BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
|
|
- Djaja Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 70% dari permukaan bumi adalah air, tetapi bukan berarti persediaan air untuk kebutuhan manusia berlimpah, karena 97,5% air tersebut adalah air laut yang tidak bisa langsung digunakan, perlu diolah dengan teknologi tinggi untuk dapat digunakan. Sisanya 2,5% berupa air tawar yang 99,7%-nya terdapat di dalam perut bumi dan hanya 0,3%-nya yang berada di permukaan (Ali,2010). Hal tersebut mengindikasikan bahwa air yang dapat digunakan oleh manusia untuk kebutuhan domestik seperti minum, mandi, mencuci, serta kebutuhan untuk pertanian dan industri sangat terbatas. Oleh karena itu, dalam menggunakan air harus bijak dan hemat. Terdapat tiga sektor utama pengguna air dunia, yaitu sektor pertanian sebesar 71%, sektor domestik 18%, dan sektor industri 8% (Burton, 2010). Tren penggunaan air dunia untuk tiga sektor utama tersebut juga semakin meningkat, seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut. Gambar 1.1 Kebutuhan Air Dunia pada Tiga Sektor Utama (Ali,2010) 1
2 2 Sektor pertanian memiliki porsi terbesar dalam penggunaan air. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, akibatnya kebutuhan bahan makanan juga semakin meningkat. Besarnya kebutuhan air untuk pertanian juga mengindikasikan bahwa efisiensi penggunaan air pada sektor ini cukup rendah. Diperlukan peningkatan efisiensi penggunaan air pada sektor pertanian agar ketersediaan air dunia dapat dijaga. Salah satu kebutuhan utama dalam kegiatan pertanian adalah air, karena tanpa air yang cukup tanaman pertanian tidak akan berproduksi optimal, bahkan mati kekurangan air. Salah satu cara mencukupi air pada tanaman pertanian adalah dengan irigasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 (2006) tentang irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Menurut Burton (2010), manajemen irigasi adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya air untuk mencukupi kebutuhan air tanaman pertanian secara efektif dan efesien. Salah satu unsur penting dalam managemen irigasi adalah metode/sistem irigasi yang digunakan. Sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu irigasi permukaan (surface irrigation), irigasi dengan pancaran (sprinkel irrigation), irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation), irigasi tetes (drip irrigation)(burton,2010). Berdasarkan data FAO pada tahun 1989 metode irigasi permukaan digunakan sebagian besar pertanian di dunia, yaitu sebesar 95% (Burton, 2010). Alasannya adalah karena biaya untuk membuat, merawat, serta operasional sistem irigasi ini yang paling murah. Salah satu jenis irigasi permukaan yang cukup efisien dalam penggunaan air adalah metode irigasi alur (furrow). Irigasi alur dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil yang dibuat searah atau memotong kemiringan lahan. Air masuk/infiltrasi ke dalam tanah dari dasar alur dan dinding alur menuju daerah perakaran tanaman. Salah satu hal yang penting pada sistem irigasi alur adalah distribusi air dalam tanah. Permasalahan yang muncul adalah air
3 3 yang tidak sampai pada daerah perakaran tanaman maupun kandungan air pada daerah perakaran yang kurang ataupun berlebih. Jika tanaman kekurangan air maka akan mati, sedangkan jika berlebih akan terjadi pemborosan penggunaan air ataupun mati untuk jenis tanaman yang tidak tahan air berlebih. Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap proses infiltrasi air dalam tanah adalah jenis tanah. Setiap tanah memiliki kandungan zat penyusun yang berbeda-beda sehingga infiltrasinya juga berbeda-beda. Secara garis besar tanah di alam ini terdiri dari susunan butiran-butiran pasir (sand), lumpur (silt), dan lempung (clay) yang persentasenya berlainan. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia dengan luas wilayah 3.185, 80km 2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia (BPS DIY,2015). Penggunaan lahan di D.I Yogyakarta sebagian besar untuk lahan pertanian yakni km 2 atau 75.07% dari luas wilayah provinsi ini. Hal ini dikarenakan jiwa atau 28,18% penduduk D.I. Yogyakarta bekerja sebagai petani. D.I. Yogyakarta bukan merupakan daerah yang melimpah air, karena masih banyak daerah di provinsi ini yang kekeringan pada musim kemarau. Berdasarkan uraian tersebut akan sangat bermanfaat jika penelitian ini membahas infiltrasi air pada saluran irigasi alur untuk beberapa jenis tanah di D.I. Yogyakarta. Diketahui bahwa tanah yang terletak dekat dengan alur lebih banyak mengandung air daripada tanah yang jauh dari alur. Selain itu proses infiltrasi air dalam tanah juga melibatkan berubahan keadaan dan kandungan air dalam tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa proses infiltrasi bukan masalah yang sedehana akan tetapi cukup kompleks. Kekompleksan proses infiltrasi air dalam tanah membuat analasis infiltrasi dengan percobaan labolatorium sangatlah sulit. Selain itu, penelitian dengan percobaan labolatorium cukup mahal karena peralatan yang mahal dan memerlukan banyak waktu karena data yang harus diperoleh secara reguler. Alternatif yang dapat digunakan adalah dengan pemodelan matematika, yang selanjutnya dapat dianalisis proses infiltrasinya. Model matematika infiltrasi air pada saluran irigasi alur berupa Persamaan
4 4 Helmhotz termodifikasi yang berbentuk persamaan diferensial parsial (PDP) dengan syarat batas atau dalam metematika disebut Masalah Syarat Batas (MSB). Domain dari model ini adalah potongan melintang suatu saluran irigasi alur dan syarat batasnya berupa syarat batas campuran. Penyelesaian analitik model ini masih memungkinkan dilakukan jika bentuk saluran irigasi sangat sederhana. Seperti yang dilakukan Batu (1978), yaitu untuk saluran irigasi berbentuk datar/flat. Akan tetapi, dalam kenyataan saluran irigasi alur berbentuk flat jarang digunakan, yang umum digunakan berbentuk trapesium, setengah lingkara ataupun persegi panjang. Penyelesaian analitik untuk alur berbentuk selain flat sangat sulit dilakukan. Salah salah satu pendekatan penyelesaian yang dapat digunakan adalah menggunakan metode numerik Dual Reciprocity Boundary Emement Method (DRBEM). DRBEM adalah bagian atau pengembangan dari Boundary Elemen Method (BEM) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Metode Elemen Batas (MEB). MEB adalah metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial yang ditemui pada fisika matematis dan teknik. Seperti, Persamaan Laplace, Persamaan Helmholtz, Persamaan Konveksi Difusi, Persamaan Potensial dan Aliran Viskos, Persamaan Elektrostatik dan Elektromahnetik, serta Persamaan Linear Elastosatik dan Elestodynamik (Pozrikidis, 2002). Ide utama Metode Elemen Batas adalah solusi dari PDP tersebut diekspresikan dalam persamaan integral batas yang menggandung solusi fundamental dari PDP tersebut. Tidak semua PDP mudah dicari solusi fundamentalnya, contohnya Persamaan Helmholtz yang solusi fundamentalnya sulit dicari dan tidak tunggal. Oleh kerena itu, dikembangkanlah DRBEM sebagai pengembangan dari MEB untuk menyelesaikan PDP yang sulit dicari solusi fundamentalnya. Terdapat beberapa kelebihan MEB dibandingkan metode numerik yang lainnya, seperti Finite Element Method (FEM) dan Finite Difference Method (FDM). Berikut beberapa kelebihan tersebut (Katsikadelis,2002). 1. Diskritisasi hanya dilakukan pada batas domain, sehingga membuat pemodelan numerik dengan MEB lebih sederhana dan mereduksi jumlah titik koloksi
5 5 yang diperlukan. 2. MEB yang dimodifikasi dapat menyelesaikan masalah dengan domain tak terbatas. 3. MEB terbukti efektif pada perhitungan turunan dari lapangan fungsi seperti flux, tegangan, tekanan, dan momen. MEB juga dapat menyelesaikan konsentrasi gaya dan momen pada interior domain dan batas domain. 4. Menggunakan satu himpunan titik kolokasi yang terletak pada batas-batas domain dapat digunakan untuk mencari solusi di semua titik pada domain. Berbeda dengan FEM dan FDM yang solusinya diperoleh hanya di titik kolokasi. 5. MEB juga dapat menyelesaikan masalalah dengan domain yang rumit, seperti sebuah retakan. Berdasarkan uraian di atas, DRBEM sangat baik untuk menyelesaikan model matematika infiltrasi saluran irigasi alur. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas DRBEM untuk menyelesaikan masalah infiltrasi dari saluran irigasi alur pada beberapa jenis tanah homogen. Beberapa jenis tanah tersebut adalah representasi dari tanah yang dominan di lahan pertanian di setiap kabupaten/kota D.I. Yogyakarta. Sheluhot Silty Clay sebagai representasi tanah yang dominan di lahan pertanian Kabupaten Kulon Progo, Plainfield Sand Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, Yolo Fine Sandy Loam Kabupaten Bantul, dan Lakish Clay Kabupaten Gunung Kidul Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menyelesaikan model matematika infiltrasi air pada saluran irigasi alur menggunakan metode numerik DRBEM.
6 6 2. Membandingkan karakteristik infiltrasi air pada saluran irigasi alur untuk empat jenis tanah yang berbeda di Daerah Istimewa Yogyakarta. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara umum diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan tentang infiltrasi air pada saaluran irigasi alur serta untuk menambah wawasan dalam bidang matematika terapan. 2. Secara khusus diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penyelesaian model matematika infiltrasi air pada saluran irigasi alur menggunakan pendekatan DRBEM, selanjutnya pendekatan solusi yang diperoleh dapat menjadi pertimbangan pengaturan air dalam irigasi alur di berbagai jenis tanah Tinjauan Pustaka Jurnal utama yang menjadi acuan dalam tesis ini adalah jurnal yang berjudul Suction Potential and Water Absorption from Periodic Chanel in Different Types of Homogeneous Soil oleh Solekhudin dan Ang (2012). Penelitian tersebut membahas tentang perbandingan suction potential dan water absorption pada tiga jenis tanah dengan menggunakan DRBEM pada saluran irigasi alur berbentuk trapesium. Penelitian ini juga akan menerapkan DRBEM untuk menganalisis infiltrasi air di dalam tanah berbeda pada saluran irigasi alur berbentuk trapesium. Perbedaannya jenis tanah yang dipilih adalah empat jenis tanah yang dominan pada lahan pertanian di setiap kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dan keempat jenis tanah tersebut berbeda dengan tiga jenis tanah pada jurnal tersebut. Tesis ini akan membahas tentang DRBEM untuk menyelesaiakan masalah infiltrasi dari saluran irigasi alur dalam beberapa jenis tanah homogen. Pengetahuan tentang irigasi, khususnya tentang irigasi alur telah dijelaskan oleh Burton (2010), yang menjelaskan konsep dan karakteristik infiltrasi irigasi alur. Model matematika infiltrasi air pada tanah dijelaskan oleh Hillel (2004), yang menjelaskan penurunan Hukum Darcy sebagai model dasar infiltrasi air pada media berporous.
7 7 Selanjutnya, dari Hukum Darcy tersebut diturunkan Persamaan Richard dan Persamaan Helmholtz termodifikasi sebagai model matematika infiltrasi air pada saluran irigasi alur yang dijelaskan oleh Solekhudin (2013). Jenis-jenis tanah dan nilai konduktifitas hidraulik tanah diperoleh dari pembahasan Soedarmono dan Edy (1993), Amoozegar,et al. (1984), dan Blester (1978). Model matematika yang berupa Persamaan Helmholtz termodifikasi tersebut selanjutnya di selesaikan menggunakan DRBEM yang dibahas oleh Ang (2007) dan Katsikadelis (2002) Metode Penelitian Metode pelitian pada tesis ini adalah studi litelatur. Adapun langkah-langkah penelitian adalalah sebagai berikut: 1. Studi litelatur tentang sistem irigasi dan jenis-jenis tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Membentuk model matematika infiltrasi air pada saluran irigasi alur berupa Persamaan Helmholtz termodifikasi. 3. Membentuk domain model dan syarat batasnya. 4. Mengaplikasikan DRBEM pada model matematika tersebut. 5. Membuat program Matlab untuk menyelesaikan DRBEM masalah infiltrasi saluran irigasi alur tersebut. 6. Menggunakan program Matlab tersebut untuk menyelesaikan empat jenis tanah yang berbeda di Daerah Istimewa Yogyakarta. 7. Membandingkan hasil penyelesaian dari keempat jenis tanah tersebut Sistematika Penulisan Tesis ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulisan, tujuan dan
8 8 manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Bab ini memuat penjelasan mengenai irigasi, jenis-jenis tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta, Metode Elemen Batas (MEB), solusi Persamaan Laplace dengan MEB, solusi Persamaan Helmholtz dengan Dual Reciprocity Boundary Element Method. BAB III PERSAMAAN PENGATUR UNTUK MASALAH INFILTRASI Bab ini membahas mengenai persamaan-persamaan yang menjadi dasar pembentukan model matematika infiltrasi saluran irigasi alur, yaitu Hukum Darcy, Persamaan Richard, dan Persamaan Helmhotz BAB IV INFILTRASI DI DALAM BEBERAPA JENIS TANAH HOMOGEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bab ini membahas mengenai formulasi masalah, syarat batas, penyelesaian masalah infiltrasi irigasi alur dengan DRBEM, serta hasil dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini memberikan secara singkat tentang hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, dan saran-saran mengenai permasalahan yang dapat diteliti lebih lanjut dengan metode numerik Dual Reciprocity Boundary Element Method.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang yang mendasari penelitian, tujuan penelitian agar penelitian ini memiliki acuan yang jelas untuk dicapai. Selain itu pada bab ini juga dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan untuk masalah infiltrasi time-dependent
Lebih terperinciDual Reciprocity Boundary Element Method untuk menyelesaikan Masalah Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 T - 18 Dual Reciprocity Boundary Element Method untuk menyelesaikan Masalah Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur Muhammad Manaqib UIN Syarif Hidayatullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan penting bagi pertumbuhan tanaman. Namun, pada saat musim kemarau tiba atau di daerah dengan intensitas hujan rendah, ketersediaan air
Lebih terperinciBOUNDARY ELEMENT METHOD UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SYARAT BATAS PERSAMAAN LAPLACE DIMENSI DUA
Jurnal LOG!K@, Jilid 7, o., 07, Hal. - 36 ISS 978 8568 BOUDARY ELEMET METHOD UTUK MEYELESAIKA MASALAH SYARAT BATAS PERSAMAA LAPLAE DIMESI DUA Muhammad Manaqib Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sering disebut sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini karena, matematika banyak diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sering disebut sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini karena, matematika banyak diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sering disebut sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Di antara beberapa disiplin ilmu, fisika
Lebih terperinciPemodelan Matematika Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur
Vol. 03 No. 01. Mei 017. ISSN: 57-3159 E-ISSN: 57-3167 Pemodelan Matematika Infiltrasi Air pada Saluran Irigasi Alur Muhammad Manaqib Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, muhammad.manaqib@uinjkt.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sudah lama dipelajari dan berkembang pesat. Perkembangan ilmu matematika tidak terlepas dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat dua yang berstatus kota di samping empat daerah tingkat dua lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak permasalahan yang muncul di lingkungan sekitar. Hal tersebut yang memicu kreatifitas berpikir manusia untuk menyelesaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial merupakan ilmu matematika yang dapat digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya dalam ilmu kesehatan yaitu
Lebih terperinciMetode elemen batas untuk menyelesaikan masalah perpindahan panas
Metode elemen batas untuk menyelesaikan masalah perpindahan panas Imam Solekhudin 1 Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, imams@ugm.ac.id Abstrak. Permasalahan perpindahan panas keadaan stasioner dimodelkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembahasan tentang persamaan diferensial parsial terus berkembang baik secara teori maupun aplikasi. Dalam pemodelan matematika pada permasalahan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai salah satu ilmu bantu yang sangat penting dalam kehidupan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan
Lebih terperinciIdentifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas
Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas Tetti Novalina Manik dan Simon Sadok Siregar Abstrak: Penentuan medan suara yang terjadi akibat radiasi sumber atau akibat hamburan
Lebih terperinciDistribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)
Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method) Tetti Novalina Manik dan Nurma Sari Abstrak: Dalam analisis akustik, kasus yang paling umum adalah menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak permasalahan yang muncul di lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dikembangkan melalui pemodelan matematika. Sehingga dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam lima wilayah Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir - Juli 2013
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciA. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi.
A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang pengelolaan air untuk keperluan irigasi. B. INDIKATOR Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelasan mengenai : 1. Tipe-tipe irigasi yang ada. 2. Pengertian
Lebih terperinciMETODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT
METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT Agusman Sahari. 1 1 Jurusan Matematika FMIPA UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Abstrak Dalam paper ini mendeskripsikan tentang solusi masalah transport polutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan beton ringan dalam teknologi konstruksi modern meningkat dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan teknologi beton ringan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang Undang No. 7 tahun 2004 menjelaskan pendayagunaan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang No. 7 tahun 2004 menjelaskan pendayagunaan sumber daya air merupakan upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinci4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...
DAFTAR ISI Intisari... i Abstract... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Proses deformasi benang fluida telah banyak dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti Savart (1833), Plateau (1849), Rayleigh (1878), dan Tomotika (1935).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu termodinamika merupakan ilmu yang berupaya untuk memprediksi perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat dari perbedaan suhu
Lebih terperinciANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN
ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN Sesty E.J Imbar Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi O. B. A. Sompie Dosen Pasca Sarjana Program Studi S2
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika fluida adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji perilaku dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya dengan benda padat.
Lebih terperinciDRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)
BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman
Lebih terperinciMetode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik
Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Daftar Isi 1 Pendahuluan 1 2 Masalah nilai batas 1 3 Persamaan integral batas 2 4 Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk
Lebih terperinciPersamaan Diferensial
TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Konsep Dasar dan Pembentukan (Differential : Basic Concepts and Establishment ) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhitungan cadangan merupakan sebuah langkah kuantifikasi terhadap suatu sumberdaya alam. Perhitungan dilakukan dengan berbagai prosedur/metode yang didasarkan pada
Lebih terperinciSOLUSI NUMERIK PERSAMAAN LAPLACE DAN HELMHOLTZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN BATAS
SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN LAPLACE DAN HELMHOLTZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN BATAS NUMERICAL SOLUTION OF LAPLACE AND HELMHOLTZ EQUATION BY BOUNDARY ELEMENT METHOD Cicilia Tiranda Dr. Jeffry Kusuma Dr.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat
Lebih terperinciRC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI
RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan
Lebih terperinciPenentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)
POSITRON, Vol. VI, No. 1 (1), Hal. 17 - ISSN : 1-9 Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansah b) a Jurusan
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena penyelesaian partikular tidak diketahui, maka diadakan subtitusi: = = +
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran matematika sebagai suatu ilmu pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu lainnya. Dalam ilmu fisika, industri, ekonomi, keuangan, teknik sipil peran matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Namun sebagian wilayah yang ada di Indonesia rakyatnya tergolong miskin.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas
Lebih terperinciBAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum
1 BAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama. Karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu
3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciSuatu Metode Numerik Untuk Komputasi Perembesan Air Ke Dalam Tanah Pada Sistim Irigasi
Suatu Metode Numerik Untuk Komputasi Perembesan Air Ke Dalam Tanah Pada Sistim Irigasi Moh. Ivan Azis Abstrak Suatu metode numerik ditemukan untuk menghitung kandungan air dalam tanah pada suatu sistim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bakteri, sedangkan dalam bidang teknik yaitu pemodelan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial merupakan salah satu topik dalam matematika yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut. Hal itu karena banyak permasalahan kehidupan
Lebih terperinciBagian Pertama: Pengantar Metode Numerik BAB I PENDAHULUAN KOMPETENSI LULUSAN KU-1 KU-2 KU-3 KP-1 KP-2 KP-3
Bagian Pertama: Pengantar Metode Numerik TUJUAN PEMBELAJARAN : BAB I PENDAHULUAN KOMPETENSI LULUSAN KU-1 KU- KU- KP-1 KP- KP- Setelah membaca bagian ini, mahasiswa dapat memiliki kemampuan untuk : 1. Memahami
Lebih terperincipenduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.
penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga
Lebih terperinciINFILTRASI. Infiltrasi adalah.
INFILTRASI REKAYASA HIDROLOGI Universitas Indo Global Mandiri Infiltrasi adalah. Infiltrasi adalah proses air masuk (penetrating) ke dalam tanah. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu
Lebih terperinciMata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb
Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XII Differensial e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 PENDAHULUAN Persamaan diferensial
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai penghasil bahan pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan kacang-kacangan yang dapat
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang I-1
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berbagai jenis struktur, seperti terowongan, struktur atap stadion, struktur lepas pantai, maupun jembatan banyak dibentuk dengan menggunakan struktur shell silindris.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki jaringan dengan Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia bekerja sama dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi
Lebih terperinciSolusi Persamaan Helmholtz untuk Material Komposit
Vol. 13, No. 1, 39-45, Juli 2016 Solusi Persamaan Helmholtz untuk Material Komposit Jeffry Kusuma Abstrak Propagasi gelombang pada material homogen telah banyak dibahas dan didiskusikan oleh banyak ahli.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup makhluk itu sendiri. Seperti dalam firma-nya:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air dalam sejarah kehidupan makhluk hidup memiliki posisi yang teramat penting dan merupakan jaminan keberlangsungan kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan air di suatu daerah irigasi, kenyataannya seringkali terdapat pembagian air yang kurang sesuai kebutuhan air di petak-petak sawah. Pada petak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup termasuk manusia. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara lain: menampung
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu bentuk kegiatan menciptakan nilai tambah kulit ikan nila dengan mengidentifikasi peluang bisnis kerupuk tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37
ISSN: 1693-1246 Januari 2011 J F P F I http://journal.unnes.ac.id MONITORING DAERAH RESAPAN AIR DENGAN METODE GEOLISTRIK STUDI KASUS KELURAHAN SEKARAN, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG N. Millah*, Khumaedi,
Lebih terperinciLaju dan Jumlah Penyerapan Air
IRIGASI Apa Komentar Anda? Laju dan Jumlah Penyerapan Air Tergantung kondisi tanah (kadar lengas vs hisapan matrik, hantaran hidrolik, difusitas) Tergantung kondisi tanaman (density akar, kedalaman akar,laju
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciBab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D
Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D Pada bab ini akan dibahas model matematika yang dipakai adalah sebuah model injeksi bahan kimia satu dimensi untuk menghitung perolehan minyak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika selaku ilmu menalar logis tumbuh berkembang secara mandiri, akan tetapi banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu lain. Persamaan integral merupakan salah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran... 57
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ( )
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas dan dituliskan dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinci