dipercayai atau tidaknya sumber suatu pesan yaitu: (1) kecakapan dan kompetensi mengenai persoalan; (2) sampai berapa jauh sumber dapat dipercayai untuk mengatakan kebenaran; dan (3) kedinamisan dari sumber. Disebutkan oleh Berlo (1960) bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) dan pengaruh (effect). Rogers dan Kincaid (1982) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat berbagai informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Effendi (2000) mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikan, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi

24 7 menurutnya, ada empat yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat. Komunikasi dapat dipahami dengan tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai proses linear. Sebagai tindakan satuarah, suatu pemahaman popular mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mensyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) atau melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi. Komunikasi dianggap suatu proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau timbal balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan (Mulyana 2000 dalam Cahyanto 2007) Model Komunikasi Sebagai suatu proses sosial utama dalam kehidupan manusia dalam suatu sistem sosial, komunikasi merupakan urat nadi bagi terselenggaranya proses pembangunan sehingga mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, model komunikasi

25 8 pembangunan yang tepat tentu akan dapat menjawab tantangan dan mengatasi kendala yang muncul atau yang mungkin akan muncul. Djunaedi (2003) mengatakan bahwa terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi dan semangat zaman yang melingkunginya Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh informasi. Menurut Rahmat (2000) aktivitas komunikasi menunjukkan perilaku komunikan yang dipengaruhi oleh faktor personal (intern) dan faktor situasional (ekstern). Faktor personal merupakan faktor yang terpusat pada personal, berupa sikap, instink, kepribadian, sistem kognitif. Faktor internal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan sektor sosiopsikologis. Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan komponen afektif merupakan aspek emosional, kognitif merupakan aspek intelektual, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak. Menurut Effendy (2000) Salah satu aktivitas komunikasi adalah komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan dalam kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi kelompok

26 9 merupakan komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi yang berlangsung dengan jumlah orang dalam jumlah yang sedikit, disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication) sedangkan apabila jumlah orang yang berkomunikasi banyak dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication). Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada kognisi (pikiran) komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, dimana komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya dan dapat menyanggah. Komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (sikap) komunikan dan proses berlangsung secara linear (satu arah) (Anas, 2003). Komunikasi kelompok merupakan aktivitas komunikasi dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan kelompok akan mempengaruhi tercapainya tujuan anggota kelompok. Selain itu komunikasi kelompok merupakan salahsatu langkah untuk menyatukan persepsi anggota kelompok kerja, sehingga terjadi kesepahaman, dalam bertindak dalam mencapai tujuan dalam kelompok (Jufri, 2005) Efektivitas komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya keberhasilan yang telah ditetapkan. Yusuf (2004) mengemukakan efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen, dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dan perlu pula ukuran efisiensinya. Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber, sama dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

27 10 Djunaedi (2003) menyatakan bahwa prinsip efektif itu adalah kemampuan mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Sementara itu, Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi dimana hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) behavioral, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Sastropoetra (1988) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif haruslah 1) menggunakan lambang-lambang yang serasi dan tepat, 2) menggunakan media saluran yang tepat, 3) pesan yang disampaikan dapat menimbulkan minat dan perhatian, 4) pesan memberikan saran atau stimuli untuk pemecahan masalah. Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadi ukuran bagi komunikasi yang efektif yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan Menurut Cahyanto (2007), faktor-faktor karakteristik individu yang menentukan keefektivan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani adalah usia, pendidikan nonformal, motivasi dan tingkat pendapatan serta lama menjadi anggota kelompok tani. Hal lain yang menentukan adalah keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Djunaedi (2003), menyatakan bahwa variabel-variabel profil penerima yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi Imbal Swadaya adalah tingkat

28 11 pendidikan, intensitas komunikasi, pemilikan media komunikasi dan tingkat partisipasi dalam pembangunan. Sedangkan menurut Rahmani (2006) peran fasilitator atau pendamping berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek konatif dimana peran fasilitator lebih menjadi sebagai agen perubahan pada pemberdayaan mandiri lahan kering pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Pada pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Pontianak didapati program berjalan efektif saat komunikasi yang bersifat partisipatif dilakukan. Komunikasi tersebut memiliki tujuan mengetahui teknologi tepat guna yang baik untuk digunakan dalam penerapan program tersebut. Komunikasi dijalankan secara sirkuler dimana ada timbal balik di antara tim Prima Tani dan petani. Komunikasi partisipatif dinilai efektif dalam perencanaan program Prima Tani dilihat dari masukan-masukan yang diberikan oleh petani (Cahyanto (2007)) Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Menurut Eddy (2007) dua faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi yaitu: 1. Faktor pada komponen komunikan Faktor yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan dalam menyampaikan suatu pesan yaitu: (1) waktu yang tepat untuk suatu pesan, (2) bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti, (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, (4) jenis kelompok dimana komunikasi itu dilaksanakan. Seorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terdapat kondisi berikut sebagai simultan: (1) ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi; (2) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya

29 12 sesuai dengan tujuannya; (3) pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; serta (4) ia mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik. 2. Faktor pada komponen Komunikator Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source atrractiveness). a. Kepercayaan kepada komunikator kepercayaan pada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan merubah kepercayaannya kepada arah yang dikehendaki komunikator. b. Daya tarik komunikator Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa terdapat empat syarat pesan yang harus dipenuhi agar komunikasi menjadi efektif yaitu: (1) pesan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian, (2) pesan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti, (3) pesan harus dapat menimbulkan

30 13 kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi dan (4) pesan harus sesuai dengan situasi penerima. Dalam melakukan proses komunikasi dapat terjadi hambatan-hambatan komunikasi seperti pada komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dimana terdapat 10 indikator yaitu kurangnya pengetahuan, tingkat keterampilan berkomunikasi, tingkat perbedaan persepsi, tingkat penguasaan bahasa, tingkat pengendalian diri, tingkat perhatian, tingkat perbedaan umur, tingkat perbedaan gaya berkomunikasi, tingkat kredibilitas dan tingkat prasangka negatif (Damayanti, 2003) 2.2 Kerangka Pemikiran Mengacu pada pendekatan teoritis, Program Keluarga Harapan merupakan program yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui pemberian bantuan untuk pendidikan dan kesehatan. Tingkat keberhasilan dari Program Keluarga Harapan salahsatunya dapat dilihat dari berjalannya proses komunikasi yang dilakukan antara pendamping PKH dengan RTSM penerima bantuan PKH. Efektivitas komunikasi dapat dinilai dengan melihat perubahan yang terjadi pada RTSM penerima bantuan PKH. Perubahan yang terjadi sebagai dasar untuk melihat efektivitas dari suatu komunikasi dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari RTSM yang dijadikan sasaran dari komunikasi tersebut. Sebuah komunikasi yang efektif dapat terjadi saat aktivitas komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik pula. Dengan kata lain aktivitas komunikasi antara RTSM dengan pendamping memberi peran terhadap efektivitas komunikasi dari RTSM penerima bantuan PKH. Aktivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan terjadi antara RTSM penerima bantuan tunai dengan

31 14 pendamping PKH yang dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok. Pertemuan yang efektif dapat dihubungkan dengan karakteristik peserta pertemuan tersebut yang adalah RTSM penerima bantuan PKH sehingga diduga berhubungan dengan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Hubungan antar variabel pembangun kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

32 15 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH: Umur Status pekerjaan Tingkat pendapatan Pendidikan formal Pendidikan nonformal Penggunaan bahasa Jumlah tanggungan Aktivitas Komunikasi : Pertemuan Kelompok (Pendampingan) Efektivitas Komunikasi : Pengetahuan Sikap Tindakan Keterangan gambar: = Hubungan Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran

33 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan pernyataan yang masih belum teruji kebenarannya, masih harus diuji melalui riset mengumpulkan data empiris dan bersifat dugaan awal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini: a) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara usia dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. b) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara status pekerjaan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. c) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendapatan dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. d) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. e) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. f) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. g) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara jumah tanggungan (anak/keponakan/cucu) dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. h) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan pengetahuan dari RTSM penerima bantuan PKH.

34 17 i) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan sikap dari RTSM penerima bantuan PKH. j) Terdapat hubungan nyata atau sangat nyata antara aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok dan perubahan tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH. 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan pengertian mengenai variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat atau respon dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut. Batasan operasional untuk variabel-variabel dalam hipotesis atau kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai berikut: No Variabel Definisi Operasional Kategori Sumber data 1. Usia Satuan umur responden dalam tahun a. Muda: kurang dari 33 tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan b. Dewasa: antara 33 sampai 41 tahun c. Tua: Responden 2. Status pekerjaan Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh RTSM dalam kesehariannya lebih dari 41 tahun a. Buruh b. Pedagang c. Ibu rumah tangga Responden 3. Pendidikan formal 4. Pendidikan nonformal Jenjang pendidikan terakhir responden Pelatihan atau kursus yang pernah diikuti oleh responden dalam dua tahun terakhir 5. pendapatan Jumlah rupiah yang diperoleh oleh RTSM a. Rendah: lulusan SD b. Sedang: lulusan SMP c. Tinggi: lulusan SMA a. Tidak pernah b. Rendah: Pernah mengikuti (berkisar antara 1-2 kali) c. Tinggi: Pernah mengikuti (lebih dari dua kali) a. Tidak ada b. Rendah: Responden Responden

35 18 6. Penggunaan bahasa 7. Jumlah tanggungan 8. Aktivitas komunikasi sebagai hasil dari bekerja sesuai dengan mata pencahariannya. Bahasa yang biasa digunakan oleh responden untuk berinteraksi, menyampaikan informasi Jumlah anggota keluarga (anak/keponakan/ cucu) yang menjadi tanggungan keluarga yang masuk kategori Balita atau anak usia sekolah (SD/SMP) Tingkat keaktifan RTSM (bertanya, menyampaikan saran dan kritik) pada saat Pertemuan kelompok 9. Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden tentang pentingnya kesehatan serta pendidikan yang didiseminasikan dalam Program Keluarga Harapan 10. Sikap Respon responden terhadap bantuan yang diterima dalam Program Keluarga Harapan 11. Tindakan Tindakan responden terhadap dana bantuan yang telah didapat dari Program Keluarga Harapan kurang dari Rp c. Sedang: Rp Rp d. Tinggi: Rp Rp a. Cukup baik: Bahasa Sunda b. Baik: Bahasa Indonesia c. Sangat baik: Bahasa Indonesia dan Bahasa sunda a. Rendah: kurang dari 3 orang b. Sedang: berkisar antara 3 sampai 5 orang c. Tinggi: lebih dari 5 orang a. Rendah: 1 (skor 3-14) b. Tinggi: 2 (skor 15-26) a. Salah: 0 b. Benar:1 Rendah: (Skor 0-7) Tinggi: (Skor 8-14) a. Sangat Setuju: 4 b. Setuju: 3 c. Tidak Setuju: 2 d. Sangat tidak setuju: 1 Negatif: (Skor 11-27) Positif: (Skor 28-44) a. Tidak pernah: 1 b. Tidak selalu: 2 c. Selalu: 3 Rendah: (skor 12-24) Tinggi (skor 25-36) Responden Responden Responden Responden Responden Responden Responden

36 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dan individu sebagai unit analisa (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pendekatan kuantitatif dikumpulkan dari responden dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai hubungan beberapa variabel penelitian. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam serta untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial yang diperoleh melalui metode kuantitatif. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sebelumnya diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Uji ini berupa uji coba kuesioner kepada lima orang calon responden yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji realibilitas dan validitas yang dilakukan melalui uji korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagi kepada responden yang merupakan para penerima bantuan PKH. Setiap responden diberikan kuesioner yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi antara Pendamping PKH dengan RTSM dalam bentuk Pertemuan kelompok serta hubungannya

37 20 dengan efektivitas komunikasi dari pertemuan tersebut. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu karakteristik RTSM penerima bantuan PKH yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi yang dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. 3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan efisiensi biaya, jarak dan waktu dari peneliti. Selain itu, Pemilihan desa tersebut sebagai lokasi penelitian karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang menerima dana Program Keluarga Harapan dari Pemerintah sehingga sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Desember Pada bulan Agustus dilakukan studi literatur (pengambilan data sekunder), penentuan hipotesis penelitian, dan penentuan metode penelitian yang disajikan dalam proposal penelitian. Secara disengaja pada bulan tersebut juga dilakukan penentuan lokasi penelitian karena lokasi tersebut merupakan lokasi dimana peneliti melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) pada mitra Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Bogor Barat. 3.3 Teknik Pemilihan Responden Total keluarga penerima dana Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat yaitu 194 Keluarga (data pencairan dana

38 21 tahap III tahun 2009) yang tersebar di 12 RW. Data sekunder mengenai total dari keluarga penerima dana Program Keluarga Harapan didapat sebelumnya dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Bogor Barat saat Kegiatan KKP. Dari 194 keluarga yang menerima dana PKH tersebut dapat dikelompokan menjadi: 1. keluarga yang memiliki Balita; 2. keluarga yang memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 3. keluarga yang memiliki ibu hamil; 4. keluarga yang memiliki Balita dan memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 5. keluarga yang memiliki ibu hamil dan memiliki Balita; 6. keluarga yang memiliki ibu hamil dan memiliki anak usia sekolah SD/SMP; 7. keluarga yang memiliki ibu hamil, memiliki Balita serta memiliki anak usia sekolah SD/SMP. Kerangka sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang ada pada kelompok 4, 5, 6, 7 dan setelah dilakukan pendataan didapat populasi sebanyak 80 orang yang hanya ada pada 10 RW dari total 12 RW (RW 7 dan RW 10 tidak terdapat kategori yang dibutuhkan). Pemilihan populasi tersebut didasari pada pemanfaatan terhadap fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Responden yang memiliki kombinasi seperti ibu hamil, memiliki Balita dan memiliki anak usia sekolah memiliki akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan sehingga pada kuesioner pertanyaan yang diberikan dapat yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Jumlah responden yang diambil adalah 45 orang. Penentuan jumlah responden tersebut didasarkan pada perhitungan yang

39 22 dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin dengan persentase kesalahan 10 persen. = orang Keterangan : n = Jumlah Sampel N= Populasi e= Batas eror 10 persen Pemilihan responden dilakukan dengan cara acak distratifikasi yaitu dengan cara memilih bertahap RTSM berdasarkan wilayah Rukun Warga (RW) tempat RTSM tinggal. Pengambilan sampel dari setiap RW tersebut disesuaikan dengan jumlah RTSM yang masuk ke dalam kategori populasi. Dengan melihat pada ketegori tersebut maka akan didapat jumlah populasi yang berbeda di setiap RW lalu dibagi secara proporsional setiap RW hingga didapat jumlah sampel tiap RW. Pembagian sampel seperti Gambar 2. Kecamatan Balumbang Jaya Purposive RW1 p= 8 RW 2 p= 3 RW3 p =13 RW 4 p =16 RW 5 p=16 RW 6 p= 5 RW 8 p= 1 RW 9 p= 5 RW 11 p= 7 RW 1 2 p= 6 Rsp n= 4 Rsp n= 2 Rsp n= 7 Rsp n= 9 Rsp n= 9 Rsp n= 3 Rsp n= 1 Rsp n= 3 Rsp n= 4 Rsp n= 3 n = 45 Acak distratifikasi Gambar 2 Skema Penentuan sampel penelitian

40 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang berupa data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang diajukan kepada responden. Data primer juga diperoleh melalui wawancara yang dilakukan pada saat pengisian kuesioner dan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH, aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur berupa buku teks atau hasil penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian. Sedangkan data-data seputar Program Keluarga Harapan seperti data RTSM penerima dana bantuan PKH, jumlah dana yang dicairkan dan alur kegiatannya didapat dari UPPKH Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Data sekunder mengenai geografis, sumberdaya alam dan demografi (kependudukan) Kelurahan Balumbang Jaya diperoleh dari Kantor Kelurahan Balumbang Jaya. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif yang telah diolah dipaparkan secara deskriptif dan diolah menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, uji korelasi Spearman serta uji korelasi Chi Square. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik RTSM penerima bantuan PKH yang meliputi usia, status pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, penggunaan bahasa, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Tabulasi silang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara variabel karakteristik dengan aktivitas komunikasi, selain itu juga untuk

41 24 mendeskripsikan hubungan antara aktivitas komunikasi dan aspek pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap Program Keluarga Harapan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, penggunaan bahasa, pendidikan formal, pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok, selain itu korelasi Spearman juga untuk mengetahui hubungan antara aktivitas komunikasi dan pengetahuan, sikap dan tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH. Uji korelasi Chi Square digunakan untuk melihat hubungan antara status pekerjaan dan aktivitas komunikasi. Pengolahan data masing-masing variabel diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 dan Microsoft Excel 2007.

42 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif Kecamatan Bogor Barat. Secara geografis terletak pada 106,48 o BT, 60,36 o LS dengan ketinggian 200 mdpl dan tinggi curah hujan 2.5 mm 3. Kelurahan ini memiliki luas total 123,373 Ha yang meliputi 12 RW dan 38 RT. Batas wilayah Kelurahan Balumbang Jaya adalah sebagai berikut: 1. sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede 2. sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Margajaya 3. sebelah barat berbatasan dengan Desa Babakan 4. sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak Jarak kantor Kelurahan Balumbang Jaya ke Ibu Kota Kecamatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan ibu Kota Negara adalah sebagai berikut: 1. Ibu Kota Kecamatan Bogor Barat 6 km 2. Ibu Kota Bogor 12 km 3. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 120 km 4. Ibu Kota Negara 60 km Sumberdaya Alam Kelurahan Balumbang Jaya memiliki areal yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan permukiman (Tabel 1). Hal ini menandakan kepadatan penduduk di Balumbang Jaya relatif tinggi. Pemanfaatan untuk pertanian hanya

43 26 seluas 18,5 Ha. Jumlah ini dapat terus berkurang seiring dengan pembangunan perumahan yang ada di sekitar wilayah Kelurahan tersebut. Tabel 1 Sebaran Penggunaan Lahan Kelurahan Balumbang Jaya Lahan/penggunaan Luas Lahan (ha) Persentase (%) Perumahan/pemukiman dan pekarangan 82,277 66,68 Sawah 18,596 15,07 Jalan 19,5 15,80 Perkebunan 3 2,43 Total 123, Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun Kondisi Demografi Total penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sampai akhir bulan Desember tahun 2008 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa, perempuan sebanyak jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak dengan kepadatan penduduk 756 jiwa/km. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kelurahan Balumbang Jaya memiliki tingkat usia produktif yang cukup tinggi yaitu pada usia tahun dengan jumlah jiwa atau sebesar 12,40 persen. Tabel 2 Sebaran Jumlah Penduduk Kelurahan Balumbang Jaya menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) , , , , , , ,20

44 27 Lanjutan Tabel 2 Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) , , , , , ,47 Total ,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008 Kelurahan Balumbang Jaya memiliki penduduk yang beragam bila dilihat dari sisi kepercayaan. Sebagai besar penganut kepercayaan penduduk yaitu beragama Islam sebanyak orang (99,07%). Selain itu juga terdapat penduduk yang beragam Kristen 62 orang (0,65 %), Katolik sebanyak 23 orang (0,24%) dan Hindu sebanyak dua orang (0,021%). Keadaan mata pencaharian penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 25,06 persen (Tabel 3). Hal ini dikarenakan terjadinya penyempitan lahan pertanian yang dimanfaatkan menjadi lahan permukiman sehingga petani tidak bekerja. Tabel 3 Sebaran Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Petani 432 7,18 Wiraswasta/pedagang ,67 Buruh ,65 Swasta/BUMN/BUMD ,96 Pegawai Negeri Sipil 96 0,16 TNI/Polri 10 0,16 Pensiunan 523 8,70 Tidak bekerja ,06 Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008

45 28 Penduduk di Kelurahan Balumbang Jaya sebagian besar memiliki pendidikan yang tidak terlalu tinggi dimana sebagai besar merupakan lulusan SD/Sederajat (Tabel 4). Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung SD sebanyak tiga buah. Sementara untuk gedung sekolah tingkat pertama yaitu SLTP terdapat satu buah. Hal ini berimplikasi dengan mereka untuk memperoleh pendidikan SLTA harus bersekolah di luar wilayah kelurahan. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki satu Buah TK dan pos pendidikan anak usia dini (PAUD) sehingga pada usia dini masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya sudah dapat berpendidikan. Tabel 4 Sebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya Strata Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tamatan SD/ Sederajat ,70 Tamatan SLTP/ Sederajat ,20 Tamatan SLTA/ Sederajat ,12 Tamatan Akademi/ D1-D3 46 1,35 Tamatan Perguruan Tinggi/ S1-S2 60 1,77 Total ,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Balumbang Jaya Tahun 2008

46 29 BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM KELUARGA HARAPAN 5.1 Profil Program Keluarga Harapan Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program yang diluncurkan oleh Pemerintah. Program Keluarga Harapan adalah suatu program yang memberikan Bantuan Tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Program Keluarga Harapan merupakan program lintas Kementerian dengan aktor utama yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik serta dibantu oleh tim tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di daerah dilakukan dengan koordinasi dari beberapa unit pelaksana dengan lokasi dan tugas yang berbeda yaitu Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat (UPPKH Pusat), Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten/Kota dan Tim pendamping yang bekerja di lapangan. Program Keluarga Harapan diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007 dengan sasaran awal sebanyak RTSM. Saat ini PKH berada di 13 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu Gorontalo, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sumatra Barat, Jawa Barat, NTT, Jawa Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan milenium

47 30 (Millenium Development Goals atau MDGs). Dengan PKH setidaknya ada lima komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan Balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan. Program ini memiliki periode yang panjang dari tahun dengan rencana penerima sesuai dengan Tabel 5. Tabel 5 Rencana tahapan cakupan penerima PKH Tahap Tahap 1 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt 0,5 jt Tahap 2 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt 1,25 Jt Tahap Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt Tahap Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt 2.25 Jt Total 0,5 Jt 1,05 4,0 Jt 6,5 Jt 6,5 Jt 6,5 Jt 6,0 Jt 4,75 2,5 Jt Jt Jt Biaya (Triliun) 1,0 3,0 6,7 11,0 11,0 11,0 10,1 8,0 4,2 Sumber : Pedoman Umum PKH 2008 Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: (1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM; (2) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM; (3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM; (4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai terhadap RTSM program ini dapat mengurangi beban

48 31 pengeluaran RTSM sedangkan untuk jangka panjang melalui kewajiban yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut sehingga rantai kemiskinan keluarga tersebut dapat diputus. 5.2 Ketentuan Bantuan Program Keluarga Harapan Penerima bantuan PKH adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari Balita, memiliki anak usia sekolah dan ibu hamil/nifas. Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Agar penggunaan bantuan dapat lebih efektif diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante,/bibi, atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumahtangga. Sebuah rumahtangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumahtangga tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara statistik memiliki korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti antara lain kondisi demografi dan sosial-ekonomi. UPPKH pusat merupakan badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang

49 32 dibutuhkan. UPPKH kabupaten/kota melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH kabupaten/kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan. pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk di dalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH terdapat Tim koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Pengaplikasian PKH merupakan pemberian dana bantuan kepada RTSM yang telah memenuhi syarat-syarat dasarnya. Besarnya bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besar bantuan ini bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan besarnya bantuan akan dikurangi atau sebagai bentuk sanksi terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH. Rincian dana bantuan dalam Tabel 6. Tabel 6 Skenario bantuan PKH

50 33 Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun Bantuan tetap Rp Bantuan bagi RTSM yang memiliki: Rp a. Anak usia di bawah 6 tahun b. Ibu hamil/menyusui Rp c. Anak usia SD/MI Rp d. Anak usia SMP/MTs Rp Rata-rata bantuan per RTSM Rp Bantuan minimum per RTSM Rp Bantuan maksimum per RTSM Rp Sumber: Pedoman Umum PKH 2008 Pemilihan daerah merupakan salah satu mekanisme dan prosedur dalam PKH yang dilaksanakan sebelum PKH berjalan di tingkat pelaksanaan operasional. Untuk tahun anggaran 2007 keikutsertaan daerah dilakukan melalui dua tahap, yaitu Tahap pertama berupa pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar kesediaan pemerintah provinsi pada saat Musrenbang tahun Sebanyak tujuh provinsi pada tahun 2007 telah dipilih sebagai daerah uji coba pelaksanaan PKH, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008 terjadi perkembangan dengan penambahan enam provinsi yang meliputi Sumatra Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Banten, D.I Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Tahap kedua yaitu pemilihan kabupaten/kota dan Kecamatan dari 13 provinsi yang telah terpilih, selanjutnya dipilih sejumlah kabupaten/kota dan dengan kriteria: (i) tingginya angka kemiskinan, (ii) angka gizi buruk dan angka transisi dari SD/MI ke SMP/MTs,

51 34 (iii) ketersediaan sarana dan prasarana (supply) baik pendidikan maupun kesehatan, serta (iv) adanya komitmen daerah. Salah satu provinsi yang dijadikan ujicoba adalah Jawa Barat pada tanggal 16 November 2007 dengan sosialisasi yang dilaksanakan di 11 kabupaten dengan 70 kecamatan di dalamnya dan pada tahun 2008 terjadi pertambahan kuota sehingga sasaran sosialisasi bertambah menjadi 14 kabupaten dan satu kota yaitu Kota Bogor dengan jumlah kecamatan yang menjadi daerah sosialisasi sebanyak 142 kecamatan. Kota Bogor menjadi salah satu sasaran Program Keluarga Harapan dengan enam Kecamatan yang menjadi lokasi sasaran yaitu Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Tanah Sareal. Dari kecamatan tersebut dipilih para peserta yang berasal dari kelurahan-kelurahan dengan proses pemilihan peserta PKH melalui beberapa tahap, yaitu: Survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin, pemilihan rumah tangga sangat miskin (RTSM) dari semua rumahtangga yang disurvai sebagai calon peserta PKH, calon peserta tandatangani komitmen sebagai peserta PKH untuk menjadi peserta PKH. Pemilihan peserta PKH dilakukan dengan melakukan survai di lokasi program untuk mendapat data rumahtangga miskin. Untuk tahun 2007 survai tersebut dilakukan oleh BPS dengan data dasar yang diambil dari data daftar penerima subsidi langsung tunai (SLT) kategori sangat miskin dan miskin, dan data pendukung lainnya. Dalam melakukan survai, petugas terdiri atas unsur BPS dan pengawas. Data yang telah disusun tersebut kemudian disaring kembali

52 35 berdasarkan syarat kepesertaan PKH, yaitu rumahtangga yang memiliki anak 0-15 tahun, Ibu hamil atau anak tahun yang belum selesai sembilan tahun wajib belajar. Informasi yang diperoleh dari survai calon peserta tadi digunakan untuk mengurutkan RTSM berdasarkan tingkat kemiskinannya. Agar distribusi RTSM antar kecamatan tersebar secara proporsional, digunakan model statistik yang menetapkan kuota per kecamatan. Penetapan calon peserta PKH dilakukan oleh BPS dan selanjutnya diadakan pertemuan awal yang salah satu kegiatan utamanya adalah melakukan klarifikasi data dan penandatanganan komitmen keikutsertaan. Hasil pertemuan tersebut merupakan acuan untuk menetapkan calon peserta PKH menjadi Peserta PKH. Dana bantuan yang diterima oleh RTSM merupakan dana yang telah disesuaikan sebelumnya dengan verifikasi yang dilakukan oleh tim pendamping yang biasanya berjumlah dua atau tiga orang dalam setiap kelurahan. Tim pendamping memiliki peran yang penting dalam proses penyaluran dana karena pendamping yang memantau secara langsung tentang bagaimana dana diterima oleh RTSM dan tersalurkan dengan baik. Perubahan yang terjadi pada RTSM merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan seorang pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan dari pengetahuan, sikap maupun tindakan dari RTSM pasca menerima dana PKH. Keberhasilan dalam merubah RTSM menuju ke arah yang lebih baik salahsatunya dapat dinilai dari efektivitas komunikasi yang dilakukan antar sesama RTSM atau antar pendamping dan RTSM.

53 36 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya Variabel karakteristik RTSM yang diteliti variabelnya adalah umur, status pekerjaan, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. 1) Umur RTSM Berdasarkan hasil penelitian sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH bervariasi yang secara keseluruhan berkisar antara tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu umur muda, umur dewasa dan umur tua. Sebaran umur secara garis besar mayoritas RTSM penerima bantuan PKH masuk ke dalam kategori umur dewasa yaitu tahun sebanyak 62,2 persen, kategori muda sebanyak 26,7 persen dan kategori umur tua sebanyak 11,1 persen. Sebaran umur tersebut dianalisis dalam rataannya yaitu sebesar 35,3 tahun. Sebaran umur RTSM dapat dilihat pada Gambar % 80% 60% 40% 20% 0% 26.70% umur muda (25-32 tahun) kategori umur 62.20% umur dewasa (33-41 tahun) 11.10% umur tua (42-50 tahun) umur muda (25-32 tahun) umur dewasa (33-41 tahun) umur tua (42-50 tahun) Gambar 3. Sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

54 37 Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH tergolong ke dalam umur dewasa dan masih produktif. Kategori umur tersebut merupakan saat dimana RTSM dapat melakukan banyak aktivitas seperti bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Masih terdapat RTSM penerima bantuan PKH dengan kategori umur tua yaitu tahun sebesar 11.1 persen. Hal tersebut terjadi karena RTSM tersebut masih memiliki anak usia sekolah serta Balita atau karena yang bersangkutan menjadi wakil keluarga penerima bantuan PKH. Jadi tidak harus ibu dari Balita atau anak usia sekolah yang dapat menjadi penerima bantuan PKH tetapi dapat juga diwakili oleh nenek atau bibi dari anak tersebut. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah bidang atau profesi yang dikerjakan oleh RTSM penerima bantuan PKH dalam kesehariannya. Sebaran pekerjaan RSTM penerima bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya bervariasi. Pekerjaan responden tersebut terdiri dari buruh, pedagang dan ibu rumahtangga. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 4. pekerjaan % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 37.80% 17.80% 44.40% buruh pedagang ibu rumahtangga buruh pedagang ibu rumahtangga Gambar 4. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

55 38 Gambar 4 menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM secara keseluruhan mayoritas adalah sebagai ibu rumahtangga yaitu sebesar 44.4 persen, yang diikuti oleh buruh 37.8 persen dan pedagang 17.8 persen. Sebagian besar RTSM saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga karena terkait dengan kondisi dimana mereka mempunyai Balita yang belum dapat ditinggal bekerja. Sebagian besar ibu yang saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga sebelumnya bekerja dengan bermacammacam pekerjaan seperti menjadi pembantu rumahtangga, buruh pabrik atau berdagang. Akan tetapi terdapat juga RTSM yang tetap bekerja walaupun memiliki Balita seperti bekerja sebagai buruh cuci pakaian mahasiswa IPB. 3) Pendapatan Pendapatan RTSM penerima bantuan PKH merupakan jumlah uang yang diterima oleh RTSM berdasarkan pekerjaan yang dijalaninya setiap hari. Untuk pendapatan besarnya dikategorikan berdasarkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM yang digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu: pendapatan rendah Rp Rp , pendapatan sedang Rp Rp , pendapatan tinggi Rp Rp dan tidak ada pendapatan. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 5. pendapatan % 0.00% 15.60% 20.00% 15.60% 48.90% rendah sedang tinggi tidak ada pendapatan Gambar 5. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009

56 39 Gambar 5 menunjukkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM penerima bantuan PKH diluar penerimaan dari dana PKH. Pendapatan terendah yang diterima oleh RTSM yang bekerja dalam sebulan sebesar Rp dan pendapatan tertinggi yang diterima oleh RTSM dalam sebulan sebesar Rp Untuk RTSM yang tidak bekerja (sebagai ibu rumahtangga) besar pendapatan yaitu 0 (nol) sehingga dikategorikan tidak ada pendapatan. Berdasarkan penelitian ditemukan RTSM yang memiliki pendapatan sedang yaitu antara Rp sampai dengan Rp dengan jumlah 20 persen. Jumlah RTSM yang memiliki pendapatan rendah (antara Rp sampai Rp ) yaitu berjumlah 15.6 persen. Sementara itu jumlah RTSM yang memiliki pendapatan tinggi (antara Rp sampai dengan Rp ) berjumlah 15.6 persen dan sebagian besar RTSM tidak ada pendapatan dengan jumlah sebanyak 48.9 persen. 4) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah didapatkan oleh RTSM. Pendidikan yang pernah dijalani responden bervariasi yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah (SD), pendidikan sedang (SMP/sederajat) dan pendidikan tinggi (SMA/SMK/SMEA). Sebaran tingkat pendidikan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 6. Pendidikan formal % 0.00% 84.40% 11.10% 4.40% rendah (SD)sedang tinggi (SMP) (SMA/SMK) rendah (SD) sedang (SMP) tinggi (SMA/SMK) Gambar 6. Sebaran pendidikan formal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

57 40 Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH memiliki beragam tingkat pendidikan. Sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 84.4 persen, tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 11.1 persen dan sekolah menengah atas (SMA) sebesar 4.4 persen. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar RTSM tersebut memungkinkan menjadi salah satu indikator kemiskinan. 5) Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didapat RTSM dalam bentuk kursus atau pelatihan. Pendidikan nonformal diterima oleh responden di tempat responden tersebut tinggal. Pendidikan nonformal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dari seseorang yang mengikutinya dan bahkan dapat mengubah tindakan. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi menjadi tiga, yaitu tidak pernah mendapat kursus, rendah dan tinggi. Berdasarkan penelitian terhadap RTSM penerima bantuan PKH didapat hasil bahwa RTSM terbagi menjadi RTSM yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal dan RTSM yang pendidikan nonformalnya rendah. Sebaran pendidikan nonformal RTSM dapat dilihat pada Gambar 7. Pendidikan nonformal % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 71.10% tidak pernah 28.90% rendah tidak pernah rendah Gambar 7. Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

58 41 Hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 7 menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH sebesar 71.1 persen tidak pernah mendapat pendidikan nonformal. Jumlah RTSM penerima bantuan PKH yang pernah mendapatkan pendidikan nonformal kurang dari tiga kali sebesar 28.9 persen dengan pendidikan yang didapat saat mereka aktif sebagai kader di Puskesmas/Posyandu. 6) Penggunaan bahasa Bahasa merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari satu individu ke individu yang lain. Penggunaan bahasa oleh RTSM penerima bantuan PKH terdapat keragaman dimana mereka ada yang menggunakan bahasa Sunda, bahasa Indonesia dan campuran keduanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan bahasa yang beragam oleh RTSM dapat dikategorikan menjadi penggunaan bahasa yang cukup baik (bahasa sunda), baik (bahasa Indonesia), dan sangat baik (campuran bahasa sunda dan Indonesia). Sebaran penggunaan bahasa dapat dilihat pada Gambar 8. penggunaan bahasa 100% 0% 68.90% bahasa Sunda 22.20% bahasa Indonesia 8.90% campuran (Sunda dan Indonesia) bahasa Sunda bahasa Indonesia campuran (Sunda dan Indonesia) Gambar 8. Sebaran Penggunaan Bahasa RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH menggunakan bahasa sunda untuk berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat pertemuan kelompok

59 42 dengan persentase sebesar 68.9 persen. Sebagian RTSM juga menggunakan bahasa Indonesia (22.2%) dan campuran dari keduanya (8.9%). Sebagian besar menggunakan bahasa Sunda karena sesuai dengan daerah asal mereka dan mereka merasa lebih nyaman saat menggunakan bahasa sunda saat berinteraksi dengan orang lain karena sudah merupakan kebiasaan sehari-hari. 7) Jumlah tanggungan Responden dalam penelitian ini telah ditentukan dimana sudah dapat dipastikan memiliki tanggungan anak/cucu/keponakan. Besarnya tanggungan yang dimiliki RTSM penerima bantuan PKH beragam yang nilainya dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah (memiliki anak kurang dari 3 orang), sedang (memiliki anak 3 sampai 5 orang) dan kategori tinggi (lebih dari 5 orang). Jumlah tanggungan dari responden dalam penelitian ini dipastikan terdapat kombinasi antara Balita dengan anak usia sekolah yang jumlahnya minimal satu orang balita dan satu orang anak usia sekolah. Sebaran jumlah tanggungan yang dimiliki oleh RTSM dapat dilihat pada Gambar 9. Jumlah tanggungan 100% 80% 60% 40% 20% 0% 46.70% 51.10% 2.20% rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi Gambar 9. Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009

60 43 Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki jumlah anak tiga sampai lima orang sehingga termasuk kategori sedang (51.1%). RTSM yang memiliki tanggungan kurang dari tiga orang juga cukup banyak yaitu sebesar 46.7 persen serta RTSM yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang sebanyak 2.2 persen. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tanggungan yang dimiliki oleh RTSM tidak hanya anak kandung melainkan dapat juga cucu atau keponakan yang telah ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal atau bekerja di luar daerah atau luar negeri. 6.2 Hubungan antara Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH dan Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok Aktivitas komunikasi antara RTSM penerima bantuan PKH dengan pendamping PKH dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan kelompok. Pada pertemuan tersebut seluruh anggota kelompok di setiap RW wajib hadir untuk mendapatkan informasi dari pendamping. Pertemuan kelompok yang dijadwalkan oleh pendamping PKH merupakan sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk menyampaikan saran, kritik serta mungkin juga pertanyaan. Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH tersebut diduga berhubungan nyata dengan faktor karakteristik dari RTSM penerima bantuan PKH. Melalui pengujian hipotesis dengan mengkorelasikan aktivitas komunikasi dengan karakteristik RTSM dapat dilihat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang diuji tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dijabarkan pada karakteristik RTSM sebagian besar RTSM adalah ibu rumahtangga yang tidak

61 44 memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dengan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu bahasa Sunda karena kebanyakan berasal dari daerah Bogor. Hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dengan aktivitas komunikasi diuji dengan menggunakan Spearman dan Chi Square. Variabel karakteristik RTSM yang diuji menggunakan uji Spearman adalah usia, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi. Sedangkan variabel yang diuji dengan menggunakan uji Chi Square adalah variabel pekerjaan dengan aktivitas komunikasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi Karakteristik RTSM Penerima bantuan PKH Aktivitas Komunikasi (pertemuan Kelompok) Usia Pendapatan Pendidikan formal Pendidikan nonformal Penggunaan bahasa 0.422** Jumlah tanggungan ** Jenis pekerjaan Keterangan: ** Hubungan sangat nyata pada α = 0.01 (uji 2 sisi) * Hubungan nyata pada α = 0.05 (uji 2 sisi) Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi adalah penggunaan bahasa dan jumlah

62 45 tanggungan. Adapun variabel yang tidak berhubungan nyata adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang tidak Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi 1) Hubungan usia dan aktivitas komunikasi Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan teori Harlock, yakni usia muda (kurang dari 30 tahun), usia dewasa (antara 30 sampai dengan 50 tahun) dan usia tua (lebih dari 50 tahun). Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi yang paling tinggi adalah 75 persen pada RTSM usia muda dan aktivitas komunikasi rendah pada RTSM usia tua yaitu 40 persen. Tabel 8 Variabel Usia Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Kategori Aktivitas komunikasi (%) Rendah Tinggi Muda Dewasa Tua Hasil uji korelasi Spearman yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara usia dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya tinggi rendahnya usia tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua RTSM penerima bantuan PKH dari berbagai kategori usia memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 8. Setiap RTSM penerima bantuan PKH memiliki tingkat keinginan

63 46 untuk memperoleh informasi yang tinggi dari Pendamping sehingga pada saat pertemuan kelompok setiap kategori usia turut bertanya, menyampaikan saran atau keluhan kepada pendamping PKH. Setiap RTSM dengan berbagai kategori umur turut aktif berkomunikasi dengan pendamping PKH saat pertemuan kelompok. Saat dilakukan wawancara mendalam ditemukan bahwa sering kali RTSM menanyakan mengenai kapan akan diadakan pendataan untuk penambahan penerima bantuan PKH. Hal tersebut selalu ditanyakan kepada pendamping karena mereka merasa kasihan dengan tetangga yang tidak mendapat dana bantuan padahal kondisinya dilihat sama dengan RTSM tersebut. Setiap kategori umur juga aktif bertanya kepada pendamping mengenai kapan pencairan dilaksanakan karena mereka tidak diberitahu mengenai kepastian waktu pencairan. 2) Hubungan jenis pekerjaan dan aktivitas komunikasi Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 75 persen yang dilakukan oleh RTSM yang bekerja sebagai pedagang. Hal tersebut terjadi karena RTSM yang bekerja sebagai pedagang memiliki kemampuan yang lebih dalam berbicara disebabkan kesehariannya berinteraksi dengan banyak orang untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah terjadi pada RTSM yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebesar 33.3 persen karena tingkat interaksi yang lebih sedikit dengan banyak orang. RTSM yang bekerja sebagai buruh sebagian besar adalah pembantu rumahtangga atau buruh pencuci pakaian. Mereka yang bekerja sebagai buruh tersebut cenderung memiliki waktu yang terbatas.

64 47 Tabel 9 Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Pekerjaan Kategori Aktivitas komunikasi (%) Rendah Tinggi Buruh Pedagang Ibu rumah tangga Hasil Uji Chi Square pada tabel 7 halaman 45 sebesar dan hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH tidak berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi. Artinya apapun jenis pekerjaan RTSM pada saat pertemuan kelompok aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan pendamping tetap sama. Hal tersebut terjadi karena setiap RTSM memiliki kewajiban yang sama yaitu menghadiri pertemuan kelompok walaupun ada sebagian besar yang bekerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat dilakukan pertemuan kelompok ditemukan bahwa status pekerjaan yang berbeda tidak menjadi penghalang mereka untuk berdiskusi antara sesama penerima bantuan PKH dan terhadap pendamping PKH. Pendamping PKH tidak membedakan-beda RTSM yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal menyampaikan pertanyaan, saran ataupun keluhan karena setiap informasi yang disampaikan oleh pendamping bersifat umum mengenai kesehatan dan pendidikan. RTSM penerima bantuan PKH baik yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan ibu rumahtangga sebagian besar aktif pada saat pertemuan kelompok. Keaktifan mereka pada saat pertemuan kelompok terkait dengan keingintahuan terhadap pendidikan dan kesehatan untuk anak mereka masing-masing.

65 48 3) Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi Tingkat pendapatan yang diterima oleh RTSM setiap bulan merupakan hasil dari pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh RTSM dalam satu bulan. Sebaran tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah (pendapatan Rp Rp ), sedang (pendapatan Rp Rp ), tinggi (pendapatan Rp Rp ) dan tidak memiliki pendapatan. Tabel 10 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 85.7 persen yang memiliki pendapatan tinggi yang dalam hal ini adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang dan aktivitas komunikasi rendah adalah dengan pendapatan rendah yaitu mereka yang bekerja sebagai buruh atau pembantu. Tabel 10 Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Pendapatan Kategori Aktivitas komunikasi (%) Rendah Tinggi Tidak ada Rendah sedang tinggi Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman seperti yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendapatan dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendapatan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.

66 49 Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki pendapatan tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan RTSM yang tidak memiliki pendapatan. Artinya berapapun pendapatan yang diterima oleh RTSM tidak membuat mereka merasa segan dalam bertanya pada pendamping PKH mengenai pendidikan dan kesehatan. Walaupun pada saat pertemuan kelompok RTSM yang memiliki pendapatan tinggi terkadang membawa handphone atau mengenakan perhiasan hasil dari penghasilan mereka akan tetapi hal tersebut tidak membuat RTSM yang tidak memakai barang tersebut merasa terkucilkan dan segan untuk berdiskusi. 4) Pendidikan formal Tingkat pendidikan formal yang pernah didapat oleh responden beragam dari yang hanya tamat sekolah dasar hingga tamat SMA. Pengkategorian pendidikan dari responden yaitu dari yang rendah (lulusan SD), sedang (lulusan SMP), dan tinggi (lulusan SMA). Tabel 11 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu persen pada RTSM berpendidikan SMA. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok rendah yaitu 31.6 persen pada RTSM berpendidikan SD. Tabel 11 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Pendidikan Formal Kategori Aktivitas komunikasi (%) Rendah Tinggi Rendah (SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA) 0 100

67 50 Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendidikan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM memiliki pendidikan formal dengan kategori rendah. Perbedaan tingkat pendidikan formal pada RTSM tidak membuat mereka pasif pada saat pertemuan kelompok. Mereka yang memiliki pendidikan formal rendah justru semakin sering bertanya kepada pendamping disebabkan rendahnya pengetahuan mereka. Rendahnya pendidikan formal RTSM membuat pendamping harus menyampaikan informasi secara detail dan pelahan agar setiap RTSM memahami informasi yang disampaikan pendamping PKH. 5) Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi Pendidikan nonformal merupakan bentuk pendidikan seperti pelatihan atau kursus yang pernah didapatkan oleh RTSM penerima bantuan PKH. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi tinggi (pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari dua kali) dan rendah (pernah mengikuti pelatihan atau kursus satu sampai dua kali) dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus. Tabel 12 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu 76.9 persen pada RTSM yang pernah mendapat pelatihan atau kursus pada kategori rendah. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan

68 51 kelompok rendah yaitu 31.3 persen pada RTSM yang tidak pernah mendapat pelatihan atau kursus. Tabel 12 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Pendidikan Nonformal Aktivitas komunikasi (%) Kategori Rendah Tinggi Tidak pernah rendah Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nonformal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini pernah atau tidaknya RTSM mendapatkan pendidikan nonformal dalam bentuk pelatihan atau kursus tidak memiliki hubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan RTSM yang tidak pernah mendapatkan pendidikan nonformal dan RTSM yang mendapatkan pendidikan nonformal rendah tidak memiliki perbedaan dalam aktivitas komunikasi. Pada saat pertemuan kelompok dilaksanakan RTSM kedua RTSM yang berbeda kategori tersebut turut aktif bertanya seputar PKH kepada pendamping PKH. RTSM yang pernah mendapat pendidikan nonformal dengan yang tidak pernah mendapat pendidikan nonformal memiliki keaktifan yang tidak jauh berbeda karena PKH merupakan program pemerintah yang relatif baru mereka dengar dan

69 52 merupakan program yang bersifat pemberian dana dengan fokus untuk pendidikan dan kesehatan Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi 1) Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi Bahasa yang digunakan oleh RTSM merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Bahasa yang digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH saat pertemuan kelompok dapat dikategorikan menjadi cukup baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi), baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi) dan sangat baik (apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa sunda saat berkomunikasi). Sesuai dengan Tabel 13 bila dikaitkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok maka nilai aktivitas tertinggi yaitu 100 persen pada RTSM yang penggunaan bahasa baik (bahasa Indonesia) dan sangat baik (bahasa Indonesia dan bahasa Sunda). Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah yaitu 41.9 persen terjadi pada RTSM yang penggunaan bahasanya cukup baik (bahasa Sunda). Tabel 13 Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Penggunaan Bahasa Aktivitas komunikasi (%) Kategori Rendah Tinggi Cukup baik Baik Sangat baik 0 100

70 53 Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.422**. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahasa berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini bahasa yang biasa digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang semakin baik pada RTSM penerima bantuan PKH membuat aktivitas komunikasi juga semakin tinggi, hal tersebut juga terjadi sebaliknya bila semakin kurang baik penggunaan bahasanya maka aktivitasnya rendah. RTSM yang dapat menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki kecenderungan lebih aktif dalam berdiskusi dengan pendamping saat pertemuan kelompok. Mereka yang dapat menggunakan bahasa dengan sangat baik akan tidak canggung dalam bertanya, menyampaikan saran dan keluhan. RTSM yang hanya menggunakan bahasa Sunda dalam kesehariannya cenderung lebih pasif saat pertemuan kelompok karena mereka merasa malu bila pendamping tidak mengerti tentang apa yang ingin mereka sampaikan. Aktivitas komunikasi berjalan dengan efektif saat RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH menggunakan bahasa yang dapat saling dimengerti sehingga didapat kesamaan makna antara keduanya. Pendamping yang juga berperan sebagai pengawas penggunaan dana PKH sangat terbantu dengan penggunaan bahasa yang baik oleh RTSM. 2) Hubungan jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi

71 54 Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH beragam dan dikategorikan menjadi RTSM dengan kategori jumlah tanggungan rendah (kurang dari 3 orang), sedang (antara 3 sampai 5 orang) dan tinggi (lebih dari 5 orang). Berdasarkan Tabel 14 didapatkan bahwa aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok tertinggi yaitu 85.7 persen pada RTSM yang memiliki jumlah tanggungan kurang dari tiga orang. Sedang aktivitas komunikasi rendah yaitu 100 persen pada jumlah tanggungan yang tinggi. Tabel 14 Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Jumlah Tanggungan Kategori Aktivitas komunikasi (%) Rendah Tinggi Rendah Sedang Tinggi Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi **. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini jumlah anak/keponakan/cucu yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH yang memiliki jumlah tanggungan keluarga rendah memiliki tingkat aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok yang lebih tinggi dibandingkan RTSM yang tanggungan keluarganya tinggi. RTSM yang memiliki jumlah

72 55 tanggungan keluarga rendah memiliki cenderung lebih aktif hadir pada pertemuan kelompok dibanding RTSM yang memiliki banyak tanggungan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam ditemukan bahwa kecenderungan untuk menghadiri pertemuan kelompok bagi RTSM yang memiliki banyak anak lebih kecil karena anaknya tidak dapat ditinggal atau sedang sakit. Sementara itu RTSM yang memiliki jumlah anak yang lebih sedikit akan lebih leluasa saat menghadiri pertemuan kelompok karena anaknya dapat dititipkan kepada tetangga yang tidak mendapat dana PKH yang sebagian besar masih ada hubungan keluarga. Hubungan yang sangat nyata antara jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi juga dapat dilihat dari keaktifan RTSM dalam berdiskusi. RTSM yang anaknya banyak akan cenderung lebih pasif dibandingkan dengan RTSM yang anaknya sedikit karena sering kali saat diskusi berlangsung Balita yang dibawa oleh RTSM menangis atau anaknya meminta jajanan sehingga RTSM tersebut tidak fokus saat mengikuti pertemuan kelompok. 6.3 Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok dan Efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan Aktivitas komunikasi yang dilakukan antara RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH dapat dinilai tingkat efektivitasnya. Efektivitas komunikasi antara keduanya membentuk perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok dapat dilihat hubungannya dengan efektivitas komunikasi. RTSM yang memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tinggi cenderung memiliki perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan yang tinggi.

73 56 Berdasarkan hasil analisis untuk melihat hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi didapat hasil bahwa hanya efektivitas komunikasi pada aspek tindakan yang dapat dilihat hubungannya dengan bantuan alat analisis statistik. Aspek pengetahuan dan sikap tidak dapat dilihat hasil olahannya karena data hasil penelitian yang didapat seragam yaitu berpengetahuan tinggi dan sikap RTSM positif. 1) Hubungan pengetahuan dan aktivitas komunikasi Pengetahuan RTSM terhadap Program Keluarga Harapan merupakan hasil dari pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH. Pengukuran aspek pengetahuan RTSM dilakukan dengan mengajukan pertanyaan positif yang berkaitan dengan PKH dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab benar atau salah. Tabel 15 menunjukkan tingkat pengetahuan responden 100 persen tinggi. Tingkat pengetahuan sebesar 71.1 persen pada RTSM yang memiliki aktivitas komunikasi tinggi pada saat pertemuan kelompok. Sementara itu tingkat pengetahuan sebesar 28.9 persen pada RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah saat pertemuan kelompok. Tabel 15 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Pengetahuan (%) Aktivitas komunikasi Kategori Tinggi Rendah 28.9 Tinggi 71.1 Keseragaman input data dimana tingkat pengetahuan 100 persen responden sama tinggi menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan tingkat pengetahuan RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan

74 57 bantuan alat analisis statistik antara tingkat pengetahuan dan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 15 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam kepada RTSM didapat 100 persen RTSM mengalami perubahan tingkat pengetahuan yang awalnya tidak mengetahui Program Keluarga Harapan setelah adanya pertemuan kelompok menjadi tahu akan PKH. Pertemuan yang diadakan oleh pendamping PKH diadakan secara rutin tiap satu bulan sekali kepada para ketua kelompok disetiap Kelurahan dan tiap tiga bulan sekali pada seluruh RTSM disetiap kelompok. Pertemuan kelompok yang dilakukan secara intensif dan bersifat wajib tersebut membuat RTSM mendapat informasi yang lengkap dari pendamping dan menambah pengetahuan mereka menyangkut pendidikan, kesehatan dan tentang PKH. Pengetahuan yang tinggi dari RTSM menunjukkan bahwa RTSM memperhatikan pendamping saat pertemuan kelompok. Nilai 100 persen pengetahuan RTSM tinggi walaupun aktivitas RTSM tersebut rendah menunjukkan bahwa proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh pendamping PKH sangat baik sehingga RTSM pengetahuannya tinggi walaupun aktivitas komunikasinya rendah. Tingginya pengetahuan yang dimiliki oleh RTSM menunjukkan komitmen dari RTSM terhadap PKH. Dari 100 persen pengetahuan yang tinggi diantaranya pengetahuan mengenai jumlah dana yang diterima oleh RTSM dimana mereka mengetahui tentang frekuensi pencairan dana dan jumlah dana yang diterima setiap keluarga dengan kategorinya masing-

75 58 masing. Dengan kata lain aspek pengetahuan memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok. 2) Hubungan sikap dan aktivitas komunikasi Pengukuran aspek sikap dari RTSM pada penelitian ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang terkait sikap dimana RTSM diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan empat pilihan jawaban yang di antaranya adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Total jawaban RTSM tersebut diukur dengan menggunakan skala likert. Tabel 16 menunjukkan bahwa 100 persen RTSM bersikap positif terhadap Program Keluarga Harapan. Kategori sikap positif pada aktivitas komunikasi tinggi sebesar 62.2 persen. Sedangkan RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah nilai sikap positifnya sebesar 37.8 persen. Tabel 16 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Aktivitas komunikasi Kategori Sikap (%) Positif Rendah 37.8 Tinggi 62.2 Keseragaman input data dimana sikap 100 persen RTSM sama yaitu positif menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan sikap RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan bantuan alat analisis statistik antara sikap dengan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 16 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam didapat 100 persen RTSM memang dari awal sosialisasi Program Keluarga Harapan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bantuan PKH karena dengan

76 59 bantuan tersebut mereka jadi lebih ringan menanggung biaya kesehatan dan pendidikan. Sikap positif RTSM tersebut diiringi dengan pengharapan mereka agar mereka untuk seterusnya mendapatkan dana bantuan dari pemerintah sehingga terkesan ketergantungan. Sikap positif yang dimiliki oleh RTSM seiring dengan perubahan pengetahuan dari RTSM setelah mengikuti pertemuan kelompok. Dengan kata lain aspek sikap memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok. 3) Hubungan tindakan dan aktivitas komunikasi Aspek tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH terkait dengan tanggungjawab yang telah disepakati pada awal berjalannya program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak. Pengukuran aspek tindakan RTSM dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait tindakan RTSM dalam memanfaatkan dana serta dalam aktivitas komunikasi. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi tiga yaitu selalu, tidak selalu dan tidak pernah dimana total dari jawaban tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala likert. Pengkategorian tindakan dibagi menjadi dua yaitu rendah dan tinggi. Berdasarkan analisis didapat bahwa RTSM yang aspek tindakannya rendah yaitu sebesar 20.4 persen dan RTSM yang aspek tindakannya tinggi sebesar 79.6 persen. Bila dihubungkan dengan aktivitas komunikasi pada Tabel 17 didapat aktivitas komunikasi rendah aspek tindakan rendahnya sebesar 46.2 persen dan tindakan tingginya 53.8 persen. Sementara itu RTSM yang memiliki aktivitas komunikasinya tinggi aspek tindakan rendahnya sebesar 12.5 persen dan tindakan tingginya sebesar 87.5 persen.

77 60 Tabel 17 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009 Variabel Aktivitas komunikasi Tindakan (%) Kategori Rendah Tinggi Rendah Tinggi Hasil uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa antara tindakan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.367*. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek tindakan. Artinya pada penelitian ini semakin sering pertemuan kelompok dilakukan maka perubahan tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH akan semakin tinggi. Semakin sering RTSM mengikuti pertemuan kelompok membuat tindakan RTSM semakin mengarah kepada aturan yang seharusnya dilaksanakan terkait pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping membuat RTSM penerima bantuan PKH terkontrol karena selalu diingatkan mengenai kewajiban dalam penggunaan dana PKH. Saat pertemuan kelompok setiap RTSM akan ditanyakan oleh pendamping mengenai untuk apa dana PKH digunakan dan apabila RTSM melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH maka pendamping saat pertemuan kelompok tersebut akan memberikan pengarahan agar tidak diulangi lagi tindakan yang menyimpang dari prosedur PKH. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tidak semua RTSM memiliki kategori tindakan tinggi atau tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH. Masih terdapat RTSM yang menggunakan dana PKH tidak untuk

78 61 kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH di antaranya, masih terdapat RTSM yang tidak selalu melakukan penimbangan secara rutin tiap bulan dengan alasan bekerja atau tidak mengetahui jadwal penimbangan sebanyak 28.9 persen, terdapat RTSM yang tidak selalu menggunakan dana PKH untuk keperluan sekolah (22%) dengan alasan keperluan sekolah yang sebelumnya masih ada seperti baju, sepatu, tas sehingga dananya selalu digunakan untuk kepeluan konsumsi sebesar 17.8 persen, masih terdapat juga RTSM yang menggunakan dana PKH untuk membeli barang-barang elektronik walaupun hanya 2.2 persen. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur tersebut merupakan aspek kategori tindakan rendah dan bila dihubungkan aktivitas komunikasi, besarnya persentase aktivitas komunikasi yang rendah (46.2%) merupakan aspek yang berhubungan dengan rendahnya tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH.

79 62 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat Kelurahan Balumbang Jaya terhadap pendidikan dan kesehatan. Kategori penerima bantuan PKH merupakan rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anak usia sekolah SD atau SMP, memiliki Balita dan Ibu dalam kondisi hamil. Mayoritas RTSM penerima dana PKH adalah ibu rumahtangga yang tidak memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak/keponakan/cucu yang temasuk kategori sedang (berkisar antara 3 sampai 5 orang). Sebagian besar RTSM berada pada usia dewasa dengan pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik yaitu bahasa Sunda dikarenakan mereka mayoritas berasal dari daerah Bogor. 2. Aktivitas komunikasi dalam Program Keluarga Harapan merupakan aspek penting sehingga program tersebut dapat berjalan dengan baik. Aktivitas komunikasi antara RTSM dengan pendamping PKH dilakukan dalam bentuk pertemuan kelompok yang diadakan secara rutin. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH menjadi sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk berdiskusi dengan pendamping seputar pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok juga menjadi indikator

80 63 yang digunakan oleh pendamping untuk melihat komitmen dari RTSM pasca menerima dana bantuan. 3. Tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas komunikasi hanya penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan. Penggunaan bahasa memiliki hubungan yang sangat nyata dengan aktivitas komunikasi karena bahasa yang digunakan RTSM merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pertanyaan, keluhan dan kritik pendamping dimana penggunaan bahasa yang baik akan membuat pendamping mengerti dan memahami permasalahan yang ada pada RTSM tersebut. Jumlah tanggungan juga merupakan variabel yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok karena jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM mengindikasikan seberapa sibuknya RTSM tersebut untuk mengurus anaknya. RTSM yang memiliki anak yang banyak akan cenderung memiliki lebih banyak halangan untuk hadir dalam pertemuan kelompok atau walaupun hadir tetapi tidak terlalu aktif berdiskusi karena menjaga anaknya agar tidak menangis. Sementara itu variabel karakteristik RTSM yang tidak berhubungan dengan aktivitas komunikasi adalah usia, status pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. 4. Aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok memiliki hubungan nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan RTSM.

81 64 Hubungan antara aktivitas komunikasi dan Pengetahuan begitu pula antara aktivitas komunikasi dan sikap tidak dapat dilihat dengan menggunakan alat analisis statistik karena 100 persen RTSM memiliki pengetahuan yang tinggi dan 100 persen RTSM juga memiliki sikap yang positif. Hubungan antara aktivitas komunikasi dengan kedua variabel tersebut didapat dari hasil wawancara mendalam dimana seluruh RTSM menyampaikan bahwa pertemuan kelompok yang diadakan pendamping membuat pengetahuan mereka tentang PKH bertambah. Hal tersebut juga terjadi pada sikap seluruh RTSM yang menjadi positif setelah mendapat pendampingan oleh pendamping PKH. Hubungan yang nyata antara aktivitas komunikasi dan tindakan RTSM menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki keaktifan yang tinggi saat pertemuan kelompok cenderung akan memiliki tindakan yang tinggi sesuai dengan prosedur PKH. Saat RTSM aktif bertanya, menyampaikan keluhan atau kritik berkaitan tentang program PKH dan mereka mendengarkan informasi dari Pendamping dengan baik maka mereka akan bertindakan lebih sesuai dengan prosedur PKH. Hal tersebut juga dilengkapi saat wawancara mendalam dimana sebagian besar RTSM yang tindakannya tidak sesuai dengan prosedur PKH memang saat pertemuan kelompok RTSM tersebut tidak aktif bertanya dan pada saat pendamping memberi informasi tentang PKH, RTSM tersebut tidak mendengarkan dengan baik.

82 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: 1. Program Keluarga Harapan akan semakin efektif apabila dalam pelaksanaannya terdapat proses komunikasi yang baik antara pendamping PKH dan RTSM. Semakin intensif komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok maka akan semakin tinggi efektivitas komunikasinya. Untuk itu sangat penting bagi pendamping PKH agar membuat penjadwalan yang lebih intensif untuk bertemu dengan RTSM penerima bantuan PKH agar RTSM lebih efektif dalam penggunaan dana PKH. 2. Pada saat pertemuan kelompok pendamping PKH perlu memilih secara bergantian seorang ketua (mother leader). Penggiliran menjadi ketua kelompok bertujuan agar setiap RTSM yang menjadi ketua kelompok memiliki tanggungjawab untuk memimpin kelompok dan lebih aktif pada saat pertemuan kelompok. Tanggungjawab yang dimiliki oleh seorang ketua kelompok akan membuat RTSM yang menjadi ketua kelompok akan memberi contoh kepada anggota kelompoknya. Dengan status menjadi ketua kelompok akan membuat RTSM lebih aktif saat pertemuan kelompok.

83 66 DAFTAR PUSTAKA Anas P Efektivitas Komunikasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir; Kasus Cilincing dan Kepulauan Seribu. [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Berlo DK The Process of Communiccation: an introduction to theory and practice. Inc New York: Holt-Rinehart & Winston. Cahyanto PG Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Damayanti P Hambatan Komunikasi Organisasi Pemerintah daerah. [tesis]. Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB Dirjen PMD Depdagri Strategi Pengentasan Kemiskinan Nasional. Jakarta Djunaedi Efektivitas Komunikasi di dalam Program Imbal Swadaya di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Eddy S Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten (Kasus Penanganan Aspek Sosial di Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor). [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Effendy OU Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Jufri M Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Pemakai Sarana Air Bersih; kasus Program PABPLP-mpr Kec. Bungku Tengah Kab. Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.[tesis]. Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Kincaid L, Schramm W Azas-Azas Komunikasi antar Manusia. Jakarta: LP3ES. Rahmani AW Efektivitas Komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Lahan Kering (Kasus Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat). [tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

84 67 Rahmat J Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya. Bandung. Rogers EM, Kincaid DL Communication Network: Toward a new paradigm for research. London: collier Macmillan Publishers. Sastropoetro S Partisipasi, Komunikasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni. Bandung. Singarimbun M, effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES Tubbs SL, Moss S Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung. UPPKH Pedoman Umum PKH 2008.Jakarta: Depsos RI. Yusuf H Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat dalam Penyelesaian Konflik Masyarakat di Maluku Utara.[tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

85 LAMPIRAN 68

86 69 LAMPIRAN 1: Hasil analisis data SPSS 15.0 Count 1) Hubungan usia dan aktivitas komunikasi KTGUMUR * KTGAKTIK Crosstabulation KTGAKTIK rendah tinggi Total KTGUMU muda R dewasa tua Total Symmetric Measures Asymp. Value Std. Error(a) Approx. T(b) Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R -,084,151 -,555,582(c) Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,081,150 -,534,596(c) N of Valid Cases 45 a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation. 2) Hubungan pekerjaan dan aktivitas komunikasi Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases Chi-Square Te s ts Asymp. Sig. Value df (2-s ided),231 a 2,891,229 2,892,138 1, a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum ex pec ted count is 2,31. Sym me tric Measure s Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coeffic ient,071,891 N of Valid Cases 45 a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

87 70 3) Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi PNDPATAN * KTGAKTIK Cross tabulation Count PNDPATAN Total rendah sedang tinggi KTGAKTIK rendah tinggi Total Sym me tric Measure s Value Asy mp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R,258,153 1,751,087 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation,258,156 1,751,087 c N of Valid Cases 45 a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 4) Hubungan pendidikan formal dan aktivitas komunikasi pendidik an form al * KTGAKTIK Cros stabulation Count pendidikan formal Total tamat SD tamat SMP tamat SMA KTGAKTIK rendah tinggi Total Sym me tric Measure s Value Asy mp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R,157,096 1,044,302 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation,144,118,953,346 c N of Valid Cases 45 a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

88 71 5) Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi pendidik an nonform al * KTGAKTIK Cros stabulation Count pendidikan nonformal Total tidak pernah pernah KTGAKTIK rendah tinggi Total Sym me tric Measure s Value Asy mp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R,082,142,538,594 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation,082,142,538,594 c N of Valid Cases 45 a. Not ass uming the null hypothes is. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. 6) Hubungan jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi KTGJUM * KTGAKTIK Cross tabulation Count KTGJUM Total rendah sedang tinggi KTGAKTIK rendah tinggi Total Cor relations KTGAKTIK KTGJUM Spearman's rho KTGAKTIK Correlation Coef f ic ient 1,000 -,408** Sig. (2-tailed).,005 N KTGJUM Correlation Coef f ic ient -,408** 1,000 Sig. (2-tailed),005. N **. Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).

89 72 7) Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi KTGBHS * KTGAKTIK Cros stabulation Count KTGBHS Total cukup baik baik sangat baik KTGAKTIK rendah tinggi Total Cor relations KTGAKTIK KTGBHS Spearman's rho KTGAKTIK Correlation Coef f ic ient 1,000,422** Sig. (2-tailed).,004 N KTGBHS Correlation Coef f ic ient,422** 1,000 Sig. (2-tailed),004. N **. Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el (2-tailed). 8) Hubungan aktivitas komunikasi dan tindakan TNDK * KTGAKTIK Cros s tabulation Count TNDK Total rendah tinggi KTGAKTIK rendah tinggi Total Sym me tric Measure s Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Interval by Interval Pearson's R,367,155 2,586,013 c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation,367,155 2,586,013 c N of Valid Cases 45 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

90 73 Lampiran 2. Kuesioner EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RTSM PENERIMA BTB DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) (Studi Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat) Dengan hormat, -KUESIONER UNTUK RTSM PENERIMA BTB- Saya Parnamian Johannes Mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bermaksud untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Balungbang Jaya. Dengan demikian Saya perlu mewawancarai ibu untuk mendapat masukan tentang efektivitas komunikasi pada PKH selama ini. Berikut ini Saya mengajukan beberapa pertanyaan dan harapan Saya pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan jujur. Atas waktu yang disiapkan untuk pengisian kuesioner ini, Saya Ucapkan terima Kasih Nomor Responden Nama Responden Alamat Rumah :... :.. : RT RW.. Desa... PROGRAM STUDI SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUOTA 30 PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUOTA 30 PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUOTA 30 PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF (Studi Kasus : Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat) Oleh : AFRINA SARI P 054040091 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan (teknik pengumpulan data) kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survey (Singarimbun,

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

g9 HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DALAM MAJALAH WANlTA DENGAN GAYA HlDUP

g9 HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DALAM MAJALAH WANlTA DENGAN GAYA HlDUP Ajsq a.o(l? g9 HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DALAM MAJALAH WANlTA DENGAN GAYA HlDUP (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2006/2007) Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS (Studi Kasus Kampanye Flu Burung oleh Badan Karantina Pertanian di Jakarta) Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I34052469

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW 1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW (Program Acara Televisi Bedah Rumah dan Uang Kaget ) (Studi Kasus: RT 04 RW 04 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi berdasarkan informasi dari Ketua Unit Pelaksana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n = 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR)

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) Disusun Oleh: Anita Naliebrata H24103041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Oleh : NURINA PANGKAURIAN A14204012 PROGRAM

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 22 3. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik personal, karakteristik lingkungan sosial, dan tingkat pengelolaan program dengan tingkat penghargaan masyarakat terhadap PDPT. 4. Terdapat hubungan

Lebih terperinci

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh:

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: GADI RANTI A09400002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Oleh : INDAH MULYANI H24104009 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat Pedesaan Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I34120145 Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai sikap terhadap kewirausahaan pada mahasiswa Bidang Studi Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas X di Bandung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survaiyang difokuskan pada kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)di Desa Bumiharjo. Desa ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) OLEH MUKTI ASIH H14103026

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuntitatif yang didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan adalah dengan penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota di Kecamatan Bogor Timur yang berada di bawah pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Akuntansi merupakan salah satu jurusan di fakultas ekonomi yang banyak diminati oleh mahasiswa saat ini. Pendidikan akuntansi harus menghasilkan akuntan yang profesional sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai Adversity Quotient pada siswa/i SMP X kelas I di Bandung (Suatu Penelitian Survei yang dilakukan pada Siswa/i SMP Yayasan Badan Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh 27 METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan SMA, yaitu dari SMA Negeri 10 sebagai SMA negeri dan SMA Kesatuan sebagai SMA swasta yang ada di Kota Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di gedung stasiun televisi Trans TV. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa acara musik

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KOMUNIKASI

TINGKAT KEPUASAN KOMUNIKASI TINGKAT KEPUASAN KOMUNIKASI STUDI DESKRIPTIF TINGKAT KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA STASIUN JAWA TIMUR SKRIPSI DISUSUN OLEH : MARIA FRANSISCA DEWI KRISTIANTI

Lebih terperinci

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan (terhitung sejak tanggal 9 April

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program

tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program 22 KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan sejak tahun 2007 telah mengubah pola perilaku keluarga dari menggunakan minyak tanah menjadi menggunakan LPG. Sebagai suatu kebijakan,

Lebih terperinci