BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk lebih dari 242 juta jiwa dan usia produktif sekitar 65%
|
|
- Hadian Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang pada tahun 2012, dengan jumlah penduduk lebih dari 242 juta jiwa dan usia produktif sekitar 65% dari total jumlah penduduk Indonesia ( diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi di tahun Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 naik sebesar 2,8 persen dibanding triwulan I-2012 dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 PDB mengalami pertumbuhan 6,4 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2012 dibandingkan dengan semester I-2011 tumbuh sebesar 6,3 persen. Salah satu sektor yang memberikan sumbangan tertinggi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,2 persen pada triwulan II-2012 terhadap triwulan I-2012 (BPS, 2012). Pada tabel 1.1 tampak bahwa laju pertumbuhan PDB triwulan menurut lapangan usaha Indonesia pada triwulan ke IV-2011 bila dibandingkan dengan triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan total sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan itu dicapai berkat dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 10,2 persen (BPS, 2012) 1
2 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Sumber : Menurut Alamsyah (20010:8) pertumbuhan industri restoran memiliki peluang besar di Indonesia, hal ini disebabkan oleh besarnya populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 242 juta jiwa dan selama manusia hidup ia membutuhkan makanan. Alasan lainnya yaitu Indonesia adalah negara berkembang yang terus membangun pemukiman penduduk, mall, dan pusat hiburan yang membuat banyaknya restoran yang tumbuh di tempat tempat ramai, ditambah lagi dengan meningkatnya pendapatan perkapita yang juga meningkatkan konsumsi masyarakat. Salah satu jenis restoran yang berkembang di Indonesia adalah restoran cepat saji (fast food). Menurut Merriam dan Webster (1951) dalam Alamsyah (2009:3) makanan yang dikategorikan sebagai makanan cepat saji adalah makanan yang dijual di toko atau restoran dengan memerlukan waktu sedikit persiapan dan penyajian untuk dibawa pulang dalam bentuk kemasan. Makanan cepat saji sangat 2
3 disukai karena praktis dan tidak memakan waktu banyak. Seiring dengan banyaknya wanita yang bekerja, makanan cepat sering dijadikan solusi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan keluarga (Alamsyah 2009:2). Perkembangan restoran cepat saji (fast food) dirasa cukup signifikan. Berdasarkan data market size beberapa sektor industri di Indonesia, restoran cepat saji tumbuh sebesar 18,1% pada tahun 2006, 22,1% pada tahun 2007, dan diperkirakan pada tahun 2008 sebesar 19,4% (SWA 01/XXIII/Februari2008). Badan Pusat Statistik (BPS) membagi konsumsi masyarakat menjadi dua kategori, yaitu kategori makanan dan bukan makanan. Konsumsi masyarakat pada kategori makanan lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi pada kategori bukan makanan, namun selisih tersebut tidak terlampau jauh. Pada tahun 2011 Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mencatat bahwa nilai penjualan makanan dan minuman mencapai 660 trilliun rupiah dan ditahun 2012 meningkat menjadi 700 trilliun rupiah ( Pada kategori makanan, jenis makanan dan minuman jadi (prepared foods and beverages) menduduki peringkat teratas disusul oleh padi - padian (cereals), sayur - sayuran (vegetables), ikan (fish), dan daging (meat). 3
4 Tabel 1.2 Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Kelompok Barang / Commodity Group A Makanan/ Food Padi-padian/Cereals Umbi-umbian/Tubers Ikan/Fish Daging/Meat Telur dan susu/eggs and milk Sayur-sayuran/Vegetables Kacang-kacangan/Legumes Buah-buahan/Fruits Minyak dan lemak/oil dan fats Bahan minuman/beverage stuff Bumbu-bumbuan/Spices Konsumsi lainnya/miscellaneous food items Makanan dan minuman jadi/prepared food and beverages Tembakau dan sirih/tobacco and betel B. Bukan makanan/non Food Perumahan dan fasilitas rumah tangga/housing and household facility Barang dan jasa/goods and services Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala/colthing, footwear, and headgear Barang-barang tahan lama/durable goods Pajak dan asuransi/taxes and insurance Keperluan pesta dan upacara/parties and ceremonies Jumlah/Total Sumber : BPS dalam beranda.miti.or.id 4
5 Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat makanan dan minuman jadi mengalami pertumbuhan terbesar tiap tahunnya, dari pertumbuhan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi masyarakat sudah bergeser. Masyarakat cenderung lebih suka mengkonsumsi makanan siap saji atau instan dibandingkan padi padian, yang harus diproses agar dapat dikonsumsi. Menurut Katherine Bauer, asisten profesor kesehatan masyarakat dan peneliti di Temple's Center for Obesity Research and Education salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan makanan cepat saji adalah sibuknya para ibu yang mulai bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan dan lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji untuk keluarga ( Beberapa contoh makanan cepat saji yang masih disukai masyarakat Indonesia adalah piza, hamburger, fish and chips, ayam goreng dan lumpia ( Salah satu kategori dari industri cepat saji adalah quick-casual restaurant (QR), menurut the free dictionary, quick-casual / fast-casual adalah gaya makanan cepat saji yang menyajikan makanan yang lebih sehat, lebih segar, dan lebih bervariasi dibandingkan makanan cepat saji tradisional, serta disajikan dalam lingkungan yang lebih menarik ( QR memberikan pelayanan yang cepat seperti restoran cepat saji dan memberikan pelayanan yang mendekati pelayanan dari full service restaurant. Kategori QR merupakan gabungan dari quick service dan full service, dimana restoran ini lebih senang menyajikan makanan yang dibuat langsung daripada menyajikan makanan beku yang digoreng. QR menawarkan menu dan dekorasi yang lebih merupai restoran full service (Kisang et al. 2008) 5
6 Dengan meningkatnya pertumbuhan restoran cepat saji, Pizza Hut sebagai top of mind restoran piza di Indonesia ( terus melakukan perubahan dalam bersaing, setiap gerai Pizza Hut mengambil konsep restoran keluarga. Konsep restoran keluarga yang diambil oleh Pizza Hut juga termasuk quick-casual restaurant karena Pizza Hut memberikan pelayanan yang cepat seperti di restoran cepat saji, namun Pizza Hut memberikan pelayanan dan kualitas makanan yang lebih baik dari restoran cepat saji. Apabila dibandingkan dengan restoran piza cepat saji lainnya, seperti Domino s Pizza yang membungkus semua makanannya baik makan di tempat (dine in) atau dibawa pulang (take out), Pizza Hut memberikan pelayanan lain berupa perlengkapan makan untuk para konsumen yang makan di tempat. Meningkatnya permintaan akan kualitas makanan yang tinggi, pilihan makanan yang sehat, suasana tempat makan yang lebih baik, pelayanan tinggi terhadap konsumen, dan mendapatkan nilai lebih dari uang yang konsumen keluarkan, QR telah menjadi kategori yang diunggulkan dalam industri restoran. (Anderson, 2003; Sloan, 2002; Tillotson, 2003). Kisang et al. (2008) mengatakan bahwa seorang pengusaha restoran harus dapat membentuk citra yang khas dari restorannya agar dapat membedakan restorannya dengan restoran kompetitor dan juga dapat menyampaikan keunggulan dari restorannya kepada sasaran konsumen. Masih terbuka luasnya peluang dari industri restoran di Indonesia, tidak menutup kemungkinan bagi para pengusaha untuk membuka restoran baru yang dapat bersaing dengan restoran yang sudah berdiri lama. Agar dapat bersaing 6
7 dengan restoran kompetitor baru yang bermunculan, pengusaha restoran harus dapat membangun citra restoran agar menjadi ciri khas restorannya. Membangun suatu citra restoran menjadi tantangan yang sulit bagi para pengusaha restoran, karena citra dari suatu restoran dapat mempengaruhi citra restoran lainnya pada jenis restoran yang sama. Pizza Hut sebagai restoran piza pertama di Indonesia harus dapat mempertahankan citra restorannya agar dapat terus bersaing dengan restoran kompetitor baru lainnya dan tetap menjadi yang terbaik bagi konsumen. Melihat pentingnya citra sebuah restoran untuk bersaing dan meningkatkan faktor customer satisfaction yang pada akhirnya mempengaruhi faktor behavioral intention, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BEHAVIORAL INTENTION KONSUMEN PIZZA HUT SUMMARECON MALL SERPONG. mengacu pada jurnal yang dibuat oleh Kisang et al. (2008) dengan judul The Relationships Among Overall Quick-Casual Restaurant Image, Perceived Value, Customer Satisfaction, and Behavioral Intentions. 1.2 Rumusan Masalah Dalam industri restoran terdapat banyak faktor yang mempengaruhi behavioral intentions (perilaku konsumen) dari seorang konsumen restoran, dari banyak faktor tersebut diantaranya adalah restaurant image, perceived value, dan customer satisfaction (Kisang et al., 2008). Restaurant image adalah gambaran atau citra dari sebuah restoran menurut pandangan dari seorang konsumen, sedangkan perceived value adalah penilaian dari konsumen mengenai apa yang akan didapat dan apa yang harus dikorbankan untuk mendapatkan hal tersebut, 7
8 sedangkan customer satisfaction adalah tingkat kepuasan dari konsumen setelah konsumen merasakan image dan value dari restoran tersebut. Pizza Hut sebagai restoran piza nomor 1 di indonesia ( harus dapat berbenah diri dalam menghadapi persaingan di industri restoran yang berkembang sangat pesat setiap tahunnya. Sebagai salah satu restoran penyedia makanan cepat saji, Pizza Hut harus dapat memberikan pelayanan agar berbeda dengan restoran cepat saji lainnya, dengan memberikan pelayanan tersebut Pizza Hut dapat memposisikan dirinya sebagai quick-casual restaurant. Menurut Kisang et al. (2008) restaurant image, perceived value, dan customer satisfaction merupakan faktor yang penting bagi sebuah restoran untuk membuat seorang konsumen menceritakan berita yang baik untuk restoran yang pernah dikunjunginya ataupun datang kembali untuk makan di restoran tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah penelitian di sub bab 1.2, selanjutnya dijabarkan dalam sejumlah pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini akan menjadi acuan perumusan hipotesis penelitian. Dengan demikian jumlah pertanyaan penelitian adalah sama dengan jumlah hipotesis. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif terhadap Perceived Value? 2. Apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif terhadap Customer Satisfaction 8
9 3. Apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap Behavioral Intentions? 4. Apakah variabel Perceived Value memiliki pengaruh positif terhadap Customer Satisfaction? 5. Apakah variabel Perceived Value memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap Behavioral Intentions?. 6. Apakah variabel Customer Satisfaction memiliki pengaruh positif terhadap Behavioral Intentions? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif terhadap Perceived Value 2. Mengetahui apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif terhadap Customer Satisfaction 3. Mengetahui apakah variabel Restaurant Image memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap Behavioral Intentions 4. Mengetahui apakah variabel Perceived Value memiliki pengaruh positif terhadap Customer Satisfaction 5. Mengetahui apakah variabel Perceived Value memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap Behavioral Intentions 6. Mengetahui apakah variabel Customer Satisfaction memiliki pengaruh positif terhadap Behavioral Intentions 9
10 1.4 Batasan Penelitian Mengingat luasnya cakupan pembahasan tentang behavioral intention dalam literatur pemasaran, peneliti membatasi ruang lingkup berdasarkan variabel dan pemilihan konteks penelitian. Pembatasan penelitian yang dipilih dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan berjumlah empat variabel, yakni: restaurant image, perceived value, customer satisfaction, dan behavioral intention (Kisang et al., 2008). Variabel variabel ini merupakan variabel yang berasal dari dalam diri konsumen yang dapat dikendalikan oleh pemasar, dengan pertimbangan hasil penelitian ini dapat memberi suatu implikasi terhadap pemasaran. 2. Pizza Hut Sumarecon Mall Serpong dipilih sebagai objek penelitian karena peneliti menganggap Pizza Hut Summarecon Mall Serpong sudah dapat mewakili quick-casual restaurant. Selain itu Pizza Hut Sumarecon Mall Serpong dipilih karena berada dalam wilayah Gading Serpong yang merupakan salah satu kota mandiri di Tangerang yang berkembang dengan sangat pesat 3. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online dan offline. Mayoritas data dalam penelitian ini menggunakan data yang didapat secara online. Data penelitian offline yang didapat hanya berjumlah 48 responden, dikarenakan penulis tidak mendapatkan ijin secara langsung dari Pizza Hut. 4. Penelitian ini dilakukan dalam rentan waktu bulan Maret Juni
11 5. Pada saat melakukan pretest, peneliti memilih program SPSS karena dinilai mampu untuk menganalisa faktor analisis yang bersifat exploratory. Selain itu, SPSS juga dapat menganalisa uji validitas dan reliabilitas dengan jumlah 30 responden dimana program Lisrel tidak dapat melakukannya tanpa melakukan bootstraping. 6. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lisrel 8.8. Lisrel dipilih karena dianggap mampu untuk menjalankan banyak persamaan sebanyak 1 kali (dengan lebih dari 1 variabel dependen) dan dapat memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling mempengaruhi secara bersama-sama. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Untuk dapat memberikan kontribusi potensial informasi dan referensi kepada pembaca mengenai ilmu pemasaran, khususnya dalam hal restaurant image, perceived value, customer satisfaction dan behavioral intentions dalam industri quick-casual restaurant. 2. Manfaat Praktis Dapat memberikan gambaran, informasi, pandangan, dan saran yang berguna bagi para pelaku bisnis sehingga pentingnya perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan restaurant image, perceived value, customer satisfaction dan behavioral intentions dapat lebih dimengerti dan 11
12 dipahami oleh pelaku bisnis khususnya pelaku bisnis dalam industri quickcasual restaurant. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, di mana antara bab satu dengan bab yang lainnya terdapat ikatan yang sangat erat. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi latar belakang yang memuat hal-hal yang mengantarkan pada latar permasalahan, rumusan masalah yang dijadikan dasar dilakukannya penelitian ini, tujuan yang akan dicapai dari dibuatnya skripsi, batasan penelitian, manfaat yang diharapkan serta terdapat sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II ini berisi tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahannya yang dirumuskan, yaitu tentang restaurant image, perceived value, customer satisfaction dan behavioral intentions. Uraian tentang konsep-konsep di atas diperoleh melalui studi kepustakaan dari literatur yang berkaitan, buku, dan jurnal. BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini, penelitian akan menguraikan tentang gambaran umum dari objek penelitian yang akan diteliti, metode yang akan digunakan, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengambilan data, 12
13 serta teknik analisis yang akan digunakan untuk menjawab semua rumusan masalah. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi gambaran secara umum mengenai objek dan setting dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kemudian paparan mengenai hasil kuesioner kepuasan konsumen terhadap intensitas perilaku. Hasil dari kuesioner tersebut akan dihubungkan dengan teori dan proporsi yang terkait dalam BAB II BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini membuat kesimpulan peneliti yang dikemukakan berdasarkan hasil penelitian yang menjawab proporsi penelitian serta membuat saransaran terkait dengan objek penelitian. 13
BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang atau jasa yang memuaskan bagi konsumen mereka. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, menimbulkan berbagai macam usaha bisnis dengan tujuan utamanya adalah memberikan atau menghasilkan barang
Lebih terperinciKonsumsi Consumption
Konsumsi Consumption Di negara-negara berkembang, pengeluaran untuk keperluan makanan masih merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pengeluaran rumahtangga. Sementara di negara-negara maju, pengeluaran
Lebih terperinciComsumption and Cost
Comsumption and Cost CONSUMPTION AND COST Grafik 10.2/Figure 10.2 Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di Jawaa Barat Average Monthly Per Capita Expenditure by Regency/City
Lebih terperinciKonsumsi/ Consumption
Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 531 532 Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Konsumsi/ Pada tahun 2011, rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB sebesar
Lebih terperinciAdanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) adalah salah satu motor penggerak perekonomian di negara kita. Usaha kecil, dan menengah (UKM) merupakan tulang punggung perekonomian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dicoba ada di Indonesia mulai dari makanan tradisional, chinese food,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai macam keunikan tak terkecuali dengan kulinernya yang beragam. Berbagai jenis wisata kuliner unik dan menarik
Lebih terperinciBPS-Statistics DKI Jakarta Provincial Office 491
JAKARTA IN FIGURES 2007 EXPENDITURE AND CONSUMPTION 12. KONSUMSI DAN PENGELUARAN Tingkat ketersediaan pangan suatu daerah dapat ditinjau dari kecukupan gizi, angka kecukupan gizi yang dianjurkan pada Widyakarya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013 mencapai 2,61 persen (q-to-q)
Lebih terperinciKONSUMSI CONSUMPTION
KONSUMSI CONSUMPTION NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Konsumsi/ Pada tahun 2012, rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk
Lebih terperinciComsumption and Cost
Comsumption and Cost CONSUMPTION AND COST Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan, dimana menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah
Lebih terperinciComsumption and Cost
Comsumption and Cost Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan, dimana menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga
Lebih terperinciKonsumsi/ Consumption SEKAT
SEKAT 505 506 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB menurut golongan pengeluaran tahun 2007 sebesar 159.067 rupiah untuk makanan dan 100.711 rupiah
Lebih terperinciKonsumsi/ Consumption
2011 531 532 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Pada tahun 2010, rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB sebesar 255.273 rupiah untuk makanan dan 168.199 rupiah untuk pengeluaran bukan
Lebih terperinciBanyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer goods di Indonesia akan meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Lebih terperinciKonsumsi/ Consumption
529 530 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Pada tahun 2008, rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB sebesar 203.123 rupiah untuk makanan dan 169.343 rupiah untuk pengeluaran bukan makanan.
Lebih terperincix Comsumption and Cost
x Comsumption and Cost CONSUMPTION AND COST Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat pendapatan masyarakatnya. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam
Lebih terperinciKonsumsi/ Consumption
2010 529 530 BAB X KONSUMSI CHAPTER X CONSUMPTION Pada tahun 2009, rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk NTB sebesar 231.174 rupiah untuk makanan dan 159.851 rupiah untuk pengeluaran bukan
Lebih terperinciCONSUMPTION AND COST
Besarnya pendapatan yang diperoleh/diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam survey/ kegiatan
Lebih terperinciCONSUMPTION AND COST
CONSUMPTION AND COST Besarnya pendapatan yang diperoleh/diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua sumber daya seperti modal, kewirausahaan, sumber daya manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisaasi saat ini, semua orang berupaya untuk memanfaatkan semua sumber daya seperti modal, kewirausahaan, sumber daya manusia dan juga kreativitas untuk
Lebih terperinciCONSUMPTION AND COST
Besarnya pendapatan yang diperoleh/diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam survey/ kegiatan
Lebih terperinci10. PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK/Expenditure and Consumptions of People
10. PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK/Expenditure and Consumptions of People PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK PENJELASAN TEKNIS 1. Data Pengeluaran dan Konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan sektor jasa di Indonesia saat ini semakin meningkat.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor jasa di Indonesia saat ini semakin meningkat. Perkembangan ini dapat dilihat dari kontribusi sektor jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
Lebih terperinciBAB XI PENGELUARAN & KONSUMSI
BAB XI PENGELUARAN & KONSUMSI NON MAKANAN 47,62% 52,38 % MAKANAN Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk 11. Pengeluaran dan Konsumsi 11. Expenditure and Consumtion Sebanyak 49,50 persen pengeluaran rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali, memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi di D.I Yogyakarta. 7,00 6,00 5,00 4,00
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada jaman ini, banyak restoran-restoran yang bersaing untuk membentuk kualitas layanan yang baik dan segala sesuatunya untuk menarik konsumen sehingga tiap konsumen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha menyadari suatu kebutuhan untuk mengeksploitasi sepenuhnya aset-aset mereka demi memaksimalkan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan yang semakin tinggi akan memaksa perusahaan untuk berupaya mempertahakan, bahkan meningkatkan usaha pelayanan. Proses pelayanan yang terjadi dalam
Lebih terperinciPERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.
PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding triwulan I-2012 (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 mencapai 2,8 persen dibanding triwulan I-2012 (q-to-q)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan usaha restoran di Indonesia sejak tahun 2008 hingga. Tabel 1-1 Pertumbuhan Restoran di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Industry Overview Dan Market Share Bisnis restoran dan kafe hingga saat ini masih diyakini sebagai salah satu bisnis yang memiliki prospek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang: Industri restoran dan rumah makan merupakan salah satu industri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang: Setiap manusia memiliki kebutuhan hidupnya masing-masing. Salah satunya adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Makanan dan minuman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang peternakan. Pada tahun 2009, industri pengolahan daging di dalam negeri mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan bisnis kuliner saat ini bisa dibilang sangatlah pesat. Banyak restoran cepat saji yang menawarkan aneka makanan dengan ciri khas tersendiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada tiga jenis kebutuhan pokok atau primer manusia, yaitu sandang, pangan dan papan. Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan
Lebih terperinciKETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK
KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK 596 Jambi Dalam Angka 2010 FOOD SUPPLY AND POPULATION OF EXPENDITURE BAB 10 KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK CHAPTER 10 FOOD SUPPLY AND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru bagi setiap perusahaan. Terutama dalam bisnis waralaba (franchise) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam dunia pemasaran telah berkembang semakin pesat. Hal ini menyebabkan munculnya suatu peluang dan tantangan bisnis yang baru bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, berdasarkan temuan riset Global Entrepreneur Indicator 2013, tercatat. nasional sama kuat dengan daya beli dalam negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan market yang potensial untuk bisnis baru, berdasarkan temuan riset Global Entrepreneur Indicator 2013, tercatat adanya peningkatan
Lebih terperinciPERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)
PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM 3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber: Rumah Makan Pondok Bambu Tirza III
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Rumah Makan Pondok Bambu Tirza III awalnya merupakan salah satu cabang dari Rumah Makan Pondok Bambu Tirza I. Rumah Makan Pondok Bambu Tirza I pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan manusia yang selalu tidak puas itulah yang membuat sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan dunia yang pesat sekarang ini. Banyak orang yang lebih menginginkan sesuatu yang lebih baik dan terus meningkat. Tidak banyak pula dari mereka yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis retail saat ini semakin pesat, diantaranya adalah bisnis restoran cepat saji. Makanan asing yang disajikan oleh restoran-restoran cepat saji terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Populasi Indonesia tahun 2014 menurut bank dunia adalah 251 juta, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi Indonesia tahun 2014 menurut bank dunia adalah 251 juta, di mana menempatkan Indonesia di urutan ke-empat berdasarkan jumlah populasi. Dengan jumlah populasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tidak ada batasnya lagi, sehingga masyarakat akan semakin kritis dalam memilih dan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi digunakan pada saat berbicara, melakukan transaksi, dan masih banyak lagi. Menurut Laios dan Theodorakism (2001)
Lebih terperinciIV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA
IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari beberapa wilayah yang memiliki struktur perekonomian yang beraneka ragam. Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran atau kontribusi dari masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek kehidupannya. Kemajuan teknologi seperti televisi, ponsel,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini, perubahan tren gaya hidup khususnya dalam bidang teknologi yang terjadi di lingkungan membuat masyarakat mempunyai kehidupan yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan jasa kantor akuntan publik semakin meningkat, didukung oleh beberapa peraturan yang mengharuskan laporan keuangan
Lebih terperinciBAB 10 KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK CHAPTER 10 FOOD SUPPLY AND POPULATION EXPENDITURE Pengeluaran dan Konsumsi
BAB 10 KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK CHAPTER 10 FOOD SUPPLY AND POPULATION EXPENDITURE 10.1. Pengeluaran dan Konsumsi Secara umum tingkat ketersediaan pangan nasional ditinjau dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat hal ini dibuktikan dengan sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali. Sensus penduduk ke lima yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Bisnis Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, tempat rekreasi, serta kuliner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat di dalam negara untuk memajukan nama negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini semakin ketat dengan munculnya berbagai produk baru yang unik dan menarik untuk menarik minat konsumen. Selain menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peringkat yang paling atas bagi kehidupan suatu organisme, terutama manusia adalah kebutuhan fisiologis (Maslow, 1954). Kebutuhan fisiologis ini penting, karena terdiri
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Kota Bogor Alami Deflasi bulan Februari 2016 sebesar 0.02 persen Setelah pada Januari 2016 di Kota Bogor mengalami inflasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Perekonomian di Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 35,02 persen, yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. FISH HOUSE adalah sebuah bisnis kuliner yang menjual
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang FISH HOUSE adalah sebuah bisnis kuliner yang menjual makanan sehat cepat saji dengan bahan baku ikan. Bisnis kuliner ini dipilih karena bisnis ini masih menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada perkembangan jenis usaha dan bisnis yang semakin berkembang salah satunya adalah bidang bisnis food
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dari waktu ke waktu bisnis di bidang makanan mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu bisnis di bidang makanan mempunyai kecenderungan terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Faktanya didasarkan pada kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pengeluaran per kapita masyarakat Indonesia per bulan kurun waktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Darmaatmadja (2011:17), restoran merupakan suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan-pelayanan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dinkes (dalam Destya 2009), memaparkan bahwa kesehatan adalah tujuan hidup manusia dan sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada kondisi persaingan yang sangat ketat seperti saat ini, perusahaan harus bisa beradaptasi pada lingkungan pasar yang dinamis agar mampu tetap hidup bahkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan pariwisata di dunia sudah sangat maju dan terus dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian masyarakat suatu Negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Hal ini bukanlah tugas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku pasar pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Hal ini bukanlah tugas yang mudah mengingat perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang pembuatan tesis, ruang lingkup, tujuan dan manfaat dari penulisan tesis serta sistematika penulisan tesis ini dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan menjadikan daya tarik bisnis itu tersendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini banyak yang memiliki rutinitas padat. Wanita atau istri yang juga bekerja, jalan-jalan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kota Padang menuju ibu kota provinsi yang lebih baik, telah banyak memberikan efek kepada pola kehidupan masyarakatnya. Sebagian besar masyarakatnya saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbelanja melalui internet (online shopping). Maraknya fenomena online
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, seluruh aspek dari kehidupan manusia jika dimanfaatkan dengan sunguh-sunguh akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Sejak beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jasa pelayanan makanan dewasa ini menjadi salah satu jenis bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jasa pelayanan makanan dewasa ini menjadi salah satu jenis bisnis dengan prospek terbesar di dunia. Dalam perkembangannya, kini pelayanan makanan telah meluas ke berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis restoran di Indonesia selalu di dominasi oleh pangsa pasar asing. Tanpa melihat jauh, pusat-pusat keramaian seperti mall misalnya, saat ini dipadati oleh restoran-restoran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 12/33/09/Th.III, 10 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan November 2016 Inflasi 0,67 persen Pada bulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan pola makan masyarakat kota yang gemar makan di luar, dan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini melibatkan industri di bidang makanan dipicu oleh perubahan pola makan masyarakat kota yang gemar makan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi di dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi di dunia telah mengalami kemajuan pesat. Banyaknya inovasi dan penemuan baru yang ditemukan untuk membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan hidup manusia tidak lepas dari dua kebutuhan utama, yaitu kebutuhan primer atau pokok dan kebutuhan sekunder atau penunjang. Makanan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar mereka dapat bertahan hidup. Kebutuhan manusia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kebutuhan primer, kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia, tanpa pakaian, kebutuhan primer seseorang menjadi tidak lengkap. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investor dan pengusaha besar yang mengalihkan modalnya ke negara-negara lain,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, bisnis mikro dan menengah turut berperan penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional, pemerintah berupaya untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 1,08 PERSEN
No. 033/63/09 Th. III, 01 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI INFLASI 1,08 PERSEN Di Kota Tanjung, pada Bulan Juli mengalami inflasi sebesar 1,08 persen. Laju inflasi kumulatif Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan
A. Demografi IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekaligus sebagi pusat pendidikan, pemerintahan dan perekonomian. Menurut Direktoral Jendral
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan gaya hidup masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang. menginginkan kepraktisan dalam mengonsumsi makanan dan minuman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Terbukanya peluang bisnis di bidang makanan dan minuman merupakan hal yang sangat menarik bagi para pebisnis untuk memulai usaha dan mendapatkan omset yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam
57 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitiannya penulis menggunakan data analisis dan interprestasi dari arti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pusat perbelanjaan yang tumbuh semakin pesat di Jakarta setelah berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1998 merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia sehari-hari. Terkadang dengan kesibukan yang ada, kita jarang memiliki waktu untuk membuat dan menyediakan makanan
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan di kota ekonomi Surabaya yang maju dan berkembang pesat, telah terjadi perubahan di bidang industri dan produksi. Kegiatan ritel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Bisnis Retoran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan pesat dunia industri termasuk industri makanan di Indonesia, produk dan jasa yang ditawarkan di pasar pun menjadi semakin banyak dan beragam.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinci