VI. ANALISIS LINGKUNGAN POKDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS LINGKUNGAN POKDAKAN"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS LINGKUNGAN POKDAKAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah pengidentifikasian kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Lingkup pengidentifikasian berupa wilayah fungsional perusahaan yang mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen Manajemen David (2009) menyatakan bahwa fungsi manajemen terbagi menjadi lima aktivitas yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Aktivitas perencanaan pada PCJ dilaksanakan dalam rapat bulanan yang diwajibkan bagi seluruh anggota. Pada rapat tersebut dibahas berbagai rencana untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota kelompok seperti misalnya penggunaan dana hibah untuk mini raiser bersama, serta pemindahan warung kelompok ke bangunan tetap, sedangkan aktivitas pengorganisasian PCJ dapat dilihat pada struktur organisasi PCJ di bawah ini. Ketua Wakil Ketua Sekertaris Bendahara Anggota Gambar 8. Struktur Organisasi Pokdakan Curug Jaya Sumber : Pokdakan Curug Jaya 47

2 Berdasarkan gambar susunan struktur organisasi PCJ pada Gambar 8, ketua kelompok merupakan pemimpin tertinggi dalam kelompok, sedangkan wakil ketua bertugas mewakili ketua kelompok pada saat ketua berhalangan dalam melaksanakan tugas sekaligus menjadi juru bicara kelompok. Sekertaris dan bendahara bertugas dalam pencatatan administrasi. Pencatatan data dan keuangan PCJ yang ada saat ini sebagian besar merupakan hasil bantuan pencatatan petugas Dinas Pertanian Kota Depok terutama pada saat masa perlombaan tahun lalu dan belum dilanjutkan oleh para pengurus. Pencatatan yang ada pun baru mencakup jumlah produksi berdasarkan jumlah nota penjualan pada eksportir yang belum seluruhnya lengkap. Pencatatan juga belum mencakup pengeluaran dan pemasukan masingmsing anggota dan kelompok secara keseluruhan. Belum adanya pencatatan yang baik disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh PCJ. Aktivitas pemotivasian dalam PCJ terdapat dalam rapat bulanan kelompok dimana para anggota saling berbagi kabar mengenai usaha mereka dan saling memberikan solusi maupun dukungan. Selain di dalam rapat kelompok, sikap saling peduli di antara para anggota dalam interaksi sehari-hari menjadi motivasi tersendiri bagi para anggota untuk memajukan usahanya. Sedangkan aktivitas penempatan staf pada PCJ berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Perekrutan anggota didasarkan pada kesamaan profesi, lokasi, dan semangat meningkatkan kesejahteraan. Keanggotaan pada PCJ juga mewajibkan pengurus dan anggota untuk mengikuti rapat bulanan kelompok dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti arisan pembudidaya ikan hias dan kerja bakti membersihkan bangunan mini raiser kelompok. Aktivitas pengontrolan pada PCJ terutama dilakukan pada tahap penyortiran akhir oleh masing-masing pembudidaya. Ketua kelompok melakukan evaluasi terhadap pengembalian barang atau keluhan konsumen terhadap ikan hias yang tidak berkualitas dari para konsumen untuk ditindak lanjuti dengan perbaikan di lapangan. Aktivitas pengontrolan juga terdapat pada pemeriksaan kehadiran anggota pada rapat bulanan. Anggota yang tidak hadir dalam tiga kali rapat bulanan akan dikeluarkan dari kelompok.

3 Pemasaran Sistem penjualan satu pintu digunakan PCJ dalam menjual produk ikan hiasnya. Melalui sistem tersebut, seluruh penjualan keluar PCJ terpusat dilakukan dan dikelola oleh Bapak Rodih selaku ketua kelompok yang merupakan supplier merangkap sebagai pembudidaya ikan hias air tawar. Dengan demikian, seluruh anggota akan menjual produknya pada ketua kelompok dan selanjutnya ketua kelompok akan menjualnya pada konsumen PCJ. Ketua kelompok akan membeli produk ikan hias anggota dengan harga yang relatif stabil. Hal ini terlihat pada saat harga pasar sedang turun dan ketua kelompok mengusahakan membeli ikan hias anggota dengan harga yang tetap. Berdasarkan pengelolaan sistem penjualan satu pintu, apabila terdapat konsumen yang ingin membeli langsung produk ikan hias dari anggota, maka anggota tersebut akan melaporkannya terlebih dahulu pada ketua kelompok. Selanjutnya apabila ketua kelompok mendapat pemesanan dari konsumen PCJ, maka ketua kelompok akan mengelola pengumpulan ikan hias dari para anggota. Dengan demikian, para anggota pembudidaya melalui sistem penjualan satu pintu mendapatkan kepastian pasar dan harga yang lebih stabil dari harga pasar, sedangkan ketua kelompok mendapatkan kestabilan harga, kuantitas suplai yang besar, dan juga kepastian kesinambungan suplai produk yang merupakan keinginan konsumen PCJ. Secara keseluruhan sistem ini membuat PCJ bagaikan menjadi satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, selain itu juga memiliki kualitas produk baik, dan produksi yang berkesinambungan. Hal tersebut meningkatkan daya tawar PCJ terhadap konsumennya sehingga kestabilan harga dapat diperoleh PCJ. Konsumen PCJ adalah para eksportir dan supplier ikan hias yaitu eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica di Cinangka, eksportir ikan hias PT Indotropica Agung Lestari di Bekasi, serta supplier-supplier ikan hias di Bogor, Depok, Bekasi, Jakarta, dan juga Surabaya. Para konsumen PCJ terutama eksportir menginginkan produk ikan hias yang berkualitas, berkesinambungan, dan memiliki kuantitas besar. Kriteria kualitas ikan hias adalah ketepatan ukuran (size), ketepatan jumlah, dan kesehatan yang baik. PCJ mampu memenuhi kriteria tersebut sehingga para konsumennya setia.

4 Proporsi pemasaran produk ikan hias PCJ adalah 75 persen pada eksportir dan 25 persen pada supplier. Pada umumnya supplier ikan hias membeli ikan hias PCJ dengan harga lebih tinggi dari harga pembudidaya dan akan menjualnya kembali pada eksportir ikan hias. Hal ini dilakukan oleh supplier karena mereka tidak memiliki kepastian kesinambungan suplai produk dari para pembudidaya yang tidak memiliki ikatan kontrak dengan mereka. Ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir secara berkesinambungan dalam kuantitas yang umumnya besar dapat mengurangi kepercayaan dan kesetiaan eksportir pada supplier. Produk yang dipasarkan oleh PCJ adalah ikan hias Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra. Masing-masing jenis ikan hias tersebut memiliki variasi ukuran S, SM, M, ML, L, dan XL. Harga dari masing-masing ikan hias disesuaikan dengan ukuran ikan hias. Penetapan harga jual PCJ didasarkan pada harga pasar. Daftar harga penjualan PCJ pada konsumen eksportir terdapat pada Tabe bl 11, sedangkan harga jual ikan hias PCJ pada supplier lebih rendah Rp 25 sampai Rp 50 dibandingkan pada eksportir. Tabel 12. Harga Jual Ikan Hias Pokdakan Curug Jaya pada Eksportir Ukuran Jenis Ikan Neon Tetra Red Nose Cardinal Tetra SM Rp300 Rp300 Rp700 M Rp350 Rp350 Rp1.000 ML Rp450 Rp450 Rp1.200 L Rp600 Rp600 Rp1.500 XL Rp750 Rp750 Rp1.800 Sumber : Pokdakan Curug Jaya 2011 Promosi yang dilakukan PCJ pada saat ini adalah promosi dari mulut ke mulut (words of mouth). Di Tahun 2007 PCJ pernah mengikuti pameran ikan hias di raiser ikan hias Cibinong dan di pusat perbelanjaan ITC Depok, akan tetapi tidak dilanjutkan hingga saat ini. Pemesanan ikan hias pada PCJ dilakukan melalui telefon, short message service (sms), dan datang langsung ke lokasi PCJ. Selanjutnya pendistribusian produk ikan hias dari lokasi PJC ke tempat pelanggan dilakukan dengan menggunakan motor dan sewa mobil bak, akan tetapi pada umumnya pelanggan supplier mengambil ikan hiasnya langsung ke lokasi PCJ.

5 Keuangan Sumber modal PCJ utamanya adalah dana perseorangan para anggota dalam menjalankan usahanya ditambah hibah pada kelompok sehingga para anggota PCJ merupakan para pelaku usaha dengan modal yang terbatas. Pada tahun 2007 PCJ pernah mendapatkan hibah sebesar 27 juta rupiah dan pada saat itu sudah habis diantaranya dimanfaatkan untuk pembangunan mini raiser kelompok yang hingga saat ini pembayaran tanahnya belum lunas. Hal ini menunjukkan keterbatasan modal pada PCJ dan menjadi kelemahan bagi PCJ. Keterbatasan modal membuat PCJ tidak leluasa untuk menambah kapasitas atau mencoba membudidayakan jenis ikah hias baru. Selain keterbatasan modal, PCJ belum memiliki pencatatan mengenai pemasukan dan pengeluaran seluruh anggota kelompok. Pencatatan keuangan PCJ pada saat sebelum masa perlombaan tahun 2010 banyak dibantu oleh petugas Dinas Pertanian dan baru mencakup pencatatan pemasukan dan pengeluaran mini raiser kelompok. Pencatatan belum mencakup total penjualan dan pengeluaran masing-masing anggota maupun seluruh kelompok serta pencatatan yang sudah ada belum dilanjutkan kembali oleh PCJ. Hal tersebut menjadi kelemahan bagi PCJ karena keuntungan dan kerugian yang diterima PCJ tidak diketahui. Sebenarnya PCJ menyimpan nota-nota penjualan yang dimiliki masing-masing anggota pembudidaya maupun dimiliki oleh ketua kelompok walaupun belum lengkap. Hal tersebut dapat menjadi awalan yang baik untuk dilanjutkan menjadi pencatatan keuangan yang rapih dan sesuai dengan sistem akuntansi yang benar. Selanjutnya pada keuangan penjualan produk, berdasarkan pernyataan Ketua PCJ yang menjadi pintu pemasaran pada pihak luar PCJ serta pengurus lainnya, permintaan ikan hias cenderung menurun pada bulan ke lima sampai ke sembilan atau bulan Mei sampai dengan bulan Sepetember. Penurunan tersebut bersesuaian dengan pernyataan pihak eksportir konsumen PCJ bahwa permintaan ikan hias menurun pada bulan-bulan tersebut karena kecenderungan penurunan permintaan pada musim panas khususnya di Negara-negara Eropa dan Amerika yang menjadi tujuan penjualan eksportir konsumen PCJ dan eksportir tujuan supplier konsumen PCJ.

6 Penurunan tersebut dapat terlihat pada Tabel 3 yang merupakan data penjualan PCJ pada eksportir CV Indopisces Exotica pada tahun Data penjualan tersebut didapatkan dari CV Indopisces Exotica mengingat PCJ belum memiliki pencatatan keuangan yang lengkap dan keberadaan nota-nota penjualan pada konsumen eksportir maupun supplier banyak yang tidak lengkap sehingga tidak dapat dijadiakan acuan keadaan penjualan PCJ. Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa penjualan cenderung menurun pada bulan Mei sampai September. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan dari konsumen PCJ yang berasal dari negara pengimpor terutama Uni Eropa dan Amerika. Pada bulan tersebut, masyarakat di wilayah-wilayah Eropa dan Amerika sedang mengalami musim panas sehingga lebih memilih hiburan di ruangan terbuka seperti bermain ke pantai dibandingkan hiburan berupa ikan hias di dalam ruangan. Penurunan permintaan ini bagi para anggota PCJ yang sebagian besar menggantungkan mata pencaharian satu-satunya pada budidaya ikan hias merupakan masa-masa yang berat secara keuangan. Mereka membutuhkan pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari dan operasional usaha namun pada masamasa tersebut pemasukan menurun cukup tajam. Berdasarkan wawancara di lapangan yang didukung data penjualan di atas, penurunan dapat mencapai dua puluh lima persen sampai lima puluh persen rata-rata penjualan. Pengecualian berupa pnurunan pada bulan Desember dari Tabel 3 disebabkan oleh produksi ikan hias PCJ pada saat itu terganggu oleh penyakit jamur (istilah PCJ) yang belum diketahui pengobatannya dan menyebabkan kematian ikan hias, walaupun saat ini pencegahan penyebarannya sudah diketahui Produksi Produksi merupakan aktivitas mengubah input menjadi output berupa barang atau jasa. PCJ mempunyai kapasitas produksi sebesar sampai ekor ikan hias per bulan. PCJ juga mempunyai warung kelompok yang menjadi penyedia kebutuhan operasional dengan pembayaran dapat ditunda sampai anggota mendapat pendapatan dari penjualan ikan hiasnya. Tenaga kerja PCJ merupakan para anggota secara langsung yang dibantu oleh karyawannya yang pada umumnya merupakan kerabat.

7 Sistem pembayaran pada karyawan anggota PCJ berbentuk bagi hasil dari keuntungan hasil penjualan ikan hias atau gaji. Bagi hasil pendapatan dapat berbentuk 50 persen pendapatan untuk anggota dan 50 persen pendapatan untuk karyawan anggota atau 60 persen pendapatan untuk anggota dan 40 persen pendapatan untuk karyawan anggota. Hal tersebut didasarkan pada penanggungan biaya operasional. PCJ mampu menghasilkan ikan hias yang berkualitas berdasarkan ketepatan ukuran, jumlah, dan kesehatan ikan. Hal ini dibuktikan dari pendapat konsumen terutama eksportir yang menjadi pelanggan PCJ. Kegiatan produksi ikan hias air tawar yang dilakukan para anggota PCJ dimulai dari pembenihan ikan hias hingga pembesaran ikan hias. Kegiatan tersebut meliputi pemijahan, pemeliharaan larva dan benih, pembesaran, penyeleksian ikan hias, dan pengemasan. Alur produksi PCJ dapat dilihat pada Gambar 9. Pemijahan Pemeliharaan Larva dan Benih Pembesaran Penyortiran Ikan Hias Pengemasan Gambar 9. Alur Produksi Pokdakan Curug Jaya Sumber : Pokdakan Curug Jaya 1. Pemijahan Tahap pemijahan diawali dengan persiapan akuarium pemijahan dimana air yang akan digunakan didiamkan terlebih dahulu satu hingga dua malam agar zat oksigen di udara dapat melarut ke dalam air dan gas berbahaya di air dapat menguap ke udara (Lesmana DS dan Dermawan I 2001). Ukuran akuarium pemijahan ikan hias Neon Tetra adalah 20cm x 25cm x 15cm, sedangkan ikan Cardinal Tetra dan Red Nose berukuran 100cm x 50cm x 25cm. Ke dalam akarium pemijahan juga ditambahkan daun ketapang.

8 Daun ketapang berfungsi sebagai obat pencegahan penyakit, pembuat asam air akuarium, dan bagi ikan hias Neon Tetra dan Red Nose juga berfungsi sebagai media peletakan telur ikan. Sedangkan ikan hias Cardinal Tetra tidak membutuhkan media peletakkan telur yang khusus. Akan tetapi karena induk ikan hias Cardinal Tetra dapat memakan telurnya maka di dasar akuarium pemijahan diletakkan jaring yang memiliki jarak 5cm dari dasar akuarium. Telur Cardinal Tetra yang berukuran lebih kecil dari lubang jaring akan lolos menembus jaring ke dasar akuarium. Sedangkan induk ikan hias Cardinal Tetra yang berukuran lebih besar dari lubang jaring tidak dapat menembus jaring dan mendekati telurnya sehingga kemungkinan termakannya telur oleh induk dapat diminimalisir. Selanjutnya induk yang sudah disiapkan dapat dipindahkan ke dalam akuarium pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina yaitu 6:4 atau 5:5. Total jumlah induk Cardinal Tetra dan Red Nose yang dipindahkan sebanyak 100 ekor dan jumlah induk Neon Tetra yang dipindahkan berjumlah sepasang. Pemindahan induk dilakukan pada sore hari karena ikan hias akan melakukan pemijahan pada malam harinya. Telur hasil pemijahan ikan hias Cardinal Tetra dan Red Nose dapat diambil di pagi keesokan harinya pada pukul tujuh atau delapan pagi. Pengambilan telur ikan hias tidak boleh telat dilakukan untuk semakin meminimalisir kemungkinan termakannya telur oleh induk. Telur-telur ikan hias Red Nose yang terletak di daun ketapang dipindahkan secara perlahan ke dasar akuarium dengan cara memiringkan atau membalikkan daun secara perlahan. Pengambilan telur pada ikan hias Cardinal Tetra dan Red Nose dilakukan dengan menggunakan selang kecil, baskom berisi air yang sudah didiamkan dua malam, serta lampu. Baskom diletakkan lebih rendah dari akuarium sehingga selang yang diletakkan di antara akuarium pemijahan dengan baskom akan mengalirkan telur ikan hias dari dasar akuarium ke baskom. Lampu menerangi akuarium pemijahan agar telur yang berserakan di dasar akuarium terlihat oleh pengambil telur ketika menggerakkan selang kecil. Setelah telur dikumpulkan dalam baskom, telur kemudian dipindahkan ke akuarium larva yang berukuran 100cm x 50cm x 30cm. Sebelumnya air di akuarium larva juga sudah didiamkan selama dua malam dan diberikan daun ketapang sebagai obat pencegahan

9 penyakit. Telur akan menetas menjadi larva pada keesokan harinya. Berbeda dengan telur ikan hias Neon Tetra yang dibiarkan berada di akuarium pemijahan sedangkan indukannya dipindahkan ke akuarium indukkan. Barulah setelah telur menetas menjadi larva, pemindahan larva dilakukan dari akuarium pemijahan ke akuarium larva. 2. Pemeliharaan Larva dan Benih Setelah larva dipindahkan pada akuarium larva, selama lima hingga enam hari larva ikan hias Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra tidak diberi pakan karena masih menghabiskan sumber makanan yang berasal dari persediaan makanan dari telur yang tersimpan di tubuh larva. Barulah selanjutnya pada hari ketiga cangkang telur di dasar akuarium akan dibersihkan dengan cara yang sama dengan pengambilan telur. Pada hari ke tujuh larva akan diberi pakan artemia yang merupakan larva artemia berukuran sangat kecil atau biasa disebut sebagai kista artemia. Pakan artemia dijual di pasaran dalam bentuk telur artemia yang belum menetas. Cara menetaskan telur artemia adalah dengan mencampur satu sendok makan telur artemia dan dua setengah sendok munjung garam kedalam satu setengah gayung air di wadah berbentuk kerucut terbalik yang terus diaerasi. Setelah dibiarkan semalaman, telur artemia akan menetas menjadi larva artemia. Selanjutnya artemia yang mengumpul di bagian atas wadah kerucut terbalik dipindahkan ke ember yang berisi air dan siap digunakan sebagai pakan larva ikan hias. Setiap akuarium pembenihan diberikan satu gayung larutan larva artemia dari ember. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pada hari ke sepuluh atau ke dua belas, larva ikan hias sudah cukup besar untuk diberi pakan kutu air (Moina sp) sehingga pemberian pakan artemia dapat dihentikan. Larva ikan hias yang sudah cukup besar tersebut kemudian dipindahkan ke akuarium pembenihan. Setiap akuarium pembenihan diberikan pakan larutan kutu air sebanyak satu gelas. Selanjutnya larva ikan hias akan tumbuh menjadi benih ikan hias setelah berumur satu setengah bulan. Pada saat itu ikan hias sudah mencapai ukuran S yang merupakan ukuran benih ikan hias dan sudah harus dipindahkan ke akuarium pembesaran karena ikan hias yang membesar membutuhkan ruang akuarium yang semakin besar pula.

10 3. Pembesaran Benih ikan hias yang sudah dipindahkan pada akuarium pembesaran dapat diberikan pakan cacing darah (Tubivex. sp) dengan takaran satu gelas campuran cacing darah dan air ke dalam satu akuarium pembesaran. Pemberian pakan pellet dapat dilakukan pada ikan hias yang sudah mencapai ukuran M ke atas, akan tetapi para pembudidaya lebih sering menggunakan pakan cacing darah saja. Pada umur dua bulan ikan hias akan dapat mencapai ukuran SM, kemudian pada umur dua setengah bulan akan dapat mencapai ukuran M. Pada umur tiga bulan akan dapat mencapai ukuran ML, pada umur empat bulan akan dapat mencapai ukuran L, dan pada umur lima bulan ke atas akan dapat mencapai ukuran XL atau biasa disebut ukuran jumbo. Sedangkan pada umur enam bulan akan dapat dijadikan indukkan ikan hias. Masing-masing ukuran dan variasi panjang tubuh pada masing-masing ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 13. Ukuran dan Variasi Panjang Tubuh Ikan Jenis Ikan Hias Neon Tetra dan Cardinal Tetra Red Nose Sumber : Pokdakan Curug Jaya dan Penyuluh S SM M ML L XL S SM M ML L XL 1.2 cm 1.8 cm 2 cm 2.3 cm 2.5 cm 2,8 cm 1.2 cm 2 cm 2.6 cm 2.8 cm 3,2 cm 3,6 cm 4. Penyortiran Ikan Hias Tahap terakhir dari proses produksi sebelum tahap pengemasan adalah tahap penyortiran. Pada tahap ini, ikan hias disortir berdasarkan ukuran yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman panjang tubuh ikan hias walaupun memiliki umur yang sama. Panjang tubuh ikan hias dalam satu akuarium yang berumur sama dapat lebih besar atau lebih kecil dari panjang tubuh standar untuk ukuran yang diinginkan.

11 Penyeleksian dilakukan berdasarkan kesehatan ikan. Banyaknya jumlah ikan hias juga menjadi perhatian dalam tahap penyortiran karena disesuaikan dengan pesanan. Hal ini akan menentukan kualitas ikan hias PCJ. Di tahap ini juga dapat dilakukan penyeleksian ikan hias yang akan dijadikan indukan. Kriteria ikan hias indukan adalah berumur enam bulan bulan ke atas dan dalam keadaan sehat. Pada umumnya ikan hias sudah matang gonad pada umur tiga sampai empat bulan, akan tetapi tingkat keberhasilan telur hasil pemijahan lebih baik pada ikan hias yang sudah berumur enam bulan ke atas. Penyortiran dilakukan oleh setiap anggota pada saat ikan hias akan diantarkan menuju tempat penampungan ikan hias milik ketua kelompok untuk ditampung. Selanjutnya pemeriksaan penyortiran akhir akan dilakukan kembali oleh ketua kelompok dan pekerjanya saat ikan akan dikirim pada konsumen. Akan tetapi, terkadang ikan hias yang diantarkan pada penampungan milik ketua kelompok tidak ditampung terlebih dahulu dan langsung dikirim pada konsumen. Pada saat itu ketua kelompok dan pekerjanya akan melakukan pengecekkan keadaan ikan hias sebelum diberangkatkan. 5. Pengemasan Setelah ikan hias sudah tepat jumlah, tepat ukuran, dan baik kesehatannya, ikan hias akan memasuki tahap pengemasan. Tahap ini dimulai dengan dipindahkannya ikan hias ke dalam kantong plastik berisi air yang sudah didiamkan semalaman dan dicampur daun ketapang. Kemudian gas oksigen murni diisikan ke dalam kantong dengan perbandingan oksigen dan air 1:3. Setelah itu ikan hias akan dipuasakan selama satu kali waktu makan. Kemudian tepat pada saat ikan hias akan dikirimkan, air dan gas oksigen di dalam kantong akan diperbaharui sekali lagi dengan cara memindahkan ikan hias dan air di dalam kantung ke dalam suatu wadah. Kantong ikan hias yang sudah dikosongkan tersebut selanjutnya diisi dengan air baru yang sudah didiamkan selama satu malam dan juga sudah diberi daun ketapang. Ikan hias kemudian dimasukan kembali ke dalam kantong dan kantong dikempiskan untuk kembali diisi gas oksigen murni dengan perbandingan yang sama seperti sebelumnya.

12 6. Perawatan Rutin dan Penyakit Perawatan rutin yang harus dilakukan terutama pada tahap pemeliharaan larva dan benih serta pembesaran adalah pengurasan akuarium dan pemberian pakan. Pengurasan akuarium atau penyiponan dapat dilakukan seminggu tiga kali hingga seminggu sekali disesuaikan dengan keadaan ikan hias. Apabila ikan hias cepat sakit dengan pengurasan seminggu tiga kali, maka frekuensi pengurasan dapat dikurangi. Keadaan ini dapat berbeda-beda pada setiap tempat usaha budidaya karena perbedaan kesesuaian ikan hias dengan lingkungannya terutama kondisi air. Kegiatan dalam pengurasan akuarium adalah pembersihan dasar kolam dari kotoran dan sisa-sisa pakan dengan menggunakan selang kecil seperti pada proses pengambilan telur, pembersihan aerator, serta penggantian sepertiga air akuarium. Pemberian pakan dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Umumnya pemberian pakan dilakukan pada pukul delapan pagi dan pukul empat sore. Kealpaan dalam perawatan rutin ini dapat menyebabkan ikan hias sakit sehingga kedisiplinan melakukan perawatan sangat diperlukan. Pakan yang diberikan berupa artemia untuk larva, kutu air untuk benih, serta pellet dan cacing darah untuk ikan hias berukuran M ke atas. Sebelum pakan cacing darah dan kutu air diberikan pada ikan hias, terlebih dahulu kedua pakan tersebut diletakkan di baskom atau wadah yang berisi air dan dalam keadaan diaerasi. Hal tersebut ditujukan untuk membersihkan pakan dari kotoran-kotoran. Sedangkan pelet yang akan diberikan pada ikan hias terlebih dahulu dicampur dengan air agar ukuran butiran pelet menjadi lebih kecil dan dapat dikonsumsi ikan hias PCJ. Jenis penyakit yang sering menyerang ikan hias PCJ adalah white spot (Ichthyophthirius multifiliis) dan karat (Oodinium.sp ). Pertolongan pertama pada kedua penyakit tersebut adalah dengan memberikan daun ketapang dan garam ke dalam akuarium serta penggantian air akuarium hingga setengah volume. Selain itu obat yang biasa digunakan PCJ untuk penyakit white spot adalah tetrasiklin, methylin blue, serta purasaridon. Sedangkan obat yang biasa digunaan PCJ untuk penyakit karat adalah velvet oranye dan tetrasiklin. Penyakit yang jarang ikan hias PCJ namun belum diketahui pengobatannya adalah penyakit jamur (istilah PCJ) yang berbentuk seperti kapas menempel pada tubuh ikan. Pada umumnya ikan

13 hias PCJ yang terjangkit penyakit tersebut akan mati karena pengobatannya belum diketahui. Walaupun demikian para anggota PCJ sudah berpengalaman menghadapi penyakit ini sehingga akuarium yang didalamnya terdapat ikan dengan gejala penyakit ini segera dikeringkan dan kontak langsung akuarium ikan berpenyakit dengan akuarium ikan sehat dihindari Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan pengembangan belum sepenuhnya dilakukan oleh PCJ mengingat sumber daya manusia yang ada belum memadai serta peralatan pendukung yang belum tersedia. Penelitian dan pengembangan secara sederhana dilakukan oleh PCJ dalam bentuk eksperimen sederhana berdasarkan pegalaman dan teknik budidaya ikan hias yang sudah diketahui. Seperti misalnya mencobacoba frekuensi penyiponan akuarium yang dapat berbeda-beda hasilnya untuk setiap lokasi budidaya karena perbedaan kesesuaian ikan hias dengan lingkungan. Akan tetapi, eksperimen sederhana ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks dan membutuhkan dasar ilmu pengetahuan seperti penanganan penyakit yang selama ini belum diketahui pengobatannya oleh PCJ atau pengobatan dengan dosis tepat serta cara membudidayakan jenis ikan hias baru dengan baik Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen merupakan sistem yang mengatur pengumpulan, pengolahan dan penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen belum dilaksanakan secara ideal pada PCJ. Biasanya berbagai informasi yang diterima oleh anggota PCJ dibahas dalam rapat bulanan kelompok untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan atau perencanaan. Selain itu, dalam interaksi sehari-hari seperti ngobrol-ngobrol, para anggota saling bertukar informasi yang mereka dapatkan. Hal tersebut sudah cukup baik dilakukan oleh PCJ yang memiliki struktur organisasi sederhana.

14 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan pengidentifikasian tren dan kejadian di luar perusahaan yang sangat mempengaruhi perusahaan. Tren dan kejadian yang menguntungkan perusahaan merupakan peluang dan yang merugikan perusahaan merupakan ancaman. Lingkup pengidentifikasian mencakup kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum, kekuatan teknologi, serta kekuatan kompetitif Faktor Ekonomi Faktor ekonomi sangat mempengaruhi PCJ terutama yang berkaitan dengan sisi pemasaran. Ikan hias air tawar yang dipasarkan PCJ merupakan bagian dari komoditi ekspor Indonesia sehingga tren perdagangan ikan hias air tawar dunia berpengaruh terhadap pemasaran pelaku usaha ikan hias di Indonesia termasuk PCJ. Kecenderungan tren perdagangan ikan hias air tawar di tingkat dunia dapat diketahui diantarnya melalui perkembangan nilai impor ikan hias air tawar dunia dan proporsi pertumbuhan perdagangan ikan hias dunia. Perkembangan tersebut dapat menggambarkan tren permintaan dunia akan ikan hias. Tabel 14. Nilai Impor Ikan Hias Air Tawar Dunia Tahun Tahun Nilai Impor ikan hias dunia (USD) Sumber : Food and Agriculture Organization (2011) Berdasarkan tabel di atas, nilai impor ikan hias air tawar dunia meningkat sebesar sebesar 18,75 persen pada periode tahun Kecenderungan peningkatan nilai impor tersebut juga didukung oleh rata-rata pertumbuhan perdagangan ikan hias dunia yang mencapai 8 persen setiap tahunnya (Selvarasu dan Sankaran 2011). Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dunia akan ikan hias air tawar cenderung terus meningkat.

15 Indonesia dalam menghadapi hal tersebut mengalami peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar rata-rata sebesar 5,92 persen per tahun dalam periode tahun Nilai ekspor pada tahun 2006 sebesar 2 juta USD, tahun 2007 sebesar USD 1,9 juta, tahun 2008 sebesar USD 2,9 juta, pada tahun 2009 sebesar USD 5,6 juta, dan pada tahun 2010 sebesar USD 9,4 juta. 29 Peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar tersebut tersebut menunjukkan bahwa Indonesia ikut berpartisipasi dalam peningkatan permintaan ikan hias air tawar dunia. Partisipasi tersebut melibatkan eksportir ikan hias Indonesia yang diindikasikan menghadapi peningkatan permintaan sehingga ikut meningkatkan permintaan ikan hias air tawarnya pada pemasok ikan hias seperti PCJ Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan David (2009) menyatakan bahwa tren-tren sosial, budaya, demografis, dan lingkungan membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Tren memelihara ikan hias terutama sebagai sarana hiburan pada saat ini telah menyebar di berbagai belahan dunia tak terkecuali para konsumen akhir ikan hias PCJ yaitu terutama masyarakat Negara-negara maju Amerika dan Uni Eropa. Di sana ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose termasuk ikan hias tropis favorit untuk dipelihara. 30 Masyarakat negara-negara maju tersebut mempunyai kegemaran memelihara ikan hias sebagai hiburan di dalam ruangan terutama pada saat musim dingin. Pada masa tersebut mereka lebih banyak berada di dalam ruangan dibanding diluar ruangan sehingga memandangi ikan hias merupakan alternatif hiburan yang disukai. Sedangkan pada musim panas, mereka lebih menyukai hiburan di luar ruangan seperti berkunjung ke pantai atau lokasi rekreasi terbuka lainnya. Oleh karena itu, permintaan ikan hias menurun di Negara-negara Amerika dan Uni Eropa pada saat musim panas terutama pada bulan Mei sampai September dan selanjutnya menyebabkan permintaan ikan hias PCJ ikut menurun. 29 Badan Pusat Statistik [10 Desember 2011] 30 Squidoo [3 Agustus 2011]

16 Keadaan lingkungan Bojongsari juga mempengaruhi PCJ. Wilayah Bojongsari sama seperti wilayah Indonesia lainnya yang beriklim tropis sehingga sesuai bagi jenis-jenis ikan hias yang berasal dari daerah tropis seperti Tetra. Iklim tropis memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau, selain itu iklim tropis sepanjang tahun mempunyai suhu udara yang berkisar antara 20 o C- 30 o C Selain iklim tropis. 31 Bojongsari juga memiliki kondisi air yang sesuai untuk jenis-jenis ikan hias lainnya yang membutuhkan kondisi air seperti tiga jenis tetra yang dibudidayakan PCJ yakni ph sedikit asam antara ph 5 sampai ph 7,5 dan kesadahan air lunak sampai agak sedang antara 5 o dh 20 o dh. 32 Kondisi air tersebut juga dibuktikan oleh Pokdakan Mina Usaha Mandiri di Kecamatan Bojongsari yang berhasil membudidayakan tak hanya Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra, akan tetapi juga jenis-jenis ikan hias seperti Platydoras, Alligator, Stenophoma, Neon Api, Blue King, Sky Blue, Coridoras Albino, Coridoras Panda, dan Cherry Bag yang membutuhkan kebutuhan kondisi lingkungan budidaya seperti Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose 33 walaupun masih dalam skala kecil. Selain kondisi lingkungan yang mendukung, sebenarnya jenis ikan hias yang diminati masyarakat Negara-negara asing tak hanya Neon Tetra, Red Nose, dan Cardinal Tetra. Jenis-jenis tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Flame Tetra, Gold Tetra, Black Tetra, Rosy Tetra, Blue Tetra, Kongo Tetra, dan Serpae Tetra juga banyak diminati. 34 Bahkan di pasar lokal seperti pasar-pasar ikan hias di Jakarta dan di Parung, jenis-jenis Tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Black Tetra, Red Tetra, dan Tetra Sumatera juga banyak diminati. Walaupun ketiga ikan hias tetra yang dibudidayakan PCJ juga diminati di pasar lokal, Australia, Timur Tengah, dan juga Jepang. Hal ini menjadi peluang bagi PCJ mengingat jenis-jenis tetra tersebut mempunyai kebutuhan kondisi lingkungan yang mirip seperti Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose Syarif Hidayat [12 November 2011] 32 Anonim [2 November 2011] 33 Ibid. 34 Fresh Water Tropical Index [26 juli 2011] 35 Op.cit

17 Faktor Politik, Pemerintahan, dan Hukum Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya adalah mencanangkan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP PB). Program tersebut merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan (PNPM KP) yang berada di bawah koordinasi Program Pengembangan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PUMP PB adalah program penyaluran bantuan modal usaha dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada Kelompok Pembudidaya Ikan. Pedoman pelaksanaan PUMP PB adalah Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor Kep.30/DJ-PB/ BLM yang diberikan melalui PUMP PB merupakan dana sebesar Rp 200 miliar dan akan dibagikan kepada kelompok pembudidaya ikan di 200 kabupaten atau kota termasuk Depok. BLM tersebut diperuntukkan untuk delapan jenis usaha budidaya perikanan termasuk budidaya ikan hias. 37 Dengan demikian, PCJ sebagai salah satu kelompok pembudidaya ikan hias di Depok berpeluang untuk menjadi salah satu target penyaluran BLM dalam PUMP PB yang penyalurannya melibatkan Dinas Pertanian dan Perikanan serta penyuluh Kota Depok. Di Depok juga terdapat Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) yang merupakan lembaga riset pemerintah untuk ikan hias sehingga peluang PCJ untuk mendapatkan pembinaan atau bantuan penelitian dan pengembangan budidaya ikan hias dari Balai riset tersebut semakin terbuka. Hal tersebut juga didukung kerjasama Balai Riset dengan para Pokdakan terutama dalam hal penyebaran informasi budidaya dengan para pokdakan 38 yang sudah terjalin di Depok serta keinginan balai riset untuk fokus pada jenis-jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sekitar. 39 Pihak Dinas Pertanian dan Perikanan serta para penyuluh pertanian di Depok pun bersedia mendukung PCJ terutama dari sisi perapihan administrasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya [3 juli 2011] 37 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya [3 juli 2011] 38 Balai Riset Kelautan dan Perikanan. [7 Juni 2011] 39 Peneliti Senior Balai Riset Budidaya Ikan Hias. [23 Maret 2011] 40 Ketua Penyuluh Pertanian Kota Depok. [9 Juli 2011]

18 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui kerjasama dengan pihak swasta menyelenggarakan Indonesian Ornamental Fish Show (IOFS) atau pameran ikan hias Indonesia yang dilaksanakan bersamaan dengan Indonesia Fisheries Expo (IFE). Kegiatan pameran IOFS yang dilakukan tahunan tersebut mempertemukan berbagai stakeholder di bidang perikanan seperti investor, supplier, buyer, akademisi dari dalam dan luar negeri, mahasiswa, dan masyarakat luas. 41 Pada umumnya penyelenggaraan IOFS bertempat di wilayah Jakarta. Selain itu Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ikan (Ditjen P2HP) dari KKP juga menyelenggarakan pameran ikan hias tahunan di Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias Cibinong. Pameran tersebut mempertemukan para pembudidaya dan para eksportir ikan hias pada khususnya dan masyarakat ikan hias pada umumnya. 42 Kedua pameran ikan hias tahunan tersebut menjadi peluang bagi PCJ untuk mempromosikan usahanya Faktor Teknologi Faktor teknologi dapat memberikan dampak yang besar karena teknologi menciptakan pembaharuan dalam berbagai bidang bagi suatu perusahaan. Pada PCJ, teknologi komunikasi, informasi, dan peralatan budidaya memiliki pengaruh yang sangat besar. Dengan teknologi komunikasi dan informasi, pertukaran informasi dapat dengan mudah dilakukan melalui alat komunikasi tanpa harus berpindah lokasi. Teknologi tersebut juga mempermudah PCJ dalam proses transaksi melalui bank, sedangkan teknologi informasi lainnya seperti komputer berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ dalam administrasi. Selain itu untuk teknologi penanganan budidaya ikan hias, PCJ sudah menggunakan generator set dalam mengantisipasi listrik mati sehingga ikan tidak kekurangan suplai oksigen dari alat aerator. PCJ juga sudah menggunakan tabung oksigen untuk mendapatkan gas oksigen murni dalam proses pengemasan. Akan tetapi, teknologi penanganan penyakit seperti pemeriksaan penyakit dan pemberian obat dengan dosis tepat belum sepenuhnya digunakan oleh PCJ sehingga teknologi tersebut berpeluang untuk lebih dimanfaatkan PCJ. 41 Wahyu Promocitra [12 Agustus 2011] 42 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan [12 Agustus 2011]

19 Faktor Kompetitif Persaingan bagi suatu perusahaan tidak hanya dapat terjadi dengan perusahaan sejenis lainnya. Persaingan dapat juga terjadi dengan para pemasok bahan baku, pembeli, calon pesaing baru, pelaku usaha sejenis, serta produk substitusi. Persaingan tersebut dapat menekan laba perusahaan Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis merupakan persaingan di antara perusahaan yang memiliki kesamaan hasil produksi dan konsumen atau berada di dalam industri yang sama. Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan yang paling hebat dari lima kekuatan kompetitif (David 2009). Pesaing bagi PCJ adalah supplier, pembudidaya, dan pokdakan yang menjual ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose. Persaingan terjadi pada kualitas, kesinambungan, dan kuantitas ikan hias. Tabel 15. Kelompok Pembudidaya Ikan Hias Di Kecamatan Bojongsari Nama Pokdakan Bojongsari Baru Curug Jaya Curug Dua Mina Usaha Mandiri Tetra Aquarium Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Depok (2010) Kecamatan Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Di Bojongsari terdapat empat pokdakan selain PCJ yang sama-sama membudidayakan jenis ikan hias tersebut. Keempat pokdakan tersebut (Tabel 15) mulai menerapkan sistem penjualan satu pintu dalam pemasarannya terutama semenjak terpilihnya PCJ sebagai pokdakan berprestasi tingkat nasional tahun 2010 yang diantaranya karena sistem penjualan satu pintu. Sistem tersebut dianggap para pokdakan sejenis lainnya dapat memenuhi keinginan konsumen besar seperti eksportir dari kriteria kuantitas besar dan kesinambungan produk.

20 Penerapan sistem tersebut membuat pokdakan dapat mempunyai kuantitas suplai produk yang besar yang berasal dari gabungan suplai para anggota dan kesinambungan produk karena suplai difokuskan pada satu pintu penjualan. Kedua hal tersebut merupakan dua dari tiga kriteria yang diinginkan oleh konsumen pada pemasok ikan hias karena mereka dapat secara terus menerus memesan pada satu tempat. Mulai diterapkannya sistem tersebut oleh para pokdakan di Kecamatan Bojongsari menyebabkan para pokdakan lain dapat mempunyai kemampuan yang sama dengan PCJ dalam dua kriteria tersebut sehingga tingkat persaingan antar pokdakan semakin meningkat. Salah satu dari keempat pokdakan yang sudah menerapkan sistem tersebut walaupun belum secara keseluruhan kepada anggotanya dan sudah mampu menjual ikan hiasnya langsung pada eksportir adalah Pokdakan Mina Usaha Mandiri. Pokdakan tersebut saat ini juga menjual ikan hiasnya pada eksportir PT Indotropika Agung Lestari akan tetapi suplai yang diberikan lebih kecil dari PCJ yaitu kurang lebih ribu ekor per bulan sedangkan PCJ kurang lebih menyuplai 200 sampai 300 ribu ekor per bulan. Menurut bagian pembelian PT Indotropika Agung Lestari, mereka mengutamakan produk dari PCJ terutama pada saat permintaan kurang ramai karena PCJ mampu menyuplai dalam kuantitas yang lebih besar dan berkualitas. Selain pokdakan, pesaing PCJ adalah supplier-supplier ikan hias yang juga menyuplai kebutuhan ikan hias sejenis pada eksportir konsumen PCJ. Walaupun demikian, produk ikan hias PCJ diutamakan oleh konsumen PCJ karena keunggulan kualitas, kuantitas, dan kesinambungan. Hal ini ditunjukkan pada musim sepi permintaan, kedua eksportir konsumen PCJ mengutamakan pemesanan ikan hias pada PCJ. Pesaing PCJ lainnya adalah para pembudidaya ikan hias sejenis. Para pembudidaya tersebut memasok ikan hias yang dibutuhkan para supplier konsumen PCJ dengan harga yang lebih rendah dari PCJ. Para pembudidaya tersebut memiliki kuantitas produk yang sedikit dan tidak berkesinambungan, sedangkan para supplier konsumen PCJ membutuhkan produk yang berkesinambungan dengan kuantitas yang cukup banyak. Oleh karena itu, para supplier konsumen PCJ tetap membeli produk PCJ dengan harga yang lebih mahal karena kualitas, kuantitas, dan kesinambungan ikan hias PCJ.

21 Potensi Masuknya Pesaing Baru Masuknya perusahaan baru pada suatu industri akan membuat persaingan semakin ketat. Menurut David (2009) apabila perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu industri tertentu maka intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat. Hal ini tentu tidak diharapkan oleh perusahaan karena masuknya perusahaan baru pada umumnya akan mengurangi laba perusahaan, sedangkan tingkat kemudahan perusahaan baru memasuki suatu industri sangat ditentukan oleh hambatan masuk industri tersebut. Semakin besar hambatan masuk suatu industri maka akan semakin sulit bagi perusahaan baru untuk masuk. Pada industri budidaya ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose, keahlian yang dibutuhkan dapat dipelajari serta tidak membutuhkan teknologi yang tinggi. Modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar karena usaha tersebut sudah bisa dijalankan dengan hanya mempunyai beberapa akuarium saja apalagi jika hanya ingin membesarkan ikan hias. Ruangan yang dibutuhkan pun tidaklah besar karena budidaya menggunakan akuarium yang tersusun dalam rak-rak akuarium. Oleh karena itu, usaha ini dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Walaupun demikian, apabila budidaya ikan hias ditujukan untuk konsumen besar seperti eksportir maka dibutuhkan modal yang cukup besar untuk dapat menghasilkan ikan hias dalam jumlah besar sekaligus berkesinambungan. Selain itu juga dibutuhkan keahlian penyortiran yang baik Potensi Pengembangan Produk Pengganti Produk pengganti adalah produk berbeda yang mempunyai kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan konsumen. Produk pengganti dari ikan hias Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose yang dihasilkan PCJ adalah jenis-jenis ikan hias lainnya yang memberikan fungsi dan manfaat yang sama. Pada umumnya ikan hias berfungsi sebagai hewan peliharaan di dalam akuarium yang menjadi hiburan bagi pemiliknya. Perbedaan ikan hias PCJ dengan ikan hias jenis lainnya adalah variasi warna, bentuk tubuh, dan perilaku ikan hias. Produk-produk substitusi ikan hias PCJ dapat ditemukan di berbagai supplier, pembudidaya, dan pokdakan di Depok.

22 Seperti misalnya jenis ikan hias Dollar, Cupang, dan Koi. Walaupun demikian, ikan hias merupakan komoditi yang sangat berhubungan dengan kesenangan dan selera subjektif konsumen. Seperti misalnya Ikan hias Neon Tetra yang merupakan jenis ikan hias cantik namun harganya relatif murah dan perawatannya relatif mudah sehingga banyak diminati terutama oleh para penghobi ikan hias pemula di luar negeri. 43 Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing ikan hias cenderung memiliki peminatnya sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan konsumen beralih atau mengkombinasikan ikan hias yang berbedabeda jenis Daya Tawar Pemasok Pemasok merupakan pihak yang menyediakan berbagai bahan baku kebutuhan perusahaan sehingga peran pemasok sangat penting bagi perusahaan. Kemampuan pemasok dalam menentukan harga dan kualitas pasokan bahan baku sangat dipengaruhi oleh daya tawar pemasok. Semakin kuat daya tawar pemasok maka semakin besar kemampuan pemasok untuk mengendalikan. PCJ dalam menjalankan usahanya menerima pasokan bahan baku dari para pemasok. Bahan baku PCJ seperti pakan, obat-obatan, plastik pembungkus, oksigen, akuarium, rak akuarium, aerator, dan mesin air keseluruhannya didapatkan dari toko-toko perikanan dan material. Sedangkan di sekitar PCJ seperti wilayah Depok dan Bogor terdapat banyak alternatif toko-toko perikanan dan material. Oleh karena itu, PCJ tidak mempunyai ketergantungan pada salah satu pemasok. PCJ dapat memilih toko mana saja yang memberikan harga lebih rendah dan kualitas lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa daya tawar pemasok pada PCJ rendah Daya Tawar Konsumen Daya tawar konsumen menetukan kemampuan konsumen dalam mempengaruhi harga dan kualitas komoditi yang diperjualbelikan. Konsumen PCJ adalah supplier dan eksportir ikan hias. Mereka berperan penting bagi PCJ karena secara berkelanjutan membeli ikan hias PCJ dan terutama konsumen eksportir yang membeli produk ikan hias PCJ dalam jumlah besar. Para konsumen 43 Anonim [12 November 2011]

23 menuntut kualitas, kuantitas, dan kesinambungan pada komoditas ikan hias. Kemapuan PCJ dalam memenuhi ketiga kriteria tersebut menyebabkan PCJ dipertahankan oleh para konsumennya baik yang berupa eksportir maupun supplier ikan hias Identifikasi Faktor-Faktor Lingkungan Lingkungan perusahaan meliputi lingkungan internal dan eksternal. Faktorfaktor kekuatan dan kelemahan didapatkan dari hasil analisis lingkungan internal. Sedangkan faktor-faktor peluang dan ancaman didapatkan dari hasil analisis lingkungan eksternal. 1. Kekuatan a. Sistem Penjualan Satu Pintu Sistem penjualan satu pintu mengatur penjualan keluar PCJ hanya dilakukan oleh ketua kelompok. Sistem ini membuat PCJ sebagai sekumpulan pembudidaya menjadi bagaikan satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, berkesinambungan, dan berkualitas. Hal tersebut meningkatkan daya tawar PCJ pada konsumen dan menjaga kestabilan harga bagi semua anggota. b. Anggota Saling Membantu Untuk Maju Sesama anggota PCJ saling membantu dalam memajukan usaha mereka. Para anggota saling memperhatikan kebutuhan benih dan kondisi keuangan. Selain itu para anggota juga saling membantu untuk mnyukseskan program mereka seperti usaha pembesaran ikan hias kelompok. c. Kemampuan Menghasilan Produk Berkualitas, Berkesinambungan, dan Berkuantitas Besar. PCJ mampu menghasilkan produk berkualitas yang diakui oleh konsumen dan mampu untuk membudidayakan ikan hias secara berkelanjutan. Kontinyitas tersebut juga didukung oleh keberadaan warung kelompok dan sistem penjualan satu pintu. Selain itu, kuantitas yang besar disebabkan oleh kapasitas produksi PCJ yang mencapai ekor ikan hias setiap bulannya.

24 d. Prestasi Kelompok PCJ merupakan kelompok pembudidaya ikan hias yang berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias di tahun Penghargaan tersebut merupakan penghargaan puncak tingkat nasional. Peraihnya juga akan merupakan Pokdakan dengan berprestasi untuk tingkat kota maupun provinsi. 2. Kelemahan a. Keterbatasan Modal Sumber modal PCJ utamanya adalah modal perorangan masing-masing anggota PCJ. Sedangkan anggota PCJ merupakan para pembudidaya dengan modal terbatas. Selain itu, dana hibah 27 juta rupiah yang pernah diterima PCJ pada tahun 2007 sudah habis dimanfaatkan diantaranya untuk pembangunan mini raiser ikan hias yang hingga saat ini pembelian tanahnya belum lunas. b. Pencatatan Data dan Keuangan Belum Rapi Pencatatan data dan keuangan pada PCJ sudah ada sejak saat penilaian lomba di tahun Akan tetapi pencatatan yang saat itu banyak dibantu oleh petugas Dinas Pertanian, belum dilanjutkan oleh PCJ pada saat ini. Pencatatan keuangan yang sudah ada pun belum mencakup pengeluaran dan pemasukan masing-masing maupun seluruh anggota kelompok sehingga kerugian atau keuntungan PCJ tidak diketahui. c. Tidak Adanya Bagian Penelitian dan Pengembangan Secara Khusus PCJ tidak memiliki bagian penelitian dan pengembangan secara khusus sehingga penanganan penyakit ikan hias dilakukan dengan mencoba-coba tanpa dasar ilmu pengetahuan yang pasti. Hal ini menyebabkan dosis obat tidak pasti dan terdapat penyakit yang belum diketahui obatnya oleh PCJ yaitu penyakit jamur. Hal ini juga menyebabkan PCJ tidak mudah mengetahui cara membudidayakan ikan hias jenis baru. d. Pengelolaan Sistem Penjualan Satu Pintu Terpusat Pada Ketua Kelompok Ketua kelompok merupakan pintu penjualan PCJ pada konsumen. Setiap pemesanan konsumen dan penjualan anggota terjadi melalui ketua

25 kelompok. Dengan demikian, seluruh koordinasi penjualan pada konsumen maupun pada anggota PCJ terpusat pada ketua kelompok. Apabila ketua kelompok berhalangan maka penjualan PCJ dapat sangat terganggu. d. Promosi Belum Optimal Promosi yang dilakukan PCJ pada saat ini hanya melalui promosi dari mulut ke mulut (words of mouth). Promosi tersebut kurang dapat menyentuh konsumen secara luas. Walaupun demikian, sebelumnya pada tahun 2007 PCJ pernah mengikuti event pameran ikan hias di Raiser ikan hias Cibinong dan di ITC Depok. 3. Peluang a. Peningkatan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Sebesar 5,92 Persen per Tahun Pada Periode Tahun Nilai ekspor ikan hias air tawar Indonesia meningkat sebesar 5,92 persen per tahun pada periode tahun Hal tersebut tidak terlepas dari peningkatan nilai impor ikan hias air tawar dunia dan perdagangan ikan hias dunia. Peningkatan ini menunjukkan bahwa permintaan ikan hias air tawar terus meningkat di tingkat eksportir-eksportir ikan hias baik yang sudah maupun yang belum menjadi pelanggan PCJ. b. Potensi Lingkungan Bojongsari. Lingkungan Bojongsari mempunyai kecocokan dengan habitat hidup ikan hias yang membutuhkan ph asam, suhu ruangan mendekati suhu kamar, dan kesadahan air rendah. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya budidaya tiga jenis ikan hias Tetra oleh PCJ dan berbagai macam jenis lainnya oleh Pokdakan Mina Usaha Mandiri. c. Adanya BRBIH, penyuluh perikanan, dan Program PUMP PB di Depok. Direktorat Jenderal Perikanan Produksi melalui program PUMP PB akan memberikan bantuan modal usaha bagi para Pokdakan termasuk di bidang ikan hias. Depok merupakan salah satu Kota yang menjadi tujuan penyaluran bantuan langsung tunai melalui PUMP PB yang dilakukan melalui Dinas Pertanian dan Perikanan dan para penyuluh di Depok sehingga PCJ berpeluang mendapatkan bantuan tersebut. Selain itu,

26 dengan adanya Balai Riset Budidaya Ikan Hias dengan lokasi yang berdekatan dengan PCJ, maka peluang PCJ untuk mendapatkan bantuan penelitian dan pengembangan semakin terbuka. Para penyuluh perikanan di Depok pun siap membantu PCJ terutama dalam hal administrasi. d. Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi informasi seperti komputer berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ dalam mempermudah pencatatan data dan keuangan. Selain itu, perkembangan teknologi budidaya dalam hal penanganan penyakit yang semakin maju berpeluang untuk dimanfaatkan PCJ untuk mengobati ikan yang sakit terutama dalam dosis obat yang tepat. e. Pelanggan yang Setia Konsumen PCJ adalah eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica dan PT Indtropica Agung Lestari, serta supplier-supplier ikan hias. Mereka secara berkelanjutan membeli produk ikan hias PCJ hingga saat ini. Terutama para eksportir yang secara terus menerus membeli produk PCJ sejak tahun f. Ikan Hias Jenis Tetra Diminati Pasar Lokal dan Ekspor. Selain Neon Tetra, Cardinal Tetra, dan Red Nose, jenis-jenis tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Flame Tetra, Gold Tetra, Black Tetra, Rosy Tetra, Blue Tetra, Kongo Tetra, dan Serpae Tetra juga banyak diminati dalam pasar ekspor. Bahkan di pasar lokal seperti pasar-pasar ikan hias di Jakarta dan di Parung, jenis-jenis Tetra lainnya seperti Lemon Tetra, Black Tetra, Red Tetra, dan Tetra Sumatera juga banyak diminati. g. Pameran Ikan Hias Tahunan Indonesian Ornamental Fish Show merupakan pameran ikan hias tahunan yang diselenggarakan KKP melalui kerjasama dengan pihak swasta. Selain itu Ditjen P2HP juga menyelenggarakan Pameran Ikan Hias Tahunan di Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser ) Ikan Hias Cibinong.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Taufan Fish Farm berlokasi di Jl. Raya Bogor Km. 7, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Taufan s Fish Farm merupakan perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR BDI-T/21/21.3 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA IKAN HIAS JENIS TETRA MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan  5.2 Lokasi V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan Arifin Fish Farm merupakan suatu usaha budidaya ikan hias air tawar khususnya ikan Black Ghost, Ctenopoma acutirostre, dan Patin (Pangasius sutchi). Usaha yang telah

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM 6.1 Perumusan Model Untuk merumuskan model interger programming, tahap awal yang dilakukan adalah merumuskan fungsi

Lebih terperinci

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN BDI-T/21.21.4 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA IKAN HIAS JENIS TETRA MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Bintaro Fish Center merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam produksi lobster air tawar (jenis red claw) dan memperdagangkannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis yang berkepanjangan telah memberikan pelajaran yang. berharga bagi perekonomian Indonesia. Industri yang berbasis impor

I. PENDAHULUAN. Krisis yang berkepanjangan telah memberikan pelajaran yang. berharga bagi perekonomian Indonesia. Industri yang berbasis impor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis yang berkepanjangan telah memberikan pelajaran yang berharga bagi perekonomian Indonesia. Industri yang berbasis impor (footloose industry) lebih dari 30 % akan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan dilakukan dengan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan pemberian file

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia Indonesia kaya akan keanekaragaman spesies ikan hias. Indonesia memiliki 400 spesies ikan air tawar dari 1.100 jenis ikan hias air tawar yang ada

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN KOI

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN KOI KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN KOI Disusun Oleh: Nama : Rendi Fajar Kumala NIM : 10.11.4572 Jurusan : S1-TI-2N STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Bisnis Ikan hias ternyata cukup memberikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Program

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Program 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah. Faktor pendukungnya adalah jenis ikan yang beragam, air cukup, lahan masih sangat luas dan iklimnya cocok.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA BDI-T/21/21.2 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA IKAN HIAS JENIS TETRA MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD 2014 Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD I. Pendahuluan Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami kolam-kolam, sawah,

Lebih terperinci

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI (Amphiprion sp) (Chrysiptera cyanea) (Paracanthurus hepatus) (Pterapogon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN BDI-L/1/1.3 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR LAUT PENDEDERAN KERAPU: KERAPU BEBEK MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN KELABAU (OSTEOCHILUS MELANOPLEURUS) HASIL DOMESTIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITITAN Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari 2011 sampai dengan Februari 2011 di Wisma Wageningan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

PROPOSAL BLM Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP_PB) T.A. 2012

PROPOSAL BLM Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP_PB) T.A. 2012 PROPOSAL BLM Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya (PUMP_PB) T.A. 2012 CONTOH Disusun Oleh: KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN BENIH CINTA GURAMI Alamat : Garon RT 03, Panggungharjo, Sewon, Bantul

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT UNDERSTANDING POND AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT Soil Profile Soil Triangle Clear plastic liner tube & sediment removal tool Sediment Sampler Soil acidity tester Food web in Aquaculture

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Indonesia memiliki pulau dengan jumlah lebih dari 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan Pendahuluan Pembenihan merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan bertujuan untuk menghasilkan benih. Benih yang dihasilkan dari proses pembenihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA : BUNGA DWI CAHYANI NIM : 10.11.3820 KELAS : S1 TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aedes aegypti merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di kawasan tropis. Aedes aegypti adalah salah satu spesies vektor nyamuk yang paling penting di dunia karena

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran dari suatu produk. Menurut Umar (2007), pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Probolinggo, Lampung Timur dan analisis sampel

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA BBPBAT Sukabumi 2007 Daftar Isi 1. Penduluan... 1 2. Persyaratan Teknis... 2 2.1. Sumber Air... 2 2.2. Lokasi...

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 23 Agustus 2013, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA AKUABISNIS UDANG KRISTAL SANG MERAH PUTIH BERNILAI EKONOMIS TINGGI DENGAN SISTEM IMTA (INTEGRATED MULTI-TROPHIC AQUACULTURE) DI KAKI GUNUNG SALAK, CIOMAS-BOGOR

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu nr. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau pada tanggal 10 sampai dengan 28 Desember 2003.

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

MODUL: PENEBARAN NENER

MODUL: PENEBARAN NENER BDI P/1/1.2 BIDANG BUDIDAYA PERIKANAN PROGRAM KEAHLIAN IKAN AIR PAYAU PEMBESARAN IKAN BANDENG MODUL: PENEBARAN NENER DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci