I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa
|
|
- Hengki Jayadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pusat perbelanjaan yang tumbuh semakin pesat di Jakarta setelah berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1998 merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa mall, plaza dan bentuk bentuk yang lain menjadi salah satu investasi di bidang properti yang cukup cerah dan menguntungkan. Pusat perbelanjaan pada dasarnya mempunyai kesamaan fungsi dengan pasar tradisional yang sudah ada, dengan adanya penambahan fungsi sebagai tempat rekreasi, selain mempunyai keunggulan lain seperti kerapian dalam penataan, kenyamanan, keamanan dan kebersihan. Mall atau plaza selain sebagai tempat bertemu antara pembeli dan penjual ternyata juga merupakan salah satu sarana untuk berekreasi warga. Sehingga fungsi dari mall atau plaza selain sebagai tempat berbelanja oleh para pengunjung juga sebagai salah satu tempat untuk berjalan jalan menikmati suasana dan sarana cuci mata. Ninik Nulani di harian Media Indonesia tanggal 17 Desember 1997 yang menyatakan bahwa mall atau plaza memiliki fungsi utama sebagai tempat rekreasi yang memberikan kenyamanan suasana (enak sebagai tempat cuci mata). Dalam artikel tersebut juga disebutkan beberapa fungsi mall atau plaza yaitu antara lain adalah sebagai bagian dari rekreasi (jajan, nonton film, window shopping), tempat sosial (tempat bertemu dengan banyak orang), referensi mode dan asesoris, menghabiskan waktu (untuk iseng atau
2 nongkrong), berbelanja (terutama ketika terdapat potongan harga). Dengan adanya beberapa fungsi mall atau plaza dilihat dari sudut pandang pengunjung maka tidaklah mengherankan jika para pengunjung yang datang ke mall atau plaza tidak akan selalu berbelanja. Dengan kondisi tersebut maka para pengelola mall atau plaza dituntut selain menarik pengunjung sebanyak mungkin sesuai dengan target dan kapasitas yang ada juga memunculkan niat berbelanja dan tidak hanya berjalan jalan di mall atau plaza tersebut. Bisnis pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia dan khususnya di Jakarta pernah masuk dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan ketika terjadi krisis ekonomi di negara ini yang kemudian adanya kerusuhan di mana mana. Sektor ini sebenarnya oleh pemerintah pernah akan dijadikan sebagai sarana untuk menarik wisata belanja ke Jakarta sama seperti yang terdapat di Singapura. Tapi sejak krisis ekonomi pada tahun 1997 dan kemudian disusul kerusuhan besar pada tahun 1998 membuat sektor bisnis ini seperti jatuh tertimpa tangga. Harian Bisnis Indonesia tanggal 30 Juli 1998 menyatakan bahwa terdapat sedikitnya tujuh pusat perbelanjaan dijarah dan dibakar yang mengakibatkan pasokan berkurang m 2. Pusat perbelanjaan yang rusak tersebut antara lain adalah Menteng Prada, Plaza Central Klender, Plaza Jatinegara, Plaza Kemayoran, Mall Daan Mogot, Plaza Glodok, dan Plaza Slipi Jaya. Di samping itu dengan menurunnya daya beli dari masyarakat menjadi salah satu turunnya bisnis properti subsektor pusat perbelanjaan ini. 2
3 Akan tetapi kondisi tersebut sudah mulai berubah pada saat ini. Hal ini didorong oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia yang salah satu indikasinya adalah meningkatnya daya beli dari masyarakat. Kondisi ini seperti yang disampaikan oleh majalah Properti Indonesia edisi Desember 2003 mengenai prediksi dan evaluasi kondisi bisnis properti subsektor ritel. Di kawasan Jadebotabek (Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi) untuk keseluruhan subsektor ritel termasuk didalamnya pusat perbelanjaan dan pusat perdagangan terdapat total pasokan kumulatif sampai akhir tahun 2003 mencapai m 2 yang terdiri atas 111 pusat belanja atau mengalami peningkatan pasok sebesar 17,76 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar m 2 dari 96 pusat belanja. Dari luasan yang ada dan mulai dipasarkan pada akhir tahun 2003 hampir semua luasan yang ada telah terjual habis. Data tersebut termasuk didalamnya adalah pusat perdagangan (ITC atau WTC). Berikut ini adalah tabel jumlah luasan pusat perbelanjaan dan pusat perdagangan yang dibangun menurut kurun waktu tertentu yang ada di kota Jakarta dan sekitarnya. Luasan yang ada di tabel merupakan luasan ketika pusat perbelanjaan dan pusat perdagangan tersebut dibangun pada awalnya, sehingga mungkin terdapat perbedaan luasan dengan yang masih beroperasional sekarang ini. Hal ini dimungkinkan karena terdapat beberapa pusat perbelanjaan yang mengalami peningkatan luasan, sudah tidak beroperasional kembali atau mengalami penundaan pembangunan. 3
4 Tabel 1. Luasan Pusat Perbelanjaan dan Pusat Perdagangan LOKASI Kurun Waktu Pembangunan < Jumlah Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Selatan Bogor Tangerang Bekasi * Keterangan : Luasan dalam satuan m 2 Sumber : Redaksi Majalah Properti Indonesia diolah. Dari Tabel 1 dapat diketahui juga konsentrasi pembangunan mall atau plaza yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Tangerang Bogor 5,63% 0,96% Bekasi 5,04% Jakarta Utara 25,53% Jakarta Pusat 14,02% Jakarta Selatan 28,01% Jakarta Timur 5,95% Jakarta Barat 14,86% Gambar 1. Sebaran Mall atau Plaza menurut luasannya Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi pembangunan mall atau plaza banyak berlokasi di daerah Jakarta Selatan, kemudian pada urutan berikutnya adalah Jakarta Utara. Pada kedua daerah tersebut banyak terdapat disekitar lokasi perumahan dan pusat niaga. Mall atau plaza yang berlokasi di Jakarta Utara lebih 4
5 terkonsentrasi di daerah Kelapa Gading, sedangkan untuk ITC atau WTC berada di daerah Kota (Mangga Dua). Sedangkan untuk daerah Jakarta Selatan antara mall atau plaza dengan ITC mempunyai penyebaran yang sama. Maraknya pembangunan mall atau plaza yang ada di kota Jakarta dan sekitarnya oleh beberapa kalangan mendatangkan kekuatiran akibat melimpahnya pasokan luasan area pusat perbelanjaan dan perdagangan yang ada. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Panangian Simanungkalit dalam artikel yang terdapat di Koran Tempo edisi 10 Desember 2002, bahwa untuk periode tercatat di Jakarta terdapat 28 proyek pusat perbelanjaan yang sedang dibangun dan akan menyediakan ruangan seluas m 2 dan 11 proyek di wilayah Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang bakal menyediakan ruangan seluas m 2. Luasan yang tersedia tersebut diperkirakan akan melebihi dari daya serap pasar terhadap pusat perbelanjaan yang ada di Jabotabek yang berkisar antara m 2 per tahun. Dengan adanya kondisi tersebut maka membuat para pengelola pusat perbelanjaan dan perdagangan harus mempunyai strategi khusus guna memasarkan ruangan yang ada. Mall atau plaza mempunyai dua konsumen pokok, yaitu tenant sebagai penyewa atau pembeli dari mall atau plaza dan pengunjung mall atau plaza tersebut yang juga adalah calon konsumen dari tenant yang ada di mall atau plaza tersebut. Tenant akan tertarik untuk menyewa atau membeli ruangan di mall atau plaza tersebut jika terdapat indikasi bahwa mall atau plaza tersebut cukup menarik pengunjung untuk datang dan 5
6 sesuai dengan segmen pasar mereka. Sementara dari sisi pengunjung akan tertarik untuk datang atau berkunjung ke mall atau plaza tersebut jika kondisi mall atau plaza nyaman, menarik, aman, dan tenant yang ada dapat sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan adanya kondisi tersebut maka terdapat hubungan yang saling terkait antara kedua konsumen inti dari mall atau plaza tersebut. Dengan adanya banyak pilihan mall atau plaza yang ada sekarang ini di Jakarta dan sekitarnya membuat pengelola mall atau plaza bersaing dalam menarik pengunjung yang akan berdampak dapat menarik banyak tenant yang potensial untuk menyewa atau membeli ruangan yang ada, demikian juga sebaliknya para pengelola berusaha menarik tenant yang potensial dapat menarik pengunjung agar datang ke mall atau plaza tersebut. Mall atau plaza hendaknya mempunyai karakteristik tersediri agar dapat menarik konsumen, hal ini seperti yang terdapat di artikel Media Indonesia 26 April 2002 yang menyatakan bahwa mempertahankan karakteristik dari mall atau plaza adalah bagian dari menghadapi persaingan yang ada. Menurut data yang dikeluarkan oleh Bappeda DKI Jakarta dalam website resmi badan tersebut menyatakan bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan dalam jumlah sejak tahun 1961 sampai dengan tahun Kondisi peningkatan jumlah penduduk di DKI Jakarta dan sekitarnya tersebut berbeda dengan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta terus mengalami penurunan. Data tersebut berdasarkan atas sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali yang dikeluarkan oleh BPS DKI Jakarta. Tabel data jumlah 6
7 penduduk berdasarkan pembagian wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya dapat dilihat pada lampiran 1. Jumlah penduduk yang terus meningkat tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi investor ketika akan berinvestasi di bidang properti khususnya pusat perbelanjaan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Deddy Kusuma dalam artikel yang dimuat di harian Republika tanggal 25 Oktober 1997 memberikan contoh Mall Puri Indah dibangun ketika kawasan perumahan Puri Indah sudah terjual unit rumah dan terdapat 40 kawasan pemukiman di sekitarnya dengan jumlah penduduk mencapai 1,5 juta orang. Dengan kondisi tersebut berarti dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jumlah penduduk identik dengan jumlah permintaan akan adanya mall atau plaza. Hal tersebut sama dengan yang disampaikan oleh Panangian Simanungkalit pengamat properti dari Pusat Studi Properti Indonesia di harian Media Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1997 menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi bisnis mall atau plaza di Indonesia cenderung berada di sekitar kawasan perumahan. Semakin luas kawasan perumahan akan berindikasi semakin tinggi daya serap pasar dari mall atau plaza tersebut. Peningkatan jumlah penduduk disertai juga peningkatan rasio usia produktif yaitu usia tahun. Proporsi penduduk umur produktif (15 64 tahun) meningkat terus dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 1971 proporsi penduduk berusia tahun sekitar 55,4 persen, maka pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 70,3 persen. Dampak positif dari kecenderungan tersebut adalah menurunnya rasio beban tanggungan dari 7
8 81 pada tahun 1971 menjadi 42 pada tahun Konsumen yang paling diperhatikan oleh para pemasar adalah pada usia produktif ini. Hal ini disebabkan karena mereka yang pada usia produktif ini yang telah mempunyai pendapatan sendiri dan pada umumnya akan menjadi pengambil keputusan pembelian. Identifikasi Masalah Penduduk Jakarta yang termasuk dalam kelompok usia remaja yaitu yang termasuk dalam golongan usia antara tahun berkisar diantara 20 persen pada setiap hasil dari sensus penduduk. Jika dilihat pada hasil sensus penduduk pada tahun 2000 penduduk Daerah Khusus Ibukota Jakarta mencapai orang dengan jumlah penduduk kelompok usia remaja mencapai 19.6 persen atau kurang lebih mencapai orang. Menurut survei yang dilakukan oleh Surindo seperti yang ditulis pada majalah Swasembada, 2000 disebutkan bahwa jumlah remaja mencapai 64 juta jiwa diseluruh Indonesia atau hampir sepertiga penduduk Indonesia keseluruhan. Suatu jumlah yang sangat potensial untuk dipelajari lebih dalam. Pasar remaja diyakini oleh banyak pemasar sebagai salah satu pasar yang potensial dan menjanjikan. Remaja dalam pandangan para pengusaha merupakan suatu golongan yang cukup konsumtif. Hal ini terlihat pada kondisi sekarang ini banyak remaja yang menghabiskan waktunya di pusat perbelanjaan walaupun tidak selalu untuk berbelanja. Remaja Indonesia mempunyai beberapa ciri antara lain banyak maunya, 8
9 sulit dipahami keinginannya, menciptakan trend tetapi tidak loyal (Swa, 2000). Remaja menjadi sasaran pasar yang menarik karena mereka merupakan konsumen langsung, mereka merupakan pembujuk yang hebat di lingkungannya, mereka merupakan konsumen masa depan (Swa, 2000). Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya, antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Agar tetap eksis dalam persaingan yang terjadi antar mall atau plaza yang ada maupun yang akan mulai dipasarkan, para pengelola dituntut agar dapat terus meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kepuasan dari konsumen, baik itu konsumen pengunjung maupun konsumen penyewa mall atau plaza tersebut. Strategi kepuasan pelanggan sebenarnya sudah dimulai ketika karakteristik konsumen tertentu menjadi target konsumen dari mall atau plaza tersebut. Kondisi kesalahan strategi segmentasi dan targeting akan membawa dampak yang berkepanjangan, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Suwito Santoso Presdir PT ProLease di harian Media Indonesia tanggal 15 Agustus 1997 bahwa repositioning dan fokus pada satu bidang tertentu perlu dilakukan apabila mall atau plaza tetap ingin eksis dan diminati oleh pengunjung. Dengan segmentasi dan targeting yang jelas akan mempermudah pengelola mall atau plaza untuk memuaskan pengunjung 9
10 dalam hal ini adalah pelanggan mereka sesuai dengan kondisi yang diinginkan oleh pengunjung. Memuaskan pengunjung dapat berarti memberikan pelayanan dan fasilitas yang memuaskan, dapat juga berarti memberikan pilihan produk atau toko yang sesuai dengan selera mereka, dapat juga berarti memberikan sesuatu yang berbeda dengan yang diberikan oleh mall atau plaza yang lain. Jumlah luasan mall atau plaza yang ada dan yang akan ada oleh para pengamat properti tidak sebanding dengan jumlah permintaan, hal ini menimbulkan tingkat persaingan yang tinggi agar suatu mall atau plaza dapat menarik pengunjung. Walaupun jumlah penduduk kelompok usia remaja Jakarta selalu meningkat dan tingkat daya beli masyarakat juga meningkat tidak membuat para pengelola mall atau plaza dapat dengan mudah menarik pengunjung. Pengelola harus jeli dalam mengetahui keinginan dari pengunjung dalam hal ini kelompok usia remaja agar terpuaskan dengan berkunjung dan kemudian diharapkan berbelanja di mall atau plaza tersebut yang pada akhirnya akan menjadi konsumen loyal mereka. Dengan mengetahui perilaku remaja sebagai salah satu pengunjung mall atau plaza yang potensial akan mempermudah pengelola mall atau plaza dalam memuaskan pelanggan mereka yang akan membuat mall atau plaza tersebut tetap eksis dan siap menghadapi persaingan. Untuk dapat mengetahui perilaku dan keinginan pengunjung mall atau plaza dapat dilakukan melalui survei, jejak pendapat dan 10
11 sebagainya yang diharapkan akan dapat menyerap aspirasi dari para pengunjung. Perumusan Masalah Konsumen mall atau plaza yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok besar yaitu tenant sebagai penyewa dan pengunjung mall atau plaza tersebut. Kedua golongan konsumen tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Maka sesuai dengan paparan yang sudah disampaikan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan permasalahan yang dihadapi, yaitu: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilihan mall atau plaza yang akan dikunjungi oleh pengunjung remaja di kota Jakarta. 2. Bagaimana perilaku konsumen pengunjung mall atau plaza kelompok usia remaja yang ada di kota Jakarta. 3. Bagaimana peta image pengunjung kelompok usia remaja terhadap mall atau plaza yang ada di Jakarta. 4. Bagaimana strategi bauran pemasaran yang dapat digunakan guna menarik dan mempertahankan pengunjung kelompok usia remaja ke suatu mall atau plaza di kota Jakarta. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka dapat disampaikan bahwa penelitian dan penulisan ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan bagi 11
12 pengunjung kelompok usia remaja untuk datang ke mall atau plaza yang ada di kota Jakarta. 2. Menganalisis perilaku pengunjung kelompok usia remaja mall atau plaza yang ada di kota Jakarta. 3. Menganalisis peta image pengunjung kelompok usia remaja terhadap mall atau plaza yang ada di Jakarta. 4. Alternatif bauran pemasaran yang memungkinkan dapat meningkatkan dan mempertahankan pengunjung kelompok usia remaja dari suatu mall atau plaza di kota Jakarta. Manfaat Penelitian Penelitian dan penulisan tesis kali ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi para pengelola dan investor mall atau plaza dapat dijadikan salah satu kajian langkah dan strategi pemasaran guna meraih dan mempertahankan pengunjung. 2. Bagi penulis penelitian ini dapat menjadi suatu pengalaman praktis dan hal yang baru berkaitan dengan pemasaran mall atau plaza. 3. Diharapkan tulisan dan penelitian ini dapat memberikan wacana baru dan tambahan informasi berkaitan dengan mall atau plaza yang ada di Jakarta. Ruang Lingkup Penelitian Pada penulisan dan penelitian ini mempunyai ruang lingkup yang 12
13 terbatas hanya akan membahas pengunjung mall atau plaza kelompok usia remaja sebagai salah satu konsumen dari mall atau plaza dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pusat perbelanjaan dalam hal ini adalah mall atau plaza yang ada di kota Jakarta yang akan dikunjungi dan perilaku pengunjungnya. Pemilihan kota Jakarta disebabkan karena Jakarta merupakan barometer pusat perbelanjaan yang ada di Indonesia, selain itu Jakarta merupakan Ibu kota negara yang berarti sebagai kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Kelompok usia remaja dipilih sebagai obyek yang akan menjadi responden dalam penelitian ini karena remaja merupakan salah satu pasar yang besar dan cukup potensial, sekaligus remaja merupakan pembujuk yang hebat di lingkungannya. Metoda pengumpulan data primer yang digunakan adalah salah satu metode non-probability sampling yaitu menggunakan teknik quota sampling melalui pengisian kuesioner. Dalam hal ini jumlah sampling bersifat proporsional berdasarkan jumlah penduduk pada kelompok usia remaja per wilayah yang ada di DKI Jakarta. Wilayah di DKIJakarta yang menjadi lingkup wilayah penelitian ini hanya meliputi lima daerah kota yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Sedangkan untuk satu wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Seribu tidak termasuk di dalamnya karena di daerah tersebut sampai saat ini belum terdapat mall atau plaza. 13
I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan karena selain sebagai sumber penerimaan daerah kota Bogor serta pengembangan dan pelestarian seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan diketahui sebagai produk yang ada karena imbas dari kombinasi antara perkembangan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja,
Lebih terperinciANALISIS FENOMENA YANG TERJADI PADA KUALITAS PELAYANAN SWALAYAN (Studi Kasus Swalayan Di Lhokseumawe)
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2005 ANALISIS FENOMENA YANG TERJADI PADA KUALITAS PELAYANAN SWALAYAN (Studi Kasus Swalayan Di Lhokseumawe) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibu kota dari Indonesia Jakarta adalah kota yang sangat berkembang dan memiliki kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang dan sector, mulai dari pemerintahan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Pembangunan pusat belanja Jabotabek tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi mempengaruhi perubahan seseorang. Salah satu aspek yang berubah adalah tujuan berekreasi. Saat pusat perbelanjaan belum dibangun, masyarakat tidak punya pilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, dunia perdagangan dewasa ini terjadi persaingan didalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan teknologi telah membawa manusia pada kehidupan dengan tuntutan kebutuhan yang semakin kompleks. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, tingkat perekonomian masyarakat yang semakin meningkat berimbas pada peningkatan daya beli masyararakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa maupun dalam perdagangan berdampak besar terhadap perekonomian suatu bangsa. Indonesia
Lebih terperinciPUSAT PERBELANJAAN ELEKTRONIK DI KUNINGAN JAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN STRUKTUR HIGH-TECH
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PERBELANJAAN ELEKTRONIK DI KUNINGAN JAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN STRUKTUR HIGH-TECH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu elemen paling penting dalam kemajuan suatu daerah pada umumnya di Indonesia. Di Indonesia sektor pariwisata merupakan penunjang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat dampak dari krisis finansial global yang memberikan pengaruh negatif ke negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan Singapura,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri
BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan pesat pada pasar konsumen di menjadi wadah yang baik bagi perekonomian global. Kuatnya persaingan bisnis di mengakibatkan para pelaku bisnis harus benar-benar
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciPOTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR
POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di tengah persaingan yang ketat. Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 220 juta jiwa (BPS, 2010) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar dan suatu kebutuhan primer manusia untuk mempertahankan hidupnya. Seiring dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di tengah kancah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah kancah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu menemukan ide-ide dan strategi baru dalam mempertahankan eksistensinya. Tentu saja hal tersebut
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan I-2008 terjadi pada subsektor perkantoran
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu bisnis yang
Lebih terperinciGambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang ini sudah menjadi salah satu kota tujuan wisata, Yogyakarta masih merupakan kota yang paling
Lebih terperinci99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini selain ditujukan untuk pemenuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia bisnis, terlebih dalam era globalisasi ini, di mana bisnis dan perekonomian juga semakin mengglobal, membuat persaingan yang dihadapi dalam
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan. keluarganya karena fungsi dari rumah tinggal selain sebagai tempat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan keluarganya karena fungsi dari rumah tinggal selain sebagai tempat berlindung juga mencerminkan tingkat
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Dari menyediakan berbagai macam fasilitasnya demi kenyamanan pengunjung,
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Car Wash atau pencucian mobil adalah tempat mencuci kendaraan bermotor. Dari menyediakan berbagai macam fasilitasnya demi kenyamanan pengunjung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Banyaknya pilihan masyarakat untuk menikmati sajian makanan ala Jepang di Indonesia, khususnya di Jakarta membuktikan bahwa pemain di bisnis makanan Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya kehidupan masyarkat sekarang ini memberikan warna tersendiri bagi pembisnis ritel. Gaya hidup modern masyarakat kota dapat dilihat dari aktifitas keseharian,
Lebih terperinciKabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gresik adalah sebuah daerah yang memiliki luas 1.191,25 km² di Jawa Timur. Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Penduduk Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha retail (eceran) tumbuh pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk seiring berjalannya waktu yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan penduduk seiring berjalannya waktu yang terus menerus mengalami pelonjakan mendorong peningkatan akan kebutuhan primer. Salah satu kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin padatnya jadwal kegiatan masyarakat di Kota Medan membuat masyarakat membutuhkan tempat makan yang memiliki akses yang mudah untuk dikunjungi serta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan menjadikan daya tarik bisnis itu tersendiri.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisnis harus menghadapi tuntutan bisnis yang terus menerus mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, suatu persaingan antara perusahaan sudah menjadi tradisi yang tidak dapat dihindari. Tetapi perusahaan yang ingin bertahan dalam dunia bisnis
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat dewasa ini sedang hangat menjadi pembicaraan dan menjadi trend baru bahkan menjadi kebutuhan yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pariwisata dan makanan merupakan duet ideal, manakala ekses dari kegiatan pariwisata selalu membutuhkan makanan, sesuai dengan fitrah manusia atau wisatawan yang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena industri yang berkembang pada saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup berkembang dan menjanjikan. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus meningkat secara signifikan. Fenomena tersebut disebabkan masyarakat sekarang ini lebih menyukai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang semakin baik dan dinamis dengan tuntutan inovasi semakin tinggi. Hal ini didukung oleh
Lebih terperinciANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bisnis consumer good khususnya makanan dan minuman di Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di berbagai daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan. Periklanan menunjang usaha penjualan yang menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal digambarkan sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, perdagangan bebas menjadi suatu fenomena yang harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor prooduksi yang dimiliki perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam berbagai kehidupan, menyebabkan tanah menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL
7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY September Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk pusat perbelanjaan. Sementara harga sewa properti komersial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Marketing, 2012). Pertumbuhan retail di Indonesia diperkuat dengan total
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan sektor retail di Indonesia semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali yang memperdebatkan mengenai pasar tradisional melawan ritel modern. Segalanya bermula ketika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM 1. Gambaran umum beras berlabel Hasil pengamatan dan uji laboratorium oleh IPB tahun 2006 menunjukkan bahwa rataan keaslian beras Pandanwangi asli pada beras
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter
Lebih terperinciPusat pembangunan sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi nasional telah berkembang begitu pesat terutama pada industri restoran. Data di atas menunjukan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan makanan selalu menjadi salah satu kebutuhan utama. Dengan melihat ini, pengusaha dapat menjadikan prospek berbisnis berupa restoran. Restoran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha
Lebih terperinciBab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menganalisis mengenai dimensi motivasi berbelanja hedonic yang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini menganalisis mengenai dimensi motivasi berbelanja hedonic yang diadopsi dari Arnold & Reynold (2003). Penelitian ini menggunakan metode survey
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Produksi Kopi di Indonesia PERTUMBUHAN (%) *) Aceh 50,171 47,739 52,281 54,313 54,
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman kopi memiliki peranan penting bagi bangsa Indonesia, umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi sebagai minuman yang berkhasiat bagi tubuh ataupun sebagai bahan
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Jabodetabek Tarif properti komersial (perkantoran, ritel, apartemen, hotel, dan lahan industri) cenderung meningkat
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY
9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Oktober Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Oktober secara bulanan relatif stabil kecuali tarif lahan industri mengalami penurunan dan
Lebih terperinciSURVEI PROPERTI KOMERSIAL
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan IV I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada subsektor perkantoran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik yang berperan penting dalam melayani kebutuhan masyarakat umum. mampu meningkatkan pelayanan publik menjadi lebih terjamin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan yang baik (ideal) adalah pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas dengan prinsip efektif dan efisien. Atas dasar hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kemajuan teknologi yang cukup pesat seperti sekarang ini, dunia usaha semakin tinggi persaingan dalam bisnis, terutama di Indonesia yang ditandai dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena pilihan, kesukaan dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern diikuti adanya globalisasi dan kondisi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kota-kota besar di Indonesia, menyebabkan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perilaku konsumen merupakan sebuah fenomena yang unik untuk dipelajari dan diamati. Perilaku Konsumen disini lebih mengacu pada proses yang dilalui oleh seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi selalu berkembang, dan perkembangannya setiap hari semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang menginginkan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, toko modern atau yang sekarang biasa disebut pasar modern adalah pasar dengan sistem pelayanan mandiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke
Lebih terperinciKECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MARTINA PUNGKASARI L2D 304 157 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman modern ini pusat perbelanjaan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Mall, terus berkembang dengan pesat. Mall sendiri merupakan jenis pusat perbelanjaan
Lebih terperinci