ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY"

Transkripsi

1 ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tesis Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Bogor, April 2008 Dwi Sushanty C

3 ABSTRACT DWI SUSHANTI. Optimal allocation of utilization and land rent value of pond resource in Tanah Merah Subdistrict, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. Under the direction of MOCH. PRIHATNA SOBARI and SUHARNO. The aims of this research are to analyse the optimal allocation rate of resources utilization of pond culture, to estimate and to analyse land rent value of prawn pond culture and to estimate affect of change in exogeneous variable on the land rent value. Finding of the research shows that economic value of prawn pond culture of 92 ha in Tanjung Pasir Village, is estimated to be Rp ,11 per year and a total of 76 ha in Tanjung Baru Village is Rp ,23 per year. Based on Ricardian land rent concept, Tanjung Baru Village has land rent value of Rp ,00 per ha, while Tanjung Pasir Village has about Rp ,00 per ha. Multiple regression model, applied for this research indicates that there is a corelation between land rent value and productivity factors and distance. The model has also shows that factor productivity has a positive correlation to the land rent value, while distance has a negative correlation to the land rent value. It is also indicated that Tanjung Baru Village has reached almost an optimal condition. The finding of sentivity analysis shows that the increase of oil price and urea fertilize reduced the value of land rent and the magnitude of change in the value of land rent be affected by the factor of fertility rate and the distance of the pond location from the existing local spot market. Key Words: Resources allocation, exploitation of pond s land, land rent, optimalizing, fertility and distance.

4 RINGKASAN DWI SUSHANTY. Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI dan SUHARNO. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada pemanfaatan lahan tambak, menghitung dan menganalisis nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tanjung Pasir seluas 92 ha, memiliki nilai ekonomi pemanfaatan lahan tambak udang windu lebih besar yaitu Rp ,11 dibandingkan dengan Desa Tanjung Baru yang luasnya 76 ha memiliki nilai Rp ,23. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Desa Tanjung Baru memiliki nilai land rent lebih tinggi yaitu Rp ,00 per ha dibandingkan dengan Desa Tanjung Pasir memiliki nilai land rent sebesar Rp ,00 per ha. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktivitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent. Perubahan nilai land rent untuk Desa Tanjung Pasir disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp27.557,47 per kg dan perubahan nilai land rent yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp4.710,53 per km. Perubahan nilai land rent di Desa Tanjung Baru, disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp54.703,39 per kg, serta yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp ,99 per km. Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak udang menunjukkan bahwa Desa Tanjung Baru lebih mendekati kondisi optimal. Desa Tanjung Baru memiliki selisih nilai land rent yaitu Rp ,00 per ha, sementara Desa Tanjung Pasir memiliki selisih nilai land rent sebesar Rp ,00 per ha. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea mengurangi nilai land rent, yang besar perubahannya dipengaruhi oleh kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Perubahan nilai land rent sebesar 2010 % atau mengalami penurunan sebesar Rp ,00 per ha untuk Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru terjadi perubahan nilai land rent sebesar 1,47 % atau mengalami penurunan sebesar Rp22.666,28 per ha. Kata Kunci: Alokasi sumberdaya, pemanfaatan lahan tambak, land rent, optimalisasi, kesuburan dan jarak

5 @ Hak Cipta milik IPB, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

6 ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

7 Judul Tesis : Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau Nama : Dwi Sushanty Nrp : C Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK) Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Moch Prihatna Sobari, MS Ketua Dr. Ir. Suharno, M.Adev Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir.H. Tridoyo Kusumastanto, MS. Prof. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodipuro, MS. Tanggal Ujian : 12 Mei 2008 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia-nya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul tesis adalah Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tesis ini berisi informasi tentang alokasi penggunaan sumberdaya yang optimal dari usaha tambak, dan nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang dapat diterima oleh pemilik lahan tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan tambak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS dan Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku Komisi Pembimbing atas kesedian dan curahan waktu yang diberikan dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Hj. Iis Diatin, MM selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK), staf pengajar dan staf tata usaha di Program Studi ESK, serta kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (khususnya ESK IV dan III) yang telah memberikan saran dan masukan, sehingga dapat memperkaya tesis ini. Teriring hormat dan sayang, penulis sampaikan kepada ibunda Maskanah dan ayahanda Rasiman, kak Eka dan bang Adek, Dedi dan Nunik, Agus dan Iyah, si kecil calvin dan wiw, aa Maman, atas doa yang selalu mengalir dan kasih sayang serta dukungannya, yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis, seluruh keluarga besar yang ada di Tembilahan, Riau, terimakasih dorongan dan bantuan kepada penulis baik secara moril dan materil. Terima kasih juga kepada keluarga besar Politeknik Pertanian Tembilahan, Bapak Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten INHIL, Kepala Bappeda Kabupaten INHIL, Kepala BPS Kabupaten INHIL, Pak Satiman dan teman-teman

9 selaku responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan waktu yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada Ferawati maedar (ESK), Leni, Tri, Dona (SPL), Vita, Yeni dan Teh Fitri (TIP), Sinta (S1 BDP), Vina (S1 SEI), Eka (S1 FKH), dan teman-teman di Wisma Melati atas dukungan dan bantuan selama penulis berada di IPB. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua bantuan yang telah diberikan, amin. Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan perikanan umumnya serta pemerintah daerah khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Bogor, Mei 2008 Dwi Sushanty

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau pada tanggal 23 Januari 1976 dari pasangan ayahanda Rasiman dan ibunda Maskanah. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Pendidikan Dasar sampai dengan SLTA ditamatkan di tempat kelahiran. Pendidikan S1 diselesaikan di Universitas Riau Pekanbaru, pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan dan lulus pada tahun Setelah tamat penulis bekerja sebagai Tenaga Honor Guru di SMA PGRI Tembilahan dan pada tahun 2003 penulis lulus sebagai Dosen Tetap di Politeknik Pertanian Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir dan masih aktif sampai sekarang. Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan dan memilih program studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada bulan Desember tahun 2007 penulis menikah dengan Salman, ST dan pada bulan Mei tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. xii DAFTAR GAMBAR. xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Pertambakan Udang di Kawasan Pesisir Surplus Konsumen Optimasi Pemanfaatan Lahan Budidaya Tambak Udang Produktivitas Sewa Lahan (Land Rent) Biaya Harga Biaya Transportasi III. KERANGKA PENELITIAN.. 16 IV. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Analisis Data Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak Analisis Optimalisasi Analisis Land Rent Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Batasan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian.. 26 V. PROFIL LOKASI PENELITIAN Kondisi Geofisik Kecamatan Tanah Merah Pemanfaatan Lahan Kondisi Demografi Kecamatan Tanah Merah Kondisi Sosial Kecamatan Tanah Merah Pendidikan Kesehatan Agama. 32

12 Halaman 5.5. Kondisi Perekonomian Kecamatan Tanah Merah.. 32 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Sarana Input Produksi Lahan Tambak Peralatan Kegiatan budidaya Benih Tenaga Kerja Sarana Produksi Lainnya Modal Investasi Kegiatan Produksi Masa Persiapan Masa Pemeliharaan Masa Pemanenan Hasil Produksi dan Pemasaran Hasil Produksi Pemasaran Hasil Produksi Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak Analisis Nilai Land Rent Produktivitas Lahan Biaya Produksi Biaya Transportasi Land rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar Optimalisasi Nilai Land Rent Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Implikasi Kebijakan.. 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 84

13 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya Luas Areal Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Lahan Potensial Pengembangan Budidaya Tambak di Kabupaten Indragiri Hilir Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Penduduk dalam Kecamatan Tanah Merah Tahun Jumlah Sekolah, Murid dan Guru pada Tingkat Sekolah di Kecamatan Tanah Merah Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kecamatan Tanah Merah PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor tahun Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Masing- Masing Unit Analisis Padat Tebar Per Ha dan Harga Benih Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Masing-Masing Unit Analisis Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis Rata-Rata Jumlah Modal Investasi Usaha Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Pasir Tahun

14 Halaman 16. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Baru Tahun Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak Udang di Masing-Masing Unit Analisis Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Total Biaya Tenaga Kerja Per ha Per Siklus Produksi Kegiatan Budidaya Udang Windu di Masing - Masing Unit Analisis Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Total Biaya Sarana Produksi Per ha Per Siklus Produksi Budidaya Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Biaya Transportasi dari Masing - Masing Unit Analisis ke Pedagang Pengumpul Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Perbandingan Nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent Optimal. 68

15 Halaman 30. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent Kerangka Penelitian Diagram Kerangka Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Konstan Menurut Sektor tahun Laju PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun Sungai-Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar Bagi Kegiatan Budidaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kondisi Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah Salah satu contoh Rumah Jaga Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Pasir Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Baru Produktivitas Lahan Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis Biaya Tenaga Kerja per Ha per Siklus Produksi Kegiatan Budidaya Udang Windu di Lokasi Penelitian Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Per Siklus Produksi Budidaya Udang Windu di Masing-masing Unit Analisis... 56

17 Halaman 16. Nilai Land rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan Budidaya Udang Windu Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan di Desa Tanjung Pasir Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan di Desa Tanjung Baru Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Pasir Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Pasir Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Baru Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Baru 73

18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Wilayah Kecamatan Tanah Merah Gambar Lokasi Penelitian Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Tahun Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Tahun Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Desa Tanjung Pasir Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Desa Tanjung Baru.. 109

19 Halaman 15. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan harga BBM di Desa Tanjung Pasir Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM di Desa Tanjung Pasir Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan harga BBM di Desa Tanjung Baru Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM di Desa Tanjung Baru. 115

20 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan memainkan peran yang penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam. Ada beberapa sumberdaya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan, diantaranya sumberdaya perikanan yang mencakup sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan laut. Dengan semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau (tambak udang) diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah mampu menjadi sektor pengumpul devisa negara dalam jumlah besar karena udang merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati oleh negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Kusumastanto T (2002) mengatakan, berdasarkan dokumen Protekan 2003, bahwa budidaya tambak udang merupakan target utama dalam perolehan devisa dari ekspor komoditas hasil budidaya. Riau, dengan luas ,6 km 2 yang terdiri atas pulau, merupakan provinsi yang memiliki wilayah pesisir dan lautan terluas di Indonesia. Lebih dari setengah wilayahnya (71,34%) merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan bagian dari Provinsi Riau, yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Dari 17 kecamatan yang ada 11 diantaranya adalah wilayah pesisir. Kecamatan Tanah Merah merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, juga merupakan kawasan pesisir.

21 Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang dan dijadikan andalan di masa depan oleh Kabupaten Indragiri Hilir adalah kegiatan budidaya air payau, berupa pertambakan udang. Pemanfaatan lahan tambak udang ini dapat menggantikan peran perikanan tangkap yang diperkirakan telah melampaui jumlah tangkapan yang diperbolehkan, di Pantai Timur Sumatera khususnya di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak dipusatkan di Kecamatan Tanah Merah, Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru. Hal ini didukung dengan lingkungan perairan yang spesifik, letaknya berada pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dengan pengelolaan secara optimal dan lestari, potensi lahan tambak di Kecamatan Tanah Merah diharapkan memberikan kontribusi produksi yang memadai sesuai dengan daya dukung kawasan tersebut. Dalam laporan Dinas Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir (2001) bahwa luas areal pertambakan mencapai ha. Dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui pemanfaatan tambak udang. Komoditas dari berbagai jenis udang (windu, merguiensis/indicus, vaname dan rostris) hasil budidaya di tambak pada umumnya mempunyai pasar yang cukup besar. Ini terlihat permintaan pasar (lokal dan internasional) dari tahun ke tahun meningkat, menurut data statistik tahun 2003 peningkatan per tahunnya sekitar 2-3% (Adiwidjaya D et al. 2004). Kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek pemasaran udang juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak udang, dengan titik sentral pasarnya berada di Desa Tanjung Baru. Kegiatan usaha perikanan tambak di Kecamatan Tanah Merah menggunakan sistem tradisional dan semi intensif. Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Pemilik lahan tentunya mengharapkan nilai surplus yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan.

22 Upaya untuk mencapai manfaat maksimum jangka panjang dapat dilakukan apabila pemanfaatan lahan tambak dapat dialokasikan secara optimal. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan suatu kajian tentang alokasi optimal pemanfaatan dan nilai land rent sumberdaya tambak di Kecamatan Tanah Merah Perumusan Masalah Konflik kepentingan penggunaan sumberdaya perikanan di antara nelayan karena terjadinya tangkap lebih (over fishing) khususnya di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, menyebabkan nelayan tidak lagi sepenuhnya mengusahakan penangkapan di laut. Kondisi ini menstimulir berkembangnya kegiatan pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau berupa pertambakan udang yang diusahakan secara pribadi mau pun skala perusahaan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kegiatan pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek pemasaran udang juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak udang. Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di daerah penelitian, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut: Bagaimana alokasi penggunaan sumberdaya yang optimal dari usaha tambak?, berapakah nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang dapat diterima oleh pemilik lahan di kawasan tersebut?, dan faktor apa lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir selain produktivitas?, serta bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan kawasan pesisir yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan tambak?

23 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1).Menentukan tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada pemanfaatan lahan tambak; (2).Menghitung nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang diterima pemilik lahan; (3).Menghitung nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang; (4).Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent; (5).Melihat implikasi kebijakan dalam pengelolaan kawasan pesisir untuk pemanfaatan lahan tambak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bahan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Kegiatan pemanfaatan lahan tambak di kawasan tersebut diharapkan dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam konteks pembangunan berkelanjutan.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian tambak udang biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi, yang dapat digunakan untuk budidaya udang dan untuk pengeringan secara sempurna pada saat diperlukan (BPPT 1995). Pertambakan yang dibangun di kawasan pesisir difungsikan untuk pemeliharan (budidaya) udang. Harris E (1997) mendefinisikan budidaya udang sebagai kegiatan membesarkan benih udang (nener) menjadi udang marketable size (size 30), selama labih kurang 4 bulan masa pemeliharaan. Selama masa pemeliharaan, setiap ekor udang bila mendapat pakan dan air yang baik, akan tumbuh dengan cepat guna memproduksi daging udang. Di Indonesia, budidaya udang di tambak dikategorikan pada tiga sistem produksi, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Effendi I (1998) menambahkan, pada tambak intensif padat penebarannya di atas ekor per ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali. Padat penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan budidaya udang di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir menerapkan sistem semi intensif dengan padat penebaran cukup tinggi, menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet. Dalam kondisi demikian, beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari ekskresi udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak. Untuk menanggulangi hal tersebut, pada tambak semi intensif dilakukan pengaerasian dan pergantian air yang cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya. Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan kualitas air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk mempertahankan agar kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak intensif seluas 1 ha dibutuhkan air sebanyak liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambak semi intensif dan ekstensif.

25 Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pertambakan udang adalah ketepatan pemilihan lokasi. Kekeliruan pemilihan lokasi akan menyebabkan membengkaknya kebutuhan modal, tingginya biaya operasi, rendahnya produksi dan munculnya masalah lingkungan. Pengalaman membuktikan bahwa lokasi pertambakan, teknologi yang diterapkan dan pola sebaran tambak di suatu kawasan pantai akan berdampak luas terhadap mutu lingkungan, stabilitas produksi tambak dan keuntungan ekonomi usaha pertambakan (BPPT 1995). Dengan demikian, keputusan yang diambil untuk memilih lahan yang sesuai untuk pertambakan harus mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno S dan Widiatmaka 2001). Lahan untuk usaha pertambakan harus memenuhi persyaratan biologis, teknis, sosial ekonomi dan hygienis, karena kesesuaian lahan pertambakan akan sangat menentukan produktivitas tambak. Beberapa hal yang harus diperhatikan secara ekologis guna keberhasilan usaha pertambakan yaitu: pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi (Rabanal HR et al. 1976) Surplus Konsumen Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam (Fauzi A 2004). Surplus konsumen (consumer s surplus atau disingkat CS) sama dengan manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsi sumberdaya alam dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan untuk mengkonsumsi barang tersebut. Edward 1991 diacu dalam Fauzi A 2004, menyatakan bahwa konsep surplus

26 konsumen ini merupakan konsep yang penuh misteri dalam ilmu ekonomi, karena tidak seperti halnya surplus yang lain, surplus konsumen lebih bersifat intangible, namun demikian konsep ini terlalu penting untuk diabaikan karena dapat mengukur keinginan membayar dari masyarakat terhadap barang atau dalam kasus ini barang yang dihasilkan dari sumberdaya alam Optimasi Pemanfaatan Lahan Tambak Menurut Fauzi A (2004), lahan atau tanah termasuk kedalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki titik kritis yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui, sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya material non-metalik. Odum EP (1959) mengatakan bahwa jika populasi manusia di suatu daerah memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional adalah orang-orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan, pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikkannya atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perencanaan pemanfaatan lahan yang baik dan sesuai dengan nilai fungsional lahan. Optimasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak udang merupakan usaha memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pada umumnya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis), serta waktu dan ruang (Supranto J 1983). Untuk menghitung kombinasi yang optimum dari sumber-sumber yang terbatas tersebut, maka digunakan teknik program linear (Welch dan Commer 1983 dalam Suryadi K dan MA Ramdhani 2000).

27 Secara matematis, model baku program linear dapat dirumuskan apabila memenuhi tiga unsur berikut (Budiharsono 2001): (1). Ada Fungsi Tujuan Tujuan yang diinginkan bersifat memaksimumkan seperti keuntungan, penerimaan, produksi atau meminimumkan seperti biaya, yang harus dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai fungsi tujuan. n Z = Cj Xj untuk j = 1, 2,...n j=1 (2). Ada Kendala (syarat ikatan) Setiap sumberdaya yang ada bersifat terbatas dan keterbatasan tersebut merupakan kendala (constraint) atau syarat ikatan dalam mencari kombinasi terbaik dari alternatif pemecahan permasalahan yang ada. n Z = aij Xj atau bi, untuk i = 1, 2,...n j=1 (3). Syarat Non-negatif Nilai peubah keputusan harus positif atau disebut dengan syarat non-negatif Xj 0 dimana : Cj = Koefisien peubah pengambilan keputusan Xj = Peubah pengambilan keputusan aij = Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala data ke-i bi = Sumberdaya yang ada atau nilai sebelah kanan kendala ke-i 2.4. Produktivitas Dalam penelitian dan literatur, produktivitas sering diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari suatu komoditas yang diusahakan petani. Untuk dapat menjelaskan produksi yang dihasilkan dari suatu usahatani, diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut faktor relationship (Soekartawi 1990). Selanjutnya hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f(x 1, X 2, X 3,,X n )

28 Dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan faktor produksi atau input yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi. Yotopoulos PA dan JL Lawrence (1974) menyatakan, bahwa produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki, dan harga dari input variabel. Selanjutnya produksi usaha tani dirumuskan sebagai fungsi dari tenaga kerja, modal dan tanah. Dalam kajian wilayah, sistem produksi pertanian sangat ditentukan oleh produk tertentu (spesifik) yang diminta oleh pasar dan untuk menyalurkan produk yang diminta tersebut sangat dibatasi oleh jarak. Dalam hal ini pertukaran produk antar wilayah dibatasi oleh jarak (Benu FL 1996) Sewa Lahan (Land Rent) Menurut Ricardo sewa lahan (land rent), adalah surplus ekonomi suatu lahan yang dapat dibedakan atas (i) surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment), definisi ini memberikan kesan bahwa sewa lahan adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha (windfall return), yang diperoleh akibat pemilikan lahan, dan (ii) surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment), dalam pengertian ini lahan dipandang sebagai faktor produksi. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan pengertian kedua ini. Selanjutnya dikatakan, land rent dapat dibedakan atas teori sewa Ricardian (Ricardian Rent), dan sewa ekonomi (Economic Rent atau Locational Rent). Teori sewa Ricardian, merupakan teori sewa lahan yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan. Lahan yang subur akan memiliki nilai land rent yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pendekatan ini terutama banyak digunakan pada wilayah pertanian yang umumnya berada di pedesaan, sedangkan sewa ekonomi mempertimbangkan lokasi atau jarak relatif dari suatu lahan pertanian dengan pusat pasar. Lahan dengan land rent yang tinggi akan berada di dekat pusat pasar. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan rendahnya biaya pengangkutan atau biaya perjalanan, yang dibutuhkan untuk menempuh jarak dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran (Barlowe R 1978).

29 Krause JH dan Brorsen WB (1995), dalam penelitiannya tentang dampak dari resiko nilai land rent pada lahan pertanian menyatakan bahwa, land rent adalah fungsi dari penerimaan, biaya produksi, dan resiko. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingginya resiko penggunaan lahan akan mengakibatkan menurunnya nilai land rent dan sebaliknya. Selanjutnya Renkow M (1993), dalam penelitiannya tentang harga lahan (land prices), sewa lahan (land rent), dan perubahan teknologi menyatakan, bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai land rent. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan keuntungan secara nyata akan mempengaruhi peningkatan harga lahan. Rustiadi et al. (2003) juga menyampaikan bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagai menjadi (1) Analisis finansial, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola usaha; (2) Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan (sosial). Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti terlihat pada Gambar 1. Harga L Land Rent P MC AC MR=AR M R N S Output Sumber: Suparmoko (1997) Gambar 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi

30 Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi. Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0 km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 2(a) dan pada jarak OK km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2(b). Rp Rp P T Land Rent C Biaya Transportasi U Land Rent O K L M Jarak Ke Pasar (a) Jarak Ke Pasar (b) Sumber: Suparmoko (1997) Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent Dalam teori Von Thunen s diasumsikan bahwa secara fisik lahan adalah homogen (Greenhut ML 1956), pengaruh lokasi dipisahkan dengan faktor-faktor lainnya, namun pada kenyataannya ada faktor-faktor selain lokasi yang

31 berpengaruh terhadap penentuan penggunaan lahan. Ely dan Wehrwein (1964) menyatakan bahwa land rent selain dipengaruhi oleh lokasi juga ditentukan oleh perbedaan tanah, iklim, topografi dan faktor fisik lainnya. Hal ini juga menyebabkan perbedaan dalam intensitas penggunaan, produksi, pendapatan dan sewa. Tiap luasan lahan dipengaruhi oleh dua hal tersebut yaitu lokasi dan produktivitas, land rent adalah hasil gabungan kedua-duanya. Perbedaan lahan dalam kaitannya dengan perbedaan kesuburan atau lokasi bukanlah penyebab land rent, namun semata menjelaskan mengapa satu bidang lahan memberikan hasil yang lebih banyak dibanding yang lainnya Biaya Biaya untuk menghasilkan suatu produk, akan didasarkan pada pengeluaran yang dibebankan di dalam menghasilkan suatu jumlah hasil produksi tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Tanpa pengkhususan jumlah dan periode waktu tersebut, setiap petunjuk terhadap harga tidaklah berarti (Bishop CE dan WD Toussaint 1979). Tohir KA (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha. Selanjutnya dikatakan, bahwa tingginya biaya produksi (biaya produksi marjinal) mempunyai kecenderungan (tendensi) terhadap peningkatan harga produk. Prijosoebroto S (1991) menyatakan bahwa dalam usaha perikanan tambak diperlukan biaya produksi yang terdiri atas modal kerja, biaya benih, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja. Selanjutnya Gohong G (1993), menyatakan bahwa penggunaan input produksi akan banyak menentukan produksi total usahatani, apabila input tersebut dapat dipergunakan secara efektif dan efisien. Beberapa jenis input produksi tersebut adalah tenaga kerja, pemakaian benih, pemakaian pupuk, dan pemakaian pestisida serta obat-obatan. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal diperlukan penggunaan input produksi yang optimum. Biaya dalam proses produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah berkenaan dengan penggunaan aset tetap, seperti mesin. Biaya ini adalah dalam bentuk depresiasi. Suatu ciri depresiasi adalah

32 bahwa depresiasi merupakan biaya yang diperhitungan tetapi tidak dikeluarkan, melainkan masuk dalam cadangan perusahaan. Biaya variabel adalah merupakan pengeluaran bagi bahan mentah dan tenaga. Berbeda dengan biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi, biaya variabel sejalan dengan volume produksi (Djojodipuro M 1991). Biaya-biaya variabel adalah biaya-biaya karena pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung, dan jumlah dari biaya-biaya ini akan tergantung macam input yang digunakan. Didalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan penerimaan bersih adalah jumlah input variabel. Biaya tetap ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Biaya total penting dalam memperhitungkan penerimaan bersih, karena penerimaan bersih sama dengan penerimaan total dikurangi biaya total. Dalam jangka panjang, jika penerimaan total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan berproduksi (Bishop CE dan WD Toussaint 1979) Harga Casler DS (1988) menyatakan bahwa masalah perekonomian yang terpenting adalah masalah harga, yang dimaksud dengan harga adalah tinggi nilai barang dan jasa diukur dengan uang. Masalah sewa tanah (land rent) pada dasarnya adalah masalah perihal harga. Harga memberikan rangsangan pada para produsen untuk menghasilkan barang-barang yang permintaannya sangat besar dan menggunakan sumbersumber yang paling banyak jumlahnya. Apabila harga beberapa barang meningkat para produsen didorong untuk menghasilkan barang tersebut. Para produsen barang-barang yang harganya meningkat juga akan memperoleh tambahan sumber-sumber guna memperluas produksi. Sistem penentuan harga mengalokasikan sumber-sumber pada penggunaan yang paling banyak permintaannya (Bishop CE dan WD Toussaint 1979). Fungsi harga terutama adalah untuk menghasilkan keseimbangan yang diperlukan antara permintaan dan penawaran. Jika kenaikan harga tidak berhasil meningkatkan output atau mengurangi permintaan maka kenaikan harga dianggap

33 berbahaya. Kebijaksanaan harga hendaknya ditujukan pada fleksibilitas mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi dan mengarahkan kembali output ke arah yang dikehendaki (Jhingan ML 1996) Biaya Transportasi Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan oleh produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro M 1991). Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken P dan PE Lloyd 1990 diacu dalam Sobari MP, T Kusumastanto, SDE Kaunang 2006). Segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa angkutan sebagai input diadakan dan habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa yang dapat dipergunakan sebagai angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk mengangkut barang pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk, truk juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam (jalan dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut maka jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga ditempat tertentu, barang modal ditempat tertentu, manajemen ditempat tertentu dan juga input angkutan untuk membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasil akhirnya ke pasar. Angkutan dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara wajar, akan makin disadari segi spasial

34 proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi angkutan mempunyai peranan penting dalam produksi mau pun konsumsi (Djojodipuro M 1991).

35 III. KERANGKA PENELITIAN Sumberdaya lahan adalah salah satu faktor utama yang sangat penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable). Lahan adalah komponen dasar dari sistem sumberdaya alam dari setiap negara. Sumberdaya alam merupakan basis bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan di sebagian besar negara, terutama negara-negara berkembang di Asia dimana pertanian masih sebagai sumber penting dalam perekonomian. Penelitian mengenai Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau ini, bermula dengan adanya suatu luasan lahan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan menjadi lahan tambak sebagai bentuk pemanfaatannya, dengan sistem tradisional di Desa Tanjung Baru dan semi intensif di Desa Tanjung Pasir. Komoditas unggulan perikanan tambak Kabupaten Indrairi Hilir adalah udang. Dalam penelitian ini dilakukan analisis permintaan lahan yang pemecahannya didasari dengan tehnik EOP (Effect on Production), juga dilakukan analisis nilai land rent yang didasari oleh teori Ricardian, yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, dalam penelitian ini jarak Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru ke pedagang pengumpul. Analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-veriabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu variabel endogen. Variabel-variabel jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi di masing-masing unit analisis digolongkan menjadi variabel endogen. Analisis dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian dilakukan analisis optimalisasi variabel endogen dengan membangun fungsi tujuan memaksimumkan nilai rente. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat optimal pemanfaatan lahan tambak di masing-masing unit analisis. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan nilai pemanfaatan lahan (land rent) tambak di lokasi penelitian. Kerangka penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.

36 Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir Sumberdaya Perikanan di Kecamatan Tanah Merah Pemanfaatan Lahan tambak Pemanfaatan Permintaan dan Nilai Ekonomi Lahan Tambak Analisis Faktor Endogen - Produktivitas - Harga Komoditas - Biaya Produksi - Biaya Transportasi Tradisional (Desa Tanjung Baru) Semi Intensif (Desa Tanjung Pasir) Analisis Faktor Eksogen - Kebijakan Kenaikan Harga BBM - Kebijakan kenaikan Harga Pupuk Economic Rent Optimal Lahan Land Rent Implikasi Kebijakan Mikro dan Makro Gambar 3. Kerangka Penelitian

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 dalam Nazir M 1988). Menurut Sevilla CG et al. (1993), metode studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang suatu unit analisis selama kurun waktu tertentu. Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap lingkungan dari waktu lampau dan keadaan sekarang dari lingkungan subjek. Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua desa di Kecamatan Tanah Merah pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru, dimana pengembangan kegiatan perikanan tambak udang adalah merupakan bentuk pemanfaatan lahan pesisir. Pendekatan kasus digunakan dalam penelitian ini, karena penulis/ peneliti yakin bahwa kasus yang dipilih mampu memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari unit kajian penelitian ini, sehingga dari sifat-sifat khas di atas bisa ditarik informasi yang bersifat umum, yaitu kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data tentang peristiwa dalam satu tahun berjalan. Menurut sumbernya, datadata tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapang, wawancara dan diskusi kelompok dengan responden yang terdiri atas para pelaku usaha perikanan tambak atau pemilik lahan, aparat pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan perikanan tambak yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait berupa data instansional dan kepustakaan ilmiah lainnya, diantaranya kondisi biofisik, demografi, skala usaha, kebijakan pemerintah dan ekonomi wilayah. Tabel 1

38 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini beserta sumber mendapatkannya. Tabel 1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya No Jenis Data Sarana / Input Produksi a. Kuantitas b. Harga Output Produksi a. Jumlah b. Harga Biaya Produksi a. Jumlah b. Harga Sistem/ Teknologi Produksi Biaya Transportasi a. Jarak b. Ongkos Angkut Kondisi Umum Kawasan Kondisi Umum Perikanan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Primer Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Pembeli Petambak Petambak Sumber Sekunder Pemda Dinas Perikanan Bappeda 4.3. Metode Pengambilan Data Data diambil dari jumlah populasi pembudidaya tambak (sensus) yang ada di lokasi penelitian. Untuk Desa Tanjung Pasir sebanyak 42 pembudidaya tambak dan 33 pembudidaya tambak di Desa Tanjung Baru. Hasil dari pengambilan data ini digunakan untuk mendeskripsikan profil dan karakteristik produksi budidaya udang di daerah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tanah Merah merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dua desa yaitu Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru menjadi unit analisis dimana setiap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan terhadap dua titik unit analisis tersebut.

39 4.4. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk mencapai tujuan yang dibangun dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari alokasi optimal dan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya udang dan untuk itu dilakukan beberapa analisis. Alat analisis yang akan digunakan, yaitu (1). Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak; (2). Metode Optimalisasi; (3). Analisis Land Rent; (4). Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis permintaan dan nilai lahan tambak yang digunakan untuk budidaya udang. Secara matematis dapat ditulis: Q = f (P x, X 1, X 5 ) Dimana: Q = Jumlah sumberdaya lahan yang dipakai (m 2 ) P = Sewa lahan /harga lahan (Rp per m 2 ) X 1 = Umur responden (tahun) X 2 = Pendidikan X 3 = Pendapatan (Rp per Ha) X 4 = Jumlah anggota keluarga (orang) X 5 = Pengalaman usaha (tahun) Dalam konteks ini, hubungan antara harga (P x ) diasumsikan negatif terhadap permintaan lahan (Adrianto L 2006). Analisis permintaan dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik regresi berganda dengan cara melogaritmakan persamaan menjadi sebagai berikut: ln Q = a + b 0 ln P x + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + b 5 ln X 5 Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan mentransformasi menjadi: ( b ln X + b ln X + b ln X + b ln X + b ln X ) b ln Px lnq = ( a ln Q = a + b 0 ln P x atau Q = α P b0 x Untuk menghitung berapa jumlah surplus konsumen atau berapa jumlah yang diterima oleh petambak udang karena adanya perubahan permintaan lahan tambak, maka secara matematis dapat ditulis:

40 CS L = q1 q0 Px ( Q) NEK = CS L. Px dimana: CS L = Surplus Konsumen NEK = Nilai Ekonomi Analisis Optimalisasi Analisis optimalisasi nilai land rent dilakukan untuk mengetahui dan menganalisi nilai pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk budidaya udang pada kondisi optimal. Secara matematis dapat ditulis: Max Π = yp - n i= 1 p n q n wl s.t: f (y, q, l) =0 dimana: Π =Nilai manfaat penggunaan lahan tambak udang (Rp per Ha) y =Jumlah produksi udang (Kg per Ha) p =Harga udang (Rp per Kg) p n =Harga input ke-n (Rp per unit) q n =Variabel input ke-n (unit) w =Upah tenaga kerja (Rp per HOK) l =Jumlah tenaga kerja (HOK) Dalam perhitungan nilai optimal dari output, input dan tenaga kerja dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE Analisis land rent Tujuan pertama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari solusi nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam kegiatan produksi budidaya udang. Analisis yang dibanguan untuk tujuan ini mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses produksi, Barlowe R (1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Konsep

41 yang digunakan adalah Ricardian Land Rent dimana nilai land rent dilihat dari faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak dengan pusat pasar. Konsep tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent ditentukan oleh nilai produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya transportasi, sebagaimana dilihat pada Gambar 4. PRODUKTIVITAS HARGA KOMODITAS LAND RENT BIAYA TRANSPORTASI TOTAL BIAYA Gambar 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi dan biaya transportasi yang dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Secara matematis digambarkan sebagaimana persamaan berikut: Π i = y i (p i t i x C i /y i ). (4.1) dimana: Π i = Land rent dari komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per ha) y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha) p i = Harga komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg) C i = Total biaya produksi komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg) t i = Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg per km) x = Jarak wilayah ke-i ke pusat pasar (km) i = unit analisis (kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir) a) Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: y i = Q i /L i (4.2) dimana: y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha) Q i = Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg)

42 L i = Luasan lahan yang digunkan untuk memproduksi komoditas udang di wilayah ke-i ( ha) i = Unit analisis b) Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat ditulis: Ci = Z+ c 1 +c 2 +c 3 + +c n.. (4.3) dimana: Ci = Biaya produksi dari komoditas udang wilayah ke-i (Rp per ha) Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha) c 1 s/d c n = Biaya sarana produksi ke-1 s/d ke-n (Rp per ha) Biaya tenaga kerja adalah perkalian jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Dalam perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya dibedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Z =w 1 l 1 + w 2 l 2 + w 3 l 3. (4.4) dimana: Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha) w 1 =Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp per HOK) l 1 =Jumlah tenaga kerja pada masa persiapan (HOK) w 2 =Upah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (Rp per HOK) l 2 =Jumlah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK) w 3 =Upah tenaga kerja pada masa pemanenan (Rp per HOK) l 3 = Jumlah tenaga kerja pada masa pemanenen (HOK) Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut, sehingga secara matematis total biaya sarana produksi dapat ditulis: C = q 1 p 1 +q 2 p 2 +q 3 p 3 +q 4 p 4 +q 5 p q 9 p 9... (4.5) dimana: C =Biaya sarana produksi budidaya udang (Rp per Ha) q 1 =Jumlah benih (Ekor per Ha) p 1 =Harga benih (Rp per Kg) q 2 =Jumlah urea (Kg per Ha) p 2 =Harga urea (Rp per Kg) q 3 =Jumlah TSP (Rp per Kg) p 3 =Harga TSP (Rp per Kg) q 4 =Jumlah obat pembasmi hama (liter per Ha) p 4 =Harga obat pembasmi hama (Rp per Ha) q 5 =Jumlah pakan (Kg per Ha)

43 p 5 =Harga pakan (Rp per Kg) q 6 = Jumlah kapur p 6 = Harga kapur q 7 = Jumlah saponin p 7 = Harga saponin q 8 = Jumlah kaporit p 8 = Harga kaporit q 9 = Jumlah BBM / Operasional genset p 9 = Harga BBM c) Komponen biaya transportasi yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per kg per km hasil perikanan tambak yang didapat melalui persamaan t i = T i /Q i x i. (4.6) dimana: t i =Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg) T i =Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut udang di wilayah ke-i ke pusat pasar (Rp) Q i =Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg) x i =Unit analisis d) Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga. Dalam identifikasi nilai land rent dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent. Analisis kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan pengamatan lapang untuk mendeskripsikan karakter dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent pada masingmasing unit analisis. Analisis kuantitatif dilakukan melalui teknik statistik sederhana. Sebagaimana teori Ricardian land rent yang melihat nilai land rent dari faktor kesuburan dan jarak, maka melalui analisis regresi berganda didapat suatu persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas nilai land rent adalah analisis lanjutan dalam penelitian ini yang ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada situasi saat ini,

44 yaitu terjadi kenaikan harga BBM, yang berpengaruh terhadap biaya transportasi yang menjadi variabel endogen dalam penentuan nilai land rent. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pengaruh jarak terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM, dan seberapa besar pengaruh kesuburan terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan harga pupuk yang diakibatkan oleh kenaikan harga pupuk Batasan Penelitian 1) Optimalisasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak merupakan usaha untuk memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. 2) Land Rent dalam satuan Rp per ha, adalah nilai surplus lahan tambak yang didapat dari pemanfaatannya sebagi sarana produksi budidaya udang. 3) Penelitian menggunakan konsep Ricardian Land Rent yaitu dalam penentuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor kesuburan lahan tambak dan jarak lokasi tambak dari pusat pasar. 4) Studi dilakukan di Kacamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. 5) Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan kg per ha, dengan anggapan bahwa semakin tinggi nilai produktivitas, semakin tinggi pula tingkat kesuburan. 6) Jarak dengan satuan km, adalah jarak lokasi budidaya ke pusat pasar, dalam penelitian ini jarak lokasi tambak ke pedagang pengumpul. 7) Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima. 8) Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya. 9) Biaya transportasi dalam satuan Rp per km, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil produksi udang dari tempat produksi ke pusat pasar. 10) Harga udang adalah harga riil udang di tingkat petambak pada saat penelitian.

45 4.6. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Daerah yang diteliti adalah tambak penghasil udang windu di Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru. Penelitian dimulai akhir Bulan April sampai dengan Bulan Mei 2007.

46 V. PROFIL LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Geofisik Kecamatan Tanah Merah Kecamatan Tanah Merah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir yang memiliki 10 desa dengan luas wilayah 721,56 km 2. Jarak Kecamatan Tanah Merah ke Kabupaten Indragiri Hilir sekitar 53 Km. Secara Geografis daerah ini terletak pada posisi 103 o 12 46,85 BT 103 o 31 57,39 BT dan 0 o 21 46,85 BT 0 o 36 2,64 BT dengan batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Kuala Indragiri. - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Reteh. - Sebelah Timur dengan Kabupaten Kepulauan Riau. - Sebelah Barat dengan Kecamatan Enok. Keadaan alam sebagian besar terdiri atas tanah gambut dan tanah endapan sungai yang dialiri oleh sungai-sungai dan parit-parit yang sekaligus merupakan sarana lalu lintas utama bagi penduduk. Transportasi yang dominan adalah transportasi air, yaitu melalui sungai-sungai dan parit-parit sebagai penghubung antar desa, antar kecamatan dan Ibukota Kabupaten serta mempunyai nilai ekonomis penting dalam roda perekonomian maupun pemerintahan. Secara topografi, tinggi pusat pemerintah wilayah Kecamatan Tanah Merah dari permukaan laut adalah 1 4 meter. Terdapat banyaknya tumbuhtumbuhan di tepi-tepi sungai dan muara parit-parit seperti pohan nipah. Wilayah Kecamatan Tanah Merah merupakan daerah berhutan rawa-rawa dan beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Kedua musim ini sangat dominan pengaruhnya kepada kehidupan masyarakat. Pada musim kemarau panjang kegiatan para petani agak menurun, disamping timbulnya beberapa penyakit, sedangkan pada musim penghujan selain menyuburkan tanah pertanian juga air hujan merupakan kebutuhan pokok masyarakat sebagai sumber air bersih. Jumlah hari hujan yang tertinggi pada Bulan Oktober 2005 yaitu 13 hari, sedangkan angka yang terendah pada Bulan Mei 2005 yaitu satu hari (Tanah Merah Dalam Angka 2005).

47 5.2. Pemanfaatan Lahan Berdasarkan jenis tanahnya, lahan yang ada di kawasan pesisir terdiri dari jenis organosol dan gley humus dari bahan induk aluvial dan bersifat hidromorf yang sering disebut tanah gambut. Jenis tanah ini berasal dari akumulasi humus hutan yang melapuk pada permukaan tanah, sedangkan berdasarkan tekstur tanahnya termasuk dalam klasifikasi tekstur halus (liat). Pemanfaatan lahan di Kecamatan Tanah Merah pada tahun 2005 seperti terdapat pada Tabel 2 yang didominasi oleh hutan negara mencapai ha (46,14%) dan perkebunan ha (36,59%). Sebagian besar lahan perkebunan daerah ini merupakan tanaman kelapa dalam dan kelapa hibrida serta merupakan mata pencaharian utama masyarakat di daerah ini. Tabel 2. Luas Areal Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005 No. Pemanfaatan Lahan Luas Areal Ha % 1. Luas Tanah Sawah - Sawah pasang surut 150,00 0,21 2. Luas Lahan Kering - Pekarangan 1.228,00 1,70 - Tegalan/kebun 1.082,00 1,50 - Hutan negara ,00 46,14 - Perkebunan ,50 36,59 - Lain-lain 9.639,00 13,36 Lahan Lainnya - Rawa-rawa 85,00 0,12 - Tambak 279,50 0,39 3. Jumlah ,00 100,00 Sumber : Kecamatan Tanah Merah dalam Angka Tahun 2005 Pemanfaatan lahan di Kabupaten Indragiri Hilir tercermin dari penggunaan lahan di kawasan tersebut yang pada umumnya didominasi oleh perkebunan kelapa, sedangkan untuk kawasan pantainya didominasi oleh hutan mangrove yang membujur di sepanjang pantai. Lahan potensial untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Indragiri Hilir tersedia sekitar ha, dimana ha diantaranya terdapat pada lahan kritis bekas perkebunan kelapa rakyat, dan ha merupakan areal hutan

48 mangrove. Data mengenai lahan potensial pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Indragiri Hilir disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Lahan Potensial Pengembangan Budidaya Tambak di Kabupaten Indragiri Hilir. No. Kecamatan Luas Lahan Potensial (ha) Areal Hutan Mangrove Areal Lahan Kritis 1. Tanah Merah Mandah Kateman Reteh Kuala Indragiri Enok Pulau Burung Gaung Jumlah Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Inhil Tahun 2003 Potensi lahan kritis yang terdapat di Kecamatan Tanah Merah merupakan yang terluas dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu mencapai ha. Sampai dengan tahun 2005, telah dimanfaatkan seluas 279 ha untuk usaha perikanan tambak oleh masyarakat yang terdapat di 6 desa yaitu Desa Tanjung Baru, Tanjung Pasir, Kuala Enok, Selat Nama, Tekulai Hilir dan Tanah Merah. Luas lahan tambak di Desa Tanjung Baru yang sudah diolah seluas 76 ha dan di Desa Tanjung Pasir seluas 92 ha. Produksi di bidang perikanan meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya (tambak). Budidaya tambak di beberapa desa cukup berkembang dimana sebagian besar memanfaatkan lahan kritis bekas perkebunan kelapa rakyat yang terlantar dan tidak produktif lagi. Pengembangan budidaya air payau (tambak) di Kabupaten Indragiri Hilir, mendapat respon positif sebagian besar masyarakat. Secara bertahap merubah mata pencaharian yang sebelumnya sebagai petani kebun atau pun nelayan menjadi pembudidaya tambak. Perkembangan budidaya tambak di Kecamatan Tanah Merah cukup menggembirakan dan merupakan usaha masyarakat lokal yang dikelola secara tradisional dan semi intensif.

49 5.3. Kondisi Demografi Kecamatan Tanah Merah Penduduk Kecamatan Tanah Merah tahun 2005, tercatat sebanyak jiwa dengan sex ratio 108,07 dengan kepadatan penduduk sebanyak 47 jiwa per kilometer persegi. Penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan jiwa. Dengan demikian Kecamatan Tanah Merah masih dapat dikategorikan sebagai daerah yang penduduknya masih jarang. Tabel 4 menyajikan data jumlah penduduk dan sex ratio penduduk di Kecamatan Tanah Merah. Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Penduduk dalam Kecamatan Tanah Merah Tahun 2005 No. Desa/ Banyaknya Penduduk (jiwa) Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Sungai Nyiur Selat Nama Kuala Enok Sungai Laut Tanjung Pasir Tanah Merah Tanjung Baru Tekulai Hulu Tekulai Hilir Tekulai Bugis JUMLAH Sumber : Kecamatan Tanah Merah Dalam Angka Tahun 2005 Pemukiman penduduk menyebar dan membentuk suatu kelompok pada beberapa bagian. Pembentukan kelompok pemukiman pada umumnya mengikuti aliran sungai dan muara-muara sungai serta di kuala parit Kondisi Sosial Kecamatan Tanah Merah Pendidikan Sarana pendidikan di Kecamatan Tanah Merah sampai dengan tahun 2006 secara kuantitas sudah cukup banyak. Hal ini dibuktikan dari jumlah sekolah di masing-masing tingkatan. Data mengenai jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru pada tingkat sekolah disajikan dalam Tabel 5.

50 Tabel 5. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru pada Tingkat Sekolah di Kecamatan Tanah Merah Rasio Jumlah Murid Jumlah Murid Jumlah Guru No. Tingkat Sekolah Sekolah terhadap (Jiwa) (Jiwa) (Unit) Guru Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Menengah Umum (SMU) Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah ,85 11,30 24,15 24,82 7,22 4,96 Jumlah ,30 Sumber : Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2006 Tabel 5 memberikan informasi bahwa rasio murid terhadap guru pada tingkat SD sebesar 17,85, SLTP sebesar 11,30, SMU sebesar 24,15. Pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah rasio murid terhadap guru sebesar 24,82, Madrasah Tsanawiyah 7,22 serta Madrasah Aliyah sebesar 4,96. Persentase jumlah penduduk yang telah mengikuti pendidikan formal di Kecamatan Tanah Merah tercermin dari jumlah penduduk yang mengikuti pendidikan di Kabupaten Indragiri Hilir baru mencapai 8,56%, dengan proporsi terbesar berada pada tingkatan Sekolah Dasar. Angka ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti pendidikan atau bersekolah, terutama masyarakat Suku Laut yang sebagian besar anak-anaknya tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali, meski pun begitu terdapat beberapa orang yang telah melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi Kesehatan Pembangunan pelayanan kesehatan yang berkualitas ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup masyarakat, sehingga mencapai kualitas hidup dan sumberdaya manusia yang prima. Penunjang aspek kesehatan masyarakat di Kecamata Tanah Merah telah memiliki berbagai sarana kesehatan. Pada tahun 2005 terdapat 2 buah puskesmas, 1 buah puskesmas RI, 10 buah puskesdes dan 5 buah puskesmas pembantu, sedangkan jumlah para medis sebanyak 27 orang yang terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 5 bidan dan 19

51 perawat. Tabel 6 menampilkan data jenis dan jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Tanah Merah. Tabel 6. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kecamatan Tanah Merah No. Jenis Jumlah (Buah) 1. Puskesmas 2. Puskesmas RI (Rawat Inap) 3. Puskesdes 4. Pustu (Puskesmas Pembantu) Sumber: Tanah Merah Dalam Angka Agama Secara domografis, masyarakat Kecamatan Tanah Merah adalah masyarakat yang sangat intens dengan nuansa cultural religius islami, bahkan sampai pada tingkat fanatisme. Islam adalah agama mayoritas masyarakat Kecamatan Tanah Merah, tanpa menafikan keberadaan agama minoritas lainnya. Penduduk Kecamatan Tanah Merah mayoritas adalah pemeluk Agama Islam (sekitar 96,11%) sisanya adalah Agama Kristen dan Budha. Rumah Ibadah di daerah ini terdiri atas masjid sebanyak 22 buah dan surau/musholla 17 buah yang tersebar pada 10 desa Kondisi Perekonomian Kecamatan Tanah Merah Masyarakat Kecamatan Tanah Merah sebagian besar mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian yang dalam arti luas, mata pencaharian penduduk di sini berkaitan erat dengan lingkungan fisik daerah yang dikelilingi oleh sungai dan terletak di tepi pantai. Kondisi semacam ini merupakan hal yang wajar jika penduduk setempat menjadikan sungai dan laut sebagai sumber mata pencaharian dan sarana transportasi. Tingkat pendapatan masyarakat Kecamatan Tanah Merah tercermin dari pendapatan per kapita Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2006, yang secara nominal atas dasar harga konstan sekitar Rp ,89 juta. Lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar dalam memberikan penghasilan kepada

52 masyarakat yaitu pertanian dalam arti luas, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa. Sebagian besar masyarakat masih sangat tergantung pada pendapatan dari usaha perkebunan yang terlihat dari luasnya lahan perkebunan mencapai ,50 ha (36,59%) dari luas wilayah Kecamatan Tanah Merah. Oleh karena itu dengan merosotnya harga produksi perkebunan, khususnya kelapa sangat dirasakan pengaruhnya terhadap perkembangan wilayah tersebut, terutama dalam kaitannya dengan pertumbuhan perekonomian masyarakat. Angka PDRB Kabupaten Indragiri Hilir tahun atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha terjadi kenaikan. Dari Rp ,18 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp ,89 juta pada tahun 2006, yang berarti besarnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2006 sebesar 7,94 %. Tabel 7 menunjukkan PDRB Kabupaten Indragiri Hilir atas dasar harga konstan menurut sektor tahun dan diilustrasikan pada Gambar 5. Distribusi persentase PDRB Menurut Sektor tahun ditunjukkan pada Tabel 8 dan diilustrasikan pada Gambar 6, serta laju PDRB diilustrasikan pada Gambar 7. Tabel 7. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun No Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Tahun (dalam Juta) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,64 Jumlah , , , ,89 Sumber : Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2006

53 PDRB Tahun Gambar 5. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun Tabel 8. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor tahun No Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Tahun ,35 0,62 16,33 0,10 4,13 14,47 2,96 1,53 9,51 49,92 0,62 16,56 0,10 4,06 14,55 2,98 1,56 9,63 49,57 0,63 16,56 0,09 4,03 15,01 2,98 1,61 9,52 48,70 0,63 16,72 0,09 4,04 15,44 3,00 1,70 9,68 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun ,44% 1,7% 3,00% 9,68% 48,7% ,04% 0,09% 16,72% 0,63% Gambar 6. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor tahun 2006

54 Tahun ,89 Laju PDRB (Rp) , ,18 Tahun Gambar 7. Laju PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun

55 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sarana Input Produksi Kegiatan budidaya udang di lokasi penelitian memiliki karakteristik yang berbeda antara satu unit analisis dengan unit analisis yang lainnya. Berikut adalah deskripsi mengenai sarana yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang di lokasi penelitian Lahan Tambak Pengembangan budidaya perikanan di Kecamatan Tanah Merah terdiri atas budidaya air payau (tambak). Tambak merupakan sarana yang digunakan sebagai tempat budidaya udang Windu di Kecamatan Tanah Merah. Ada pun sistem budidaya udang yang dilakukan, yaitu tradisional dan semi intensif. Usaha budidaya tambak yang dikembangkan di Kecamatan Tanah Merah oleh masyarakat merupakan usaha bertahap. Masyarakat merubah mata pencaharian yang sebelumnya petani kebun atau pun nelayan menjadi pembudidaya tambak. Kepemilikan lahan tambak di Kecamatan Tanah Merah rata-rata dibeli sendiri oleh pembudidaya tambak yang sebagian besar memanfaatkan lahan kritis bekas perkebunan kelapa rakyat yang terlantar dan tidak produktif lagi. Areal pertambakan pada Kecamatan Tanah Merah, baik di Desa Tanjung Baru maupun di Desa Tanjung Pasir, mendapatkan pemasokan air tawar dari sungai Indragiri dan anak-anak Sungai Indragiri. Gambar 8 menunjukkan beberapa sungai yang menjadi sumber air tawar bagi kegiatan budidaya tambak Udang Kecamatan Tanah Merah. Gambar 8. Sungai-sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar Bagi Kegiatan Budidaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah

56 Rata-rata luasan lahan yang diusahakan oleh masyarakat di masing-masing unit analisis yaitu di Desa Tanjung Pasir 2,2 ha, dengan luas lahan terkecil adalah 0,4 ha dan luas lahan terbesar adalah 4 ha. Di Desa Tanjung Baru luas lahan ratarata adalah 2,3 ha, dengan luas lahan terkecil adalah 1,8 ha dan luas lahan terbesar adalah 3 ha. Gambar 9 adalah keadaan tambak udang di Kecamatan Tanah Merah, Desa Tanjung Pasir (a) dan Desa Tanjung Baru (b). (a) Desa Tanjung Pasir (b) Desa Tanjung Baru Gambar 9. Kondisi Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah Sebagaimana dijelaskan di atas, rata-rata kepemilikan lahan tambak di masing-masing unit analisis adalah milik sendiri. Harga lahan tambak di masingmasing unit analisis berkisar antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 per ha di Desa Tanjung Pasir dan Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 per ha di Desa Tanjung Baru. Data mengenai harga lahan di masing-masing unit analisis disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis No. Desa 1. Desa Tanjung Pasir 2. Desa Tanjung Baru Sumber: Diolah dari data primer,2007 Harga Lahan (Rp per ha) Kisaran Rata-Rata , , , , , , Peralatan Kegiatan Budidaya Beberapa jenis alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang windu, antara lain jaring, togok, serok untuk memanen hasil tambak; pompa air, untuk mensupply air dari sungai; fiber, keranjang; genset untuk penerangan; dan bangunan yang terletak di areal tambak sebagai rumah jaga.

57 Tidak semua jenis peralatan tersebut digunakan di masing-masing unit analisis, Tabel 10 menunjukkan penggunaan peralatan budidaya tambak udang di masingmasing unit analisis. Tabel 10. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Masing- Masing Unit Analisis Desa Jenis Jumlah Satuan Harga (Rp) Umur Teknis B.Operasional/ B.Pemeliharaan Tanjung Pasir 1.Rumah Jaga 2.Togok 3.Serok 4.Jaring 5.Fiber 6.Keranjang 7.Pompa 8.Genset 4 x M 2 Buah Buah Unit Buah Buah Unit Unit , , , , , , , ,00 (Tahun) (Rp Per Thn) , , , , , , , ,00/ ,00 Tanjung Baru 1.Rumah Jaga 2.Togok 3.Serok 4.Jaring 5.Fiber 6.Keranjang 4 x M 2 Buah Buah Unit Buah Buah , , , , , , , , , , , ,67 Sumber: Diolah dari Data Primer, 2007 Tabel 10 memberikan informasi bahwa para petambak disemua unit analisis memiliki bangunan sebagai rumah jaga yang rata-rata luasnya adalah 12 m 2 atau 4m x 3m. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah jaga tersebut di masing-masing unit analisis tidak sama. Desa Tanjung Pasir, mengeluarkan biaya rata-rata untuk membangun rumah jaga sebesar Rp ,00 dengan biaya pemeliharaan Rp ,00 per tahunnya, di Desa Tanjung Baru, rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp ,00, dengan biaya pemeliharaan Rp ,90 per tahun. Umur teknis bangunan berkisar antara 8 sampai dengan 9 tahun. Gambar 10 merupakan salah satu contoh rumah jaga milik salah satu responden di Desa Tanjung Baru. Petambak di lokasi penelitian rata-rata membuat rumah jaga berbahan dasar kayu, untuk menghemat biaya yang dikeluarkan.

58 Gambar 10. Salah Satu Contoh Rumah Jaga di Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah Sarana penerangan di malam hari pada areal tambak menggunakan genset. Biaya operasional genset dalam satu siklus produksi rata-rata adalah sebesar Rp ,00 dan biaya pemeliharaannya per tahun berkisar Rp ,00. Petambak di Desa Tanjung Baru tidak menggunakan pompa untuk supply air, dan hanya mengandalkan pasang surut. Petambak di Desa Tanjung Pasir, menggunakan pompa untuk supply air, walau pun ada sebagian petambak yang tidak menggunakannya. Biaya pemeliharaan pompa untuk 1 tahunnya sekitar Rp ,00. Peralatan lain yang digunakan dalam budidaya tambak udang di lokasi penelitian adalah keranjang, fiber, jaring, togok, serok yang digunakan saat pemanenan udang Benih Benih udang windu yang digunakan oleh pembudidaya di Kecamatan Tanah Merah berasal dari luar Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu dari daerah Jambi dan Lampung. Petambak di masing-masing unit analisis menggunakan benih udang windu rata-rata dengan ukuran Post Larva (PL) dengan harga berkisar antara Rp 45,00 sampai dengan Rp 80,00 per ekor. Padat tebar benur udang windu untuk 1 ha di masing-masing unit analisis cukup beragam, tergantung dari modal yang dimiliki oleh petambak. Tabel 11 menjelaskan mengenai padat tebar benur dalam 1 ha lahan tambak dan harga beli benur di masing-masing unit analisis.

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian tambak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

Lebih terperinci

Oleh: Moch. Prihatna Sobari 1), Tridoyo Kusumastanto 1), dan Sandra D.E. Kaunang 2)

Oleh: Moch. Prihatna Sobari 1), Tridoyo Kusumastanto 1), dan Sandra D.E. Kaunang 2) ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN LAND RENT ANALYSIS OF POND LAND USAGES IN SERANG REGION COASTAL AREA, BANTEN PROVINCE Oleh: Moch. Prihatna Sobari

Lebih terperinci

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN VINA DARMAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan Sumberdaya lahan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan merupakan masukan yang diperlukan untuk setiap bentuk aktifitas

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P.

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan tumpuan harapan yang diandalkan oleh pemerintah untuk ikut berperan dalam upaya pemulihan

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011 Available online

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.1/April 2011 Available online Analisis Perbandingan Usaha Tani Tambak Udang di Desa Paluh Manan dan Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara M. Dani Habra* Syaad Afifuddin** Rahmanta Ginting***

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xiii xv xvi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS KEDELAI DI JAWA TIMUR: MODEL ANALISIS SIMULTAN SKRIPSI Oleh TULUS BUDI NIRMAWAN NIM. 001510201025 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 ABSTRAK DADAN SUHENDAR. Dampak Perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN

PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN PENINGKATAN PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN DAN WISATA PANTAI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DEDE HERMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS PERAN GENDER DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT (STUDI KASUS DI KECAMATAN PANAI HILIR KABUPATEN LABUHANBATU PROPINSI SUMATERA UTARA) MAILINA HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINAN USAHA TANI TAMBAK UDANG DI DESA PALUH MANAN DAN DESA LAMA KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERBANDINAN USAHA TANI TAMBAK UDANG DI DESA PALUH MANAN DAN DESA LAMA KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERBANDINAN USAHA TANI TAMBAK UDANG DI DESA PALUH MANAN DAN DESA LAMA KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA M. Dani Habra 1,Sya ad Afifuddin 2, Rahmanta Ginting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN VINA DARMAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG

ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG

ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN ENDANG SARI SIMANULLANG ANALISIS MODEL PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI, PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA DAN PELUANG KEMISKINAN (Studi Kasus : Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan KERANGKA PEMIKIRAN Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pengelolaan dan konservasi berbasis sumberdaya alam serta orientasi perubahan

Lebih terperinci

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA Oleh : ALLA ASMARA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ALLA ASMARA.

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Teluk Bone yang terajut oleh 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan membentang sepanjang kurang lebih 1.128 km garis pantai

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS OLEH : SURYANI 107040002 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

Lebih terperinci

RENTE EKONOMI PERIKANAN

RENTE EKONOMI PERIKANAN RENTE EKONOMI PERIKANAN I II III IV V Pokok Bahasan Rasional Memaksimumkan Rente Ekonomi Konsep Formal Rente Ekonomi Quasi Rent Pengukuran Rente Ekonomi Perikanan Mekanisme Pengumpulan Rente Ekonomi (Rent

Lebih terperinci

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). 29 KERANGKA PEMIKIRAN Lahan dan air adalah sumberdaya alam yang merupakan faktor produksi utama selain input lainnya yang sangat mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah. Namun, seiring dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera dan pulau-pulau di sekitarnya memiliki 570 jenis spesies ikan tawar dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu jenis ikan endemik

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP PERAIRAN UMUM DARATAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI BERGANDA DAN MODEL DURBIN SPASIAL SKRIPSI Disusun Oleh : PUJI RETNOWATI 24010212130049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN PERTAMBAKAN DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR SECARA LESTARI

KAJIAN PENGEMBANGAN PERTAMBAKAN DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR SECARA LESTARI LC KAJIAN PENGEMBANGAN PERTAMBAKAN DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR SECARA LESTARI (STUD1 KASUS: KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN) OLEH ABDUL GAFFAR TAHIR SPL 97393 PROGRAlM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci