PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Farida Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur berdasarkan kualitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya dan hal ini juga merupakan kunci dalam mereformasi bangsa menjadi lebih baik. Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tercermin dari Human Development Index (HDI), Indonesia menempati urutan 102 dari 106 negara (Megawangi, Latifah, & Dina 2008). Sumber daya manusia dipengaruhi oleh kualitas sistem pendidikan yang dijalankan di Indonesia. Melalui pendidikan yang holistik, akan dihasilkan pula manusia-manusia yang holistik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia tersebut juga perlu ditunjang oleh sistem pendidikan yang baik. Menurut Cury (2007), tugas pendidikan yang terpenting adalah mengubah manusia menjadi pemimpin bagi pikiran dan emosi dirinya sendiri. Megawangi, Latifah, dan Dina (2008) menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki sistem yang mengacu pada sistem yang dipakai oleh Amerika Serikat. Sistem ini menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau diperuntukkan bagi mereka yang memiliki hasil akademik yang baik dengan ukuran IQ yang tinggi. Kenyataan ini dapat dilihat dari bobot mata pelajaran yang diarahkan hanya pada dimensi akademik siswa saja dan seringkali diukur dengan kemampuan logika matematika serta kemampuan abstraksi, seperti kemampuan bahasa, menghafal, atau ukuran IQ. Banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya terdapat potensi lain yang perlu dikembangkan seperti yang terdapat dalam teori Howard Gardner (1983) diacu dalam Armstrong (2002), yaitu mengenai kecerdasan majemuk. Kecerdasan seorang anak dengan anak lainnya berbeda-beda. Anak yang cenderung cerdas dalam satu bidang belum tentu cerdas pula di bidang lainnya. Begitupun dengan anak yang kurang cerdas dalam satu bidang, ia pasti memiliki kecerdasan tertentu di bidang lain. Setiap anak pasti memiliki keunikan. Mereka memiliki kekhasan dalam diri mereka masing-masing. Kecerdasan yang mereka miliki dipengaruhi bukan hanya oleh gen yang diturunkan oleh orang tua mereka,
2 2 melainkan juga dipengaruhi oleh suatu proses belajar dari lingkungan di sekitarnya serta stimulus-stimulus yang dapat meningkatkan kemampuannya. Anak yang cerdas sesungguhnya bukan saja dilihat dari aspek kognitif, melainkan juga kecerdasan emosionalnya, cara ia mengelola emosi saat menghadapi stres, serta kecerdasan lain di samping aspek kognitif. Goleman (1995) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi seseorang. Menurut Goleman (1999), kecerdasan emosi merupakan faktor penentu keberhasilan masa depan anak. Kecerdasan intelektual dan emosi merupakan bagian yang integratif jiwa dan raga karena kecerdasan intelektual seseorang juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya. Misalnya saja hasil tes IQ yang juga ditentukan oleh beberapa kecerdasan emosi, seperti ketekunan dan motivasi. Emosi manusia berasal dari perasaan dalam lubuk hati, naluri yang tersembunyi, sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, akan mempengaruhi kecerdasan emosional untuk menyediakan pemahaman yang lebih utuh dan mendalam mengenai diri sendiri dan orang lain. Menurut Goleman (2007), seorang remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu mengelola emosi serta dapat menahan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan. Selain itu, ia juga mampu berpikir positif dalam memecahkan suatu masalah. Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi kecerdasan seorang anak (Goleman 2007). Hal ini disebabkan keluarga adalah tempat pertama dan utama seorang anak dalam mempelajari emosi dan akan mempengaruhi cara anak mengontrol emosinya kelak. Perkembangan intelektual anak akan sangat berkaitan dengan keadaan emosionalnya. Keberhasilan seorang anak di sekolah dipengaruhi oleh perasaan terhadap diri dan kemampuannya. Seorang anak yang memiliki gangguan emosi dan sosial akan berpengaruh pada prestasi belajar dan akan membuat anak membutuhkan banyak waktu untuk mengejar ketertinggalan. Kecerdasan seorang anak juga akan dipengaruhi oleh konsep diri yang ia miliki. Cara ia mengelola perasaannya akan sangat ditentukan oleh bagaimana ia mengenal konsep dirinya sendiri. Konsep diri itu pun akan terbentuk melalui perkembangan kecerdasan dan pengaruh dari lingkungan di sekitarnya.
3 3 Menurut Hurlock (1993), konsep diri seorang anak dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, antara lain peran orang tua, lingkungan sosial, serta proses belajar. Konsep diri merupakan suatu hasil belajar. Konsep diri seseorang mulai berkembang melalui proses belajar dan dapat didekati sejak lahir. Proses belajar ini terjadi setiap hari tanpa disadari. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004) pada masa remaja ini, seseorang mempertanyakan tentang pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri dan pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri. Pembentukan konsep diri juga dibentuk melalui pengalaman-pengalaman, baik pengalaman positif atau menyenangkan maupun pengalaman negatif atau menyedihkan. Lingkungan di sekitar memiliki porsi untuk mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri seorang individu bergantung pula pada tempat individu tersebut berada. Hurlock (1993) mengatakan bahwa konsep diri seseorang berkembang secara hierarkis dan hal yang pertama terbentuk adalah melalui hasil belajar di rumah serta pengalaman interaksinya dengan anggota keluarga lainnya yang disebut dengan konsep diri primer. Interaksi yang terjadi antara anak dengan lingkungannya, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan di luar keduanya tidak terlepas dari suatu masalah. Masalah-masalah dalam diri anak tersebut dapat menyebabkan terjadinya stres. Masalah di sekolah misalnya dapat berupa ketertinggalan dalam belajar, masalah dalam hubungan sosial dengan temanteman, rendahnya prestasi akademik, rendahnya rasa percaya diri, dan lain sebagainya. Stres pada anak dapat juga dipengaruhi oleh kondisi anak di luar sekolah, misalnya keadaan keluarga di rumah atau lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, stres pada anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Keduanya berperan dan berinteraksi dalam proses penilaian hingga terjadinya stres. Menurut Arianti (2002) diacu dalam Astuti (2007), tingkat stres seseorang dipengaruhi juga oleh sumber stres, sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi stres, sumber koping, dan juga persepsi individu terhadap stres. Stres yang dialami oleh seseorang dapat menyebabkan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan atau depresi. Cara seseorang memandang dan mengatasi stres yang ia hadapi akan mempengaruhi proses penyesuaian diri yang ia lakukan dalam kehidupannya.
4 4 Perumusan Masalah Permasalahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya mengenai kemerosotan ekonomi atau kemiskinan. Ada hal lain yang juga menjadi tantangan besar yang perlu dihadapi, yaitu masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu hal yang mempengaruhi masalah ini adalah kualitas sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan suatu bangsa. Melalui pendidikan, seseorang akan mendapatkan pengetahuan serta belajar bagaimana mengembangkan dirinya. Pendidikan juga mengajarkan nilai-nilai baik dan buruk sehingga memberikan pengertian pada individu mana hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pendidikan identik dengan fokus pada aspek kognitif seorang individu. Padahal, pendidikan itu sendiri mencakup berbagai aspek di luar aspek kognitif. Banyak aspek lain yang dipelajari dan berkembang melalui suatu proses pendidikan yang diterapkan. Saat ini masih banyak orang yang berpikir bahwa kecerdasan kognitif merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kesuksesan seseorang. Pandangan akan hal ini juga banyak diterapkan dalam berbagai proses pembelajaran di sekolah. Pengajar lebih menekankan pada daya tangkap, daya pikir, dan daya ingat anak tanpa mempertimbangkan perkembangan emosi siswa yang mengikutinya. Anak hanya diberikan materi untuk kemudian dihafal dalam waktu tertentu dan tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan hal lain di luar aspek kognitif. Saat aspek kognitif tersebut diperoleh anak dengan hasil yang tidak sesuai dengan standar, anak dinilai kurang cerdas. Hal tersebut tidak didukung oleh perkembangan kecerdasan anak yang lain yang mungkin dapat jauh lebih berkembang dibandingkan sekedar satu jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan kognitifnya. Menurut Long (1978) perkembangan mental dan kognitif anak dalam rentang usia tahun relatif lebih matang dibandingkan dengan peringkat sekolahnya terdahulu. Mereka telah memiliki asas pendidikan dan merupakan proses perluasan konsep yang telah mereka peroleh sebelumnya. Perkembangan yang mereka alami pun akan semakin banyak dan lebih rumit dari sebelumnya
5 5 dan mereka perlu menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut sebelum menuju perkembangan selanjutnya. Menurut Megawangi, Latifah, dan Farahdina (2008), pada kenyataannya energi yang dimiliki mayoritas siswa Indonesia sudah habis setelah melewati jenjang pendidikan SD sehingga mereka tidak siap untuk mengikuti pelajaran pada jenjang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan tidaklah sesuai dengan teori perkembangan anak. Akibatnya, terciptalah generasigenerasi yang tidak percaya diri dan menciptakan sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan terbawah, tidak mampu bekerja, tidak terampil, serta tidak berkarakter. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh tujuan pendidikan di Indonesia yang lebih mengacu pada pembentukan anak yang pandai secara kognitif. Pendekatan belajar yang lebih berorientasi pada aspek kognitif akan dapat mengubah pandangan siswa yang semata-mata hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi. Berbagai hal mereka lakukan dengan cara yang tidak jujur untuk mengejar nilai. Melalui kenyataan ini, dapat dilihat bahwa siswa belum bisa mengontrol kecerdasan emosi mereka dengan baik. Mereka hanya terfokus pada bagaimana pencapaian sebuah prestasi akademik atau dari aspek kognitif saja. Ketidakseimbangan ini pun mengarah pada kesadaran siswa terhadap konsep diri yang mereka miliki. Saat siswa memiliki konsep diri yang baik, mereka tidak akan melakukan hal-hal yang tidak jujur, justru mereka akan berusaha mencapai keseimbangan antara kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional yang mereka miliki untuk meraih sebuah keberhasilan. Sekolah merupakan salah satu sarana seorang anak belajar, bukan hanya dalam hal mendapat ilmu melainkan juga melatih emosi dan ketrampilan sosialnya. Berbagai kurikulum dan metode pembelajaran pun mulai diterapkan di sekolah. Dimulai dengan adanya kelas nasional (reguler) atau yang merupakan kelas yang tergolong umum, baik dalam hal program maupun lingkungan sekitarnya. Kini semakin banyak inovasi lain di bidang pendidikan. Misalnya saja dengan adanya berbagai kurikulum atau program tertentu yang berbeda dengan kelas reguler, seperti kelas akselerasi dan kelas RSBI. Kelas akselerasi diciptakan dengan tujuan mempercepat proses belajar siswa sehingga siswa lebih cepat lulus
6 6 dibandingkan dengan anak seusianya. Kelas ini juga merupakan kelas dengan siswa-siswi unggulan sehingga dipersiapkan langsung untuk memperoleh materi dengan sistem yang berbeda. Selain itu, ada pula program kelas RSBI. Kelas ini menggunakan kurikulum yang melakukan inovasi di bidang pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. Kelas ini juga menyediakan fasilitas yang jauh lebih lengkap, sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan teknologi, serta mulai menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (bilingual) sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar. Tujuannya adalah agar dapat menciptakan lulusan yang memiliki daya sains yang tinggi. Munculnya inovasi dalam bidang pendidikan ini ternyata tidak serta merta memberikan keuntungan bagi berbagai pihak. Akan tetapi, terdapat beberapa permasalahan umum yang terjadi dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Program akselerasi sebenarnya terdiri atas tiga layanan, yaitu enrichment, extention, dan acceleration, namun pelaksanaan di kebanyakan sekolah lebih identik dengan layanan acceleration (percepatan) saja. Menurut Kurniawan (2010), pembentukan kelas akselerasi menyebabkan pihak sekolah memerlukan konsultan yang profesional dan terpercaya, serta pengajar yang memiliki ketrampilan khusus untuk mengajar di kelas akselerasi. Selain itu, pihak sekolah membutuhkan dana yang cukup untuk menutupi pembiayan di awal tahun. Kurniawan (2010) juga menyatakan bahwa jadwal yang padat pada siswa kelas akselerasi menyebabkan mereka kehilangan masa bermainnya dan secara tidak sengaja kelas ini pun menjadi kelas yang eksklusif. Hal ini diakibatkan oleh pelayanan dan perlakuan yang istimewa dari pihak sekolah. Di lingkungan sekolah, siswa kelas akselerasi lebih tertutup dan kurang aktif sehingga cenderung memiliki resiko yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (Kamdi 2004 diacu dalam Kurniawan 2010). Sementara itu, munculnya kelas akselerasi juga menjadi gengsi tersendiri bagi sebagian masyarakat, misalnya dalam hal perekrutan siswa. Tidak sedikit orang tua yang cenderung memaksakan anaknya agar dapat masuk ke kelas akselerasi. Menurut Darmaningtyas (2004) diacu dalam Kurniawan (2010), kelas akselerasi memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kelas tersebut hanya mengukur kecerdasan kognitif dan ditetapkan berdasarkan IQ, serta menimbulkan
7 7 kecemburuan bagi kelas reguler. Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi pun sama dengan kelas reguler padahal dengan IQ yang tinggi, siswa kelas akselerasi seharusnya mendapatkan kurikulum yang lebih luas dan mendalam. Aktivitas yang dialami juga menjadi salah satu pemicu stres siswa. Dalam waktu yang singkat di sekolah dan berbagai tugas yang diberikan akan menjadi tekanan bagi siswa itu sendiri. Siswa yang dapat beradaptasi dengan baik akan mampu menyelesaikan masalahnya, sedangkan siswa yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan belajarnya, ia akan mengalami stres yang berkepanjangan. Seseorang seringkali menunjukkan gangguan kognitif yang cukup serius ketika berhadapan dengan penyebab stres yang cukup serius pula. Mereka akan sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara logis. Akibatnya, saat mereka mengerjakan suatu pekerjaan yang kompleks, hasil yang diperoleh tidak akan menjadi optimal dan bahkan cenderung memburuk. Stres yang dirasakan juga bergantung pada besarnya gambaran individu tentang dirinya (konsep diri) serta cara mengelola perasaan atau emosi yang dirasakan. Pengaruh faktor-faktor tersebut juga merupakan tugas orang tua, guru, pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk lebih memberikan perhatian terhadap dampak dari adanya kelas unggulan seperti akselerasi dan kelas RSBI juga perbedaannya dengan kelas reguler. Ini dilakukan agar dapat tercipta suasana yang mendukung proses belajar yang dapat membentuk konsep diri yang positif dalam diri siswa, meningkatkan kecerdasan emosional, menurunkan tingkat stres akibat tekanan kognitif atau lingkungannya, dan menjelaskan strategi koping yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar. Sesuai dengan pemaparan diatas, maka pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbedaan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh pada berbagai model pembelajaran. 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh.
8 8 3. Bagaimana hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres dan strategi koping contoh. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping remaja pada berbagai model pembelajaran di SMA. Tujuan Khusus 1. Menganalisis perbedaan antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh pada berbagai model pembelajaran. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stres, dan strategi koping contoh. 3. Menganalisis hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional contoh. 4. Menganalisis hubungan antara konsep diri dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres dan strategi koping contoh. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait. Bagi orang tua dan pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk tidak hanya memperhatikan kecerdasan kognitif anak tetapi juga lebih memperhatikan perkembangan emosi anak. Hal ini disebabkan perkembangan emosi merupakan pendukung pembentukan konsep diri anak. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan juga para pendidik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan aspek kognitif dan emosi dalam upaya pembentukan konsep diri anak melalui model pembelajaran yang lebih proporsional. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang keilmuan perkembangan dan pendidikan anak dan juga dapat menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil survei Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa Indonesia hanya menduduki urutan 109 dari 179 negara di dunia. Survei tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan kecerdasan setiap individu. Ada yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perhatian terhadap anak berbakat khususnya di Indonesia sekarang ini sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa
Lebih terperinciKONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA
i KONSEP DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL, TINGKAT STRES, DAN STRATEGI KOPING REMAJA PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN DI SMA RESTU DWI PRIHATINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciDiajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan mengolah data keuangan (input) untuk menghasilkan informasi keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntansi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengeluaran dan pemasukan keuangan dan secara umum akuntansi adalah suatu proses dalam kegiatan mengolah data keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman dimana pertukaran budaya, seni dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu tujuannya adalah pencapaian hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan sektor penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Pembangunan nasional membutuhkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). Perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment 2.1.1. Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI
i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinci2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peserta didik berbakat yang berada pada usia remaja memiliki kemampuan yang lebih tinggi diberbagai bidang dibandingkan dengan anak pada umumnya, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, tingkatan intelektual manusia terbagi dalam tiga jenis 1. Pertama, individu dengan tingkat intelektual
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Profesi Psikologi Kekhususan Psikologi Pendidikan Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dapat dikatakan cukup rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation Development Programme
Lebih terperinciBab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Selain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena kebanyakan mahasiswa berharap memiliki titel kesarjanaan dan bercita-cita memperoleh pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada umumnya tahap perkembangannya berada dalam kategori remaja pertengahan 15-18 tahun (Monks,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah tersedianya Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik berupa kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya, menantang bangsa ini untuk mengatasi krisis yang dialami agar tidak tertinggal kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi.
Lebih terperinciManajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana
Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana Skripsi (Sarjana)--. 2009 Pembimbing 1. KUSMINTARDJO ; 2. DJUM DJUM NOOR BENTY Oleh Faradiana, Iva ABSTRAK Penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan menjadi
Lebih terperinciBentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan
Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia
Lebih terperinciSilabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )
Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan - Mencapai kematangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk ditingkatkan agar mencapai hasil yang semakin baik kedepannya. Pendidikan merupakan aspek terpenting
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh
METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intelegensi dan konsep diri merupakan bagian faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasinya. Untuk itu sebagai pendidik harus dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten
267 BAB VIII PENUTUP SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar merupakan sekolah yang diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten bersangkutan. Keunggulan sekolah tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat identik dengan proses belajar mengajar. Proses belajar tersebut merupakan proses adaptasi yang dilakukan individu untuk memahami dan menguasai ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia dan tingkat kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi secara bertahap tergantung pada
Lebih terperinciKEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA
KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA ABSTRAKSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai hubungan disiplinan belajar terhadap hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan sangat menuntut profesionalisme dari masing-masing individu dalam bekerja. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh besar pada perkembangan personal sosial anak.masuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah berperan sebagai agens untuk mentransmisikan nilai-nilai masyarakat pada setiap generasi selanjutnya dan mengatur berbagai hubungan dengan teman sebaya.sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123
ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu.
Lebih terperinciOLEH: Keswati NIM : K BAB I PENDAHULUAN
Eksperimentasi pengajaran matematika dengan metode mengajar kooperatif tipe TAI ( team assisted individualization) pada sub pokok bahasan luas dan keliling lingkaran ditinjau dari kemampuan awal siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan dengan berbagai macam masalah dan persaingan yang tidak kunjung habis. Masalah tersebut umumnya tidak menyenangkan
Lebih terperinci