Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah, rahmat dan karunia-nyalah maka Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ini merupakan kelanjutan dari Kajian yang sudah disusun sebelumnya yaitu kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara Semester I 2013 dengan harapan kajian fiskal regional kali ini akan lebih lengkap, lebih komprehensif, lebih ilmiah secara akademis dan memenuhi keinginan masyarakat luas. Sebagaimana di Semester I, maka maksud dan tujuan penulisan Kajian Fiskal Regional Sumatera Utara ini adalah : 1. Sebagai output dari pelaksanaan tugas dan fungsi baru Kanwil Ditjen Perbendaharaan di bidang pengelolaan fiskal. 2. Sebagai sarana pelaporan kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan untuk menjadi masukan dalam menyusun kajian fiskal secara nasional/komprehensif. 3. Sebagai sarana pembelajaran bagi penyusun dalam mengolah dan menganalisa datadata keuangan dan ekonomi sehingga terbentuk suatu kajian yang komprehensif. 4. Sebagai media informasi yang bernilai strategis kepada para mitra kerja Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, baik Satuan Kerja maupun Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera Utara. Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari kata sempurna, baik karena keterbatasan pengetahuan penyusun maupun keterbatasan sumber data. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan kajian selanjutnya. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ini khususnya kepada Regional Economist Provinsi Sumatera Utara sehingga kajian ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

3 Harapan kami, semoga dengan adanya Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ini nantinya dapat menjadi solusi dan alternatif bagi Satuan Kerja Kementerian/Lembaga maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam menjalankan roda perekonomian di Provinsi Sumatera Utara khususnya dan secara nasional pada umumnya. Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Syahril Anwar NIP

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Lampiran I. Perkembangan Ekonomi Regional A. Perkembangan Indikator Regional... 2 B. Perkembangan Indikator Sektoral C. Berita Fiskal Regional Terpilih II. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat A. APBN Tingkat Provinsi B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi C. Belana Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi D. Pengelolaan BLU Pusat E. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat III. Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah A. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah B. APBD Tingkat Provinsi C. Badan Layanan Umum Daerah IV. Analisis Fiskal Regional A. Pendapatan Pusat dan Daerah B. Analisis Belanja C. Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah D. Rasio Belanja Sektoral E. Silpa dan Pembiayaan F Mutiara Yang Hilang. 119 G Harga Melambung Akibat Erupsi Sinabung H Krisis Listrik Di Sumatera Utara V. Penutup A. Kesimpulan B. Rekomendasi Daftar Pustaka Susunan Tim Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara

5 RINGKASAN EKSEKUTIF K ajian fiskal regional ini merupakan kajian yang dilakukan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara terhadap kebijakan-kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di wilayah Sumatera Utara. Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang perkembangan ekonomi regional Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 13,21 juta jiwa, pada tahun 2013 memiliki PDRB sebesar Rp403,93 triliun. pertumbuhan ekonomi sebesar 6,01% (yoy) diatas pertumbuhan ekonomi nasional 5,78%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian di Provinsi Sumatera Utara sudah cukup baik. Sementara itu, dilihat dari data yang ada, dana-dana pemerintah yang tersebar di wilayah Sumatera Utara baik yang dialokasikan melalui APBN maupun APBD sudah cukup besar. Pemerintah pusat dan daerah secara keseluruhan mengalokasikan Rp41,44 triliun melalui APBN dan APBD, yang terealisasikan sebesar Rp40,57 triliun atau 97,90%. Belanja pegawai masih mendominasi besaran alokasi APBD seluruh kabupaten/kota dan provinsi di Sumatera Utara. Alokasi belanja sektor pendidikan pada APBD kabupaten/kota sudah melebihi ketetapan minimal 20% dari total APBD. Secara agregat, seluruh kabupaten/kota mengalokasikan 26,49% dari masing-masing APBD. Namun hanya mengalokasikan 1,36% untuk sektor kesejahteraan. Meskipun alokasi belanja pertanian terus meningkat setiap tahunnya namun tingkat kesejahteraan petani di Sumatera Utara justru menurun. Penulisan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 ini diharapkan dapat memberikan gambaran profil dan perkembangan kondisi fiskal pada Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat memberikan masukan baik bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam hal penyusunan kebijakan fiskal di masa yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi dari APBN dan APBD. Kajian Fiskal Regional Sumatera Utara 2013

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (persen) PDRB Menurut Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Dalam Miliar Rupiah Struktur PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (persen) Tabel 1.4 PDRB Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (miliar rupiah) 7 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan Tahun (persen) PDRB Sumatera Utara Menurut Komponen Penggunaan Tahun (miliar rupiah) 8 9 Tabel 1.7 Struktur PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Komponen Penggunaan Tahun (persen) 10 Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Dari sisi Permintaan Tahun 2013 (persen) Tabel 1.9 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Dari sisi Permintaan Tahun 2013(persen) Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 1.12 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Menurut Daerah Maret September 2013 Luas Panen, Hasil Per Hektar, dan Produksi Padi dan Palawija Menurut Angka Tetap (ATAP) 2011, 2012 dan Angka Sementara (ASEM) 2013 Sumut Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 dan Tabel 1.13 Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Sumatera Utara 28 Tabel 2.1 Rincian Pendapatan Dan Belanja Tahun 2013 (dalam miliar rupiah) 35 Tabel 2.2. Perkembangan Penerimaan Perpajakan pada Semester II TA Tabel 2.3 Penerimaan PNBP FungsionalTahun 2011 s.d Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut KKKKKKKKKKKKaian

7 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Di Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi Di Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Kewenangan Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat Tahun 2013 Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar) Tabel 2.10 Perkembangan Pengelolaan Aset satker BLU Tahun Provinsi Sumatera Utara 53 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tingkat Kemandirian BLU Pusat Tahun Provinsi Sumatera Utara (dalam milar rupiah) Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013 Satker PNBP dengan Pagu PNBP lebih besar daripada Pagu RM Tahun Tabel Satker Pengelola PNBP yang mengalami peningkatan Aset Tahun 2013 Tabel 2.15 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sumatera Utara Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman Pemda dan BUMD Yang Diserahkan Ke PUPN 65 Tabel 2.17 Tabel 2.18 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Pembayaran Angsuran Bunga Dan Jasa BankSLA Di Prov. Sumatera Utara Tahun Tabel 2.19 Profil Kredit ProgramProvinsi Sumatera Utara Semester II Tabel 2.20 Perkembangan KUPS di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) 70 Tabel 2.21 Tabel Perkembangan KKP-E di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) 71 Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut KKKKKKKKKKKKaian

8 Tabel 2.22 Perkembangan KUMK di Sumatera Utara (dalam Jutaan ) 72 Tabel 2.23 Perkembangan KPP NAD-NIAS di Sumatera Utara (dalam jutaan) 73 Tabel 2.24 Perkembangan KUR di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) 74 Tabel 2.25 Perkembangan KPEN-RP di Sumatera Utara (Dalam Jutaan Rupiah) 75 Tabel 2.26 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN/PMA di Provinsi Sumatera Utara Tahun Tabel 3.1 Profil APBD Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam jutaan rupiah) 78 Tabel 3.2 Profil Badan Layanan Umum Daerah Per Jenis Layanan 86 Tabel 3.3 Profil Badan Usaha Milik Daerah di Wilayah Provinsi Sumatera Utara 93 Tabel 3.4 Perkembangan Aset Perusahaan Daerah Air Minum 94 Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut KKKKKKKKKKKKaian

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perbandingan Gini Ratio Sumatera Utara dan Nasional 13 Grafik 1.2 Perbandingan IPM Sumatera Utara dan Nasional 14 Grafik 1.3 Perbandingan TPAK Sumatera dan Sumatera Utara 17 Grafik 1.4 Jumlah Rumah Sakit Per Kabupaten/Kota 20 Grafik 1.5 Jumlah Penduduk Miskin Terlindungi Pemeliharaan Kesehatannya Tahun Grafik 1.6 Angka Partisipasi Sekolah di Prov. Sumut Tahun Grafik 1.7 Persentase Buta Huruf di Prov. Sumut 22 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 (ribu) Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kawasan Tahun 2003 dan 2013 (ribu) Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara dari Tiga Pintu Masuk Januari Desember 2013 Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan Indonesia Bulan November dan Desember dalam Lima Tahun Terakhir Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan Indonesia Tahun Grafik 1.13 Perkembangan Penumpang (Domestik dan Internasional) Angkutan Udara, Januari Desember Grafik 1.14 Grafik 2.1 Grafik 2.2 Perkembangan Penumpang Domestik dan Internasional Angkutan Laut Sumatera Utara Januari dan November 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara TA.2012 dan TA Perbandingan Estimasi Penerimaan Perpajakan dengan Realisasi Tahun Grafik 2.3 Realisasi Penerimaan Perpajakan per Bulan TA Grafik 2.4 Realisasi Penerimaan PNBP Umum Grafik 2.5 Realisasi Penerimaan PNBP Umum per Bulan Tahun Grafik 2.6 Realisasi Penerimaan PNBP Fungsionalper Bulan Kajian Fiskal Regional Prov Sumut

10 Grafik 2.4 Perkembangan Pagu dan Realisasi TA Grafik 2.7 Perbandingan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja TA Grafik 2.8 Grafik Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi 48 Grafik 2.9 Grafik Realisasi Belanja 15 Program dengan Pagu Tertinggi Tahun 2013 Provinsi Sumatera Utara 49 Grafik 2.10 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Kewenangan 50 Grafik 2.11 Perkembangan Pagu Transfer Daerah Tahun Provinsi Sumatera Utara Grafik 2.12 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker BLU Tahun Provinsi Sumatera Utara Grafik 2.13 Grafik 2.14 Perbandingan Pagu PNBP, Pagu RM dan Total Pagu per Jenis Layanan satker PNBP (Milliar Rupiah) Perbandingan Pagu PNBP dan Pagu RM (Milliar Rupiah) Grafik 2.15 Posisi penerusan pinjaman Pemda dan BUMD sampai 31 Desember Grafik 2.16 Jenis Kredit Program 69 Grafik 3.1 Komposisi Pendapatan Asli Daerah Tahun Grafik 3.2 Komposisi Pendapatan Dana Perimbangan Tahun Grafik 3.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 79 Grafik 3.4 Komposisi Belanja Langsung Tahun Grafik 3.5 Komposisi Belanja Tidak Langsung Tahun Grafik 3.6 Komposisi Penerimaan Pembiayaan Tahun Grafik 3.7 Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Tahun Grafik 3.8 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi/Jenis Belanja (dalam miliar rupiah) Grafik 3.9 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Fungsi (dalam miliar rupiah) Grafik 3.10 Perkembangan Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Fungsi (dalam miliar rupiah) Grafik 3.11 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Urusan (dalam milyar rupiah) Grafik 3.12 PerkembanganAset dan Pagu RSUD Kumpulan Tahun Kajian Fiskal Regional Prov Sumut

11 Grafik 3.13 Perkembangan Aset dan Pagu RSUD Pirngadi Tahun Grafik 4.1 Perkembangan Rasio Pajak, PNBP, dan PAD Terhadap PDRB 95 Grafik 4.2 Perkembangan Rasio PAD Per Kapita 97 Grafik 4.3 Rasio Realisasi terhadap Estimasi PAD 99 Grafik 4.4 Rasio Dana Kelolaan Non Belanja Pegawai 101 Grafik 4.5 Rasio Belanja Modal APBN terhadap Belanja Modal APBD 101 Grafik 4.6 Rasio Total Belanja terhadap Populasi 104 Grafik 4.7 Rasio Belanja Pegawai 104 Grafik 4.8 Ruang Fiskal 106 Grafik 4.9 Rasio Kemandirian Daerah 107 Grafik 4.10 Rasio Belanja Sektor Pelayanan Umum 109 Grafik 4.11 Rasio Pegawai 110 Grafik 4.12 Grafik 4.13 Grafik 4.14 Rasio Pertumbuhan Belanja dan Fasilitas Kesehatan serta Tenaga Medis Prov. Sumatera Utara Rasio Pertumbuhan Belanja Pendidikan, Partisipasi Sekolah, Melek Huruf, Jumlah Guru, dan Sekolah Rasio Pertumbuhan Belanja Kesejahteraan, IPM dan Penurunan Angka Kemiskinan Grafik 4.15 Perkembangan NTP Periode Tahun Grafik 4.16 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan, Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB, dan Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja 116 Grafik 4.17 Rasio Keseimbangan Primer 117 Kajian Fiskal Regional Prov Sumut

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.3 Perkembangan Gini Ratio Menurut Provinsi di Indonesia Tahun Lampiran 1.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.6 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun Lampiran 1.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.8 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.9 Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.10 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.11 Rasio Murid Sekolah Terhadap Sekolah, Kelas dan Guru Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.12 Rata Rata Luas Lahan Yang Dikuasai Per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara dan Jenis Lahan Tahun 2003 dan 2013 Lampiran 1.13 Rata-rata lama Inap Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kabupaten/Kota (Hari) Tahun Lampiran 1.14 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kabupaten/Kota Lampiran Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut 2013

13 Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 1.15 Wisatawan Mancanegara Yang Datang ke Sumatera Utara Menurut Kebangsaan dan Pintu Masuk (Orang) Tahun 2012 Lampiran 2.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 2.2 Perkembangan Penerimaan dan Realisasi Pajak di Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun Lampiran 2.3 Perkembangan Penerimaan Pajak TA Lampiran 2.4 Perkembangan Penerimaan PNBP Per Jenis PNBP Provinsi Sumatera Utara Periode Semester II Tahun (dalam miliar rupiah) Lampiran 2.5 Perkembangan PNBP Per Jenis PNBP Provinsi Sumatera Utara TA.2013 Lampiran 2.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi Kementerian Negara/Lembaga di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 2.7 Laporan Posisi Penerusan Pinjaman Pemda dan BUMD Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Posisi Per 31 Desember 2013 Lampiran 2.9 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 Lampiran 2.10 Perkembangan Pembayaran Angsuran Bunga Dan Denda SLA Di Provinsi Sumatera Utara Semester II Tahun 2013 Lampiran 3.1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun Lampiran 3.2 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Tahun Lampiran 3.3 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Karo Tahun Lampiran 3.4 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Langkat Tahun Lampiran 3.5 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Lampiran 3.6 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Simalungun Tahun Lampiran Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut 2013

14 Lampiran 3.7 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Labuhan Tahun Lampiran 3.8 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Dairi Tahun Lampiran 3.9 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Lampiran 3.10 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Lampiran 3.11 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Asahan Tahun Lampiran 3.12 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Nias Tahun Lampiran 3.13 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Samosir Tahun Lampiran 3.14 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal Tahun Lampiran 3.15 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Nias Selatan Tahun Lampiran 3.16 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun Lampiran 3.17 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Lampiran 3.18 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Toba Samosir Tahun Lampiran 3.19 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Lampiran 3.20 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Batubara Tahun Lampiran 3.21 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Tahun Lampiran 3.22 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun Lampiran 3.23 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Lampiran Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut 2013

15 Lampiran 3.24 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun Lampiran 3.25 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Nias Utara Tahun Lampiran 3.26 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Nias Barat Tahun Lampiran 3.27 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Medan Tahun Lampiran 3.28 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Tebing Tahun Lampiran 3.29 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Binjai Tahun Lampiran 3.30 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Pematangsiantar Tahun Lampiran 3.31 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Tanjung Balai Tahun Lampiran 3.32 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Sibolga Tahun Lampiran 3.33 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Padangsidimpuan Tahun Lampiran 3.34 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Gunung Sitoli Tahun Lampiran 3.35 Profil APBD TA 2011 Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Lampiran 3.36 Profil APBD TA 2012 Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Lampiran 3.37 Profil APBD TA 2013 Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Lampiran 4.1 Rasio Pendapatan Asli Daerah Per Kapita dan Analisis Estimasi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Lampiran 4.2 Rasio Dana Non Belanja Pegawai Lampiran 4.3 Rasio Belanja Modal Lampiran 4.4 Rasio Belanja Per Kapita Lampiran 4.5 Rasio Belanja Pegawai Lampiran 4.6 Rasio Ruang Fiskal Lampiran 4.7 Rasio Kemandirian Daerah Lampiran 4.8 Rasio Pelayanan Publik Lampiran Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut 2013

16 Lampiran 4.9 Lampiran 4.10 Lampiran 4.11 Lampiran 4.12 Lampiran 4.13 Lampiran 4.14 Rasio Alokasi Belanja dan Pertumbuhan Sektor Kesehatan Rasio Alokasi Belanja dan Pertumbuhan Sektor Pendidikan Rasio Alokasi Belanja dan Pertumbuhan Sektor Kesejahteraan Rasio Alokasi dan Pertumbuhan Belanja Sektor Pertanian Rasio SILPA dan Pembiayaan Rasio SILPA dan Pembiayaan Lampiran Kajian Fiskal Regional Prov.Sumut 2013

17 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL

18 Kebun Teh Toba Sari Kabupaten Simalungun

19 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL H akikat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang ditunjukkan dengan kebijakan pemerintah dan swasta dalam mengelola seluruh sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Masalah pokok dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang didasarkan pada kekhasan wilayah masing-masing dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (Malizia, 1999). Setiap usaha pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kusreni, 2009). Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, pemerintah beserta swasta harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah beserta swasta dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian. Sukirno (2006), membedakan pengertian antara ekonomi pertumbuhan dengan ekonomi pembangunan. Ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan Produk Domestik Bruto, yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara pada tahun tertentu. Sedangkan ekonomi pembangunan adalah ekonomi pertumbuhan ditambah perubahan, artinya ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu, tidak saja diukur dengan kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dengan perkembangan pendidikan, teknologi, kesehatan, infrastruktur yang tersedia, dan peningkatan dalam Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

20 2 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Dengan demikian ekonomi pembangunan meliputi berbagai aspek perubahan dalam kegiatan ekonomi. A. Perkembangan Indikator Regional Indikator ekonomi dibutuhkan untuk memberikan sinyal kemana ekonomi bergerak (Baumohl, 2008). Informasi indikator ekonomi dapat mempengaruhi penentu kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan sektoral (industri, perdagangan, energi, pangan), nilai saham dan obligasi, serta kurs mata uang. Presiden, menteri, dan para pejabat eselon satu/dua di pemerintah pusat membutuhkan indikator ekonomi ketika menyusun rencana jangka panjang nasional (RPJPN) dan jangka menengah (RPJMN). Gubernur, bupati, walikota, kepala dinas, dan ketua-ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) memerlukan indikator ekonomi ketika mengevaluasi kinerja pemerintahannya dan hasil-hasil pembangunan, menyusun rencana jangka panjang daerah (RPJPD) dan jangka menengah (RPJMD), dan membangun ekonomi lokal/kota/kawasan (Kuncoro, 2012). Peranan wilayah sub-nasional, yaitu apakah kabupaten dan kota dalam mempengaruhi lokasi aktivitas ekonomi, agaknya semakin penting dewasa ini. Berbagai studi dalam bidang sosial-ekonomi dan perubahan sosial menekankan semakin pentingnya daerah dan peran barunya sebagai pelaku ekonomi dalam konfigurasi baru pola pembangunan spasial (Rodriguez-Pose, 1998). Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa salah satu syarat yang diperlukan untuk menentukan tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimulai dari mantapnya pemahaman para aparat, pejabat, dan pelaku ekonomi tentang makna indikator-indikator pembangunan serta pengertian kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah, dimana kedua kebijakan tersebut harus saling melengkapi atau searah. Pemahaman yang memadai tentang indikator pembangunan daerah diharapkan dapat menghasilkan pelaksanaan pembangunan yang semakin terarah. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

21 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 3 1. Kinerja Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2013 a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 Produk Domestik Bruto (PDB) pada umumnya digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian sebuah negara dan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Sebagai salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu, PDB dihitung atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDB intinya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku (PDB nominal) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan (PDB riil), menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dalam hal ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun PDB nominal dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDB riil digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Perubahan PDB nominal diakibatkan oleh perubahan harga dan perubahan jumlah output yang diproduksi. Sedangkan PDB atas riil mengukur nilai tersebut dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Perubahan PDB riil hanya diakibatkan oleh perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar 6,01%. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan positif pada semua sektor ekonomi. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,31%. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi terutama sektor perdagangan, hotel, dan restoran 7,78%, sektor pengangkutan dan komunikasi 7,60%, sektor bangunan Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

22 4 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 7,17%, dan sektor jasa-jasa 7,13%. Sedangkan empat sektor lainnya, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, sektor industri, serta sektor listrik, gas dan air bersih masing-masing tumbuh di bawah 6%. Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (persen) Lapangan Usaha/Sektor Tahun 2011 Tahun 2012*) Tahun 2013**) Sumber Pertumbuhan Pertanian 4,82 4,72 4,00 1,10 0,92 2. Pertambangan dan Penggalian 6,73 2,04 5,48 0,02 0,06 3. Industri Pengolahan 2,05 3,63 4,01 0,76 0,82 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,21 2,99 3,95 0,02 0,03 5. Bangunan 8,54 6,78 7,17 0,47 0,50 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,09 7,23 7,78 1,35 1,47 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,02 8,27 7,60 0,84 0,78 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 13,61 11,20 8,31 0,88 0,69 9. Jasa-jasa 8,30 7,54 7,13 0,77 0,74 PDRB 6,63 6,22 6,01 6,22 6,01 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Sementara itu perkembangan Produk Domestik Regional Bruto pada Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 s.d. tahun 2012 ditunjukkan dalam tabel berikut. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

23 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 5 No Prov/Kab/Kota Tabel 1.2 PDRB Menurut Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Dalam Miliar Rupiah Harga Konstan Tahun *) 2012 **) Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2000 Harga Berlaku Harga Konstan Tahun 2000 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional Harga Berlaku 1 Indonesia , , , , , ,3 2 Sumatera Utara Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhanbatu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batubara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhanbatu Selatan Labuhanbatu Utara Nias Utara Nias Barat Sibolga Tanjungbalai Pematangsiantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Gunungsitoli *): Angka Sementara **): Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Prov. Sumut

24 6 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara b. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 Tahun 2013, sektor industri pengolahan memberi kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Sumatera Utara, yaitu sebesar 21,58%. Dibandingkan dengan tahun 2011 yang memberi kontribusi sebesar 22,48%, berarti selama dua tahun tersebut kontribusi sektor industri mengalami penurunan sebesar 0,9 poin. Penurunan kontribusi tersebut bukan berarti pertumbuhan sektor industri menurun, hal ini lebih disebabkan selama kurun waktu tersebut pertumbuhan sektor industri berada di bawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sektor lain yang memberi kontribusi terhadap perekonomian provinsi ini terutama sektor pertanian sebesar 21,32%, disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 19,29%, sektor jasa-jasa 11,51%, sektor pengangkutan dan komunikasi 9,55%, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 7,68%, dan sektor bangunan 6,92%. Dua sektor lainnya memberi kontribusi relatif kecil, yaitu sektor pertambangan dan penggalian 1,30%, dan sektor listrik, gas, dan air bersih 0,85%. Lapangan Usaha/Sektor Tabel 1.3 Struktur PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (persen) Struktur Tahun 2011 Tahun 2012*) Tahun 2013**) 1. Pertanian 22,48 21,88 21,32 2. Pertambangan dan Penggalian 1,38 1,32 1,30 3. Industri Pengolahan 22,48 22,07 21,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,94 0,90 0,85 5. Bangunan 6,42 6,72 6,92 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,21 19,09 19,29 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,21 9,36 9,55 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,96 7,53 7,68 9. Jasa-jasa 10,92 11,13 11,51 PDRB 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

25 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 7 Selain sektor industri, sektor yang mengalami penurunan kontribusi tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sektor pertanian turun 1,16 poin, sektor pertambangan dan penggalian turun sebesar 0,08% serta sektor listrik, gas dan air bersih turun sebesar 0,09 poin. Sektor lainnya mengalami peningkatan kontribusi. c. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 Tahun 2013, PDRB Sumatera Utara atas dasar harga berlaku mencapai Rp403,93 triliun, sedangkan berdasar atas dasar harga konstan 2000 tercapai sebesar Rp142,54 triliun. Berdasarkan atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto terbesar pada tahun 2013 adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp87,17 triliun, disusul oleh sektor pertanian sebesar Rp86,12 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp77,92 triliun, sektor jasajasa sebesar Rp46,50 triliun, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp38,57 triliun, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp31,03 triliun, dan sektor bangunan sebesar Rp27,93 triliun. Sektor ekonomi lainnya yaitu sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan nilai tambah bruto sebesar Rp5,25 triliun, dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp3,43 triliun. Lapangan Usaha/Sektor Tabel 1.4 PDRB Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun (miliar rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2012*) Tahun 2013**) Tahun 2012*) Tahun 2013**) 1. Pertanian , , , ,15 2. Pertambangan dan Penggalian 4 635, , , ,89 3. Industri Pengolahan , , , ,62 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3 150, ,43 971, ,40 5. Bangunan , , , ,50 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , ,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , , ,54 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , , ,81 9. Jasa-jasa , , , ,74 PDRB , , , ,12 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

26 8 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara d. PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2013 Komponen penggunaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi tahun 2013 adalah komponen impor barang dan jasa, yaitu tumbuh sebesar 7,53%, atau dari Rp59,82 triliun pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp64,32 triliun pada tahun Disusul oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 7,47% atau dari Rp83,71 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp89,97 triliun pada tahun Pembentukan modal tetap bruto meningkat 7,34% atau dari Rp 27,13 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 29,12 triliun pada tahun Komponen ekspor barang dan jasa meningkat 4,92%, atau dari Rp68,27 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp71,63 triliun pada tahun Komponen konsumsi pemerintah meningkat 4,32% atau dari Rp12,77 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp13,32 triliun pada tahun 2013 dan komponen konsumsi nirlaba naik 2,90%, atau dari Rp 582,69 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp599,57 miliar pada tahun Tabel 1.5 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen Penggunaan Tahun (persen) Komponen Penggunaan Tahun 2011 Laju Pertumbuhan Tahun 2012*) Sumber Pertumbuhan Tahun 2013**) Konsumsi Rumah Tangga 6,61 6,03 7,47 3,76 4,65 2. Konsumsi Nirlaba 2,23 1,39 2,90 0,01 0,01 3. Konsumsi Pemerintah 5,77 5,18 4,32 0,50 0,41 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,80 7,48 7,34 1,49 1,48 5. Perubahan Stok 5,52 97,57 22,09 0,71 0,30 6. Ekspor Barang dan Jasa 15,01 3,80 4,92 1,97 2,50 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 16,71 4,92 7,53 2,22 3,35 PDRB 6,63 6,22 6,01 6,22 6,01 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

27 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 9 Tabel 1.6 PDRB Sumatera Utara Menurut Komponen Penggunaan Tahun (miliar rupiah) Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun 2012*) 2013**) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Tahun 2012*) 2013**) 1. Konsumsi Rumah Tangga , , , ,57 2. Konsumsi Nirlaba 1 175, ,70 582,69 599,57 3. Konsumsi Pemerintah , , , ,42 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto , , , ,91 5. Perubahan Stok 2 285, , , ,36 6. Ekspor Barang dan Jasa , , , ,82 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa , , , ,52 PDRB , , , ,12 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Berdasarkan atas dasar harga berlaku, komponen konsumsi rumah tangga naik dari Rp207,77 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp241,32 triliun pada tahun 2013, atau naik 16,15%. Komponen konsumsi nirlaba atas dasar harga berlaku juga naik dari Rp1,18 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp1,27 triliun pada tahun 2013, atau naik 8,13%. Komponen konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp35,22 triliun tahun 2012 menjadi Rp39,81 triliun tahun 2013, atau meningkat 13,05%. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp73,73 triliun tahun 2012 menjadi Rp87,11 triliun pada tahun 2013, atau naik 18,15%. Nilai ekspor barang dan jasa atas dasar harga berlaku naik dari Rp152,71 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp170,99 triliun pada tahun 2013, atau naik 11,97%. Nilai impor barang dan jasa Sumatera Utara atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp121,78 triliun tahun 2012 menjadi Rp139,11 triliun pada tahun 2013, atau naik 14,23%. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

28 10 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 1.7 Struktur PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Komponen Penggunaan Tahun (persen) Komponen Penggunaan Struktur Tahun 2011 Tahun 2012*) Tahun 2013**) 1. Konsumsi Rumah Tangga 59,22 59,18 59,74 2. Konsumsi Nirlaba 0,36 0,33 0,31 3. Konsumsi Pemerintah 10,16 10,03 9,86 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 20,54 21,00 21,57 5. Perubahan Stok 0,46 0,65 0,63 6. Ekspor Barang dan Jasa 43,36 43,49 42,33 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 34,10 34,69 34,44 PDRB 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan : *) Angka sementara Keterangan : **) Angka sangat sementara Komponen konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 masih mendominasi pembentukan nilai PDRB atas dasar harga berlaku Sumatera Utara, dengan kontribusi sebesar 59,74%. Disusul oleh komponen pembentukan modal tetap bruto 21,57%, komponen konsumsi pemerintah 9,86%, komponen ekspor barang dan jasa netto 7,89% (ekspor barang dan jasa 42,33% dan impor barang dan jasa 34,44%), perubahan stok 0,63%, dan konsumsi nirlaba 0,63%. e. PDRB menurut Sisi Penerimaan Tahun 2013 Dari sisi permintaan terjadi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh perlambatan pada pertumbuhan konsumsi dan investasi, sedangkan net ekspor mengalami pertumbuhan yang positif. Perlambatan yang terjadi pada konsumsi tidak hanya terjadi pada konsumsi rumah tangga, namun juga pada konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga diperkirakan karena faktor keraguan masyarakat dan preferensi masyarakat untuk menahan dalam melakukan konsumsi sebagai akibat tekanan harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang cukup tinggi. Meskipun melambat, konsumsi rumah tangga pada masih tumbuh cukup tinggi (6,42%, yoy). Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

29 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 11 Jenis Penggunaan Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Dari sisi Permintaan Tahun 2013 (persen) 2013 I II III IV Konsumsi 7,39% 7,24% 7,21% 6,14% Konsumsi Rumah Tangga 7.93% 7.74% 7.64% 6.42% Pengeluaran Pemerintah 4.12% 4.16% 4.58% 4.39% Investasi 14.54% 7.78% 7.13% 4.59% Ekspor 2.01% 5.3% 5.78% 6.58 % Impor 7.33% 7.81% 8.43% 6.57% Net Ekspor % % 12.59% 6.71% PDRB 6.15% 6.11% 5.94% 5.83% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara f. PDRB menurut Sisi Penawaran Tahun 2013 Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian) dan sektor tersier (sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan). Berdasarkan pangsanya, struktur perekonomian di Sumatera Utara masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan (pangsa 21,96% dari total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) atau senilai Rp 23,34 triliun), diikuti oleh sektor pertanian (pangsa 21,64% atau Rp21,93 triliun), serta sektor PHR (pangsa 18,98% atau Rp20,17 triliun). Total pangsa ketiga sektor utama tersebut sekitar 61,58% dari PDRB Sumatera Utara. Sektor industri pengolahan terus menunjukkan kinerja yang membaik, tercermin dari pertumbuhan tahunan (yoy), sektor ini terus menunjukan tren peningkatan. Sementara itu, kinerja dua sektor utama lainnya justru mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya antara lain terkait penurunan angka produksi pertanian akibat kondisi cuaca/iklim yang buruk, tidak serentaknya musim tanam, dan bencana alam seperti erupsi Gunung Sinabung. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

30 12 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 1.9 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Dari sisi Permintaan Tahun 2013(persen) Sektor 2013 I II III IV Pertanian 5,93% 4,12% 3,14% 2,82% Pertambangan dan Penggalian 6,44% 6,87% 6,04% 2,79% Industri dan Pengolahan 2,72% 3,96% 3,77% 5,89% Listrik, Gas dan Air Bersih 5,09% 4,37% 3,32% 3,50% Bangunan 6,27% 7,92% 6,99% 6,67% Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,61% 8,04% 7,86% 7,61% Angkutan dan Komunikasi 8,63% 8,39% 7,68% 5,68% Keuangan, Persewaan dan Jasa 8,27% 8,43% 10,18% 6,42% Perusahaan Jasa-jasa 6,58% 5,89% 7,40% 8,57% PDRB 6,15 % 6,11% 5,94% 5,83% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara g. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013 Sumber pertumbuhan ekonomi atau besarnya sumbangan masing-masing sektor perekonomian dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2013 terbesar dari sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi sumbangan 1,47%. Sektor lain yang memberi sumbangan terhadap pertumbuhan cukup besar terutama sektor pertanian sebesar 0,92%. Sedangkan sumber pertumbuhan sektor lainnya, sebagai berikut: sektor industri pengolahan 0,82%, sektor pengangkutan dan komunikasi 0,78%, sektor jasa-jasa 0,74%, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 0,69%, sektor bangunan 0,50%, sektor pertambangan dan penggalian 0,06%, dan sektor listrik, gas dan air bersih 0,03%. Berdasarkan pendekatan penggunaan, sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2013 dari masing-masing komponen, yaitu: konsumsi rumah tangga memberi sumbangan sebesar 4,65%, pembentukan modal tetap bruto 1,48%, konsumsi pemerintah 0,41%, perubahan stok 0,30%, konsumsi nirlaba 0,01% dan ekspor barang dan jasa neto -0,85% (ekspor barang dan jasa 2,50% dan impor barang dan jasa 3,35%). Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

31 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Gini Ratio Meningkatkan pendapatan masyarakat menengah ke bawah merupakan salah tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan merata. Gini ratio mencerminkan ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat yang tidak merata.nilai dari indeks gini berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata terhadap seluruh unit masyarakat (perfect quality), sedang nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki oleh satu orang atau satu unit saja pada keseluruhan distribusi (perfect inequality). Bila mendekati angka satu maka menggambarkan ketimpangan yang cukup tinggi. Ketimpangan yang rendah mempunyai nilai indeks gini sebesar 0,4 atau dibawahnya. Sedangkan ketimpangan yang tinggi apabila mempunyai indeks gini di atas 0,4 dalam distribusinya. Di Indonesia, terdapat sebelas provinsi yang memiliki gini ratio di atas 0,4, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan Indonesia sendiri berada pada indeks 4,1. Perbandingan indeks gini per provinsi terdapat pada Lampiran 1.3 Dibandingkan tahun 2012, gini ratio di Sumatera Utara mengalami penurunan dari 0,33 ke 0,35, secara nasional gini ratio provinsi Sumatera Utara cukup baik dan lebih baik dari skala nasional.berdasarkan grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa ketimpangan yang terjadi di Sumatera Utara cukup rendah. Grafik 1.1 Perbandingan Gini Ratio Sumatera Utara dan Nasional Sumber : BPS Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

32 14 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 3. Indeks pembangunan manusia (Human Development Index/HDI) HDI merupakan indeks komposit yang mencerminkan tingkat harapan hidup, pendidikan dan pendapatan masyarakat suatu wilayah. HDI dapat digunakan sebagai kerangka untuk mengukur tingkat ekonomi dan sosial suatu daerah.indeks pembangunan manusia Sumatera Utara dibandingkan Indonesia masih lebih baik dimana tingkat harapan hidup di Sumatera Utara adalah 74,5 tahun, lebih tinggi dari tingkat harapan hidup Indonesia yang 72,7 tahun. Perbandingan IPM Sumatera Utara dengan Nasional digambarkan dalam grafik berikut. Grafik 1.2 Perbandingan IPM Sumatera Utara dan Nasional Sumber: BPS Di wilayah Sumatera Utara, Kota Pematang Siantar mempunyai tingkat IPM paling tinggi sebesar 78.27, sementara yang terendah adalah Kab. Nias Barat sebesar Sedangkan Kota Medan menempati peringkat kedua yaitu sebesar Perbandingan IPM per kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara dimuat pada Lampiran 1.4. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari Angka Melek Huruf yaitu penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Pada tahun 2012, persentase penduduk Sumatera Utara yang melek huruf 97,11%, dimana persentase laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu 98,31% dan 95,93%. Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf per kabupaten/kota Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

33 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 15 tahun 2012 terendah di Kabupaten Nias Selatan yaitu 72,15% disusul Kabupaten Nias Barat yaitu 81,74%. 4. Kependudukan dan Piramida Populasi Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi didominasi oleh daerah perkotaan. Kabupaten/kota yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Medan sebesar jiwa per km 2, disusul dengan Kota Sibolga dengan kepadatan penduduk yaitu jiwa per km 2 dan Kota Tebing Tinggi dengan kepadatan penduduk yaitu jiwa per km 2. Daerah dengan kepadatan penduduk terendah yaitu kabupaten Pakpak Bharat yaitu 34 jiwa per km 2, disusul dengan Kabupaten Samosir yaitu 50 jiwa per km 2 dan disusul Kabupaten Padang Lawas Utara yaitu 58 jiwa per km 2. Jumlah penduduk laki-laki di Sumatera Utara lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa dan laki-laki jiwa, dengan sexratio sebesar 99,52%. Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 32,35%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 63,78%, dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,86%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 56,77%. Angka ini mengalami penurunan sebesar 1,08% bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 57,85%. Gambaran penduduk Sumatera Utara terlihat pada piramida penduduk berikut ini. Gambar 1.1 Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,2013 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

34 16 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 5. Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari masalah ekonomi, sehingga masalah pembangunan ketenagakerjaan juga merupakan bagian dari masalah pembangunan ekonomi. Untuk itu, perencanaan ekonomi harus mencakup juga perencanaan ketenagkerjaan, atau dengan kata lain perlu disusun suatu perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga Kerja tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan era baru pembangunan ekonomi yang memiliki ciri globalisasi, demokratisasi, dan desentralisasi. Selain itu Perencanaan Tenaga Kerja juga harus terkait dengan permasalahan ketenagakerjaan sehingga secara dini dapat dideteksi dan dapat ditetapkan kebijakan serta program yang tepat untuk mengatasinya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak meningkat. Pada tahun 2000, TPAK di Sumatera Utara sebesar 57,34%, tahun 2008 naik menjadi 68,33% kemudian pada tahun 2009 dan 2010 kembali naik masingmasing menjadi 69,14% dan 69,51%. Pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 72,09% dan 69,41% (Lampiran 1.6). Salah satu indikator dampak kinerja fiskal terhadap kondisi perekonomian tercermin dari kondisi ketenagakerjaan suatu wilayah karena full employment merupakan salah satu tujuan makroekonomi secara umum dimana sumber daya masyarakat telah digunakan dalam tingkat efisiensi maksimum. Angkatan kerja adaalah penduduk yang sudah memasuki usaia kerja baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari kerja. Tingkat pengangguran di Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 6.20 Disamping itu TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) baik di Sumatera Utara maupun pada tingkat regional Sumatera sejak tahun 2009 hingga 2011 mengalami peningkatan, namun setelah itu di tahun 2012 mengalami penurunan. Fluktuasi TPAK di Sumatera Utara dan wilayah Sumatera tergambar pada grafik berikut. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

35 Persentase (%) Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 17 Grafik 1.3 Perbandingan TPAK Sumatera dan Sumatera Utara Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Regional) Sumber: BPS Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk umur 15 tahun ke atas mengalami peningkatan yaitu 68,33% (2008), 69,14% (2009), 69,51% (2010), 72,09% (2011) sedangkan tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 69,41%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 9,10% pada tahun 2008 menjadi 8,45% pada tahun 2009, menurun menjadi 7,43% pada tahun Tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 6,37% dan menjadi 6,20% pada tahun 2012 (SUDA 2013). Bila dirinci berdasarkan tingkat pendidikan, persentase angkatan kerja berumur 15 tahun keatas yang tidak pernah sekolah 2,12%, tidak tamat SD yaitu 10,45%, tamat SD yaitu 22,34%, tamat SMP yaitu 23,97%, tamat SMA yaitu 32,73%, diploma I/II/III/IV, universitas yaitu 8,40% (SUDA 2013). Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Jika dilihat dari status pekerjaan utama, sebesar 36,49% penduduk berusia 15 tahun ke atas bekerja sebagai buruh atau karyawan, sebesar 19,02% adalah penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga, penduduk yang berusaha sendiri yaitu 16,03%, penduduk yang bekerja dibantu anggota keluarga mencapai 16,61%. Hanya 3,61% penduduk Sumatera Utara yang berusaha dengan mempekerjakan buruh tetap/karyawan. Berdasarkan lapangan usaha, penduduk Sumatera Utara terbanyak bekerja di sektor pertanian (termasuk perkebunan, perikanan dan peternakan) yaitu Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

36 18 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 43,40%, kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,42%,,jasa kemasyarakatan yaitu 15,56%, bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,68%, selebihnya bekerja disektor Penggalian dan Pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan komunikasi dan sektor keuangan (SUDA, 2013). Ringkasan Data Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara selama periode Agustus 2011 sampai dengan Agustus 2012 terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.8 Profil Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara Agustus 2011 Agustus 2012 Sumber: BPS Provsu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2012 sebesar 6,20%, mengalami penurunan bila dibandingan dengan kondisi Agustus 2011 yang sebesar 6,37%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dapat terserap pada lapangan pekerjaan yang tersedia. 6. Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan suatu daerah ditunjukkan dari persentase penduduk miskin di daerah tersebut.jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2013 sebanyak orang (10,39%), angka ini bertambah sebanyak orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yang berjumlah orang (10,06%). Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

37 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 19 Selama periode Maret 2013 September2013, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah orang (dari orang pada Maret 2013 menjadi orang pada September 2013), sedangkan di daerah perkotaan bertambah orang (dari orang pada Maret 2013 menjadi orang pada September 2013). Penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 10,45%, naik dibanding Maret 2013 yang sebesar 9,98%. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 10,13 % pada Maret 2013 naik menjadi 10,33% pada September Grafik berikut ini menggambarkan persentase penduduk miskin di desa dan kota. Tabel 1.9 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Menurut Daerah Maret September 2013 Daerah Jumlah (Ribuan Jiwa) Persentase (%) Maret 2013 September 2013 Maret 2013 September 2013 Perkotaan 654,1 689,2 9,98 10,45 Pedesaan 685,1 701,6 10,13 10,33 Kota + Desa 1339,2 1390,8 10,06 10,39 Sumber: BPS Provsu Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2013 September 2013 diduga berkaitan dengan faktor-faktor berikut: a. Selama periode Maret 2013 September 2013 terjadi inflasi sebesar 11,87%. b. Nilai Tukar Petani mengalami penurunan, yaitu dari 100,78 pada Maret2013 menjadi 97,42 pada September c. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan, yaitu dari 6,01 % pada Februari 2013 menjadi 6,53% pada Agustus Angkakemiskinan di wilayah Sumatera Utara selengkapnya terdapat pada Lampiran 1.7. B. Perkembangan Indikator Sektoral 1. Kesehatan Salah satu indikator penting dalam rangka mengukur perkembangan suatu daerah adalah indikator di sektor kesehatan. Semakin banyak fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia di daerah tersebut maka akses terhadap fasilitas kesehatan akan semakin mudah. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

38 20 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Dari 203 rumah sakit yang terdapat di provinsi Sumatera Utara, rumah sakit terbanyak terdapat di kota Medan sebanyak 78 (38% dari jumlah rumah sakit), sedangkan di Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias Barat belum memiliki rumah sakit. Dari data untuk Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Asahan, Kabupaten Karo, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kota Tebing Tinggi, Kota Gunung Sitoli. Grafik 1.4 Jumlah Rumah Sakit Per Kabupaten/Kota Sumber: BPS Provsu Sejak tahun 2008 program Askeskin berganti nama menjadi Jamkesmas (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk membantu masyarakat miskin mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dari grafik terlihat bahwa jumlah masyarakat miskin yang tercakup dalam program pemeliharaan kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 mencakup sekitar 33% penduduk, melebih persentase penduduk miskin menurut data BPS yaitu 10,41% atau 1.378,400 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa program pemeliharan kesehatan telah mencakup bukan hanya masyarakat miskin tetapi juga masyarakat dalam kategori abu-abu yaitu mereka yang jatuh miskin akibat sakit. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

39 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 21 Grafik 1.5 Jumlah Penduduk Miskin Terlindungi Pemeliharaan Kesehatannya Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2. Pendidikan Indikator lain yang juga penting dalam rangka mengukur perkembangan suatu daerah adalah indikator di sektor pendidikan. Dengan semakin banyaknya fasilitas dan tenaga pendidikan yang tersedia di Sumatera Utara maka akses terhadap fasilitas pendidikan menjadi semakin mudah. Kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah dan persentase penduduk buta huruf. Di tingkat SD/MI, angka partisipasi sekolah tertinggi dimiliki Kota Medan sebesar siswa dan terendah terjadi di Kab. Pakpak Bharat yaitu sebesar siswa. Di tingkat SLTP/MTs, angka partisipasi sekolah tertinggi terdapat di Kab. Deli Serdang dengan jumlah siswa dan terendah terjadi di Kab. Pakpak Bharat sebesar siswa. Untuk tingkat SLTA/MA, Kota Medan memiliki angka partisipasi sekolah tertinggi sebesar siswa dan Kab. Karo menjadi yang terendah dengan angka partisipasi sekolah sebesar siswa. Apabila dilihat secara persentase, jumlah penduduk yang masih sekolah pada kelompok umur tahun, Kab. Labuhan Batu Selatan memiliki tingkat yang sangat rendah yaitu sebesar 4,28%. Sementara Kota Padang Sidempuan menjadi peringkat teratas dengan angka sebesar 32,17 %, lebih baik dari Kota Medan yang hanya menempati urutan kedua sebesar 31,50%. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

40 Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhanbatu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batubara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhanbatu Selatan Labuhanbatu Utara Nias Utara Nias Barat Sibolga Tanjungbalai Pematangsiantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Gunungsitoli Sumatera Utara Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhanbatu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batubara Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhanbatu Selatan Labuhanbatu Utara Nias Utara Nias Barat Sibolga Tanjungbalai Pematangsiantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padangsidimpuan Gunungsitoli 22 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 1.6Angka Partisipasi Sekolah di Prov. Sumut Tahun 2011 SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA Sumber : BPS Prov. Sumut, data diolah Dengan tingkat rata-rata angka partisipasi sekolah sebesar 64,34%, Kab. Nias Barat memiliki persentase buta huruf tertinggi di Sumatera Utara yaitu sebesar 15,54%. Dan Kab. Tapanuli Selatan paling rendah persentase buta hurufnya yang hanya mencapai angka 0.17%. Secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Utara, tingkat persentase buta huruf sebesar 2,54% atau lebih rendah dari persentase buta huruf nasional. Grafik1.7Persentase Buta Huruf di Prov. Sumut 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000,000 Persentase Buta Huruf Sumber : BPS Prov. Sumut, data diolah Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

41 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Pertanian Padasektor pertanian, luas panen komoditas padi mengalami penurunan untuk tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Ini juga terjadi untuk komoditas lainnya seperti jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu. Akibatnya terjadi penurunan hasil produksi untuk semua hasil komoditas. Tabel 1.11 Luas Panen, Hasil Per Hektar, dan Produksi Padi dan Palawija Menurut Angka Tetap (ATAP) 2011, 2012 dan Angka Sementara (ASEM) 2013 Sumut Komoditas Uraian Satuan (ATAP) (ATAP) (ASEM) Padi Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 47,62 48,56 50,17 Produksi 1) Ton Jagung Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 50,71 55,41 55,87 Produksi 2) Ton Kedelai Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 10, ,33 Produksi 3) Ton Kacang Tanah Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 10,30 11,89 12,11 Produksi 3) Ton Kacang Tanah Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 10,82 10,91 11,00 Produksi 3) Ton Ubi Kayu Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 287,83 302,34 322,06 Produksi 4) Ton Ubi Jalar Luas Panen Ha Hasil / Hektar Ku/Ha 123,56 127,84 128,20 Produksi 4) Ton Sumber: BPS Prov. Sumut Keterangan: 1) = Bentuk Hasil Gabah Kering 2) = Bentuk Hasil Pipilan Kering 3) = Bentuk Hasil Biji Kering 4) = Bentuk Hasil Umbi Basah Berdasarkan Hasil pencacahan lengkap sensus tani 2013, diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar rumah tangga. Subsektor perkebunan, tanaman pangan dan peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing rumah tangga, rumah tangga, dan rumah tangga. Sementara itu, jasa pertanian merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usahapertanian, yaitu sebanyak rumah tangga. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

42 24 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 1.8 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013 (ribu) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak rumah tangga dari rumah tangga pada tahun 2003 menjadi rumah tangga, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 1,16% per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor hortikultura dan penurunan terendah di subsektor kehutanan yaitu masing-masing turun sebanyak rumah tangga dan rumah tangga. Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 sebanyak rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kawasan Pantai Timur sebesar rumah tangga, disusul Kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan sebesar rumah tangga dilanjutkan Kawasan Kepulauan Nias sebesar rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kawasan Pantai Barat sebesar rumah tangga. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah rumah tangga petani gurem terbesar pada tahun 2013 berada di Kabupaten Simalungun sebesar rumah tangga dan terkecil berada di Kota Sibolga sebanyak dua rumah tangga. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

43 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 25 Grafik 1.9 Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kawasan Tahun 2003 dan 2013 (ribu) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di Provinsi Sumatera Utara sebanyak rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi rumah tangga atau turun sebesar 24,11%. Penurunan terbesar secara absolut terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang mencapai rumah tangga. Ditinjau secara%tase penurunan rumah tangga petani gurem terbesar terjadi di Kota Medan sebesar 79,37%. Sementara peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem secara absolut terjadi di Kabupaten Nias Selatan dengan jumlah peningkatan mencapai rumah tangga dan secara persentase terjadi di Kabupaten Nias Barat yang mencapai 82,65%. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

44 26 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 1.12 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan menurut Kabupaten/Kota Tahun 2003 dan 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 98,54% merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ( rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 1,46%, atau sebanyak rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar rumah tangga atau sebesar 9,88%. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang mencapai rumah tangga. Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Kota Medan yang mencapai 74,76%. Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna lahan secara absolut terjadi di Kabupaten Karo. Pada tahun 2003, jumlah rumah tangga pertanian pengguna lahan di Kabupaten Karo mencapai Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

45 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 27 rumah tangga selanjutnya pada tahun 2013 menjadi rumah tangga atau meningkat 16,86%. C. Berita Fiskal Regional Terpilih. 1. Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu sektor yang saat ini sedang digalakkan pemerintah. Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia memiliki beragam tempat wisata yang menarik yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Indonesia merupakan negara yang dikaruniai keindahan alam yang sangat beragam yang dapat menjadi obyek pariwisata. Sektor pariwisata merupakan modal bagi suatu daerah untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pemberdayaan masyarakat sekitar. Indikator perkembangan sektor pariwisata dapat dilihat dari semakin meningkatnya tingkat kedatangan wisatawan mancanegara dan meningkatnya tingkat hunian hotel. Propinsi Sumatera Utara sebagai propinsi yang memiliki keunggulan di sektor pariwisata selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan, infrastruktur agar kunjungan wisatawan selalu meningkat. Pariwisata merupakan sektor yang terus menerus dikembangkan pemerintah sebagai sebagai pilar pembangunan nasional karena mampu menopang perekonomian nasional pada saat dunia sedang mengalami krisis. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dinyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Sumatera Utara memiliki tiga pintu utama untuk wisatawan mancanegara yaitu Bandar Udara Poloni yang sejak Agustus 2013 digantikan oleh Bandar Udara Kuala Namu, Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan dan Pelabuhan Laut Belawan. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

46 28 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 1.13 Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Sumatera Utara Tahun Bandar Udara Polonia Pelabuhan Laut Belawan Pelabuhan Laut Tanjungbalai Asahan Jumlah Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara Kunjunganwisatawan ke Sumatera Utara memiliki kecenderungan meningkat dari tahun 2008 hingga 2012, terlihat dari data kunjungan yang datang melalui Bandar Udara Polonia, Pelabuhan Laut Belawan dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan. Dan dari tabel tersebut menunjukkan peningkatan Rata-rata kunjungan menunjukkan bahwa mengalami peningkatan untuk periode 2008 hingga 2011 tetapi untuk periode 2011 hingga 2012 mengalami penurunan rata-rata kunjungan untuk hotel bintang 1, bintang 2, bintang 3 dan bintang 4 dan untuk bintang 5 tidak mengalami perubahan. Tetapi secara umum kunjungan di Sumatera Utara sangat singkat dimana rata-rata secara kesuluruhan dibawah dua hari padahal Sumatera Utara memiliki banyak objek wisata. Statistik kedatangan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat, dan tahun 2013 ini merupakan kunjungan tertinggi dalam periode tersebut. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai orang atau naik 7,22% dibanding jumlah wisatawan mancanegara pada periode yang sama tahun 2012.%tase kenaikan tertinggi terjadi di pintu masuk Bandara Kuala Namu sebesar 9,57%, melalui pintu masuk Belawan dengan kenaikan sebesar 2,25%. Sedangkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang melalui pintu masuk Tanjungbalai Asahan mengalami penurunan sebesar 19,76%. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

47 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 29 Grafik 1.10 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara dari Tiga Pintu Masuk Januari Desember 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Dari sepuluh negara pasar utama wisatawan mancanegara pada Januari Desember 2013, Malaysia masih mendominasi jumlah wisatawan mancanegara yang datang di Sumatera Utara sebesar 57,26%, diikuti oleh Singapura 7,05%, China 3,12%, Belanda 2,32%, Australia 1,65%, Jerman 1,56%, Thailand 1,51%, Amerika Serikat 1,48%, Inggris 1,28%, dan Taiwan 1,04%. Jumlah wisatawan mancanegara dari sepuluh negara tersebut adalah 78,25% dari total kedatangan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara selama Januari Desember2013 dari sebagian negara-negara tersebut menunjukkan peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, seperti Thailand, Singapura, China, Amerika Serikat, Taiwan, Inggris, Jerman dan Malaysia. Sedangkan wisatawan mancanegara asal Belanda dan Australia mengalami penurunan. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

48 30 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 1.11 Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan Indonesia Bulan November dan Desember dalam Lima Tahun Terakhir Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara bulan Desember tahun 2013 yang mencapai 13,07% terhadap bulan sebelumnya, merupakan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara yang ke lima kalinya selama lima tahun terakhir. Kenaikan ini searah dengan total kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia yaitu naik sebesar 6,59% atau dari orang naik menjadi orang. Grafik 1.12 Jumlah Kunjungan Wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan Indonesia Tahun Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

49 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Transportasi Transportasi di Sumatera Utara merupakan sesuatu yang penting dalam mendukung perekonomian. Sektor pertanian, industri dan pembangunan infrastruktur perlu didukung oleh transportasi yang memadai. Adapun transportasi itu sendiri mencakup transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. a. Perkembangan Transportasi Udara Bandara International Kuala Namu merupakan pintu utama dari transportasi udara Sumatera Utara, tidak hanya penumpang domestik tapi juga penumpang internasional. Jumlah penumpang domestik yang berangkat dari Sumatera Utara selama bulan Desember 2013 mencapai orang, atau turun sebesar 0,94 % jika dibandingkan dengan bulan November 2013 yang mencapai orang. Ini disebabkan karena pada bulan Desember yang terdapat hari Natal dimana terdapat kenaikan harga tiket pesawat sehingga banyak calon penumpang yang memilih alternatif transportasi lain sehingga jumlah penumpang pesawat udara pada bulan Desember 2013 menurun.sedangkan secara kumulatif jumlah penumpang yang berangkat pada periode Januari Desember 2013 mencapai orang, atau naik sebesar 1,42 % dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yaitu sebesar orang. Sedangkan untuk penumpang domestik yang datang di Sumatera Utara bulan Desember2013 mencapai orang, atau naik sebesar 1,12 % jika dibandingkan bulan sebelumnyayaitu sebanyak orang. Ini disebabkan pada bulan Desember yang bertepatan dengan hari Natal, sehingga penumpang domestik mengalami kenaikan pada bulan Desember. Sedangkan selama periode Januari Desember2013 penumpang domestik yang datang mengalami penurunan sebesar 0,64 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari turun menjadi orang. Ini disebabkan dengan adanya bencana Sinabung, yang membuat jumlah penumpang yang menuju Sumatera Utara mengalami penurunan. Sementara itu, penumpang angkutan udara tujuan luar negeri, baik yang menggunakan penerbangan nasional maupun asing, pada bulan Desember 2013 naik sebesar 34,38 % dibandingkan bulan November 2013, yaitu dari Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

50 32 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara orang naik menjadi orang pada bulan Desember Jumlah penumpang tujuan luar negeri selama Januari Desember2013 mencapai orang, atau naik 24,15% dibandingkanperiode yang sama tahun 2012 sebesar orang. Ini disebabkan minat masyarakat Sumatera Utara meningkat untuk mengunjungi luar negeri diiringi dengan harga tiket pesawat yang terjangkau oleh masyarakat yang disebabkan oleh meningkatnya frekwensi penerbangan ke luar negeri yang disiapkan oleh maskapai penerbangan. Kedatangan penumpang dari luar negeri selama bulan Desember 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 37,85%dibandingkan bulan November 2013 yaitu dari orang menjadi orang.selamajanuari Desember2013 penumpang luar negeri yang datang di Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 10,18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu naikdari orangmenjadi orang. Meningkatnya jumlah penumpang ini disebabkan oleh minat yang tinggi dari penumpang luar negeri yang ingin berwisata ke Sumatera Utara yang disebabkan oleh promosi pemerintah Sumatera Utara ke luar negeri supaya semakin meningkatnya kunjungan ke Sumatera Utara. Grafik 1.13 Perkembangan Penumpang (Domestik dan Internasional) Angkutan Udara, Januari Desember 2013 Sumber : BPS Provsu, 2014 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

51 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Perkembangan Transportasi Laut Jumlah penumpang angkutan laut antar pulau (dalam negeri) yang berangkat pada bulan Desember 2013 tercatat sebanyak orang, naik 11 kali lipat bila dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 636 orang. Ini disebabkan pada bulan Desember merupakan puncak penumpang yang ingin melakukan perjalanan menggunakan transportasi laut.sedangkan secara kumulatif jumlah penumpang yang berangkat selama bulanjanuari Desember2013 mencapai orang, atau naik 1,84% dibanding periode yang sama tahun Ini menunjukkan semakin meningkatnya minat pada transportasi laut. Sedangkan untuk jumlah penumpang yang datang pada bulan Desember 2013 tercatatsebanyak orang,ataunaik 44 kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebanyak 247 orang. Inidisebabkankunjungan penumpang pada bulan Desember merupakan puncaknya. Selama Januari Desember2013, jumlah penumpang yang datang mencapai orang, mengalami penurunan sebesar 9,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai orang. Ini disebabkan bahwa untuk masuk ke Sumatera Utara, penumpang lebih memilih sarana transportasi lain selain transportasi laut. Grafik 1.14 Perkembangan Penumpang Domestik dan Internasional Angkutan Laut Sumatera Utara Januari dan November 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

52 34 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Untuk transportasi barang melalui laut, pada bulan Desember 2013 angkutan barang antarpulau untuk kegiatan muat barang sebesar ton, atau mengalami penurunan sebesar 11,02 % dibandingkan bulan November 2013 yang sebesar ton. Secara kumulatif jumlah barang yang dimuat selama bulan Januari Desember2013 mencapai ton, atau turun 25,33% dibanding periode yang sama tahun 2012 ( ton). Sedangkan untuk kegiatan bongkar barang pada bulan Desember 2013 mengalami penurunan sebesar 15,60 %, yakni dari ton pada bulan November 2012 turun menjadi tonpadabulan Desember Selama Januari Desember 2013, barang yang dibongkar mencapai ton, angka ini mengalami kenaikan 0,89% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bab 1 Perkembangan Ekonomi Regional

53 BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT

54 Pulau Poncan Kota Sibolga

55 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 35 BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT A. APBN Tingkat Provinsi Pada Tahun Anggaran (TA) 2013, Pemerintah Pusat menargetkan pendapatan negara sebesar Rp20,2 triliun dari Provinsi Sumatera Utara, sedangkan belanja diperkirakan sebesar Rp17,3 trilliun. Dengan demikian diperkirakan terdapat surplus pendapatan sebesar Rp2,9triliun. Adapun rincian dari pendapatan dan belanja dapat dilihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Rincian Pendapatan Dan Belanja Tahun 2013 (dalam miliar rupiah) URAIAN Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, Web Monev PA TAHUN 2013 PAGU APBN REALISASI % PENDAPATAN NEGARA 20, , % PENDAPATAN DALAM NEGERI 20, , % Penerimaan Pajak 19, , % Penerimaan Negara Bukan Pajak , % Penerimaan Hibah BELANJA NEGARA 17, , % BELANJA PEMERINTAH PUSAT 16, , % TRANSFER KE DAERAH % SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN 2, , % Surplus/DefisitTerhadap PDB % - PEMBIAYAAN Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri Dari sisirealisasi, realisasi Pendapatan Negara pada TA 2013 mencapai 123,63% dari target.namun tidak demikian halnya dengan realisasi belanja yang hanya mencapai 84,32% (Rp14,57 triliun) dari total pagu. Apabila dibandingkan dengan pendapatan dan belanja pada TA 2012 (Lampiran 2.1) maka terdapat peningkatan target pendapatan sebesar Rp4.763,63 milliar atau 30,83%.Demikian juga dengan Belanja Negara, terdapat peningkatan pagu belanja Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

56 36 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara sebesar Rp1.007,72 milliar atau 6,19%. Namun dari sisi realisasi, terjadi penurunan tingkat realisasi baik dari sisi pendapatan maupun belanja.pada TA 2012, realisasi Pendapatan Negara mencapai 172,98%, namun pada TA 2013 hanya mencapai 123,63%. Dari sisi realisasi belanja, pada TA 2012 realisasi belanja mencapai 85,53%, namun pada TA 2013 turun menjadi 84,32%. Grafik 2.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara TA.2012 dan TA Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, Web Monev PA B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Terdapat dua sumber penerimaan bagi pemerintah pusat yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Pada TA 2013 penerimaan perpajakan tetap menjadi sumber utama pendapatan, yaitu dengan porsi 93,56% dari total pendapatan (Rp23,3triliun). Adapun rincian kedua sumber pendapatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Terjadi penurunan Penerimaan Pajak Dalam Negeri pada semester II TA 2013 bila dibandingkan dengan penerimaan pada TA Pada TA.2013, penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp. 20,6 triliun yang menurun sebesar Rp. 506,54 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

57 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 37 miliar atau 2,4% dari penerimaan Pajak Dalam Negeri TA.2012.Apabila dilihat secara detail, maka penurunan penerimaan terjadi padaitem Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak Lainnya. Selain itu, apabila dilihat perkembangan selama tiga tahun terakhir maka penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai, dan Cukai menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 2.2. Perkembangan Penerimaan Perpajakan pada Semester II TA No. Jenis Pendapatan Perpajakan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Semester II Semester II Semester II A Pajak Dalam Negeri 17, , , Pajak Penghasilan 10, , , PPh Non Migas 10, , , PPh Fiskal Pajak Pertambahan Nilai 6, , , Pajak Bumi dan Bangunan BPHTB Cukai Pajak Lainnya B Pajak Perdagangan Internasional 7, , , Bea Masuk , Bea Keluar , , J U M L A H 24, , , Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut Dari sisi Pajak Perdagangan Internasional, terdapat dua jenis penerimaan yaitu Bea Masuk dan Bea Keluar. Dilihat dari sisi total penerimaan, maka pada Pajak Perdagangan Internasional terjadi juga penurunan penerimaan secara terus menerus dari TA Pada TA.2011 terdapat penerimaan sebesar Rp. 7,17 triliun yang menjadi Rp. 4,15 triliun pada TA. 2012, dan terakhir menjadi Rp. 2,74 triliun pada TA Penyebab utama penurunan ini adalah jumlah penerimaan Bea Keluar yang turun terus menerus secara tajam. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

58 38 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik2.2. Perbandingan Estimasi Penerimaan Perpajakan dengan Realisasi Tahun Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, Apabila dibandingkan estimasi penerimaan dengan realisasi pada tiga tahun terakhir, maka secara keseluruhan realisasi penerimaan pajak lebih besar dari estimasi pendapatan (lampiran 2.2) Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

59 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 39 Grafik 2.3 Realisasi Penerimaan Perpajakan per Bulan TA.2013 Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut Dari sisi penerimaan perpajakan setiap bulan selama TA.2013, maka grafik 2.3 menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Penghasilan mendominasi penerimaan perpajakan sepanjang tahun. Penerimaan Pajak Penghasilan tertinggi terjadi pada April dengan penerimaan mencapai Rp1,66 triliun(lampiran 2.3). Penerimaan perpajakan tertinggi kedua adalah Pajak Pertambahan Nilai dengan penerimaan tertinggi terjadi pada Bulan Desember yang mencapai Rp1,24 triliun. Selanjutnya, penerimaan perpajakan untuk Pajak Bumi dan Bangunan, Cukai, Pajak Lainnya, Bea Masuk dan Bea Keluar menunjukkan grafik yang tidak berfluktuatif secara tajam. Pada umumnya penerimaan yang diterima setiap bulannya hampir sama. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

60 40 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi a. Perkembangan PNBP per Jenis PNBP Pada TA. 2013, penyumbang terbesar Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari Pendapatan Badan Layanan Umum yang mencapai Rp714,3miliar. Selanjutnya diikuti oleh pendapatan Bagian Laba BUMN sebesar Rp244,1 miliar dan Pendapatan Lain-lain yang mencapairp107 miliar. Disisi yang lain, Pendapatan Lain-lain dan Penerimaan Sumber Daya Alam selama tiga tahun terakhir merupakan penerimaan yang terendah dengan penerimaan kurang dari Rp10 miliar. Grafik 2.4 Realisasi Penerimaan PNBP Umum Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut Apabila dibandingkan realisasi PNBP Umum dengan estimasi penerimaan selama tiga tahun terakhir (lampiran 2.4) maka seluruh realisasi penerimaan berada diatas target. Pada TA berhasil dicapai realisasi penerimaan sebesar Rp1.057,44 milliar(370,85%), dilanjutkan pada TA sebesar Rp1.005,66milliar (360,90%), dan sebesar Rp1.140,82milliar (342,54%) pada TA Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

61 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 41 Grafik 2.5. Realisasi Penerimaan PNBP Umum per Bulan Tahun 2013 Sumber: Dit. SP, Kanwil DJPBN Prov. Sumut Dilihat dari sisi penerimaan secara bulanan, maka Pendapatan BLU sebagai pendapatan terbesar memperoleh pendapatan tertinggi pada Bulan Juli dan Desember yang mencapai sekitar Rp250 milliar. Selanjutnya, Pendapatan Bagian Laba BUMN hanya diterima pada tiga bulan saja yaitu Bulan Mei,Juni, dan Juli dengan total mencapai Rp244,10 milliar. Sisa jenis pendapatan yang lain pada PNBP umum pada umumnya tidak berfluktuatif dengan tajam dengan penerimaan tiap bulannya dibawah Rp50 milliar. b. Perkembangan PNBP Fungsional Kementerian/Lembaga Terdapat dua belas jenis PNBP fungsional, yaitu jasa rumah sakit, visa dan paspor, hak dan perijinan, sensor/karantina, nikah/talak/cerai/rujuk, jasa bandara, pelabuhan, navigasi, pengelolaan rekening TSA, jasa kepolisian, kejaksaaan dan peradilan tipikor, pelayanan pertanahan, pendidikan, serta gratifikasi dan sitaan. Berikut jumlah penerimaan PNBP fungsional pada TA Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

62 42 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 2.3 Penerimaan PNBP FungsionalTahun 2011 s.d 2013 (miliar Rupiah) No. Jenis PNBP Realisasi Penerimaan Jasa Rumah Sakit Visa, Paspor Hak dan Perijinan Sensor/Karantina NTCR Jasa Bandara, Pelabuhan, Navigasi Pelayanan Pertanahan Pengelolaan Rekening TSA Jasa Kepolisian Kejaksaan dan Peradilan Tipikor Pendidikan Gratifikasi dan Sitaan J U M L A H Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut Pada TA 2013, penerimaan PNBP fungsional mencapai Rp404,12 miliar, dengan penerimaan terbesar diperoleh dari Jasa Kepolisian sebesar Rp144,69 miliar, selanjutnya diikuti penerimaan dari Pelayanan Pendidikan yang menyumbang sebesar Rp84,85 miliar. Penyumbang terbesar ketiga adalah penerimaan dari Pelayanan Pertanahan yang menyumbangsebesar Rp73,21miliar. Apabila dibandingkan realisasi penerimaan selama tiga tahun terakhir, maka secara umum penerimaan pada TA.2012 lebih besar dari pada TA.2013 dan TA Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

63 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 43 Grafik 2.6. Realisasi Penerimaan PNBP Fungsionalper Bulan 2013 Sumber: Dit. SP, Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Dilihat dari penerimaan PNBP Fungsional setiap bulannya, penerimaan tertinggi ada pada Jasa Kepolisian. Jasa Kepolisian setiap bulannya diterima dengan jumlah penerimaan terendah sebesar Rp9,94 miliar pada Bulan Juni dan tertinggi sebesar Rp14,04 milliar pada Bulan Januari (lampiran 2.5). Pada urutan kedua adalah penerimaan Pendidikan.Pada penerimaan pendidikan terjadi fluktuasi penerimaan yang tajam setiap bulannya.sebagai contoh, Penerimaan pendidikan tertinggi terjadi pada bulan April yang mencapai Rp25,75 milliar, sedangkan penerimaan terendah terjadi pada bulan berikutnya yang hanya mencapai Rp0,19milliar. Selanjutnya, pada penerimaan Gratifikasi dan Sitaan, Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

64 44 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara terjadi pengembalian sitaan pada Bulan Juli sebesar Rp0,38 miliar sehingga memunculkan axis minus pada grafik 2.6. C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara pada TA mendapat pagu sebesar Rp triliun yang tersebar di DIPA Petikan dan realisasi sebesar Rp triliun atau 84.32%.Belanja Pemerintah Pusat dialokasikan pada 47 Kementerian Negara/Lembaga.Dari Tahun 2011 s.d. Tahun 2013, pagu secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan pagu tidak selalu diikuti dengan peningkatan realisasi secara keseluruhan sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 2.1 perkembangan pagu dan realisasi Kementerian Negara/Lembaga (terlampir) dan grafik 2.4 dibawah ini Grafik 2.4 Perkembangan Pagu dan Realisasi TA Sumber : Web. Monev PA Pada sisi realisasi, tiga tahun terakhir terjadi penurunan tingkat realisasi secara terus menerus yaitu dari 92.55% pada tahun 2011, 85.53% pada tahun 2012, dan menjadi 84.32% pada tahun Mengingat perbedaan pagu yang hanya sekitar 1 trilliun antara tahun 2012 dan 2013, dan tingkat realisasi yang hampir sama sekitar 85%. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

65 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 45 Pada TA dan 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendominasi pagu tertinggi pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan target Pemerintah Pusat untuk menaikkan taraf pendidikan bagi masyarakat Indonesia dengan mengalokasikan 20% dana APBN untuk pendidikan. Dari sisi penyerapan terjadi penurunan yang sangat signifikan sebesar 97,44% menjadi sebesar 57,53% Tahun Pada TA Kementerian Pekerjaan Umum mendapat pagu alokasi tertinggi sebesar Rp2,582 triliun dengan realisasi sebesar 98,32% diatas dari penyerapan nasional. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merupakan kementerian dengan pagu tertinggi kedua yaitu sebesar Rp2,02 triliun. Namun demikian, tingkat penyerapan yang terjadi sangat rendah yaitu sebesar Rp589 miliar atau 29,16%, sangat jauh dengan penyerapan target nasional sebesar 94,30%. Dengan demikian sisa dana yang tidak terserap pada Kementerian ESDM sebesar Rp1,43 triliun menyumbang angka minus sebesar 8.29% pada total penyerapan di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan tingkat penyerapan satker yang diharapkan memberikan stimulus pada perekonomian di Provinsi Sumatera Utara, maka perlu tindak lanjut yang lebih komprehensif mulai dari perencanaan dan pelaksanaan anggaran satker. 2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Sejak tahun 2011dan 2012, komposisi pagu APBN lingkup Provinsi Sumatera Utara di dominasi oleh jenis Belanja Modaldiikuti Belanja Pegawai, Belanja Barang, Bantuan Sosial dan Transfer Daerah. Tabel 2.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Di Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) JENIS BELANJA PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI Belanja Pegawai 4,011 4,080 4,452 4,594 5,205 5,026 Belanja Barang 2,924 2,622 3,450 2,998 4,201 3,618 Belanja Modal 4,440 3,837 5,804 3,917 5,896 4,161 Bantuan Sosial 2,243 2,062 2,183 2,075 1,579 1,445 Transfer Daerah Sumber : Web. Monev PA Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

66 46 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Pada tahun 2013 belanja modal masih menjadipagu yang paling dominan sebesar 34% dari total pagu,diikuti Belanja Pegawai sebesar 30%, Belanja Barang sebesar 25%, Bantuan Sosial sebesar 9% dan Transfer Daerah sebesar 2%. Grafik 2.7 Perbandingan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja TA Sumber Web. Monev PA Dilihat dari sisi penyerapan TA. 2013, maka realisasi Belanja Pegawai merupakan jenis belanja yang memiliki tingkat realisasi paling tinggi yaitu sebesar 96.55%, diikuti dengan realisasi Bantuan Sosial sebesar 91.55%. Selanjutnya, tingkat realisasi jenis belanja yang lain berada di bawah 90%, yaitu Belanja Barang sebesar 86.12%, Transfer Daerah sebesar 80.15%, dan Belanja Modal sebesar 70.58%. Apabila dibandingkan realisasi per jenis belanja pada tiga tahun terakhir, maka dapat dilihat bahwa tingkat realisasi tertinggi per jenis belanja mempunyai urutan yang sama. Dimulai dengan Belanja Pegawai dan diikuti dengan Bantuan sosial, Belanja Barang, Transfer Daerah, dan terakhir Belanja Modal. Hal ini berdampak pada pengembangan perekonomian dimana Belanja Modal merupakan salah satu item yang dapat menunjang pengembangan perekonomian seperti membangun fasilitas bagi masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

67 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 47 Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, alokasi pagunya didominasi oleh Jenis Belanja Modal (34% dari total pagu), sehingga realisasi dari belanja modal akan berpengaruh terhadap keseluruhan realisasi dan capaian kinerja. 3. Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi dan Program Sejak Tahun 2011, APBN dibagi dalam sebelas fungsi. Dari sebelas fungsi dimaksud, fungsi ekonomi merupakan fungsi dengan alokasi pagu terbesar.di tahun 2013, fungsi tersebut mendapatkan alokasi Rp5.351 miliar atau 29% dari seluruh pagu. Selain fungsi ekonomi, fungsi pelayanan umum juga memegang alokasi pagu terbesar kedua, dengan alokasi di tahun 2013 sebesar Rp4,820 miliar atau 27%, lalu di peringkat ketiga alokasi pagu terbesar terdapat pada fungsi pendidikan dengan alokasi di tahun 2013 sebesar Rp3,638 miliar (18,23%). Tabel 2.6Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi Di Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) NAMA FUNGSI PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI Pelayanan Umum 2,752 2,802 3,729 3,606 4,820 4,261 Pertahanan 1,027 1,043 1,032 1,164 1,215 1,191 Ketertiban dan Keamanan Ekonomi 3,466 2,915 4,966 3,188 5,351 3,429 Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan 4,012 3,877 4,005 3,612 3,638 3,160 Perlindungan Sosial Sumber Web Monev Dit. PA Dilihat dari sisi realisasi dalam tiga tahun terakhir, maka pada tahun 2011 tingkat realisasi tertinggi berada berada pada fungsi Pelayanan Umum dan Pertahanan yang mencapai 102%.Sementara tingkat realisasi terendah berada pada fungsi Lingkungan Hidup yang hanya mencapai 72%.Pada tahun 2012, realisasi tertinggi pada Fungsi Pertahanan dengan realisasi mencapai 113%.Sedangkan penyerapan terendah berada pada fungsi Ekonomi yang Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

68 PAGU (miliar) REALISASI (miliar) 48 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara hanya mencapai 64%. Hal ini cukup disayangkan mengingat pada tahun 2012 pagu terbesar APBN di wilayah Provinsi Sumatera Utara ada pada fungsi ekonomi dengan porsi mencapai 31% dari total pagu atau sebesar Rp4.966 miliar. Grafik 2.8 Grafik Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi PAGU 2012 PAGU 2013 PAGU 2011 REALISASI 2012 REALISASI 2013 REALISASI Sumber Web Monev PA Pada tahun 2013, tingkat penyerapan tertinggi beralih ke fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum yang mencapai 104% dari pagu yang dianggarkan sebesar Rp991 miliar. Sedangkan penyerapan terendah berada pada fungsi Pariwisata dan Budaya yang hanya mencapai 30% dari pagu yang dianggarkan sebesar Rp9,44 miliar. Fungsi Pariwisata dan Budaya sebagai fungsi dengan porsi pagu terkecil dan juga mempunyai tingkat realisasi terkecil cukup ironis mengingat Provinsi Sumatera Utara mempunyai obyek wisata yang cukup terkenal yaitu Danau Toba.Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara dengan keindahan alam yang menakjubkan, seharusnya pemerintah dapat memberikan dukungan pengembangan danau toba sehingga menjadi obyek wisata bertaraf internasional yang didukung dengan infrastruktur yang baik. Pada sisi yang lain, fungsi ekonomi yang mendapat pagu terbesar hanya dapat mencapai realisasi 64% dari pagu yang dialokasikan. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

69 PAGU (miliar) REALISASI (miliar) Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 49 Jika dilihat dari program, Program Pengelolaan Ketenagalistrikan, merupakan program dengan alokasi pagu terbesar pada Provinsi Sumatera Utara. Di tahun 2013, program tersebut mendapatkan alokasi sebesar Rp dari seluruh alokasi pagu, diikuti Program Penyelenggaraan Jalan dengan pagu tertinggi kedua dan Program Pendidikan Islam dengan pagu tertinggi ke tiga. Realisasi Program Pengelolaan Ketenagalistrikan hingga akhir tahun 2013 sebesar 29,14% jauh dibawah target penyerapan nasional. Hal ini tentunya dapat menjadi sebuah penanda terkait ketidaktercapaiannya sasaran kinerja dan berpengaruh terhadap Sasaran Prioritas Nasional di Bidang Energi, karena ketiga program ini adalah kontributor utama yang memberikan masukan utama dalam pencapaian Sasaran Prioritas Nasional di Bidang Energi. Untuk Program Penyelenggaraan Jalan realisasinya 98,25% dan Program Pendidikan Islam 93,16% yang berada di atas target nasional sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan tercapai. Grafik 2.9 Grafik Realisasi Belanja 15 Program dengan Pagu Tertinggi Tahun 2013 Provinsi Sumatera Utara 2,500 2,000 1,500 1, % 93,16% 1,600 1,400 80,96% 99,11% 1,200 1,000 97,61% 116,24% ,02% 80,15% ,14% 88,25% 91,66% ,34% 93,43% 82,46% ,05% - PAGU REALISASI Sumber Web Monev PA Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

70 PAGU (miliar) REALISASI (miliar) 50 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 4. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Kewenangan Tabel 2.7Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Kewenangan Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) Jenis Kewenangan Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi KP 4,094 3,645 5,047 3,675 5,894 4,426 KD 7,311 6,975 8,459 7,687 9,325 8,343 Dekonsentrasi 1,090 1, TP Urusan Bersama Sumber Web Monev PA Pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, terdapat enam kewenangan yaitu Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD), Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), Urusan Bersama (UB). Sejak Tahun 2011 hingga Tahun 2013 KD mendapat alokasi pagu terbesar.di tahun 2013, KD mendapat pagu sebesar 53,97%, KP 34,11%, TP 4,68%, dan UB 2,98% dari pagu secara keseluruhan. Gambar 2.10 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Kewenangan % 89,74% 72,81% 90,87% 89,04% 95,41% 91,67% 85,47% 94,87% 93,89% 95,22% 92,31% 93,51% 82,48% 93% Sumber: web Monev PA, Pagu 2012 Pagu 2013 Pagu 2011 Realisasi 2012 Realisasi 2013 Realisasi Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, alokasi pagu terbesar di alokasikan untuk belanja pemerintah kewenangan Kantor Daerah (KD) sehingga apabila realisasi dari KD rendah maka akan berpengaruh terhadap keseluruhan realisasi. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

71 MILIAR Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 51 Sejak Tahun 2011 hingga 2013, belanja pemerintah yang merupakan kewenangan Kantor Daerah (KD) mengalami penurunan sebesar 95,41% di tahun 2011 dan terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2012 menjadi 90,87% dan 89,74% pada tahun Hal ini berpengaruh karena setiap tahun belanja pemerintah dengan kewenangan KD selalu mengalami penambahan pagu.apabila dibandingkan dengan tingkat penyerapan yang lain maka penyerapan kewenangan Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi berada pada pola yang sama. Namun berbeda dengan tingkat penyerapan Tugas Pembantuan, terjadi kenaikan di tahun 2012 dan penurunan yang cukup signifikan dari 95,22% menjadi 85,47 pada TA Demikian juga halnya dengan tingkat penyerapan pada kewenangan Urusan Bersama terjadi penurunan yang sangat signifikan pada TA Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Dana transfer merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian. Grafik 2.11 Perkembangan Pagu Transfer Daerah Tahun Provinsi Sumatera Utara DAU DAK DBH DANA PENYESUAIAN Sumber: DJPK Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

72 52 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Pada tiga tahun terakhir Alokasi DAU mengalami peningkatan pagu yang cukup signifikan. Tetapi bila dilihat dari alokasi DBH, pagu mengalami penurunan pada tahun Hal ini sejalan dengan prinsip trilogi dana perimbangan, yaitu pada DBH diperkirakan menurun maka DAU akan meningkat. Penurunan alokasi DBH dapat sebabkan oleh dua hal, yaitu prediksi penurunan potensi pendapatan dan/atau terjadinya pengalihan pendapatan pusat menjadi pendapatan daerah sebagaimana beberapa tahun terakhir pemerintah pusat secara bertahap menyerahkan pemungutan PBB sektor perkotaan dan perdesaan (P2) kepada pemerintah daerah. Tabel 2.8Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar rupiah) JENIS TRANSFER PAGU REALISASI PAGU REALISASI PAGU REALISASI DAU 13,585 13,742 16,362 15,674 18,693 18,671 DAK 1,545 1,489 1,529 1,494 1,874 1,799 DBH 1,686 1,675 1,78 1,738 1,433,7 1,666 DANA PENYESUAIAN Sumber: DJPK 1,570 2,467 2,973 3,125 3,595 3,870 Bila dilihat dari realisasi, selama tiga tahun berturut-turut realisasi masingmasing komponen hampir 100% atau melebihi, bila dilihat dari Dana Alokasi Umum apabila penyerapan itu melebihi disebabkan pembayaran gaji pegawai di daerah. D. Pengelolaan BLU Pusat 1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat Pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara terdapat empat BLU yang terdiri dari dua sektor yaitu Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan.Keempat BLU tersebut telah dapat mempergunakan langsung 100% PNBP-nya. Pada sektor pendidikan terdapat tiga satker dan sektor kesehatan terdapat satu satker sebagaimana tabel dibawah ini : Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

73 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 53 Tabel 2.9 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat Tahun 2013 Provinsi Sumatera Utara (dalam miliar) NO JENIS LAYANAN SATKER BLU NILAI ASET PAGU PNBP PAGU RM PAGU PHLN JUMLAH PAGU I PENDIDIKAN USU 37, ,07 374,70 755,77 POLTEKKES MEDAN 0,746 20,19 49,66 69,85 IAIN SUMUT MEDAN 340,32 18,42 113,82 2,82 135,06 II KESEHATAN RSU H. ADAM MALIK MEDAN 46,62 297,45 187, ,29 Sumber: Data Kanwil DJPBN Sumatera Utara,Tahun Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat Perkembangan dari segi aset, sepanjang tiga tahun terakhir tidak mengalami perkembangan yang signifikan.sebaliknya, ada beberapa satker yang mengalami penurunan.blu di sektor Kesehatan tidak mengalami perkembangan. Nilai aset di sektor Kesehatan tahun 2013 sebesar Rp Aset BLU di sektor Pendidikan mengalami penurunan dibanding Tahun 2012 dari Rp menjadi Rp pada Tahun Tabel 2.10 Perkembangan Pengelolaan Aset satker BLU Tahun Provinsi Sumatera Utara NO Jenis Layanan/Nama Satker PNBP Nilai Aset I II Pendidikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN IAIN SUMATERA UTARA MEDAN Kesehatan 195,899,473,867 94,492,882,000 37,447,179,000 3,187,682, ,303, ,828,324, ,789,355, ,324,444,777 RSU H. ADAM MALIK 1 MEDAN Sumber: Data Kanwil, Dit BLU 123,431,202,000 82,809,642,000 46,615,397,800 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

74 54 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 2.12 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker BLU Tahun Provinsi Sumatera Utara Sumber: Web Monev Dit. PA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN IAIN SUMATERA UTARA MEDAN RSU H. ADAM MALIK MEDAN 2011 PNBP RM PNBP RM PNBP RM Dilihat dari perkembangan pagu PNBP pada satker Universitas Sumatera Utara dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 50,50% dan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 14,18%. Jika dibanding tahun 2011, Satker Politeknik Kesehatan Medan mengalami peningkatan 12,19% di tahun 2012 dan meningkat kembali pada tahun 2013 sebesar 12,93%. Untuk satker IAIN Sumatera Utara Medan, dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 35,92% dan mengalami penurunan sebesar 15,79% di tahun 2013, sedangkan satker RS H. Adam Malik Medan mengalami peningkatan 87,95% dari tahun 2011 ke tahun 2012 dan mengalami penurunan sebesar 0,91% pada tahun Kemandirian BLU Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government)dengan memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menetapkan praktekpraktek bisnis yang sehat sehingga dapat menciptakan kemandirian terhadap dirinya.kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM).Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara tidak terdapat BLU yang memiliki porsi pagu PNBP diatas 65% dari total pagunya. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

75 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 55 Tabel 2.11 Tingkat Kemandirian BLU Pusat Tahun Provinsi Sumatera Utara (dalam milar rupiah) Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 No Jenis Layanan Satker BLU Nilai Aset PNBP % RM % PHLN % PNBP % RM % PHLN % PNBP % RM % PHLN % 1 PENDIDIKAN USU 37,45 295, % 243, % 134, % 444, % 403, % 0, % 381, % 374, % 1, % 2 PENDIDIKAN POLTEKKES MEDAN 0,75 15, % 37, % 0 17, % 42, % 20, % 49, % 3 PENDIDIKAN IAIN SUMUT 340,32 16, % 98, % 0 21, % 83, % 18, % 113, % 9, % 4 KESEHATAN RSU H. ADAM MALIK MEDAN 46,62 159, % 176, % 57, % 300, % 197, % % 297, % 187, % Sumber: Satker BLU Satker BLU Pusat Universitas Sumatera Utara memiliki porsi pagu PNBP untuk tahun 2012 sebesar 47,92% dari total pagunya dan tahun 2013 sebesar 50,34% dari total pagunya. Keadaan ini seolah-olah menunjukkan persentase pagu PNBP USU mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun Namun kenyataannya porsi PNBP USU mengalami penurunan sebesar 14,18%. Adapun kenaikan persentase itu disebabkan menurunnya total pagu USU. Demikian juga RSU Adam Malik mengalami penurunan PNBP tahun 2012 dibandingkan PNBP tahun 2013 sebesar 0,9%. Tren penurunan ini menunjukkan indikasi yang kurang baik jika dilihat dari tujuan pembentukan BLU. Walaupun BLU tidak mengutamakan mencari keuntungan, namun apabila layanan pendidikan dan kesehatan yang diberikan USU dan RSU Adam Malik berkualitas seyogianya perolehan PNBP USU dan RSU Adam Malik mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya animo masyarakat menggunakan layanan kedua BLU tersebut. 4. Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP Di wilayah Provinsi Sumatera Utara, terdapat 149 satuan kerja yang mengelola dana PNBP namun belum menjadi satker BLU. Satker PNBP tersebut melayani pada tujuh sektor, meliputi : Pendidikan (8 satker), Agama (25 satker), Ekonomi (20 satker), Kesehatan (1 satker), Ketertiban dan Keamanan (33 satker), Lingkungan Hidup (4 satker) dan Pelayanan Umum (58 satker). Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

76 56 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 2.12 Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013 No Jenis Layanan Jumlah Satker PNBP NilaiAset Pagu PNBP Pagu RM Jumlah Pagu 1 Pendidikan Agama Ekonomi Kesehatan Ketertiban dan Keamanan Lingkungan Hidup 7 Pelayanan Umum Jumlah Sumber : Kanwil DJPBN Provsu, KPPN Perbandingan pagu PNBP dan RM pada seluruh satker PNBP di wilayah Sumatera ditunjukkan dalam grafik berikut. Grafik 2.13 Perbandingan Pagu PNBP, Pagu RM dan Total Pagu per Jenis Layanan satker PNBP (Milliar Rupiah) Pagu PNBP Pagu RM Jumlah Pagu Sumber : Kanwil DJPBN Provsu, KPPN Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

77 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU Dari sejumlah satuan kerja yang mengelola dana PNBP terdapat beberapa satker yang mempunyai pagu PNBP lebih besar dari Pagu RM. Beberapa satker juga mengalami peningkatan aset pada tahun 2013, meskipun lebih dari separuh mengalami penurunan aset yang disebabkan adanya penyusutan (depresiasi). Dapat dikatakan bahwa satker yang mempunyai Pagu PNBP lebih besar daripada Pagu RM dan mengalami peningkatan asset yang cukup signifikan tersebut berpotensi menjadi satker BLU. Berikut ini adalah satker PNBP yang berpotensi menjadi satker BLU. Tabel 2.13 Satker PNBP dengan Pagu PNBP lebih besar daripada Pagu RM Tahun 2013 No Nama Satker Pagu PNBP Pagu RM 1 Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan 2 Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun Kantor Pertanahan Kab.Deli Serdang Kantor Pertanahan Kab.Serdang Bedagai Kantor Imigrasi Belawan Kantor Imigrasi Medan Kantor Imigrasi Polonia Kantor Pertanahan Kota Medan Kantor Imigrasi Pematangsiantar Kantor Pertanahan Kota Pematangsiantar Kantor Pertanahan Kab.Labuhan Batu Kantor Imigrasi Tanjung Balai Asahan Kantor Pertanahan Kab.Asahan Sumber : Kanwil DJPBN Provsu, KPPN Perbandingan antara pagu RM dan PNBP dari ketiga belas satker tersebut tampak pada grafik berikut. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

78 58 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 2.14 Perbandingan Pagu PNBP dan Pagu RM (Milliar Rupiah) Pagu PNBP Pagu RM Sumber : Kanwil DJPBN Provsu, KPPN Dari grafik terlihat, terdapat lima satker yang memiliki pagu PNBP lebih besar daripada pagu RM dengan perbedaan yang cukup signifikan, yaitu: Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan, Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun,Kantor Imigrasi Belawan, Kantor Imigrasi Medan, dan Kantor Pertanahan Kota Medan. Satker Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Medan memiliki pagu PNBP lebih besar daripada pagu RM, lebih dari 100%.Sementara, satker Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun memiliki pagu PNBP lebih besar daripada Pagu RM hampir sebesar 82%. Satker Kantor Imigrasi Belawan memiliki pagu PNBP lebih besar daripada pagu RM sebesar 101,4% dan satker Kantor Imigrasi Medan hampir sebesar 102,4%. Bahkan, satker Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki pagu PNBP lebih besar daripada pagu RM sebesar hampir 206,7%. Hal ini dapat diartikan, jika dilihat dari besarnya pagu PNBP dibanding pagu RM yang dimiliki, satker Kantor Pertanahan Kota Medan paling berpotensi menjadi BLU, dengan pagu PNBP 206,7% lebih besar dari pagu RM. Jika dilihat dari perkembangan besarnya aset yang dimiliki, sebagian satker mengalami penurunan aset yang disebabkan adanya penyusutan (depresiasi) Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

79 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 59 yang dimulai tahun Namun demikian, tidak sedikit satker yang mengalami peningkatan aset pada tahun Berikut ini adalah satker yang mengalami peningkatan aset di tahun Tabel Satker Pengelola PNBP yang mengalami peningkatan Aset Tahun 2013 No Nama Satker Peningkatan Aset (%) 1 ATKP MEDAN 20,6 2 STAKP NEGERI TARUTUNG 10,5 3 PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN 99,9 4 POLITEKNIK NEGERI MEDAN 181,9 5 BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN PEMATANG SIANTAR 6,9 6 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. DAIRI 9,3 7 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. HUMBANG HASUNDUTAN 7,3 8 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SAMOSIR 50 9 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SIMALUNGUN 1,4 10 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. TAPANULI SELATAN 188,4 11 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. TAPANULI UTARA 6,6 12 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BATU BARA 18,4 13 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TOBA SAMOSIR 4,9 14 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA BINJAI 58,4 15 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA MEDAN 275,8 16 BALAI PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI WILAYAH II MEDAN 11,5 17 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA PEMATANG SIANTAR 2881,5 18 BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II MEDAN 652,6 19 KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II 354,4 20 BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL BABI DAN KERBAU DI SIBORONG-BORONG 0,9 21 BANDAR UDARA SILANGIT - SIBORONG BORONG 9,1 22 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN 6170,8 23 BALAI PENYIDIKAN DAN PENGUJIAN VETERINER REGIONAL I MEDAN 110,3 24 BARISTAND INDUSTRI MEDAN 3796,3 25 BANDAR UDARA AEK GODANG 220,3 26 POLRES (PERSIAPAN) PAK PAK BARAT 3539,8 27 POLRES TANAH KARO 7,1 28 POLRES SAMOSIR 5,9 29 POLRES TAPANULI UTARA 9,8 30 POLRES TOBA SAMOSIR 4,9 31 POLRES PEMATANG SIANTAR 19,4 32 POLRES SIMALUNGUN 3,9 33 POLRES PADANGSIDEMPUAN 260,9 34 POLRES NIAS 13,3 35 POLRES BINJAI POLRES LANGKAT POLRES PELABUHAN BELAWAN POLRESTA MEDAN RORENA POLDA SUMUT BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER 4,4 41 BALAI PENGELOLAAN DAS ASAHAN BARUMUN 2,9 42 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN BARUS 3500,9 43 DISTRIK NAVIGASI SIBOLGA 48,6 44 KANTOR PERTANAHAN KAB. PAKPAK BHARAT 65,8 45 ADMINISTRATOR PELABUHAN PANGKALAN SUSU 48,1 46 KANTOR OTORITAS PELABUHAN UTAMA BELAWAN 450,3 47 KANTOR KESYAHBANDARAN UTAMA BELAWAN 5,2 48 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN PANGKALAN DODEK 26,2 49 KANTOR PERTANAHAN KAB. SAMOSIR DI PROP. SUMATERA UTARA 26,4 50 KANTOR PERTANAHAN KAB. TAPANULI UTARA 5 51 KANTOR PERTANAHAN KAB. TOBA SAMOSIR 0,3 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

80 60 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 52 KANTOR IMIGRASI MEDAN 185,4 53 KANTOR IMIGRASI POLONIA 39,9 54 KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I MEDAN 4094,2 55 KANTOR PERTANAHAN KOTA BINJAI 183,9 56 KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN 214,4 57 BALAI PENELTIAN KEHUTANAN AEK NA ULI 5,2 58 KANTOR IMIGRASI PEMATANG SIANTAR KANTOR PERTANAHAN KAB. SIMALUNGUN KANTOR PERTANAHAN KOTA PEMATANG SIANTAR 23,4 61 ADMINISTRATOR PELABUHAN GUNUNG SITOLI 2,5 62 KANTOR PERTANAHAN KAB. NIAS SELATAN DI PROV. SUMATERA UTARA 211,3 63 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN LAHEWA 357,9 64 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN SIKARA-KARA 229,1 65 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN TELUK DALAM NIAS 9,5 66 STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN 94 KELAS II TANJUNG BALAI ASAHAN 67 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN PULAU KAMPAI 1,6 68 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN SUNGAI BAROMBANG 38,4 69 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN TANJUNG TIRAM 2,2 70 UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN TANJUNGPURA 5,2 71 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. ASAHAN 27,6 Sumber : Data Kanwil, KPPN Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

81 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 61 E. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat Selain pengelolaan Badan Layanan Umum, Kanwil Ditjen Perbendaharaan ProvinsiSumatera Utara juga menatausahakan investasi pemerintah khususnya penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agreement/SLA), kredit program, dan investasi lainya 1. Penerusan pinjaman Salah satu investasi yang ditatausahakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara adalah penerusan pinjaman Pemerintah Pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada Pemerintah Daerah/BUMD (PDAM). Pada semester II-2013 terdapat 22 debitur (58 SLA), 10 debitur Pemerintah Daerah dan 12 debitur BUMD (PDAM) dengan jumlah sebesar Rp501,94 miliar (Rp170,64 miliar SLA Pemerintah Daerah dan Rp331,30 miliar SLA PDAM. Dari jumlah SLA tersebut di atas telah diterima pembayaran pokok SLA sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar Rp287,06 miliar, sehingga posisi outstanding pinjaman Pemda dan BUMD sebesar Rp214,89 miliar. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

82 62 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 2.15 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sumatera Utara Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

83 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 63 Lanjutan Sumber: Dit. SMI, Kanwil DJPBN Prov. Sumut diolah, 2013 Posisi penerusan pinjaman Pemda dan PDAM sampai 31 Desember 2013 sebesar Rp 501,94 miliar, yang menjadi hak tagih pemerintah sebesar Rp505,42 miliar dan tunggakan sebesar Rp 409,68 miliar (tunggakan Pokok Sebesar Rp119,14 Miliar dan Tunggakan Non Pokok sebesar Rp290,54 miliar), dengan rincian: PDAM sebanyak 26 SLA sebesar Rp379,64 miliar dengan tunggakan sebesar Rp298,03 miliar dan Pemda sebanyak 32 SLA sebesar Rp125,78 miliar dengan tunggakan sebesar Rp111,65 miliar (lampiran 2.5 Posisi Penerusan Pinjaman Pemda dan BUMD). Tunggakan pembayaran tersebut disebabkan penyelesaian utang debitur yang berjalan lambat dan rendahnya komitmen debitur dalam membayar serta rendahnya komitmen Pemda dan DPRD dalam menyehatkan PDAM. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

84 milyar Rupiah 64 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan beberapa tindakan, yaitu: 1. Meningkatkan Kerjasama dengan Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK- Kementerian Keuangan) dan Kementerian Dalam Negeri dalam hal optimalisasi pelaksanaan kewenangan pengawasan untuk mendukung peningkatan kinerja investasi pemerintah. 2. Melakukan pelaksanaan penyelesaian piutang negara pada PDAM dengan melakukan restrukturisasi utang. Dalam hal setelah memperoleh penjadwalan kembali, PDAM masih mempunyai Tunggakan Pokok dan/atau Tunggakan Non Pokok serta tidak melakukan penyelesaian tunggakan tersebut, pengurusan piutang Negara diserahkan kepada PUPN sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada PDAM) Grafik 2.15 Posisi penerusan pinjaman Pemda dan BUMD sampai 31 Desember ,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - BUMD PEMDA HAK TAGIH , ,23 TUNGGAKAN , ,42 % TUNGGAKAN 78,50% 88,76% Sumber: Dit. SMI, Kanwil DJPBN Prov. Sumut diolah, 2013 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

85 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 65 Dari 58 penerusan pinjaman tersebut di atas terdapat lima SLA dari tiga debitur yang pengurusan piutangnya telah diserahkan ke Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan telah diterbitkan Surat Penerimaan Pengurusan piutang Negara (SP3N), yaitu PDAM Kabupaten Langkat (tiga SLA), PDAM Kabupaten Karo (satu SLA), dan PDAM Kabupaten Asahan (satu pinjaman) Saldo Outstanding Pinjaman BUMD dan Pemda Posisi 31 Desember 2013 yang telah diserahkan ke PUPN adalah sebesar Rp23,13 miliar. Rekapitulasi Outstanding Pinjaman BUMD dan Pemda Yang Diserahkan ke PUPN Posisi 31 Desember 2013 dapat dilihat pada tabel Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman Pemda dan BUMD Yang Diserahkan Ke PUPN No. Nomor SLA Nama SLA Penerima SLA Jumlah SLA Tingkat Bunga RDA-84/DDI/1992 PDAM KAB ASAHAN ,04 11, RDA-286/DP3/1997 PDAM KAB KARO ,03 11, RDA-112/DP3/1993 PDAM KAB LANGKAT ,14 11, RDA-184/DP3/1994 PDAM KAB LANGKAT ,92 11, RDA-287/DP3/1997 PDAM KAB LANGKAT ,03 11,50 Sumber: Dit. SMI, Kanwil DJPBN Prov. Sumut diolah, 2013 Selama tahun 2013 pembayaran angsuran pokok SLA yang diterima hanya lima belas SLA dari enam debitur dengan jumlah pembayaran pokok sebesar Rp miliar (dapat dilihat pada tabel 2.17 dengan uraian perkembangan pembayaran angsuran pokok dapat dilihat pada lampiran 2.6). Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

86 66 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Tabel 2.17 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No. Nomor Nama SLA Penerima SLA Pembayaran Pokok SLA Semester I Semester II SLA-1148/DP3/2001 PDAM TIRTANADI 2.185, MEDAN SLA-973/DP3/1997 PEMKAB LABUHAN 44, BATU AMA-453/SLA-467 PEMKOT MEDAN 1.566, SLA-467/DDI/1989 PEMKOT MEDAN 405, SLA-467/DDI/1989 PEMKOT MEDAN 37, SLA-491/DDI/1989 PEMKOT MEDAN 937, RDA-301/DP3/1998 PEMKAB DAIRI 54, RDA-328/DP3/2007 PEMKAB DAIRI 580, AMA-165-RDI-72/2012 PEMKOT MEDAN 837, SLA-466/DDI/1989 PDAM TIRTANADI 2.531,44 0 MEDAN SLA-1006/DP3/1997 PEMKOT P. 25, SIANTAR SLA-470/DDI/1989 PEMKAB DELI 114,26 0 SERDANG AMA-154-RDA- PEMKOT MEDAN 412, / AMA-456-SLA- PEMKOT MEDAN 702, / AMA-156-RDA-42/2012 PEMKOT MEDAN 218, JUMLAH , Sumber: Dit. SMI,Kanwil DJPBN Prov. Sumut diolah, 2013 Dalam hal penerusan pinjaman para debitur dikenakan bunga dan Jasa Bank. Selama tahun 2013 diterima pembayaran angsuran bunga dan jasa bank dari enam debitur (14 SLA) sebesar Rp3,83 miliar, dengan rincian pada tabel 2.18 dan lampiran 2.7Perkembangan Pembayaran Angsuran Bunga dan Jasa BankSLA Di Prov. Sumatera Utara Tahun Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

87 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 67 Tabel 2.18 Perkembangan Pembayaran Angsuran Bunga Dan Jasa Bank SLA Di Prov. Sumatera Utara Tahun 2013 Dalam jutaan Rupiah No. Nomor SLA Nama SLA Penerima SLA Pembayaran Bunga dan Denda SLA-1148/DP3/2001 PDAM TIRTANADI MEDAN 1, SLA-973/DP3/1997 PEMKAB LABUHAN BATU AMA-453/SLA-467 PEMKOT MEDAN SLA-467/DDI/1989 PEMKOT MEDAN SLA-491/DDI/1989 PEMKOT MEDAN RDA-301/DP3/1998 PEMKAB DAIRI RDA-328/DP3/2007 PEMKAB DAIRI AMA-165-RDI-72/2012 PEMKOT MEDAN SLA-466/DDI/1989 PDAM TIRTANADI MEDAN SLA-1006/DP3/1997 PEMKOT P. SIANTAR SLA-470/DDI/1989 PEMKAB DELI SERDANG AMA-154-RDA-041/2012 PEMKOT MEDAN AMA-456-SLA-312/2012 PEMKOT MEDAN AMA-156-RDA-42/2012 PEMKOT MEDAN JUMLAH 3, Sumber: Dit. SMI,Kanwil DJPBN Prov. Sumut diolah, Kredit Program Selain SLA, di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat skema subsidi kredit program. Terdapat enam jenis kredit program yaitu Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Menengah/Kecil (KUMK), Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD-Nias) Korban Bencana Alam Gempa dan Tsunami, Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP). Gambaran umum keenam jenis kredit program di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 31 Desember 2013 adalah seperti pada tabel dan gambar di bawah ini. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

88 68 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara No. Jenis Kredit Program Tabel 2.19 Profil Kredit ProgramProvinsi Sumatera Utara Semester II-2013 Penyalur Jenis Kredit Program Penerima Kredit Program (Debitur) Jumlah Kredit Program Outstanding Kredit Tingkat Bunga Subsidi Bunga 1 KUPS Bank Sumut , ,21 Total KUPS , ,21 11,50% 6,50% 2 KKPE Bank Mandiri , ,05 Bank Sumut , ,32 BRI , ,00 Jumlah KKPE , ,67 KKPE Tebu =10,50% KKPE Non Tebu= 11,50% KKPE Tebu =4,50% KKPE NonTebu= 7,50% 3 KUMK BPD Sumut ,75% - PT Pegadaian BUKOPIN ,66 75,66 PNM ,14 227,14 Jumlah KUMK , ,47 4 KPP NAD NIAS Bank Mandiri 408,41 347,88 Bank Sumut , ,74 10,50% 3,50% JUmlah KPP NAD Nias , ,62 5 KUR BNI , ,41 BRI (KUR Ritel) , ,59 BRI (KUR Mikro) , ,38 Bank Mandiri , ,24 BTN , ,70 Bank Bukopin , ,92 BS. Mandiri , ,76 BNI Syariah , ,21 Bank Aceh ,00 193,93 Bank Sumut , ,00 KUR TKI ,00 407,00 Jumlah KUR , ,14 6 KPEN-RP BII BRI Mandiri ,28 BPD Sumut Jumlah KPEN-RP micro = 22% kecil = 13% - Total seluruhnya Sumber: Data Kanwil, Data Perbankan diolah, 2013 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

89 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 69 Grafik 2.16 Jenis Kredit Program Jenis Kredit Program , , , , , ,15 KUPS KKPE KUMK KPP NAD NIAS KUR KPEN - RP Sumber: Dit. SMI diolah, Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) KUPS merupakan salah satu program pemerintah mencapai swasembada daging sapi 2014 disamping beberapa paket kebijakan Kementerian Pertanian lainnya seperti pembatasan impor daging beku dan sapi bakalan, penyelamatan sapi betina produktif, dan penambahan populasi sapi. Untuk mewujudkan swasembada dalam pengadaan daging dan susu sapi, Kementerian Pertanian menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 40/Permentan/Pd.400/9/2009, Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi. Kemudian dilanjutkan dengan keputusan Menteri Keuangan pada tahun yang sama yang menetapkan besarnya bunga pinjaman 5% untuk KUPS tersebut. Sebagai langkah implementasinya telah ditunjuk sebanyak 11 bank pemerintah sebagai pelaksana, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Bukopin, Bank Mandiri, Bank BPD Sumut, Bank BPD Sumbar, Bank BPD Jateng, Bank BPD DIY, Bank BPD Jatim, Bank BPD Bali, dan Bank BPD NTB. Pelaksana KUPS di Sumatera Utara adalah Bank BPD Sumut dengan beban bunga yang berlaku sebesar 11.50%, beban bunga yang disubsidi pemerintah Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

90 70 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara sebesar 6.50% sehingga bunga yang ditanggung peserta adalah 5% dengan masa tenggang (grace period) maksimal dua tahun dari maksimum jangka waktu kredit. Adapaun realisasi penyaluran KUPS di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 31 Desember 2013 seperti pada tabel berikut. Tabel 2.20 Perkembangan KUPS di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) Penyalur Kredit Program Jumlah Kredit Program Semester I 2013 Jumlah Kredit Program Semester II 2013 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo Bank Sumut 62, , , , , Sumber : Dit SMI diolah, 2013 KUPS di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo Rp73,7 miliar dengan mutasi penarikan kredit (sisi debit) Rp76,98 miliar dan pembayaran kembali (sisi kredit) Rp3,27 miliar. Selama Semester II-2013, terjadi peningkatan saldo KUPS sebesar Rp11,15 miliar dengan penambahan penyaluran kredit sebesar Rp14,18 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp3,03 miliar. Pembayaran kembali atas KUPS yang sangat tajam di Semester II-2013 dikarenakan telah berakhirnya grace period pada penarikan kredit yang dilakukan sampai dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) Upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi pangan terus dilakukan. Dimulai dengan penyediaan kredit program dengan suku bunga rendah, fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sampai dengan tahun 1998 dan subsidi sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida), dilanjutkan dengan diluncurkannya Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang disediakan oleh pemerintah mulai tahun Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan menjadi KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) dalam rangka mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan mengembangkan teknologi energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu/singkong dan tebu diintegrasikan dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

91 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 71 Tingkat bunga KPP-E dibagi dua kelompok yaitu kelompok tebu dan non-tebu. Tingkat beban bunga untuk KPP-E kelompok tebu ditetapkan sebesar 10,50%, baban bunga ditanggung pemerintah sebesar 4,50% sehingga beban bunga yang ditanggung peserta adalah 6,0%. Sedangkan tingkat bunga untuk KPP-E non-tebu ditetapkan 11,50%, beban gunga yang ditanggung pemerintah sebesar 7,50% sehingga beban bunga yang ditanggung peserta adalah 4,0%. Realisasi penyaluran KKP-E di Provinsi Sumatera Utara oleh tiga bank penyalur (Bank Mandiri, Bank Sumut, dan BRI) secara kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013 adalah seperti tabel berikut. No. Penyalur Kredit Program Tabel 2.21 Tabel Perkembangan KKP-E di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) Jumlah Kredit Program Semester I 2013 Jumlah Kredit Program Semester II 2013 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo 1 Bank Mandiri 8, , , , , , Bank Sumut 37, , , , , , BRI 118,736,00 17, , ,209,00 10,754,00 42,454,31 Jumlah 164,099 24,809,22 139,288,77 944,578,46 478,892,79 465,686,67 Sumber : Dit SMI diolah, 2013 KKP-E di Provinsi Sumatera Utara secara kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo Rp465,68 miliar dengan mutasi penarikan kredit sebesar Rp944,57 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp478,89 miliar. Selama Semester II-2013, terjadi peningkatan saldo KKP-E sebesar Rp326,39 miliar dengan penambahan penyaluran kredit sebesar Rp780,48 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp454,08 miliar. Bank mandiri menjadi penyalur dengan saldo kredit per 31 Desember 2013 paling tinggi dengan saldo Rp411,28 miliar dengan mutasi penambahan penarikan kredit sebesar Rp465,84 dan pembayaran kembali sebesar Rp465,84 miliar. Selama Semester II-2013, Bank Mandiri membukukan penambahan penarikan kredit yang sangat signifikan sebesar Rp869,05 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp459,85 miliar. Di lain pihak, BRI menjadi penyalur KKP-E dengan Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

92 72 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara saldo paling rendah dengan Rp42,454 miliar dengan mutasi penambahan penarikan kredit sebesar Rp53,2 miliar dan pembayaran kembali Rp10,75 miliar. Terkait jumlah mutasi debit dan kredit sampai dengan Semester II-2013 dari Bank Sumut dan BRI yang lebih kecil dari jumlah mutasi kredit dan kredit sampai dengan Semester I-2013, hal tersebut di karenakan adanya ketentuan perjanjian kontrak bahwa dalam hal terjadi tunggakan pembayaran angsuran kredit, pihak bank pelaksana akan mengeluarkan kredit tersebut dari program KKP-E dan berlaku ketentuan tingkat suku bunga kredit komersial yang tidak disubsidi pemerintah Kredit Usaha Mikro Kecil (KUMK) KUMK merupakan Kredit modal kerja dan investasi yang diberikan kepada usaha mikro dan kecil guna pembiayaan usaha produktif. Tujuan dari program kredit ini adalah meningkatkan akses usaha mikro dan kecil terhadap dana pinjaman dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau pada sektor : Pertanian; Pertambangan; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air; Konstruksi; Perdagangan, Restoran, dan Hotel; Perumahan; Pengangkutan, Pergudangan, Komunikasi; dan Jasa lainnya. Subjek pembiayaan jenis program ini dibagi menjadi dua kategori yaitu usaha mikro dengan plafon kredit Rp50 juta dan usaha kecil dengan plafon kredit Rp500 juta. No. Penyalur Kredit Program Tabel 2.22 Perkembangan KUMK di Sumatera Utara (dalam Jutaan ) Jumlah Peserta Jumlah Kredit Program Semester I 2013 Jumlah Kredit Program Semester II 2013 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo 1 BPD Sumut , , , ,981 14,981 2 PT. PEGADAIAN (PERSERO) 4, , , , BANK BUKOPIN , , , PNM 3, , Jumlah 8, ,00 72,924, 317,391, 15, ,301 Sumber : Dit SMI diolah, 2013 KUMK di provinsi Sumatera Utara secara kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo Rp15,3 miliar dengan penambahan penarikan kredit sebesar Rp15,3 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp.0,-. Selama Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

93 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 73 Semester II-2013, terjadi penurunan yang sangat tajam pada saldo KUMK sebesar Rp302,08 miliar dengan pengurangan penarikan kredit sebesar Rp357,03 miliar dan pengurangan pembayaran kembali sebesar Rp72,92 miliar. Hal tersebut disebabkan adanya ketentuan perjanjian kontrak bahwa dalam hal terjadi tunggakan pembayaran angsuran kredit, pihak bank pelaksana akan mengeluarkan kredit tersebut dari program KUMK dan berlaku ketentuan tingkat suku bunga kredit komersial yang tidak disubsidi pemerintah Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD-Nias) KPP NAD-Nias merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Provinsi NAD serta wilayah Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selata untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian di wilayah NAD dan Nias dengan criteria yang ditetapkan oleh Gubernur masing-masing Propinsi. No. Tabel 2.23 Perkembangan KPP NAD-NIAS di Sumatera Utara (dalam jutaan) Penyalur Kredit Program Jumlah Kredit Program Semester I 2013 Jumlah Kredit Program Semester I I 2013 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo 1 Bank Mandiri Bank Sumut 109, , , , , , Jumlah 109, , , , , , Sumber : Dit SMI diolah, 2013 KPP NAD-Nias di provinsi Sumatera Utara secara kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo 10,2 miliar dengan penarikan kredit sebesar Rp132,90 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp122,70 miliar. Selama Semester II-2013, terjadi penurunan saldo KPP NAD-Nias sebesar Rp7,99 miliar dengan penambahan penarikan kredit sebesar Rp23,09 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp31,08 miliar. Bank Sumut menjadi bank pelaksana yang menyalurkan KPP NAD-Nias paling besar dengan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp9,85 miliar yang merupakan selisih antara penarikan kredit sebesar Rp132,49 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp122,64 miliar. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

94 74 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 2.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan pembiayaan usaha produktif segment mikro, kecil, menengah, dan koperasi yang layak / feasible namun belum bankable untuk modal kerja dan/atau kredit investasi melalui pola pembiayaan secara langsung maupun tidak langsung (linkage) yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Kredit, debitur KUR harus memenenuhi kriteria feasible tetapi nonbankable. Feasibleartinya debitur memiliki usaha yang menguntungakan/memberikan laba sehingga mampu membayar bunga/marjin dan mengembalikan seluruh kewajiban/hutang pokok kredit/pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati antara bank pelaksana dengan debitur dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan non-bankableadalah debitur belum bisa memenuhi syarat perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana yang tercermin dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan bank pelaksana. Program KUR berbeda dari kredit program lainnya karena memiliki fasilitas penjaminan tidak langsung dari Pemerintah. Pemerintah memberikan subsidi premi penjaminan kepada debitur KUR dengan membayar sejumlah uang tertentu sebagai premi kepada perusahaan penjaminan, selanjutnya perusahaan penjamin tersebut memberikan jaminan risiko gagal bayar. Bank Penyalur Kredit Program Tabel 2.24 Perkembangan KUR di Sumatera Utara (dalam jutaan rupiah) Jumlah Peserta Jumlah Kredit Program Smt I Jumlah Kredit Program Smt II Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo BNI 8, , , , , , , BRI (KUR Ritel) , , , , , ,970 BANK MANDIRI 12, , , , , , , BTN , , , , , , BUKOPIN 2, , , , , , , BANK SYARIAH MANDIRI 6, , , , , , , BANK BNI SYARIAH 41 2, , , , , BANK ACEH , , BANK SUMUT 1, , , , , , , KUR TKI JUMLAH 411, ,832, ,437, ,394, ,904, ,585, ,319, Sumber : Dit SMI diolah, 2013 Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

95 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 75 Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo Rp ,147 miliar dengan mutasi penarikan kredit (sisi debit) Rp.6,904,967.20miliar dan pembayaran kembali (sisi kredit) Rp.2,585, miliar. Selama Semester II-2013, terjadi peningkatan saldo KUR sebesar Rp ,15 miliar Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung oleh kredit investasi oleh perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah No. Tabel 2.25 Perkembangan KPEN-RP di Sumatera Utara (Dalam Jutaan Rupiah) Penyalur Kredit Program Jumlah Peserta Jumlah Kredit Program Semester I 2013 Jumlah Kredit Program 2013 Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo 1 BII , ,04 90,084-90,084 2 BRI , ,43 38,333-38,333 3 MANDIRI , , ,48 85,728 1,448 84,280 4 BPD SUMUT , ,77 5,914-5,914 Jumlah , ,73 220,059 1, ,611 Sumber : Dit SMI diolah, 2013 KPEN-RP di provinsi Sumatera Utara secara kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013 bersaldo 218,6 miliar dengan penarikan kredit sebesar Rp220,05 miliar dan pembayaran kembali sebesar Rp1,44 miliar. BII menjadi bank pelaksana yang menyalurkan KPEN-RP paling besar dengan saldo per 31 Desember 2014 sebesar Rp90,08 miliar disusul Bank Mandiri dan BRI dengan saldo Rp84,28 miliar dan Rp38,33 miliar secara berurutan. Di lain pihak, BPD Sumut menjadi bank pelaksana dengan saldo paling kecil sebesar Rp5,9 miliar. Sementara itu, pembayaran kembali kredit sebesar Rp1,4 miliar hanya terjadi di Bank Mandiri sedangkan di bank pelaksana lainya belum terdapat pembayaran angsuran kredit. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

96 76 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Pada Provinsi Sumatera Utara Realisasi investasi Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar Rp13.588,42miliar, meningkat sebesar Rp4.423,35miliar dari tahun 2012, atau bertumbuh sebesar 48,26% %. Dari jumlah tersebut dengan 628 proyek dan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak orang dan asing sebanyak 339 orang. Pertumbuhan enaga kerja ini meningkat sangat tajam dari tahun 2012, yaitu 74,80 % untuk tenaga kerja Indonesia dan 107,98 % untuk tenaga asing. Jika melihat realisasi investasi Sumatera Utara tersebut, Sumatera Utara tetap menjadi target potensial oleh investor untuk menanamkan modalnya. Perkembangan Realisasi Investasi PMDN/PMA di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada berikut. Tabel 2.26 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN/PMA di Provinsi Sumatera Utara Tahun THN JLH PROYEK PMA NILAI INVESTASI INA ASING JLH PROYEK PMDN NILAI INVESTASI INA ASING , , , , TOTAL Sumber: BKPMD Sumut, , , , , , , Investasi bagi PMDN dan PMA ini disebabkan masuknya Provinsi Sumatera Utara dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan proyek-proyek besar seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bandara Kualanamu. Bab 2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat

97 BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH

98 Istana Maimun Kesultanan Deli Kota Medan

99 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 77 BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH A. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah 1. Visi Misi Pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun Visi pembangunan Provinsi Sumatera Utara Tahun adalah menjadi provinsi yang berdaya saing menuju Sumatera Utara sejahtera. Sementara misi Sumatera Utara adalah melaksanakan reformasi birokrasi berkelanjutan guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih (good governance and clean government). - Membangun sumber daya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius dan berkompetensi tinggi. - Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kerjasama antar daerah, swasta, regional dan internasional. - Meningkatkan kualitas standar hidup layak, kesetaraan dan keadilan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah. - Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui pengelolaan sumberdaya alam lestari berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. B. APBD Tingkat Provinsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah dan diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. 1. Berdasarkan klasifikasi ekonomi (i-account) Arah kebijakan fiskal suatu daerah dapat dilihat dari i-account-nya. Secara agregat profil APBD mulai tahun 2011 sampai tahun 2013 Pemerintah Provinsi dan seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara mengalami Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

100 78 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara kenaikan. Profil APBD berdasarkan klasifikasi ekonomi terdiri dari: Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Netto. Pendapatan meliputi: PAD,Dana Perimbangan danlain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Sedangkan belanja meliputi: Belanja Tidak Langsung danbelanja Langsung. Dan Pembiayaan Netto meliputi:penerimaan PembiayaanPengeluaran Pembiayaan. Tabel 3.1 Profil APBD Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam jutaan rupiah) TAHUN Pendapatan PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Sumber: Pemda wilayah Sumut Berdasarkan komposisinya, estimasi pendapatan di Provinsi Sumatera Utara TA masih didominasi oleh Pendapatan Dana Perimbangan yang hampir mencapai 60%. Angka ini menurun dibandingkan TA yang mencapai 62%. Sementara itu, belanja pada TA meningkat 19,9% dibandingkan belanja TA Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi fiskal yang berkesinambungan. a. Komposisi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2013 (Grafik 3.1) Pajak daerah 863 Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

101 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 79 b. Komposisi Pendapatan Dana Perimbangan Tahun 2013 (Grafik 3.2) DBH DAU DAK Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (gambar 3.3) Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

102 80 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara d. Komposisi Belanja Langsung Tahun 2013 (Grafik 3.4) 0% 3% 15% 2% 12% 68% 0% 0% Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes e. Komposisi Belanja Tidak Langsung Tahun 2013 (Grafik 3.5) Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah f. Komposisi Penerimaan Pembiayaan Tahun 2013 (Grafik 3.6) SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

103 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 81 g. Komposisi Pengeluaran Pembiayaan Tahun 2013 (Grafik 3.7) Pembentukan Dana Cadangan 134 Penyertaan Modal 124 (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Sumber: Kanwil DJPBN Prov. Sumut, data diolah Perkembangan Alokasi Anggaran total pada Provinsi Sumatera Utara dari TA 2008 sampai dengan TA berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (Jenis Belanja) dapat dilihat pada gambar berikut: Grafik 3.8 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi/Jenis Belanja (dalam miliar rupiah) PAD Sumber: DJPK, Data diolah Dana Perimbanga n Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Secara umum anggaran pendapatan dan belanja pada tahun 2008 hingga 2010 mengalami sedikit kenaikan atau cenderung sama, namun pada tahun Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

104 82 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 2011 hingga tahun 2013 terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dipengaruhi antara lain pada jumlah pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara, dimana pada tahun 2008 sejumlah 27 pemda, 2009 sejumlah 31 pemda, dan mulai tahun 2010 hingga 2013 berjumlah 34 pemda. 2. Berdasarkan klasifikasi fungsi Terdapat sembilan fungsi dalam APBD suatu daerah.fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial.apbd disusun berdasarkan klasifikasi urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.agar dapat disajikan dalam klasifikasi fungsi dilakukan mapping klasifikasi urusan pemerintahan ke dalam klasifikasi fungsi sesuai ketentuan pedoman pengelolaan keuangan daerah. Grafik 3.9 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Fungsi (dalam miliar rupiah) Pelayanan Umum Pendidikan Perumahan dan Fasilias Umum Kesehatan Ekonomi Lingkungan Hidup Perlindungan Sosial Ketertiban dan Keamanan Pariwisata dan Budaya Sumber: DJPK, Data diolah Fungsi Pelayanan Umum memiliki alokasi anggaran tertinggi yaitu 31,52% sementara Fungsi Pendidikan mendapatkan alokasi anggaran sebesar 29% sejalan dengan ketentuan anggaran pendidikan minimal 20%. Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

105 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 83 Perkembangan Alokasi Anggaran total pada Provinsi Sumatera Utara dari TA 2008 sampai dengan TA berdasarkan Klasifikasi Fungsi dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut: Grafik 3.10 Perkembangan Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Fungsi (dalam miliar rupiah) Perlindungan Sosial Pendidikan Pariwisata dan Budaya Kesehatan Perumahan dan Fasilitas Umum Lingkungan Hidup Ekonomi Ketertiban dan Keamanan Pelayanan Umum Sumber: DJPK, Data diolah Secara umum anggaran per fungsi pada tahun 2008 hingga 2010 mengalami sedikit penurunan atau cenderung sama, namun pada tahun 2011 hingga tahun 2013 terjadi kenaikan yang cukup signifikan. 3. Berdasarkan Klasifikasi Urusan Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

106 84 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Urusan pemerintah daerah meliputi 35 urusan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan pilihan meliputi kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, industri, perdagangan, dan ketransmigrasian. Ditinjau dari klasifikasi urusan, alokasi untuk urusan pemerintahan umum mendapatkan alokasi tertinggi sebesar 31% sedangkan urusan pendidikan menempati urutan kedua dengan alokasi 28%. Profil APBD TA wilayah Provinsi Sumatera Utara menurut klafikasi urusan dapat dilihat pada grafik Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

107 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 85 Grafik 3.11 Profil APBD pada Provinsi Sumatera Utara TA Berdasarkan Klasifikasi Urusan (dalam milyar rupiah) Pemerintahan Umum Pendidikan Pekerjaan Umum Kesehatan Pertanian Perumahan Lingkungan Hidup Penataan Ruang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Perhubungan Kelautan dan Perikanan Perencanaan Pembangunan Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kehutanan Kependudukan dan Catatan Sipil Perdagangan Ketahanan Pangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Perindustrian Pemuda dan Olah Raga Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Energi dan Sumberdaya Mineral Tenaga Kerja Kebudayaan Komunikasi dan Informatika Pemberdayaan Perempuan Pariwisata Penanaman Modal Perpustakaan Pertanahan Kearsipan Kepegawaian Statistik Transmigrasi Sumber: DJPK, Pemprov Sumut, Data diolah. Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

108 86 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara C. Badan Layanan Umum Daerah Badan Layanan Umum Daerah(BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Sebuah satuan kerja atau unit kerja dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLUD. a. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah di Sumatera Utara Terdapat tiga BLUDaerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kumpulan Pane Tebing Tinggi dan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, ketiganya bergerak pada sektor kesehatan. Namun, RSUD dr. Djasamen Saragih baru ditetapkan sebagai BLU Daerah pada akhir Desember Sehingga satker tersebut belum memiliki data aset dan pagu pada tahun anggaran Profil kedua satker BLU Daerah di Provinsi Sumatera Utara ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.2 Profil Badan Layanan Umum Daerah Per Jenis Layanan No. Jenis BLUD/Nama BLUD Nilai Aset TA 2013 Pagu APBD TA 2013 Pagu PNBP TA 2013 Pagu RM TA 2013 Total Pagu TA 2013 Kesehatan 1. RSUD Dr. Pirngadi RSUD Kumpulan Pane Sumber: Satker BLU, Pemda , Perkembangan pengelolaan aset pada RSUD Pirngadi mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun Namun peningkatan hanya terjadi Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

109 jutaan rupiah jutaan rupiah Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara 87 pada kas, piutang dan persediaan sedangkan aset tetapnya mengalami penurunan. Sementara itu, pagu APBD dan pagu PNBP tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun Namun, RSUD Pirngadi yang di tahun 2012 mendapat alokasi APBN sebesar Rp5 miliar di tahun 2013 tidak lagi mendapat alokasi pagu. Berikut ini adalah gambaran perkembangan aset dan pagu dari RSUD Pirngadi. Grafik 3.12 Perkembangan Aset dan Pagu RSUD Kumpulan Tahun Kas Piutang Persediaan Aset Tetap PAGU APBD PAGU APBN PAGU PNBP Nilai aset pada RSUD Dr. H. Kumpulan Pane di tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun Namun pada tahun 2013, nilai aset menurun sebesar 15.79%. Sementara itu pagu APBD dan PNBP untuk RSUD Dr. H. Kumpulan Pane setiap tahun meningkat dari tahun 2011 sampai Sedangkan pagu APBN tetap sejak tahun 2012 dan 2013, yaitu Rp5 miliar. Berikut ini adalah gambaran perkembangan aset dan pagu dari RSUD Dr. H. Kumpulan Pane. Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

110 jutaan rupiah jutaan rupian 88 Kajian Fiskal Regional Prov. Sumatera Utara Grafik 3.13 Perkembangan Aset dan Pagu RSUD Pirngadi Tahun Kas Piutang PAGU APBD PAGU APBN PAGU PNBP 1) Profil RSU Daerah Kumpulan Pane Tebing Tinggi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi berlokasi di Jalan Kumpulan Pane No.226 Kelurahan Bandar Utama Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi. Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Walikota Tebing Tinggi di bidang Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dipimpin oleh Direktur yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Tebing Tinggi melalui Sekretaris Daerah Kota Tebing Tinggi. Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Walikota Tebing Tinggi Nomor 900/832 tanggal 31 Desember 2010 RSUD Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi ditetapkan statusnya sebagai satker BLU Daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi menyelenggarakan fungsi : a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan keseharan; Bab 3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA TRIWULAN I 2013 KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN PROPINSI SUMATERA UTARA 2013 KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur patut

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 75/11/12/Thn. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN

MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN Page 1 MANUAL PENYUSUNAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN KATA PENGANTAR Memuat kata pengantar dari Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan DAFTAR ISI Memuat daftar isi masing-masing bab,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 1 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-nya sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci