INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN"

Transkripsi

1

2

3 1

4 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 2

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung dapat menyelesaikan penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Bangka Belitung Semester II Tahun 2013 tepat waktu. Kajian Fiskal Regional ini merupakan output kajian yang bersifat analistik atas tindak lanjut fungsi representasi Kementerian Keuangan sebagai pengelola fiskal di daerah sesuai amanah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Kajian Fiskal Regional ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharan yang dikeluarkan Sekretariat Direktorat Jenderal Perbendaharan Kementerian Keuangan. Selanjutnya Tim yang telah dibentuk melakukan pengumpulan data dan informasi dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan Kementerian Keuangan dan mengolahnya menjadi suatu kajian dengan berkomunikasi dengan Regional Economist yang telah ditunjuk. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian KFR ini, khususnya kepada Regional Economist wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, Prof.Dr.Bernadette Robiani. Kami menyadari Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu saran dan masukan semua pihak sangat kami harapkan guna perbaikan dalam penyusunan kajian yang sama di periode berikutnya. Harapan kami kiranya Kajian Fiskal Regional ini dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bagka Belitung termasuk pemda dan Unit Eselon I Kementerian Keuangan (BKF, DJA, DJPK), khususnya dalam mempertajam analisis dari suatu kebijakan. Pangkalpinang,28 Maret 2014 Plt. Kepala Kantor, Sakop NIP

6 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 4

7 DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar. i Daftar isi. ii Daftar Grafik.. iii Daftar Tabel v Ringkasan Eksekutif xi BAB I Perkembangan Indikator Ekonomi Regional... 1 A. Perkembangan Indikator Regional 1 1. Produk Domestik Regional Bruto Inflasi Gini Ratio Indeks Pembangunan Manusia(HDI) Laju Pertumbuhan Penduduk Ketenagakerjaan Kesejahteraan 25 B. Perkembangan Indikator Sektor Terpilih 27 BAB II Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat 43 A. APBN Tingkat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 43 B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi Kepulauan Bangka 45 Belitung C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi. 50 D. Pengelolaan BLU BAB III Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah 60 A. Profil APBD Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Berdasarkan Klasifikasi Urusan 71 B. Alokasi Dana Transfer Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 75 5

8 C. Alokasi Dana Dekonsentrasi Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama 75 D. Pengelolaan BLU Daerah.. 78 E. Manajemen Investasi Daerah Penerusan Pinjaman Kredit Program 83 BAB IV Analisis Fiskal Regional 86 A. Kebijakan Fiskal Kebijakan Alokasi Anggaran Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional Analisis Kebijakan Fiskal Tematik 91 B. Analisis Fiskal Analisis Pendapatan Analisis Belanja Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah Analisis Anggaran Belanja Sektoral Silpa dan Pembiayaan 106 BAB V Penutup. 109 A. Kesimpulan B. Rekomendasi. 109 Lampiran 6

9 DAFTAR GRAFIK Hal. Grafik 1.1 Distribusi Persentase PDRB Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan 6 Bangka Belitung Tahun 2013 Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang 7 Dihitung ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 Grafik 1.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Bangka 7 Belitung Tahun 2013 Grafik 1.4 Inflasi Kota Pangkalpinang dan Inflasi NasionalTahun Grafik.1.5 Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.6 Estimasi Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun Grafik 1.7 Estimasi Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.8 Struktur Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.9 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.10 Garis Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Tamu yang Menginap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.12 Perkembangan TPK Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.13 Perkembangan TPK Menurut Klasifikasi Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Grafik 1.14 Perbandingan Laju PDRB terkait Pariwisata dengan Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Grafik 2.1 I- Account Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Grafik 2.2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 47 Grafik 2.3 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga Semester II Grafik 3.1 APBD Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi 69 Grafik 3.2 Persentase Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun

10 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Porsi Alokasi Pagu Terbesar APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun Perkembangan Pagu Terbesar APBD Provinsi Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun Alokasi dana DK, TP dan UB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan APBD Tahun Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Alokasi Belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA

11 Tabel 1.1 Tabel 1.2 DAFTAR TABEL Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun PDRB Per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun Tabel 1.3 Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten/Kota Menurut Harga Konstan Tahun Wilayah Bangka Belitung 4 Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Penawaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 1.6 Inflasi Indonesia dan Kota Pangkalpinang Tahun 2013 (mtm) 11 Tabel 1.7 Indeks Pembangunan Manusia Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun Tabel 1.8 Komponen IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan Tabel 1.9 Komponen IPM Kabupaten/Kota Wilayah Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan Tabel 1.10 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Dan Kegiatan Terbanyak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 1.11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 23 Tabel 1.12 Jumlah Obyek Wisata per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 24 Tabel 1.13 Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA Tabel 1.14 Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA Tabel 1.15 Laju PDRB Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan terkait dengan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA Tabel 1.16 APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA Tabel 1.17 APBD Urusan Pekerjaan Umum dan Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA Tabel 2.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN (I-Account) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Pajak Tahun Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 46 Tabel 2.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Hal. 9

12 Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun (menurut Fungsional Kementerian/ Lembaga) 49 Tabel 2.5 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga 51 Semester II Tabel 2.6 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 2.7 Belanja Pemerintah Pusat Semester II Tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Fungsi 55 Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Di Propinsi Bangka Belitung Tahun 2012 dan Tabel 2.9 Daftar Satker PNBP dengan nilai aset terbesar Tahun Anggaran 2012 dan Tabel 2.10 Perbandingan Estimasi Pendapatan dengan Realisasi PNBP Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan Tabel 2.11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan Tabel 2.12 Perkembangan Aset Tetap Satker PNBP Tahun Tabel 3.1 I-account APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.2 Realisasi APBD se-provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.4 Alokasi Dana Transfer pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.5 Alokasi Dana dan Realisasi Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.6 Profil BLU Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 3.7 Perkembangan Aset RSU Daerah Depati Hamzah Tahun Tabel 3.8 Perkembangan Pagu PNBP RSU Daerah Depati Hamzah Tahun Tabel 3.9 Perkembangan Pagu RM RSU Daerah Depati Hamzah Tahun Tabel 3.10 Perkembangan Total Pagu RSUD Depati Hamzah Tahun Tabel 3.11 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 81 Tahun 2013 Tabel 3.12 Perkembangan Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

13 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Penyaluran Kredit Program Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 84 Tahun 2013 Penyaluran KUMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, APBD dan APBN Tahun Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA Pertumbuhan Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA Persentase Perbandingan Belanja Fungsi Pariwisata dan Budaya dengan APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 93 TA 2013 Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tahun Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Dana Kelolaan Belanja Non PegawaiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Belanja Modal APBN APBDProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Belanja Terhadap PopulasiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Belanja PegawaiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Belanja Modal APBN APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 97 Rasio Belanja Sektoral terhadap Kontribusi sektor Kepada 98 PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

14 Tabel 4.20 Ruang Fiskal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.21 Rasio PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.22 Rasio Dana Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.23 Rasio Alokasi Belanja Pelayanan Publik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.24 Rasio Belanja Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.25 Pertumbuhan fasilitas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.26 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Medis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.27 Pertumbuhan Angka Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.28 Rasio Belanja Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.29 Pertumbuhan Partisipasi Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.30 Pertumbuhan Jumlah Guru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.31 Pertumbuhan Jumlah Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.32 Pertumbuhan jumlah buta huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.33 Rasio Belanja Kesejahteraan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.34 Pertumbuhan HDI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.35 Pertumbuhan Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.36 Rasio Belanja Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.37 Pertumbuhan NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.38 Pertumbuhan Produksi Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.39 Rasio surplus / defisit terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.40 Rasio SILPA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.41 Rasio Pinjaman Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tabel 4.42 Rasio Keseimbangan Primer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

15 13

16 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 14

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membuka kesempatan bagi daerah untuk mengarahkan kebijakan publiknya menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah yang dimilikinya. Berkenaan dengan hal tersebut informasi dan gambaran mengenai kondisi keuangan dan perekonomian daerah menjadi penting untuk dikaji dengan variable-variabel yang ada dan terukur. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka menjalankan fungsi representasi Kementerian Keuangan sebagai pengelola fiskal di daerah sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung telah menyusun suatu kajian yang dapat memotret profil maupun dinamika kondisi fiskal Provinsi Bangka Belitung, yaitu Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun KFR tersebut antara lain bersisi indikator-indikator ekonomi sebagaimana dibawah ini. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. PDRB triwulan IV tahun 2013 hanya sebesar 4,78%, terjadi perlambatan dari periode sebelumnya yang mencapai sebesar 6,1% (yoy) pada periode yang sama di tahun Pada akhir Semester II 2013, inflasi di Kota Pangkalpinang (menggambarkan inflasi untuk Provinsi Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 8,71% (yoy), termasuk kategori tinggi di Indonesia, diatas inflasi nasional yang pada periode sama yaitu sebesar 8.38% (yoy). Gini Ratio tahun 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,313 berarti memiliki koefisien gini ratio dengan kategori sedang. Jika dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar 0,413) untuk periode yang sama, maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tingkat koefisien gini ratio lebih rendah. Hal ini memberikan indikasi bahwa distribusi pendapatan antar penduduk yang berpendapatan rendah dan penduduk yang berpendapatan tinggi cukup merata dan jurang pemisahnya tidak terlalu jauh untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan nasional. 15

18 Tingkat kesejahteraan suatu wilayah dapat diukur dari prosentase penduduk miskin di wilayah tersebut. Pada periode 2010 sampai Maret 2013 jumlah penduduk miskin menurun sebesar 24,92 persen. Hal ini menunjukkan kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi besar bagi sektor pariwisata Indonesia karena keindahan pantainya selain Bali, Lombok yang sudah lebih dulu terkenal. Harus diakui, bahwa Bangka Belitung mulai terkenal secara luas setelah demam film Laskar Pelangi yang diambil dari novel karangan Andrea Hirata. Momen ini menjadikan peluang besar bagi sektor pariwisata yang ada di Bangka Belitung. Sektor pariwisata merupakan modal bagi suatu daerah untuk dapat meningkatkan PAD. Anggaran bagi sektor pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD masih kurang dari 1%, ini menunjukkan masih kurangnya dana bagi sektor ini jika pemerintah daerah ingin menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi Provinsi Bangka Belitung. Terkait dengan dana APBN sebagai stimulus perekonomian, pagu belanja APBN Tahun Anggaran 2013 yang dialokasikan di Provinsi Bangka Belitung sebesar Rp 2,14 triliun dengan pagu terbesar diberikan pada Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 639 miliar). Dari pagu sebesar Rp 2,14 triliun tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp 2,03 triliun (95%) melebihi target realisasi national sebesar 90%. Total pendapatan pada APBD Tahun Anggaran 2013 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebesar Rp 5,94 triliun. Dari total pendapatan tersebut, sebesar Rp 4,731 triliun (79,6%) bersumber dari Dana Transfer. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer cukup besar. Satu satunya BLU yang ada di Provinsi Bangka Belitung adalah RSUD Depati Hamzah (BLUD). Pagu PNBP yang dianggarkan RSUD Depati Hamzah mengalami peningkatan sebesar 37,81% pada Tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011 (pada awal pendiriannya sebagai BLUD). Tahun 2013 pagu PNBP meningkat sebesar 13,95% dibandingkan dengan tahun Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pelayanan kesehatan. Pada gilirannya pelayanan kesehatan yng lebih baik dapat menunjang tujuan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 16

19 Terkait dengan investasi pemerintah, sampai dengan akhir Semester II tahun 2013, piutang pemerintah pusat kepada debitur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (4 PDAM dan 1 Pemkab) adalah sebesar Rp16,21 milyar. 17

20 Pantai Parai Senggigi Kabupaten Bangka 18

21 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 19

22 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL A. Perkembangan Indikator Regional 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu daerah tertentu, dan merupakan salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan jenis harganya, PDRB terbagi menjadi dua yaitu : PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB Nominal) dan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB Riil). PDRB Nominal menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB Riil menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Semakin besar kenaikan produk domestik regional bruto suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonominya. Perkembangan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun Wilayah 2012* 2013** I II III IV I II III IV Provinsi Bangka Belitung 5,87 5,88 5,08 6,11 6,10 5,52 4,80 4,78 Nasional 6,33 6,34 6,21 6,18 6,03 5,76 5,63 5,72 Sumber : BPS Pusat dan BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara 20

23 Pada umumnya, perekonomian Indonesia di tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun Hal ini disebabkan bergejolaknya pasar keuangan global karena issue pengurangan stimulus di negara Amerika Serikat pada awal tahun 2013 yang memicu aksi spekulasi dan mendistorsi pasar, namun pada akhir triwulan IV 2013 terdapat kepastian dari The FED, Bank Sentral Amerika Serikat yang mengumumkan rencana pengurangan stimulusnya secara bertahap sehingga kepastian ini tidak melemahkan pasar. Begitu pula terhadap tekanan permintaan yang melambat sejak 2010 diikuti dengan rendahnya harga komoditas, memberi andil yang cukup besar terhadap melemahnya kinerja perdagangan global. Demikian pula kondisi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan imbas dari gejolak perekonomian nasional. Di samping itu, pengaruh kondisi cuaca yang tidak kondusif juga berperan dari sisi permintaan maupun penawaran sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi secara umum. Laju pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun dapat dilihat pada lampiran 1, di mana menurut PDRB Riil kabupaten Belitung yang paling tertinggi pertumbuhan PDRB tahun 2012 sebesar 7,71%, dan berada di atas pertumbuhan PDRB Provinsi sebesar 5,72%. Sedangkan pertumbuhan PDRB terendah pada tahun 2012 adalah kabupaten Bangka Selatan sebesar 5,60% yang berada di bawah pertumbuhan provinsi sebesar 5,72%. Laju pertumbuhan PDRB di kabupaten Belitung paling besar didapatkan dari sektor pertanian dan sektor industri. Sepanjang tahun 2010 hingga 2011, pertumbuhan PDRB tertinggi ada di kabupaten Bangka Selatan yaitu sebesar 7,57% di tahun 2011 dan sebesar 6,98% di tahun Perekonomian di Bangka Selatan masih ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di Bangka Selatan, sedangkan untuk sektor sekunder yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan. Untuk tahun 2013 kami belum dapat memperoleh data pertumbuhan PDRB di setiap kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari BPS (Badan Pusat Statistik) setempat 21

24 karena masih dalam proses dan baru dapat dirilis sekitar bulan Mei atau Juni PDRB per kapita merupakan salah satu indikator ukuran kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk secara makro di suatu wilayah. PDRB per kapita menurut harga berlaku Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 11,53% dibandingkan PDRB menurut harga berlaku tahun Kenaikan ini masih lebih kecil jika dibandingkan kenaikan PDRB per kapita nasional menurut harga berlaku sebesar 11,95%. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara makro lebih sedikit dibandingkan kenaikan pendapatan penduduk secara nasional, terlihat dari PDRB per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya sebesar Rp ,- dibandingkan PDRB perkapita secara nasional sebesar Rp ,-. Sedangkan PDRB perkapita untuk harga konstan mengalami kenaikan di tahun 2013 sebesar 5,29%, jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan PDRB perkapita secara nasional sebesar 7,28%. Hal ini berarti kenaikan pendapatan riil penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di tahun 2013 jauh lebih kecil dengan kenaikan secara nasional. Tabel 1.2 PDRB Per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun PDB/Kapita * 2013** Atas Dasar Harga Berlaku Prov. Kep Bangka Belitung Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Prov. Kep Bangka Belitung Nasional Sumber : BPS Pusat dan BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara Untuk PDRB per kapita kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Bangka Belitung menurut harga konstan terlihat pada tabel 1.3 di bawah. PDRB perkapita yang terbesar terdapat di Kabupaten Bangka Barat, baik untuk tahun 2010 sampai tahun Hal ini dikarenakan 22

25 kabupaten Bangka Barat merupakan pusat pertambangan khususnya timah, dan banyak perkebunan kelapa sawit, karet serta lada. Sedangkan untuk kota Pangkalpinang PDRB per kapita masih berada di urutan tengah antara kabupaten yang lain, walaupun sebagai ibukota propinsi namun pendapatan per kapita penduduk kota Pangkalpinang bukan yang tertinggi, ini dikarenakan di kota Pangkalpinang tingkat kepadatan penduduk paling tinggi dan lapangan pekerjaan lebih banyak di sektor jasa. Tabel 1.3 Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten/Kota Menurut Harga Konstan Tahun Wilayah Bangka Belitung NO PROV/KAB/KOTA PDRB Perkapita (rupiah) *) 2012**) 1 Kabupaten Belitung , , ,26 2 Kabupaten Bangka , , ,18 3 Kabupaten Bangka Barat , , ,42 4 Kabupaten Bangka Tengah , , ,30 5 Kabupaten Bangka Selatan , , ,26 6 Kabupaten Belitung Timur , , ,54 7 Kota Pangkalpinang , , ,39 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara a. PDRB sisi Permintaan Di sisi permintaan, pertumbuhan PDRB triwulan III Tahun 2013 pada konsumsi rumah tangga mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama pada tahun Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga di triwulan III 2013 adalah sebesar 6,63% (yoy), naik sedikit bila dibandingkan periode sebelumnya 6,62% (triwulan II Tahun 2013). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mengalami kenaikan dari 6,5% (triwulan III Tahun 2012). Kenaikan yang sedikit pada konsumsi rumah tangga ini diakibatkan karena melambatnya sektor utama di tengah tingginya laju inflasi. Pertumbuhan pengeluaran untuk konsumsi pemerintah pada triwulan III 2013 sebesar 5,28%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 5,68%. Pertumbuhan pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) memberikan kontribusi positif dengan adanya peningkatan pertumbuhan investasi sebesar 5,71% dari periode sebelumnya sebesar 23

26 No. 5,48%. Pertumbuhan investasi terutama terjadi pada sektor non bangunan yang terindikasi dari tingginya impor mesin untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri pada triwulan tersebut. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi PMDN pada triwulan ini. Net ekspor juga mengalami kontraksi yang disebabkan melambatnya kegiatan ekspor di tengah meningkatnya impor antar pulau. Pemerintah membuka kran impor terhadap beberapa komoditi seperti gula pasir dan daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Komponen Pengeluaran Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun I II III IV I II III IV 1 Konsumsi Rumah Tangga 7,01 6,68 6,46 5,81 6,48 6,4 6,62 6,63 6,58 6,56 2 Konsumsi Lembaga Non Profit 5,19 5,88 6,07 6,55 5,93 5,3 4,08 3,93 3,3 4,14 3 Konsumsi Pemerintah 5,64 6,15 6,27 4,93 5,74 6,65 5,68 5,28 3,56 5,27 4 PMTDB 7,56 7,84 8,09 3,99 6,83 4,29 5,48 5,71 6,02 5,39 5 Perubahan Stok 506,91 82,19 18,98 70,49 73,37 73,4 12,83 10,68 9,05 13,81 6 Ekspor Barang dan Jasa -2,78-0,96 0,10 3,39-0,08-0,1 3,55 2,79 2,47 3,54 7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,04 4,29 4,03 6,18 4,64 4,6 5,19 5,82 4,88 5,61 PDRB 5,87 5,88 5,08 6,11 5,73 5,7 5,52 4,8 4,78 5,29 Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung 2013 Pada sisi permintaan, untuk periode triwulan IV tahun 2013, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih mengalami tekanan seiring dengan meningkatnya laju inflasi terutama yang terjadi pada bulan Desember Terganggunya ekspor timah ke luar negeri dan harga karet yang masih rendah secara signifikan mempengaruhi pendapatan masyarakat sehingga intensitas konsumsi yang dilakukan masyarakat relatif lebih rendah. Pertumbuhan investasi pada triwulan ini mengalami peningkatan terutama terjadi pertumbuhan pada investasi non bangunan yang terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan impor mesin untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Ekspor bersih masih mengalami kontraksi pada periode ini yang diakibatkan melambatnya ekspor di tengah meningkatnya pertumbuhan impor luar negeri. Pertumbuhan ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Triwulan IV 2013 sebesar 2,47% (yoy), pertumbuhan ini masih lebih lambat bila 24

27 dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,79%. Hal ini disebabkan harga komoditas perkebunan yang masih belum meningkat secara signifikan sehingga pertumbuhan ekspor karet beserta olahannya masih berjalan lamban. Sedangkan untuk komoditas timah walaupun secara volume telah mengalami peningkatan, namun masih belum sepenuhnya normal akibat dari pasca penerapan aturan tentang ekspor timah yang mana penjualannya harus dilaksanakan melalui bursa komoditas. Untuk impor juga mengalami perlambatan pertumbuhan yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88% bila dibandingkan periode sebelumnya yang mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 5,82%. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tidak kondusif akibat gelombang tinggi yang terjadi pada bulan Desember 2013 sehingga mengakibatkan terjadinya penutupan pelabuhan untuk beberapa hari. Dari sisi permintaan, pertumbuhan investasi di Bangka Belitung memegang kontribusi yang paling besar terhadap pertumbuhan PDRB di propinsi ini tahun 2013, disusul dengan konsumsi rumah tangga. Besarnya distribusi pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh adanya investasi dari 12 PMA dan 1 PMDN. Grafik 1.1 Distribusi Persentase PDRB Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah b. PDRB sisi Penawaran 25

28 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dihitung atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha tahun 2013 dapat dilihat pada grafik 1.2 di bawah ini. Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang Dihitung ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah Secara umum PDRB yang dihitung dari sisi penawaran pada triwulan III Tahun 2013 mengalami perlambatan bila dibandingkan triwulan 26

29 sebelumnya atau periode yang sama pada Tahun Pertumbuhan PDRB triwulan III Tahun 2013 hanya mencatatkan angka sebesar 4,80% (yoy), sementara untuk triwulan II Tahun 2013 tumbuh sebesar 5,53% (yoy) dan triwulan III Tahun 2012 tercatat sebesar 5,1% (yoy). Dari sembilan sektor yang menjadi komponen perhitungan hanya sektor jasa yang mencatatkan pertumbuhan positif pada periode tersebut. Penyebab perlambatan dari sektor pertanian dipengaruhi kinerja subsektor perkebunan sebagai imbas atas menurunnya harga karet dan CPO di pasar internasional akibat masih belum pulihnya industri manufaktur di negara-negara maju sehingga persediaan karet dunia melimpah. Di sektor pertambangan dan penggalian, penyebab perlambatan akibat adanya ketentuan dari pemerintah yang mengharuskan ekspor timah harus melalui Bursa Komoditi terhitung sejak tanggal 30 Agustus 2013 yang mensyaratkan kualitas timah yang tinggi dan asal kuasa penambangan. Hal ini untuk menekan penambangan-penambangan timah ilegal yang akhir-akhir ini marak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pemerintah memperketat izin pertambangan dan tidak memperpanjang izin salah satu perusahaan tambang timah terbesar. Pemerintah berusaha untuk mengurangi pembukaan tambang-tambang baru dalam rangka menghindari kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari penambangan tersebut. Dampak dari penurunan produksi di sektor pertambangan dan penggalian berimbas pada sektor industri pengolahan dengan turunnya aktivitas pada industri pengolahan timah (smelter). Sementara sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perlambatan akibat adanya kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) tahap II yang mulai diberlakukan pada bulan Juli 2013 oleh pemerintah. Sektor bangunan juga turut mengalami penurunan akibat dari menurunnya pendapatan masyarakat yang notabene sebagian besar penghasilan mereka disumbangkan dari sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian subsektor perkebunan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami penurunan yang disebabkan aktivitas perdagangan dan pariwisata mengalami penurunan. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit mengalami penurunan yang disebabkan terjadi penurunan sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian cukup memberikan dampak akibat penurunan produksi timah dan 27

30 No. lesunya perdagangan komoditas kelapa sawit serta karet sehingga beberapa aktivitas seperti angkutan dan jasa perbankan juga turut mengalami imbasnya. Sementara sektor jasa mengalami peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang disebabkan meningkatnya kinerja subsektor jasa pemerintah seiring dengan mulai meningkatnya realisasi APBN dan APBD. Lapangan Usaha Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Penawaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun I II III IV I II III IV 1 Pertanian 8,74 8,13 7,38 6,98 7,79 6,87 7,74 7,73 7,35 7,43 2 Pertambangan dan Penggalian 3,79 2-1,58-0,77 0,82-0,72-0,51-0,58 1,68-0,04 3 Industri Pengolahan 0,21 0,64 1,66 6,31 2,21 6,98 5,03 2,62 1,02 3,85 4 Listrik, gas & air 11,62 5,18 6,65 6,69 7,47 5,92 6,61 4,35 3,87 5,16 5 Bangunan 9,95 10,7 12,43 8,96 10,50 7,32 7,04 4,76 6,6 6,40 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6, ,1 6,19 6,22 6,66 5,21 4,55 5,02 5,34 7 Pengangkutan & Komunikasi 9,72 10,52 8,5 9,2 9,47 8,45 8,2 7,78 6,62 7,74 8 Keuangan,prswaan & JS Prsh. 10,20 12,19 12,03 8,91 10,82 7,94 6,75 6,74 7,38 7,20 9 Jasa-jasa 6,76 8,04 7,53 9,04 7,86 8,61 7,81 8,88 7,45 8,18 PDRB dengan migas 5,87 5,88 5,08 6,11 5,73 6,1 5,52 4,8 4,78 5,29 Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung 2013 PDRB triwulan IV tahun 2013, sisi penawaran terjadi sedikit perlambatan dari periode sebelumnya sebesar 6,1% (yoy) dan masih lebih tinggi dari periode yang sama dari tahun 2012 yang hanya mencatatkan 4,78%. Perlambatan ekonomi masih terjadi pada sektor pertanian akibat dari imbas periode sebelumnya yaitu kinerja dari subsektor perkebunan yang masih belum membaik sehingga para petani enggan untuk melakukan penyadapan karena masih menunggu harga komoditas tersebut membaik. Masa panen raya untuk jenis tanaman bahan makanan yang telah berlalu ditambah dengan curah hujan yang cukup tinggi menambah tekanan pertumbuhan pada sektor tersebut. Seiring dengan membaiknya harga komoditas timah di pasaran internasional serta didukung oleh pelaku usaha di bidang ini yang sebelumnya masih menunggu implementasi mengenai ketentuan penerapan aturan ekspor timah yang baru, produksi timah pada 28

31 periode ini mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu hingga mencapai ton. Untuk sektor industri pengolahan masih mengalami perlambatan dari periode sebelumnya yang disebabkan menurunnya industri pengolahan karet sebagai dampak turunnya produksi karet mentah. Kemudian ditambah dengan pelaku usaha di bidang industri pengolahan minyak sawit masih menahan produksinya karena diyakini pada triwulan I tahun 2014 harga komoditas ini akan mengalami peningkatan. Sektor listrik, gas dan air bersih mengalami penurunan pertumbuhan, hal ini terjadi akibat adanya kenaikan TTL tahap III yang diberlakukan pada bulan September 2013 sehingga mempengaruhi konsumsi listrik pelanggan PLN. Sektor bangunan mengalami peningkatan pertumbuhan yang ditandai dengan kegiatan pembangunan non infrastruktur meningkat yang ditunjukan dengan peningkatan konsumsi semen dari periode sebelumnya. Hal ini disebabkan membaiknya pendapatan masyarakat seiring dengan sektor inti yang kembali bergairah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada periode ini juga kembali bergairah seiring dengan memasuki masa liburan akhir tahun dengan jumlah wisatawan yang masuk ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan hingga mencapai orang serta kembalinya aktivitas perdagangan berupa ekspor timah. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan dari periode sebelumnya karena dipengaruhi menurunnya aktivitas angkutan barang antar pulau akibat gelombang yang tinggi yang beberapa kali terjadi selama triwulan tersebut, bahkan pada bulan Desember 2013 sempat terjadi penutupan pelabuhan untuk beberapa hari. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Inflasi Secara umum inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang harus dapat di manage dengan baik oleh pemerintah. Inflasi/deflasi yang ekstrem dapat mengganggu perekonomian secara keseluruhan. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan 29

32 kenaikan harga) pada barang lainnya. Berdasarkan sifatnya, penyebab inflasi dapat dibedakan menjadi tiga komponen, yaitu : pertama, inflasi yang dipengaruhi oleh tekanan permintaan; kedua, volatile foods yang pergerakannya bergejolak; dan ketiga, administrated price yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Tabel 1.6 Inflasi Indonesia dan Kota Pangkalpinang Tahun 2013 (mtm) BULAN INDONESIA KOTA PANGKALPINANG IHK INFLASI IHK INFLASI Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahunan Sumber : BPS Pusat Inflasi di Kota Pangkalpinang sepanjang tahun 2013 bergerak fluktuatif dengan kecenderungan meningkat di pertengahan tahun, inflasi ini bergerak searah dengan inflasi nasional walaupun untuk beberapa bulan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Pada triwulan I tahun 2013 inflasi kota Pangkalpinang bergerak naik berbeda dengan inflasi nasional yang bergerak turun. Pergerakan inflasi kota Pangkalpinang dan nasional dapat dilihat pada grafik 1.4 di bawah. Pada bulan Februari 2013 inflasi naik menjadi sebesar 1,19% (mtm) dibandingkan bulan Januari yang hanya sebesar 1,25%. Tekanan pada bulan Januari dan Februari disebabkan karena bertepatan dengan perayaan Imlek dan pembatasan impor hortikultura. Tekanan ini berlanjut hingga bulan Maret. Di awal triwulan II inflasi menurun dibandingkan dengan triwulan I. Sekitar bulan April terjadi penurunan inflasi menjadi sebesar 0,66%, lebih 30

33 tinggi dibanding nasional yang deflasi 0,10%. Pada bulan ini terjadi panen raya sehingga terdapat banyak pasokan komoditas pertanian. Namun di akhir triwulan II yakni di bulan Juni 2013 inflasi bergerak naik, disebabkan kenaikan Tarif Dasar Listrik di bulan April, penerapan aturan cukai dan mulainya liburan sekolah. Sedangkan kenaikan inflasi terjadi di awal triwulan III yaitu bulan Juli 2013 mencapai 3,25% (mtm) yang disebabkan karena tahun ajaran baru dan persiapan memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1434 H, beberapa pasokan komoditas mengalami kenaikan harga seperti bumbubumbuan dan sayur mayur. Kemudian kenaikan harga BBM bersubsidi juga turut menambah tekanan inflasi yang menyebabkan komponen biaya transportasi untuk beberapa komoditas ikut mengalami peningkatan dan tarif angkutan baik angkutan darat maupun angkutan laut juga ikut memberikan sumbangan terhadap inflasi. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15% pada bulan Juli 2013 menambah beban masyarakat pada bulan Agustus Namun memasuki bulan September 2013, terjadi penurunan harga khususnya terhadap beberapa pasokan bahan makanan strategis. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada komoditaskomoditas favorit seperti jenis ikan-ikanan serta komoditas-komoditas yang dipasok dari luar pulau Bangka seperti komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang putih, cabai, sayur mayur, mie instant, minyak goreng, telur dan daging sapi. Kemudian panen raya yang terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menambah pasokan terhadap gudang-gudang Bulog sehingga menekan harga komoditas seperti beras di pasaran. Ongkos angkutan udara pasca hari raya Idul Fitri juga ikut menekan laju inflasi menjadi lebih terkendali. Faktor lain yang turut mendukung penurunan laju inflasi adalah karena faktor cuaca dan tingginya gelombang yang terjadi di bulan September 2013 yang lebih kondusif sehingga arus transportasi barang khususnya transportasi laut menjadi lebih lancar. Pada periode triwulan IV, meningkatnya tekanan inflasi pada bulan Oktober disebabkan oleh efek kebijakan pemerintah terkait tarif dasar listrik dan cukai rokok, efek depresiasi rupiah, efek turunan dampak kenaikan BBM subsidi dan TDL. Tekanan inflasi pada awal triwulan IV sebenarnya berada pada trend menurun. Rendahnya tekanan inflasi pada bulan 31

34 Oktober dan November 2013 terutama disebabkan oleh efek panen padi di sentra produksi Pulau Bangka. Komoditas beras tercatat mengalami deflasi sepanjang triwulan IV Namun demikian, meningkatnya tekanan permintaan pada bulan Desember 2013 seiring masuknya siklus liburan akhir tahun ditambah dengan gangguan pasokan komoditas antar pulau menyebabkan tekanan inflasi kembali meningkat pada bulan ini. Inflasi bulan Desember 2013 tercatat 1,25% (mtm), yang merupakan inflasi tertinggi selama triwulan IV Grafik 1.4 Inflasi Kota Pangkalpinang dan Inflasi Nasional Tahun 2013 Sumber : BPS Indonesia 3. Gini Ratio Tujuan dan arah dari pembangunan daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan dengan merumuskan kebijakan-kebijakan fiskal yang harus dilakukan oleh pemerintah. Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job adalah meningkatkan pendapatan masyarakat menengah ke bawah yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan merata. Gini ratio merupakan ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan agregat masyarakat. Nilai gini ratio adalah berkisar antara 0 sampai dengan satu (0<GR<1). Jika koefisien gini 32

35 mendekati nol menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan jika mendekati satu maka menunjukkan ketimpangan yang tinggi. Kriteria/kategori dari koefisien gini dibagi menjadi dengan keterangan sebagai berikut : GR < 0,3 kategori rendah 0,3 GR 0,5 kategori sedang GR > 0,5 kategori tinggi Semakin besar rasio gini maka distribusi pendapatan makin tidak seimbang, artinya jumlah penduduk dengan pendapatan yang tinggi sangat kecil dan jumlah penduduk yang berpendapatan rendah sangat besar. Grafik 1.5 Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Sumber : BPS Pusat Secara umum perkembangan gini ratio untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cenderung konstan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, yaitu pada kisaran sebesar 0,25 0,30, namun memasuki tahun 2013 gini ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan rasio menjadi 0,313. Hal ini menyebabkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang awalnya berada pada kategori rendah berubah menjadi wilayah yang memiliki koefisien gini ratio dengan kategori sedang. Selanjutnya apabila gini ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan ratarata nasional, maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tingkat koefisien gini ratio lebih rendah dari nilai gini ratio secara nasional. Hal ini memberikan indikasi bahwa distribusi pendapatan antar penduduk yang 33

36 berpendapatan rendah dan penduduk yang berpendapatan tinggi cukup merata dan jurang pemisahnya tidak terlalu jauh untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan nasional dan ini seyogyanya harus terus menjadi perhatian bagi pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk dapat memperkecil kesenjangan tersebut agar pemerataan pendapatan menjadi lebih baik. 4. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari kemampuan mereka mencapai tingkat hidup yang layak. Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan suatu wilayah dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara umum. Jika IPM semakin baik, maka secara otomatis sumber daya manusia (SDM) juga semakin baik. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Berikut adalah Indeks Pembangunan Manusia di wilayah Bangka Belitung tahun 2010 sampai Tabel 1.7 Indeks Pembangunan Manusia Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun Provinsi / Kabupaten Bangka 72,50 73,20 73,67 Belitung 73,36 73,80 74,13 Bangka Barat 70,07 70,50 70,94 Bangka Tengah 71,22 71,57 72,27 Bangka Selatan 66,97 67,40 67,73 Belitung Timur 71,96 72,40 72,87 Kota Pangkal Pinang 75,83 76,50 76,85 KEP. BANGKA BELITUNG 72,86 73,40 73,78 NASIONAL 72,27 72,77 73,32 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, Publikasi IPM 34

37 Tingkat pencapaian pembangunan manusia yang dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bagi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun secara nasional mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun 2010 sampai tahun 2012 maka IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melebihi IPM Nasional, ini menandakan bahwa program pembangunan ekonomi dan pembangunan di segala bidang telah menjadikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai salah satu provinsi baru yang mampu bersaing dengan provinsi lainnya. Tabel 1.8 Komponen IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012 No. Provinsi/Kab/Kota Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (tahun) (persen) (tahun) (ribu rupiah PPP) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Kep. Bangka Belitung 69,05 69,21 95,83 95,88 7,58 7,68 645,37 648,49 73,37 73,78 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung IPM Tabel 1.9 Komponen IPM Kabupaten/Kota Wilayah Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012 No. Provinsi/Kab/Kota Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (tahun) (persen) (tahun) (ribu rupiah PPP) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Bangka 67,85 68,06 96,65 96,71 8,00 8,10 645,87 648,92 73,23 73,67 2 Belitung 69,26 69,36 96,57 96,57 7,84 7,85 644,52 648,27 73,77 74,13 3 Bangka Barat 67,90 68,02 93,59 93,85 6,95 7,02 629,50 632,42 70,54 70,94 4 Bangka Tengah 68,05 68,19 95,95 96,79 6,96 7,17 635,69 638,52 71,63 72,27 5 Bangka Selatan 67,92 68,13 93,66 93,68 6,01 6,04 596,94 599,84 67,36 67,73 6 Belitung Timur 69,06 69,28 96,71 96,74 7,72 7,74 629,39 633,09 72,44 72,87 7 Kota Pangkal Pinang 70,54 70,65 98,20 98,22 10,03 10,05 645,50 648,52 76,54 76,85 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung IPM Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa untuk indeks kesehatan yang direpresentasikan dari angka harapan hidup, penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki angka harapan hidup mencapai usia 69,05 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 69,21 pada tahun Di tingkat kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki angka harapan hidup paling tinggi di antara kabupaten/kota lain dengan capaian angka sebesar 35

38 70,54 (2011) dan 70,65 (2012), sementara yang angka harapan hidup terendah terdapat pada Kabupaten Bangka sebesar 67,85 (2011) dan Kabupaten Bangka Barat sebesar 68,06 (2012). Angka ini masih cukup baik apabila dikaitkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh UNDP pada tahun 1996 untuk angka harapan hidup minimal pada usia 25 tahun dan maksimal pada usia 85 tahun. Komponen berikutnya adalah indeks pendidikan yang direpresentasikan dari angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah. Angka melek huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tercatat pada tahun 2011 sebesar 95,83 dan meningkat tipis pada tahun berikutnya sebesar 95,88 sementara untuk rata-rata lamanya sekolah berada pada angka 7,58 (2011) dan 7,68 (2012). Kota Pangkalpinang masih menduduki posisi teratas dalam indeks pendidikan untuk tingkat kabupaten/kota dengan capaian untuk angka melek huruf berada pada posisi 98,20 (2011) dan 98,22 (2012) serta rata-rata lamanya pendidikan berada pada level 10,03 (2011) dan 10,05 (2012). Sedangkan kabupaten/kota terendah terdapat pada Kabupaten Bangka Barat untuk angka melek huruf dengan nilai sebesar 93,59 (2011) dan Kabupaten Bangka Selatan sebesar 93,68 serta untuk rata-rata lamanya pendidikan kabupaten terendah berada pada Kabupaten Bangka Selatan dengan capaian sebesar 6,01 (2011) dan 6,04 (2012). Standar yang ditetapkan UNDP untuk indeks pendidikan sebesar nol sampai dengan seratus untuk angka melek huruf dan nol sampai dengan lima belas untuk rata-rata lamanya pendidikan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki nilai yang sangat baik dalam mengatasi buta huruf di wilayahnya namun untuk rata-rata lamanya pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum berada pada level yang telah ditetapkan. Data tersebut menunjukkan bahwa program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah pusat harus terus ditingkatkan oleh pemerintah daerah. Pemahaman kepada masyarakat akan arti pentingnya pendidikan sebagai bekal masa depan bagi generasi yang akan datang selalu terus disosialisasikan. Fasilitasi pendidikan baik berupa sarana dan prasarana, kuantitas dan kualitas guru, pemberian beasiswa kepada siswa-siswa berprestasi hendaknya selalu ditingkatkan untuk memenuhi standar dan kebutuhan dunia pendidikan sehingga 36

39 diharapkan kualitas pembangunan manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Komponen terakhir adalah indeks ekonomi yang diukur dari daya beli masyarakat/pengeluaran per kapita. Pengeluaran per kapita masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 tercatat sebesar rupiah dan meningkat tipis pada tahun berikutnya sebesar rupiah. Kabupaten/kota yang memiliki tingkat daya beli masyarakat tertinggi berada pada Kabupaten Bangka dengan besaran rupiah (2011) dan rupiah (2012). Sementara kabupaten yang memiliki tingkat daya beli yang rendah terdapat pada Kabupaten Bangka Selatan dengan besaran rupiah (2011) dan rupiah (2012). 5. Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data dari BPS Pusat, laju pertumbuhan penduduk untuk Provinsi Bangka Belitung sebesar 3,14% (tahun ). Jika dibandingkan tingkat Nasional, laju pertumbuhan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada di atas Nasional yang hanya sebesar 1,49% (tahun ). Artinya bahwa pertambahan penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih banyak dibandingkan dengan pertambahan penduduk secara nasional. Hal ini dimungkinkan dengan berkembangnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menarik penduduk dari wilayah lain untuk bermigrasi ke provinsi ini, selain juga tingkat kesehatan yang meningkat bagi ibu dan anak sehingga angka kematian bayi menurun. Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 sebanyak jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak jiwa (49,22 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak jiwa (50,78 persen). Estimasi jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung per kabupaten/kota dapat dilihat pada Grafik

40 Grafik 1.6 Estimasi Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Estimasi jumlah penduduk tahun 2013 per kabupaten/kota menggunakan proporsi dari jumlah penduduk kabupaten/kota tahun Berdasarkan asumsi tersebut, diperkirakan jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai jiwa pada tahun Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kab. Bangka yang diperkirakan mencapai jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan estimasi sebanyak jiwa. Proporsi penduduk di Kabupaten Bangka sebesar 22,66% dan di Kabupaten Belitung Timur sebesar 8,70%. Penyebaran penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum merata. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan penduduk tiap kabupaten/kota yang tidak sama. Kabupaten/Kota dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di Kota Pangkalpinang sebesar jiwa per km 2, angka ini jauh di atas jumlah penduduk pada kabupaten yang lain yang mencapai lebih dari dua puluh kali lipat dari rata-rata kepadatan penduduk di kabupaten yang lain. Kepadatan terendah terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan kepadatan penduduk 47 jiwa per km 2. Jumlah penduduk dan luas wilayah merupakan indikator penting dalam hal 38

41 penyebaran penduduk. Untuk kabupaten lainnya dapat dilihat pada grafik 1.8. Grafik 1.7 Estimasi Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Struktur penduduk di Indonesia dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun), walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika dibandingkan dengan lima tahun yang lalu dan angka harapan hidup yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur tahun baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif tidak produktif. Dalam istilah demografi, terdapat pengertian tentang angka ketergantungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif (15 64 tahun) dengan jumlah penduduk usia non produktif (di luar usia tahun) dikalikan seratus. Usian non produktif dimaksud adalah anak di bawah 15 tahun dan lansia di atas 64 tahun. Berdasarkan data dari BPS, angka ketergantungan Indonesia terus menurun, tahun 1971 sebesar 86, tahun 2000 menjadi 54, dan tahun 2010 sebesar 52. Artinya adalah pada tahun 2010 setiap 100 penduduk Indonesia usia produktif menanggung 52 penduduk usia non produktif. 39

42 Para ahli demografi memperkirakan dalam rentang tahun angka ketergantungan akan berada pada titik terendah sebesar 44. Hal ini terjadi sebagai dampak terjadinya baby boom atau keadaan banyaknya kelahiran secara membludak kemudian secara tajam tingkat kelahiran menurun karena berhasilnya program KB pada sekitar tahun Dan kemudian penduduk yang lahir sebagai bagian dari baby boom akan masuk pada kelompok usia produktif secara bersamaan. Dalam sejarah penduduk suatu Negara hal ini akan terjadi hanya satu kali, setelah tahun 2030 angka ketergantungan akan kembali naik karena mereka yang dulunya usia produktif akan menjadi lansia sebagai bagian dari kelompok usia non produktif. Bonus demografi menjadi dasar untuk meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan ekonomimelalui pemanfaatan sumber daya manusia. Pada rentang tahun , kita akan dipenuhi dengan usia produktif. Jika usia produktif yang ada adalah orang yang memiliki pendidikan, ketrampilan, pengetahuan yang baik maka Negara ini akan maju. Dan mereka dipastikan menjadi jumlah angkatan kerja yang sangat besar. Potensi angkatan kerja yang besar ini diharapkan dapat membawa kemajuan bangsa. Namun jika mereka tidak produktif, dengan kata lain pengangguran, pekerjaan tidak jelas, hura-hura, konsumsi narkoba dan terlibat perbuatan tidak baik lainnya, maka bonus demografi ini akan menjadi malapetaka. Grafik 1.8 Struktur Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

43 Demikian juga yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menyiapkan hal ini. Langkah yang harus ditempuh adalah menyiapkan anak-anak dan generasi muda saat ini menjadi manusia pembangunan yang produktif dalam arti sesungguhnya. Kita semua harus menyadari bahwa mereka menjadi bagian dari demografi tersebut dan menjadi asset pelaku pembangunan. Maka kita harus meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan budi pekerti yang baik. Banyaknya usia produktif merupakan potensi besar yang kita miliki dibandingkan dengan Negara-negara maju lainnya di dunia (kecuali China dan AS). 6. Ketenagakerjaan Pembangunan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki daerah tersebut, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dengan menempatkan penduduk sebagai salah satu modal dasar utama dalam pembangunan, maka masalah kependudukan perlu lebih mendapat perhatian. Penduduk yang berkualitas baik secara jasmani maupun rohani yang memiliki kemampuan dan ketrampilan akan sangat membantu dalam pembangunan itu sendiri. Dalam menggambarkan seberapa besar penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu daerah dapat dilihat dengan pendekatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tabel 1.10 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Dan Kegiatan Terbanyak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan di atas, bahwa TPAK pada periode Agustus 2011 sampai 41

44 Agustus 2013 mengalami penurunan, tercatat pada periode Agustus 2011 persentasenya sebesar 68,4%, berlanjut pada periode Agustus 2012 sebesar 63,38% dan pada periode Agustus 2013 turun menjadi 62,91%. Penurunan TPAK ini diimbangi dengan kenaikan TPT, pada periode Agustus 2011 tercatat sebanyak 3,61% kemudian pada periode Agustus 2012 sempat mengalami penurunan TPT menjadi 3,49% dan pada periode Agustus 2013 meningkat kembali menjadi 3,70%. TPAK tertinggi pada periode 2013 terjadi pada Kabupaten Bangka Barat dengan angka partisipasi mencapai 66,47%. Kota Pangkalpinang pada periode tersebut memiliki tingkat partisipasi terendah di antara kabupaten/kota yang lain yang hanya mencapai 60,37%. Sementara TPT tertinggi pada periode Agustus 2013 terdapat pada Kota Pangkalpinang yang memiliki tingkat pengangguran sebesar 6,7% dan TPT terendah dicapai oleh Kabupaten Bangka Selatan yang hanya mencatat tingkat penganggurannya sebesar 1,6%. Distribusi ketenagakerjaan di Provinsi Kep. Bangka Belitung pada periode Agustus 2013 didominasi oleh sektor pertanian. Penyerapan pada sektor pertanian mencapai 28,06% dari total tenaga kerja atau naik sebesar 0,52% dari periode Agustus Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restauran menyerap 18,49% atau turun 4,80% dari periode Agustus Pertumbuhan terpesat berasal dari sektor jasa kemasyarakatan yang tumbuh sebesar 22,06% dari periode Agustus 2012 dan memiliki kontribusi terhadap total tenaga kerja sebesar 15,94%. Sektor industri pengolahan mengalami kenaikan tipis pada periode Agustus 2013 sebesar 0,5% dibandingkan pada periode Agustus Tabel 1.11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : Bank Indonesia Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal. Kelompok formal mengalami kenaikan sebesar 6,27% (yoy) dibanding periode 42

45 sebelumnya. Sedangkan kelompok informal mengalami penurunan sebesar 1,84% (yoy) dari periode sebelumnya. a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat orang di bulan Agustus 2013, naik 8% (yoy) dari periode sebelumnya. Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau naik tipis 6,02% (yoy) dari periode sebelumnya. b. Kelompok Pekerja informal di bulan Agustus 2013 tercatat sebesar orang. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut: Berusaha sendiri turun 9,15%. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar naik 7,89%. Pekerja bebas turun 7,43%. Pekerja tidak dibayar naik 8,90%. Tabel 1.12 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : Bank Indonesia Kondisi cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut yang tinggi, belum stabilnya permintaan global terhadap komoditas-komoditas unggulan, adanya kebijakan baru mengenai perdagangan timah, dan meningkatnya inflasi menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran meningkat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 43

46 7. Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan suatu wilayah dapat diukur dari prosentase penduduk miskin di wilayah tersebut. Kemiskinan merupakan suatu masalah multidimesional yang sulit diukur sehingga perlu kesepakatan para pakar untuk merumuskan siapa si miskin, bagaimana solusi mengatasinya. Penduduk dikatakan miskin apabila hanya memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM) atau setara dengan 2100 kkal/kapita/hari. Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung penduduk yang hidup di bawah Garis Kemiskinan dinyatakan sebagai penduduk miskin atau persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan. Grafik 1.9 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002 sampai dengan 2012 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 2002 sampai dengan Maret 2012 jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 44

47 34,84 ribu orang, yaitu dari 106,2 ribu orang pada tahun 2002 menjadi 69,22 ribu orang pada Maret Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan hingga separuh dari 11,62 persen pada tahun 2002 menjadi 5,21 persen pada Maret Jumlah penduduk miskin pada periode 2010 sampai Maret 2013 jumlah penduduk miskin menurun sebesar 24,92 persen (lihat grafik 1.9). Hal ini menunjukkan kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2013 sebesar orang, menurun dari tahun 2012 sebesar sekitar 3 persen. Grafik 1.10 Garis Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipegaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita di bawah Garis Kemiskinan. Pada triwulan I tahun 2013 Garis Kemiskinan daerah Perkotaan dan Pedesaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung naik 23,69% yaitu dari Rp ,- kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada Maret Pada triwulan I tahun 2013 Garis Kemiskinan daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 20,77% dari Rp ,- per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada Maret Sementara untuk daerah pedesaan Garis Kemiskinan 45

48 pada Maret 2013 naik sebesar 26,54% dari Rp ,- per kapita per bulan di bulan Maret 2011 menjadi Rp ,- per kapita per bulan atau meningkat sebesar 7,66 %. B. Perkembangan Indikator Sektoral terpilih (Sektor Pariwisata Sebagai Salah Satu Motor Penggerak Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung). Bermula dari surat terbuka Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kepada Presiden Republik Indonesia yang dimuat di surat kabar harian terkemuka ibukota mengenai usulan Gubernur kepada Presiden untuk menetapkan (pulau) Belitung sebagai destinasi ketiga wisata setelah (pulau) Bali dan Lombok serta menetapkan Bandar Udara HAS Hanandjoeddin sebagai Bandara Internasional. Menarik untuk diteliti, bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang memiliki potensi wisata yang sangat besar dan hampir tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan dan perekonomian menjadikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung layak untuk dijadikan destinasi wisata. Hanya saja, saat ini tinggal bagaimana pemerintah daerah di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk menjadikannya sebagai salah satu penggerak roda perekonomian bagi daerah tersebut. a. Gambaran Umum 1). Sejarah Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka selalu berganti sebagai daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai Duke of Island. Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota Praja. Tanggal 13 Mei 1971, Presiden Soeharto 46

49 meresmikan Sungailiat sebagai ibukota Kabupaten Bangka. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2). Kondisi Fisik Daerah a). Kondisi Geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada sampai Bujur Timur dan 0 50 sampai 4 10 Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebelah Barat dengan Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa. b). Iklim Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. c). Topografi Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah (96%) dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan (4%). d). Pulau dan Sungai Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi oleh pulau-pulau kecil dimana jumlah keseluruhan mencapai 950 pulau (2 pulau besar dan 948 pulau kecil). Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan sisanya 480 buah belum bernama, sedangkan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beberapa Sungai besar yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk di Pulau Bangka adalah S. Baturusa, S. Kotawaringin, S. Mancang, S. Menduk, S. Selan, S. Kurau, S. Kepoh, S. Bangka Kota, S. Balar dan S. Rangkui, sedangkan Sungai di Pulau Belitung diantaranya S. Cerucuk, S. Linggang, S. Balok dan S. Manggar. 3). Sosial Budaya 47

50 Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Kelompokkelompok orang laut dari berbagai daerah seperti Riau Kepulauan, Sulawesi dan Kalimantan, Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur dan semua kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu generasi baru yang disebut Orang Melayu Bangka Belitung. Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain Bahasa Mandarin. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan persentase sebesar 89,00%, untuk penduduk yang menganut agama Budha sebesar 4,24%, agama Kristen Protestan sebesar 1,8%, agama Katholik sebesar 1,2%, agama Hindu 0,09%, Khong Hu Chu 3,25% dan lainnya 0,41%. Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 722 mesjid, 445 mushola, 120 langgar, 161 gereja protestan, 31 gereja katholik, 63 vihara dan 11 centiya. b. Objek Wisata Objek wisata di Provinsi Kep. Bangka Belitung hampir tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Rata-rata objek wisata yang ditawarkan adalah objek wisata alam khususnya wisata bahari mulai dari wisata pantai dan wisata bawah laut. Namun tersedia pula objekobjek wisata yang lain seperti museum, ecotourism dan objek wisata budaya/religi. Jumlah objek wisata di kabupaten/kota yang terdaftar menurut Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 1.13 di bawah ini. Wisata budaya yang terdaftar dalam promosi pariwisata sebanyak tujuh objek wisata antara lain Ceng Beng (sembayang kubur), Sembahyang Rebut, Kongian (imlek), Nganggung, Maras Taun, Buang Jong dan Perang Ketupat. 48

51 Tabel 1.13 Jumlah Obyek Wisata per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jumlah obyek Kab/kota wisata Pangkalpinang 5 Bangka 7 Bangka Barat 7 Bangka Tengah 5 Bangka Selatan 5 Belitung 7 Belitung Timur 7 Total 43 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bangka Belitung Perkembangan Pariwisata Provinsi Bangka Belitung 1) Jumlah Tamu Asing dan Indonesia Perkembangan pariwisata di Provinsi Bangka Belitung untuk Tahun 2013 cukup menggembirakan, walaupun masih jauh jika dibandingkan dengan Bali dan Yogyakarta. Jika dilihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang setiap bulannya mengalami kenaikan, terutama di bulan-bulan tertentu yang merupakan liburan sekolah dan perayaan Ceng Beng (Sembahyang Kubur). Jika dilihat dari grafik 1.11 di bawah ini maka potensi jumlah tamu yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh tamu domestik, terutama pada saat liburan sekolah dan akhir tahun. Sedangkan untuk tamu asing masih menumpuk di sekitar bulan Maret April, di mana terdapat perayaan Sembahyang Kubur pada saat itu. Tradisi sembahyang kubur sudah terkenal di Bangka Belitung sejak lama, dan ini merupakan tradisi etnis Tionghoa dimana mereka menghormati para leluhur yang sudah meninggal dengan mengunjungi kuburannya. Tamu asing ini sendiri kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa yang telah menetap di luar negeri (sekitar Asia). 49

52 Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Tamu yang Menginap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Potensi ini dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah untuk dapat lebih memajukan sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan menggelar event-event yang menarik minat wisatawan baik domestik maupun asing dengan jadwal yang direncanakan sesuai dengan potensi kedatangan tamu domestik maupun asing. Hal ini mengingat pada akhir tahun jumlah tamu asing yang menginap malahan menurun, tidak seperti daerah Bali yang pada setiap akhir tahun selalu fully booked. 2) Tingkat Penghunian Kamar Jika dilihat dari Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di hotel berbintang selama tahun 2013, secara umum paling tinggi tingkat hunian kamar ada di kota Pangkalpinang dan kabupaten Bangka Tengah. Hal ini mengingat lokasi hotel berbintang seperti Aston, Novotel, Santika terdapat di sana. Terlihat pada bulan Februari tingkat hunian kamar hotel berbintang di kota Pangkalpinang paling tinggi yaitu sebesar 43,7% dimana bersamaan dengan liburan Imlek. Begitu pula di bulan April berbarengan dengan perayaan sembahyang kubur (Ceng Beng). Sedangkan di bulan Juni, hampir semua TPK hotel berbintang yang ada di Provinsi Bangka Belitung mengalami kenaikan bersamaan 50

53 dengan waktu liburan sekolah. Di triwulan III dan IV terlihat kenaikan TPK hotel berbintang di Bangka Belitung, kecenderungan kenaikan ini didominasi oleh perjalanan dinas dari pegawai baik pegawai negeri maupun swasta yang mengadakan kegiatan di Bangka Belitung. Grafik 1.12 Perkembangan TPK Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Perkembangan tingkat hunian kamar hotel berbintang ini dapat menjadi pendorong bagi pemerintah daerah untuk lebih dapat memajukan sektor pariwisata seperti potensi wisata alam dan wisata budaya maupun kulinernya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 51

54 Grafik 1.13 Perkembangan TPK Menurut Klasifikasi Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan grafik 1.13 dapat dilihat bahwa TPK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh hotel berbintang 3, dimana cukup dapat diakses oleh golongan menengah ke atas. Tamu yang banyak datang ke Provinsi Bangka Belitung memang lebih banyak tamu dari domestik dibandingkan dengan tamu asing, dan dari tamu domestik tersebut rata-rata adalah wisatawan dari golongan menengah. Dilihat dari banyaknya jumlah hotel berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk hotel berbintang 4 dan 5 memang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah hotel berbintang 3. 3) Dukungan Dana Bagi Pariwisata di Provinsi Bangka Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi besar bagi sektor pariwisata Indonesia karena keindahan pantainya selain Bali, Lombok yang sudah lebih dulu terkenal. Harus diakui, bahwa Bangka Belitung mulai terkenal secara luas setelah demam film Laskar Pelangi yang diambil dari novel karangan Andrea Hirata. Momen ini menjadikan peluang besar bagi sektor pariwisata yang ada di Bangka Belitung. Sektor pariwisata merupakan modal bagi suatu daerah untuk dapat meningkatkan PAD. Oleh karena itu perlu keseriusan pemerintah 52

55 daerah Bangka Belitung untuk menaruh perhatian khusus bagi berkembangnya sektor ini karena walaupun Bangka Belitung terkenal dengan timahnya (sektor pertambangan) namun untuk kedepannya tidak dapat mengandalkan sektor pertambangan secara terus-menerus. Selain karena timah merupakan limited resources, juga pertambangan timah sangat merusak lingkungan hidup di pulau Bangka Belitung. Perhatian pemerintah daerah dapat terlihat dari besarnya anggaran yang dialokasikan bagi sektor pariwisata itu sendiri. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan prosentase pagu fungsi pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD yaitu dari tahun 2012 sebesar 0,97% menjadi sebesar 0,97% tahun Namun anggaran bagi sektor pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD masih kurang dari 1%, ini menunjukkan masih kurangnya dana bagi sektor ini jika pemerintah daerah ingin menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi Provinsi Bangka Belitung. Tabel 1.14 Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA APBN APBD Pagu Pariwisata dan Budaya Total Pagu Prosentase 0,29% 0,14% 0,94% 0,97% Sumber : LKPP Kanwil DJPB dan data LKPD Sedangkan dana yang bersumber dari APBN bagi sektor pariwisata dan budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurun secara prosentase dari total dana APBN seluruhnya, yaitu dari 0,29% di tahun 2012 menjadi 0,14% di tahun Pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus berupaya untuk meyakinkan pemerintah pusat menjadikan kepulauan Bangka Belitung tujuan destinasi wisata selain Bali dan Lombok di Indonesia sehingga tidak hanya menjadi program pemerintah daerah Bangka Belitung namun menjadi program Nasional. 53

56 4) Kinerja Sektor Pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Untuk melihat kinerja sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kami menggunakan data PDRB Lapangan usaha berdasarkan harga konstan (lampiran 2). Dengan data yang terbatas maka asumsi yang digunakan untuk kinerja sektor pariwisata adalah pertumbuhan di sub lapangan usaha yaitu : perhotelan, restoran (Perdagangan, Hotel dan Restoran) dan sub lapangan usaha hiburan dan rekreasi. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Bangka Belitung untuk sektor pariwisata dapat dilihat pada tabel 1.15 di bawah ini: Tabel 1.15 Laju PDRB Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan terkait dengan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA r) 2012*) 2013**) PERDAG., HOTEL & RESTORAN 6,55 6,69 2,06 6,77 9,00 6,22 5,34 Hotel -0,94 15,17 8,64 14,73 16,46 2,32 3,01 Restoran 3,01 2,51 9,09 7,77 7,83 9,99 6,97 JASA-JASA 8,90 8,95 8,72 10,05 10,91 7,86 8,18 Hiburan & Rekreasi 6,51 4,14 9,35 9,79 9,16 10,13 7,33 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara Alokasi anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk fungsi Pariwisata dan budaya sepanjang tahun dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.16 APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA (jutaan rupiah) APBD Pariwisata dan Budaya Sumber : DPPKAD Provinsi Bangka Belitung Alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2010 dan 2011 saja alokasi dana untuk pariwisata mengalami penurunan. Namun demikian Provinsi Bangka Belitung mulai memberi perhatian terhadap sektor ini dengan menaikkan alokasi dananya sebesar 23% pada tahun

57 Grafik 1.14 Perbandingan Laju PDRB terkait Pariwisata dengan Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, DPPKAD, diolah Perbandingan laju PDRB harga konstan di sektor-sektor yang terkait pariwisata dengan alokasi dana terlihat pada grafik 1.15 di atas. Pertumbuhan lapangan usaha Hotel naik sepanjang tahun 2009 sampai 2011, namun menurun di tahun 2011 dan Pertumbuhan lapangan usaha restoran relatif stabil sekitar 7% hingga 9% menurun di tahun 2013 sebesar 6,97%. Demikian juga pertumbuhan hiburan dan rekreasi relatif stabil berkisar 9 % hingga 10% namun turun di tahun 2013 menjadi sebesar 7,33%. Sedangkan alokasi dana menurun dalam kurun waktu 2009 hingga 2011, dan naik di tahun 2012 hingga Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah Provinsi Bangka Belitung untuk dapat memperbaiki kinerja di sektor pariwisata, sehingga target yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah untuk menjadikan Bangka Belitung sebagai tujuan ketiga di Indonesia setelah Bali dan Lombok dapat tercapai. Salah satunya dengan promosi yang gencar baik di dalam negeri atau di luar negeri. Untuk itu diperlukan suatu analisis atau penelitian lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan yang ada dan mengambil solusinya 5) Sektor pendukung pariwisata 55

58 Pariwisata sangat memerlukan dukungan dan kerjasama lintas sektor karena sejak lama pariwisata sudah dikenal sebagai kegiatan yang seringkali melewati batas-batas sektoral maupun batas administratif suatu wilayah pemerintahan. Secara kewilayahan di provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan dan pertambangan diperlukan keterpaduan antar sektor seperti pekerjaan umum, perhubungan, perindustrian perdagangan dan UMKM serta pertambangan. Yang paling penting adalah dukungan dari infrastruktur sendiri dimana dengan infrastruktur yang telah baik akan mengundang tamu/wisatawan mengunjungi Bangka Belitung. Alokasi dana dari APBD untuk infrastruktur dilihat dari urusan Pekerjaan Umum dan urusan Perhubungan. Tabel 1.17 APBD Urusan Pekerjaan Umum dan Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA Pekerjaan Umum (jutaan rupiah) Perhubungan Sumber : DPPKAD Provinsi Bangka Belitung Alokasi dana yang diberikan dari APBD untuk infrastruktur di wilayah Bangka Belitung terlihat pada tabel 1.16 di atas. Trend untuk alokasi dana ini hampir sama dengan alokasi dana sektor pariwisata dimana menurun pada tahun 2011 dan naik lagi pada tahun

59 Boks 1 Keterkaitan Pertumbuhan PDRB, PDRB Perkapita dan Gini Ratio Provinsi Bangka Belitung Kesenjangan pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi dari daerah yang miskin ke daerah yang lebih maju, kriminalitas, dan konflik antar masyarakat. Dalam konteks kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Maka dari itu, kesenjangan harus diatasi oleh pemerintah dengan mendorong daerah yang miskin untuk mampu mengejar ketertinggalan perekonomiannya terhadap daerah yang sudah kaya. Sepanjang tahun 2007 hingga 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami laju pertumbuhan dengan kecenderungan meningkat, hanya saja sejak tahun 2012 menurun menjadi 5,72 % lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya sebesr 6,46%. Penurunan laju pertumbuhan juga masih dialami di tahun 2013 menjadi 5,29%. Penurunan ini dikarenakan melambatnya kinerja sektor utama yaitu sektor pertanian, industry pengolahan dan jasa. Sedangkan dari sisi permintaan, meningkatnya inflasi juga mengakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga, serta akibat dari penerapan aturan ekspor timah yang baru mengakibatkan kinerja ekspor melambat di tengah meningkatnya impor luar negeri. Tabel Gini ratio, Laju PDRB dan PDRB per kapita Provinsi Bangka Belitung tahun Gini ratio 0,259 0,260 0,290 0,300 0,300 0,290 0,313 Laju PDRB 4,54 4,60 3,74 5,99 6,46 5,72 5,29 PDRB perkapita Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif berada di sekitar angka 0,300, yang artinya berada antara kelompok rendah dan sedang. Namun di tahun 2013 koofisien gini ratio meningkat menjadi 0,313, artinya kesenjangan pendapatan penduduk di wilayah ini semakin melebar jurangnya. Hal ini yang harus 57

60 diperhatikan pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung karena sejak tahun 2012 pertumbuhan ekonomi melambat namun kesenjangan pendapatan penduduk semakin meningkat. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi di Provinsi ini hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan saja, tidak merata dinikmati oleh seluruh penduduk. Karena semakin perekonomian terpuruk dan kesenjangan semakin melebar maka akan timbul kriminalitas dan keadaan tidak aman di wilayah tersebut. Salah satu prinsip dasar yang harus dipegang para pengambil kebijakan adalah bahwa kesenjangan perekonomian masih dapat ditoleransi sejauh tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi dan tidak menciptakan ketidakmerataan pendapatan yang luar biasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat haruslah mendapatkan prioritas utama dibandingkan redistribusi perekonomian daerah. Satu hal lagi yang harus dilakukan dalam upaya mengurangi kesenjangan perekonomian adalah mengurangi jarak antara daerah terkaya dengan daerah termiskin, melalui upaya khusus untuk mengangkat daerah termiskin secara signifikan. Grafik Perbandingan Laju PDRB dan Gini ratio Provinsi Bangka Belitung tahun Jika dilihat dari rata-rata pendapatan per penduduk maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki rata-rata pendapatan 58

61 penduduk yang cenderung meningkat sejak tahun 2007 hingga Yang harus diwaspadai adalah jika rata-rata pendapatan perkapita penduduk semakin meningkat namun gini ratio juga meningkat, artinya bahwa peningkatan kesejahteraan itu hanya dinikmati oleh sebagian golongan saja. Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial yang akan berdampak pada keamanan dan ketertiban wilayah. Oleh karena itu butuh perhatian pemerintah daerah melalui kebijakannya untuk dapat menyentuh seluruh lapisan golongan masyarakat. Penyebab terjadinya kesenjangan yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diantaranya dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan keuangan antar kabupaten/kota. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Sementara itu kesenjangan dari sisi kemampuan keuangan dapat dilihat dari aspek jumlah pendapatan daerah, dan kualitas belanja daerah. Kedua aspek di atas memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian daerah. Perlu adanya koordinasi yang baik antara daerah kabupaten/kota yang ada di Bangka Belitung. Grafik Perbandingan PDRB per kapita dan Gini ratio Provinsi Bangka Belitung tahun

62 Boks 2 Keterkaitan Indeks Pembangunan Manusia dengan Alokasi Dana di Provinsi Bangka Belitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam pembangunan SDM. Ukuran agregat yang memperlihatkan peningkatan kondisi perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut, merupakan indikasi dampak peningkatan jumlah dana yang dibelanjakan di daerah. Namun demikian, setelah 8 tahun otonomi daerah berjalan, harus disadari bahwa tujuan ideal belum tercapai dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, tentunya disertai dengan komitmen yang kuat sehingga otonomi daerah nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menyejahterakan rakyat (Brodjonegoro, 2009). Pencapaian pembangunan yang komprehensif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dirasa belum memuaskan, dimana pertumbuhan ekonomi yang menurun 2 tahun belakangan dan PDRB perkapita yang meningkat tiap tahunnya namun kesenjangan menjadi lebih besar, walaupun Kepulauan Bangka Belitung menempati ranking 12 dari seluruh provinsi se Indonesia di tahun 2011 dan IPM sendiri ditentukan oleh kualitas SDM yang baik dan kualitas SDM sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan kesehatan dari penduduk itu sendiri. Tabel Perbandingan Alokasi Dana APBD Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur (jutaan rupiah) dan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kesehatan Pendidikan Perumahan dan Fasilitas Umum IPM 72,55 72,86 73,37 73,78 N/A Sumber : BPS & DPPKAD Provinsi Bangka Belitung 60

63 Data IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2013 untuk saat ini belum dirilis oleh BPS, namun menurut Bangka Pos di websitenya pada tanggal 25 Oktober 2013 diberitakan bahwa IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013 menurun dikarenakan jumlah penduduk yang meningkat dengan meningkatnya angka kelahiran dan lesunya sektor pertambangan akibat harga timah yang merupakan unggulan di sini mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa program pemerintah yang terlihat dengan kenaikan alokasi dana setiap tahunnya kurang maksimal menyentuh seluruh masyarakat. Untuk tahun 2011, kenaikan alokasi dana bidang pendidikan sebesar 11,8% dan bidang kesehatan sebesar 13,4% hanya diikuti oleh kenaikan IPM sebesar 0,7%. Begitu juga di tahun 2012, kenaikan alokasi dana bidang pendidikan sebesar 15,8%, bidang perumahan dan fasilitas umum sebesar 36,7% hanya diikuti dengan kenaikan IPM sebesar 0,6%. Dan di tahun 2012 ini juga alokasi dana bidang kesehatan turun sebesar 3,2% dibandingkan dana tahun 2011, padahal kesehatan sangat memegang peranan penting bagi peningkatan sumber daya manusia berupa peningkatan angka harapan hidup. Untuk tahun 2013, alokasi dana untuk bidang pendidikan naik sebesar 19%, bidang kesehatan sebesar 24,9% dan alokasi dana perumahan dan fasilitas umum naik sebesar 19,4%. Seharusnya kenaikan ini diikuti dengan dengan peningkatan IPM yang lebih tinggi. Grafik Perbandingan Alokasi Dana APBD Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur (milyar rupiah) dan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 61

64 Batu Belayar Kabupaten Belitung 62

65 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 63

66 BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT A. APBN Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBN tingkat provinsi merupakan potret kondisi keuangan di suatu provinsi. Dari I- Account tersebut dapat juga dilihat kebijakan fiskal yang akan diberikan kepada daerah tersebut. Berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Semester II tahun dapat dilihat I Account Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel 2.1 Tabel 2.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN (I-Account) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II (dalam miliar rupiah) No. URAIAN PAGU APBN REALISASI % PAGU APBN REALISASI % PAGU APBN REALISASI % A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH I PENERIMAAN DALAM NEGERI 1 Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara 2 Bukan Pajak II PENERIMAAN HIBAH B BELANJA NEGARA I BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1 Belanja Kementerian Negara/lembaga 2 Belanja Non KL II TRANFER KE DAERAH Dana Perimbangan Dana Otsus dan Penyesuaian C SURPLUS/DEFISIT (993) 372 (1.064) 104 (785) (103) ANGGARAN D PEMBIAYAAN Pembiayaan Dalam Negeri 2 Pembiayaan Luar Negeri Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II

67 Pada tahun anggaran 2013,Pemerintah Pusat menargetkan pendapatan negara sebesar Rp miliar. Dari target tersebut realisasi pendapatan Negara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan sebesar 7,91% dari tahun sebelumnya. Sementara belanja negara untuk Kementerian Negara/Lembaga sebesar Rp miliar turun sebesar 0,98% dari tahun 2012 tetapi naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 14,72%. Tahun 2013 defisit anggaran sebesar Rp.785 miliar naik sebesar Rp.279 miliar dibandingkan dengan defisit di tahun Realisasi pendapatan negara pada semester II tahun 2013 adalah sebesar Rp miliar atau sebesar 140% dari pagu pendapatan, yang terdiri dari pendapatan Pajak dan PNBP. Pendapatan sektor pajak mencapai 118%, sedangkan pendapatan sektor PNBP terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 822% dari target PNBP yang ditetapkan. Pendapatan negara berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semester II tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,8% dibandingkan dengan tahun 2011 dan sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2012 hal ini disebabkan oleh beberapa kebijakan nasional tentang perubahan penetapan wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak. Grafik 2.1 I- Account Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Belanja Kementerian Negara/lembaga Dana Perimbangan Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II

68 Realisasi belanja negara semester II tahun 2013 sebesar 95% dari pagu belanja yang dialokasikan untuk kementerian/lembaga. Perbandingan realisasi belanja atas pagu belanja dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 cenderung stabil dikisaran 95%. Anggaran Pembiayaan baik dalam negeri maupun luar negeri tidak terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Transfer ke Daerah adalah Dana Perimbangan berupa Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan yang mekanisme penyalurannya melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di wilayah pembayaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengalokasian dana transfer daerah setiap tahun cenderung naik, hal ini disebabkan semakin tingginya penerimaan Negara dari sektor pajak bumi dan bangunan. Namun demikian, untuk pembagian dana bagi hasil mulai tahun 2014 pengelolaannya diserahkan ke Pemerintah Daerah. B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Terdapat dua sumber pendapatan pemerintah pusat yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan sektor perpajakan tetap menjadi sumber utama pendapatan negara, ini terlihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan porsi diatas 95% dari total pendapatan. Untuk penerimaan dari sektor penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) meskipun porsinya tidak terlalu besar namun dalam realisasi penerimaan cenderung terus meningkat secara signifikan, sehingga penanganannya perlu mendapat perhatian. pendapatan tersebut adalah sebagai berikut: Adapun rincian kedua sumber 1. Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah pajak, penerimaan pajak terdiri dari pajak penghasilan,pajak Pertambahan Nilai,Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,BPHTB, Pajak lainnya dan bea masuk. Penerimaan Pajak Tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 45

69 Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Pajak Tahun Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam miliar rupiah) Jenis No. Pendapatan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Perpajakan A Pajak Penghasilan PPh Perorangan PPh Badan B PPN PPN PPN -BM C PBB D BPHTB E Pajak Lainnya F Bea dan Cukai Bea Masuk Cukai Pajak Ekspor Jumlah Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA , data diolah Dari Tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan: 1. Persentase penerimaan pajak penghasilan dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun turun dari Tahun berturut-turut sebesar 286.3%,170.1% dan104.5%. hal ini terjadi karena adanya kenaikan tarip PTKP (penghasilan tidak kena pajak) yang mempengaruhi berkurangnya besaran pajak yang diterima oleh pemerintah. Persentase penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun terakhir turun dari Tahun berturut-turut sebesar %, 164.9% dan 161.1%. Persentase penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun terakhir naik dari Tahun berturut-turut sebesar 38.5%, 194.1% dan 239.4%,hal ini terjadi karena bertambahnya jumlah objek pajak PBB. 46

70 2. Pajak Penghasilan masih menjadi Sumber penerimaan terbesar di tahun 2013 sebesar 46,04 % dari total penerimaan pajak tahun 2013, Kenaikan pajak ini dikarenakan bertambahnya jumlah wajib pajak. 3. Untuk pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk, cukai dan pajak ekspor terlihat bahwa terjadi penurunan penerimaan secara drastis dimasing-masing penerimaan, penurunan penerimaan terbesar terjadi pada penerimaan ekspor pada semester II tahun 2012 dan tahun 2013.Penerimaan semester II tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 31.5% dan penerimaan pada semester II tahun 2013 mengalami penuruan yang sangat tajam yaitu 75,86% dari penerimaan tahun 2012 hanya sebesar Rp 42 milyar. Hal ini disebabkan melemahnya perdagangan di sektor perkebunan terutama sawit dan lada serta perdagangan di sektor pertambangan timah. Grafik 2.2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah 47

71 2. Penerimaan Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Selain dari sektor pajak, penerimaan negara bukan pajak saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam memaksimalkan penerimaan negara,sehingga perlu mendapat perhatian penanganannya. a. Perkembangan PNBP per Jenis PNBP Penerimaan negara bukan pajak dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu penerimaan Sumber Daya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Non Perbankan, Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya dan Pendapatan BLU. Penerimaan negara bukan pajak cenderung terus meningkat dan didominasi oleh penerimaan dari sektor sumber daya alam berupa pertambangan timah dan sumber mineral ikutan lainnya sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun (dalam miliar rupiah) No. Penerimaan PNBP Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1. Sumber Daya Alam Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Non Perbankan PNBP Lainnya Pendapatan BLU Jumlah Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah Penerimaan sektor sumber daya alam untuk tahun 2013 sebesar Rp 127 miliar naik sebesar 27% dari tahun 2012, penyumbang terbesar penerimaan SDA dari pendapatan pertambangan umum berupa iuran tetap sebesar Rp.4 miliar dan pendapatan royalty sebesar Rp 122 miliar, sedangkan dari sektor pendapatan kehutanan hanya Rp. 151 juta. Sedangkan untuk PNBP lainnya penyumbang terbesar penerimaannya dari pendapatan jasa sebesar Rp.49 miliar, pendapatan pendidikan Rp 18 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp.10 miliar. 48

72 b. Perkembangan PNBP Fungsional/ Kementerian/Lembaga Untuk PNBP fungsional/kementerian/lembaga yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat sebelas jenis PNBP fungsional yaitu Pengurusan visa dan paspor, hak dan perijinan, sensor/ karantina, Jasa kantor urusan Agama, jasa bandara, pelabuhan, navigasi,pertanahan,pengelolaan rekening TSA,jasa kepolisian, kejaksaaan dan peradilan tipikor, Gratifikasi & sitaan dan pendidikan.berikut jumlah penerimaan PNBP fungsional pada semester II TA Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun (menurut Fungsional Kementerian/ Lembaga) dalam jutaan rupiah) No. Jenis PNBP Penerimaan PNBP Fungsional Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jasa Rumah Sakit Visa, Paspor Hak dan Perijinan Sensor/Karantina NTCR Jasa Bandara, Pelabuhan, Navigasi 7 Pelayanan Pertanahan Pengelolaan Rekening TSA 9 Jasa Kepolisian Kejaksaan dan Peradilan Tipikor 11 Pendidikan Gratifikasi dan Sitaan Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah. Pada Semester II TA.2013, penerimaan PNBP fungsional mencapai Rp.76,4 miliar.penerimaan terbesar diperoleh dari jasa kepolisian sebesar Rp.23,4 miliar, selanjutnya diikuti oleh penerimaan dari pelayanan pendidikan sebesar Rp.18 miliar (92,7% dari target tahun 2013). Penyumbang terbesar ketiga adalah penerimaan dari pelayanan pertanahan yang sebesar Rp 9,9 milyar (87,4% dari target tahun 2013). Sementara untuk pendapatan PNBP berdasarkan Kementerian/ 49

73 Lembaga, penerimaan terbesar dari Kementerian ESDM sebesar Rp.127 miliar, diposisi kedua oleh Kepolisian RI sebesar Rp.24 milyar dan disusul di tempat ketiga oleh Kementerian Pendidikan Nasional sebesar Rp. 16 miliar. C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi Belanja Pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus faktor. Salah satunya yang popular pada saat krisis ekonomi adalah instumen ekonomi berupa stimulus faktor. Secara garis besar komposisi dari stimulus factor adalah berupa pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increasing spending). 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran/Kementerian Negara/Lembaga Belanja pemerintah pusat di Bangka Belitung terdiri dari 36 Kementerian Negara/Lembaga.Pagu pada Kementerian Negara/Lembaga di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2013 terbesar di Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp. 639,4 miliar naik sebesar Rp.120,9 miliar dari tahun 2012 yang sebesar 518,5 miliar dan di tahun 2011 PU mendapatkan pagu sebesar Rp.501,3 miliar. Kepolisian mendapatkan pagu terbesar kedua yaitu sebesar Rp.242,2 miliar disusul oleh Kementerian Agama sebesar Rp.213,9 miliar. Sementara disisi lain K/L yang mendapatkan pagu terendah tahun 2013 adalah Arsip Nasional yang hanya sebesar Rp. 170 juta, begitu juga di tahun 2011 dan 2012 hanya sebesar Rp.140 juta. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa pemerintah pusat telah mengalokasikan dana terbesar untuk peningkatan dan perbaikan infrastruktur yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 50

74 No. Nama Bagian Anggaran K/L Tabel 2.5 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga Semester II ( dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 1 BPK 11,758 10, ,772 10, ,241 11, MA 37,204 36, ,587 35, ,861 59, KEJAGUNG 34,127 31, ,703 38, ,956 52, DAGRI 30,836 25, ,492 35, ,269 30, PERTAHANAN 32,857 41, ,432 45, ,141 50, HUKUM & HAM 39,529 38, ,506 36, ,531 39, KEUANGAN 32,188 32, ,604 46, ,854 46, PERTANIAN 63,963 55, ,967 85, ,567 83, PERINDUSTRIAN 1,490 1, ,116 2, ,213 2, ESDM 83,968 81, ,059 59, ,140 52, PERHUBUNGAN 97,752 95, , , ,268 88, DIKNAS 237, , , , , , KESEHATAN 50,416 38, ,815 42, ,206 33, AGAMA 184, , , , , , NAKERTRANS 9,281 8, ,682 13, ,018 14, SOSIAL 13,359 12, ,844 12, ,726 11, KEHUTANAN 26,668 21, ,064 27, ,256 33, KELAUTAN 38,322 34, ,136 36, ,918 32, PU 515, , , , , , BUDPAR 1,783 1, ,470 5, ,062 1, LING.HIDUP ,576 3, ,500 4, KOPERASI &UKM 3,522 3, ,918 4, ,759 8, BPS 19,270 20, ,210 20, ,317 30, BPN 26,772 18, ,188 26, ,280 30, PERPUSTAKAAN 1,917 1, ,095 1, ,266 1, KOMINFO 5,921 4, ,759 6, ,272 6, POLRI 183, , , , , , BPOM 25,190 24, ,080 8, ,883 8, BKPM BKKBN 20,720 17, ,235 13, ,237 17, BMKG 4,988 4, ,661 4, ,366 4, KPU 11,336 9, ,693 11, ,613 42, ARSIP PERDAGANGAN 1,241 1, ,964 7, ,063 1, MENPERA 1,193 1, MENPORA 3,833 3, ,370 2, ,733 3, TOTAL 1,853,241 1,758, ,187,084 2,036, ,148,291 2,036, Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II

75 Dari sisi realisasi di semester II tahun 2013 terbesar di Kepolisian yaitu sebesar Rp. 265,2 miliar (109%) yang melebihi pagu belanja, hal ini disebabkan karena tingginya intensitas mutasi personil di Polri.Kemudian Mahkamah Agung sebesar Rp. 59,9 miliar (105%), realisasi belanja pegawainya (gaji) juga melebihi pagu karena terdapat kenaikan tunjangan hakim,sedangkan di Kementerian Pertahanan sebesar Rp.50,4 miliar (102%) karena tingginya intensitas mutasi personilnya. Realisasi terendah terdapat di Kementerian Perdagangan sebesar Rp.1,9 miliar (24,3%) dari pagu Rp.8,3 miliar.pada Kementerian kebudayaan dan pariwisata sebesar 48,3 % dari pagu Rp.4 miliar. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki pagu anggaran kecil namun dari segi realisasi juga masih kecil, hal ini tentunya bertolak belakang dengan misi Bangka Belitung yang menjadi destinasi pariwisata domestik dan internasional. Prosentase realisasi semester II tahun 2012 terbesar oleh Kementerian Pertahanan sebesar 116 % dan Kepolisian sebesar 107%.Realisasi melampaui pagu sebagai akibat dari banyaknya mutasi personil yang mengakibatkan naiknya realisasi belanja pegawai/gaji.realisasi terendah di Kementerian Kesehatan dengan realisasi 52% dan KPU sebesar 62,6%.Untuk periode semester II tahun 2011 realisasi terendah di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kehutanan masing-masing sebesar 75,6% dan 82,07%. Rendahnya tingkat penyerapan oleh KL disebabkan antara lain karena kurangnya perencanaan terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu masih kurangnya tenaga pengadaan barang dan jasa yang memilki kompetensi dibidangnya. 2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Menurut jenisnya belanja pemerintah pusat terdiri dari 8 jenis belanja, sementara yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada semester II tahun 2013 ada 6 jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial,pembayaran bunga utang dan belanja lain-lain. 52

76 Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu berdasarkan jenis belanja di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode tahun didominasi oleh belanja modal sebesar Rp. 823 miliar di tahun 2011, Rp. 972 miliar di tahun 2012 dan Rp.843 miliar di tahun 2013 sedangkan untuk tahun 2010 pagu terbesar di belanja barang sebesar Rp.393 miliar. Tahun 2010 dan 2011 masih terdapat belanja lain-lain sedangkan tahun 2012 dan 2013 belanja tersebut tidak dialokasikan lagi. Realisasi anggaran di kementerian Negara/lembaga sampai dengan semester II tahun 2013 dan 2011 mencapai 95%, naik sebesar 2% pada periode yang sama di tahun 2012 sementara tahun 2010 realisasinya 89%. Realisasi didominasi oleh belanja pegawai dengan rata-rata sebesar 104%,belanja modal sebesar 99,6% di tahun 2013,belanja bantuan sosial 99% di tahun Untuk realisasi terendah di tahun 2013 maupun 2012 ada dibelanja barang yaitu sebesar Rp.600 miliar dari pagu 2013 sebesar Rp.714 miliar (84%), dan tahun 2012 sebesar 502 miliar atau 83% dari pagu sebesar Rp. 601 miliar. 1,200,000,000,000 Grafik 2.3 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja 1,000,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 Bel.Pegawai Bel. Barang Bel.Modal Bel. Pembyran Bunga Utang Bel.Sosial Bel. Lain-lain

77 No. Tabel 2.6 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Jenis Belanja Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 1 Pegawai 327, , , , , , , , Barang 378, , , , , , , , Modal 393, , , , , , , , Bansos 248, , , , , , , , Lain-lain 6,641 5, ,569 4, JUMLAH 1,355,750 1,228, ,860,009 1,759, ,051,626 2,050, ,192,292 2,072, Sumber: LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Babel Tahun Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi dan Program Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibagi menjadi 11 fungsi yaitu pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan fungsi perlindungan. Tahun 2013 pagu belanja tertinggi dialokasikan pada fungsi pelayanan umum, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 belanja terbesar dialokasikan pada fungsi ekonomi. Pagu belanja fungsi pariwisata dan budaya tahun memperoleh alokasi dana terendah. Mengingat alokasi dari Pemerintah Pusat untuk fungsi pariwisata dan budaya yang masih rendah,pemerintah daerah agar mengalokasikan dana lebih besar di fungsi tersebut atau dengan meminta alokasi yang lebih besar ke pusat agar misi Visit Bangka Belitung dapat tercapai, sehingga menjadi penggerak perekonomian selain dari pertambangan timah dan perkebunan lada. Realisasi belanja semester II tahun 2013 fungsi pariwisata dan budaya sebesar 45% merupakan realisasi terendah dibandingkan dengan fungsi lainnya sedangkan realisasi tertinggi fungsi ketertiban dan keamanan dengan realisasi 114%. Tahun 2011 dan 2012 realisasi belanja fungsi pertahanan sebesar 126% dan 116%, yang merupakan realisasi tertinggi dibandingkan fungsi lainnya. Tahun 2013 realisasi belanja fungsi pertahanan terbesar ketiga setelah fungsi ketertiban dan 54

78 keamanan, dan fungsi perumahan dan fasilitas umum, dengan realisasi 103%.Tingginya realisasi fungsi pertahanan disebabkan besarnya belanja pegawai pada kementerian pertahanan di daerah. Tabel 2.7 Belanja Pemerintah Pusat Semester II Tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Fungsi Fungsi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pelayanan Umum 412, , , , , , , ,192 Pertahanan ,857 41,448 39,432 45,679 49,183 50,497 Ketertiban &Keamanan 96,596 87, ,537 94, , , , ,162 Ekononomi 253, , , , , , , ,286 Lingkungan Hidup 50,416 40,097 54,875 49,129 64,282 57,584 71,625 65,741 Perumahan dan Fasum 105,201 96, , , , , , ,283 Kesehatan 32,300 21,747 52,101 46,384 40,280 36,844 50,371 44,274 Pariwisata dan Budaya 2,348 1,823 1,783 1,682 6,470 5,832 3,062 1,377 Agama 8,609 7,919 12,620 10,047 29,033 29,083 35,318 31,747 Pendidikan 312, , , , , , , ,609 Perlindungan sosial 14,257 12,426 12,815 11,840 12,265 11,447 12,215 10,612 Total 1,288,410 1,160,676 1,586,335 1,530,430 2,100,628 1,966,919 2,047,900 1,955,780 Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Belanja Dana Transfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dapat dibedakan menjadi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian. Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Di Propinsi Bangka Belitung Tahun 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) Dana Transfer Pagu 2012 Realisasi 2012 Pagu 2013 Realisasi 2013 DAU , , , ,39 DAK , , , ,68 DBH , , , ,25 Dana Penyesuaian , , , ,90 Sumber: dan data Triwulan IV 2013 Pemda se-provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 55

79 D. Pengelolaan Badan Layanan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menyatakan Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. Pengelolaan BLU Pusat Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum ada satker BLU Pusat. 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM Tahun Anggaran 2012 dan 2013 pada wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa Satuan Kerja PNBP yang memiliki nilai aset terbesar. Tabel 2.9 Daftar Satker PNBP dengan nilai aset terbesar Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) No Satker PNBP Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM Jumlah Pagu Pendidikan 1 Universitas Bangka Belitung 238, , , , , , , , Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 128, , , , , , , , Politeknik Kesehatan Pangkalpinang 21, ,302, , , , , , STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 59, , , , , , , , Sumber data : - Pagu dan Realisasi Anggaran dari Monev DJA TA.2012 dan Nilai Aset dari KPKNL TA.2012 dan Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU Besarnya pendapatan PNBP yang dapat dihasilkan dalam satu tahun dan jumlah aset yang dikelola merupakan salah satu kriteria satuan kerja PNBP dinyatakan berpotensi untuk dapat ditetapkan menjadi satuan kerja BLU.Batas minimal pendapatan PNBP yang harus dihasilkan adalah sebesar Rp15 miliar dan batas minimal aset yang dikelola harus mencapai sebesar Rp75 miliar. Kriteria pendapatan minimal merupakan salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh satuan kerja PNBP jika ditetapkan menjadi 56

80 satuan kerja BLU. Kriteria aset juga menjadi bahan pertimbangan mengingat ketentuan yang mengatur bahwa satuan kerja PNBP jika ditetapkan sebagai satuan kerja BLU harus membentuk dewan pengawas. Syarat pembentukan dewan pengawas antara lain satuan kerja PNBP tersebut memiliki omset minimal Rp15 miliar atau Rp75 miliar aset yang dikelola. No Tabel 2.10 Perbandingan Estimasi Pendapatan dengan Realisasi PNBP Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) Layanan Pendidikan Satker PNBP Estimasi Pendapatan Realisasi Pendapatan % Realisasi Pendapatan Universitas Bangka Belitung 13, , , , Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 1, , , , Politeknik Kesehatan Pangkalpinang - 2, , STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 3, , , , Sumber data : Penerimaan pendapatan dari LKPP Kuasa BUN Tk. Wilayah TA.2012 dan 2013 No Dari tabel 2.10 tersebut di atas diketahui Universitas Bangka Belitung mengalami peningkatan realisasi pendapatan PNBP TA.2013 sebesar 56,47% dari TA.2012, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung meningkat sebesar 5,92%, Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang meningkat sebesar ,32%, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung meningkat sebesar 9,74%. Layanan Pendidikan Satker PNBP Tabel 2.11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) Pagu Anggaran PNBP Realisasi Anggaran PNBP % Realisasi Pagu Anggaran RM Realisasi Anggaran RM Anggaran % Realisasi Anggaran 1 Universitas Bangka Belitung 13, , , , % 88.75% 169, , , , % 93.67% 2 Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 1, , , , % 69.50% 80, , , , % 88.59% 3 Politeknik Kesehatan Pangkalpinang - 2, , % 60.87% 38, , , , % 22.68% 4 STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 3, , , , % 44.71% 23, , , , % 69.53% Sumber data : Pagu dan Realisasi Anggaran dari Monev DJA TA.2012 dan

81 Dari tabel 2.11 tersebut di atas diketahui TA.2013 terdapat 3 Satker PNBP mengalami penurunan pagu anggaran (Pagu PNBP+RM) dibandingkan TA.2012, yaitu Universitas Bangka Belitung turun (56,35)%, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung turun (61,17)%, dan Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang turun (45,31)%, sedangkan STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung mengalami kenaikan sebesar 3,77%. Berdasarkan realisasi anggaran belanja yang bersumber dari PNBP dan RM TA.2013 dan TA.2012 diketahui bahwa Universitas Bangka Belitung mengalamai penurunan sebesar (49,65)%, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung turun (64,56)%, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung turun (19,76)%, sedangkan Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang mengalami kenaikan sebesar 99,54%. No. Layanan Pendidikan Tabel 2.12 Perkembangan Aset Tetap Satker PNBP Tahun (dalam jutaan rupiah) Calon BLU Pusat Nilai Aset Tetap Tahun 2012 Nilai Aset Tetap Tahun Universitas Bangka Belitung , ,53 2. Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung , ,37 3. Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang , STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung Sumber data : Nilai Aset dari KPKNL TA.2012 dan ,532, ,05 Dari tabel 2.12 tersebut diketahui bahwa seluruh satker mengalami kenaikan aset tetap TA.2012 dan TA.2013, yaitu Universitas Bangka Belitung mengalami kenaikan sebesar 21,67%, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung sebesar 25,97%, Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang sebesar 5,10%, dan STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung sebesar 12,36%. Berdasarkan tabel tersebut dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Universitas Bangka Belitung berdasarkan realisasi pendapatan PNBP tahun anggaran 2013 realisasinya melebihi target dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 58

82 2. Universitas Bangka Belitung berdasarkan alokasi pagu tahun anggaran 2012 dan 2013 baik bersumber dari PNBP dan Rupiah Murni alokasi dananya lebih besar dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 3. Universitas Bangka Belitung berdasarkan jumlah aset tetap tahun anggaran 2012 dan 2013 mempunya aset tetap lebih besar dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 4. Berdasarkan angka 1, 2, dan 3 tersebut, maka Universitas Bangka Belitung kedepannya dapat diusulkan menjadi BLU Pusat dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sesuai PP Nomor 23 Tahun 2005 disamping perkembangan dari realisasi penerimaan PNBP, alokasi pagu anggaran, dan jumlah aset tetap, persyaratan tersebut meliputi antara lain : a. Persyaratan Substantif; b. Persyaratan Teknis; dan c. Persyaratan administratif. 59

83 Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung 60

84 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 61

85 BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH Perkembangan tata kelola pembangunan daerah dalam sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah ditandai dengan perubahan mendasar pada dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek ekonomi. Pada aspek politik tercermin pada semakin kuatnya kewenangan daerah dalam menentukan berbagai kebijakan di daerah, sedangkan dimensi ekonomi ditandai dengan adanya kebijakan transfer fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang semakin besar. Dua hal tersebut merupakan konsekuensi dari diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang pada dasarnya bertujuan untuk memperkecil ketimpangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (vertical imbalance), mengoreksi ketimpangan antar daerah dalam kemampuan keuangan (horizontal imbalance), dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sektor publik. Kebijakan pengeluaran pemerintah pusat ini berupa pengalokasian anggaran dalam bentuk dana perimbangan yakni Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus (DBH, DAU dan DAK) ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan harapan akan berdampak langsung dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. A.Profil APBD Provinsi/Kabupaten Kota Paparan bab ini akan memberikan gambaran perkembangan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam periode 2010 s.d berdasarkan klasifikasinya serta mencoba memotret arah kebijakan pemerintah daerah. 1. Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (I-account) Arah kebijakan fiskal suatu daerah dapat dilihat dari I-account-nya. Perkembangan APBD pada pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara agregat dapat dilihat dari tabel dan uraian berikut ini : 62

86 Tabel 3.1 I-account APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam jutaan rupiah) Uraian Anggaran % Anggaran % Anggaran % Anggaran % Pendapatan 3,538, ,980, ,061, ,940, PAD 469, , , , Pajak daerah 278, , , , Retribusi daerah 44, , , , Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 11, , , , Lain-lain PAD yang sah 134, , , , Dana Perimbangan 2,886, ,090, ,831, ,336, DBH 582, , , , DAU 2,111, ,354, ,991, ,340, DAK 193, , , , Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 182, , , , Hibah 1, , , Dana darurat 26, Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda 91, , , , Dana penyesuaian dan otonomi khusus 7, , , , Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda 54, , , , Lain-lain , , , Belanja 4,391, ,403, ,450, ,055, Belanja Tidak Langsung 1,919, ,030, ,611, ,979, Belanja Pegawai 1,247, ,529, ,802, ,311, Belanja Bunga Belanja Subsidi 9, , , Belanja Hibah 223, , , , Belanja Bantuan sosial 77, , , , Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes 126, , , , Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan 206, , , , Belanja tidak terduga 28, , , , Belanja Langsung 2,471, ,373, ,838, ,858, Belanja Pegawai 312, , , Belanja Barang dan jasa 831, , ,078, ,247, Belanja Modal 1,327, ,225, ,393, ,610, Pembiayaan Netto 896, , , ,009, Penerimaan Pembiayaan 956, , , ,068, SiLPA TA sebelumnya 944, , , ,063, Pencairan dana cadangan 11, , Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi , Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1, , , , Pengeluaran Pembiayaan 59, , , , Pembentukan Dana Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 57, , , , Pembayaran Pokok Utang - 12, , Pemberian Pinjaman 2, , , , Pembayaran Kegiatan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga Sumber data : ( ) dan pemda (2013) (diolah) 63

87 a. Pendapatan Daerah Berdasarkan tabel 3.1 di atas, anggaran pendapatan selama periode pengamatan mengalami peningkatan pada kisaran ±22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Komponen pendapatan ini terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah ditujukan dengan maksud memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa rasio PAD terhadap total pendapatan secara rata-rata adalah sebesar 13,83%. Di samping itu, PAD tersebut juga menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan PAD pada 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan beberapa terobosan, salah satunya adalah dengan mengadakan program pemutihan pajak kendaraan bermotor. Pada 2013, diantara kabupaten/kota, Kabupaten Belitung memiliki PAD tertinggi yaitu sebesar Rp.84,10 Milyar sedangkan PAD terendah adalah Kabupaten Bangka Selatan yang sebesar Rp.22,20 Milyar (data pada lampiran). Menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Diantara keempat komponen PAD tersebut, pajak daerah merupakan komponen penyumbang tertinggi dengan kontribusi 67,88% dari seluruh PAD selama empat tahun. Tabel tersebut juga menunjukkan penyumbang PAD terbesar kedua adalah lain-lain PAD yang sah dengan kontribusi 20,08%. Pada 2013, Lain-lain PAD yang sah tertinggi adalah pada Pemda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp.34,87 Milyar, berikutnya Kabupaten Bangka sebesar Rp.31,31 Milyar dan Kabupaten 62

88 Bangka Selatan yang mengalokasikan Lain-lain PAD yang sah paling rendah yakni sebesar Rp.11,27 Milyar (data terlampir pada lampiran). Dana Perimbangan merupakan komponen pendapatan APBD terbesar selama tahun pengamatan. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) rata-rata berkontribusi sebesar 76,98% dari total pendapatan pemda tiap tahun. Dibandingkan jenis dana perimbangan lainnya, DAU menjadi sumber pendapatan tertinggi, dimana persentase DAU terhadap Dana Perimbangan mencapai rata-rata 76,10% tiap tahun, dan trend DAU selalu meningkat dari tahun ke tahun, bahkan porsi DAU terhadap keseluruhan pendapatan mencapai 58,54%. Pada 2013, Provinsi sudah pasti mendapatkan alokasi 10% dari total DAU yang diterima seluruh Pemda di Kepulauan Bangka Belitung atau sebesar Rp.717,14 Milyar, sedangkan untuk Pemerintahan Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi DAU tertinggi adalah Kabupaten Bangka sebesar Rp.444,19 Milyar dan alokasi DAU terendah adalah Kabupaten Bangka Tengah sebesar Rp.336,87 Milyar. Komponen ketiga dalam pendapatan APBD adalah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang terdiri dari Hibah, Dana darurat, Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lainnya, Dana penyesuaian dan otonomi khusus, Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya, serta Lain lain. Dapat dilihat penyumbang terbesar dari komponen ketiga ini adalah Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lainnya yakni rata-rata sebesar ±33,35% selama empat tahun pengamatan. Pada 2013, Kabupaten Bangka adalah satu-satunya pemerintahan daerah yang menganggarkan Sumbangan Pihak Ketiga dalam Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah walaupun tidak terealisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di luar PAD nya. Walaupun PAD menunjukkan trend meningkat, di sisi lain DAU juga meningkat, artinya tingkat ketergantungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Dana Perimbangan masih cukup tinggi. Pada tahun-tahun mendatang dengan mulai diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang 63

89 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) diharapkan semakin mampu menjadi pendongkrak PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, karena berdasarkan Undang-undang ini, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang sebelumnya merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dilimpahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah. Pelimpahan pengelolaan PBB P2 kepada pemerintah daerah akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada bulan Januari 2014 (pasal 182 ayat (1) UU PDRD). b. Belanja Daerah Berdasarkan tabel 3.1 dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, struktur anggaran belanja APBD meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan program maupun kegiatannya. Klasifikasi belanja tidak langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil atau belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota serta belanja tidak terduga. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rasio antara Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja selama empat tahun pengamatan secara rata-rata sebesar 50,86% sedangkan rasio Belanja langsung terhadap total belanja rata-rata sebesar 52,37%. Untuk tahun 2013 rasio antara Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja tertinggi terdapat pada Kabupaten Bangka sebesar 76,36% disusul oleh Pemerintahan Kota Pangkalpinang sebesar 74,24%, Pemerintahan Provinsi merupakan yang terendah yakni sebesar 54,08%. Sedangkan untuk rasio antara Belanja Langsung (Belanja Modal) terhadap total Belanja diantara pemerintahan Kabupaten/Kota juga bervariasi, angka rasio tertinggi terdapat pada Pemerintahan Kabupaten Bangka Barat yaitu 64

90 31,08% disusul oleh Kabupaten Bangka Selatan 29,99% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Bangka sebesar 19,65% (data pada lampiran). Diantara ketiga komponen dalam Belanja Langsung, Belanja Modal mendapatkan porsi paling besar selama empat tahun pengamatan, yakni 52,70%. Bahkan bila diamati lebih lanjut, nilai rasio belanja modal terhadap total belanja, rata-rata hanya sebesar 27,56%, artinya APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mengalokasikan belanja modal belum mencapai 30% sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun Kabupaten Bangka Barat merupakan satu-satunya pada tahun 2013 yang mengalokasikan belanja modal sebesar 31,08% dari total belanjanya (data pada lampiran).sedangkan untuk pemerintahan Kabupaten/Kota lainnya masih di bawah 30%. Apabila dijabarkan lebih lanjut, dalam Belanja Tidak langsung, alokasi belanja pegawai selalu menjadi belanja yang paling besar, yaitu sebesar 68,75%. Alokasi belanja pegawai ini mencapai rata-rata 33,39% dari keseluruhan Belanja selama empat tahun. Belanja hibah merupakan alokasi terbesar kedua dengan rata-rata alokasi pertahun sebesar 8,98%. Belanja Bagi Hasil kepada Prov/Kab/Kota mendapat alokasi terbesar ketiga sebesar 8,47% disusul oleh Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemdes dalam Belanja Tidak Langsung merupakan alokasi terbesar keempat dengan rata-rata alokasi per tahun mencapai 7,95% dalam Belanja Tidak Langsung. Sesuai Permendagri No. 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2013, diantara pemerintahan Prov/Kab/Kota, Kabupaten Bangka merupakan satu-satunya yang mengalokasikan Belanja Bantuan Kepada Partai Politik. Besarnya alokasi belanja pegawai dengan sendirinya akan mengurangi alokasi belanja modal. Litbang Kompas menyebutkan, kurun waktu alokasi belanja modal semakin kecil.hanya 40 dari 420 daerah (9,5 persen) yang mengalokasikan belanja modal diatas 50 persen dari total APBD. Jumlah daerah ini semakin berkurang, hingga pada tahun 2011 tinggal 7 dari 491 daerah (1,4 persen) saja yang 65

91 mengalokasikan Belanja APBD di atas 50 persen. Belanja pegawai merupakan Belanja Tidak Langsung yang secara rutin dianggarkan, termasuk belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja modal merupakan Belanja Langsung yang ditambah-kurangkan melalui proses Musrenbang setiap tahunnya yang diselenggarakan oleh Bappeda. c. Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Uraian Tabel 3.2 REALISASI APBD SE-PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (dalam jutaan rupiah) Tahun 2013 Prov. Bangka Belitung Kab. Bangka Kab. Belitung Kota Pangkal Pinang Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pendapatan 1,554, ,528, , , , , , , PAD 478, , , , , , , , Dana Perimbangan 1,065, ,033, , , , , , , DBH 172, , , , , , , , DAU 717, , , , , , , , DAK 44, , , , , , , , Dana penyesuaian dan otonomi khusus 131, , , , , , , , Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 10, , , , , , Belanja 1,820, ,591, , , , , , , Belanja Tidak Langsung 984, , , , , , , , Belanja Langsung 443, , , , , , , , Pembiayaan Netto 282, , , , , , , , Uraian Kab. Bangka Selatan Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Barat Kab. Belitung Timur Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pendapatan 574, , , , , , , , PAD 22, , , , , , , , Dana Perimbangan 502, , , , , , , , DBH 53, , , , , , , , DAU 363, , , , , , , , DAK 63, , , , , , , , Dana penyesuaian dan otonomi khusus 21, , , , , , , , Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 49, , , , , , , , Belanja 652, , , , , , , , Belanja Tidak Langsung 455, , , , , , , , Belanja Langsung 195, , , , , , , , Pembiayaan Netto 77, , , , , , , , Sumber data: LRA unaudited 2013 Pemda se-provinsi Bangka Belitung (diolah) Dari tabel 3.2 di atas dapat dilihat realisasi APBD tahun 2013 pada seluruh pemerintah daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada seluruh pemerintahan Prov/Kab/Kota secara rata-rata Pendapatan terealisasi sebesar 98,32% dari yang dianggarkan. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap pemerintah daerah secara umum tercapai atau bahkan ada yang melampaui, kecuali pada Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Selatan. Tidak tercapainya 66

92 target PAD Kabupaten Bangka Selatan disebabkan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan hanya tercapai 42,81% atau sebesar Rp. 2,70 milyar dari yang direncanakan dan Lain-lain PAD Asli Daerah yang direncanakan Rp.11,27 Milyar hanya terealisasi sebesar 73,99% Untuk Dana Perimbangan, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada pemda provinsi/kabupaten/kota hampir secara keseluruhan terealisasi sebesar 100%. Satu-satunya DAK yang hanya terealisasi sebesar 65,75% adalah Kabupaten Bangka Barat yang disebabkan karena tidak terealisasinya kegiatan pada Bidang Kelautan berupa pembangunan fisik pangkalan ikan sebesar Rp. 5,18 Milyar dan pada Bidang Pendidikan baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) yang masing-masing dianggarkan Rp. 2,2 Milyar, Rp. 2,25 Milyar dan Rp. 1,10 Milyar berupa pengadaan fisik gedung sekolah dan pengadaan buku-buku sekolah, dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis pelaksanaan DAK pada Bidang Pendidikan. Sedangkan Dana Bagi Hasil (DBH) baik pajak maupun bukan pajak bervariasi tergantung potensi masing-masing daerah. d. Detil Jenis Pendapatan dalam APBD Pada tulisan ini disajikan detil realisasi pendapatan pada APBD Provinsi Bangka Belitung Tahun 2013, sebagaimana ditunjukkan pada tabel Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 pengertian fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Berdasarkan klasifikasi fungsi, APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara agregat, dapat dilihat dalam grafik

93 Nama Akun Prop. Bangka Belitung Kab. Belitung Kab. Bangka Pemerintahan Daerah Kab. Bangka Kab. Bangka Barat Tengah Kab. Bangka Selatan Kab. Belitung Timur Kota Pangkalpinan A. Pendapatan I. Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah 447, , , , , , , , , Pendapatan Retribusi Daerah 4, , , , , , , , , Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5, , , , , , , , , Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 38, , , , , , , , , Jumlah Pendapatan Asli Daerah 495, , , , , , , , , II. Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil Pajak 60, , , , , , , , , b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 85, , , , , , , , , c. Dana Alokasi Umum 717, , , , , , , , ,340, d. Dana Alokasi Khusus 44, , , , , , , , , Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan 907, , , , , , , , ,336, Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya a. Dana Otonomi Khusus b. Dana Penyesuaian 125, , , , , , , , , Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 125, , , , , , , , , Transfer Pemerintah Provinsi a. Pendapatan Bagi Hasil Pajak - 22, , , , , , , b. Pendapatan Bagi Hasil Lainnya , , , , Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi - 22, , , , , , , Jumlah Pendapatan Transfer 1,033, , , , , , , , ,928, III. Lain-lain Pendapatan yang Sah a. Pendapatan Hibah - - 3, , , , , b. Pendapatan Dana Darurat c. Pendapatan Lainnya - 19, , , , , Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah - 19, , , , , , , Jumlah Pendapatan (A.I + A.II + A.III) 1,528, , , , , , , , ,940, Sumber data: LRA Tahun 2013 Pemda Se-Provinsi Bangka Belitung Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Total 68

94 Grafik 3.1 APBD Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun Sumber data: diolah Ket: A Pelayanan Umum F Kesehatan B Ketertiban dan ketentraman G Pariwisata dan Budaya C Ekonomi H Pendidikan D Lingkungan Hidup I Perlindungan sosial E Perumahan dan Fasilitas umum Dari grafik di atas, terlihat selama empat tahun pengamatan, fungsi pelayanan umum (A) selalu mendapatkan porsi terbesar dalam APBD, disusul oleh fungsi pendidikan (H) kemudian Perumahan dan Fasilitas Umum (E), Ekonomi (C),Kesehatan (F), Lingkungan hidup (D), Perlindungan sosial (I), Ketertiban dan ketenteraman (B) dan terakhir Pariwisata dan budaya (G). Peningkatan per tahun yang terjadi pada fungsi pelayanan umum secara persentase dibandingkan dengan alokasi pada tahun sebelumnya adalah, tahun 2012 peningkatan alokasi meningkat sebesar 27,94% dibanding alokasi tahun Tahun 2013 meningkat sebesar 13,34% dibandingkan alokasi tahun 2012, penurunan hanya terjadi pada tahun 2011 dibanding dengan 2010 yakni sebesar 12,95%. Pada fungsi pendidikan, alokasi dana cenderung meningkat, tahun 2010 ke 2011, 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 masing-masing mengalami peningkatan sebesar 10,53%, 13,60% dan 16,00%. Pada fungsi Perumahan dan fasilitas umum selama empat tahun pengamatan, alokasi dana mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir yaitu 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 masing-masing adalah 26,87% dan 16,21%. Penurunan terjadi pada 2011 yaitu sebesar 16,24% jika dibandingkan dengan alokasi tahun Pada fungsi kesehatan, alokasi pada tahun 2011 naik sebesar 11,79%, 69

95 alokasi tahun 2012 turun sebesar 3,36% dan kemudian terjadi peningkatan kembali pada tahun 2013 sebesar 19,92%. Pada fungsi Ekonomi, peningkatan terjadi pada 2012 dan 2013 masing-masing adalah 34,45% dan 25,78%, sementara itu pada tahun 2011 terjadi penurunan alokasi menjadi hanya sebesar 10,47% dibanding alokasi pada Untuk melihat lebih jelas bagaimana porsi masing-masing fungsi dalam APBD pada periode pengamatan ( ), bisa terlihat dalam grafik di bawah yang memberikan gambaran persentase alokasi dana yang diperoleh tiaptiap fungsi dalam APBD dan bagaimana perkembangan atau perubahan yang terjadi dalam pengalokasian masing-masing fungsi. Grafik 3.2 Persentase Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun Sumber data: diolah Grafik di atas memberikan gambaran bahwa secara umum prioritas fungsi secara agregat, dalam APBD pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mengalami perubahan yang berarti. Terlihat bahwa fungsi pelayanan umum (A) menjadi prioritas utama selama tahun 2010 sampai Dana yang dialokasikan untuk melaksanakan fungsi pelayanan umum mencapai 35,65% dari total APBD Prioritas kedua dalam APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana terlihat pada grafik di atas adalah fungsi 70

96 pendidikan (H). Fungsi tersebut memperoleh alokasi dana selama tahun berkisar 23,03%. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di atas porsi untuk fungsi ini cenderung mengalami kenaikan, penurunan hanya terjadi pada periode Prioritas ketiga yang ditunjukkan oleh grafik di atas adalah fungsi perumahan dan fasilitas umum (E) yang selama periode 2010 sampai 2013 memperoleh porsi 17,65%. Disusul berikutnya adalah fungsi kesehatan (F) yang menjadi prioritas keempat dalam APBD pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama tahun 2010 sampai 2013, yakni dengan porsi alokasi sebesar 11,70%. Fungsi ekonomi (C) menjadi prioritas kelima pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan porsi sebesar 10,67%. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara secara umum lima fungsi prioritas pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara berurutan adalah: 1) Pelayanan Umum, 2) Pendidikan, 3) Perumahan dan Fasilitas Umum, 4) Kesehatan, dan 5) Ekonomi. 3. Berdasarkan Klasifikasi Urusan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. Terdapat 35 (tiga puluh lima) urusan yang tercakup dalam APBD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: 1 Pendidikan 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 2 Kesehatan 20 Pemerintahan Umum 3 Pekerjaan Umum 21 Kepegawaian 4 Perumahan 22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 5 Penataan Ruang 23 Statistik 6 Perencanaan Pembangunan 24 Kearsipan 7 Perhubungan 25 Komunikasi dan Informatika 8 Lingkungan Hidup 26 Ketahanan Pangan 9 Pertanahan 27 Perpustakaan 10 Kependudukan dan Catatan Sipil 28 Pertanian 11 Pemberdayaan Perempuan 29 Kehutanan 12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 30 Energi dan Sumberdaya Mineral 13 Sosial 31 Pariwisata 14 Tenaga Kerja 32 Kelautan dan Perikanan 15 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 33 Perdagangan 71

97 16 Penanaman Modal 34 Perindustrian 17 Kebudayaan 35 Transmigrasi 18 Pemuda dan Olah Raga Diantara tiga puluh lima urusan tersebut terdapat empat urusan yang selama empat tahun pengamatan mendapatkan porsi alokasi dana terbesar yaitu: Pemerintahan Umum, Pendidikan, Pekerjaan Umum dan Kesehatan. Grafik 3.3 Porsi Alokasi Pagu Terbesar APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun Sumber : (data diolah) Grafik di atas menggambarkan bahwa selama periode keempat urusan ini selalu menjadi prioritas utama dan tidak banyak mengalami perubahan. Apabila dilihat dari porsi yang dialokasikan memang terjadi naik turun namun tidak dalam jumlah yang besar. Apabila dilihat dari besarnya dana yang dialokasikan pada keempat urusan prioritas tersebut, terlihat bahwa selama periode tersebut pada umumnya juga terjadi kenaikan maupun penurunan alokasi dana untuk urusan-urusan tersebut. Hal ini dapat terlihat pada grafik berikut: 72

98 Grafik 3.4 Perkembangan Pagu Terbesar APBD Provinsi Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun Sumber: (data diolah) A. Alokasi Dana Transfer Dana transfer merupakan pendapatan terbesar dalam pendapatan pemerintah daerah. Seperti terlihat dalam tabel di bawah, Dana Transfer yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, menyumbang 81,18% pendapatan daerah. Tabel 3.4 Alokasi Dana Transfer pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun (dalam jutaan rupiah) Uraian Anggaran % Anggaran % Anggaran % Anggaran % Pendapatan 3,538, ,980, ,061, ,940, DBH 582, , , , DAU 2,111, ,354, ,991, ,340, DAK 193, , , , Dana penyesuaian dan otonomi khusus 7, , , , Total Dana Transfer 2,894, ,197, ,196, ,731, Sumber: ( )(data diolah) dan LRA 2013 Provinsi Bangka Belitung 1. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya 73

99 sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan Presiden. Setiap provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Besaran DAU dihitung menggunakan rumus/formulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan variabel jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada di setiap masingmasing wilayah/daerah. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, jumlah DAU yang diterima pada tahun 2012 mencapai Rp2,99 trilun dan menempati porsi tertinggi terhadap total pendapatan yakni 59,10%. Di tahun 2013, alokasi meningkat 10,44% menjadi Rp3,34 triliun dengan porsi 56.23% dari total pendapatan daerah. Apabila dibandingkan dengan angka 2010, maka alokasi DAU 2013 telah meningkat 36,79% dengan porsi pagu berada pada kisaran di atas 50% setiap tahunnya. Kondisi tersebut menggambarkan tingkat ketergantungan daerah terhadap DAU belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK yang diterima selama empat tahun cenderung naik dari tahun ke tahun. Alokasi DAK tahun 2012 mencapai Rp283,25 milyar dengan porsi terhadap total pendapatan daerah mencapai 5,60%. Selanjutnya di tahun 2013 jumlah yang diterima meningkat sekitar 16,61% menjadi Rp339,67 milyar dengan porsi meningkat menjadi 5,98%. 3. Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil termasuk penyumbang pendapatan yang cukup signifikan untuk daerah. Pada tahun 2012, total DBH yang diterima mencapai Rp638,63 milyar atau menyumbang porsi 12,62% dari total pendapatan daerah. Tahun

100 menunjukkan peningkatan DBH sekitar 6,84% menjadi Rp682,34 milyar, akan tetapi porsinya berubah menjadi 11,49% dari total pendapatan daerah. 4. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Dana Otonomi Khusus atau Dana Otsus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian merupakan penyumbang pendapatan terbesar keempat setelah DAK, dimana pada tahun 2012 tercatat menerima total Rp283,29 milyar atau 5,60% dari total pendapatan daerah. Selanjutnya tahun 2013 terjadi peningkatan 30,53% ke angka Rp369,78 milyar dan menyumbang porsi 6,22% dari total pendapatan daerah. Peningkatan ini sebagian dikarenakan adanya tambahan Dana Insentif Daerah sesuai PMK. 202/PMK.07/2012 tanggal 17 Desember 2012, atas keberhasilan Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK. Tabel 3.5 Alokasi Dana dan Realisasi Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun (dalam jutaan rupiah) Uraian Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi DBH 582, , , , , , , , DAU 2,111, ,193, ,354, ,398, ,991, ,991, ,340, ,340, DAK 193, , , , , , , , Dana penyesuaian 7, , , , , , , , Total Dana Transfer 2,894, ,939, ,197, ,891, ,196, ,196, ,731, ,698, Sumber: dan data Triwulan IV 2013 Pemda se-provinsi Kepulauan Bangka Belitung. B. Alokasi Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama Dana DK, TP dab UB yang dialokasikan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini: 75

101 Grafik 3.5 Alokasi dana DK, TP dan UB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Sumber:LKPP (data diolah) 1. Dana Dekonsentrasi Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menerima alokasi dana dekonsentrasi sebesar Rp241,7 miliar, namun di tahun 2011 terjadi penurunan yang cukup signifikan sekitar 31,27%, dan makin turun sebesar 60,94% pada 2012, kemudian naik sebesar 95,34% pada alokasi Tugas Pembantuan Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan dilaksanakan setelah adanya penugasan pemerintah melalui kementerian negara/lembaga kepada kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) atas beban APBN dan dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat fisik. Alokasi dana Tugas Pembantuan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. 76

102 Kenaikan tertinggi terjadi pada 2013 yakni sebesar 65,30% dibanding alokasi pada Urusan Bersama Dana Urusan Bersama adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, indeks fiskal dan kemiskinan daerah, serta indikator teknis. Alokasi dana Urusan Bersama saat ini mendapat alokasi paling rendah dibandingkan dana lain yang disalurkan melalui kementerian/lembaga, selama tahun 2010 hingga 2013 terjadi fluktuasi. Pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 67,75% dibandingkan tahun 2010, kemudian meningkat secara signifikan sebesar 326,79% pada tahun Lalu, mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 sebesar 40,32%. BOKS : Menuju Visit Pangkalpinang 2015 Sektor kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan Kota Pangkalpinang berkembang dengan kriteria optimis pada tahun 2013 dan diharapkan akan terjadi peningkatan yang lebih signifikan pada tahun Kinerja sektor kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan Kota Pangkalpinang tergambar dalam beberapa indikator kinerja yaitu pada jumlah kegiatan (events) kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan olahraga yang telah dilaksanakan di Kota Pangkalpinang selama tahun 2013 sebanyak 176 kegiatan terdiri dari 64 kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yaitu 32 kegiatan kebudayaan, 18 kegiatan kepariwisataan, 14 kegiatan kepemudaan dan olahraga, kemudian terdapat 112 kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan Event Organizer. Walaupun dari sisi anggaran terdapat penurunan anggaran sebesar 5,38 persen atau Rp ,- dari anggaran tahun 2012, akan tetapi Pendapatan dari sektor kepariwisataan justru meningkat dan menyumbang 10,03 persen bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) sektor pajak, yaitu sebesar Rp ,- terdiri dari pajak hotel sebesar Rp ,- pajak restoran dan rumah makan sebesar Rp ,- dan pajak hiburan sebesar Rp ,-. Sedangkan pada tahun 2012, dengan anggaran sebesar Rp ,- Pendapatan dari sektor kepariwisataan hanya menyumbang 8,53% bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) sektor pajak, yaitu sebesar Rp ,-. Hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya jika 77

103 anggaran suatu kegiatan ditambah akan selalu diikuti dengan peningkatan result/hasilnya, sebaliknya jika anggaran suatu kegiatan dikurangi belum tentu selalu akan mengurangi hasil. Pada kenyataannya sektor pariwisata juga tidak dapat mengandalkan hanya pada APBD saja, tentunya peran pihak ketiga/sektor swasta akan sangat berperan dalam meningkatkan kepariwisataan di Kota Pangkalpinang. Pangkalpinang tetap menjadi pintu gerbang utama masuknya wisatawan ke Bangka Belitung, tercatat jumlah penumpang yang masuk melalui Bandara Depati Amir Pangkalpinang pada tahun 2013 sejumlah orang dan melalui Pelabuhan Pangkalbalam sejumlah orang. C. Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menyatakan Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. Profil BLUD RSUD Depati Hamzah Sampai dengan tahun 2013, hanya ada 1 (satu) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di wilayah kerja Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah. Berdasarkan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 34 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Depati Hamzah Kota Pangkal Pinang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), maka terhitung 1 Januari 2011 RSUD Depati Hamzah resmi beroperasi sebagai BLUD. Profil BLUD RSUD Depati Hamzah dapat dilihat pada tabel berikut. 78

104 Tabel 3.6 Profil BLU Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No. Jumla Nama BLUD Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM h Pagu Layanan Kesehatan 1. RSUD Depati Hamzah 702, , , , 64 Sumber: RSUD Depati Hamzah Pada bulan Januari 2011 RSUD Depati Hamzah resmi beroperasi menjadi BLU Daerah. Tahun 2011 aset tetap yang digunakan Rumah Sakit Daerah yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat berupa pelayan kesehatan rumah sakit dan pelayanan medis lainnya belum sepenuhnya milik RSUD Depati Hamzah. Aset tetap berupa tanah dan gedung yang ada masih milik Pemerintah Kota Pangkalpinang, namun tahun 2012 dan 2013 tanah dan gedung sudah dikeluarkan dari catatan aset RSUD Depati Hamzah. Perkembangan nilai aset RSUD Depati Hamzah tahun dapat dilihat dari tabel berikut. No. Tabel 3.7 Perkembangan Aset RSU Daerah Depati Hamzah Tahun (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Aset Nama BLUD RSUD Depati Hamzah ,15 208,23 702,30 Sumber: RSUD Depati Hamzah Berdasarkan tabel di atas diketahui pada tahun 2013 terdapat peningkatan aset sebesar 237,27% dibandingkan dengan aset tahun No. Tabel 3.8 Perkembangan Pagu PNBP RSU Daerah Depati Hamzah Tahun (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Pagu PNBP Nama BLUD RSUD Depati Hamzah , , ,69 Sumber: RSUD Depati Hamzah 79

105 Pagu PNBP yang dianggarkan RSUD Depati Hamzah mengalami peningkatan sebesar 37,81% pada Tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun Tahun 2013 pagu PNBP meningkat sebesar 13,95% dibandingkan dengan tahun RSUD Depati Hamzah menargetkan kenaikan penerimaan PNBP yang tidak terlalu tinggi pada Tahun 2013 dengan memperhatikan pangsa pasar yang ada dan persaingan dengan unit pelayanan kesehatan yang lainnya. No. Tabel 3.9 Perkembangan Pagu RM RSU Daerah Depati Hamzah Tahun (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Pagu RM Nama BLUD RSUD Depati Hamzah 6.746, , ,95 Sumber: RSUD Depati Hamzah Pada tahun 2012, pagu RM yang dikucurkan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang naik sebesar 31,36% dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2013 pagu RM turun sebesar (35,69)% dibandingkan dengan tahun Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada RSUD Depati Hamzah berkembang secara mandiri dalam pengelolaan penerimaan PNBP. Manajemen tidak hanya tergantung dari dana APBD, sehingga dapat meningkatkan perbaikan kualitas pelayanan. Perbaikan kualitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan PNBP. No. Tabel 3.10 Perkembangan Total Pagu RSUD Depati Hamzah Tahun Nama BLUD PNBP + RM (dalam jutaan rupiah) 1. RSUD Depati Hamzah , , ,64 Sumber: RSUD Depati Hamzah Tahun 2012 total pagu naik sebesar 35,89% dibandingkan tahun 2011 namun tahun 2013 turun sebesar (0,29)% dibandingkan tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari 1 pemerintah provinsi, 5 pemerintah kota/kabupaten di Pulau Bangka dan 2 pemerintah kabupaten di Pulau 80

106 Belitung namun baru 1 BLU Daerah yang dikelola sehingga potensi pembentukan BLU Daerah cukup besar di masa datang. D. Manajemen Investasi Investasi pemerintah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement) dan kredit program. 1. Penerusan Pinjaman Penerusan pinjaman pemerintah pusat kepada pemerintah daerah/bumd di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa pinjaman yang berasal dari Subsidiary Loan Agreement (SLA), Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD). Profil penerusan pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel berikut. Tabel 3.11 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No. Perjanjian Pinjaman Debitur Penarikan/ Plafon Tingkat Bunga SLA-976/DP3/1997 PDAM Kab. Bangka 1.849,79 11,5% SLA-1092/DP3/1998 PDAM Kab. Belitung 1.091,10 11,5% SLA-589/DDI/1991. PDAM Pangkalpinang 1.763,32 9,0% RDA-207/DP3/1994 PDAM Pangkalpinang 1.037,70 11,5% SLA-975/DP3/1997 Pemkab Bangka 225,53 11,5% Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN per 31 Desember 2013 PDAM Pangkalpinang dengan Perjanjian Pinjaman Nomor SLA-589/DDI/1991 dan Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-207/DP3/1994 termasuk dalam kelompok 28 PDAM yang tidak mengajukan permohonan penyelesaian utang dan tidak melunasi kewajibannya sampai dengan tanggal 4 Oktober PDAM Pangkalpinang sebenarnya sampai dengan tanggal 4 Juli 2013 telah diberi kesempatan untuk mengajukan permohonan restrukturisasi pinjaman sesuai dengan PMK Nomor 114/PMK.05/2012. Akibat program restrukturisasi tersebut tidak diikuti, maka PDAM Pangkalpinang wajib melunasi seluruh tunggakan pokok dan non pokok paling lambat tanggal 4 Oktober Berdasarkan pasal 9 ayat (1) PMK Nomor 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, RDI, dan RPD 81

107 pada PDAM, batas waktu, penyelesaian piutang negara akan diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dalam hal ini diserahkan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang sesuai domisili PDAM. Dengan demikian, semua tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam hal ini Direktorat Sistem Manajemen Investasi terkait dengan pengurusan piutang negara pada PDAM Pangkalpinang akan beralih ke PUPN Cabang Bangka Belitung melalui KPKNL Pangkalpinang. No. Tabel 3.12 Perkembangan Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Perjanjian Pinjaman Penarikan / Plafon Bayar Tunggakan Pokok Non Pokok Jumlah SLA-976/DP3/ , , , ,83 SLA-1092/DP3/ , , , ,06 SLA-589/DDI/ , , , ,97 RDA-207/DP3/ , , , ,62 SLA-975/DP3/ ,53 225, ,38 423,38 JUMLAH 5.967,44 225, , , ,86 Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN 31 Desember 2013 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa piutang pemerintah pusat kepada debitur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp16,21 milyar. Dari pinjaman yang telah ditarik oleh debitur sampai dengan 31 Desember 2013 hanya Pemkab Bangka yang tercatat telah melakukan pembayaran pokok sebesar Rp namun masih mempunyai tunggakan non pokok sebesar Rp , sedangkan debitur lainnya belum melakukan pembayaran sama sekali. Untuk penyelesaian pinjaman tersebut, pemerintah telah melaksanakan program restrukturisasi pinjaman melalui peraturan sebagai berikut: a. Peraturan Menteri Keuangan No. 153/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Pemerintah Daerah; b. Peraturan Menteri Keuangan No. 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, 82

108 Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum; 2. Kredit Program Kredit Program merupakan kredit/pembiayaan yang disalurkan kepada UMKM dan Koperasi untuk mendukung program pemerintah guna mendorong perkembangan ekonomi nasional. Pemerintah membuat beberapa skema kredit program yang penyalurannya melalui bank umum. Penyaluran kredit program secara executing bank menggunakan dana perbankan dengan beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah seperti subsidi bunga dan penjaminan. Kredit program diberikan untuk komoditas dan klasifikasi debitur yang telah ditentukan. Kredit program yang disalurkan diantaranya sebagai berikut: a. KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Berdasarkan PMK Nomor 79/PMK.05/2007 sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 198/PMK.05/2010, KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani, dan/atau Koperasi meliputi antara lain : pengembangan tanaman pangan, tanaman hortikultura dan lain sebagainya. b. KUR (Kredit Usaha Rakyat) Kredit Usaha Rakyat adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Berdasarkan PMK Nomor 135/PMK.05/2008 sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 189/PMK.05/2010, KUR yang disalurkan kepada setiap UMKM-K dapat digunakan baik untuk kredit modal kerja maupun kredit investasi. c. KPEN-RP (Kredit Pengembangan Energi Nabati Revitalisasi Perkebunan) Kredit Pengembangan Energi Nabati Revitalisasi Perkebunan adalah kredit yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bakar Nabati dan Program Revitalisasi Perkebunan. Data penyaluran kredit program di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagaimana Tabel

109 No. Tabel 3.13 Penyaluran Kredit Program Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Bank Kredit Program Komoditas Penyalura n Outstanding Jumlah Debitur 1. BRI KKP-E Tanaman 703,55 703,55 N/A Sub Total 703,55 703,55 N/A 1. BNI KUR Gabungan BRI KUR (Ritel) Gabungan BRI KUR (Mikro) Gabungan Mandiri KUR Gabungan BTN KUR Gabungan BSM KUR Gabungan Bank KUR Gabungan Sub Total Bank KPEN-RP 1) Sawit ) 1 Sub Total Total Sumber: Data Dit. SMI posisi 30 Juni 2013 (diolah) 1) Data KPEN-RP belum termasuk data penyaluran bank BUMN 2) Outstanding KPEN-RP lebih tinggi dari penyaluran karena kapitalisasi bunga ke dalam pokok pinjaman Selain kredit program sebagaimana Tabel... juga terdapat kredit program yang berasal dari Surat Utang Pemerintah No. SU-005/MK/2009 berupa Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK). KUMK merupakan kredit modal kerja dan investasi yang diberikan oleh perbankan kepada usaha mikro dan kecil guna pembiayaan usaha produktif. Usaha produktif adalah usaha pada semua sektor ekonomi (termasuk pembiayaan untuk sektor pertanian) yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha mikro dan kecil. KUMK disediakan dalam rangka meningkatkan akses usaha mikro dan kecil terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau. Data penyaluran KUMK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel

110 Tabel 3.14 Penyaluran KUMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No. Sektor Plafon Penyalura n Outstandin g Jumlah Debitur I PT Pegadaian (Persero) 1. Pertanian 12,13 13, Pertambangan Industri Pengolahan 23,10 658, Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan 185, , Perumahan Pengangkutan, Pergudangan Jasa Lainnya , Sub Total 364, , BPD Sumsel Babel 1. Pertanian , , Pertambangan Industri Pengolahan 9.768, Listrik, Gas dan Air Konstruksi , , Perdagangan, Restoran dan , , Perumahan Hotel 859, Pengangkutan, Pergudangan 167,42 386, dan Jasa Komunikasi Lainnya , ,18 91 Sub Total , , , Total , , , Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN posisi 30 Juni 2013 (data diolah) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penyaluran KUMK kepada debitur Pegadaian telah lunas dan Pegadaian belum menyalurkan KUMK lagi di Provinsi Bangka Belitung sedangkan pada BPD Sumsel Babel penyaluran dilakukan kepada debitur dengan outstanding pinjaman sebesar Rp29,63 milyar. 85

111 Pulau Burung Kabupaten Belitung 86

112 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 87

113 A. Kebijakan Fiskal 1. Kebijakan Alokasi Anggaran BAB IV ANALISIS FISKAL REGIONAL Kebijakan alokasi anggaran merupakan upaya pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengelolaan keuangan yang baik ditandai dengan kebijakan pengalokasian anggaran yang efektif, transparan, akuntabel dan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Analisis yang dilakukan berikut ini untuk mengetahui komposisi alokasi anggaran pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai kebijakan fiskal yang mempengaruhi perekonomian regional. Kebijakan alokasi anggaran yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, APBD dan APBN Tahun (Rp milyar) Alokasi Belanja APBN (Babel) 1) % % % APBD 2) % % % Jumlah % % % Pertumbuhan 10% 22% 14% APBN 3) Perbandingan APBN Babel dengan APBN 0,15% 0,15% 0,13% Sumber: 1) LKPP Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung ) (data diolah) 3) Data pokok APBN Kementerian Keuangan RI Grafik 4.1 Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan APBD Tahun Sumber: 1) APBN (Babel): LKPP Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung ) APBD: (data diolah) 88

114 Pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d rata-rata pertumbuhan alokasi belanja di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 15% per tahun. Pertumbuhan alokasi belanja tertinggi pada tahun 2012 sebesar 22% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 10%, sedangkan pertumbuhan alokasi belanja pada tahun 2013 sebesar 14%. Belanja yang dialokasikan untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada APBN rata-rata sebesar 28% dari total alokasi belanja (APBN dan APBD) dengan kecenderungan mengalami penurunan setiap tahunnya dari 30% pada tahun 2011 menjadi 26% tahun Sedangkan alokasi belanja pada APBN untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata sebesar 0,14% dari total belanja APBN secara nasional. Alokasi belanja antar wilayah pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (Rp milyar) Uraian Prov Bangka Belitung Pangkal Pinang Bangka Selatan Bangka Tengah Bangka Barat Belitung Timur Belanja APBD 1.909,26 816,38 723,93 626,34 605,18 571,50 593,44 685,53 Persentase 29% 12% 11% 10% 9% 9% 9% 10% Sumber: (data diolah) Grafik 4.2 Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Sumber: APBD: (data diolah) Pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 alokasi belanja APBD yang terbesar dialokasikan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan 89

115 Bangka Belitung sebesar 29% sedangkan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah mengalokasikan belanja APBD paling kecil yaitu sebesar 9%. Alokasi belanja APBD Provinsi setara 2,9 kali rata-rata APBD Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional a. PDRB Tabel 4.3 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian PDRB (yoy) 6,50% 5,73% 5,29% Pertumbuhan PDRB 12,1% -11,8% -7,7% Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Bank Indonesia (data diolah) Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa meskipun terjadi peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% namun PDRB turun sebesar 7,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran belum berdampak positif dalam mendorong peningkatan PDRB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilihat dari kecenderungan PDRB yang menurun meskipun alokasi belanja mengalami pertumbuhan dari tahun 2011 s.d b. Indikator demografis: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk. Tabel 4.4 Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Jumlah Penduduk Pertumbuhan Jumlah Penduduk 3,14% 2,89% 3,93% Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: Jumlah Penduduk: BPS (data diolah), perkiraan jumlah penduduk 2013 menggunakan data KPU: Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 3,93% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah penduduk 90

116 relatif stabil dikisaran 3% meskipun pertumbuhan alokasi belanja berfluktuasi dari tahun 2011 s.d c. Indikator kesejahteraan: IPM, tingkat kemiskinan Tabel 4.5 Pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,40 73,85 NA Pertumbuhan IPM 0,82% 0,61% NA Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: BPS (data diolah) Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan IPM sebesar 0,61% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan IPM tahun 2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya meskipun pertumbuhan alokasi belanja meningkat lebih dari dua kali dibangkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran berdampak positif dalam mendorong peningkatan pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung namun dibutuhkan peningkatan alokasi anggaran yang cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan IPM. Sehingga diperkirakan peningkatan IPM pada tahun 2013 akan relatif kecil mengingat pertumbuhan alokasi anggaran pada tahun yang sama lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 4.6 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Jumlah Penduduk Miskin 72,05 71,36 69,22 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin -22% -1% -3% Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: Jumlah Penduduk Miskin: BPS (data diolah/dalam ribuan) Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% dapat menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin sebesar 3% 91

117 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran berdampak positif dalam menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk miskin semakin berkurang seiring dengan meningkatnya alokasi belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. d. Indikator sektoral: kesehatan dan pertanian Tabel 4.7 Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Jumlah Fasilitas Kesehatan NA Pertumbuhan Jumlah Fasilitas Kesehatan -2,55% 3,06% NA Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: BPS (data diolah) Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan sebesar 3,06% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya alokasi anggaran diperkirakan terjadi peningkatan jumlah fasilitas kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 Tabel 4.8 Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Nilai Tukar Petani (NTP) 99,16 99,17 NA Pertumbuhan NTP 3,54% 0,01% NA Pertumbuhan alokasi belanja 10% 22% 14% Sumber: BPS (data diolah) Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan Nilai Tukar Petani sebesar 0,01% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun terjadi peningkatan nilai NTP namun peningkatan yang terjadi relatif kecil sehingga peningkatan 92

118 alokasi anggaran pada tahun 2013 diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan nilai NTP. 3. Analisis Kebijakan Fiskal Tematik Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sesuai dengan karakteristik wilayahnya yang terdiri dari banyak pulau-pulau, mempunyai pemandangan alam yang indah yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Selain keindahan alam, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai potensi kepariwisataan berupa MICE (Meeting, Incentive, Conferences, Exhibition dan Event) yang memadukan unsur kenyamanan dengan bisnis. Banyaknya kunjungan dan kegiatan kepariwisataan dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Analisis berikut ini untuk melihat potret kebijakan fiskal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari postur APBD menurut fungsi pariwisata dan budaya. Tabel 4.9 Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA TA Prov Bangka Belitung Pangkal Pinang Bangka Selatan Bangka Tengah Bangka Barat Belitung Timur Sumber: APBD: (data diolah/dalam jutaan rupiah) Grafik 4.3 Alokasi Belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA Sumber: APBD: (data diolah/dalam jutaan rupiah) 93

119 Pada tabel 4.9 dan grafik 4.3 dapat diketahui belanja APBD menurut fungsi Pariwisata dan Budaya seluruh Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara keseluruhan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali Kabupaten Bangka Barat yang tidak mengalokasikan dan Kabupaten Bangka Selatan yang mengalami penurunan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah belanja APBD seluruh Pemda menurut fungsi Pariwisata dan Budaya mengalami peningkatan sebesar 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan seluruh APBD Pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, porsi alokasi belanja terbesar pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 33% dari seluruh APBD sedangkan alokasi belanja terkecil pada Kabupaten Bangka Barat yang tidak mengalokasikan belanja menurut fungsi pariwisata dan budaya. APBD Pemda di Pulau Belitung cukup besar mengalokasikan belanja APBD untuk fungsi pariwisata dan budaya. Berada pada posisi dua dan tiga secara keseluruhan yaitu Kabupaten Belitung Timur sebesar 19% selanjutnya Kabupaten Belitung sebesar 16%. Tabel 4.10 Pertumbuhan Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA TA Prov Bangka Belitung Pangkal Pinang Bangka Selatan Bangka Tengah Bangka Barat Belitung Timur % -1% -39% 12% -79% -148% - -4% % 15% 30% 18% 45% 72% - 33% % 20% 23% 8% -33% 1% - 15% Sumber: APBD: (data diolah) Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pertumbuhan alokasi anggaran untuk sektor pariwisata pada Tahun 2013 terbesar pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang meningkat sebesar 35% sedangkan pada Kabupaten Bangka Selatan mengalami penurunan sebesar 33% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 94

120 Tabel 4.11 Persentase Perbandingan Belanja Fungsi Pariwisata dan Budaya dengan APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2013 TA Prov Bangka Belitung Pangkal Pinang Bangka Selatan Bangka Tengah Bangka Barat Belitung Timur ,09% 0,84% 1,39% 0,78% 0,71% 0,71% 0,00% 1,76% Sumber: APBD: (data diolah/dalam milyar rupiah) Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 meskipun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak daerah tujuan wisata dan potensi kegiatan kepariwisataan namun alokasi belanja untuk sektor pariwisata rata-rata sebesar 1% bahkan terdapat Pemda yang tidak mengalokasikan belanja untuk sektor pariwisata dan budaya yaitu Kabupaten Bangka Barat. Persentase belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2013 yang terbesar dialokasikan oleh Kabupaten Belitung Timur selanjutnya disusul oleh Kabupaten Belitung. Hal ini menunjukkan keseriusan yang lebih tinggi dari Pemda di wilayah Pulau Belitung untuk menggarap potensi pariwisatanya dibandingkan pemda lainnya di wilayah Pulau Bangka. B. Analisis Fiskal 1. Analisis Pendapatan a. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Tabel 4.12 Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tahun 2012 Daerah Pajak/PDRB PNBP/PDRB PAD/PDRB Prov. Bangka Belitung Kab. Belitung Kab. Bangka Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Selatan Kab. Belitung Timur Kota Pangkalpinang Sumber:Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung Tahun (data diolah) Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, kontribusi pendapatan terhadap PDRB yang terbesar diperoleh dari penerimaan 95

121 pajak Kota Pangkalpinang dan selanjutnya dari PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedangkan penerimaan PNBP relatif lebih kecil kontribusinya terhadap PDRB. b. Analisis kontribusi populasi terhadap pendapatan pemerintah Tabel 4.13 Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Daerah Pajak/Populasi PNBP/Populasi PAD/Populasi Kab. Belitung Kab. Bangka Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Tengah Kab. Bangka Selatan Kab. Belitung Timur Kota Pangkalpinang Sumber: Laporan GFS exercise Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung Tahun , BPS, KPU (data diolah) Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013, kontribusi populasi terhadap penerimaan pajak terbesar diperoleh dari Kota Pangkalpinang yang mencatatkan penerimaan pajak Rp per penduduk sedangkan kontribusi terendah dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Selatan yang penduduknya membayar pajak sebesar Rp8.279 per penduduk. Kontribusi penerimaan PNBP terbesar pada Kabupaten Belitung sebesar Rp per penduduk sedangkan kontribusi penerimaan PNBP terkecil dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Tengah sebesar Rp per penduduk. Kontribusi penerimaan PAD terbesar kembali dicatatkan oleh Kabupaten Belitung sebesar Rp per penduduk sedangkan kontribusi penerimaan PAD terendah kembali dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Selatan sebesar Rp per penduduk. 2. Analisis Belanja a. Perbandingan dengan Belanja APBN 1) Belanja pegawai Rasio dana kelolaan belanja non pegawai 96

122 Tabel 4.14 Rasio Dana Kelolaan Belanja Non Pegawai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Belanja APBN (DK+TP+UB) Belanja Non Pegawai APBD Rasio 11,98% 10,31% 6,82% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio dana kelolaan belanja non pegawai cenderung mengalami penurunan yang berarti bahwa rasio dana kelolaan belanja pegawai selalu mengalami kenaikan (tahun 2013 sebesar 93,28%). 2) Belanja modal, rasio untuk mengetahui perbandingan antara Belanja Modal yang dialokasikan pemerintah pusat (APBN) dengan pemerintah daerah (APBD): Tabel 4.15 Rasio Belanja Modal APBN APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Belanja Modal APBN Belanja Modal APBD Rasio 67,20% 69,77% 49,83% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) 97

123 b. Perbandingan dengan populasi, rasio digunakan sebagai perbandingan spasial antar wilayah, untuk mendapatkan proporsi antar kebijakan fiskal yang tercermin dari APBD dengan indikator demografis (populasi) sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih fair terhadap besaran anggaran pada suatu wilayah: Tabel 4.16 Rasio Belanja Terhadap Populasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Total Belanja APBN + APBD Jumlah Populasi Rasio Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, KPU (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rasio belanja terhadap populasi selalu mengalami kenaikan. Hal ini menggambarkan bahwa alokasi belanja pemerintah pusat dan daerah telah mengantisipasi kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 belanja yang dialokasikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setara Rp per penduduk melebihi rasio belanja terhadap populasi nasional sebesar Rp per penduduk. c. Perbandingan total belanja dengan belanja tertentu 1) Belanja pegawai APBD, rasio untuk mengetahui seberapa besar proporsi dana APBD digunakan untuk membiayai belanja pegawai: 98

124 Tabel 4.17 Rasio Belanja Pegawai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Belanja Pegawai APBD Total Belanja APBD Rasio 41,71% 39,78% 38,40% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio belanja pegawai cenderung mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa belanja untuk keperluan publik mengalami peningkatan dan telah menjadi prioritas pembangunan. 2) Belanja modal infrastruktur, rasio untuk mengetahui keseriusan pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengalokasian Belanja Modal pada APBD: Tabel 4.18 Rasio Belanja Modal APBN APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Belanja Modal APBN Belanja Modal APBD Rasio 67,20% 69,77% 49,83% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio belanja modal APBN APBD berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa Pemda dapat meningkatkan inisiatif pembangunan infrastruktur daerah ketika alokasi belanja modal dari pemerintah pusat pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 99

125 d. Perbandingan dengan sektor ekonomi unggulan yaitu sektor pariwisata untuk Kota Pangkalpinang Tabel 4.19 Rasio Belanja Sektoral terhadap Kontribusi sektor Kepada PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian NA Belanja Sektor Total Belanja APBN APBD NA Kontribusi Sektor NA Total PDRB NA 3,14 NA Rasio Sumber: BPS, (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah), Belanja dan kontribusi sektor pariwisata data diolah dari Pemerintah Kota Pangkalpinang Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya di Kota Pangkalpinang, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB yaitu sebesar 3, Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah a. Ruang fiskal,adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked (DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat), dan mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib). 100

126 Tabel 4.20 Ruang Fiskal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Total Pendapatan DAK Belanja Pegawai Tak Langsung Ruang Fiskal Sumber: (data diolah/dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013, ruang fiskal selalu mengalami kenaikan. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi pendapatan daerah yang semakin meningkat dan mempunyai ketersediaan ruang yang cukup pada anggarannya tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib). Ruang fiskal Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2013 mencapai Rp3,32 triliun atau sekitar 58% dari total pendapatan. b. Rasio kemandirian daerah, adalah rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Apabila rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer berarti daerah tersebut semakin menunjukkan kemandirian demikian pula sebaliknya. Tabel 4.21 Rasio PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian PAD , , ,67 Total Pendapatan PAD , , ,24 Rasio PAD 13.9% 13.5% 13.8% Sumber: (data diolah/dalam jutaan rupiah) Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio PAD yang berada di kisaran 13,7% menunjukkan tingkat kemandirian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang masih rendah. 101

127 Tabel 4.22 Rasio Dana Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Total Dana Transfer , , ,50 Total Pendapatan APBD , , ,24 Rasio Dana Transfer 78% 76% 76% Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 tingkat ketergantungan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Bangka Belitung terhadap alokasi dana transfer dari pemerintah pusat masih sangat tinggi, yakni pada tahun 2013 rasio dana transfer mencapai 76,32% meningkat dari tahun sebelumnya. Tingginya rasio dana transfer ini karena pihak pemda belum mampu memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari rasio kemandirian daerah yang menunjukkan sumbangan PAD terhadap pendapatan daerah hanya 13.76% pada tahun Dari tabel 4.19 dan 4.20 diatas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2013 rasio kemandirian daerah berada pada kisaran 13,7%, sedangkan rasio dana transfer berada pada kisaran 76,6%. Sehingga belum terlihat adanya upaya pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan terhadap alokasi dana transfer dari pemerintah pusat. 4. Analisis Anggaran Belanja Sektoral a. Bidang pelayanan publik dan birokrasi 102

128 Tabel 4.23 Rasio Alokasi Belanja Pelayanan Publik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pagu belanja pelayanan publik APBN + APBD Pagu Belanja APBN + APBD , , ,72 Rasio Alokasi belanja pelayanan publik 31% 35% 34% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) b. Belanja bidang kesehatan Tabel 4.24 Rasio Belanja Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pagu Belanja Kesehatan APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD ,76% 7,59% 8,32% Rasio Belanja Kesehatan Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah) Tabel 4.25 Pertumbuhan fasilitas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan -2,55% 3,06% NA Pertumbuhan Belanja Kesehatan APBN+APBD 16,30% -4,91% 24,89% Pertumbuhan fasilitas kesehatan -15,66% -62,24% NA 103

129 Tabel 4.26 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Medis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan jumlah tenaga medis NA NA NA Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD 16,30% -4,91% 24,89% Pertumbuhan jumlah tenaga medis NA NA NA Tabel 4.27 Pertumbuhan Angka Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan angka kematian bayi N/A N/A N/A Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD Pertumbuhan angka kematian bayi N/A N/A N/A Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah) c. Belanja bidang pendidikan Tabel 4.28 Rasio Belanja Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pagu Belanja Pendidikan APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD Rasio Belanja Pendidikan 19,47% 22,30% 19,51% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah) Dari tabel 4.31 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 2011 s.d menunjukkan bahwa meskipun rata-rata alokasi anggaran untuk pendidikan telah mencapai 20,43% melebihi kewajiban alokasi anggaran 104

130 pendidikan sebesar 20% namun pada tahun 2011 dan 2013 alokasi anggaran pendidikan masih dibawah 20%. Tabel 4.29 Pertumbuhan Partisipasi Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan partisipasi sekolah 2,66% NA NA Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD -0,15% 39,99% -0,31% Pertumbuhan partisipasi sekolah -1720% NA NA Tabel 4.30 Pertumbuhan Jumlah Guru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan Jumlah Guru 4,53% NA NA Pertumbuhan Belanja Pendidikan APBN+APBD -0,15% 39,99% -0,31% Pertumbuhan Jumlah Guru -2928% NA NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) Tabel 4.31 Pertumbuhan Jumlah Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan jumlah sekolah -0,09% NA NA Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD -0,15% 39,99% -0,31% Pertumbuhan jumlah sekolah 56% NA NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) 105

131 Tabel 4.32 Pertumbuhan jumlah buta huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan jumlah buta huruf -10,77% NA NA Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD -0,15% 39,99% -0,31% Pertumbuhan jumlah buta huruf 6964% NA NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) d. Belanja bidang kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan Tabel 4.33 Rasio Belanja Kesejahteraan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pagu Belanja Kesejahteraan APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD Rasio Belanja Kesejahteraan 1,46% 1,41% 1,46% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah) Tabel 4.34 Pertumbuhan HDI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan HDI 0,74% 0,61% NA Pertumbuhan Belanja Kesejahteraan APBN+APBD -10,59% 47,16% 10,13% Pertumbuhan HDI -7,00% 1,30% NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) 106

132 Tabel 4.35 Pertumbuhan Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan Penduduk Miskin 47 N/A N/A Pertumbuhan Belanja Kesejateraan APBN+APBD Pertumbuhan Penduduk Miskin -0.62% N/A N/A Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) e. Bidang pertanian Tabel 4.36 Rasio Belanja Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pagu Belanja Pertanian APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD Rasio Belanja Pertanian 2,14% 2,63% 2,99% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , (data diolah) Tabel 4.37 Pertumbuhan NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan NTP 3,54% 0,01% N/A Pagu Belanja Pertanian APBN+APBD Pertumbuhan NTP 0,00% 0,00% N/A Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun , BPS, (data diolah) 107

133 Tabel 4.38 Pertumbuhan Produksi Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Pertumbuhan Produksi NA NA NA Pagu Belanja APBN+APBD Pertumbuhan produksi pertanian NA NA NA 5. SILPA dan Pembiayaan a. Perkembangan surplus/defisit APBD 1) Rasio surplus/defisit terhadap aggregat pendapatan Rasio ini untuk mengetahui proporsi surplus/defisit anggaran terhadap pendapatan yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatan untuk membiayai belanja, atau penghematan belanja dalam kondisi pendapatan tertentu. 2) Rasio surplus/defisit terhadap PDRB Rasio ini digunakan untuk kondisi kesehatan ekonomi regional. Semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk membiayai hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah. Tabel 4.39 Rasio surplus / defisit terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Surplus / (Defisit) APBD ( ) ( ) ( ) PDRB NA Rasio surplus / defisit thd PDRB -1,75% -1,47% NA Sumber: (data diolah) 108

134 3) Rasio SILPA terhadap alokasi belanja Rasio ini mencerminkan proporsi belanja kegiatan atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah. Tabel 4.40 Rasio SILPA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Jumlah SILPA Total Belanja APBD Rasio SILPA 10,16% 8,02% 13,96% Sumber: (data diolah) b. Pembiayaan daerah 1) Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total pembiayaan Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah untuk membiayai defisit APBD. Tabel 4.41 Rasio Pinjaman Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Rasio Pinjaman Daerah/Obligasi Daerah Total Realisasi Pembiayaan Rasio Pinjaman Daerah Sumber: (data diolah) 2) Keseimbangan Primer 109

135 Tabel 4.42 Rasio Keseimbangan Primer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian Total Pendapatan APBD 1) Total Belanja APBD 2) Belanja Bunga 3) = 1) 2) 3) ( ) ( ) ( ) Rasio Keseimbangan Primer -10,62% -7,69% -15,00% Sumber: (data diolah) 110

136 Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka 111

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/12/Th.VII, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2012 secara triwulanan (q-to-q)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 58/08/35/Th. XII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi Jawa Timur Triwulan II - 2014 (y-on-y)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN

MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN Page 1 MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN KATA PENGANTAR Memuat kata pengantar dari Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan DAFTAR ISI Memuat daftar isi masing-masing bab,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI JAWA TIMUR 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas selesainya

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN No. 50/11/Th.XVII, 5 November Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III- secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 No. 11/02/63/Th XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2011 tumbuh sebesar 6,12%, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasajasa sebesar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KONDISI PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KONDISI PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KONDISI PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 1 Persentase Realisasi Belanja Tahun 2011-2015 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2011 2012 2013 2014

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, Maret 2014 Kepala Kanwil DJPBN Provinsi Kalteng. L u d i r o NIP

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, Maret 2014 Kepala Kanwil DJPBN Provinsi Kalteng. L u d i r o NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas perkenan-nya lah maka Tim Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Tengah dapat menyusun Kajian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.21/05/12/Th.VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP

Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah, rahmat dan karunia-nyalah maka Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ini dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci