KONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA"

Transkripsi

1 i KONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii ABSTRACT Restu Dwi Prihatina. Self Concept, Emotional Intelligence, Stress Level, and Coping Strategies of Youth on Various Learning Model in Senior High School. Supervised by Melly Latifah and Irni Rahmayani Johan. The aim of this study was to analyze of self concept, emotional intelligence, stress level, and coping strategies of youth on various learning model in senior high school. The method used in this study was cross sectional study. This study involved 86 participants who been chosen purposively with some criterions, such as all the participants should be eleventh grade student from acceleration class, RSBI class, and regular class. The primary data was collected by questionnaires and secondary data was collected from school archived. Self concept was classified as internal and external self concepts. Emotional intelligence divided into five dimensions, such self-awareness, self-regulation, motivation, empathy, and social skills. Stress in this study being viewed as physical and psychological symptoms. Coping strategies was classified as problem focused coping and emotion focused coping. In this study, descriptive, correlation, and mean differences analysis were used. The result found that there was positive correlation between self concept, emotional intelligence, problem focused coping, and emotion focused coping. There was negative correlation between self concept and stress level. Emotional intelligence and stress level was negatively correlated. There was a real difference emotional intelligence between three groups of participants and the regular class had the best score. Keywords: self concept, emotional intelligence, stress, coping strategy, learning models ABSTRAK Restu Dwi Prihatina. Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Dibimbing oleh Melly Latifah dan Irni Rahmayani Johan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja pada berbagai model pembelajaran di SMA. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 86 orang yang dipilih secara purposive dengan kriteria merupakan kelas XI IPA kelas akselerasi, RSBI dan reguler. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner dan data sekunder yang berasal dari pihak sekolah. Konsep diri dikelompokkan menjadi dimensi internal dan eksternal. Kecerdasan emosional terbagi menjadi lima dimensi, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Stres terdiri atas gejala stres fisik dan psikologis. Strategi koping terbagi menjadi strategi terfokus masalah dan strategi terfokus emosi. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, uji hubungan, dan uji beda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri, kecerdasan emosional, strategi terfokus masalah, dan strategi terfokus emosi. Konsep diri memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat stres. Kecerdasan emosional juga memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat stres. Terdapat perbedaan yang nyata antara kecerdasan emosional pada ketiga kelompok contoh dan kelas reguler memiliki skor paling tinggi di antara ketiga kelompok. Kata kunci: konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, strategi koping, model pembelajaran

3 i RINGKASAN RESTU DWI PRIHATINA. Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH dan IRNI RAHMAYANI JOHAN. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja pada berbagai model pembelajaran di SMA. Secara khusus, penelitan ini bertujuan untuk (1) menganalisis perbedaan antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja pada berbagai model pembelajaran; (2) menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja; (3) menganalisis hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional remaja; (4) menganalisis hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres dan strategi koping remaja. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ini juga difokuskan bertempat di SMA Negeri di Kota Bogor. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki perbedaan model pembelajaran dan dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dari kelas akselerasi dan kelas RSBI serta kelas reguler yang berasal dari dua SMA Negeri di Kota Bogor. Kelas akselerasi, RSBI, dan reguler tersebut dipilih secara purposive untuk menjadi kerangka contoh dalam penelitian. Contoh dalam penelitian ini dipilih secara purposive dari kerangka contoh di kedua sekolah. Jumlah keseluruhan contoh adalah 86 orang yang terdiri atas 26 orang siswa kelas akselerasi, 30 orang siswa kelas RSBI, dan 30 orang siswa kelas reguler. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer terdiri atas (1) karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, dan urutan kelahiran, (2) karakteristik keluarga meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, serta besar keluarga, (3) konsep diri contoh, (4) kecerdasan emosional contoh, dan (5) stres yang dialami contoh, serta (6) strategi koping contoh. Data sekunder yang digunakan adalah data karakteristik sekolah yang diperoleh dari sekolah yang bersangkutan. Pengumpulan data karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping dilakukan dengan menggunakan teknik self report melalui alat bantu berupa kuesioner. Konsep diri diukur menggunakan kuesioner berbentuk skala yang mengacu pada alat skala konsep diri yaitu Tennessee Self-Concept Scale (TSCS) yang disusun oleh Fitts (1971) dan dimodifikasi oleh Hapsari (2001). Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan teori Goleman (2007). Tingkat stres diukur dengan melihat gejala stres contoh dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh H.Ebel (1983) dan dikembangkan oleh Latifah (2009). Strategi koping diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan berdasarkan teori Atkinson, Atkinson, Smith, dan Bem (2000). Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring,

4 ii entry, cleaning, dan analisis data. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis korelasi Spearman dan Pearson, serta uji beda (one way Anova). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh berjenis kelamin perempuan (62,8%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki (37,2%). Lebih dari separuh contoh (67,4%) termasuk remaja awal (13-16 tahun) dan sisanya (32,6%) adalah remaja akhir (17-18 tahun). Terdapat perbedaan yang nyata pada ketiga kelompok (p<0,01) dengan rata-rata usia contoh pada kelas akselerasi adalah 15,27; RSBI 16,50; dan reguler 16,47. Selain itu, lebih dari separuh contoh merupakan anak sulung (52,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dari ketiga kelompok contoh termasuk ke dalam usia dewasa madya (41-60 tahun). Hampir seluruh ayah contoh (94,0%) dan lebih dari tiga per empat ibu contoh (86,0%) termasuk dewasa madya. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara ketiga kelompok contoh dalam hal usia ayah (p>0,05). Akan tetapi, terdapat perbedaan yang nyata pada usia ibu di antara ketiga kelompok (p<0,05) pada kelas akselerasi (44,19), RSBI (45,43), dan reguler (41,83). Lebih dari separuh ayah contoh (57,2%) dan hampir separuh ibu contoh (41,9%) berpendidikan hingga S1/S2/S3. Terdapat perbedaan yang nyata di antara ketiga kelompok contoh dalam hal pendidikan ayah (p<0,05) dan pendidikan ibu (p<0,01). Hal ini terkait dengan data yang diperoleh bahwa hampir separuh ibu contoh kelas RSBI (43,3%) dan separuh ibu contoh kelas reguler (50,0%) berpendidikan hingga SMA/sederajat. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa hampir separuh ayah contoh bekerja di sektor swasta (40,7%). Sebanyak lebih dari separuh ibu contoh tidak bekerja (60,5%). Sebanyak hampir separuh pendapatan keluarga contoh berada pada rentang Rp ,00. Terdapat perbedaan yang nyata di antara ketiga kelompok contoh (p<0,01) dengan rata-rata pendapatan keluarga contoh kelas akselerasi dan RSBI di atas Rp ,00; sedangkan kelas reguler di atas Rp ,00. Sebesar lebih dari separuh keluarga contoh tergolong ke dalam keluarga sedang (61,6%), yaitu berjumlah antara lima hingga tujuh orang anggota. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara ketiga kelompok contoh (p>0,05) dalam hal besar keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan contoh memiliki konsep diri yang positif dan kelas reguler memiliki skor konsep diri yang lebih tinggi dibandingkan kelas akselerasi dan RSBI. Dimensi yang memiliki persentase paling besar dengan kategori sedang adalah subdimensi identitas diri etik moral dan kepuasan diri etik moral. Dimensi yang memiliki persentase pada kategori negatif adalah subdimensi tingkah laku diri sosial. Walaupun terdapat perbedaan yang cukup menonjol di antara persentase tiap dimensi, akan tetapi secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara ketiga konsep diri contoh (p>0,05). Keseluruhan contoh memiliki kecerdasan emosional yang termasuk dalam kategori sedang. Akan tetapi, separuh contoh kelas reguler memiliki skor kecerdasan emosional yang termasuk ke dalam kategori sedang dan tinggi. Dimensi dengan persentase terbesar pada kategori tinggi adalah dimensi kesadaran diri. Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara kecerdasan emosional contoh pada berbagai model pembelajaran (p<0,05) dengan skor kecerdasan emosional kelas reguler sebesar 80,14; kelas RSBI sebesar 79,66; dan kelas akselerasi sebesar 76,48.

5 Gejala stres yang dirasakan oleh keseluruhan contoh tergolong rendah dan jenis gejala stres yang lebih banyak dirasakan oleh contoh adalah gejala stres psikologis. Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang nyata dalam hal tingkat stres contoh meskipun memiliki model pembelajaran yang berbeda (p>0,05). Dalam penelitian ini juga tidak ditemukan perbedaan yang nyata pada strategi koping yang dilakukan oleh contoh (p>0,05). Sebagian besar contoh dalam penelitian ini memiliki strategi koping yang tergolong sedang yang artinya strategi koping yang dilakukan sudah cukup baik dan contoh diduga mampu mencegah emosi negatif yang dapat menguasai dirinya serta melakukan tindakan untuk memecahkan masalahnya. Jenis strategi koping yang lebih banyak digunakan oleh contoh adalah emotion focused coping. Selanjutnya penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan kecerdasan emosional (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsep diri maka semakin baik pula kecerdasan emosional contoh. Konsep diri memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat stres (p<0,01). Hal ini berarti semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah tingkat stres contoh. Konsep diri juga memiliki hubungan yang positif dengan problem focused coping (p<0,01) dan emotion focused coping (p<0,05) yang artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin tinggi pula strategi koping contoh, baik dalam hal penyelesaian masalah maupun pengelolaan emosi. Penelitian ini juga menunjukkan terdapatnya hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan gejala stres psikologis (p<0,05) dan hubungan yang positif dengan problem focused coping dan emotion focused coping (p<0,01). Hal ini berarti semakin baik kecerdasan emosional contoh maka dapat menurunkan tingkat stres dan meningkatkan strategi koping yang dilakukan. Akan tetapi, dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat stres (reaksi fisik dan psikologis) dengan problem focused coping maupun emotion focused coping. Keterbatasan penelitian ini adalah dalam hal penarikan contoh. Pemilihan kelas pada kedua sekolah yang menjadi lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Hal ini dilakukan atas dasar perizinan dengan pihak sekolah yang bersangkutan. Selain itu, kelas XI IPA akselerasi yang merupakan satu-satunya kelas di sekolah menyebabkan peneliti hanya dapat menggunakan kelas tersebut sebagai contoh meskipun jumlah siswa di kelas tersebut secara keseluruhan adalah 26 orang. Hal ini juga menyebabkan tidak dapat dilakukan teknik simple random sampling untuk penarikan contoh di kelas akselerasi. iii

6 i KONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi bahwa Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Restu Dwi Prihatina NIM I

8 iv Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

9 i Judul Nama NIM : Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA : Restu Dwi Prihatina : I Disetujui, Dosen Pembimbing Ir.Melly Latifah, M.Si Pembimbing I Irni Rahmayani Johan, SP., MM Pembimbing II Diketahui, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Dr.Ir.Hartoyo, M.Sc Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

10 i PRAKATA Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur juga penulis haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi motivator kehidupan bagi penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang begitu besar kepada: 1. Ir. Melly Latifah, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang positif kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, dan juga memberikan nasihat-nasihat yang dapat membuka wawasan sehingga penulis memiliki semangat untuk terus maju. 2. Irni Rahmayani Johan SP, MM sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan begitu banyak masukan, bimbingan, dan perbaikan yang positif sehingga dapat menyempurnakan penyelesaian skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan serta saran sehingga penulis lebih termotivasi dalam menjalankan studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si sebagai dosen pemandu seminar yang telah memberikan semangat dan masukan demi penyempurnaan skripsi ini. 5. Dr.Ir.Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan, perbaikan, dukungan, dan semangat yang luar biasa kepada penulis. 6. Orang tua yang tiada henti mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ayahanda tercinta Ade Santika, SP dan Ibunda Rohayati, S.Pd yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis untuk terus berkarya dan berprestasi. Kakak tersayang Adisty Pradita atas dukungan serta semangat yang tak henti mengalir. 7. Kepala Sekolah, Ibu Sri Hartini, Ibu Deceu, Ibu Elvita, Ibu Aam, Ibu Lin Marliani, Pak Tata, beserta pihak Kesiswaan SMA Negeri 3 Bogor dan SMA Negeri 8 Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. Pihak SMA Negeri 10 Bogor yang telah memberikan izin untuk melaksanakan uji coba kuesioner dan juga seluruh siswa-siswi yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.

11 ii 8. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis menempuh studi di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 9. Galih Indro Tanoyo dan keluarga atas doa, dukungan, dan perhatian yang begitu besar kepada penulis. 10. Teman-teman satu bimbingan, Nadia Nandana Lestari, Dinda Ayu Novariandhini, dan Herti Herniati atas kerjasama, perhatian, dukungan, dan semangat dalam menjalani setiap tahap penyelesaian skripsi ini bersama-sama dalam suka maupun duka. 11. Nadia Naomi, Cefti Lia Permatasari, Anita Saufika, Ruri Setianti, Restystika Dianeswari, Husfani A.Putri, Dini Aprilia, dan Agus Surachman atas persahabatan yang unik, perhatian, serta dukungan kepada penulis. 12. Elmanora, Mustika Dewanggi, dan teman-teman IKK 44 yang selalu memberikan warna setiap kali penulis menjajakan kaki di bangku kuliah dan atas kekompakan yang tiada henti. 13. Miss Medina Rachmawati, Miss Shelly Septiana, Miss Dwi Anindita, Miss Lia Widyanti, Ibu Rika, Pak Endang, Pak Deki, Miss Lia Nurjanah, dan Miss Anggy Nurmalasari atas dukungan, saran, dan berbagi pengalaman yang menyenangkan mengenai Labschool. 14. Ibrahim Febrizky dan Nanda Marifani Sani atas pundak yang selalu siap menampung air mata dan tangan lembut yang selalu menyambut saat berbagi suka maupun duka. 15. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

12 iii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 8 Kegunaan Penelitian... 8 TINJAUAN PUSTAKA...9 Remaja... 9 Karakteristik Contoh... 9 Karakteristik Keluarga Model Pembelajaran Konsep Diri Kecerdasan Emosional Stres Strategi Koping KERANGKA PEMIKIRAN...23 METODE PENELITIAN...26 Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi operasional HASIL...33 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Karakteristik Keluarga Konsep Diri Kecerdasan Emosional Tingkat Stres Strategi Koping... 46

13 iv Hubungan antara Karakteristik Contoh dan Karakteristik Keluarga dengan Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Contoh Hubungan antara Konsep Diri dan Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Stres dan Strategi Koping Contoh PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 70

14 v Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis dan cara pengumpulan data Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 35 3 Sebaran contoh berdasarkan usia Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran Sebaran usia orang tua contoh Sebaran pendidikan orang tua contoh 38 7 Sebaran pekerjaan orang tua contoh Sebaran pendapatan orang tua contoh Sebaran besar keluarga contoh Sebaran konsep diri contoh pada berbagai model pembelajaran Sebaran kecerdasan emosional contoh pada berbagai model pembelajaran Sebaran tingkat stres contoh pada berbagai model pembelajaran Sebaran strategi koping contoh pada berbagai model pembelajaran Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan strategi koping yang digunakan Hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh Hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional contoh Hubungan antara konsep diri dengan tingkat stres contoh Hubungan antara konsep diri dengan strategi terfokus masalah contoh Hubungan antara konsep diri dengan strategi terfokus emosi contoh Hubungan antara kecerdasan emosional dengan tingkat stres contoh Hubungan antara kecerdasan emosional dengan strategi terfokus masalah contoh Hubungan antara kecerdasan emosional dengan strategi terfokus emosi contoh 54

15 vi Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran Cara pemilihan contoh. 27 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri contoh Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh Hasil uji korelasi antara konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh Sebaran contoh berdasarkan strategi koping terfokus masalah Sebaran contoh berdasarkan strategi koping terfokus emosi Sebaran contoh berdasarkan gejala stres fisik Sebaran contoh berdasarkan gejala stres psikologis Sebaran konsep diri contoh pada berbagai model pembelajaran Sebaran kecerdasan emosional contoh pada berbagai model pembelajaran... 80

16 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur berdasarkan kualitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya dan hal ini juga merupakan kunci dalam mereformasi bangsa menjadi lebih baik. Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tercermin dari Human Development Index (HDI), Indonesia menempati urutan 102 dari 106 negara (Megawangi, Latifah, & Dina 2008). Sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas sistem pendidikan yang dijalankan di Indonesia. Melalui pendidikan yang holistik, akan dihasilkan pula manusia-manusia yang holistik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia tersebut juga perlu ditunjang oleh sistem pendidikan yang baik. Menurut Cury (2007), tugas pendidikan yang terpenting adalah mengubah manusia menjadi pemimpin bagi pikiran dan emosi dirinya sendiri. Megawangi, Latifah, dan Dina (2008) menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki sistem yang mengacu pada sistem yang dipakai oleh Amerika Serikat. Sistem ini menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau diperuntukkan bagi mereka yang memiliki hasil akademik yang baik dengan ukuran IQ yang tinggi. Kenyataan ini dapat dilihat dari bobot mata pelajaran yang diarahkan hanya pada dimensi akademik siswa saja dan seringkali diukur dengan kemampuan logika matematika serta kemampuan abstraksi, seperti kemampuan bahasa, menghafal, atau ukuran IQ. Banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya terdapat potensi lain yang perlu dikembangkan seperti yang terdapat dalam teori Howard Gardner (1983) diacu dalam Armstrong (2002), yaitu mengenai kecerdasan majemuk. Kecerdasan seorang anak dengan anak lainnya berbeda-beda. Anak yang cenderung cerdas dalam satu bidang belum tentu cerdas pula di bidang lainnya. Begitupun dengan anak yang kurang cerdas dalam satu bidang, ia pasti memiliki kecerdasan tertentu di bidang lain. Setiap anak pasti memiliki keunikan. Mereka memiliki kekhasan dalam diri mereka masing-masing. Kecerdasan yang mereka miliki dipengaruhi bukan hanya oleh gen yang diturunkan oleh orang tua mereka,

17 2 melainkan juga dipengaruhi oleh suatu proses belajar dari lingkungan di sekitarnya serta stimulus-stimulus yang dapat meningkatkan kemampuannya. Anak yang cerdas sesungguhnya bukan saja dilihat dari aspek kognitif, melainkan juga kecerdasan emosionalnya, cara ia mengelola emosi saat menghadapi stres, serta kecerdasan lain di samping aspek kognitif. Goleman (1995) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi seseorang. Menurut Goleman (1999), kecerdasan emosi merupakan faktor penentu keberhasilan masa depan anak. Kecerdasan intelektual dan emosi merupakan bagian yang integratif jiwa dan raga karena kecerdasan intelektual seseorang juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya. Misalnya saja hasil tes IQ yang juga ditentukan oleh beberapa kecerdasan emosi, seperti ketekunan dan motivasi. Emosi manusia berasal dari perasaan dalam lubuk hati, naluri yang tersembunyi, sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, akan mempengaruhi kecerdasan emosional untuk menyediakan pemahaman yang lebih utuh dan mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Menurut Goleman (2007), seorang remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu mengelola emosi serta dapat menahan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan. Selain itu, ia juga mampu berpikir positif dalam memecahkan suatu masalah. Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi kecerdasan seorang anak (Goleman 2007). Hal ini disebabkan keluarga adalah tempat pertama dan utama seorang anak dalam mempelajari emosi dan akan mempengaruhi cara anak mengontrol emosinya kelak. Perkembangan intelektual anak akan sangat berkaitan dengan keadaan emosionalnya. Keberhasilan seorang anak di sekolah dipengaruhi oleh perasaan terhadap diri dan kemampuannya. Seorang anak yang memiliki gangguan emosi dan sosial akan berpengaruh pada prestasi belajar dan akan membuat anak membutuhkan banyak waktu untuk mengejar ketertinggalan. Kecerdasan seorang anak juga akan dipengaruhi oleh konsep diri yang ia miliki. Cara ia mengelola perasaannya akan sangat ditentukan oleh bagaimana ia mengenal konsep dirinya sendiri. Konsep diri itu pun akan terbentuk melalui perkembangan kecerdasan dan pengaruh dari lingkungan di sekitarnya.

18 3 Menurut Hurlock (1993), konsep diri seorang anak dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, antara lain peran orang tua, lingkungan sosial, serta proses belajar. Konsep diri merupakan suatu hasil belajar. Konsep diri seseorang mulai berkembang melalui proses belajar dan dapat didekati sejak lahir. Proses belajar ini terjadi setiap hari tanpa disadari. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) pada masa remaja ini, seseorang mempertanyakan tentang pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri dan pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri. Pembentukan konsep diri juga dibentuk melalui pengalaman-pengalaman, baik pengalaman positif atau menyenangkan maupun pengalaman negatif atau menyedihkan. Lingkungan di sekitar memiliki porsi untuk mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri seorang individu bergantung pula pada tempat individu tersebut berada. Hurlock (1993) mengatakan bahwa konsep diri seseorang berkembang secara hierarkis dan hal yang pertama terbentuk adalah melalui hasil belajar di rumah serta pengalaman interaksinya dengan anggota keluarga lainnya yang disebut dengan konsep diri primer. Interaksi yang terjadi antara anak dengan lingkungannya, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan di luar keduanya tidak terlepas dari suatu masalah. Masalah-masalah dalam diri anak tersebut dapat menyebabkan terjadinya stres. Masalah di sekolah misalnya dapat berupa ketertinggalan dalam belajar, masalah dalam hubungan sosial dengan temanteman, rendahnya prestasi akademik, rendahnya rasa percaya diri, dan lain sebagainya. Stres pada anak dapat juga dipengaruhi oleh kondisi anak di luar sekolah, misalnya keadaan keluarga di rumah atau lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, stres pada anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Keduanya berperan dan berinteraksi dalam proses penilaian hingga terjadinya stres. Menurut Arianti (2002) diacu dalam Astuti (2007), tingkat stres seseorang dipengaruhi juga oleh sumber stres, sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi stres, sumber koping, dan juga persepsi individu terhadap stres. Stres yang dialami oleh seseorang dapat menyebabkan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan atau depresi. Cara seseorang memandang dan mengatasi stres yang ia hadapi akan mempengaruhi proses penyesuaian diri yang ia lakukan dalam kehidupannya.

19 4 Perumusan Masalah Permasalahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya mengenai kemerosotan ekonomi atau kemiskinan. Ada hal lain yang juga menjadi tantangan besar yang perlu dihadapi, yaitu masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu hal yang mempengaruhi masalah ini adalah kualitas sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan suatu bangsa. Melalui pendidikan, seseorang akan mendapatkan pengetahuan serta belajar bagaimana mengembangkan dirinya. Pendidikan juga mengajarkan nilai-nilai baik dan buruk sehingga memberikan pengertian pada individu mana hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pendidikan identik dengan fokus pada aspek kognitif seorang individu. Padahal, pendidikan itu sendiri mencakup berbagai aspek di luar aspek kognitif. Banyak aspek lain yang dipelajari dan berkembang melalui suatu proses pendidikan yang diterapkan. Saat ini masih banyak orang yang berpikir bahwa kecerdasan kognitif merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang. Pandangan akan hal ini juga banyak diterapkan dalam berbagai proses pembelajaran di sekolah. Pengajar lebih menekankan pada daya tangkap, daya pikir, dan daya ingat anak tanpa mempertimbangkan perkembangan emosi siswa yang mengikutinya. Anak hanya diberikan materi untuk kemudian dihafal dalam waktu tertentu dan tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan hal lain di luar aspek kognitif. Saat aspek kognitif tersebut diperoleh anak dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar, anak dinilai kurang cerdas. Hal tersebut tidak didukung oleh perkembangan kecerdasan anak yang lain yang mungkin dapat jauh lebih berkembang dibandingkan sekedar satu jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan kognitifnya. Menurut Long (1978) perkembangan mental dan kognitif anak dalam rentang usia tahun relatif lebih matang dibandingkan dengan peringkat sekolahnya terdahulu. Mereka telah memiliki asas pendidikan dan merupakan proses perluasan konsep yang telah mereka peroleh sebelumnya. Perkembangan yang mereka alami pun akan semakin banyak dan lebih rumit dari sebelumnya

20 5 dan mereka perlu menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut sebelum menuju perkembangan selanjutnya. Menurut Megawangi, Latifah, dan Farahdina (2008), pada kenyataannya energi yang dimiliki mayoritas siswa Indonesia sudah habis setelah melewati jenjang pendidikan SD sehingga mereka tidak siap untuk mengikuti pelajaran pada jenjang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan tidaklah sesuai dengan teori perkembangan anak. Akibatnya, terciptalah generasigenerasi yang tidak percaya diri dan menciptakan sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan terbawah, tidak mampu bekerja, tidak terampil, serta tidak berkarakter. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh tujuan pendidikan di Indonesia yang lebih mengacu pada pembentukan anak yang pandai secara kognitif. Pendekatan belajar yang lebih berorientasi pada aspek kognitif akan dapat mengubah pandangan siswa yang semata-mata hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi. Berbagai hal mereka lakukan dengan cara yang tidak jujur untuk mengejar nilai. Melalui kenyataan ini, dapat dilihat bahwa siswa belum bisa mengontrol kecerdasan emosi mereka dengan baik. Mereka hanya terfokus pada bagaimana pencapaian sebuah prestasi akademik atau dari aspek kognitif saja. Ketidakseimbangan ini pun mengarah pada kesadaran siswa terhadap konsep diri yang mereka miliki. Saat siswa memiliki konsep diri yang baik, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang tidak jujur, justru mereka akan berusaha mencapai keseimbangan antara kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional yang mereka miliki untuk meraih sebuah keberhasilan. Sekolah merupakan salah satu sarana seorang anak belajar, bukan hanya dalam hal mendapat ilmu melainkan juga melatih emosi dan ketrampilan sosialnya. Berbagai kurikulum dan metode pembelajaran pun mulai diterapkan di sekolah. Dimulai dengan adanya kelas nasional (reguler) atau yang merupakan kelas yang tergolong umum, baik dalam hal program maupun lingkungan sekitarnya. Kini semakin banyak inovasi lain di bidang pendidikan. Misalnya saja dengan adanya berbagai kurikulum atau program tertentu yang berbeda dengan kelas reguler, seperti kelas akselerasi dan kelas RSBI. Kelas akselerasi diciptakan dengan tujuan mempercepat proses belajar siswa sehingga siswa lebih cepat lulus

21 6 dibandingkan dengan anak seusianya. Kelas ini juga merupakan kelas dengan siswa-siswi unggulan sehingga dipersiapkan langsung untuk memperoleh materi dengan sistem yang berbeda. Selain itu, ada pula program kelas RSBI. Kelas ini menggunakan kurikulum yang melakukan inovasi di bidang pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. Kelas ini juga menyediakan fasilitas yang jauh lebih lengkap, sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan teknologi, serta mulai menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (bilingual) sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar. Tujuannya adalah agar dapat menciptakan lulusan yang memiliki daya sains yang tinggi. Munculnya inovasi dalam bidang pendidikan ini ternyata tidak serta merta memberikan keuntungan bagi berbagai pihak. Akan tetapi, terdapat beberapa permasalahan umum yang terjadi dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Program akselerasi sebenarnya terdiri atas tiga layanan, yaitu enrichment, extention, dan acceleration, namun pelaksanaan di kebanyakan sekolah lebih identik dengan layanan acceleration (percepatan) saja. Menurut Kurniawan (2010), pembentukan kelas akselerasi menyebabkan pihak sekolah memerlukan konsultan yang profesional dan terpercaya, serta pengajar yang memiliki ketrampilan khusus untuk mengajar di kelas akselerasi. Selain itu, pihak sekolah membutuhkan dana yang cukup untuk menutupi pembiayan di awal tahun. Kurniawan (2010) juga menyatakan bahwa jadwal yang padat pada siswa kelas akselerasi menyebabkan mereka kehilangan masa bermainnya dan secara tidak sengaja kelas ini pun menjadi kelas yang eksklusif. Hal ini diakibatkan oleh pelayanan dan perlakuan yang istimewa dari pihak sekolah. Di lingkungan sekolah, siswa kelas akselerasi lebih tertutup dan kurang aktif sehingga cenderung memiliki resiko yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (Kamdi 2004 diacu dalam Kurniawan 2010). Sementara itu, munculnya kelas akselerasi juga menjadi gengsi tersendiri bagi sebagian masyarakat, misalnya dalam hal perekrutan siswa. Tidak sedikit orang tua yang cenderung memaksakan anaknya agar dapat masuk ke kelas akselerasi. Menurut Darmaningtyas (2004) diacu dalam Kurniawan (2010), kelas akselerasi memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kelas tersebut hanya mengukur kecerdasan kognitif dan ditetapkan berdasarkan IQ, serta menimbulkan

22 7 kecemburuan bagi kelas reguler. Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi pun sama dengan kelas reguler padahal dengan IQ yang tinggi, siswa kelas akselerasi seharusnya mendapatkan kurikulum yang lebih luas dan mendalam. Aktivitas yang dialami juga menjadi salah satu pemicu stres siswa. Dalam waktu yang singkat di sekolah dan berbagai tugas yang diberikan akan menjadi tekanan bagi siswa itu sendiri. Siswa yang dapat beradaptasi dengan baik akan mampu menyelesaikan masalahnya, sedangkan siswa yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan belajarnya, ia akan mengalami stres yang berkepanjangan. Seseorang seringkali menunjukkan gangguan kognitif yang cukup serius ketika berhadapan dengan penyebab stres yang cukup serius pula. Mereka akan sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara logis. Akibatnya, saat mereka mengerjakan suatu pekerjaan yang kompleks, hasil yang diperoleh tidak akan menjadi optimal dan bahkan cenderung memburuk. Stres yang dirasakan juga bergantung pada besarnya gambaran individu tentang dirinya (konsep diri) serta cara mengelola perasaan atau emosi yang dirasakan. Pengaruh faktor-faktor tersebut juga merupakan tugas orang tua, guru, pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk lebih memberikan perhatian terhadap dampak dari adanya kelas unggulan seperti akselerasi dan kelas RSBI juga perbedaannya dengan kelas reguler. Ini dilakukan agar dapat tercipta suasana yang mendukung proses belajar yang dapat membentuk konsep diri yang positif dalam diri siswa, meningkatkan kecerdasan emosional, menurunkan tingkat stres akibat tekanan kognitif atau lingkungannya, dan menjelaskan strategi koping yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar. Sesuai dengan pemaparan diatas, maka pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbedaan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh pada berbagai model pembelajaran. 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh.

23 8 3. Bagaimana hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres dan strategi koping contoh. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja pada berbagai model pembelajaran di SMA. Tujuan Khusus 1. Menganalisis perbedaan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh pada berbagai model pembelajaran. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh. 3. Menganalisis hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional contoh. 4. Menganalisis hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres dan strategi koping contoh. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait. Bagi orang tua dan pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk tidak hanya memperhatikan kecerdasan kognitif anak tetapi juga lebih memperhatikan perkembangan emosi anak. Hal ini disebabkan perkembangan emosi merupakan pendukung pembentukan konsep diri anak. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan juga para pendidik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan aspek kognitif dan emosi dalam upaya pembentukan konsep diri anak melalui model pembelajaran yang lebih proporsional. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang keilmuan perkembangan dan pendidikan anak dan juga dapat menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.

24 9 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja merupakan masa transisi dari periode anak ke periode dewasa. Secara psikologi, kedewasaan adalah keadaan berupa sudah terdapatnya ciri-ciri psikologis pada diri seseorang. Ciri-ciri psikologis tersebut menurut G.W.Allport (1961) diacu dalam Sarwono (2006) adalah pemekaran diri sendiri (extension of the self), kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif, dan memiliki falsafah hidup tertentu. Piaget menyatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia ketika anak tidak lagi berada di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, tetapi berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Secara umum, remaja dibagi ke dalam dua periode, yaitu remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun). Menurut Bronfenbrenner (1979) diacu dalam Gunarsa (2001), kondisi lingkungan hidup, baik itu kondisi sosial atau kondisi budaya suatu masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Menurut Richmond dan Sklansky (1984) diacu dalam Sarwono (2006), inti dari tugas perkembangan seseorang dalam periode remaja adalah memperjuangkan kebebasan. Sementara itu, menemukan bentuk kepribadian yang khas dalam periode ini belum menjadi sasaran utama. Pada usia ini juga individu mulai meningkatkan daya kreativitasnya melalui berbagai kegiatan atau penjurusan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan, yaitu sikap teman sebaya, sikap orang tua, nilai-nilai praktis dari berbagai mata pelajaran, sikap terhadap guru-guru, keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan derajat dukungan sosial di antara temanteman sekelas. Karakteristik Remaja Jenis Kelamin Menurut Papalia, Olds, & Feldman (2008), remaja perempuan lebih banyak dilanda stres dan depresi karena pengaruh lingkungan sosial dan juga teman sebaya. Remaja perempuan juga lebih mudah meluapkan emosinya

25 10 daripada laki-laki. Perempuan juga ternyata lebih peka dan memiliki empati yang tinggi, sedangkan laki-laki lebih mudah beradaptasi dan mengatasi stres. Usia Santrock (2003) membagi usia remaja dibagi ke dalam dua periode, yaitu remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun). Bertambahnya usia anak membuat anak memiliki ruang lingkup yang semakin luas terjangkau. Pada masa remaja juga lah pengaruh teman sebaya dan lingkungan di luar diri anak semakin kuat, sedangkan pengaruh lingkungan keluarga semakin berkurang. Urutan Kelahiran Urutan anak ketika dilahirkan terdiri atas anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Menurut Santrock (2003), urutan kelahiran anak ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku orang tua terhadap anak tersebut. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004), anak sulung memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan dituntut untuk lebih dewasa serta dapat memberikan contoh bagi adikadiknya. Orang tua juga menjadi lebih mengekang atau menetapkan batas-batas tingkah laku anak. Hal tersebut tidak jarang membuat anak sulung cenderung mengalami stres bila tidak dapat memenuhi tuntutan yang diberikan. Menurut Harlock (1980) diacu dalam Yulianti (2010), kedudukan seseorang dalam keluarga akan sangat mempengaruhinya menghadapi masyarakat dan dunia. Semua anggota keluarga memaksakan pola-pola perilaku tertentu kepada anggota keluarga yang lain pada saat mereka berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan cara inilah posisi dalam keluarga memberikan cap yang tidak dapat dihapuskan dari gaya hidup seseorang. Karakteristik Keluarga Usia Orangtua Berdasarkan Papalia dan Olds (2009), usia ibu dibagi menjadi tiga kategori, yakni dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (>60 tahun). Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004), usia dapat mempengaruhi cara memperlakukan dan mendidik anak. Perlakuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya haruslah disesuaikan dengan kematangan anak agar anak lebih siap menerima hal apa saja yang ingin

26 11 ditanamkan oleh orang tua. Dengan begitu, hal tersebut akan tetap tersimpan dan menjadi bagian kepribadian anak untuk kemudian membentuk konsep dirinya. Tingkat Pendidikan Orangtua Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2001), pola komunikasi antar keluarga secara langsung maupun tidak langsung ditentukan oleh tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, dan juga persepsi terhadap suatu masalah (Sumarwan 2002). Pekerjaan Orangtua Bekerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa, maupun ide. Menurut Sumarwan (2002), pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dan akan mempengaruhi besar pendapatan yang diterimanya. Pendapatan Orangtua Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang sebagai hasil dari pekerjaan yang dilakukan (Sumarwan 2002). Keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan memiliki kegiatan keluarga yang kurang terorganisasi dibandingkan keluarga dengan pendapatan tinggi (Hurlock 1980). Besar Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dalam keadaan saling ketergantungan. Model Pembelajaran Berbagai upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan sebagai proses untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Munculnya inovasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi pelaksana pendidikan itu sendiri. Salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan adalah munculnya model-model pembelajaran dengan berbagai program unggulan. Model-model ini dirancang dan

27 12 disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa yang memasuki kelas tersebut. Beberapa program yang telah diselenggarakan oleh sekolah, yaitu dengan adanya program kelas unggulan, seperti kelas Akselerasi dan membentuk Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Kelas Akselerasi Program akselerasi merupakan proses percepatan belajar yang telah dilaksanakan sejak tahun Tokoh yang pertama kali merumuskan akselerasi adalah Pressy. Pada tahun 1949, Pressy mengemukakan bahwa akselerasi adalah suatu kemajuan dalam bidang pendidikan dengan laju yang lebih cepat daripada yang berlaku pada umumnya. Semiawan (2000) diacu dalam Gunarsa (2006) mengatakan bahwa terdapat dua pengertian akselerasi, yang pertama adalah akselerasi sebagai model pembelajaran dan yang kedua akselerasi sebagai suatu kurikulum atau disebut sebagai program akselerasi. Dengan kata lain, akselerasi juga dikatakan sebagai suatu proses memulai tingkat pendidikan pada usia yang lebih muda dari yang biasanya. Program ini diperuntukkan untuk anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa di setiap jenjang sekolah. Program ini dilakukan dengan mempercepat waktu sekolah melalui pengurangan waktu selama satu tahun dari biasanya. Menurut Southern dan Jones (1991) dalam Gunarsa (2006), terdapat dua kriteria untuk melakukan kemajuan dalam bidang pendidikan, yaitu prestasi yang telah ada dan kemampuan untuk maju dengan lebih cepat daripada norma yang telah ada. Terdapat dugaan juga bahwa seorang siswa yang superior akan mampu melaju dengan lebih cepat dibandingkan teman sebayanya dalam menjalani program pengajaran yang standar. Para ahli juga menyatakan bahwa akselerasi melaju dengan lebih cepat dari segi akademis yang mencakup penawaran kurikulum standar kepada siswa yang berusia lebih muda dan berbakat sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan sesuai dengan bakat dan potensi siswa. Departemen Pendidikan (2002) merumuskan akselerasi sebagai pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa berbakat dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.

28 13 Kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf Internasional. Tujuan diadakannya RSBI ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dengan kualitas global atau Internasional. Kelebihan RSBI adalah memotivasi para siswa untuk mampu bersaing dalam dunia global. Seorang siswa lebih berani mencoba hal-hal baru sehingga akan menantang para guru untuk mengembangkan metode dan model pembelajaran di dunia Internasional. Salah satu standar RSBI adalah pendidik atau guru yang mengajar harus telah melalui jenjang pendidikan S2 atau S3 dengan kemampuan berbahasa Inggris yang aktif, secara lisan maupun tulisan. Peraturan Pemerintah (PP) No 17/2010 yang terdiri atas tiga pasal, yaitu menurut Pasal 152 Ayat 1 yang berisi satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan yang menjadi taraf Internasional melakukan penjaminan mutu pendidikan sesuai dengan penjaminan khusus sekolah/madrasah bertaraf Internasional yang diatur oleh menteri. Selain itu juga diatur dalam Pasal 152 Ayat 2, yaitu Pemerintah provinsi/pemerintah kabupaten kota atau masyarakat dapat mendirikan sekolah/madrasah baru yang bertaraf Internasional dengan persyaratan harus memenuhi standar Nasional Pendidikan (SNP) sejak sekolah/madrasah berdiri dan juga pedoman penjaminan mutu sekolah/madrasah bertaraf Internasional yang ditetapkan oleh menteri sejak sekolah/madrasah berdiri. Konsep Diri Menurut Hurlock 1993, konsep diri diartikan sebagai gambaran seorang individu tentang dirinya secara fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Hurlock (1980) menyatakan bahwa konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis. Citra fisik ini terbentuk pertama kali dan berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tarik, serta kesesuaian dengan jenis kelaminnya juga pentingnya beberapa bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri anak di mata orang lain. Citra psikologis terbentuk melalui pikiran, perasaan, dan emosi. Citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi

29 14 penyesuaian terhadap kehidupan, misalnya keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, berbagai aspirasi, dan kemampuannya. Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak, konsep diri fisik dan psikologis ini cenderung semakin menyatu dan pada akhirnya seorang anak akan menganggap diri mereka sebagai individu tunggal. Dimensi Konsep Diri Konsep diri bukan merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, setiap anak akan menerima sebuah tanggapan. Tanggapan tersebut akan dijadikan cara untuk menilai dan memandang diri seorang anak itu jika diberikan oleh orang-orang yang penting dalam hidup anak, seperti orang tua, guru, dan juga teman sebaya. Dengan kata lain, konsep diri seseorang terbentuk dari umpan balik individu lainnya. Bila orang-orang di sekitar anak menyenangi mereka, maka akan terbentuk pula konsep diri positif dalam diri anak. Konsep diri juga memiliki dua dimensi, yaitu dimensi internal dan eksternal. Menurut Calhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi internal, antara lain: 1. Pengetahuan tentang diri sendiri (identitas diri), dimensi ini merupakan suatu faktor dasar yang akan menentukan seseorang dalam kelompok sosial tertentu. Setiap individu juga akan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok sosial lain yang akan menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah informasi lain yang akan masuk dalam potret mental orang tersebut. 2. Harapan terhadap diri sendiri (tingkah laku) Diri ideal setiap individu tidaklah sama. Harapan dan tujuan seseorang akan membangkitkan kekuatan yang mendorongnya menuju masa depan dan memandu kegiatan seumur hidupnya. 3. Evaluasi diri (kepuasan diri) Evaluasi terhadap diri sendiri ini disebut dengan self esteem, yang akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukainya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Karakteristik Remaja Jenis Kelamin 9 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja merupakan masa transisi dari periode anak ke periode dewasa. Secara psikologi, kedewasaan adalah keadaan berupa sudah terdapatnya ciri-ciri psikologis pada diri seseorang.

Lebih terperinci

TINGKAT PERKEMBANGAN NILAI MORAL, MOTIVASI BELAJAR, KECERDASAN INTRAPERSONAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN

TINGKAT PERKEMBANGAN NILAI MORAL, MOTIVASI BELAJAR, KECERDASAN INTRAPERSONAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN TINGKAT PERKEMBANGAN NILAI MORAL, MOTIVASI BELAJAR, KECERDASAN INTRAPERSONAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN NADIA NANDANA LESTARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH HUSFANI ADHARIANI PUTRI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT Husfani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 29 METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bogor, terdiri dari tiga

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Kerangka pemikiran oprasional analisis self-esteem, self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi akademik siswa disajikan pada gambar 1.

Kerangka pemikiran oprasional analisis self-esteem, self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi akademik siswa disajikan pada gambar 1. 20 KERANGKA PEMIKIRAN Menurut seorang pakar ekologi keluarga yaitu Bronfenbrener menyatakan bahwa anak adalah salah sebuah unsur dalam lingkungan. Hal tersebut ditinjau dari sudut pandang dalam perpsektif

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua sekolah berbeda di Kota Bogor dan melibatkan tiga kelas yaitu kelas akselerasi, SBI dan reguler Kelas akselerasi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang

METODE PENELITIAN. = = 95,34 ~ 96 orang METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crosssectional karena data dikumpulkan dan diteliti pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan : Pendidikan Dan Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (V) PKM-GT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel 15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yakni data yang dikumpulkan pada suatu waktu dan tidak berkelanjutan (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR 63 PENGARUH POLA ASUH BELAJAR, LINGKUNGAN PEMBELAJARAN, MOTIVASI BELAJAR DAN POTENSI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH DASAR KARTIKA WANDINI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 36 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode survey. Penelitian dengan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494) 19 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut: METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei. Penelitian dengan desain cross sectional study adalah penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil survei Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa Indonesia hanya menduduki urutan 109 dari 179 negara di dunia. Survei tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), jumlah remaja di dunia cukup tinggi. Pada tahun 2012 sekitar 1,6 miliar orang di dunia berusia 12-24 tahun (WHO, 2012). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar pada perkembangan personal sosial anak.masuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar pada perkembangan personal sosial anak.masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah berperan sebagai agens untuk mentransmisikan nilai-nilai masyarakat pada setiap generasi selanjutnya dan mengatur berbagai hubungan dengan teman sebaya.sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR ELIS TRISNAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OGI KURNIAWAN G 0009164 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, KONSEP DIRI, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN HERTI HERNIATI

GAYA PENGASUHAN, KONSEP DIRI, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN HERTI HERNIATI 1 GAYA PENGASUHAN, KONSEP DIRI, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN HERTI HERNIATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa remaja merupakan masa yang sangat riskan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul, baik permaslahan yang muncul dari dalam maupun dari luar individu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus KAJIAN EMPIRIS ATAS PERILAKU BELAJAR, EFIKASI DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM MEMPENGARUHI STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI DI UNIVERSITAS MURIA KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Program Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB)-IPB merupakan suatu unit yang bertugas melaksanakan dan mengkoordinasikan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Kecemasan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa (Passer & Smith, 2008). Fase remaja menunjukkan perkembangan transisional yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  Syifa Zulfa Hanani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan kecerdasan setiap individu. Ada yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross-Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cepat, lengkap serta dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RATIH DEWI PUSPITASARI K

RATIH DEWI PUSPITASARI K HUBUNGAN ANTARA IQ, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RATIH DEWI PUSPITASARI K4308021

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci