PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN"

Transkripsi

1 PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Nining Warningsih *) Abstrak Terampil menggunakan bahasa sasaran merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa asing, tak terkecuali dalam pembelajaran bahasa Jerman. Untuk terampil dalam berbahasa seseorang harus ditunjang oleh penguasaan kosakata yang baik. Namun yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Pembelajar mengalami kesulitan, baik dalam memahami isi bacaan maupun dalam mengungkapkan gagasan karena kurangnya penguasaan kosakata. Seringkali kosakata yang mereka peroleh di dalam pelajaran dengan cepat terlupakan. Berdasarkan alasan tersebut dalam tulisan ini dipaparkan berbagai bentuk latihan untuk memantapkan penguasaan kosakata pembelajar yang dikemas dalam bentuk permainan. Kata kunci : pembelajaran, kosakata, permainan Pendahuluan Dewasa ini penguasaan bahasa asing sudah merupakan suatu kebutuhan bagi mereka yang tidak mau ketinggalan dalam pergaulan internasional. Sejalan dengan perkembangan tersebut tujuan pengajaran bahasa asing pun bukan hanya sebatas penguasaan unsur-unsur kebahasaan seperti penguasaan tata bahasa dan kosa kata, tetapi bagaimana pembelajar dapat menggunakan unsur-unsur kebahasaan tersebut secara aktif dalam kegiatan berbahasa baik secara lisan, maupun tulisan. Dengan kata lain setelah mempelajari bahasa asing pembelajar diharapkan dapat menggunakan bahasa tersebut sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari yang diimplementasikan dalam keempat keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara,,membaca dan menulis. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik seseorang perlu dibekali antara lain penguasaan sejumlah kosakata yang memadai, karena penguasaan kosakata yang kurang dapat menjadi kendala baik dalam keterampilan yang bersifat reseptif, maupun produktif. Sebagaimana dikemukakan Kast (1995), berdasarkan hasil penelitian empiris hampir 50% dari seluruh masalah yang dijumpai dalam kegiatan menulis dalam bahasa asing yakni masalah kosakata. Masalah tersebut tampaknya juga dialami oleh para pembelajar bahasa Jerman di Indonesia, baik di tingkat perguruan tinggi, maupun di sekolah. Minimnya penguasaan kosakata dapat disebabkan bebagai hal, salah satu di antaranya yaitu cara pembelajaran yang kurang tepat. Dengan kedudukannya sebagai *) Penulis adalah dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 1

2 mata pelajaran pilihan dan jumlah siswa yang rata-rata 40 orang dalam satu kelas ditambah cara pembelajaran konvensional yang hanya memberi kesempatan kepada pembelajar untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan pengajar menjadikan suasana pembelajaran kurang kondusif. Berdasarkan pengamatan, dengan cara pembelajaran seperti ini biasanya hanya sebagian siswa yang benar-benar mengikuti pelajaran dengan baik dan yang mereka peroleh dalam pelajaran hanya singgah sesaat dalam memory mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari upaya-upaya tertentu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan permainan dalam pembelajaran. Teori belajar dan hasil penelitian tentang otak dan memory menunjukkan bahwa emosi yang merupakan karakteristik dari permainan memegang peranan penting dalam mengolah informasi. Selain itu sesuatu yang disampaikan dalam interaksi sosial lebih berhasil daripada yang disampaikan secara abstrak. (Funk dalam Kast :1995). Dalam permainan kontak sosial memegang peranan penting, karena biasanya dilakukan oleh dua orang atau dalam kelompok. Melalui permainan suasana pembelajaran terasa lebih santai dan menyenangkan, seluruh pembelajar di dalam kelas dapat secara aktif diikutsertakan. Pembahasan Teoretik Hakekat Kosakata Menurut Kerap (1988:24) perbendaharaan kata atau kosakata adalah keseluruhan kata yang dimiliki dalam sebuah bahasa. Definisi yang sama juga dikemukakan Heyd (1990:91) Der Wortschatz umfaßt die Gesamtheit der Wörter einer Sprache (das Deutsche hat bis Dkatakannya bahwa kosakata mencakup keseluruhan kata dalam suatu bahasa dan bahasa Jerman memiliki sampai Sama halnya dengan kedua definisi di atas dalam DUDEN-Deutsches Universal Wörterbuch (1983:1453) ditemukan pengertian kosakata sebagai berikut: Wortschatz ist die Gesamtheit der Wörter einer Sprache, über die ein einzelner verfügt: aktiver (vom Sprecher, Schreiber tatsächlich verwendeter), passive (vom Leser, Hörer, verstandener, aber nicht verwendeter) Wortschatz. Dalam kutipan tersebut kosakata diartikan sebagai keseluruhan kata yang terdapat dalam suatu bahasa yang dimiliki seseorang. Kosakata dibedakan dalam kosakata aktif yaitu kosakata yang digunakan oleh pembicara atau penulis dan kosakata pasif yakni kosakata yang dipahami oleh pendengar atau pembaca, tetapi tidak digunakannya sendiri. Senada dengan Duden dalam Sprach-Brockhaus (1979:804) terdapat pengertian kosakata seperti berkut : Wortschatz ist alle Wörter einer Sprache, eines Dichters, Redners. Pendapat para ahli tentang pengertian kosakata memiliki kesamaan yakni keseluruhan kosakata yang terdapat dalam suatu bahasa. Dalam pembelajaran bahasa asing Heyd (1990:91) membedakan kosakata dalam 3 jenis, yakni kosakata aktif, kosakatra pasif dan kosakata potensial. Kosakata aktif mencakup kata-kata yang digunakan pembelajar secara aktif. Kosakata pasif mencakup kata-kata yang telah dipelajari pembelajar tetapi tidak dapat digunakan secara produktif dalam keterampilan berbicara dan menulis, namun kata-kata tersebut dikenali kembali dan dipahami apabila pembelajar mendengar dan mebaca kata-kata tersebut. Sedangkan kosakata potensial mencakup semua turunan kata dan gabungan kata yang benar-benar 2 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

3 baru bagi pembelajar, tetapi dapat dipahaminya apabila ia mengetahui kata dasar dan aturan pembentukannya. Selain itu Heyd juga membedakan kosakata menurut bentuknya ke dalam primärer Wortschatz (Grundwortschatz) atau kosakata dasar dan sekundärer (abgeleiteter) Wortschatz yaitu kosakata dasar yang mengalami perubahan berdasarkan aturan pembentukan kata. Senada dengan Heyd, Bohn (2000) juga mengklasifikasikan kosakata dalam tiga jenis, yakni kosakata aktif atau produktif yang disebut Mitteilungswortschatz, kosakata pasif atau reseptif disebut Verstehenswortschatz dan kosakata potensial dengan istilah potenzieller Wortschatz. Sebagaimana dikemukakan para ahli, kosakata merupakan keseluruhan kata yang terdapa dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Jerman Engel (2004:18) membedakan kata dalam 15 jenis yakni Verben(verba), Nomina, Determinative (determinatif), Adjektive (ajektiva), Pronomina, Präpositionen (preposisi), Subjunktoren (subjunktor), Konjunktoren (konjunktor), Adverbien (adverbia), Modalpartikeln, Rangierpartikeln, Gradpartikeln, Kopulapartikeln, Satzäquivalente, Abtönungspartikeln. Berbeda dengan Engel, Heyd (1990) mengklasifikasikan kata dalam dua kelompok besar yakni die offene Klasse der Inhaltswörter (kelas kata terbuka)dan die geschlossene Klasse der Strukturwörter (kelas kata tertutup). Kelas kata terbuka mencakup Substantiva (nomina), Verben (verba) dan Adjektiva (ajektiva). Dikatakan demikian karena kelompok kata ini terus mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan komunikasi dan dengan demikian muncul makna dan kata-kata baru, sedangkan dalam kelompok kelas kata tertutup yang mencakup Pronomen (pronominal), Artikel (kata sandang), Konjunktionen (konjungsi), Präpositionen (preposisi) dsb. sekarang tidak muncul katakata baru dan jumlahnya terbatas. Permainan dalam Pebelajaran Bahasa Istilah permainan, dalam bahasa Jerman disebut Spiel, dalam arti umum di dalam kamus Wahrig Deutsches Wörterbuch (1982: 3488) didefinisikan sebagai zweckfreie Tätigkeit, Beschäftigung aus Freude an ihr selbst, Zeitvetreib, Kurzweil yakni kegiatan tanpa tujuan, kegiatan karena kesenangan, mengusir waktu, hiburan. Definisi yang senada dikemukakan Götz dalam Dauvillier&Levi-Hillerich (2004) sebagai berikut : Spiel [ist] 1. etwas (eine Aktivität), das man freiwillig ohne Zweck und zum Vergnüge macht [ ], 2. etwas, womit man sich (meist mit anderen) nach bestimten Regeln, aber zum Spaß beschäftigt(unterhält). Menurut definisi di atas permainan adalah:1) sesuatu (suatu kegiatan) yang dilakukan orang secara sukarela, tanpa tujuan dan untuk kesenangan, 2) sesuatu yang dilakukan orang biasanya dengan orang lain berdasarkan aturan tertentu, tetapi untuk kesenangan. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara sukarela, tanpa tujuan dan untuk kesenangan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa asing untuk permainan Dauvillier&Levi-Hillerich (2004) menggunakan istilah Sprachlernspiele, karena permainan digunakan untuk mempelajari bahasa. Keterkaitan antara bermain dan belajar dapat secara jelas dilihat pada skema berikut. Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 3

4 Zusammenhang von Spielen und Lernen Spiele werden von Muttersprachlern gespielt werden von Didaktikern und Lehrern für den Fremdsprachenerwerb adaptiert darum Sprachlernspiele Menurut skema di atas, permainan biasanya dilakukan oleh penutur bahasa ibu dan diadopsi oleh ahli didaktik dan guru untuk pemerolehan bahasa asing, oleh karena itu digunakan istilah Sprachlernspiel. Berdasarkan istilah ini muncul pengertian pengertian bahwa dengan bermain pembelajar dapat memantapkan, mengulang, mengembangkan elemen-elemen bahasa dan dengan demikian mempelajarinya. Sprachlernspiel merupakan semua kegiatan dalam pelajaran yang berorientasi tindakan, bersifat komunikatif dan membantu kemandirian pembelajar. Kegiatan yang dimaksud tidak hanya mencakup kegiatan berbahasa, melainkan juga kegiatan dalam berinteraksi dengan sesama pembelajar. Menurut Portmann-Tselikas dalam Dauvillier dan Le vy-hillerich, (2004) pembelajar bahasa asing sudah membangun suatu jaringan di dalam otaknya. Bahasa yang baru dipelajarinya dikembangkan bukan dari dasar ke baru, melainkan dibangun dari struktur yang sudah tersedia (dalam otaknya). Hal tersebut di dalam teori belajar kognitiv digambarkan sebagai proses aktif dan kreatif. Sebagaimana dikemukakan Bimmel-Rampillon( 2000:38) : Gelernt wird dann, wenn die Lernenden aktiv einen Wechselbezug zwischen ihrem Vorwissen einerseits und neuen Informationen andererseits herstellen und so ihr Wissen rekonstruieren, d.h. verändern, erweitern, ergänzen, usw. Menurutnya seseorang dikatakan belajar apabila dia secara aktif menghubungkan pengetahuan awal yang dimilikinya dengan informasi baru atau merekonstruksi pengetahuannya, dengan kata lain misalnya mengubah, mengembangkan dan melengkapinya. Bentuk-Bentuk Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Para ahli membedakan permainan berdasarkan kategori tertentu meskipun wujudnya sama, misalnya berdasarkan materi yang digunakan seperti Würfel- und Kartenspiele /permainan dadu, kartu (lihat Spier 1981, Prange 1993), atau Brettspielen /permaina papan (lihat Pfau/Schmid 2001), berdasarkan aspek isi seperti Handlungsdan Geschichtenspiele (lihat Lohfert 1983), Aktivitäten zur Kontaktaufnahme, Raten und Kombinieren (lihat Wicke 1995) juga dapat dibedakan menurut prinsip permainan seperti Wörtersuche, Ratespiele/Wettbewerb (lihat Funk/Koenig 1991) dsb. Bentukbentuk permainan yang akan dipaparkan berikut diadopsi dari Zeisig (2007) dan Dauvillier dan Le vy-hillerich ( 2004). 4 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

5 1. Memo Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok terdiri atas 4 orang. Kartu-kartu yang sudah diacak kemudian diletakkan di atas meja dengan bagian belakang menghadap ke atas. Seorang pemain mengambil dua buah kartu dan membalikannnya, lalu menyebutkan (dalam bahasa Jerman) kata atau nama benda yang tertera pada kartu tersebut. Apabila kedua kartu tersebut merupakan pasangan yang cocok, maka dia dapat menyimpannya dan mengambil lagi dua buah kartu lainnya dan membukanya. Apabila kedua kartu tersebut merupakan pasangan yang tidak cocok, maka ia harus menaruhnya kembali ke tempat semula dan giliran pengambilan kartu pindah ke pemain berikutnya. Tujuan permainan Mengumpulkan dua buah kartu yang sekelompok. Pemain yang mengumpulkan kartu paling banyak dialah pemenangnya. dan tujuan bahasa Melatih dan memantapkan bahan pelajaran yang sudah diajarkan. Tujuan bahasanya disesuaikan dengan isi materi yang akan dilatih Kelompok kecil : empat sampai maksimal enam pemain duduk dalam satu meja Fase pelajaran Pendalaman dan penguatan Variasi Memo-Spiel Kombinasi 1 : dua gambar atau dua kata yang sama das Buch das Buch der Kuli der Kuli Kombinasi 2 : dua kata yang berbeda (lawan kata) Sumber gambar : klein alt neu Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 5

6 Kombinasi 3 : Gambar dan kata Buch das Buch die Bücher das Buch Sumber gambar : (Kata yang ditulis dapat bervariasi, misalnya tanpa artikel, dengan artikel, dalam bentuk tunggal dan jamak) 2. Domino Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok terdiri atas tiga atau 4 orang. Setiap kelompok memperoleh satu paket kartu domino yang lengkap, misalnya 20 kartu. Setiap pemain memperoleh kartu dan tidak boleh memperlihatkan kartu tersebut kepada teman mainnya. Seorang pemain memulai permainan dengan meletakkan secara terbuka salah satu dari kartu yang dimilikinya di atas meja. Apabila pemain yang di sampingya memiliki kartu yang cocok dengan bagian kanan atau kiri dari kartu tersebut, dia dapat meletakan kartu tersebut. Apabila dia tidak melmiliki kartu yang cocok, maka dia harus menunggu sampai giliran berikutnya datang. Permainan berakhir apabila semua kartu telah diletakkan di meja dan tersusun. Tujuan permainan Mengenali bagian-bagian kartu yang merupakan kesatuan, dan dapat menyusun kartu-kartu dengan benar. Melatih struktur yang sudah diajarkanatau kosakata yang sudah dikenal. Kelompok kecil: tiga sampai 4 pemain duduk dalam satu meja.permainin ini juga cocok untuk pembelajar tunggal untuk mengejar ketinggalan.. Fase pembelajaran Sebagai pengulagan di awal pembelajaran atau pendalaman. Contoh 1 : Komposita Haus Wohn Zimmer Schreib Tisch Kleider Schrank Küchen Lampe Wasch Maschine Treppen 6 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

7 Contoh 2 : Wortpaare (Nomen und Verb) trinken Zeitung lesen Brief schreiben Musik hören Film sehen Kuchen backen Kaffee 3. Quartett-Spiele Permainan quartet terdiri atas 32 kartu yang termasuk dalam satu tema tertentu. Selalu ada empat kartu yang tergolong dalam satu kelompok. Setiap pemain mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin quartet dengan cara menanyakan kartu yang belum ada. Contoh : Tema Lebensmittel : 4 x Obst, 4 x Gemüse, 4 x Fleischprodukte, 4 x Milchprodukte, 4 x Desserts, 4 x Getränke, Gemüse Gemüse Gemüse Gemüse A die Kartoffel B die Zwiebel C der Salat D die Karotte A die Kartofel B die Zwiebel C der Salat D die Karotte A die Kartofel B die Zwiebel C der Salat D die Karotte A die Kartofel A die Kartofel B die Zwiebel B die Zwiebel C der Salat C der Salat D die Karotte D die Karotte Sumber gambar : Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, satu kelompok terdiri atas 4 pemain. Seorang pemain membagikan kartu yang sudah dikocok kepada seluruh pemain, termasuk dirinya. Apabila semua kartu sudah dibagikan, setiap pemain mengambilnya dan menyusunnya tanpa dilihat pemain yang lain. Pemain yang sudah memiliki quartet (4 kartu dengan judul yang sama, misalnya Gemüse ), ia dapat meletakkanya di meja. Pemain yang mengocok dan membagikan kartu mendapat giliran pertama untuk menanyakan kartu yang belum ada untuk quartetnya (misalnya : Hast du?./ Ich brauche...). Apabila ia mendapatkannya, maka ia boleh bertanya lagi, apabila sebaliknya maka giliran bertanya pindah kepada yang ditanya, dst. Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 7

8 Tujuan permainan Tujuan dalam permainan tersebut yaitu mengumpulkan 4 kartu yang termasuk dalam kelompok yang sama. Pemenangnya adalah pemain yang berhasil mengumpulkan quartet terbanyak. Menggunakan ujaran yang berbeda untuk menanyakan kartu, kosakata untuk tema yang dipilih.menjodohkan pertanyaan dan jawaban. Bentuk sosial Kelompok kecil : empat pemain duduk dalam satu meja Fase pembelajaran Mengulang materi yang sudah dipelajari, untuk memperkaya penguasaan kosakata, 4. Kim-Spiele Nama permainan memory ini berasal dari seorang pahlawan yang ada dalam roman, yaitu Rudyard Kiplings. Pemuda Kim bertanggungjawab terhadap seorang tukang permata agar tak satupun permata yang sangat berharga itu hilang. Oleh karena itu ia harus mengetahui setiap permata, dimana permata tersebut diletakkan, dan juga dapat menangkap dan menyebutkan perubahan yang paling kecil sekalipun. Pola dasar Kim-Spiel adalah latihan memory: pembelajar harus dapat menyebutkan benda, gambar, atau istilah yang telah dilihatnya sebentar selengkap mungkin baik secara lisan maupun tertulis. Sumber : Pemain memperhatikan sejumlah benda yang yang digelar di atas meja atau berbentuk gambar yang dimuat dalam sebuah plakat (7 10 benda/ gambar) selama satu menit. Kemudian benda atau gambar tersebut dikumpulkan dan disembunyikan. Pemain harus menyebutkan kembali benda-benda tersebut atau mencatatnya. 8 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

9 Apabila semua sudah selesai, benda-benda atau gambar tersebut diperlihatkan kembali, kemudian dicek apakah benda-benda atau gambar yang disebutkan atau dicatat tersebut ada. Tujuan permainan Pemain yang mencatat paling banyak benda-benda atau gambar dialah pemenangnya. Melatih memori (ingatan) melalui pengulangan Penyebutan benda-benda atau gambar dilakukan dalam kelompok besar. Pencatatan dapat dilakukan sendiri-sendiri, berdua atau bertiga. Fase pembelajaran Permainan ini dapat selalu diberikan pada kelompok besar, apabila mereka sudah berada dalam situasi lelah, cocok diberikan sepuluh atau limabelas menit menjelang jam pelajaran usai. 5. Pantomime Guru menyiapkan kartu yang berisi istilah-istilah (misalnya kata kerja ). Seorang siswa maju ke depan kelas dan mengambil salah satu kartu yang berisi misalnya kata kerja tanzen kemudian memperagakan istilah tersebut dengan pantomim. Siswa yang lain menebaknya dengan cara menyebutkanya secara keras. Siswa yang pertama kali menebak istilah dengan benar, dialah pemenangnya dan mendapat giliran untuk memperagakan kata berikutnya berikutnya. Melatih kosakata misalnya Verben Plenum Fase pembelajaran : Mengulang materi yang sudah dipelajari, untuk memantapkan penguasaan kosakata, 6. Buchstabensalat Buchstabensalat berupa permainan menemukan kata dari kumpulan huruf yang terserak. Variasi 1 Guru menyiapkan lembar kerja yang memuat raster kotak-kotak yang berisi penuh dengan huruf dan secara tersembunyi berisi kata-kata (misalnya tentang tema tertentu), baik secara horizontal, vertical maupun diagonal. Setiap siswa mendapat lembar kerja dengan keterangan berapa kata yang tersembunyi di dalam Buchstabensalat tersebut. Siswa mencari kata-kata tersebut. Pemenang permainan ini adalah siswa yang pertama kali menemukan seluruh kata dalam Buchstabensalat. Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 9

10 Variasi 2 Permainan ini dapat dilakukan berdua, dalam kelompok kecil dan juga dalam plenum. Setiap pemain memikirkan sebuah kata dan menuliskannya pada sehelai kertas, misalnya kata BAUCH. Pemain pertama menyebutkan secara acak satu persatu huruf dari kata yang dia miliki (tetapi tidak dalam susunan yang benar), misalnya H,A,C,B,U. Siswa yang lain menuliskan huruf-huruf tersebut dan mencoba menyusunnya menjadi sebuah kata yang benar. Siswa yang paling dulu selesai menyebutkan kata tersebut. Kata-kata yang digunakan terdiri atas minimal tiga dan maksimal tujuh huruf. Menemukan kata Variasi 1 : Sendiri atau berpasangan Variasi 2 : berdua, dalam kelompok kecil atau dalam plenum. Fase pembelajaran : Mengulang materi yang sudah dipelajari, untuk memantapkan penguasaan kosakata, Contoh : Variasi 1 : Finden Sie im folgenden Raster 10 Körperteile. B I H K O P F A E B R U S T I N I N A R M A N A N N E U K O G S H K M I C B E E O S F N O H R O S I U H A N D J N L U S E T R Waagerecht : Kopf, Brust, Arm, Ohr, Hand Senkrecht : Bein, Nase, Fuβ, Finger, Diagonal : Bauch Variasi 2 Catatan penulis Buchstabensalat Kata yang benar Bauch H A C B U Bauch 10 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

11 7. Montagsmaler Guru menyiapkan 8 sampai 10 kartu yang masing-masing bertuliskan istilah (kata).siswa dibagi dalam dua kelompok (kelompok A dan B). Seorang siswa dari kelompok A maju ke depan kelas dan mengambil salah satu kartu yang tersedia, kemudian melukiskan istilah yang ada dalam kartu dengan cara menggambarnya di papan tulis atau OHP(bila tersedia).siswa-siswa dari kelompok B harus menerka istilah (kata) yang dilukiskan tersebut dengan menyebutkannya secara keras. Apabila kelompok B dapat menebak dengan benar istilah tersebut dalam waktu satu menit, kelompok tersebut mendapat satu poin dan dapat mengutus salah satu siswa dari kelompoknya untuk maju ke papan tulis (OHP) untuk melakukan hal yang sama. Apabila dalam waktu satu menit istilah (kata) tersebut tidak dapat ditebak dengan benar, kelompok A dapat menyebutkan kunci jawabannya dan mengambil lagi sebuah kartu dengan istilah (kata) yang lain dan menggambarnya. Pemenang permainan ini adalah kelompok yang di akhir permainan mendapatkan poin terbanyak. Istilahistilah (kata-kata) yang digunakan dapat berupa verba dari yang mudah misalnya (springen, essen) atau benda (misalnya Haus, Baum) sampai dengan ujaran atau ungkapan yang agak susah misalnya( Es regnet) ata (etwas bestellen). Pemantapan kosakata yang sudah dipelajari Kerja kelompok (2 kelompok) 8. Ich sehe was, was du nicht siehst Guru atau siswa memulai dengan kalimat Ich sehe was, was du nicht siehst, und das ist kemudian guru atau siswa menggambarkan benda dengan menggunakan sebanyak mungkin ajektiva, misalnya grün/ blau/ groβ,/klein/lang/kurz/alt,/neu dsb. Pemantapan kosakata misalnya nama-nama benda yang ada di dalam ruagan kelas dan ajektiva. Plenum (seluruh kelas) / berpasangan Penutup Dari bentuk-bentuk permainan sebagaimana dipaparkan di atas tampak bahwa dalam proses pembelajaran pembelajar tidak pasif, melainkan terlibat langsung secara aktif sebagai agen pembelajaran dan pengajar bertindak hanya sebagai fasilitator atau moderator. Melalui permainan pembelajar dapat memantapkan, mengulang, mengembangkan kosakata dan dengan demikian mempelajarinya sehingga kosakata yang telah mereka peroleh akan tersimpan lama dalam memorinya. Permainan diberikan harus terintegrasi dalam pelajaran, oleh karena itu materi kosakata yang dilatihkan melalui permainan di kelas tentu saja harus disesuaikan Nining Warningsih, Permainan dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman 11

12 dengan buku ajar yang digunakan. Pengajar dapat memilih permainan yang sesuai dengan tujuan belajar. Selain itu usia pembelajar, tingkatan belajar dan bahasa serta lingkungan belajar pun harus diperhatikan dalam memilih permainan. Daftar Pustaka Bimmel, Peter dan Rampillon, Ute Lernerautonomie und Lernstrategien. Fernstudieneinheit 23. Berlin München : Langenscheidt Bohn, Reiner Probleme der Wortschatzarbeit. Berlin: Langenscheidt. Dauvillier, Christa dan Le vy-hillerich, Dorothea Spiele im Deutschunterricht. Fernstudieneinheit 2. Berlin München : Langenscheidt DUDEN-Deutsches Universal Wörterbuch. Mannheim: Duden Verlag Engel, Ulrich Deutsche Grammatik. München: IUDICIUM Verlag. Heyd, Gertraude Deutsch lehren. Grundwissen für den Unterricht in Deutsch als Fremdsprache. Frankfurt am Main : Verlag Moritz Diesterweg GmbH&Co. Kast, Bernd Fertigkeit Schreiben, Erprobungsfassung2, Germanistik, Deutsch als Fremdsprache. Berlin : Langenscheidt. Kerap, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Sprach-Brockhaus Deutsches Bildwörterbuch von A-Z. Wiesbaden: F.A. Brockhaus. Wahrig, Gerhard Deutsches Wörterbuch. Mosaik Verlag. Zeisig, Nicole dkk Alles drin Praxishandbuch Grundstufe Deutsch. Stuttgart: Ernst Klett Sprachen GmbH. 12 Allemania, Vol. 2, No. 1 Juni 2012

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe.

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TIC TAC TOE DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA ANGKASA BANDUNG Winne Juliyanti, Ending Khoerudin, Pepen Permana Kosakata merupakan

Lebih terperinci

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*) PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING Lersianna Saragih*) Abstrak Jeder Fremdsprachelernende bewusst oder unbewusst verwendet in seinem Lernprozess eine Strategie. Ermust mit der von

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 47 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa asing dalam dunia kependidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru di kalangan seluruh peserta didik, karena mulai dari jenjang pendidikan formal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Jerman, yaitu terampil dalam menyimak, membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Jerman, yaitu terampil dalam menyimak, membaca, menulis, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kosakata merupakan hal dasar dan penunjang untuk dapat terampil berbahasa Jerman, yaitu terampil dalam menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Kosakata

Lebih terperinci

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak Tak dapat disangkal lagi bahwa penampilan gambar dalam suatu buku ajar atau buku bacaan memberikan nilai lebih tersendiri bagi buku tersebut,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A.

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A. 1 EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Abstrak Dalam mempelajari bahasa Jerman ada empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Permainan, Scrabble, Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman

Kata Kunci: Permainan, Scrabble, Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Efektivitas Permainan Scrabble Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa jerman Lukman Hakim, Ending Khoerudin, Putrasulung Baginda Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman, terdapat empat keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak (Hörfertigkeit), keterampilan

Lebih terperinci

KARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I)

KARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I) SKENARIO INOVASI PEMBELAJARAN KARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I) IRMA PERMATAWATI NIP. 132313369 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd.

SILABUS SCHREIBEN I JR 214. Pepen Permana, S.Pd. SILABUS SCHREIBEN I JR 214 Pepen Permana, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak (hören), berbicara (sprechen), membaca (lesen), dan menulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan struktur yang baku yang biasa disebut tata bahasa. Penguasaan tata bahasa merupakan salah

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA N 3 Kediri Program : Pilihan/ Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 19 minggu x 2 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran Indikator

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Medan Program : Bahasa Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XII Semester : 1 Tahun Pelajaran : 2006-2007 : 17 minggu x 4 JP Standar 1 Dasar Materi Pembelajaran Indikator

Lebih terperinci

SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN

SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kediri Program : Pilihan Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : X Semester : 2 ( dua ) Tahun Pelajaran : 2008-2009 : 15 minggu x 2 JP Standar Dasar

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) HÖREN I JR212 PEPEN PERMANA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Kosakata : Alphabet dan Café d / Struktur: Aussagesatz,

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kediri Program : Pilihan / Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XII Semester : 1 Tahun Pelajaran : 2008-2009 : 17 minggu x 4 JP Standar Dasar Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang.

Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang. Kesalahan Penggunaan Konjungsi als dan wenn Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang. Ninuk Rahayu, Rosyidah, dan Edy Hidayat Universitas Negeri

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA Neger 3 Kediri Program : Pilihan / Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XII Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 17 minggu x 2JP Standar Dasar Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216

STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216 SILABUS STRUKTUR UND WORTSCHATZ II JR 216 Irma Permatawati, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN

SKENARIO PEMBELAJARAN SKENARIO PEMBELAJARAN Stationenlernen untuk MATA KULIAH KETERAMPILAN BERBAHASA sebagai Persiapan Ujian ZidS (Zertifikat für indonesische Deutschstudenten)/ Sertifikat untuk Mahasiswa Bahasa Jerman Indonesia

Lebih terperinci

SILABUS HÖREN I JR 212. Pepen Permana, S.Pd.

SILABUS HÖREN I JR 212. Pepen Permana, S.Pd. SILABUS HÖREN I JR 212 Pepen Permana, S.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Jerman, terdapat empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni keterampilan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pembelajaran bahasa Jerman salah satu aspek yang harus dipelajari dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek yang harus dikuasai dan dipelajari adalah kosakata. Kosakata merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

Efektivitas Teknik Permainan Alphabet Race dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman ABSTRAK .

Efektivitas Teknik Permainan Alphabet Race dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman ABSTRAK . Efektivitas Teknik Permainan Alphabet Race dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Damayanti, Drs. Setiawan, M. Pd., Dra. Nining Warningsih, M.Pd. Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR. Oleh : LINDA ARUAN

PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR. Oleh : LINDA ARUAN PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR Oleh : LINDA ARUAN ABSTRAK Kedudukan media gambar dalam proses belajar mengajar tidak berdiri sendiri. Media gambar dimanfatkan oleh dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan dan berperan sebagai salah satu kunci keberhasilan segala kegiatan pendidikan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1 Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN

2014 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN DOMINO DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA BAHASA JERMAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa asing dan mampu menguasainya merupakan nilai lebih dalam bersosialisasi di dunia kerja maupun pergaulan. Bahasa Jerman merupakan salah satu

Lebih terperinci

STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1

STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1 STATIONENLERNEN : SUATU BENTUK BELAJAR BERDASARKAN PRINSIP BELAJAR MANDIRI ( AUTONOMES LERNEN ) DALAM PENGAJARAN BAHASA JERMAN 1 Hafdarani *) Abstrak Setiap orang mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MATAKULIAH MEMBACA PEMAHAMAN (LESEVERSTEHEN IV) DENGAN MODEL CONCEPT MAPPING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MATAKULIAH MEMBACA PEMAHAMAN (LESEVERSTEHEN IV) DENGAN MODEL CONCEPT MAPPING MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MATAKULIAH MEMBACA PEMAHAMAN (LESEVERSTEHEN IV) DENGAN MODEL CONCEPT MAPPING Ending Khoerudin*) ABSTRAK Bertolak dari adanya kesulitan mahasiswa dalam membaca pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan menulis (Schreiben).

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ. Pelajaran 21 Ikan Hiu di Hamburg Cuaca hari ini sangat panas. Untung ada suatu kesempatan bagi dan untuk jalan ke kota Hamburg, di dekat laut. Mereka mendapat perintah untuk menyelidik munculnya ikan hiu

Lebih terperinci

SILABUS SPRECHEN II JR 220. Dra. Nining Warningsih, M.Pd.

SILABUS SPRECHEN II JR 220. Dra. Nining Warningsih, M.Pd. SILABUS SPRECHEN II JR 220 Dra. Nining Warningsih, M.Pd. Program Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara (sprechen),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dipelajari. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan yang harus

Lebih terperinci

STATIONENLERNEN SEBAGAI SALAH SATU INOVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN

STATIONENLERNEN SEBAGAI SALAH SATU INOVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN STATIONENLERNEN SEBAGAI SALAH SATU INOVASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN Pepen Permana *) Abstrak Inovasi dalam pembelajaran dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pembelajaran serta

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di berbagai sekolah di Indonesia. Adanya ketertarikan terhadap negara dan kebudayaan Jerman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif dilakukan dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa asing yang diajarkan pada beberapa Sekolah Mengengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran : BAHAN AJAR / RPP Bidang Studi : Bahasa Jerman Pokok Tema : Erste Kontake Sub Tema :Erste Kontakte mit Deutschen ( ich, du, sie/er/es (sing), Sie, sie (pl)) Kelas / Semester: X / gasal Standar Kecakapan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah satu sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang memiliki pola yang beraturan. Aturan tersebut dapat disusun menjadi kaidah. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang mengajarkan bahasa Jerman. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi untuk berinteraksi antar sesama manusia. Dengan bahasa seseorang dapat memperoleh informasi secara lisan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Teknik Permainan, Magic Box, Penguasaan Kata Benda.

Kata Kunci: Teknik Permainan, Magic Box, Penguasaan Kata Benda. Efektivitas Teknik Permainan Magic Box Untuk Meningkatkan Penguasaan Kata Benda Bahasa Jerman Inesz Dewi Annisa, Hafdarani, Pepen Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang

Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Kesalahan Pembentukan Finalsatz Bahasa Jerman Oleh Mahasiswa Angkatan 2009 Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang Taufan Reza Achmadi Drs.Tiksno Widiytmoko, M.A. Edy Hidayat, S. Pd., M. Hum. Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yaitu di lembaga-lembaga atau institusi-institusi pendidikan seperti SMA, SMK,

Lebih terperinci

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari dalam pendidikan di Indonesia. Dalam mempelajari bahasa Jerman, sama halnya dalam pengajaran

Lebih terperinci

Penggunaan Media Memory Games dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Tri maryana*, Irma Permatawati, Ending Khoerudin

Penggunaan Media Memory Games dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman. Tri maryana*, Irma Permatawati, Ending Khoerudin Penggunaan Media Memory Games dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman Tri maryana*, Irma Permatawati, Ending Khoerudin Abstraksi Kosakata merupakan salah satu aspek yang harus dikuasai dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata bahasa memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi huruf, kata, frasa dan kalimat. Kata merupakan bagian yang penting dalam suatu tulisan dan lisan (percakapan)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA Lailatul Rohmah Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: keterampilan menyimak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Jerman terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: keterampilan menyimak (Hörverstehen),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat terampil

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN. Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri

SKENARIO PEMBELAJARAN. Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri SKENARIO PEMBELAJARAN Dari Ruang Kuliah Menuju Museum Pengembangan Keterampilan Menulis Melalui Tugas Mandiri Diajukan untuk mengikuti FPBS Award UPI Bandung 2008 Oleh: DRA. HAFDARANI, M.Pd. NIP. 132044357

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit. 12, dapat disimpulkan sebagai berikut;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit. 12, dapat disimpulkan sebagai berikut; 89 BAB V KESMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai latihan kosakata dalam buku studio d A1 yang mencakup Start auf Deutsch sampai dengan Einheit 12, dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. Keempat keterampilan tersebut yaitu keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa bahasa orang akan sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya. Bahasa dapat menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. Saragih Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami

Lebih terperinci

SILABUS SPRECHEN I JR 215. Putrasulung Baginda, S.Pd.

SILABUS SPRECHEN I JR 215. Putrasulung Baginda, S.Pd. SILABUS SPRECHEN I JR 215 Putrasulung Baginda, S.Pd. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 SILABUS 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, khususnya di beberapa SMA dan di Universitas tertentu. Dalam belajar bahasa Jerman terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menjadikan bahasa sebagai unsur penting bagi manusia untuk berinteraksi baik secara lisan maupun tulisan. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Hafdarani *) Kata kunci: Projektarbeit, keterampilan berbicara

Hafdarani *) Kata kunci: Projektarbeit, keterampilan berbicara Pengajaran Keterampilan Berbicara yang Berorientasi pada Projektarbeit Hafdarani *) Abstrak Dalam pengajaran keterampilan berbicara mahasiswa dituntut untuk berlatih kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract

Kata kunci: kesalahan, terjemahan abstrak. Keywords: errors, translating abstract Kesalahan dalam Terjemahan Abstrak Karya Ilmiah oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2008 Universitas Negeri Malang Erlina Yuni Novitasari Pembimbing: (I) Dra. Rosyidah, M.Pd., (II) Deddy Kurniawan,

Lebih terperinci

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Sekar Chandra Ratnasari, Amir, Azis Mahfuddin. Abstaksi Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam

Lebih terperinci

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum.

Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra. Rosyidah M. Pd. Pembimbing II: M. Kharis, S.Pd., M. Hum. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA INGKAR NICHT DAN KEIN DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2010/2011 PADA MATAKULIAH AUFSATZ I Wuri Kumalawati Pembimbing I: Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman pada jenjang SMA, berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti salah satu faktor yang menjadi

Lebih terperinci

Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd.

Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing 2: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd. PENGGUNAAN MEDIA WÜRFELSPIEL UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN DI KELAS XI BAHASA SMA AL-RIFA IE GONDANGLEGI TAHUN AJARAN 2011/2012 Ika Rahmawati Pembimbing 1: Sri Prameswari Indriwardhani, M.Pd. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing. Penguasaan bahasa asing sangat diperlukan guna. suatu situs lembaga kursus Goethe-zentrumsby.org/home.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing. Penguasaan bahasa asing sangat diperlukan guna. suatu situs lembaga kursus Goethe-zentrumsby.org/home. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan bahasa asing sudah sangat meluas. Dalam berkomunikasi di era globalisasi ini, masyarakat dituntut untuk dapat menguasai lebih dari satu

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Mata Kuliah : Sprechfertigkeit I Kode Matakuliah : JER 46003 Kredit Semester : 4 SKS Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Semester /Tahun Ajaran : Ganjil

Lebih terperinci

IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1. Oleh : HAFDARANI 2

IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1. Oleh : HAFDARANI 2 IDE-IDE METODIS-DIDAKTIS UNTUK PENGAJARAN BAHASA JERMAN YANG BERORIENTASI PADA PEMBELAJAR 1 Oleh : HAFDARANI 2 PENDAHULUAN Sebagai guru bahasa Jerman kita sering mendengar atau membaca bahwa pengajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO Desi Sugiarti 1 dan Muddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN KARTU UNO DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Nurhasanah, Lucky Herliawan, Irma Permatawati

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN KARTU UNO DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Nurhasanah, Lucky Herliawan, Irma Permatawati 1 EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN KARTU UNO DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Nurhasanah, Lucky Herliawan, Irma Permatawati Abstraksi Dalam mempelajari bahasa Jerman, siswa mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

Misnawaty Usman Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Prodi Pendidikan Bahasa Jerman

Misnawaty Usman Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Prodi Pendidikan Bahasa Jerman Misnawaty Usman / Desain Perangkat Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman (Wortschatz) Berdasarkan Model 166 DESAIN PERANGKAT PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN (WORTSCHATZ) BERDASARKAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen

Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen Kesalahan Ortografi pada Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Siswa Kelas X-9 SMAN 1 Kepanjen Eko Jayanto Pembimbing I: Dewi Kartika Ardiyani, S.Pd., M.Pd. Pembimbing II: Deddy Kurniawan S.Pd., M.A. E-mail:

Lebih terperinci

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara Dari mana sebenarnya nama berasal?, dan menyelidiki arti dan langsung mendapat beberapa jawaban. Seorang teman kerja Spanyol, yang mendengar kehadiran burung

Lebih terperinci

SILABUS DAN PENILAIAN

SILABUS DAN PENILAIAN SILABUS DAN PENILAIAN Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Medan Program : Bahasa Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XI Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2006-2007 : 17 minggu x 4 JP Standar 1 Dasar Materi Pembelajaran

Lebih terperinci