Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa"

Transkripsi

1 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Sekar Chandra Ratnasari, Amir, Azis Mahfuddin. Abstaksi Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman. Pada keterampilan menulis pembelajar dituntut untuk mampu menulis berbagai ragam tulisan atau karangan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, sering kali siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide dan mengembangkannya ke dalam bentuk tulisan yang baik dan benar. Salah satu penyebabnya adalah karena siswa tidak terbiasa untuk menulis surat berbahasa Jerman. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan menulis perlu didukung oleh suatu metode atau teknik pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu pembelajaran kooperatif, dalam hal ini teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis adalah teknik round table. Berdasarkan alasan tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Hasil pembelajaran siswa dalam menulis karangan deskripsi bahasa Jerman sebelum menggunakan teknik round table; (2) Hasil pembelajaran siswa dalam menulis karangan deskripsi bahasa Jerman sesudah menggunakan teknik round table; (3) Efektivitas teknik round table dalam meningkatkan hasil belajar menulis karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi exsperimental dengan desain One Group Pretest-Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Pasundan 1 Bandung dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 yang berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata pretest 67,75 dan nilai rata-rata posttest 77,86. Hasil penghitungan uji signifikansi/uji t menunjukkan bahwa t_hitung> t_tabel (16,03 > 1,69). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik round table. Dengan kata lain, teknik round table efektif digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi berbahasa Jerman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan pengajar menggunakan teknik round table untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis. Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, teknik round table, keterampilan menulis berbahasa Jerman, siswa SMA.

2 Pendahuluan Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam pendidikan bahasa terdapat empat keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai dan dikembangkan, yaitu menyimak (Hőrfertigkeit), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Lesefertigkeit) dan menulis (Schreibfertigkeit). Keempat keterampilan tersebut sangat penting dan saling berkaitan dalam pembelajaran bahasa. Berdasarkan aktivitas penggunaannya, keterampilan membaca dan menyimak tergolong keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang harus mendapatkan perhatian karena menuntut kecerdasan dan kreativitas. Tanpa kreativitas mustahil bagi seseorang untuk bisa menghasilkan karya yang baik sebab menulis merupakan proses kreatif yang harus diasah secara terus-menerus. Menulis dalam bahasa asing, seperti dalam bahasa Jerman tidak sesederhana menulis dalam bahasa sendiri. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan tema tulisan yang akan dibuat. Di samping itu, tulisan yang baik harus bersifat komunikatif. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan kemampuan Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman penulis ketika menjadi praktikan di SMA Pasundan 1 Bandung, masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan berbahasa Jerman. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes menulis yang kurang dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya kurangnya penguasaan kosakata dalam bahasa Jerman, kurangnya penguasaan struktur bahasa yang belum terkuasai, rendahnya kemampuan berpikir siswa untuk menuangkan ide/gagasan yang berhubungan dengan tema karangan dalam bahasa Jerman, rendahnya motivasi siswa dalam menulis bahasa Jerman, sehingga akhirnya kemauan dan ketekunan berlatih menulis siswa kurang. Agar dapat

3 menulis, terkadang siswa perlu dipacu dengan menggunakan strategi yang menarik dan tidak monoton sehingga kegiatan menulis terasa menyenangkan. Guru dapat mengupayakannya dengan menggunakan teknik dan media pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dalam menulis bahasa Jerman. Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan dapat mengatasi masalah di atas yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi secara aktif dalam kelompok belajarnya, karena tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu penyelesaian tugas dan melaporkannya dalam diskusi kelas. Ada beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam meningkatkan keterampilan menulis. Salah satunya adalah dengan diterapkannya teknik round table. Model pembelajaraan kooperatif tipe round table adalah pembelajaran kooperatif struktur sederhana yang mencakup banyak konten, dapat membangun kerjasama dan semangat dalam kelompok, serta melatih siswa dalam menggabungkan tulisan. Dengan teknik ini diharapkan seorang guru dapat membantu siswa untuk membuka diri terhadap proses belajar yang menyenangkan dan menjauhkan dari kondisi pembelajaran yang tegang di kelas. Pada akhirnya diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi rasa kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table dalam. Landasan Teori Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran pada dasarnya mencakup hal-hal yang harus ada dalam sebuah proses pembelajaran. Lie (2010: 23) menyatakan, Ada tiga pilihan model dalam pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Ketiga jenis model pembelajaran ini banyak diterapkan dibeberapa mata pelajaran, salah satu model pembelajaran yang bisa menjadi pilihan pengajar untuk digunakan dalam kegiatan

4 pembelajaran di kelas yaitu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) pada mata pelajaran bahasa Jerman. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Hammoud dan Ratzki (2009: 6), Kooperatives Lernen ist eine strukturierte Form des Lernens, die gleichermaβen der Erarbeitung fachbezogener Lerninhalte wie der Einübung kooperativen Sozialverhaltens dient. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran terstruktur yang mempunyai fungsi sama yaitu untuk membahas isi pembelajaran secara ilmiah, seperti pelatihan perilaku sosial kooperatif. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran yang terstruktur yang lebih menekankan kerjasama antarsiswa dalam kelompok yang heterogen yang dapat melahirkan ketergantungan positif sehingga memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok dalam memahami materi belajar untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif, kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa bukan pada guru. Adapun evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa selama pembelajaran dan kerjasama antaranggota kelompok. Selain itu evaluasi juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi belajar siswa. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Salah satu tipe yang ditawarkan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran tipe round table. Menurut Lie (2000: 62), Pembelajaran koperatif melalui strategi round table dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Round table merupakan teknik menulis yang menerapkan pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara bergiliran dalam kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau duduk melingkar (Mccafferty, 2006: 191). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif melalui tipe round table merupakan suatu model

5 pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompok mengelilingi sebuah meja dengan kemampuan yang berbeda-beda. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dari anggota yang lain. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Lie (2000: 62) mengemukakan bahwa cara-cara belajar kooperatif tipe round table, yaitu: (1) salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang dikerjakan, (2) siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusi; dan (3) giliran bicara bisa dilakukan menurut arah perputaran jam. Berikut langkah-langkah pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik round table yang telah dikembangkan oleh penulis: 1) Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa secara heterogen. Masing-masing siswa duduk sesuai dengan kelompoknya dengan posisi membentuk lingkaran kecil mengelilingi meja. 2) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai suatu tema dan menyamakan persepsi. Masing-masing anggota kelompok menyumbangkan idenya terkait dengan tema tersebut secara bergiliran pada kertas yang telah dibagikan. 3) Siswa pertama, menyumbangkan idenya, dilanjutkan siswa kedua, dan seterusnya hingga siswa terakhir. Penyusunan ide-ide tersebut dilakukan secara kolaborasi. 4) Ide-ide yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan setiap anggota kelompok untuk menyusun karangan secara individu. Karangan masingmasing anggota kelompok yang telah tercipta ditukarkan dan didiskusikan dalam kelompok untuk dilakukan pengeditan. 5) Masing-masing kelompok kecil diminta memilih dan menentukan satu karangan unggulan versi kelompoknya untuk ditampilkan di depan kelas.

6 6) Masing-masing perwakilan kelompok membacakan karangan yang diunggulkan kelompoknya serta menentukan satu sampai tiga karangan unggulan versi kelompok besar (kelas). 7) Di bawah bimbingan pengajar, karangan unggulan itu dijadikan bahan diskusi kelompok besar (kelas). Pengertian Keterampilan Menulis Permana (2012: 33) menyatakan bahwa, Secara umum kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran menulis bahasa Jerman adalah pembelajar mampu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi tulis mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pendapatnya. Wegner dalam Schreiber (2002: 70) berpendapat: Schreiben ist keine Sprachfertigkeit, die als Nebenprodukt einer anderen einfach mitgelernt werden kann, sondern wird in erster Linie durch das Schreiben selbst angeeignet. Daraus folgt, dass sich der Unterricht auf den Schreibprozess zu konzentrieren hat. Natürlich darf dabei nicht vergessen werden, dass das Schreiben und die anderen Fertigkeiten In einer Wechselbeziehung stehen, sich teilweise bedingen (z.b. bei einer Vorlesungsmitschrift) oder stützen (z.b. bei schriftlichen Notizen für einen Vortrag). Dari pendapat Wegner tentang pengertian menulis di atas dapat diketahui bahwa, Keterampilan menulis bukanlah keterampilan bahasa yang dapat dianggap mudah atau hal yang kecil, tetapi harus banyak berlatih. Oleh karena itu, pengajaran harus difokuskan pada proses menulis. Keterampilan menulis saling berhubungan dan saling membutuhkan dengan keterampilan yang lainnya, contohnya: pada saat membuat catatan kuliah, pembelajar diharuskan menggunakan keterampilan menulis dan keterampilan mendengar sekaligus secara bersamaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dapat dikuasai melalui beberapa proses latihan dalam praktiknya. Keterampilan menulis juga melibatkan perasaan, pikiran, dan pendapatnya untuk berkomunikasi tulis, sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan. Setidaknya ada tiga hal yang ada

7 dalam aktivitas menulis, yaitu adanya ide atau gagasan yang melandasi seseorang untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, dan adanya tujuan menjadikan pembaca memahami pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Manfaat Menulis Kegiatan menulis mempunyai manfaat yang sangat besar, khususnya dalam proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Kast (1999: 20) sebagai berikut: 1. Schreiben aufgrund kommunikativer Bedürfnisse. Menulis merupakan suatu kebutuhan berkomunikasi. 2. Schreiben aufgrund unterrichtspraktischer Bedürfnisse. Menulis karena kebutuhan pembelajaran. 3. Schreiben aufgrund lernpsychologiescher Überlegungen. Menulis atas dasar pertimbangan psikologi pembelajaran. 4. Schreiben als hilfe bei der Strukturierung geistiger Handlungen. Menulis sebagai alat bantu penyusunan keilmuan. Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah dapat melatih penguasaan kosakata dan tata bahasa. Selain itu, bagi yang terbiasa menulis akan mampu untuk menuangkan gagasannya secara lebih teratur. Tujuan Menulis Kast (1999: 8) mengemukakan tentang tujuan penulisan sebagai berikut: Es gibt Schreibaktivitäten, bei denen das Schreiben das Ziel ist: z.b. wenn ich einen Brief schreibe, ist das Ziel meiner Handlung ein Brief, den ich jemandem schicken möchte. Und es gibt auch viele Schreibaktivitäten, bei denen das Schreiben nur Mittel für einen anderen Zweck ist: z.b. bei schriftlichen Grammatikübungen; da ist mein Ziel, eine bestimmte Struktur zu üben. Dengan kata lain tujuan penulisan itu adalah untuk menyampaikan maksud kepada seseorang, misalnya dengan mengirim sepucuk surat. Kegiatan

8 menulis juga sebagai alat atau sarana untuk melatih keterampilan menggunakan tata bahasa tertulis atau melatih suatu struktur tertentu. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa, menulis memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, memberitahukan, mengekspresikan dan meyakinkan pembaca dengan tulisan agar pembaca mengetahui atau merasakan apa yang penulis ceritakan. Dengan menulis seseorang juga dapat menyerap serta memproses informasi lebih banyak sehingga wawasan dan pengetahuannya akan bertambah. Jenis Menulis Tulisan pada umumnya dibagi ke dalam beberapa jenis. Hal ini didasari oleh tujuan dari menulis itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Nurjamal (2010: 3) terdapat lima jenis karangan berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya, yaitu: a. Narasi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai suatu tempat, peristiwa, atau situasi. b. Deskripsi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan, gambaran atau suatu hal. Jenis karangan ini biasanya menjelaskan secara detail setiap topik yang dibahas. c. Persuasi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan anjuran, saran, jalan keluar suatu masalah. d. Eksposisi merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang suatu teori, pemahaman dan pengetahuan umum dengan tujuan agar pembaca lebih memahaminya. Dalam karangan eksposisi yang diutamakan adalah informasi yang lengkap dan akurat. e. Argumentasi merupakan jenis tulisan yang selalu memiliki ciri menunjukkan hubungan sebab akibat dari suatu hal yang timbul oleh karena hal lain. Karangan argumentasi berusaha untuk meyakinkan pembaca, cara meyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran.

9 Berikut ini jenis-jenis tulisan yang diungkapkan oleh Bolton (1996: 68) yaitu: a. Personales Schreiben Schreiben, um sich und anderen über sich selbst Auskunft zu geben, z.b. in Form von Erlebnisbericht, Lebenslauf, Tagebuch, Festhalten von Gedankensplittern. Hal tersebut berarti bahwa, menulis yang bersifat pribadi yaitu menulis untuk mencari informasi dan menginformasikan kepada orang lain tentang diri sendiri, misalnya dalam bentuk laporan pengalaman, daftar riwayat hidup, buku catatan harian, catatan dari aforisme. b. Freies Schreiben Assoziatives Schreiben, z.b. Gedichte, Phantasiegeschichten. Maksud dari teori ini adalah menulis yang bersifat bebas meliputi juga menulis yang bersifat asosiasi contohnya puisi, cerita khayalan. c. Ausprobieren unterschiedlicher Textarten z.b. Leserbrief an eine Zeitung, protokoll, Hörspiel, Umfrage, Märchen, Artikel für die Schülerzeitung. Kutipan tersebut berarti bahwa, mencoba untuk menulis jenis teks yang berbeda, contohnya surat pembaca pada sebuah koran, notulen, sandiwara radio, angket, dongeng, artikel untuk koran pelajar. Pada dasarnya beberapa pendapat di atas mengemukakan jenis tulisan yang hampir sama yakni beberapa jenis tulisan yang telah dijelaskan oleh Nurjamal seperti tulisan dalam karangan narasi dan deskripsi dapat digolongkan ke dalam jenis Freies Schreiben (tulisan bebas) karena dalam pembuatan jenis tulisan narasi dan deskripsi dapat menggunakan cerita khayalan. Kegiatan menulis dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis menulis karangan deskripsi dengan tema Familie tingkat A1 pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung kelas X1 IPS 4. Pada kegiatan penelitian, siswa diminta untuk menggambarkan/memberikan rincian tentang suatu tema yang sudah mereka pelajari berdasarkan poin-poin pertanyaan yang diberikan. Siswa diminta untuk menjawab poin-poin tersebut dalam kalimat-kalimat sederhana. Setelah itu, siswa diminta untuk menyusun dan mengembangkan kalimat-kalimat tersebut sehingga menjadi sebuah karangan.

10 Penilaian Keterampilan Menulis Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Begitu juga dalam pembelajaran keterampilan menulis. Keterampilan menulis sebuah karangan dalam pembelajaran bahasa Jerman di sekolah, siswa dituntut untuk dapat membuat hasil tulisan mulai dari membentuk frasa, membuat kalimat sehingga menjadi sebuah paragraf deskripsi. Oleh karena itu, diperlukan alat uji untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis seseorang. Untuk menguji keterampilan menulis siswa, diperlukan sebuah tes yang mengukur kemampuan menulis. Setiawan (2007) dalam situs mengungkapkan bahwa, tes tertulis dibagi dalam dua jenis, yakni tes essay dan tes objektif. Jenis tes yang sesuai dengan penelitian ini adalah tes essay. Tes essay merupakan tes isian yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa bertugas untuk menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Nurgiyantoro (2010: 439) menjelaskan bahwa, Penilaian terhadap hasil tulisan peserta didik sebaiknya menggunakan rubrik penilaian skor yang mencakup komponen isi dan bahasa masing-masing dengan subkomponennya. Rubrik penilaian skor yang dimaksud dicontohkan di bawah ini. Tabel 2.1 Rubrik Penilaian Mengarang dengan Tema Tertentu NO Aspek yang Dinilai Tingkat Kecapaian Kinerja ( Skor) Kualitas isi karangan 2. Keakuratan dan keluasan isi 3 Organisasi penulisan 4 Kebermaknaan keseluruhan tulisan 5 Ketepatan struktur bahasa

11 6 Ejaan 7 Ketepatan diksi 8 Kelengkapan sumber rujukan Jumlah skor: Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti hanya mengambil beberapa kriteria penilaian dari rubrik penilaian di atas. Kriteria penilaian tersebut antara lain meliputi: kualitas isi karangan yang mencakup hubungan isi dengan Judul/tema dan pengembangan isi karangan, struktur bahasa, ejaan dan ketepatan diksi. Jika siswa menulis karangan bahasa Jerman dengan tepat dan memenuhi kriteria maka semua jumlah kriteria dikalikan empat sehingga jumlah semuanya mencapai nilai 100. Presentase tingkat keterampilan menulis dapat diinterpretasikan dengan menggunakan tabel berikut: Tabel 3.1 Penentuan Interpretasi Tingkat Keterampilan Menulis Interval Presentase Tingkat Penguasaan Keterangan Sempurna Baik Sekali Baik Cukup Sedang Hampir Sedang Kurang Kurang Sekali Buruk 1-15 Buruk Sekali

12 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Metode ini dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran menulis karangan berbahasa Jerman. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja yakni pada kelas yang menggunakan teknik round table tanpa ada kelompok pembanding. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe round table terhadap keterampilan siswa dalam menulis, dilaksanakan di SMA Pasundan 1 Bandung pada semester ganjil bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Pasundan 1 Bandung. Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka diambil sampel dari populasi yang dapat mewakili. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Pasundan 1 Bandung. Instrumen tes berupa tes tertulis, yaitu surat sederhana dengan tema Familie yang diujikan pada saat pretest dan posttest, tes ini diambil dari buku Kontakte Deutsch Extra dan Kontakte Deutsch 2. Untuk mengusahakan agar perbandingan hasil tes dapat diandalkan, pretest dan posttest diselenggarakan dengan menggunakan perangkat tes yang sama. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang digunakan berupa tes essay yakni menulis karangan sederhana berbahasa Jerman. Tes yang digunakan terdiri atas: 1. Pretest atau test awal adalah jenis tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengalami perlakuan atau proses belajar mengajar dalam suatu pokok bahasan yang dipelajari. 2. Posttest atau tes akhir adalah jenis tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sesudah diberi perlakuan dalam pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan teknik round table.

13 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil penghitungan statistik yang telah dilakukan, dapat diasumsikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis siswa sebelum dan sesudah menggunaan teknik round table. Dengan kata lain, penggunaan teknik round table terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Sebelum menggunakan teknik round table kemauan dan ketekunan siswa dalam menulis menggunakan bahasa Jerman sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya kurangnya penguasaan kosakata dalam bahasa Jerman, kurangnya penguasaan struktur bahasa, rendahnya kemampuan berpikir siswa untuk menuangkan ide/gagasan yang berhubungan dengan tema karangan dalam bahasa Jerman. Agar dapat menulis, siswa perlu dipacu dengan menggunakan strategi yang menarik sehingga kegiatan menulis terasa menyenangkan. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik round table siswa dirangsang untuk mengungkapkan ide/gagasan mereka dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pengajar dan mereka diberi kesempatan untuk mendiskusikan hasilnya dan menuangkan ke dalam kalimatkalimat sederhana yang kemudian dibuat menjadi karangan. Setelah menggunakan teknik round table siswa dapat saling bekerjasama untuk menuangkan ide/gagasan, sehingga siswa yang wawasannya masih kurang dapat terbantu untuk saling bertukar pendapat, siswa akan terlatih menerapkan konsep bertukar pendapat untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, teknik ini juga dapat membuat siswa menjadi percaya diri dan mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam menulis karangan berbahasa Jerman. Penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas penggunaan teknik round table dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa di kelas XI IPS 4 SMA Pasundan 1 Bandung mungkin masih jauh dari kata sempurna dan memiliki keterbatasan, namun berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan dapat diungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan teknik round table hasil

14 keterampilan menulis karangan siswa meningkat. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil nilai posttest yang signifikan dibandingkan dengan nilai pretest. Dengan demikian alasan-alasan tersebut memperkuat hipotesis bahwa, penggunaan teknik round table mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi berbahasa Jerman. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik pada Bab IV di dalam skripsi ini, maka dapat dirumuskan simpulan hasil penelitian seperti di bawah ini: 1. Pada saat tes awal diperoleh nilai tertinggi sebesar 78 dan nilai terendah sebesar 55. Selain itu, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 67,75 (dalam skala 1-100). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menulis karangan berbahasa Jerman sebelum mendapatkan perlakuan dengan teknik round table tergolong ke dalam kategori cukup. 2. Pada saat tes akhir diperoleh nilai tertinggi sebesar 88, nilai terendah sebesar 65 serta nilai rata-rata sebesar 77,86 (dalam skala 1-100). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa setelah diberikan perlakuan dengan teknik round table sebanyak tiga kali keterampilan siswa dalam menulis karangan berbahasa Jerman mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil tes awal dan tergolong ke dalam kategori baik. 3. Berdasarkan hasil penghitungan uji t diperoleh hasil T hitung = 16, 03 > T tabel = 1,69. Hal ini berarti terdapat perbedaan perolehan nilai yang signifikan antara hasil tes awal atau pretest sebelum diberikan treatment dan hasil tes akhir posttest setelah diberikan treatment. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik round table efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan penelitian yang telah disebutkan di atas, serta untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam

15 pembelajaran menulis karangan berbahasa Jerman, diperlukan suatu teknik yang tepat. Sehubungan dengan hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Teknik round table dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam peningkatan kreatifitas pengajaran bahasa Jerman, khususnya pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jerman. 2. Kepada siswa disarankan banyak berlatih menulis dengan menggunakan teknik round table sehingga menulis menjadi salah satu kebiasaan yang kemudian dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan akhirnya dapat dikatakan bahwa menulis itu mudah dan bukan hal yang sulit dilakukan. 3. Kepada peneliti lain yang akan meneliti kajian yang sama, disarankan agar memberikan perlakuan atau treatment secara lebih intensif, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bolton, Sybille Problem der Leistungsmessung Lernfortschrittstests in der Grundstufe. München: Langenscheidt. Hammoud, Antje dan Ratzki, Anne Fremdsprache Deutsch Kooperatives Lernen. München: Max Heuber Verlag. Kast, Bernd Fertigkeit Schreiben. München: Goethe-Institute. Lie, Anita Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Lie, Anita Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Mccafferty, Steven G., dkk Cooperative Learning dan Second Languange Teaching. New York: Cambridge University Press. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE. Nurjamal, D Definisi Menulis [Online]. Tersedia: [15 Mei 2013].

16 Permana, Pepen Implementasi E-learning dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Jerman. Allemania Jurnal Bahasa dan Sastra Jerman. 2, (1), Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Schreiber, Rüdiger Deutsch als Fermdsprache am Studienkolleg Unterrichtpraxis, Test, Evaluation. Achen: Regensburg. Setiawan Evaluasi Pembelajaran. [Online]. Tersedia: A_JERMAN/ SETIAWAN/ [6 April 2013] Sukmadinata, N.S Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jerman meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu Hörfertigkeit (menyimak), Sprechfertigkeit (berbicara), Lesefertigkeit (membaca) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS 67 Jurnal Penelitian Pendidikan INSANI, Volume 20, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 67-72 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN SISWA KELAS

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan

BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan BAB II LANDASAN TEORETIK A. Teknik Show Not Tell 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan pembelajaran sering dianggap sama maknanya, padahal kedua istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, semua keterampilan kemampuan berbahasa sangat penting untuk melakukan interaksi antara manusia sebagai mahluk sosial. Manusia juga dapat saling berkerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu pilihan bahasa asing yang dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu pilihan bahasa asing yang dipelajari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu pilihan bahasa asing yang dipelajari di SMA dari semua bahasa asing yang ada. Bahasa Jerman terdiri dari empat kemampuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE PAIRED STORYTELLING DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 11 MAKASSAR

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE PAIRED STORYTELLING DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 11 MAKASSAR Siswa Kelas XI SMAN 11 Makassar 57 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE PAIRED STORYTELLING DALAM KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMAN 11 MAKASSAR Nurming Saleh Fakultas Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. Saragih Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Babalan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Warniatul Ulfah 2101111022 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengajaran bahasa mempunyai tujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dengan

Lebih terperinci

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI SISWA SMP Raisya Andhira Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia raisyaandhira@student.upi.edu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis menjadi keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, baik selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA SMA

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA SMA PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA SMA Oleh: Suci Rahmadani 1, Ermawati Arief 2, Ena Noveria 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN. Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN. Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI POSSESSIVPRONOMEN Eva Eloka Verany, Amir, Ending Khoerudin Abstrak Possessivpronomen dalam bahasa Jerman memiliki empat kasus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang guru yang berhasil akan selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan Kurikulum 2013. Penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA

2016 EFEKTIVITAS MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD S TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA D ALAM MENGONJUGASIKAN VERBA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi untuk berinteraksi antar sesama manusia. Dengan bahasa seseorang dapat memperoleh informasi secara lisan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

Ikawati Awing 1 dan Nurming Saleh 2 Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK

Ikawati Awing 1 dan Nurming Saleh 2 Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR Ikawati Awing 1 dan Nurming Saleh 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi sehingga bahasa dan manusia memiliki kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempelajari suatu bahasa, penguasaan kosakata mempunyai peranan yang sangat penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, seorang siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pembelajaran Kooperatif Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan pretest dan posttest. Penelitian ini

Lebih terperinci

Istarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu:

Istarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu: - 1 2 Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, diharapkan siswa dapat menerapkannya secara tepat dalam berkomunikasi. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu keterampilan berbicara,

Lebih terperinci

BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN

BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN 8 BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN 2.1 Hakikat Media Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan

Lebih terperinci

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X PENGARUH MODEL KOOPERATIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI SISWA SMP Maisuri Hardani Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia maisurihardani@student.upi.edu ABSTRACT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO Desi Sugiarti 1 dan Muddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah yang muncul dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan seorang guru dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa dikelompokan menjadi dua yaitu, keterampilan reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), serta keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari suatu bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN)

2015 METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (SAKUBUN) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang paling banyak dipelajari di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh The Japan Foundation pada tahun 2012,

Lebih terperinci

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK 1 2 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X MAS HIDAYATUL ISLAM BP MANDOGE, ASAHAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi

Lebih terperinci

Oleh : Novita Sari Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Abstrak

Oleh : Novita Sari Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Abstrak 0 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KONSEP KALIMAT (CONCEPT SENTENCE)TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI OLEH SISWAKELAS X SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh : Novita Sari

Lebih terperinci

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK 0 KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF BERBAGAI JENIS WACANA DALAM NASKAH SOAL UJIAN NASIONAL OLEH SISWA KELAS IX SMP SWASTA BANDUNG SUMATERA UTARA TAHUN PEMBELAJARAN2017/2018 Bunga Lestari (bungalestariyy@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara sederhana dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati. Namun lebih jauh lagi bahasa adalah alat untuk berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE JIGSAW PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS RESENSI CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Siti Fatimah Dr. M. Oky

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide, gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bentuk tulisan. Kegiatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. ide, gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bentuk tulisan. Kegiatan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa bertujuan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berbahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil dalam menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang disampaikan secara langsung, dan bahasa tulisan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eny Mutiarawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 JUNGKE KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat

Lebih terperinci

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK CERPEN NASIHAT- NASIHAT KARYA A. A. NAVIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen atau eksperimen semu. Quasi eksperimen adalah sebuah metode penelitian yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Rima Mawarni Siregar NIM 2103111057 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (kuasi). Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah cara manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, salah satu faktor yang mendukung untuk berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara (sprechen),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut; 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut; Pelajaran bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fadhillatunisa Salsabilla, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fadhillatunisa Salsabilla, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang kini merupakan salah satu bahasa asing yang banyak di pelajari di Indonesia. Namun pada kenyataan di lapangan, pembelajaran bahasa Jepang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan dalam semua tingkat

Lebih terperinci

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu 1 2 memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI Mia Yulianti Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel : miayulianti@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung dan juga suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung dan juga suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa dapat diperoleh melalui belajar dan latihan. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Menulis

Lebih terperinci

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK PENGARUH STRATEGI 3M (MENIRU-MENGOLAH-MENGEMBANGKAN) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Beatriz Lasmaria Harianja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penggunaan metode yang tepat akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penggunaan metode yang tepat akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penggunaan metode yang tepat akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan. Dalam penelitiaan ini penulis menggunakan metode kuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa yang ditentukan pada aspek kemampuan berbahasa yaitu mendengarkan,

Lebih terperinci

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 38 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Nike Yesika Saragih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam pengajaran bahasa Jerman, pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan, dan pengalamanya.

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA

KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA Arlian Fachrul Syaputra 1 dan Mantasiah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak dapat terlepas dari ketiga komponen lainnya seperti keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci