ROTI TAW AR. Lampiran 1. Materi Intervensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROTI TAW AR. Lampiran 1. Materi Intervensi"

Transkripsi

1 Lampiran 1. Materi Intervensi ROTI TAW AR Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti (yeast) dan dipanggang. Ke dalam adonan boleh ditambahkan garam, gula, susu, lemak dan bahan-bahan lain seperti coklat, kismis, dan sukade. Roti umumnya dijual dalam bentuk roti manis dan roti tawar. Jenis-jenis roti berdasarkan cara pengolahannya : 1. Roti yang dikukus Contoh : Bakpao 2. Roti yang digoreng Contoh : Donat 3. Roti yang dipanggang. Contoh : Aneka roti tawar dan roti manis Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan roti tawar beserta fungsinya : 1. Tepung terigu Tepung terigu merupakan bahan utama yang biasa digunakan untuk pembuatan roti tawar. Hal ini karena di dalam tepung terigu mengandung protein (yang disebut gluten) yang akan menyebabkan pengembangan serta keelastisan adonan. Banyaknya kandungan protein dalam tepung terigu dipengaruhi oleh banyaknya kandungan gluten dari tepung tersebut. Gluten terdiri dari 2 zat utama yaitu gliadin dan glutenin. Kedua zat ini bila bereaksi dengan air akan membentuk gluten yang dapat menahan gas dan menyebabkan pengembangan pada roti. Tepung gandum yang berprotein rendah akan menyebabkan struktur roti mudah hancur sedangkan bila menggunakan tepung berprotein tinggi akan menyebabkan roti lebih mengembang dan elastis (Bennion & Hughes, 1970). Macam-macam tepung terigu berdasarkan kandungan proteinnya : a. tepung terigu berkadar protein rendah 8-9%, mempunyai sifat gluten yang kurang baik yang cocok untuk membuat cake, biskuit, dan kue-kue kering yang tidak menghendaki terbentuknya gluten.

2 b. tepung terigu berkadar protein sedang 10-11%, dihasilkan dari penggilingan campuran gandum soft dan hard yang mempunyai sifat gluten sedang. Cocok untuk pembuatan mie. c. terpung terigu berkadar protein tinggi 11-13%, dihasilkan dari penggilingan 100% gandum hard, mempunyai sifat gluten yang ulet dan kuat yang cocok untuk pembuatan roti beragi (Arpah, 1993). 2. Ragi roti (yeast) Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan roti adalah proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi roti. Yeast akan mengkatalisis produksi gas karbondioksida dan etil alkohol selama proses fermentasi. Ragi roti sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan salah satu komponen utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi adonan yang dilakukan. Suhu optimum fermentasi adonan adalah 27 o C. Proses proofing adalah proses fermentasi akhir setelah adonan dibentuk, ditimbang dan dimasukkan ke dalam loyang sebelum akhirnya adonan dipanggang dalam oven. Pada tahap ini gluten menjadi halus dan meluas serta penampakan proofing, volume adonan berkembang menjadi dua kali lipat. Suhu proofing yang baik adalah antara C dengan kelembaban relatif (RH) % selama menit (Susanto, 1998). Perubahan-perubahan yang terjadi selama fermentasi antara lain : Fermentasi karbohidrat menjadi CO 2, etanol, dan sejumlah kecil senyawa-senyawa yang bila bergabung dengan protein akan berperan sebagai precursor flavour Improving sebagai gas retention dan leavening. (Matz, 1992). 3. Mentega putih Mentega putih adalah lemak padat yang umumnya berwarna putih dan mempunyai titik cair, sifat plastis dan kestabilan tertentu. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua macam lemak atau lebih, atau dengan cara hidrogenasi. Mentega putih ini banyak digunakan dalam bahan pangan terutama pada pembuatan kue dan roti yang dipanggang. Di dalam roti dan kue, lemak berfungsi sebagai bumbu yang memperbaiki citarasa, struktur, tekstur, keempukan serta memperbesar volume roti dan kue (Ketaren, 1986).

3 4. Susu Susu dapat meningkatkan absorbsi air, sehingga roti menjadi lebih empuk. Susu memberikan toleransi yang lebih baik selama peragian atau pada fase pembentukan. Selain itu, susu dapat memperbaiki warna kulit roti serta penampilan akhir yang lebih baik. (Matz, 1992). 5. Gula Gula juga berperan dalam pembuatan roti tawar yaitu sebagai pemanis, memberi flavour, sebagai sumber makanan yeast pada proses fermentasi (Matz, 1992). Selain memberi rasa manis gula berfungsi untuk melunakkan roti, mengikat udara yang terperangkap ketika pembuatan adonan serta menjaga kelembaban roti. Namun terlalu banyak gula justru akan merusak tekstur (Bennion & Hughes, 1970). 6. Garam Garam dalam pembuatan roti adalah untuk memberikan rasa gurih pada roti, mengontrol waktu fermentasi, menambah elastisitas dan keliatan gluten. jumlah garam yang ditambahkan biasanya antara 1,75-2,5 %. Penggunaan garam yang terlalu rendah akan menghasilkan roti yang hambar dan sebaliknya bila berlebihan, fermentasi oleh yeast akan terhambat. Garam yang digunakan hendaknya yang bermutu baik yaitu bersih, bebas dari bahan - bahan yang tidak larut, bebas dari zat - zat kimia yang dapat mengganggu fermentasi, halus, tidak menggumpal serta mudah larut (Marliyati et al., 1999). 7. Air Fungsi utama air adalah untuk menghidrasi tepung sehingga dapat membentuk adonan yang baik. Air juga berfungsi sebagai pelarut dari bahan - bahan lain seperti garam, gula, susu bubuk dan lain sebagainya. Banyaknya air yang ditambahkan dalam pembuatan adonan roti akan menentukan mutu dari roti yang dihasilkan (Marliyati et al., 1999). SIFAT INDERAW I BAHAN PANGAN Pengujian inderawi merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengujian terhadap sifat karakteristik bahan pangan dengan mempergunakan indera manusia termasuk indera penglihat, pembau, perasa dan peraba. Dalam penilaian terhadap bahan pangan, sifat pertama kali yang menentukan diterima atau ditolaknya bahan tersebut oleh pemakai adalah sifat-sifat inderawi yang dimilikinya. Sifat inderawi seperti rasa,

4 warna, aroma dan tekstur suatu bahan pangan merupakan sifat-sifat yang muncul karena menyangkut selera seseorang. Ketertarikan konsumen terhadap bahan pangan tergantung pada inderanya. Dalam memberikan penilaian indera berperan sebagai alat pembau, penglihat, perasa, dan peraba. Ada 6 tahap yang terjadi selama seseorang menilai suatu bahan : 1. menerima bahan 2. mulai mengenali bahan 3. mengadakan klasifikasi sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan tersebut 4. mengingat-ingat bahan yang telah diamati 5. menguraikan sifat-sifat inderawi dari bahan tersebut 6. mengadakan evaluasi terhadap bahan tersebut berdasarkan sifat inderawi yang dimilikinya. Sifat-sifat yang dinilai dengan indera (sensorik) antara lain : a. Indera penglihatan Sifat penglihatan atau kenampakan merupakan sifat pertama yang diamati oleh konsumen sedangkan sifat-sifat yang lain akan dinilai kemudian. Alat penglihat memberikan sensori warna, kenampakan dan bentuk visualisasi bahan pangan. Termasuk dalam sifat penglihatan, yaitu: warna, kilap, bentuk dan ukuran, cacat, kotor, bersih dan lain-lain. b. Indera perabaan Sifat perabaan tidak terdapat secara khusus pada alat tubuh seperti sifat yang lain. Perabaan terjadi hampir di seluruh permukaan kulit dengan kepekaan yang berbedabeda. Beberapa daerah seperti rongga mulut, bibir, tangan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap perabaan. Sifat perabaan misalnya: keras lunaknya, ulet tidaknya, dan lain-lain. Sifat perabaan umumnya dikaitkan dengan tiga hal, yaitu: 1. Struktur. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun bahan, ataupun perabaan dengan jari. 2. Tekstur. Tekstur merupakan sensori tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan). Ada bermacam-macam penginderaan tekstur yang dapat dinilai meliputi kebasahan, kering, keras, halus, kasar, renyah, berminyak, empuk, mengeripik dan sebagainya.

5 3. Konsistensi. Sedangkan konsistensi merupakan sebab yang berhubungan dengan sifat karakteristik bahan seperti tebal, tipis, halus. c. Indera pembau Indera pembau digunakan untuk menilai bau-bauan suatu produk. Alat pembau terdapat pada rongga hidung. Alat pembau memberikan informasi tentang bau suatu bahan. Baubauan atau (aroma) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Untuk menghasilkan bau, zat-zat bau harus dapat menguap, sedikit larut dalam lemak. Dalam pengujian inderawi bau lebih kompleks dari pada rasa. Bau (aroma) dari suatu produk dapat diamati baik dengan cara membau maupun merasakan. Zat yang menghasilkan bau sering lebih kuat diamati dengan merasakan dari pada dengan membau. d. Indera pengecap(perasa) Alat ini terdapat dalam rongga mulut pada permukaan lidah dan sebagian langit-langit rahang atas untuk menilai rasa dari suatu produk pangan. Empat macam rasa dasar yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah. Rangsangan yang diterima oleh otak karena rangsangan elektris yang diteruskan dari sel perasa sebenarnya sangat kompleks. Kualitas empat rasa dasar dipengaruhi oleh konsentrasinya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi merupakan gabungan berbagai macam rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh. Rasa suatu bahan pangan merupakan hasil kerja sama indera-indera yang lain. SIFAT SENSORI DAN FISIK ROTI TAW AR 1) Warna Warna merupakan salah satu faktor mutu bahan pangan yang banyak menentukan penerimaan konsumen. Dalam memilih makanan orang sering tertarik pada warnanya kemudian aroma, rasa dan nilai gizi. Warna dapat berfungsi sebagai isyarat penting dalam persepsi konsumen dan sering digunakan untuk membangkitkan perasaan dan suasana tertentu. Warna makanan memiliki sugesti terhadap aroma, flavor, maupun tekstur. 2) Aroma

6 Istilah aroma diartikan sebagai sensasi baru yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia senyawa volatil yang tercium oleh syaraf-syaraf oleh faktor yang berada dalam rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian dapat mempengaruhi tingkat atau daya penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan tertentu. Oleh karena itu, penerimaan suatu produk pangan dapat berkurang bila terjadi penyimpangan bau/aroma meskipun memiliki penampilan visual/warna yang disukai. 3) Rasa Rasa juga dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap suatu produk. Rasa terbentuk akibat adanya tanggapan rangsang kimia oleh indera perasa, dan kemudian kesatuan interaksi antara sensasi rasa, aroma, tekstur dan mouth feel akan membentuk keseluruhan cita rasa atau flavor produk pangan yang dinilai. Secara umum makanan yang masuk ke dalam rongga mulut akan merangsang saraf penerima bau. 4) Keempukan Keempukan ditunjukkan dengan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk memampatkan/menekan/mengempeskan makanan oleh gigi dalam satu gigitan. Cara untuk mengetahui adalah dengan mengunyah makanan tersebut menggunakan gigi geraham. 5) Kepadatan Adalah kemampuan makanan untuk tetap utuh/kompak/padat dan tidak hancur menjadi butiran-butiran (serpihan-serpihan) kecil. Cara mengetahui kepadatan suatu makanan dapat dilakukan dengan merasakan pada saat pertama kali dikunyah sebelum hancur. 6) Kelengketan Adalah sifat makanan yang mudah tertinggal (lengket menempel) di langit langit mulut atau gigi setelah dikunyah. Cara mengetahui kelengketan suatu makanan adalah dengan mengunyah makanan tersebut dan dirasakan makanan yang tertinggal di gigi atau di langit-langit mulut. 7) Elastisitas Adalah kemampuan makanan untuk merenggang kembali secepat mungkin ke bentuk semula setelah mendapat tekanan. Cara untuk mengetahui elastisitas makanan dapat dilakukan dengan menekan makanan tersebut menggunakan jari lalu dilihat kemampuannya untuk kembali ke bentuk semula.

7 Lampiran 2. Lembar Kuesioner LEMBAR KUESIONER EVALUASI KERAGAMAN PENILAIAN SENSORI DAN SIFAT FISIK PRODUK ROTI TAW AR PADA KELOMPOK PANELIS ANAK REMAJA Tanggal pelaksanaan : Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai roti tawar. Anda dimohon mengisi kuesioner ini untuk membantu pelaksanaan skripsi. Data pribadi anda akan dijamin kerahasiaannya. Terimakasih. A. Data Pribadi Responden Nama : Alamat : Umur : Jenis kelamin : Laki laki / Perempuan (coret yang tidak perlu) Uang saku perhari : (a). < Rp. 5000,00 (b). Rp. 5000,00 Rp ,00 (c). > Rp ,00 Sampel : Roti Tawar B. Pertanyaan Pendahuluan 1. Apakah anda mengetahui produk roti tawar? Tahu Tidak tahu 2. Apakah anda pernah mengkonsumsi produk roti tawar? Pernah (Dilanjutkan ke no. 3) Tidak pernah

8 3. Bila PERNAH, berapa rata-rata frekuensi Anda dalam mengkonsumsi roti tawar (dalam 1 minggu)? 1 3 kali 4 7 kali 8 10 kali lebih dari 10 kali C. Pertanyaan Spesifik Di hadapan Anda telah disajikan produk roti tawar dan anda dipersilakan memberikan penilaian dengan memberi tanda (X) pada rentang nilai antara 0 10 (pada titik-titik dan termasuk garis di antara titik-titik) yang anda pilih untuk masing masing pertanyaan di bawah ini : 1. Warna adalah suatu sifat bahan yang berasal dari adanya rangsang cahaya yang jatuh ke indera mata. Menurut anda bagaimana dengan warna produk roti tawar tersebut? gelap cukup terang 2. Aroma adalah sesuatu yang dapat diamati dengan menggunakan indera pembau (hidung). Aroma apa yang tercium dari roti tawar tersebut? Yeast / ragi roti Susu Telur Mentega Lainnya...(sebutkan!) Menurut Anda, bagaimana dengan ketajaman aroma roti tawar tersebut? tidak tajam cukup tajam

9 keterangan : Tidak tajam Cukup Tajam : aromanya tidak tercium sama sekali : aromanya ada tapi sedikit yang tercium : aromanya sangat tercium (aromanya sangat kuat) 3. Kemanisan merupakan sifat makanan yang dipengaruhi oleh banyak sedikitnya gula yang digunakan. Bagaimana dengan kemanisan roti tawar tersebut? tidak manis cukup manis keterangan : Tidak manis : rasa gulanya tidak terasa sama sekali Cukup : rasa gulanya ada tetapi sedikit yang terasa Manis : rasa gulanya sangat terasa 4. Keempukan dalam uji sensori produk makanan adalah kekuatan yang dibutuhkan oleh gigi geraham untuk mengunyah makanan di dalam mulut. Bagaimana dengan keempukan produk roti tawar tersebut? tidak empuk cukup empuk keterangan : Semakin empuk makanan maka semakin sedikit tenaga yang dibutuhkan untuk mengunyah makanan tersebut. 5. Kepadatan (cohesiveness) adalah sifat makanan yang dapat membentuk kekompakan setelah dikunyah pertama kali sebelum hancur.

10 Menurut Anda bagaimana dengan kepadatan roti tawar tersebut setelah dikunyah? remah cukup padat keterangan : Remah : makanan menjadi serpihan setelah dikunyah, misalnya crackers Cukup : makanan masih agak menyatu dan sedikit menjadi sepihan setelah dikunyah Padat : makanan masih menyatu (kompak/padat) setelah dikunyah, misalnya kue moho 6. Kelengketan (adhesiveness) dalam uji sensori produk makanan adalah sifat makanan yang masih tertinggal (menempel) di gigi setelah dikunyah di dalam mulut. Menurut anda bagaimana dengan kelengketan makanan tersebut? tidak lengket cukup lengket keterangan : Tidak lengket : makanan tidak akan tertinggal/menempel di gigi setelah dikunyah Cukup : makanan akan tertinggal/menempel di gigi setelah Lengket : makanan akan tertinggal/ menempel di gigi setelah dikunyah 7. Elastisitas (springiness) dalam uji sensori produk makanan adalah kemampuan makanan untuk meregang kembali ke bentuk semula setelah mendapat tekanan (ditekan dengan tangan).

11 Menurut anda, bagaimana dengan daya elastisitas produk tersebut? tidak elastis cukup elastis keterangan : Tidak elastis : makanan tidak dapat meregang kembali ke bentuk semula setelah ditekan Cukup : akan meregang kembali setelah ditekan tapi tidak seperti bentuk semula Elastis : makanan akan meregang kembali ke bentuk semula setelah ditekan 8. Secara keseluruhan (overall) bagaimana produk ini? tidak enak cukup enak

12 Lampiran 3. Gambar-gambar Kegiatan Penelitian Gambar 1. Pengujian Sensoris Minggu I Gambar 2. Intervensi sebelum Pengujian Gambar 3. Uji Profil Tekstur Roti Tawar dengan Texture Analyzer

13 Lampiran 4. Data Responden no nama jns klmn umur ungsku/hr kons/mgu 1 Hendy K L 16 b 4-7 kali yeast- 2 Pius A. A L 16 c > 10 kali yeast- 3 Nugraha R L 16 b 4-7 kali yeast- 4 C. Yoga M L 17 b > 10 kali yeast- 5 Ayu Puspa P 16 b 1-3 kali yeast- 6 Titis I P 16 c 1-3 kali susu- 7 Theresa C. A. P 16 c 1-3 kali susu- 8 A. Bintang S. P L 16 c 4-7 kali yeast- 9 Aib Windu P. L 17 a 1-3 kali yeast- 10 Dewi Hapsari P P 17 b 8-10 kali yeast- 11 Lea Nova Lita P 16 b 1-3 kali yeast- 12 Christina Ajeng P 16 a 1-3 kali yeast- 13 St. Ardian S. P L 16 a 1-3 kali telur- 14 Herdyana P 16 b 4-7 kali yeast- 15 Yohanes Fery L 16 b 8-10 kali yeast- 16 Stefanus Tirta L 15 b 4-7 kali mntg- 17 Dias C. P. P 15 a 4-7 kali yeast- 18 Raditya W. L 17 b 1-3 kali susu- 19 Geralda S. S. L 16 b 1-3 kali yeast- 20 Dimitrio D. R. S L 17 c 8-10 kali susu- 21 Ridwan D. D. L 16 b 8-10 kali yeast- 22 Adek P 16 b 8-10 kali yeast- 23 Anita Dewi K P 16 b > 10 kali yeast- 24 Ira Septia P 16 a 1-3 kali yeast- Aroma yang tercium 25 Putri Kurnia S. P 16 b 1-3 kali tengik- 26 Risky D. P 16 b 4-7 kali yeast- 27 Ani Kurniawati P 15 b 1-3 kali yeast- 28 Hendri S. P 16 b 8-10 kali mentega- 29 Albertus A. L 16 b 1-3 kali sangit- 30 Bonifasius A.R. L 16 b 4-7 kali yeast- 31 Theresiana Y. P 16 a 1-3 kali susu- 32 Nining S. H. P 16 a 1-3 kali susu- 33 Verena N. S. P 16 b 1-3 kali susu- 34 Hana Oktafia P 16 a 1-3 kali yeast- 35 Gusti Ayu P 17 a 1-3 kali susu- 36 A. Eko Budi S. L 16 c 4-7 kali yeast- 37 Yoshida E. L 16 b 4-7 kali mentega- 38 Victoria E. M. P 17 b 1-3 kali susu- 39 Maria B. N. W. P 16 b 4-7 kali Yeast,susu,mentega- 40 Yasinta N. T. P 17 b 1-3 kali yeast,susu,telur- 41 Grandis C.M.W. L 16 a 1-3 kali yeast- 42 Gregorius K. L 15 a 4-7 kali susu- 43 Lynda Ayu P 15 b 1-3 kali susu- 44 Benedicta A.S. P 16 b 1-3 kali susu- 45 Danny K. L. 16 b 4-7 kali yeast- 46 Ayunda N. P 15 b 1-3 kali yeast,susu- 47 L. Satya H. B. L 16 a 1-3 kali yeast,mntg- 48 Roy Ricard L 15 b 4-7 kali smua- 49 Aryo Wahyu L 17 b 4-7 kali susu,mntg- 50 Samgar D. L 16 b 1-3 kali yeast,mtg- 51 M'bonk (vendrio) L 16 b 4-7 kali yeast- 52 P. Indra R. D. L 16 b 1-3 kali yeast,susu- 53 Theresia Agustina P 16 b 1-3 kali yeast,susu-

14 No. Nama Jns klmn Umur Ungsku/hr Kons/mgu Aroma yang tercium 54 Leonita C. P 16 b 4-7 kali yeast,susu- 55 Myria P 16 b 8-10 kali yeast- 56 Niko Riza H. L 16 a 4-7 kali yeast- 57 Rony L 16 a 1-3 kali yeast- 58 Gerardus G. R. L 16 b 1-3 kali trg,mntg- 59 Anang L 15 b 1-3 kali susu- 60 Daryanto L 16 b 8-10 kali yeast,susu- 61 Bernardus A. L 16 b 4-7 kali susu- 62 Rizmawan L 16 b > 10 kali susu- 63 Anastasia R.K.D P 17 b 1-3 kali susu- 64 Anugrah Slamet L 17 a 1-3 kali susu- 65 Hartiti M. P 16 b 1-3 kali yeast- 66 Yohanes Tri S L 16 b 4-7 kali susu- 67 Maria B.M.I. P 17 b 1-3 kali yeast- 68 Tommy Setia H. L 16 a 1-3 kali mtg- 69 E. C. Pusparena P 16 b 1-3 kali yeast- 70 Alberta P.E. P 16 a 1-3 kali yeast- 71 Alvin W. L 16 b 1-3 kali susu- 72 Yoh. Warindyo L 16 b 4-7 kali yeast- 73 Angela Nitta N. P 16 b 1-3 kali telur- 74 Maria I. P 16 b 4-7 kali telur- 75 Eudia Christina P 16 b 4-7 kali susu- 76 Devita Riangsari P 15 b 1-3 kali yeast- 77 Linear Diah P 15 b 1-3 kali susu- 78 Kristy Arini N. P 16 b 4-7 kali yeast- 79 L. Nugroho A. P. L 16 b 1-3 kali susu,telur,mtg- 80 Priyanto W. W L 16 b 1-3 kali susu,mtg- 81 Dea Andini P 16 b 1-3 kali smua- 82 Ch. Hapsarie P 16 c > 10 kali yeast- 83 Vincentia A. G. P 16 b 1-3 kali yeast- 84 Stephanie A.M. P 16 b 4-7 kali yeast- 85 Giza P 16 b 4-7 kali yeast- 86 Maria Putri K.S. P 15 b 1-3 kali yeast,susu- 87 Longinus Tito L 16 b 8-10 kali yeast,susu- 88 Tagar P. L 16 a 1-3 kali smua- 89 Mirda A. K. P 16 a 8-10 kali yeast,ss- 90 Nikolas S. L 17 b 4-7 kali yeast- 91 A. Agassy B. L 16 a 4-7 kali mtg- 92 Tommie S. L 16 b 1-3 kali telur- 93 Ade Candra L 16 b > 10 kali yeast- 94 Agata Nimas A. P 16 b 4-7 kali tlr,ss- 95 Octavianto R. L 16 b > 10 kali susu- 96 Ferry Wijaya L 17 c 1-3 kali susu- 97 Albertus Y. L 16 a 1-3 kali yeast,telur,mtg- 98 Stefanus Jati N. L 16 a 1-3 kali Yeast,susu,mtg- 99 Damar Budi L 16 b > 10 kali susu,tlr,mntg 100 Enggar Pugut. L 16 b 1-3 kali susu-

15 Lampiran 5. Data Penilaian Responden Minggu I IV NO Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV ,5 6,5 3,5 5,5 5 5,5 8,5 7,5 4,5 6,5 1,5 8,5 4,5 8,5 4,5 0,5 9,5 4,5 3,5 7 7,5 7,5 6,5 5 9,5 4,5 7,5 6,5 8,5 6,5 6,5 9, ,5 5,5 4,5 4,5 6,5 5,5 5,5 5,5 6,5 5,5 5,5 2,5 5,5 4,5 5,5 5,5 6 5,5 6,5 7 5,5 5,5 5,5 7,5 6,5 6 5,5 7,5 4,5 4,5 4,5 6, , ,5 5 0,5 9,5 3,5 0,5 6, ,5 3, ,5 5,5 9,5 6,5 7 3,5 2, ,5 7 5, ,

16 No. Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV ,5 5,5 2, ,5 7, ,5 10 7,5 7 7, , , , ,5 7, , , ,5 5 2,5 4 8,5 6, ,5 2, ,5 6,

17 No Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV , , , ,

18 Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Texture Analyzer Date Batch Reference Sample Reference Sample Height (cm) Hardness (gf) Cohesiveness Springiness (cm) Adhesiveness (kgf.mm) Pengujian I 11/6/2006 rotitawar ,848 0, , , /6/2006 rotitawar ,975 0, , , /6/2006 rotitawar ,766 0, , , /6/2006 rotitawar ,442 0, , , /6/2006 rotitawar ,931 0, , , /6/2006 rotitawar ,285 0, , , /6/2006 rotitawar ,355 0, , , /6/2006 rotitawar ,215 0, , , /6/2006 rotitawar ,978 0, , , /6/2006 rotitawar ,145 0, , , Pengujian II 11/13/2006 rotitawar ,229 0, , , /13/2006 rotitawar ,3 0, , , /13/2006 rotitawar ,668 0, , , /13/2006 rotitawar ,2 0, , , /13/2006 rotitawar ,62 0, , , /13/2006 rotitawar ,424 0, , , /13/2006 rotitawar ,367 0, , , /13/2006 rotitawar ,922 0, , , /13/2006 rotitawar ,582 0, , , /13/2006 rotitawar ,102 0, , , Pengujian III 11/20/2006 roti tawar ,379 0, , , /20/2006 roti tawar ,612 0, , , /20/2006 roti tawar ,877 0, , , /20/2006 roti tawar ,446 0, , ,

19 11/20/2006 roti tawar ,346 0, , , /20/2006 roti tawar ,236 0, , , /20/2006 roti tawar ,085 0, , , /20/2006 roti tawar ,449 0, , , /20/2006 roti tawar ,108 0, , , /20/2006 roti tawar ,504 0, , , Pengujian IV 11/29/2006 roti tawar ,635 0, , , /29/2006 roti tawar ,165 0, , , /29/2006 roti tawar ,834 0, , , /29/2006 roti tawar ,949 0, , , /29/2006 roti tawar ,946 0, , , /29/2006 roti tawar ,144 0, , , /29/2006 roti tawar ,954 0, , , /29/2006 roti tawar ,631 0, , , /29/2006 roti tawar ,907 0, , , /29/2006 roti tawar ,609 0, , ,

20 Lampiran 7. Data Statistik Hasil Pengukuran Texture Analyzer Pengujian I Maximum Minimum Mean Median Coefficient Standard TRUE of Variance Deviation SamplePassed 100,00% Sample Height cm cm cm cm 0,00% cm Hardness gf gf gf gf 21,67% gf Cohesiveness 0, ,2473 0, , ,88% 0, Springiness cm cm cm cm 11,73% cm Adhesiveness kgf.mm kgf.mm kgf.mm kgf.mm 95,87% kgf.mm Number of Rows that Passed 10 Number of Rows that Failed 0 Pengujian II Maximum Minimum Mean Median Coefficient Standard TRUE of Variance Deviation SamplePassed 100,00% Sample Height cm cm cm cm 0,00% cm Hardness gf gf gf gf 35,04% gf Cohesiveness 0,4936 0, , , ,81% 0, Springiness cm cm cm cm 5,06% cm Adhesiveness kgf.mm kgf.mm kgf.mm kgf.mm 43,07% kgf.mm Number of Rows that Passed 11 Number of Rows that Failed 0

21 Pengujian III Maximum Minimum Mean Median Coefficient Standard TRUE of Variance Deviation SamplePassed 100,00% Sample Height cm cm cm cm 0,00% cm Hardness gf gf gf gf 22,55% gf Cohesiveness 0,5131 0, , , ,19% 0, Springiness cm cm cm cm 6,43% cm Adhesiveness kgf.mm kgf.mm kgf.mm kgf.mm 80,34% kgf.mm Number of Rows that Passed 11 Number of Rows that Failed 0 Pengujian IV Maximum Minimum Mean Median Coefficient Standard TRUE of Variance Deviation SamplePassed 100,00% Sample Height cm cm cm cm 0,00% cm Hardness gf gf gf gf 22,78% gf Cohesiveness 0, , ,4428 0,4505 6,91% 0, Springiness cm cm cm cm 7,64% cm Adhesiveness kgf.mm kgf.mm kgf.mm kgf.mm 82,22% kgf.mm Number of Rows that Passed 11 Number of Rows that Failed 0

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis 4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik 4.1.1. Volume Pengembangan Roti Manis Adonan roti manis yang tersusun dari tepung terigu dan tepung gaplek dapat mengalami pengembangan, hal ini dikarenakan adanya

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Roti

Proses Pembuatan Roti Tekno Pangan 8 Agmindusfri, Volume f Nornor6 Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Ke dalam adonan boleh ditambahkan garam, gula, susu, lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biskuit Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN BAHAN DAN PROSES NILAI GIZI BREAD STALLING 3/21/2016 3

SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN BAHAN DAN PROSES NILAI GIZI BREAD STALLING 3/21/2016 3 BAKING TITIS SARI 3/21/2016 2 SUB TOPIK PENGERTIAN TEORI PERALATAN PENGARUH PADA MAKANAN NILAI GIZI BAHAN DAN PROSES BREAD STALLING 3/21/2016 3 PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian. I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN ROTI DAN KUE Bahan-bahan Pembuatan Roti dan Kue. Disusun Oleh : Diana Karisa

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN ROTI DAN KUE Bahan-bahan Pembuatan Roti dan Kue. Disusun Oleh : Diana Karisa MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN ROTI DAN KUE Bahan-bahan Pembuatan Roti dan Kue Disusun Oleh : Diana Karisa 240210130048 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu : 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sensoris Pengujian sensoris untuk menentukan formulasi terbaik kerupuk goring dengan berbagai formulasi penambahan tepung pisang kepok kuning dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Roti dan Komposisi Roti Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake beras ketan hitam merupakan salah satu produk bakery dan tergolong sponge cake jika ditinjau dari proses pengolahannya. Cake beras ketan hitam memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

Sutomo, B

Sutomo, B Baking Soda dan Baking Powder, kedua bahan ini memiliki bentuk fisik berupa tepung berwarna putih dan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai bahan pengembang. Cara kerjanya adalah ketika bahan ini bertemu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Survey Pendahuluan KUISIONER TOFFEE (PERMEN LUNAK)

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Survey Pendahuluan KUISIONER TOFFEE (PERMEN LUNAK) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Survey Pendahuluan KUISIONER TOFFEE (PERMEN LUNAK) Identitas Responden Nama : Jns kelamin : L / P Umur : Berilah tanda ( ) untuk jawaban pilihan Anda di dalam tanda kur

Lebih terperinci

4.1. Uji Fisik Roti Ubi Kayu Original, Manifer, Ekstrudat, dan Tapioka

4.1. Uji Fisik Roti Ubi Kayu Original, Manifer, Ekstrudat, dan Tapioka 4. PEMBAHASAN Roti harus mengandung empat bahan utama yaitu tepung, yeast, garam, dan air serta dapat ditambahkan bahan bahan lain. Dalam penelitian ini, tepung yang digunakan bukan tepung terigu melainkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel Acara Sub acara : Praktikum Food Processing & Technology : Praktikum teknologi baking Hari / tanggal : Selasa / 25 Maret 2014 Tempat Prinsip Tujuan : Lab Gizi STIKes Widya Cipta Husada Malang : Prinsip

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan (food additives). Penggantian

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan aseptibilitas, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan

TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal. Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan 17 TINJAUAN PUSTAKA Kerupuk Kerupuk merupakan makanan khas Indonesia dan sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau, rasa, kerenyahan, ketebalan ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kata terigu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis trigo yang. proteinnya, tepung terigu dapat dibagi menjadi:

TINJAUAN PUSTAKA. kata terigu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis trigo yang. proteinnya, tepung terigu dapat dibagi menjadi: TINJAUAN PUSTAKA Tepung Terigu Tepung terigu merupakan butiran halus yang dihasilkan dari biji gandum, biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, roti, mie, dan pasta. Asal kata terigu dalam

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough

Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 2, Mei 2013 125 Teknik tarik lipat pada proses Mixing Dough Dyah Nurani S 1 1. Jurusan TJP, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang http://tjp-unnes@ac.id Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE 2) 1) Anton Ramadhan Ketra 1, Okta Wulandra 2 Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNIVED

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake adalah produk makanan semi basah yang dibuat dengan pemanggangan adonan yang terdiri dari tepung terigu, gula, telur, susu, lemak, dan bahan pengembang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar

Lebih terperinci

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi UJI SENSORIS PADA PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN SURIMI DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) NATALLO BUGAR DAN HERMANSYAH Dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke

BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke BAB VIII Membuat Produk Pastry Dengan Adonan Bread Pertemuan Ke Tujuan : Melalui topik pembahasan ini anda dapat mempelajari ; 1. Menjelaskan pengertian adonan Bread 2. Jenis Adonan Bread 3. Membuat Produk

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang

I. PENDAHULUAN. Mudjajanto dan Yulianti (2004). Roti tawar merupakan salah satu jenis roti yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti merupakan produk pangan hasil fermentasi tepung dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang untuk mematangkannya Mudjajanto dan Yulianti

Lebih terperinci

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses BAB III PEMBAHASAN Pembuatan mie kering umumnya hanya menggunakan bahan dasar tepung terigu namun saat ini mie kering dapat difortifikasi dengan tepung lain agar dapat menyeimbangkan kandung gizi yang

Lebih terperinci

Pastry. Pandu Prabowo Susilo

Pastry. Pandu Prabowo Susilo Pastry Pandu Prabowo Susilo Pengertian Pastry merupakan jenis olahan tepung terigu, lemak dan telur yang melewati proses pemanggangan Pada umumnya pastry bertekstur krispy, adonan tidak kalis. Beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Pisang Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, umbi-umbian, kacangkacangan dapat dijumpai.

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGOLAHAN

BAB V PROSES PENGOLAHAN BAB V PROSES PENGOLAHAN 5.1. Pengertian Proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan suatu produk dari bahan mentah dan bahan asal, serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan produk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air BAB V PEMBAHASAN Cake beras mengandung lemak dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak yang digunakan dalam pembuatan cake beras adalah margarin. Kandungan lemak pada cake beras cukup tinggi, yaitu secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran adalah Inggris dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran adalah Inggris dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah 2.1.1. Budidaya Tanaman Kacang Merah Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) atau kacang jogo (kacang buncis tipe tegak) berasal dari Amerika. Penyebarluasan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang banyak melakukan impor tepung terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor gandum di Indonesia pada tahun 2012

Lebih terperinci

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK Laporan Praktikum Hari/tgl : Kamis/16 FebruarI 2012 Analisis Organoleptik PJ Praktikum : Elza Nur Fadhila, S.KM Tim Penyaji : Kelompok 1 Asisten Praktikum : Dewi Fitriyanti, A.Md PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang dikukus, dipanggang, dan yang

TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang dikukus, dipanggang, dan yang TINJAUAN PUSTAKA Roti Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses

Lebih terperinci

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang.

1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. 1. Menimbang Bahan Menimbang harus dilakukan dengan teliti dan tepat memilih alat Ssesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. Perhatikan ketelitian (graduation ) timbangan yang hendak dipakai. Jangan

Lebih terperinci

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan Aneka Olahan Kue Tepung Kasava Tepung singkong dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran (composite flour), yakni tepung campuran antara tepung singkong dan tepung terigu. Tepung campuran tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerupuk Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku tepung tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa misalnya, kerupuk udang, kerupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pola hidup, masyarakat Indonesia dituntut untuk beraktivitas serba cepat. Pola hidup demikian

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam

TINJAUAN PUSTAKA. agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam TINJAUAN PUSTAKA Tepung Terigu Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri pangan. Komponen yang

Lebih terperinci

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.2 ; November 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING * RIZKI AMALIA 1, AK QOYUM FINARIFI 1 1 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hal tersebut ditunjukkan oleh konsumsi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM EFEKTIFITAS GLISEROL MONOSTEARAT (GMS) TERHADAP MUTU DONAT LABU KUNING SKRIPSI Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM. 0333010021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Air merupakan kandungan penting dalam makanan. Air dapat berupa komponen intrasel dan ekstrasel, sebagai medium pendispersi atau pelarut dalam berbagai produk, sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

PEMBUATAN DONAT KENTANG. (Laporan Praktikum Teknologi Serealia dan Palawija) Oleh AGUS SAPTOMI AYU DIAN PRATIWI

PEMBUATAN DONAT KENTANG. (Laporan Praktikum Teknologi Serealia dan Palawija) Oleh AGUS SAPTOMI AYU DIAN PRATIWI PEMBUATAN DONAT KENTANG (Laporan Praktikum Teknologi Serealia dan Palawija) Oleh AGUS SAPTOMI 1214051007 AYU DIAN PRATIWI 1214051013 SITI ZUHROTUL MUNAWAROH 1214051067 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN I. ACARA II Pemanggangan (Baking)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN I. ACARA II Pemanggangan (Baking) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN I ACARA II Pemanggangan (Baking) KELOMPOK 3 Penanggung jawab: Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS CARA PEMBUATAN ROTI MANIS Tahap persiapan - Semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan di sediakan dalam jumlah dan takaran masing- masing (sehingga tidak memperlama proses pembuatan nanti), timbang terigu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 06 September :45 - Last Updated Sunday, 06 September :56

Written by Administrator Sunday, 06 September :45 - Last Updated Sunday, 06 September :56 Variasi Kue Kering Yang Tak Ada Habisnya (1) Kue kering sudah akrab di lidah penikmatnya karena kue mungil yang satu ini sudah sangat mudah dan bahkan sering kita jumpai baik di toko-toko kue atau bakery

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter 1. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Warna Tempe Parameter warna pemberian dosis ragi sebanyak 0,5-3 grafik berpengaruh

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gandum merupakan bahan baku dalam pembuatan tepung terigu. Indonesia belum bisa memproduksi sendiri gandum sebagai tanaman penghasil tepung terigu, karena iklim yang

Lebih terperinci