Oleh: Moch. Prihatna Sobari 1), Tridoyo Kusumastanto 1), dan Sandra D.E. Kaunang 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Moch. Prihatna Sobari 1), Tridoyo Kusumastanto 1), dan Sandra D.E. Kaunang 2)"

Transkripsi

1 ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN LAND RENT ANALYSIS OF POND LAND USAGES IN SERANG REGION COASTAL AREA, BANTEN PROVINCE Oleh: Moch. Prihatna Sobari 1), Tridoyo Kusumastanto 1), dan Sandra D.E. Kaunang 2) 1) Staf Pengajar pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB 2) Alumni Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB Abstract Pond fisheries is an activity whereby coastal land is used as the major of income for Serang Coastal Community. Tirtayasa Zona lies north of Serang Region and is established as the centre for pond fisheries because of its land characteristic. The major activity there, is the culture of milk fish (Bandeng). The aim of this research is to identify the characteristic of milk fish aquaculture, to measure and analyze land rent based on land fertility and distance from the main market and to measure the effect of exogenous variables changes on land rent. This research emphasizes rent because it is an important concept in understanding the efficient and optimal use of land resources. Based on Ricardian land rent concept, the value of land rent is derived from fertility and distant variables. Result of this research shows that the land rent value and its productivity has a positive relation thus Y = * X, where as the land rent value towards distance to the main market has a negative relationship Y = , ,888 2X. The highest land rent value among the 3 unit analysis is in Pontang Rp ,00 and lowest is in Tanara Rp ,00 and in Tirtayasa is Rp Sensitivity analysis, it is known that the increase of oil prices reduces the value of land rent and it is changes is affected by the distance of the pond location from the market. Key word: Land rent, pond land, milk fish, fertility, distant PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeterminasi nilai lahan atas pemanfaatannya sebagai sarana produksi dalam pengembangan kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang. Untuk itu hal yang dilakukan adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya Ikan Bandeng di Lokasi Penelitian; (2) Menghitung dan menganalisis nilai land rent kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar; dan (3) Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Sumberdaya Lahan Prabowo D dan S Reksohadiprojo (1985) mengartikan lahan/tanah sebagai ruangan atau tempat hidup ini berlangsung; atau sebagai alam atau lingkungan hidup; atau sebagai faktor produksi untuk menghasilkan pangan dan bahan mentah dan asalnya sumber energi; atau sebagai barang konsumsi seperti tempat untuk membangun, taman atau tempat rekreasi; sebagai hak milik yang mempunyai konotasi hukum, atau sebagai keadaan yang dalam dunia modern mempunyai pengertian lokasi atau jarak. Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Penggunaan tanah juga tergantung pada lokasi khususnya untuk daerah-daerah Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/

2 pemukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko 1997). Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan Menurut Ricardo diacu dalam Barlowe R (1972), rente (sewa) lahan dapat dibedakan menjadi: a) Sewa lahan sebagai pembayaran dari penyewaan kepada pemilik, dimana nilai sewa lahan ini merupakan surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment). Konsep sewa ini sering juga disebut dengan contract rent. b) Sewa lahan yang merupakan surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment). Konsep sewa ini sering disebut sebagai land rent. Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti yang tampak pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP Land Rent MC AC Harga L P MR =AR M R N Sumber: Suparmoko (1997) Gambar 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi, misalnya pada jarak 0 Km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 2(a), dan pada jarak OK Km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2 (b). Produktivitas Hubungan antara input dan output dalam proses produksi menurut Soekartawi (1990) disebut sebagai faktor relationship seperti pada persamaan (1). Y = f ( X1, X 2, X 3,..., Xn)...(1) dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi. Yotopoulus PA dan JL Lawrence (1974) mengatakan bahwa produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/ S Output

3 dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga dari input variabel. Rp P T Rp Land Rent C Biaya Transport U Land Rent O Jarak Ke Pasar (a) K L M Jarak Ke Pasar (b) Sumber: Suparmoko (1997) Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent Biaya Tohir KA (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha. Dalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan keuntungan adalah jumlah input variabel, sehingga disebutkan juga bahwa biaya variabel adalah biaya karena adanya pertambahan input-input variabel. Biaya tetap ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Dalam jangka pendek, beberapa biaya adalah tetap dan biaya lain dapat diubah-ubah. Dalam periode jangka panjang, semua biaya menjadi biaya variabel, dimana biaya yang tadinya merupakan biaya tetap dapat mempengaruhi keputusan-keputusan untuk menghentikan produksi atau untuk mengubah tingkat output (Bishop CE dan WD Toussaint 1979). Biaya Transportasi Menurut Djojodipuro M (1992) harga input angkutan didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken P dan PE Lloyd 1990). Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam produksi maupun konsumsi (Djojodipuro M 1992). METODOLOGI PENELITIAN Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 2

4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus, dengan pengembangan kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng sebagai bentuk pemanfaatan lahan pesisir, sebagai satuan kasusnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tiga Kecamatan yang secara geografis termasuk dalam wilayah Zona Tirtayasa yang terdiri atas 3 kawasan pesisir, yaitu Kecamatan Tanara, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Pontang (Gambar 3). Jenis dan Sumber Data Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, yang menurut sumbernya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data pimer diperoleh melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh melaui penelusuran literatur, catatan atau dokumen instansi-instansi terkait dan studi pustaka. Metode Pengambilan Sampel Wilayah penelitian dipilih secara purposive, dengan pertimbangan bahwa Zona Tirtayasa merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang. Responden antara lain terdiri atas: petambak dan pedagang pengumpul di masing-masing unit analisis, serta pemerintah daerah atau dinas terkait, tokoh masyarakat dan stakeholder lain yang dapat memberikan pandangan mengenai kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Serang. Arah Utara Laut Jawa Perairan Zona Tirtayasa Cilegon Zona Tirtayasa Pontang Tirtayas a Tanara Serang Gambar 3. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang Metode Analisis Data Analisis yang dibangun untuk tujuan ini menggunkan konsep Ricardian land rent. Konsep ini menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Sebagai surplus produksi nilai land rent ditentukan oleh beberapa faktor yaitu produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya trasnportasi, seperti yang terlihat pada Gambar 4. PRODUKTIVITAS HARGA LAND RENT BIAYA TRANSPORTASI Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/ TOTAL BIAYA

5 Gambar 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Secara matematis seperti persamaan di bawah ini: ( P - t x C ) π n = Yn n n - n......(2) dimana: Π n = Land Rent dari komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n Y n = Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg/Ha) P n = Harga komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) C n = Total Biaya produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) t n = Biaya Transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg/Km) X = Jarak wilayah ke-n ke pusat pasar (Km) N = 3 titik unit analisis (Kecamatan Pontang, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Tanara a) Produktifitas Merupakan produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara matematis, persamaan produktivitas dapat dituliskan sebagai berikut: Q n Y n =... (3) Ln dimana: = Produktivitas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg/Ha) Y n Q n L n = Total produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg) = Luasan Lahan yang digunakan untuk memproduksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Ha) b) Biaya produksi Adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya Sarana produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: C n = TK + C 1 + C C n...(4) dimana: C n = Biaya produksi dari komoditas Ikan Bandeng wilayah ke-n TK = Biaya tenaga kerja C 1 s/d C n = Biaya Sarana produksi ke-1 s/d ke-n Dalam kegiatan perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya di bedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi yang dapat dituliskan sebagai berikut: TK = w +... (5) 1z 1 + w 2z 2 w 3z 3 TK = Biaya tenaga kerja W 1 = Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp/Orang) Z 1 = Jumlah Tenaga kerja pada masa persiapan (Orang) W 2 = Upah Tenga Kerja pada masa pemeliharaan (Rp/Orang) Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 4

6 Z 2 = Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemeliharaan (Orang) W 3 = Upah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (Rp/Orang) Z 3 = Jumlah Tenaga Kerja pada masa pemanenan (Orang) Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut. Sehingga secara matematis dituliskan sebagai berikut: C = Q P +...(6) Q 2P Q npn C Q 1 P 1 Q 2 P 2 Q 3 P 3 = Biaya Sarana Produksi Budidaya Ikan Bandeng = Jumlah Sarana Produksi ke-1 (Unit) = Harga Sarana Produksi ke-1 (Rp/ Unit) = Jumlah Sarana Produksi ke-2 (Unit) = Harga Sarana Produksi ke-2 (Rp/ Unit) = Jumlah Sarana Produksi ke-3 (Unit) = Harga Sarana Produksi ke-3 (Rp/ Unit) c) Komponen biaya transportasi Yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per Kg hasil perikanan tambak yang didapat melalui persamaan Tij t ij =...(7) Q ij t n = Biaya transportasi untuk komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Rp/Kg) T n = Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut komoditas ke-i di wilayah ke-j ke pusat pasar (Rp) Q n = Total Produksi komoditas Ikan Bandeng di wilayah ke-n (Kg) d) Harga Harga yang digunakan merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar, dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis nilai land rent dilakukan dengan pembahasan mengenai faktor kesuburan dan faktor jarak lahan tambak di masing-masing unit analisis. Faktor kesuburan di kuantifikasi dengan nilai produktivitas dan biaya produksi sementara jarak berhubungan dengan biaya transportasi. Berdasarkan hasil penelitian variabel-variabel tersebut teridentifikasi dimasingmasing unit analisis sebagai berikut: Produktivitas Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 5

7 Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas Bandeng yang diusahakan petambak. Tabel 1 menampilkan data mengenai tingkat produktivitas lahan tambak Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 1. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis No Unit Analisis Luas Lahan Padat Tebar Produksi Produktivitas (Ha) (ekor) (Kg) (Kg / Ha) 1. Kecamatan Pontang ,0 2. Kecamatan Tirtayasa ,0 3. Kecamatan Tanara Sumber: Data primer Diolah Biaya Produksi Biaya produksi dalam kegiatan perikanan tambak, terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Tabel 2 menampilkan data biaya produksi budidaya tambak Ikan Bandeng di masing-masing unit analisis. Tabel 2. Rata-Rata Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing- Masing Unit Analisis Kecamatan Biaya Tenaga Kerja Biaya Sarana Produksi Total Biaya Produksi Pontang , , ,00 Tirtayasa , , ,00 Tanara , , ,00 Sumber: Data Primer Diolah Biaya Transportasi Struktur biaya transportasi untuk mengangkut hasil produksi Ikan Bandeng ke Pasar Rau yang terletak di Kota Serang dari masing-masing unit analisis, tampak sebagaimana data dalam Tabel 3. Tabel 3. Biaya Trasnportasi Kegiatan Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis No Titik Jarak (Km) Ongkos Angkut (Rp.) Produksi (Kg) Biaya Transport Rp/Kg/Km 1 Pontang , ,40 2 Tirtayasa , ,33 3 Tanara , ,61 Sumber: Data primer Diolah Penentuan Nilai Land Rent Pertama nilai land rent dianalisis menurut faktor kesuburan lahan tambak yang dikuantifikasi dengan nilai produktivitas lahan. Hasil analisis ini disajikan dalam Tabel 4. Kedua, nilai land rent dianalisis selain berdasarkan tingkat kesuburan juga berdasarkan faktor lokasi atau jarak tambak ke pusat pasar, dalam hal ini nilai land rent dicari dengan menggunakan Cl + Cp persamaan π = y( p Tx ( )), sehingga didapat nilai pemanfaatan lahan tambak y Ikan Bandeng sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4. Data Tabel 4 menginformasikan bahwa berdasarkan tingkat kesuburan lahan. Gambar 6 menampilkan plot antara nilai produktivitas lahan dengan nilai land rent di masing-masing titik analisis. Tabel 4. Nilai Land Rent Berdasarkan Tingkat Kesuburan Lahan Tambak Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 6

8 No Kecamatan Produk-tivitas (Kg/Ha) Biaya Tenaga Kerja Biaya Sarana Produksi Harga (Rp/Kg) Rente 1 Pontang , , , ,00 2 Tirtayasa , , , ,00 3 Tanara , , , ,00 Sumber: Data Primer Diolah Melalui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai variebel-veriabel dalam peritungan land rent diketahui bahwa wilayah Kecamatan Pontang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya, karena sumberdaya yang dimanfaatkan sebagai sarana dalam kegiatan tambak memiliki kualitas yang lebih baik, terutama dalam hal kualitas lahan dan air. Hal ini banyaknya industri yang berdiri di hulu sungai Ciujung dan Cidamar yang membuang limbahnya ke perairan Sungai tersebut, sementara sungai tersebut menjadi sumber air tawar dalam kegiatan budidaya tambak, terutama di Kecamatan Tanara. Rent Produktivitas Gambar 5. Plot Nilai Produktivitas Lahan dengan Nilai Land Rent Kegiatan Budidaya Ikan Bandeg di Masing-Masing Unit Analisis. Nilai rent dengan produktivitas memiliki hubungan yang positif dalam arti semakin besar nilai produktivitas, maka nilai rent juga akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5, dimana Kecamatan Pontang mempunya tingakt kesuburan tertinggi sebesar 400,0 kg per Ha, dan yang terendah adalah Kecamatan Tamara sebesar 287,5 Kg per Ha Rent y = , ,82x Produktivitas Gambar 6. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan Hubungan antara produktivitas tambak Bandeng dengan nilai land rent lahan tambak di lokasi penelitian, secara matematis digambarkan dalam fungsi sebagai berikut: y = , ,82x. Fungsi tersebut menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan satu satuan produktivitas, maka akan mempengaruhi atau menambah nilai land rent sebesar Rp Hubungan tersebut juga diilustrasikan dalam Gambar 6. Gambar 6, tersebut Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 2

9 memperlihatkan bahwa nilai produktivitas lebih besar dari 200 Kg baru akan memberikan nilai rent yang positif. Tabel 5. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak No Kecamatan Produktivitas (Kg/Ha) Biaya Tenaga Kerja Biaya Sarana Produksi Harga (Rp/Kg ) Biaya Transportasi (Rp/Kg/Km) Jarak Ke Pasar (Km) Rente 1 Pontang , Tirtayasa , Tanara , Sumber: Data Primer Diolah Data Tabel 5 menginformasikan bahwa berdasarkan faktor kesuburan dan lokasi atau jarak tambak ke pusat pasar nilai pemanfaatan tertinggi juga terdapat di Kecamatan Pontang. Hal ini disebabkan selain dinilai memiliki kesuburan lebih tinggi, juga karena Kecamatan Pontang memiliki lokasi yang paling dekat dengan pasar Rau yang terletak di Kota Serang. Jarak rata-rata titik Pontang ke pasar adalah 21 Km, sementara jarak rata-rata titik Tirtayasa ke pasar adalah 30 Km dan jarak rata-rata titik Tanara ke pasar adalah 39 Km. Hal tersebut menggambarkan kegiatan pemanfaatan lahan tambak untuk kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Titik pontang lebih efisien dibandingkan dengan di titik Titayasa dan Tanara. Gambar 7 mengilustrasikan nilai land rent di ketiga titik unit analisis. 1,800,000 Rent 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000-21, 1,552,543 30, 1,325,000 39, 544, Jarak (Km) Gambar 7. Nilai Land Rent Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing- Masing Unit Analisis. Hubungan antara besarnya nilai land rent dengan jarak ke pusat pasar di gambarkan dalam sebuah fungsi linier yang dinamakan bid rent schedulle. Dalam penelitian ini fungsi dalam bid rent schedulle diperoleh dengan cara regresi sederhana. Fungsi yang dihasilkan yaitu y= , ,8882x dimana y adalah nilai land rent sebagai variabel dependent dan x adalah jarak sebagai variabel independent. Fungsi tersebut menjelaskan bahwa setiap terjadi perubahan satu satuan jarak akan mengurangi nilai land rent sebesar Rp , sementara nilai land rent pada jarak 0 dari pasar adalah sebesar Rp Gambar 8 merupakan bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 2

10 Rent y = , ,8882x Rent Jarak (Km) Gambar 8. Bid Rent Schedulle Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar jarak mempengaruhi perubahan nilai land rent yang diakibatkan adanya perubahan nilai biaya trasnportasi. Asumsi yang dibangun dalam analisis sensitivitas ini dilatar belakangi kondisi pada saat penelitian berlangsung. Isu pada saat ini adalah terjadinya kenaikan harga BBM yang otomatis mengakibatkan adanya kenaikan biaya transportasi sekitar 40 % sampai dengan 45 %. Harga BBM dianggap sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi nilai biaya trasnportasi sebagai faktor endogen dalam perhitungan nilai land rent, dalam analisis ini variabel endogen lainnya seperti tingkat produktivitas, biaya produksi dan harga dianggap tetap. Ditetapkan bahwa terjadi kenaikan biaya transportasi pengangkutan Ikan Bandeng dari lokasi tambak ke pasar sebesar 40 %, sehingga data mengenai biaya transportasi berubah, sebagaimana data dalam Tabel 6. Tabel 6. Perubahan Biaya Transportasi Karena adanya Kenaikan Harga BBM No Titik Jarak (Km) Ongkos Angkut (Rp.) Produksi (Kg) Biaya Transport Rp/Kg/Km 1 Pontang , ,5 2 Tirtayasa , ,7 3 Tanara , ,9 Sumber: Data Primer diolah Dengan adanya perubahan dalam struktur biaya trasnportasi tersebut, maka nilai land rent yang baru adalah sebagaimana tampak dalam Tabel 7. Data Tabel 7 menginformasikan bahwa terjadi penurunan nilai land rent akibat adanya kenaikan harga BBM. Di titik Pontang terjadi penurunan nilai land rent sebesar Rp 41,379 per Ha atau sebesar 2,66%. Di titik Tirtayasa, nilai land rent turun sebesar Rp ,00 per Ha atau 4,53%, sementara di Titik Tanara nilai land rent turun sebesar Rp ,00 per Ha atau sebesar 12,86 %. Persentasi perubahan terbesar yaitu di titik Tanara yang jaraknya paling jauh dari pusat pasar, sementara perubahan terkecil adalah di titik Pontang yang jaraknya paling dekat dengan pasar. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM sebagai faktor eksogen yang berpengaruh terhadap kenaikan biaya transportasi yang menjadi faktor endogen dalam analisis land rent berakibat pada penurunan nilai land rent terutama untuk lokasi budidaya yang jaraknya lebih jauh dari pasar. Tabel 7. Perubahan Nilai Land Rent Dengan Adanya Kenaikan Harga BBM Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 2

11 No Desa Jarak Dari Pasar (Km) Rent Sebelum BBM Naik Rent Setelah BBM Naik Penurunan Nilai Land Rent Persentase Penurunan (%) 1 Pontang , , ,00 2,61 2 Tirtayasa , , ,00 4,52 3 Tanara , , ,00 13,65 Sumber: Data Primer diolah Gambar 9, mengilustrasikan terjadinya perubahan nilai land rent karena perubahan biaya transportasi yang diakibatkan kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM juga merubah fungsi bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. Fungsinya menjadi: y = , , 72x, yang berarti setiap terjadi perubahan satu satuan jarak, maka nilai land rent akan berkurang sebesar Rp ,72 dan nilai land rent pada jarak 0 Km adalah sebesar Rp ,00. Gambar 10, merupakan bid rent schedulle kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeg di Zona Tirtayasa setelah kenaikan harga BBM Re nt (R p/ Ha ) Jarak (km) Gambar 9. Perubahan Nilai Land Rent Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis yang Diakibatkan Kenaikan Harga BBM Melalui analisis disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM dapat menurunkan nilai land rent yang mencerminkan nilai pemanfaatan sebidang lahan yang diterima oleh para pemilik lahan. Hal mengindikasikan adanya penurunan nilai kesejahteraan dalam masyarakat pesisir Kabupaten Serang, khususnya para Rent y = , ,72x Series Jarak (Km) petambak Gambar 10. Bid Rent Schedulle Kegiatan Produksi Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa Setelah Kenaikan Harga BBM Implikasi Kebijakan Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 3

12 Berdasarkan hasil analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini antara lain adalah, kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa layak untuk dilakukan dan dikembangkan, karena masih memberikan nilai pemanfaatan lahan (land rent) yang positif Kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah antara lain: 1) Meningkatkan produktivitas lahan, dapat dilakukan dengan menjaga kualitas sumberdaya lahan dan air dari kemungkinan adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas hulu. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah melakukan pembinaan terhadap petani tambak. 2) Meningkatkan aksesibilitas kawasan tambak. Kesimpulan 1) Biaya transportasi untuk membawa hasil produksi Ikan Bandeng ke Pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Tanara yaitu Rp 15,61 per Kg per Km, sementara di Kecamatan Tirtayasa adalah Rp 13,33 per Kg per Km dan Kecamatan Pontang yang terendah yaitu Rp 12,73 per Kg per Km. 2) Nilai land rent lahan tambak berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar yang tertinggi adalah di Kecamatan Pontang yakni sebesar Rp ,00, dan yang terendah adalah di Kecamatan Tanara, yaitu sebesar Rp ,00, sementara nilai land rent di Kecamatan Tirtayasa adalah Rp ,00 3) Di Zona Tirtayasa, besarnya nilai land rent dengan nilai produktivitas memiliki hubungan positif dengan persamaan Y = * X, sementara besarnya nilai land rent dengan jarak tambak ke lokasi pasar berhubungan secara negatif dengan persamaan Y = , , 8882X. 4) Perubahan nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya trasnportasi akibat kenaikan harga BBM dimasing-masing unit analisis (titik lokasi penelitian) besarannya sangat dipengaruhi oleh jarak lokasi tersebut ke pusat pasar. 5) Kenaikan harga BBM menurunkan nilai land rent yang mengindikasikan adanya penurunan kesejahteraan masyarakat pesisir di Zona Tirtayasa khususnya petambak. Saran 1) Pemerintah Kabupaten Serang, perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap pembuangan limbah industri ke perairan sungai, karena sangat mempengaruhi nilai produksi kegiatan perikanan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa. 2) Kenaikan harga BBM harus dikompensasikan dengan adanya alokasi untuk perbaikan dan pengembangan akses jalan di lokasi tambak sehingga biaya trasnportasi bisa lebih ditekan. DAFTAR PUSTAKA Barlowe R Land Resource Economics. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Bishop CE dan WD Toussaint Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Tim Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Wisnuadji; Harsojono dan Suparmoko: Penterjemah. Jakarta. Mutiara. Dicken P and PE Lloyd Location in Space Theoritical Perspectives in Economic Geography. Third Edition. New York. Harper Collin Publishers. Djojodipuro M Teori Lokasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 4

13 Hartwick JM and ND Olewiler The Economic of Natural Resource Use.New York. Harper & Row Publishers. Prabowo D dan S Reksohadiprodjo Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam. Yogyakarta. BPFE. Soekartawi Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. UI Press. Suparmoko Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). Yogyakarta. BPFE. 568 halaman. Tohir KA Ekonomi Selayang Pandang. Bandung. Bandung. Yotopoulus PA and JL Lawrence On Modeling The Agriculture Sector in Developing Economies an Integreated Approach of Micro and Macro Economics. USA. Stanford University, Stanford, California Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 3/2006 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian tambak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

Lebih terperinci

ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG

ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG ANALISIS LAND RENT PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN SANDRA DEWI ELIZABET KAUNANG SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sarana Produksi Pada umumnya kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di lokasi penelitian memiliki karakteristik usaha yang hampir sama antara satu unit analisis dengan unit

Lebih terperinci

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DWI SUSHANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Konversi Lahan Sumberdaya lahan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan merupakan masukan yang diperlukan untuk setiap bentuk aktifitas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN

PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN VINA DARMAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Chairia*), Dr. Ir Salmiah, MS**), Ir. Luhut Sihombing, MP**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakutas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi (Heru Susilo) 19 ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI (Economic Analysis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (3) : 337-342, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Feasibility Analysis Of Milkfish Farms

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Penelitian Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Penelitian Metode Pengambilan Sampel METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara pada bulan September 2005 sampai Desember 2005. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : 1829-9946 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO UMI BAROKAH Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI LAND RENT DAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK BANDENG DI KELURAHAN MARUNDA, JAKARTA UTARA

ANALISIS NILAI LAND RENT DAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK BANDENG DI KELURAHAN MARUNDA, JAKARTA UTARA i ANALISIS NILAI LAND RENT DAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK BANDENG DI KELURAHAN MARUNDA, JAKARTA UTARA ADE FITRIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Praja Sembiring*), Tavi Supriana**), Siti Khadijah**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) Studi Kasus : Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Tohar M Nainggolan*), HM. Mozart B darus**), Thomson

Lebih terperinci

RENTE EKONOMI PERIKANAN

RENTE EKONOMI PERIKANAN RENTE EKONOMI PERIKANAN I II III IV V Pokok Bahasan Rasional Memaksimumkan Rente Ekonomi Konsep Formal Rente Ekonomi Quasi Rent Pengukuran Rente Ekonomi Perikanan Mekanisme Pengumpulan Rente Ekonomi (Rent

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun Bill Clinton Siregar*), Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si**), Ir. M. Jufri, M.Si**)

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR

DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR Oleh: Arif Supendi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Muhammadiyah Sukabumi Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALYSIS EFFECT OF INPUT PRODUCTION FOR CASSAVA FARMING IN SUKASARI

Lebih terperinci

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO Meike Kumaat Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Jl Hayam

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 DAMPAK PROGRAM MINAPOLITAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI RUMPUT LAUT (STUDI KASUS DI KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 61 VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN 7.1. Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Value) Berdasarkan hasil analisis data diperoleh total nilai manfaat langsung perikanan tangkap (ikan) sebesar Rp

Lebih terperinci

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN

PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN Produksi Optimal Usahatani Jagung, Cabai dan Kacang Panjang (Tetty Wijayanti) 1 PENENTUAN PRODUKSI OPTIMAL USAHATANI JAGUNG, CABAI DAN KACANG PANJANG DENGAN PENDEKATAN MAKSIMISASI KEUNTUNGAN (The Determination

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan 54 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional adalah mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait

Lebih terperinci

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN 8.1. Beberapa Konsep Dasar Ekonomi Lahan Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA Wenny Mahdalena L.G*), Tavi Supriana**), Satia Negara Lubis**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P.

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun) Agri Mandasari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI 117 Buana Sains Vol 8 No 2: 117-122, 2008 USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI Eri Yusnita Arvianti 1,2) dan Pandoyo 2,3) 1) PS Agribisnis, Fak. Pertanian,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

MEKANISME PASAR A. Pengertian dan Bentuk Pasar PRODUKSI 1. Fungsi-fungsi Produksi

MEKANISME PASAR A. Pengertian dan Bentuk Pasar PRODUKSI 1. Fungsi-fungsi Produksi MEKANISME PASAR A. Pengertian dan Bentuk Pasar Dalam memajukan perekonomian suatu negara, pasar memiliki peranan yang sangat penting. Melalui aktifitas pasar, produksi dapat sampai ke tangan konsumen yang

Lebih terperinci

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN 226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**) ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI TEBU DAN GULA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

ANALISIS PRODUKSI TEBU DAN GULA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) 159 ANALISIS PRODUKSI TEBU DAN GULA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Analysis of Sugarcane and Sugar Production in PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Derry Candia Apriawan 1, Irham 1, Jangkung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Case study adalah penelitian yang berusaha memberikan gambaran yang rinci dengan tekanan pada situasi keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Faktor Sosial Ekonomi Dan Fisik Wilayah Terhadap Tingkat Konsumsi Beras Di Kabupaten Kediri

Pengaruh Faktor Faktor Sosial Ekonomi Dan Fisik Wilayah Terhadap Tingkat Konsumsi Beras Di Kabupaten Kediri Pengaruh Faktor Faktor Sosial Ekonomi Dan Fisik Wilayah Terhadap Tingkat Konsumsi Beras Di Kabupaten Kediri Sinta Agusti Permana Sari Mahasiswa S Pendidikan Geografi, mujahidah_sinta@gmail.com Drs. Lucianus

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto

IV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan alasan dan kriteria

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci