KATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas perkenan dan dan ridhonya telah diselesaikan penyusunan Output Panel K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas perkenan dan dan ridhonya telah diselesaikan penyusunan Output Panel K"

Transkripsi

1 DATA DAN INFORMASI PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Karakteristik Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan 0

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas perkenan dan dan ridhonya telah diselesaikan penyusunan Output Panel Kelautan Dan Perikanan Nasional (Panelkanas): Karakteristik Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan berupa data dan informasi. Data dan informasi yang disajikan meliputi: Struktur dan Distribusi Penguasaan Aset Usaha Perikanan Tangkap Laut, Struktur Biaya dan Penerimaan Usaha Perikanan Tangkap Laut Laut, Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perikanan tangkap Laut dan Indeks Penghidupan Nelayan (Fisher Livehood Index). Data dan informasi yang ditampilkan merupakan data dan informasi pada tingkat rumah tangga perikanan untuk Perikanan Tangkap Laut. Jakarta, Desember 0 Tim Peneliti

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... I. PENDAHULUAN...7 II. METODOLOGI Hasil dan Pembahasan.... Sibolga.... Batam.... Indramayu.... Cilacap.... Pangkep...9. Bitung Maluku Tengah....8 Sorong... 9

4 Daftar Tabel... Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan... Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga nelayan di Kota Batam tahun 0... Tabel. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kota Batam tahun 0... Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu... Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu... Tabel 7. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu... Tabel 8. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap tahun Tabel 9. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap, tahun Tabel 0. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap, tahun Tabel. Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan berdasarkan ukuran armada di Pangkep tahun Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun Tabel. Pengeluaran Pangan Rumah TanggaBerdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun 0...

5 Tabel. Pengeluaran Rumah tangga Non Pangan Berdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun 0... Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku tengah, tahun 0... Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku Tengah, tahun 0... Tabel 7. Struktur Pengeluaran Rumah tangga Non Pangan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku Tengah tahun Tabel 8. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran Kota Sorong, tahun Tabel 9. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah TanggaBerdasarkan Ukuran di Kota Sorong, tahun Tabel 0. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kota Sorong, tahun

6 Daftar Gambar Gambar. Prosentase pengeluaran pangan rumah tangga nelayan... Gambar. Prosentase pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan... Gambar. Prosentase pengeluaran pangan dan non pangan di Kabupaten Maluku tengah... Gambar. Prosentase pengeluaran pangan...7 Gambar. Prosentase pengeluaran non pangan... 8

7 I. PENDAHULUAN Panelkanas merupakan suatu kegiatan penelitian terapan yang mengukur kesejahteraan masyarakat. Ukuran kesejahteraan masyarakat tersebut diukur melalui beberapa indikator seperti indikator pendapatan, konsumsi, human capital, natural capital, pendidikan dan kesehatan. Kegiatan panelkanas sangat mendukung kebijakan pemerintah yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. Tahun 0 tentang RPJMN Kebijakan tersebut menetapkan 7 (tujuh) arah kebijakan umum yakni : ) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; ) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan; ) mempercepat pembangunan infrastrukur untuk pertumbuhan dan pemerataan; ) peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan perubahan iklim; ) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; ) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam agenda prioritas pembangunan nasional (nawa cita). 9 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawa Cita) untuk mencapai tujuan RPJMN tahun 0-09 yaitu : ) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; ) membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; ) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; ) memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; ) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; ) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasarinternasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; 7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8) melakukan revolusi karakter bangsa; dan 9) memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Di dalam nawa cita terdapat isu terkait dengan sektor strategis ekonomi domestik yang didukung oleh kegiatan panelkanas karena salah satu output panelkanas adalah berbagai indeks yang sangat terkait dengan sektor strategis seperti kesejahteraan, kedaulatan pangan, dan kemandirian usaha. Hal tersebut juga sangat terkait dengan salah satu isu strategis pembangunan KP 0-09 yaitu peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Selain itu 7

8 panelkanas juga mendukung program balitbang terkait dengan keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan dan pemanfaatan sumberdaya KP. Pada tahun 0 PANELKANAS melakukan pengembangan jaringan pengumpulan data sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan secara nasional yang dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah, organisasi profesi/kepakaran maupun institusi lain yang memiliki semangat yang sama untuk mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Data merupakan kebutuhan didalam merencanakan pembangunan. Data akan menjadi dasar bagi analisis baik yang bertujuan untuk perumusan, monitoring maupun evaluasi keberhasilan dari suatu kebijakan pembangunan. Data sosial ekonomi secara umum dapat dikategorisasi menjadi beberapa yaitu (Cortright dan Reamer, 998) :. Demografi, mencakup data terkait populasi penduduk, pendidikan, sebaran usia produktif dan lain-lain ;. Ketenagakerjaan ; dan. Pendapatan dan Pengeluaran. Aspek yang terkait dengan tingkat pendapatan adalah tingat pengeluaran masyarakat. Secara umum diketahui bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi pola dan tingkat pengeluaran (Nurmanaf dkk, 000). Penelitian Sudaryanto dkk (999) membuktikan bahwa tingkat pendapatan mempunyai hubungan negatif dengan porsi pengeluaran pangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga semakin rendah porsi pengeluaran pangan. Dalam Pakpahan dkk (99) disebutkan bahwa ada hubungan antara porsi atau pangsa pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan berhubungan terbalik dengan ketahanan pangan, semakin besar pangsa pengeluaran pangan maka semakin rendah ketahanan rumah tangga yang bersangkutan. Konsumsi atau permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain yang bersifat substitusi atau komplementer, tingkat pendapatan (riil), jumlah dan komposisi umur penduduk serta selera konsumen terhadap barang yang diminta. Setiap rumahtangga atau kelompok rumahtangga memiliki pola atau struktur konsumsi dan pengeluaran yang berbeda. Pola konsumsi dan pengeluaran umumnya berbeda antar agroekosistem, antar kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu (Rachman dan Wahida, 998; Arifin dan Simatupang, 988; Suryana dkk, 988). Struktur pengeluaran rumahtangga dapat pula dijadikan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan rumahtangga. Dalam hal ini rumahtangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang tinggi 8

9 tergolong rumahtangga dengan tingkat kesejahteraan rendah relatif dibanding rumahtangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah (BPS, 99; Rachman, HPS, 00). Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran. Seakanakan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 99). Pengeluaran konsumsi pertama-tama ditentukan oleh tingkat pendapatan, tetapi banyak lagi faktor lain yang mempangaruhi tingkat konsumsi yaitu jumlah anggota keluarga, tingkat usia mereka dan faktor-faktor lainnya seperti harga-harga nisbi berbagai jenis barang konsumsi juga berarti penting sebagai penentu (Sicat dan Arndt, 99). Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen tunggal terbesar dari pengeluaran keseluruhan aktual, tetapi ada yang menentukan jumlah yang ingin dibelanjakan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jasa untuk konsumsinya dan berapa banyak yang ingin mereka tabung, salah satu faktor yang paling menentukan adalah pendapatan sisa rumah tangga. Dengan meningkatnya pendapatan sisa, rumah tangga mempunyai lebih banyak uang untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada ratarata (Lipsey dan Steiner, 99). Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembagalembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 98). 9

10 II. METODOLOGI Konsep penelitian PANELKANAS dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional. Oleh karena itu, menurut Irawan dkk (00), kegiatan monitoring dan survey serta studi lainnya di dalam kegiatan Penelitian Panelkanas memerlukan beberapa kondisi dalam pelaksanaannya yaitu : ) konsistensi desa dan rumah tangga contoh; ) konsistensi metode pengukuran variabel yang diamati; ) konsistensi kedalaman informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner, dan ) konsistensi interval waktu yang digunakan dalam mengkaji perubahan variabel-variabel yang diamati. Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan metode sampling acak terstratifikasi (stratified random sampling). Stratifikasi dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang representatif berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu yang dalam hal ini adalah nelayan berdasaran ukuran armada sehingga data yang diperoleh dapat lebih presisi. yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini distratifikasi menjadi tiga yaitu dibawah GT, 0 GT dan -0 GT. Dasar stratifikasi mengikuti pengelompokkan jenis kapal berdasarkan ukuran armada yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, pengamatan juga hanya dibatasi oleh usaha penangkapan ikan berbasis masyarakat sehingga hanya dipilih untuk kapal-kapal dibawah 0 GT. Secara statistik, jumlah kapal dengan ukuran armada dibawah 0 GT secara nasional mencapai 98%. Dengan demikian, pemilihan sampel rumah tangga diharapkan dapat merepresentasikan kondisi rumah tangga perikanan secara umum. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk memberikanan gambaran tentang karakteristik konsumsi dan pengeluaran rumah tangga adalah analisis statistika deskriptif. Statistika deskriptif ini merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan, peringkasan, dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna dan juga menatanya ke dalam bentuk yang siap untuk dianalisis. Analisis statistika deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagiorang yang membacanya. Statistika deskriptif 0

11 menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya.. Hasil dan Pembahasan. Sibolga Pengeluaran dan konsumsi rumah tangga nelayan perikanan tangkap laut di Sibolga masih didominasi oleh konsumsi pangan yang mencapai persen dari total pengeluaran. Komposisi besarnya pengeluaran pangan pada rumah tangga nelayan di Sibolga merupakan salahsatu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan di Sibolga relatif masih rendah. Struktur konsumsi dan pengeluaran rumah tangga nelayan di Sibolga dapat dilihat pada Tabel. JENIS PENGELUARAN PENGELUARAN PANGAN < GT % RataJumlah Rata -0 GT % RataJumlah Rata -0 GT % RataJumlah Rata Padi-padian,7,797,7,90 0 7,0,9 8 7,7 8,7,9,8,08,8 0,8,0,,97 Daging 9,8,0,7,00,97 8 Telur dan Susu 8,7,8,,87,00 7 Sayur-sayuran 8, 0,00 9,090 Kacang-kacangan 0,008,08 8,8 Buah-buahan,70 9,78 8,8 Minyak dan Lemak 8,78,090, 8, Bahan Minuman 0,89 7,,0,8 Bumbu-bumbuan 8, 9,98,78 Konsumsi Lainnya Makanan dan Minuman Jadi 77, 7 7,77,0,80 9,97 8,0,7 8,78,79 0 Tembakau dan Sirih,08,8 9,889,0,8,70 Sub Jumlah PENGELUARAN NON PANGAN Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 8,07,8 70 8,09, 77,07,7 80,0,7,7, 0,877,8 7 Aneka Barang dan Jasa,8,,07,8 0,,8 9 Umbi-umbian Ikan / Udang / Cumi / Kerang

12 Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 9,89 8, 7, 8,90 7,80 0 9, 0 99,7, 0,7, , 0, 0,8,7 0,98,89 7,,8 0 Jumlah,, Sumber : Data Primer Diolah, 0 00,708, 00 8,0,78 00 Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan Asuransi Keperluan Pesta Upacara/Kenduri Sub Jumlah dan dan. Batam Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan untuk kelompok armada <GT sebagian besar dikeluarkan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar Rp.,0,7/kapita/tahun sedangkan pengeluaran non pangan yang dikeluarkan sebesar Rp..00.0/kapita/tahun Struktur pengeluaran pangan dan non pangan secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan No PENGELUARAN Pangan Non Pangan Sumber : Data Primer Diolah, 0 (Rp/kapita/tahun),0,7,00,0 Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga nelayan. Serta konsumsi untuk tembakau juga merupakan konsumsi tertinggi yang dikeluarkan keluarga nelayan. Secara lengkap pengeluaran pangan nelayan untuk berbagai ukuran armada per kapita per tahun di Kota Batam dapat dilihat pada Tabel.

13 Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga nelayan di Kota Batam tahun 0 No Pengeluaran Pangan Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran 7 Kacang-kacangan 8 Buah-buahan 9 Minyak dan Lemak 0 Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih Sumber : Data Primer Diolah, 0 (Rp/kapita/tahun),79,7 8,0 7,7 8, 97,888,, 0, 8,,8,09,, 8, Konsumsi non pangan responden adalah konsumsi rutin dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya. Pengeluaran tertinggi untuk kebutuhan non pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk kelas armada < GT adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa serta kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga seperti kebutuhan untuk telepon, listrik serta kebutuhan cuci dan mandi. Secara lengkap struktur pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kota Batam tahun 0 No Pengeluaran Non Pangan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri Sumber : Data Primer Diolah, 0 (Rp/kapita/tahun),,980,089,0,9 9,87,,7

14 . Indramayu Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan di Kabupaten Indramayu menunjukkan persentase yang tidak jauh berbeda antara pengeluaran pangan dan non pangan dari masing-masing kelas armada. Untuk armada < GT dan -0 GT pengeluaran non pangan lebih besar daripada pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk non pangan pada armada < GT sebesar Rp..8.9/kapita/tahun (%) dan untuk armada -0 GT sebesar Rp..8.8/kapita/tahun (%). Sedangkan untuk armada ukuran -0 GT lebih besar untuk pengeluaran pangan yaitu sebesar Rp..7.9 (%). Strukturpengeluaranpangandan non pangandi Kabupaten Indramayu secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel. Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu No. Pengeluaran Pangan Non Pangan Total < GT -0 GT -0 GT (Rp/kapita/tahun) % (Rp/kapita/tahun) % (Rp/kapita/tahun) %.. 9%.7.9 % %.8.9 %..8 %.8. % % % % Sumber : Data Primer Diolah (0) Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga nelayan. Serta konsumsi untuk tembakau juga merupakan konsumsi tertinggi yang dikeluarkan keluarga nelayan. Secara lengkap pengeluaran nelayan untuk berbagaiukuran armada per kapita per tahun dapat dilihat pada tabel.

15 Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu No Pengeluaran < GT -0 GT -0 GT (Rp/kapita/tahun) Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih Sumber : Data Primer Diolah (0) Berdasarkan tabel di atas, alokasi pengeluaran pangan untuk armad ukuran< GT yang paling besar untuk pengeluaran padi-padian serta tembakau dan sirih, dengan persentase masingmasings ebesar 0,70% dan 9,7%. Untuk kapal ukuran -0 GT pengeluaran pangan paling dominan adalah untuk padi-padian dengan persentase sebesar 9,%. Sedangkan untuk kapal ukuran -0 GT pengeluaran paling besar untuk pembelian makanan dan minuman jadi serta tembakau dan sirih dengan persentase masing-masing sebesar 0,% dan,7%. Dari hasil analisis diketahui bahwa pengeluaran untuk padi-padian menunjukkan bahwa padi/beras merupakan makanan pokok utama dalam rumah tangga. Sedangkan pengeluaran untuk tembakau dan sirih menunjukkan bahwa kebiasaan merokok pada sebagian besar rumah tangga masih tinggi. Konsumsi non pangan responden adalah konsumsi rutin dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya. Pengeluaran tertinggi untuk kebutuhan non pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk berbagai ukuran kelas armada adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa serta kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga seperti kebutuhan untuk telepon, listrik serta kebutuhan cuci dan mandi. Secara lengkap

16 struktur pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Indramayu No Pengeluaran Non Pangan < GT -0 GT -0 GT (Rp/kapita/tahun) Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri Sumber : Data Primer Diolah (0) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk semua ukuran kelas armada, pengeluaran yang paling besar adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa, dengan persentase masingmasing sebesar 0,7% (< GT),,% (-0 GT) dan,% (-0 GT). Proporsi pengeluaran dari jenis pengeluaran aneka barang dan jasa yaitu untuk perlengkapan mandi cuci serta biaya pendidikan anak. Biaya pendidikan ini meliputi iuran sekolah, ongkos (transportrasi) dan uang saku (jajan). Untuk rumah tangga yang memiliki anak balita hingga usia sekolah.. Cilacap Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan untuk kelompok armada<gt dan -0 GT sebagian besar dikeluarkan untuk kebutuhan pangan yaitu masing-masing sebesar Rp...7/kapita/tahun (7,%)dan Rp /kapita/tahun (,8%). Sedangkan pengeluaran non pangan yang dikeluarkan oleh masing-masing sebesar Rp..8.0/kapita/tahun (7,9%) dan RP /kapita/tahun (,%). Untuk kelompok armada -0 GT porsi pengeluaran non pangan lebih besar dari pengeluaran pangan, yaitu,09% (Rp.../kapita/tahun). Struktur pengeluaran pangan dan non pangan secara lebih lengap dapat dilihat pada Tabel 8.

17 Tabel 8. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap tahun 0 No. Pengeluaran Total < GT -0 GT % Pangan (Rp/kapita/tahun),,7 Non Pangan -0 GT % 7.% (Rp/kapita/tahun),78,90 %.8% (Rp/kapita/tahun),0,8,8,0 7.9%,77,89.%,,0.09% 9,0, 00% 9,0,7 00%,7, 00%.9% Sumber : Data Primer Diolah (0) Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga nelayan. Serta konsumsi untuk tembakau juga merupakan konsumsi tertinggi yang dikeluarkan keluarga nelayan. Secara lengkap pengeluaran nelayan untuk berbagai ukuran armada per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap, tahun 0 No 7 Pengeluaran Pangan Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan < GT -0 GT (Rp/kapita/tahun),07,8 7,,,9, 7,90 0, 899,0 0,09,98,7,8 9,,80-0 GT,,7,,, 8,89 88,89,07,00 07,7 7

18 8 9 0 Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih Sumber : Data Primer Diolah (0) 8,07,900,, 0,07 80,00,9,7 70, 9,8,77 7, 90,,8,,7 700,8 797,90 0,9 8,00,0,7,,09,00 Berdasarkan tabel di atas, alokasi pengeluaran pangan untuk armad ukuran < GT yang paling besar untuk pengeluaran tembakau dan sirih serta padi-padian, dengan persentase masingmasing sebesar 7,8% dan,%. Untuk kapal ukuran -0 GT pengeluaran pangan paling dominan adalah untuk tembakau dan sirih dengan persentase sebesar,%. Sedangkan untuk kapal ukuran -0 GT penheluaran paling besar untuk pembelian makanan dan minuman jadi serta koonsumsi ikan/udang/cumi/kerang dengan persentase masing-masing sebesar,% dan,%. Dari hasil analisis di atas diketahu bahwa pengeluaran yang paling dominan untuk tembakau dan sirih menunjukkan bahwa kebiasaan merokok pada sebagian besar rumah tangga masih tinggi. Pengeluaran untuk padi-padian menunjukkan bahwa padi/beras merupakan makanan pokok utama dalam rumah tangga.sedangkan pengeluaran untuk kelompok ikan/udang/cumi/kerang menunjukkan bahwa preferensi rumah tangga nelayan terhadap konsumsi ikan cukup besar. Konsumsi non pangan responden adalah konsumsi rutin dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya. Pengeluaran tertinggi untuk kebutuhan non pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk berbagai ukuran kelas armada adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa serta kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga seperti kebutuhan untuk telepon, listrik serta kebutuhan cuci dan mandi. Secara lengkap struktur pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada Tabel 0. Tabel 0. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Cilacap, tahun 0 No Pengeluaran Non Pangan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala < GT -0 GT -0 GT (Rp/kapita/tahun), 88,8,0,7,,78,88,97,88,87 9,9,9 0, 8

19 Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri, 7,7,89, 80,08 0,887,78 8,07,8, Sumber : Data Primer Diolah (0) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk semua ukuran kelas armada, pengeluaran yang paling besar adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa, dengan persentase masingmasing sebesar % (< GT), 7,% ((-0 GT) dan 7% (-0 GT). Proporsi pengeluaran dari jenis pengeluaran aneka barang dan jasa yaitu untuk perlengkapan mandi cuci serta biaya pendidikan anak. Biaya pendidikan ini meliputi iuran sekolah, ongkos (transportrasi) dan uang saku (jajan). Untuk rumah tangga yang memiliki anak balita hingga usia sekolah.. Pangkep Pengeluaran dan konsumsi rumah tangga nelayan perikanan tangkap laut di Pangkep masih didominasi oleh konsumsi pangan yang mencapai -7 persen dari total pengeluaran. Komposisi besarnya pengeluaran pangan pada rumah tangga nelayan di Pangkep merupakan salahsatu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan di Pangkep relatif masih rendah. Struktur konsumsi dan pengeluaran rumah tangga nelayan di Pangkep dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan berdasarkan ukuran armada di Pangkep tahun 0 Komponen Konsumsi < GT (Rp/Kap/Tahu persenta n) se (%) -0 GT (Rp/Kap/Tah persentase un) (%) -0 GT (Rp/Kap/Tahun) persentase (%) PENGELUARAN PANGAN Kacang-kacangan,00 0 7,0, 0 Buah-buahan,7,78 99,770 Minyak dan Lemak,889 89,9, Bahan Minuman 9,9 00,798,0 Bumbu-bumbuan 7,088 09, 7, Konsumsi Lainnya Makanan dan Minuman Jadi 87,87 7,800,90 7,79 8 0,800 8,0 Tembakau dan Sirih,9 7 7,7 9, 8,07,088,,90,0,,8 0, , Padi-padian Umbi-umbian 9

20 Ikan / Udang / Cumi / Kerang 97,,9,,00, 9,8 0 0,000 8,7 Telur dan Susu 0,8,79,87 979,8 9 Sayur-sayuran 8,87 7,00 8,0 Sub Jumlah PENGELUARAN NON PANGAN Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga,0,8 7,0,09 7 7,0,,7,7 9,00 0,87, 7 Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala,,8,0,,,0 8,7 07,9 8,8 7,,00 79,9,9 0,8 0 7, 8,98 70,000,80 Sub Jumlah,8,9,7,7 8,,77 8 Jumlah 9,0, 00 9,89, 00,8, 00 Daging Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri. Bitung Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan di Kota Bitung sebagian besar adalah untuk konsumsi pangan yang meliputi lebih dari 0%. Pengeluaran konsumsi pangan untuk armada < GT adalah Rp.8.79/kapita/tahun, -0 GT adalah Rp 7.8./kapita/tahun dan armada -0 GT adalah Rp..89/kapita/tahun. Semakin besar armada penangkapan yang digunakan, proporsi pengeluaran untuk pangan semakin kecil walaupun jumlah pengeluaran lebih besar. tersebut Sedangkan konsumsi non pangan berturut-turut untuk ketiga kategori armada adalah Rp.0./kapita/tahun, Rp.9.708/kapita/tahun dan Rp.79.8/kapita/tahun. Total pengeluaran rumah tangga nelayan menunjukkan jumlah yang semakin tinggi dengan semakin besarnya jenis armada yang digunakan. pengeluaran pangan dan non pangan untuk setiap kategori armada penangkapan disajikan pada Tabel. Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun 0 No. Pengeluaran Pangan < GT (Rp/kapita/tah un),8,79-0 GT (Rp/kapita/ta % hun) % 7. 7,8, -0 GT (Rp/kapita/tahu % n).8,,89.0 0

21 Non Pangan Jumlah,0, 9,79, ,9,708,790, ,79,8.9 8,8, Sumber : Data Primer Diolah (0) Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan umbi-umbian, untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga nelayan. Rumah tangga nelayan dengan armada < GT dan -0 GT pengeluaran tertinggi adalah untuk konsumsi bahan pokok dan sumber protein (ikan). Sedangkan untuk rumah tangga nelayan dengan armada -0 GT pengeluaran terbesar adalah untuk pembelian makanan dan minuman jadi serta untuk pembelian rokok. Secara lengkap nilai pengeluaranpanganrumah tangga nelayan untuk berbagai ukuran armada per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel dan prosentase pengeluaran berdasarkan jenis pengeluaran disajikan pada Gambar. Tabel. Pengeluaran Pangan Rumah TanggaBerdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun 0 No Pengeluaran pangan Padi-padian < GT -0 GT -0GT Rp/Kapita/tahun,97,0,,,97,0 Umbi-umbian 7, 9,790,7 Ikan/Udang/Cumi/Kerang 78,08,0,7 87,07 Daging,9 0,7 8,88 Telur dan Susu 0,07 88,88 978,89 Sayur-sayuran,9 9,897 77,8 7 Kacang-kacangan 8,707 9,07, 8 Buah-buahan 7, 8,77,87 9 Minyak dan Lemak 8, 0,88 9,79 0 Bahan Minuman 7,8 7, 8,00 Bumbu-bumbuan 9,7 9,,8,7 Konsumsi lainnya 8,7,80 8,

22 Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih Jumlah 7,8 90,9,79,7,7,,,07,,9,8,79 7,8,,,89 Sumber : Data Primer Diolah (0) Gambar. Prosentase pengeluaran pangan rumah tangga nelayan Konsumsi non pangan terdiri dari konsumsi rutin bulanan dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin bulanan adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya.

23 Konsumsi non pangan tertinggi yang dikeluarkan oleh rumah tangga nelayan adalah untuk aneka barang dan jasa yang meliputi lebih dari 0% total pengeluaran non pangan. Secara lengkap nilaipengeluaran non pangan rumah tangga nelayan di Kota Bitung pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada Tabel dan prosentase pengeluaran non pangan berdasarkan jenis pengeluaran disajikan pada Gambar. Tabel. Pengeluaran Rumah tangga Non Pangan Berdasarkan Ukuran di Kota Bitung, tahun 0 < GT No Pengeluaran non pangan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta Upacara/Kenduri Jumlah dan -0 GT -0GT Rp/Kapita/tahun 90,7,8,7,,00,8,0,,80,,8,,7 9,7-0,000-00,08 0,8,07 89,00 8,,88,0,0,,9,708,79,8 Sumber : Data Primer Diolah (0)

24 Gambar. Prosentase pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan Semakin besar armada penangkapan yang digunakan semakin besar pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan. Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk biaya pendidikan yang terdiri dari biaya transportasi berangkat dan pulang sekolah serta uang saku. Tingginya biaya transportasi disebabkan karena jauhnya jarak dari rumah ke sekolah dan minimnya sarana transportasi, sehingga menggunakan jasa angkutan ojeg motor..7 Maluku Tengah Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan di Kabupaten Maluku Tengah sebagian besar adalah untuk konsumsi pangan (lebih dari 0%). Pengeluaran konsumsi pangan untuk armada < GT adalah Rp 7.0.8/kapita/tahun, -0 GT adalah Rp /kapita/tahun dan armada -0 GT adalah Rp.9./kapita/tahun. Semakin besar armada penangkapan yang digunakan, proporsi pengeluaran untuk pangan semakin kecil. Sedangkan konsumsi non pangan

25 berturut-turut untuk ketiga kategori armada tersebut adalah Rp..7/kapita/tahun, Rp.07.7/kapita/tahun dan Rp.08.8/kapita/tahun. Prosentase perbandingan konsumsi pangan dan non pangan ketiga kategori armada kapal disajikan pada Gambar. pengeluaran pangan dan non pangan untuk setiap kategori armada penangkapan disajikan pada Tabel Gambar. Prosentase pengeluaran pangan dan non pangan di Kabupaten Maluku tengah Tabel. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku tengah, tahun 0 < GT No. Pengeluaran (Rp/kapita /tahun) % -0 GT (Rp/kapita/tah un) -0 GT % (Rp/kapita/tah un) % Pangan 7,0,8 9. 7,0,97.,9,.7 Non Pangan,,7 0.8,07,7.8,08, ,9, ,8, 00.00,, Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (0) Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan umbi-umbian, untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga nelayan. Serta konsumsi untuk tembakau juga merupakan konsumsi tertinggi yang dikeluarkan keluarga nelayan. Secara lengkap nilai pengeluaran pangan nelayan untuk berbagai

26 ukuran armada per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel dan prosentase pengeluaran berdasarkan jenis pengeluaran disajikan pada Gambar. Tabel. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku Tengah, tahun 0 No Pengeluaran pangan Padi-padian < GT -0 GT -0GT Rp/Kapita/tahun,8,77,80,,90,70 Umbi-umbian,7 9,7 8,09 Ikan/Udang/Cumi/Kerang 80,89 889, 7, Daging 7,807 8,7,9 Telur dan Susu 8,77 00,08 0,90 Sayur-sayuran,00 0,9 7,89,8 9,9 7,0 8,78 9,8,,8 78,7, 8, 7,79,7,8 9,88,7,98, 0,9, 8,08,8 9,9 07,09,7 990,8 7,0,8 7,0,97,9, Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih Jumlah Sumber : Data Primer Diolah (0)

27 Gambar. Prosentase pengeluaran pangan Konsumsi non pangan terdiri dari konsumsi rutin bulanan dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin bulanan adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya. Konsumsi non pangan tertinggi yang dikeluarkan oleh rumah tangga nelayan adalah untuk aneka barang dan jasa yang meliputi lebih dari 0% total pengeluaran non pangan. Secara lengkap struktur pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada Tabel 7 dan prosentase pengeluaran non pangan berdasarkan jenis pengeluaran disajikan pada Gambar. 7

28 Tabel 7. Struktur Pengeluaran Rumah tangga Non Pangan Berdasarkan Ukuran di Kabupaten Maluku Tengah tahun 0 No Pengeluaran non pangan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama < GT -0 GT -0GT Rp/Kapita/tahun 77,0 8,8,,9,98,00,0,00,,9 7,9, 8,00 8, -,889 Pajak, Pungutan dan Asuransi 7,9 7, 89, Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri,08 7,8,0 Jumlah,,7,07,7,08,8 Sumber : Data Primer Diolah (0) Gambar. Prosentase pengeluaran non pangan 8

29 Rincian pengeluaran non pangan untuk aneka barang dan jasa terdiri dari biaya untuk perlengkapan mandi dan cuci serta pengeluaran untuk biaya pendidikan. Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk biaya pendidikan yang terdiri dari biaya transportasi berangkat dan pulang sekolah serta uang saku. Tingginya biaya transportasi disebabkan karena jauhnya jarak dari rumah ke sekolah dan minimnya sarana transportasi, sehingga menggunakan jasa angkutan ojeg motor..8 Sorong Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan untuk kelompok armada<gt yakni untuk pangan sebesarp...7/kapita/tahun (9%) dan non pangan Rp...98/kapita/tahun (%). Pengeluaran konsumsi rumah tangga nelayan untuk kelompok armada -0 GT dan -0 GT sebagian besar dikeluarkan untuk kebutuhan pangan yaitu masing-masing sebesar Rp..0.9/kapita/tahun pengeluaran non (%) pangan dan yang Rp /kapita/tahun dikeluarkan oleh (8%). masing-masing Sedangkan sebesar Rp..8.90/kapita/tahun (8%) dan RP.../kapita/tahun (%). Struktur pengeluaran pangan dan non pangan secara lebih lengap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Ukuran Kota Sorong, tahun 0 < GT -0 GT -0 GT No. Pengeluaran (Rp/kapita/tahun) % (Rp/kapita/tahun) % (Rp/kapita/tahun) % Pangan %.0.9 % % Non Pangan % % % Total 00% 00% 00% Sumber : Data Primer (diolah), 0 Konsumsi pangan responden terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi bahan lainnya. Konsumsi makanan yang dimaksudkan adalah nilai konsumsi makanan yang dikonsumsi keluarga, yang terdiri dari karbohidrat/bahan pokok, protein hewani, protein nabati dan bahan lain yang sehari-hari dikonsumsi. konsumsi makanan ini dihitung untuk jangka waktu satu tahun. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh responden adalah beras dan untuk protein hewani seperti daging, ikan dan telur. Sedangkan protein nabati terdiri dari tempe dan tahu, serta bahan lain terdiri dari sayur-sayuran, rokok, susu, minyak goreng, buah-buahan, gula, kopi, teh, bumbu, makanan jadi dan minuman. Diantara berbagai jenis konsumsi pangan, alokasi pengeluaran untuk pangan sumber karbohidrat masih dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga 9

30 nelayan. Serta konsumsi untuk tembakau juga merupakan konsumsi tertinggi yang dikeluarkan keluarga nelayan. Secara lengkap pengeluaran nelayan untuk berbagai ukuran armada per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Struktur Pengeluaran Pangan Rumah TanggaBerdasarkan Ukuran di Kota Sorong, tahun 0 No Pengeluaran Pangan Padi-padian Umbi-umbian Ikan/Udang/Cumi/Kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Makanan dan Minuman Jadi Tembakau dan Sirih < GT GT (Rp/kapita/tahun) -0 GT Sumber : Data Primer (diolah), 0 Konsumsi non pangan responden adalah konsumsi rutin dan konsumsi tahunan. Konsumsi rutin adalah konsumsi berupa rekening listrik, rekening telepon/pulsa, pendidikan, bensin/solar, elpiji/minyak tanah, perlengkapan mandi dan cuci serta lainnya. Pengeluaran tertinggi untuk kebutuhan non pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk berbagai ukuran kelas armada adalah untuk kebutuhan aneka barang dan jasa serta kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga seperti kebutuhan untuk telepon, listrik serta kebutuhan cuci dan mandi. Secara lengkap struktur pengeluaran non pangan rumah tangga nelayan pada berbagai kelas armada dapat dilihat pada Tabel 0. Tabel 0. Struktur Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Ukuran di Kota Sorong, tahun 0 No Pengeluaran Non Pangan < GT -0 GT -0 GT (Rp/kapita/tahun) Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa

31 Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak, Pungutan dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri.8.. Sumber : Data Primer Diolah (0) Pada kelas armada < GT pengeluaran terbesar ada pada aneka barang dan jasa, pada armada -0 GT dan -0 GT pengeluaran terbesar terdapat pada perumahan dan fasilitas rumah tangga.

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA Data pola konsumsi rumah tangga miskin didapatkan dari data pengeluaran Susenas Panel Modul Konsumsi yang terdiri atas dua kelompok, yaitu data pengeluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai kebutuhan yang tiada henti, karena memang pada dasarnya manusia tidak lepas dari kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam 57 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitiannya penulis menggunakan data analisis dan interprestasi dari arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya sudah merupakan kebiasaan. Prevalensi konsumsi rokok cenderung meningkat dari

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015 No. 06/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015 Terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di Bali pada September 2015 jika dibandingkan dengan 2015. Tingkat kemiskinan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain variabel konsumsi rumahtangga yang membedakan pada tiap klasifikasi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia yaitu mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 59/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 47/07/35/Th.XIV, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,23 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan dibandingkan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 682,71 RIBU ORANG Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 06/01/35/Th.XIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan September 2014 dibandingkan turun sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/09/18/TH.VII, 15 September 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2015 mencapai 1.163,49 ribu orang (14,35 persen), bertambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 1 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kabupaten Batang Bulan 2016 0,42 persen No. 07/Th. XVI, Juli 2016 Pada bulan 2016 di Kabupaten Batang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM 3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG No. 02/Th. XVII, Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kabupaten Batang Bulan Januari 2017 1,04 persen Pada bulan Januari 2017 di

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 05/01/35/Th.XIV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan September 2015 dibandingkan turun sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014 No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 185,20 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 45/07/35/Th.XV, 17 Juli 2017 Profil Kemiskinan Di Jawa Timur Maret 2017 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,08 Poin Persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan Maret 2017

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA DESA SAWAH BERBASIS PADI

PERUBAHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA DESA SAWAH BERBASIS PADI PERUBAHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA DESA SAWAH BERBASIS PADI Sri Hastuti Suhartini PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 61/11/76/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 MAMUJU DEFLASI 0,17 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 43/09/61/Th. XIII, 1 September 2010 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/33/Th. X, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 13,32 PERSEN Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Juni 2016 INFLASI 0,38 Persen Bulan Juni 2016 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi 0,38 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Desa Ciparigi Wilayah Desa Ciparigi menurut data umum dan geografis merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukadana, yang berbatasan dengan Kecamatan Cisaga dan

Lebih terperinci

KABUPATEN BANJARNEGARA

KABUPATEN BANJARNEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA No.04/XI/17. April 2017 BULAN MARET 2017 KOTA BANJARNEGARA MENGALAMI DEFLASI 0,08 PERSEN Pada bulan Maret 2017 Banjarnegara terjadi deflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th. XIV, 2 Juli 2012 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.57/07/64/Th.XX,17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN BPS KOTA TEGAL 7 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN di Kota Tegal terjadi Inflasi sebesar 0,90 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA SEPTEMBER TAHUN 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 DEFLASI 1,08 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 DEFLASI 1,08 PERSEN No. 036/63/09 Th. III, 02 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 DEFLASI 1,08 PERSEN Di kota Tanjung, pada bulan Oktober 2016 mengalami deflasi sebesar 1,08 persen. Laju

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 No. 05/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 186,53 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVI, 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2013 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nomor 51/07/21/Th. XII, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0.05 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0.05 PERSEN No.01/10/Th. II, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA MAGELANG BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0.05 PERSEN Kota Magelang pada bulan September 2015 mengalami deflasi 0,05 persen

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 37/08/61/Th. XIV, 5 Agustus 2011 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER BANTEN INFLASI 0,11 PERSEN Mengakhiri tahun harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG No.04/01/3327/2015. 5 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN PEMALANG Bulan Desember 2014 Inflasi 1,92 persen Pada, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017 No. 46/07/51/Th. X, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017 Terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di Bali pada 2017 jika dibandingkan dengan September 2016. Tingkat kemiskinan pada 2017

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 22/04/73/Th. XIX, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI MARET PROVINSI SULAWESI SELATAN INFLASI 0,50 PERSEN Pada et, Provinsi Sulawesi Selatan terjadi inflasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/TH.VII, 2 Januari 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2014 Angka kemiskinan Lampung pada September 2014 sedikit mengalami penurunan dibanding Maret 2014 yakni dari

Lebih terperinci

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 64/09/35/Th.XIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan dibandingkan September 2014 naik sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATSTK KOTA DEPOK Maret 2014 Bulan Februari 2014 di Kota Depok terjadi nflasi sebesar 0.54 persen dengan indeks harga konsumen (HK) sebesar 112.13 persen. Dari 7 (tujuh) kelompok tercatat

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 44/09/31/Th XVII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XV, 2 Januari 2012 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH. BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2016 No. 08/07/18/TH.VIII, 18 Juli 2016 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 05/01/33/Th. XI, 3 Januari 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 13,19 PERSEN Pada bulan ember 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 56 Lampiran I KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014 Identitas Keluarga 1. Nama : 2. Pendidikan :

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan Januari 2016 INFLASI 0,43 Persen Bulan Januari 2016 di Kabupaten Kendal terjadi Inflasi 0,43 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 47/11/TH.XIX, 1 Nopember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,22 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA SEPTEMBER 2016 INFLASI PERSEN No. 10/10/33/16/Th.VIII, 4 Oktober 2016 Pada bulan September 2016 Kota Blora terjadi inflasi persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 11/12/1509/Th.II, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan November 2015, Inflasi Kabupaten Bungo Sebesar 0,07 Persen Pada Bulan November 2015, Kabupaten Bungo mengalami Inflasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kota Batang Bulan 2017 0,11 persen No. 05/Th. XVII, Mei 2017 Pada bulan 2017 di Kabupaten Batang terjadi

Lebih terperinci