BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Suhendra Agusalim
7 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain variabel konsumsi rumahtangga yang membedakan pada tiap klasifikasi tidak sama antara satu klasifikasi dengan klasifikasi lainnya. Untuk klasifikasi perumahan dan fasilitas perumahan, variabel konsumsi yang membedakan cukup banyak, sedangkan untuk klasifikasi pendidikan kepala rumahtangga dan ketenagakerjaan, variabel konsumsi yang membedakan tidak begitu banyak. Sehingga ciri-ciri yang membedakan keempat klasifikasi di dae-. rah Sumatera Barat cukup beragam. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Klasifikasi Bangunan PerUJnahan Pacta klasifikasi ini variabel konsumsi yang membedakan cukup banyak dan bervariasi dari makanan sampai non makanan. Diantaranya adalah kesehatan, minyak dan lemak, ikan, barang dan jasa, padi-padian, barang tahan lama, 73

2 umbi-umbian, pesta dan upacara, tembakau dan sirih, kacang-kacangan, perumahan. Kedudukan kondisi bangunan perumahan di Sumatera Barat yang dihubungkan dengan pola konsumsinya, maka sesecara umum tingkat konsurnsi kelornpok perrnanen/kelas atas (1) relatif tinggi dalam hal kesehatan, barang dan jasa, rninyak dan lemak, perumahan, ikan, serta pesta dan upacara. Kelompok sedang/kelas menengah (2) ada pada komponen variabel konsumsi kesehatan, minyak dan lemak, ikan, serta pesta dan upacara. Tingginya tingkat konsumsi pada kelompok kelas menengah ini relatif terhadap kelompok kelas bawah, tapi tidak demikian bila dengan kelompok kelas atas. Sedangkan kelompok tidak permanen/kelas bawah (3) berada pada posisi yang menunjukkan nilai rendah untuk tingkat konsumsinya dibandingkan dengan kelompok lainnya. 2. Klasifikasi Fasilitas Perumahan dan Lingkungan Pada klasifikasi fasilitas perumahan dan lingkungan variabel konsumsi yang berperan membedakan adalah makanan dan minuman jadi, makanan lainnya, minuman beralkohol, pajak dan asuransi, buah-buahan, barang tahan lama, umbi- 74

3 umbian, telur dan susu, tembakau dan sirih, daging, perumahan, serta bahan minuman. Untuk pengelompokan kondisi baik/kelas atas (1) tingkat konsumsi yang relatif tinggi adalah minuman beralkohol, makanan lainnya, pajak dan a suransi, buah-buahan, makanan/minuman jadi, telur dan susu, barang tahan lama, serta perumahan. Tingkat konsumsi untuk kondisi yang sedang/kelas menengah (2) cenderung pada barang tahan lama, minuman beralkohol, serta tembakau dan sirih. Sedangkan kondisi tidak layak/kelas bawah (3) merupakan kelompok yang cenderung rendah tingkat konsumsi rumahtangganya, kecuali untuk umbi-umbian, daging, dan bahan minuman. Dengan demikian kelompok kelas atas dan sebagian kelompok kelas menengah dapat lebih berhasil dalam mengatur kebutuhan rumahtangganya dibanding kelompok kelas bawah dan sebagian kelompok kelas menengah. 3. Klasifikasi Pendidikan Kepala Rumahtangga Dari hasil pembahasan klasifikasi pendidikan kepala rumahtangga dapat diperoleh hal bahwa va~iabel konsumsi yang membedakan terdiri dari kesehatan, perumahan, pesta dan upacara, serta sayur-sayuran. Tingkat konsumsi yang 75

4 cenderung rendah disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang dicapai kepala rumahtangga, sehingga mereka belum mengerti arti penting dari kebutuhan rumahtangga tersebut. Bagi yang berpendidikan tinggi (1) akan memiliki tingkat konsumsi yang cenderung tinggi da'lam hal kesehatan serta pesta dan upacara. Sedangkan untuk yang berpendidikan sedang (2) lebih cenderung ke perumahan, serta pesta dan upacara. Pada kelompok rumahtangga yang berpendidikan rendah (3) tingkat konsumsinya cenderung rendah dalam hal keempat kebutuhan yang membedakan tersebut. 4. Klasifikasi Ketenagakerjaan Dari biplot untuk klasifikasi ketenagakerjaan diperoleh tujuh kelompok pengamatan, yan9 mana kelompok-kelompok tersebut dicirikan oleh variabel konsumsi pesta dan upacara, bumbu-bumbuan, barang tahan lama, pakaian, dan perumahan. Pada bagian lain diperoleh bahwa, kelompok karyawan dan berusaha di sektor A (pertanian) mempunyai tingkat konsumsi cenderung renda~ bila dibandingkan dengan kelompok lain. Sedangkan kelompok berusaha dan karyawan di sektor S (perdagangan) mempunyai tingkat kon- 76

5 sumsi yang cenderung tinggi dalam hal bumbu-bumbuan serta pesta dan upacara. Untuk kelompok berusaha di sektor M (pertambangan) mempunyai tingkat konsumsi yang relatif cukup tinggi dalam hal barang tahan lama. 5.2 Saran Guna memberikan kemajuan yang maksimal kepada seluruh rumahtangga, maka pelaksanaan pembangunan perumahan dan fasilitasnya sebaiknya dilaksanakan secara merata dari waktu ke waktu. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk program pembangunan Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang diusahakan pemerintah dengan harga yang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan demikian seluruh lopisan masyarakat dapat memiliki rumah yang layak huni. Selain itu mutu kesehatan dapat ditingkatkan dengan memberi pengarahan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah tentang kebersihan rumah dan lingkungannya. Penggunaan fasilitas pendidikan termasuk sarana dan prasarananya yang berupa bangunan fisik sekolah beserta per- ' lengkapannya, tenaga guru yang berdedikasi, dan keberadaan 77

6 siswa perlu ditinjau kembali. Oleh karena masyarakat kelas bawah tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya berupa pangan I dan perumahan secara baik, maka pemerintah perlu menggiatkan program wajib belajar dengan pembangunan sekolah-sekolah Inpres serta sarana pendidikan lainnya yang terjangkau oleh mereka. Hal ini diharapkan agar mereka juga dapat memperoleh pendidikan yang sama, karena dari pendidikan akan dijadikan dasar penentu bagi masuknya informasi-informasi baru yang harus dan penting diketahui oleh masyarakat. Usaha untuk menumbuhkembangkan minat belajar perlu ditingkatkan, seperti penerangan-penerangan akan pentingnya pendidikan dalam rangka rnenghadapi perkembangan jaman yang semakin rnaju. Ciri-ciri yang rnernbedakan angkatan kerja yang satu dengan lainnya di daerah Sumatera Barat cukup beragam. Hal i- ni berart i untuk mencapai pemerataan lapancjcw pokor jaan ptt<lh setiap angkatan kerja, perlu diusahakan untuk memprioritaskan ciri-ciri yang rnembedakan tersebut. Intervensi dalam hal ketenagakerjaan khususnya di bidang pemerataan kesempatan kerja perlu dilakukan. Hal itu dapat dilakukan dengan merangsang tumbuhnya sektor industri rumahtangga dan mene- 78

7 '< ngah pada daerah-daerah di Sumatera Barat. Berhubung sektor pertanian masih dominan dalam menampung tenaga kerja di propinsi ini, maka perlu dilakukan pengembangan kesempatan kerja di sektor non pertanian, yaitu dengan meningkatkan tumbuhnya usaha-usaha di sektor non pertanian. Dengan didapatkannya hasil-hasil seperti di atas, maka hal tersebut dapat pula diterapkan untuk klasifikasi kesra lain dan di daerah lain, sehingga akan dapat dilihat konsumsi apa saja yang membedakan tiap klasifikasi di satu daerah dengan daerah lain. Penelitian ini hanya meninjau dari empat klasifikasi, jadi belum dapat mencakup keseluruhan keterangan rumahtangga yang lain dari hasil survei. Namun diharapkan b~sa menjadi langkah awal bagi penelitian berikutnya. Semua hasil yang diperoleh pada penelitian ini setidaknya dapat dijadikan suatu pedoman bagi perencana pembangunan di daerah Sumatera Barat, untuk mengalokasikan dana bantuan pemerintah secara lebih merata dan memprioritaskan penduduk yang dinilai kurang tanpa harus mengurangi bantuan untuk daerah lain. 79

dokumen-dokumen yang mirip

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran