BAB IV PEMECAHAN MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMECAHAN MASALAH"

Transkripsi

1 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam organisasi perusahaan tersebut. Personil-personil yang berkepentingan merupakan salah satu pembawa bentuk budaya pada organisasi perusahaan, di luar manajemen dan karyawan. Namun peran terbesar dalam pembentukan budaya berada di tangan manajemen puncak. Budaya entrepreneur di dalam sebuah perusahaan, lebih dikenal sebagai intrapreneur, dibangun oleh manajemen puncak dan dapat dinilai oleh karyawannya apakah budaya entrepreneur itu yang dibangun tersebut dijalankan dengan baik atau bahkan malah berubah menjadi budaya yang lebih birokratif Model Konseptual Berdasarkan Bab I Buku Lead like an Entrepreneur, entrepreneur didefinisikan sebagai berikut: People who had an innovative idea, saw an opportunity in the marketplace, and turned their dreams into a shining reality (Thornberry, 2006 : 3). Secara sederhana dapat diartikan bahwa entrepreneur adalah orang yang memiliki ideide inovatif, dapat melihat sebuah kesempatan dan mengubah ide tersebut menjadi kenyataan. Sementara itu, intrapreneur dapat diartikan sebagai entrepreneur yang berada di dalam suatu perusahaan yang sudah mapan. Perbedaan antara intrapreneur dan entrepreneur adalah dimana seorang intrapreneur bertindak dalam keterbatasan sumber daya, kemandirian dalam memutuskan dan peraturan yang membatasi ruang gerak perealisasian ide, sedangkan entrepreneur tidak memiliki keterbatasan apapun. Pada prinsipnya seorang intrapreneur memiliki ciri-ciri yang sama dengan seorang entrepreneur (Bahan Kuliah Manajemen Kewirausahaan dari L. Aldianto, 2006), yaitu : Need for Achievement (kebutuhan akan aktualisasi diri) Internal Locus of Control (kemampuan dalam pengendalian diri) High Propensity for Risk Taking (memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko) Need for Independence (kebutuhan akan kemandirian) Innovative Behavior (terbiasa dengan inovasi) 25

2 Pada umumnya, perwujudan ide dari seorang intrapreneur pada kondisi kerja yang tidak memungkinkan, bercirikan lebih memprioritaskan pada tindakan, dibanding pengajuan izin kepada atasannya. Seorang intrapreneur sering berinovasi dan berkreasi yang berbeda dengan sistem di dalam perusahaan terutama apabila terjadi penolakan dalam mengaktualisasikan idenya. Friksi akibat karakter ini sering terjadi, tetapi apabila ditanggapi secara bijaksana akan memberikan perolehan yang sangat signifikan bagi keuntungan perusahaan. Sebuah perusahaan yang didirikan oleh seorang entrepreneur ketika berkembang dan bertambah besar, perusahaan tersebut terkadang kehilangan budaya inovasi dan enterpreneurnya karena organisasi berkembang menjadi terlalu besar, sangat terstruktur dengan ciri lapisan manajemen yang berlapis-lapis dan menjadi sangat birokratis. Sehingga ketika telah mencapai tahap tersebut perusahaan akan kehilangan momentum pertumbuhan keuntungan yang berkelanjutan dan pertambahan nilai ekonomis bagi pemiliknya (Thornberry, 2006: 3). Jiwa intrapreneur karyawan tidak akan terasah pada struktur organisasi yang birokratis. Perusahaan dengan struktur yang birokratis mampu beroperasi dengan tingkat efisiensi dan keuntungan yang tinggi namun tidak menyediakan suasana kerja yang kondusif bagi terciptanya kegiatan intrapreneurial ; tipe organisasi tersebut tidak menunjang terjadinya kreativitas dan jiwa kepimimpinan bagi karyawannya (Gary Hamel, 2000). Neal Thornberry dalam bukunya Lead Like An Entrepreneur pada Bab 1 menjelaskan: It s people, not rules, who make money. It s people, not rules, who create the relationships that grease the wheels of value creation (Thornberry, 2006:10). Berlangsungnya pertumbuhan bisnis sebuah perusahaan tidak bisa lepas dari orangorang yang ada di dalamnya, bahkan sebuah sistem yang baik tidak akan berjalan apabila orang-orang yang menjalankan sistem tersebut tidak berkompeten. Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dan perusahaan yang semakin besar dimana pertumbuhan dan value creation yang semakin melambat, maka dibutuhkan orang yang memiliki ide-ide inovatif yang dapat melihat sebuah kesempatan dan mengubah ide tersebut menjadi kenyataan sehingga memberikan sustainability value creation bagi perusahaan. Orang tersebut adalah seorang intrapreneur. Lingkungan yang mendukung seorang intrapreneur bekerja ditentukan oleh tipe kepemimpinan yang ada dalam perusahaan tersebut. Dalam buku Lead Like An 26

3 Entrepreneur (Neal Thornberry, 2006) kepemimpinan dalam suatu perusahaan digolongkan menjadi dua tipe, yaitu : Gambar 4.1 Karakteristik Kepemimpinan Menurut Neal Thornberry (2006) 1. Tipe Pemimpin dengan Sifat Katalis Tipe katalis membangun iklim pendorong bagi orang-orang kreatif di perusahaan untuk dapat menemukan, mengembangkan dan mengejar aktivitas yang akan memberikan penciptaan value bagi perusahaan. Seorang katalis adalah cheerleaders and challengers bagi orang-orang kreatif di perusahaan dan menstimulasi iklim entrepreneurial di perusahaan. Thonberry mengklasifikasikan tipe pemimpin dengan sifat katalis terbagi dua : Tipe Integrators Tipe integrators adalah seorang pemimpin entrepreneurial yang fokus dan bertanggung jawab pada organisasi secara keseluruhan atau sebagian besar dari organisasi tersebut. Dalam struktur organisasi perusahaan biasanya berada pada tingkat senior level management. Tujuan tipe ini bukan hanya menciptakan strategi yang bersifat entrepreneurial, tipe ini bertujuan juga membangun sumber daya manusia, struktur, proses dan budaya yang menunjang strategi tersebut. Tipe ini akan mendorong perilaku entrepreneurial dengan cara menumbuhkan budaya yang inovatif, mendorong komunikasi yang terbuka antar departemen dan juga secara aktif melakukan intelejen pasar. 27

4 Tipe Accelerators Tipe ini dapat menjadi motivator bahkan provokator bagi karyawannya untuk lebih berinovasi dan berlaku entrepreneurial. Dukungnya terhadap karyawannya kuat dalam mengambil resiko dan merealisasikan ide-ide mereka apabila ide tersebut dirasa akan memberi nilai tambah pada perusahaan. Punishment bisa jadi tidak akan diberikan kepada karyawannya apabila mereka membuat kesalahan, karena mereka percaya bahwa kesalahan merupakan proses pembelajaran. Biasanya tipe ini memimpin suatu unit, divisi atau anak perusahaan dengan tujuan untuk mengakselerasi inovasi di departement mereka. 2. Tipe Pemimpin dengan Sifat Aktivis. Tipe ini memiliki orientasi untuk mengejar kesempatan untuk membuat nilai tambah bagi perusahaan. Apabila terjadi komplain dari pelanggan, tipe ini akan langsung meminta maaf pada pelanggan kemudian saat kembali ke perusahaan dan melakukan segala cara untuk menghentikan komplain dari sumbernya. Dengan kata lain tipe ini akan selalu mencari kelemahan dari sistem di perusahaan, memikirkannya untuk membuat sistem itu lebih bekerja lebih baik, lebih cepat, lebih murah, lebih kompetitif atau bahkan berbeda dari sistem di perusahaan lain untuk memberikan value bagi perusahaannya. Thornberry membagi dua tipe pemimpin dengan sifat aktivis: Tipe Explorers Tipe explorers adalah tipe kepemimpinan yang sangat fokus terhadap perkembangan pasar. Terlibat langsung dengan value-creating activity yang bertujuan untuk mengembangkan pasar baru dan produk atau servis baru ataupun keduanya. Tipe ini menciptakan peluang atau memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan peluang tersebut. Mengeluarkan ide-ide yang inovatif untuk mengubah peluang tersebut menjadi kesuksesan bagi perusahaan. Tipe ini sangat dekat dengan pelanggan dan mengetahui perkembangan pasar, sehingga logika mereka terasah untuk penciptaan peluang bagi pertumbuhan bisnis bahkan dari pasar yang tidak tereksploitasi dan tidak terlihat. Tipe Miners Memiliki karakter yang sama dengan tipe Explorers tetapi tipe ini lebih memfokuskan energi entrepreneurial nya dalam operasional internal perusahaan. Tipe ini dapat melihat bagaimana aset dalam perusahaan dapat dioptimalisasi 28

5 penggunaannya sehingga memberikan tawaran nilai (value propositions) bagi pelanggannya untuk memberikan pertumbuhan bisnis perusahaan. Seorang miners menciptakan pertumbuhan yang natural dengan nilai yang ekonomis. Tiap-tiap tipe kepemimpinan memiliki kebutuhan karakter yang berbeda. Neal Thornberry dalam buku Lead Like an Entrepreneur menggambarkan secara diagramatis (Thornberry, 2006 : 66). High Accelerator Integrator Personal Control Miner Explorer Low Organizational High Commitment Gambar 4.2 Entrepreneurial Leadership and Influencing Requirements (Thornberry, 2006 : 66) Neal Thornberry juga mengenalkan kuesioner untuk mensurvei kebutuhan akan tipe-tipe leadership di atas dalam kaitannya dengan intrapreneurship. Entrepreneurial Leadership Questionnaire (ELQ) adalah alat untuk mensurvei tingkat kepentingan (importance) terhadap perlunya tipe-tipe kepemimpinan entrepreneurial di atas dan penilaian frekuensi yang dilakukan manajer dan top management terhadap tingkat kepentingannya. Kuesioner tersebut harus diisi dalam kesan pertama dari responden terhadap atribut yang ditanyakan. Kuesioner tersebut disebarkan dan diisi oleh karyawan dari tiap level management yang kemudian menjadi alat dalam melakukan penelitian di Sritex untuk menilai orientasi serta meneliti tipe kepemimpinan top management dalam memberikan ruang gerak bagi para intrapreneur. 29

6 4.1.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Menyebarkan kuesioner ELQ dari Neal Thornberry (2006) yang telah dialihbahasakan oleh tim CIEL ITB untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden (karyawan dan jajaran manajerial Sritex berkaitan dengan tujuan penelitian). b. Observasi terhadap budaya dan karakter kepemimpinan di Sritex digunakan sebagai pelengkap justifikasi peneliti terhadap hasil penelitian budaya di Sritex. c. Interview dilakukan untuk memperoleh informasi untuk melengkapi data hasil penelitian dengan kuesioner ELQ. d. Kuesioner disebar pada sebagian karyawan Sritex selain top management yang total karyawan berjumlah 355 orang. Tetapi mengingat besarnya organisasi, serta keterbatasan waktu dan kesempatan yang diberikan oleh Sritex maka peneliti hanya melakukan penyebaran sebanyak 225 kuesioner dengan metode sebagai berikut : Penyebaran Angket dilakukan seacak mungkin (Random) di 4 direktorat yaitu Operasional, Finance dan Accounting, Strategic Business Unit (SBU) Garment, SBU Textile, Penyebaran kuesioner dilakukan di level General Manager, Manager dan stafnya dengan pola penilaian ke atasan yang menduduki level manajemen puncak, atasan langsung, ke rekan dengan jabatan setingkat (atas, kiri dan kanan), Kuesioner disebar selama 1 minggu kerja yang dimulai sejak tanggal 19 Mei hingga tanggal 28 Mei 2007 dengan kuesioner yang dikembalikan berjumlah 214 kuesioner, akan tetapi setelah diperiksa kelengkapan pengisian kuesioner tersisa 200 kuesioner, oleh karena itu total kuesioner yang diolah adalah sebanyak 200 kuesioner Teknik Pengukuran Variabel Kuesioner yang disebarkan disusun dalam kalimat-kalimat pertanyaan, kuesioner tersebut terdiri atas kuesioner untuk menilai tipe kepemimpinan di Sritex (ELQ) dari Thornberry yang dialih bahasakan oleh tim CIEL ITB dan telah dipergunakan dalam Tesis Yasalini Kusuma Dewi (Dewi, Yasalini, 2007, Thesis : Analisis Budaya Perusahaan Entrepreneurial di PT. Pikiran Rakyat Bandung, MBA- ITB, n.p.) 30

7 Responden diminta mengisi kuesioner dengan memilih salah satu pilihan jawaban dengan pengukuran yang menggunakan skala interval Likert. Menurut Kinner dalam Husein Umar (1999) penentuan skor pada masing-masing item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti diukur dengan skala Likert, yaitu : skala yang berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu. Variabel masing-masing tipe strategi dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan skala Likert, mulai dari 1 = sangat jarang, 2 = jarang, 3 = ragu-ragu, 4 = sering, dan 5 = sangat sering (lima point). Angka-angka hasil kuesioner ELQ diuji melalui proses pengelompokan dan perata-rataan pertanyaan untuk mengetahui karakteristik kepemimpinan di Sritex, apakah kepemimpinan itu bersifat integrators, explorers, miners, atau accelerators. 4.2 Analisis dan Interpretasi Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumeninstrumen pengukuran. Kuesioner yang digunakan memiliki validitas yang memadai mengingat : Kuesioner yang terdapat pada Lead Like an Entrepreneur yang dibuat oleh Neal Thornberry telah diujicobakan di beberapa perusahaan dan telah teruji pula kevalidannya, Juga telah digunakan sebagai alat untuk meneliti kultur di sebuah perusahaan oleh Yasalini Kusuma Dewi dalam Thesis yang berjudul Analisis Budaya Perusahaan Entrepreneurial di PT. Pikiran Rakyat Bandung Uji Reliabilitas Reliabilitas dari instrument juga cukup memadai karena telah diuji sebelumnya oleh : Yasalini Kusuma Dewi dalam Thesis yang berjudul Analisis Budaya Perusahaan Entrepreneurial di PT. Pikiran Rakyat Bandung sebagai instrument untuk meneliti kultur di perusahaan tersebut. Dengan tidak diperlukannya pengujian validitas dan reliabilitas maka pertanyaanpertanyaan pada kuesioner ELQ langsung dianalisis dengan menghitung Mean pada masing-masing atribut pertanyaan. 31

8 4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis terhadap Komponen ELQ ELQ digunakan untuk menilai budaya kepemimpinan atasan / manajer oleh para karyawannya. Dalam survei ini, karyawan diminta untuk menilai seberapa penting perilaku atau peran seorang manajer dan seberapa sering manajer melaksanakan perilaku tersebut. Neal Thornberry dalam buku Lead Like an Entrepreneur menunjukkan klasifikasi pengukuran variable ELQ (Thornberry, 2006 : 219) sebagai berikut : Tabel 4.3 Klasifikasi Pengukuran Variabel ELQ NILAI High Medium Low GEL Explorerss Miners Accelerators Integrators Dalam survei ini dapat diukur kesenjangan antara perilaku-perilaku yang dianggap penting oleh para karyawan dan intensitas pelaksanaannya dari atasan / manajer. Tabel 4.4 di bawah ini menggambarkan hasil perhitungan yang diperoleh penulis dari kuesioner ELQ. Huruf I (importance) menunjukkan seberapa penting perilaku atau peran seorang atasan / manajer dan huruf F (frequency) menunjukkan seberapa sering seorang atasan / manajer melaksanakan hal tersebut. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan ELQ TIPE PEMIMPIN SKALA NILAI KUALIFIKASI GEL Explorer Miner Accelerator Integrator Importance 28 M Frequency 26 M Importance 33 M Frequency 30 M Importance 27 H Frequency 23 M Importance 39 H Frequency 34 M Importance 46 M Frequency 41 M Keterangan : M = Medium, H = High 32

9 Dari hasil survei dapat dilihat bahwa pada umumnya terdapat kesenjangan yang berarti dalam penilaian terhadap General Entrepreneurial Leadership (GEL), Explorers, Miners, Accelerators dan Integrators, dalam pengertian angka-angka kepentingan hasil penelitian berada di atas angka-angka frekuensi perilaku pimpinan hasil penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianggap penting menurut karyawan pada umumnya tidak didukung oleh perilaku jajaran manajerial di Sritex. Juga arti nilai Medium untuk nilai frekuensi semua tipe pemimpin menunjukkan bahwa perilaku pimpinan cukup sering terlihat dalam mendukung kepentingan karyawannya. Tetapi apabila kita melihat Frekuensi hasil penelitian dari seluruh tipe kepemimpinan, semuanya bernilai Medium maka untuk analisis akhirnya perlu dilakukan pembobotan nilai Frekuensi penelitian terhadap Range Nilai untuk masingmasing kelompok pada Tabel Klasifikasi Pengukuran Variabel ELQ, dan hasilnya adalah : GEL = 0,3 Explorers = 0,7 Miners = 0,72 Accelerators = 0,7 Integrators = 0,31 Sehingga analisis terhadap hasil survei ELQ menunjukkan bahwa pimpinan Sritex termasuk ke dalam kategori pimpinan dengan dengan sifat Aktivis yaitu kategori pimpinan yang memiliki orientasi untuk mengejar kesempatan untuk membuat nilai tambah bagi perusahaan. Dan apabila terjadi komplain dari pelanggan, tipe ini akan langsung meminta maaf pada pelanggan kemudian saat kembali ke perusahaan dan melakukan segala cara untuk menghentikan komplain dari sumbernya. Dengan kata lain tipe ini akan selalu mencari kelemahan dari sistem di perusahaan, memikirkannya untuk membuat sistem itu lebih bekerja lebih baik, lebih cepat, lebih murah, lebih kompetitif atau bahkan berbeda dari sistem di perusahaan lain untuk memberikan value bagi perusahaannya. Dan berdasarkan tipe, Sritex mempunyai pemimpin yang lebih bercirikan tipe Miners, yang merupakan tipe pimpinan dengan karakter yang sama dengan tipe Explorers yaitu : 33

10 Tipe kepemimpinan yang sangat fokus terhadap perkembangan pasar. Terlibat langsung dengan value-creating activity yang bertujuan untuk mengembangkan pasar baru dan produk atau servis baru ataupun keduanya. Tipe ini menciptakan peluang atau memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan peluang tersebut. Mengeluarkan ide-ide yang inovatif untuk mengubah peluang tersebut menjadi kesuksesan bagi perusahaan. Tipe ini memiliki kedekatan dengan pelanggan dan mengetahui perkembangan pasar, sehingga logika mereka terasah untuk penciptaan peluang bagi pertumbuhan bisnis bahkan dari pasar yang tidak tereksploitasi dan tidak terlihat. Tetapi pimpinan dengan tipe Miners lebih memfokuskan energi entrepreneurialnya dalam operasional internal perusahaan. Tipe ini dapat melihat bagaimana aset dalam perusahaan dapat dioptimalisasi penggunaanya sehingga memberikan tawaran nilai (value propositions) bagi pelanggannya untuk memberikan pertumbuhan bisnis perusahaan. Seorang Miners menciptakan pertumbuhan yang natural dengan nilai yang ekonomis. Dan tipe lain yang nilai bobotnya mendekati dengan tipe Miners adalah tipe explorers dan integrators. Tetapi apabila dilihat dari hasil perhitungan bobot kedua tipe ini tidak memenuhi untuk dipilih disebabkan adanya kepentingan dari pegawai yang masih belum sepenuhnya didukung oleh pimpinan. Adapun pimpinan Sritex juga mendekati pimpinan berkarakter Integrators yang bercirikan sebagai berikut : Merupakan seorang pemimpin entrepreneurial yang fokus dan bertanggung jawab pada organisasi secara keseluruhan atau sebagian besar dari organisasi tersebut. Dalam struktur organisasi perusahaan biasanya berada pada tingkat senior level management. Pimpinan dengan tipe ini memiliki tujuan atau target yang bukan hanya menciptakan strategi yang bersifat entrepreneurial, akan tetapi juga memiliki strategi dalam membangun sumber daya manusia, struktur, proses dan budaya yang menunjang strategi tersebut. Pimpinan dengan tipe ini selalu mendorong perilaku entrepreneurial dengan cara menumbuhkan budaya yang inovatif, mendorong komunikasi yang terbuka antar direktorat dan juga secara aktif melakukan kegiatan intelejen pasar. 34

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Dalam bukunya yang berjudul Corporate Culture: Challenge to Excellence, Moeljono mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan oleh para

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: 29105344 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. BPK Perwakilan Provinsi Lampung selama bulan Desember Tahun 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. BPK Perwakilan Provinsi Lampung selama bulan Desember Tahun 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kausal dengan menghubungkan variabel penelitian gaya kemimpinan dengan kinerja organisasi. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

Halaman Motto & Persembahan

Halaman Motto & Persembahan Halaman Motto & Persembahan Learn From The Past, Enjoy The Present, Plan For The Future... Skripsi ini Kupersembahkan Kepada: Semua Orang yang Kukasihi... PERSETUJUAN SKRIPSI Judul : ANALISIS TIPE KEPEMIMPINAN

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR Oleh: YULIANTO NIM: 29105356 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP DIREKTUR CV. LIE SON SENG DENGAN PENDEKATAN THORNBERRY SKRIPSI

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP DIREKTUR CV. LIE SON SENG DENGAN PENDEKATAN THORNBERRY SKRIPSI ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIP DIREKTUR CV. LIE SON SENG DENGAN PENDEKATAN THORNBERRY SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai derajat Sarjana S-1 Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas perusahaan yaitu budaya perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki budaya khas yang dominan di dalamnya,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh : ASHIE WARA ANINDYA 29105025 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIPDIREKTURPT. SINAR MULIA PRIMA BERDASARKAN PENDEKATAN THORNBERRY

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIPDIREKTURPT. SINAR MULIA PRIMA BERDASARKAN PENDEKATAN THORNBERRY ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERSHIPDIREKTURPT. SINAR MULIA PRIMA BERDASARKAN PENDEKATAN THORNBERRY SKRIPSI Diajukansebagaisalahsatusyarat UntukmemenuhipersyaratanmencapaigelarSarjana (S1) PadaFakultasEkonomidan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i i iii iv v i iv vii ix BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERS DI PT. SRI REJEKI ISMAN PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh : YOGI BAHTIAR NIM :

ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERS DI PT. SRI REJEKI ISMAN PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh : YOGI BAHTIAR NIM : ANALISIS ENTREPRENEURIAL LEADERS DI PT. SRI REJEKI ISMAN PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh : YOGI BAHTIAR NIM : 29105128 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, yang beralamat di jalan Gelatik No. 01,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, yang beralamat di jalan Gelatik No. 01, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, yang

Lebih terperinci

NOVAN ABSTRAK

NOVAN ABSTRAK ANALISA PENGARUH SIKAP WIRAUSAHA PIMPINAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PIMPINAN STUDI KASUS BINUS CENTER SYAHDAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PATH ANALYSIS NOVAN 0800763864 ABSTRAK Binus Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang usahanya

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (2): 593-604 ISSN 2477-2458(online), ISSN 2477-2631 (Print) ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sebuah perusahaan potensi Sumber Daya Manusia pada dasarnya merupakan salah satu modal dan memegang peran yang paling penting dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menguji pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Mandiri berupaya untuk menjadi dominant specialist bank pada tahun 2010.

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT KREATIVITAS DAN KEPERCAYAAN KEPADA REKAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI TEMPAT KERAJINAN TEMBAGA PT. BAKIKU NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TINGKAT KREATIVITAS DAN KEPERCAYAAN KEPADA REKAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI TEMPAT KERAJINAN TEMBAGA PT. BAKIKU NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TINGKAT KREATIVITAS DAN KEPERCAYAAN KEPADA REKAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI TEMPAT KERAJINAN TEMBAGA PT. BAKIKU NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhisebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

1. Bani Alkausar. 2. Muhammad Nur Hadi. 3. Lofie Bachtiar. 4. Randi Ilhamsyah. 5. Azwin Ramadhan. 6. Fauzi A. 7. Hamdan Usman

1. Bani Alkausar. 2. Muhammad Nur Hadi. 3. Lofie Bachtiar. 4. Randi Ilhamsyah. 5. Azwin Ramadhan. 6. Fauzi A. 7. Hamdan Usman Proses Inovasi 1. Bani Alkausar 2. Muhammad Nur Hadi 3. Lofie Bachtiar 4. Randi Ilhamsyah 5. Azwin Ramadhan 6. Fauzi A. 7. Hamdan Usman Inovasi adalah memperkenalkan sesuatu yang baru sebuah ide, metode,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei ini

BAB III METODE PENELITIAN. kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Singarimbun (1989: 3) penelitian survei merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini yang ditandai dengan era globalisasi, menuntut perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia untuk dapat bersaing agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi atau perusahaan, baik swasta nasional maupun swasta asing berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka panjang sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya yang ada didalamnya. Khususnya sumber daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Sehubungan dengan penelitian ini, lokasi yang akang dijadikan tempat penelitian yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Gorontalo. Pemilihan tempat penelitian pada

Lebih terperinci

Kata Kunci: Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial

Kata Kunci: Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja, Budaya Organisasi dan Kinerja Manajerial 1 Pengaruh Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada PT. Adiluhung Saranasegara Indonesia) Feisal Ananta Pertiwi Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN xxxviii BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah Usaha Kecil dan Menengah yang berlokasi di kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan 5 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan pendekatan korelasi, meliputi jenis dan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan yang signifikan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan efektivitas kerja Perangkat Desa (Studi pada kantor

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin globalnya perekonomian yang disertai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin globalnya perekonomian yang disertai dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin globalnya perekonomian yang disertai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi ditambah dengan kompleksitas aktivitas manusia yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kantor PLN Limboto Gorontalo, Jln. jendral sudirman kelurahan kayu

BAB III METODE PENELITIAN. Kantor PLN Limboto Gorontalo, Jln. jendral sudirman kelurahan kayu 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kantor PLN Limboto Gorontalo, Jln. jendral sudirman kelurahan kayu bulan, peneliti mengadakan penelitian kurang lebih selama 2 bulan di Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi di abad 21 ini memberikan pengaruh yang besar pada bidang manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Prof. Dr. Sugiono dalam buku Metode Penelitiian kualitatif kuantitatif dan R&D (2009:205) Objek Penelitiian yaitu Sebelum peneliti memilih

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh

Lebih terperinci

Atas kesediaannya mengisi dan meluangkan waktu, Saya ucapkan terima. kasih. Bandung, Maret Peneliti

Atas kesediaannya mengisi dan meluangkan waktu, Saya ucapkan terima. kasih. Bandung, Maret Peneliti LAMPIRAN Lampiran A : Kuesioner Sikap Terhadap Kewirausahaan dan Data Pribadi Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para mahasiswa bidang studi kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan perusahaan dari seluruh dunia. Meningkatnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang akan digunakan dalam penelitian, oleh karena itu rancangan penelitian harus ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Bisnis Perusahaan PT. Semesta Citra Dana merupakan perusahaan yang bergerak di dalam bidang pembiayaan. Kondisi perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Management Control Systems, Organizational Culture, and Innovation Work. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Management Control Systems, Organizational Culture, and Innovation Work. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Implementation of the new control system and effective management will lead to the improvement of organizational innovation and achievement of organizational goals. Therefore we need an innovative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan dalam membuat kebijakan dan melaksanakan usahanya sehingga dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Auditor Internal merupakan badan atau orang yang melakukan tugas Audit

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Auditor Internal merupakan badan atau orang yang melakukan tugas Audit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditor Internal merupakan badan atau orang yang melakukan tugas Audit internal dalam sebuah perusahaan. Menurut Manahan (2003), secara garis besar ada tiga alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT Kewirausahaan merupakan nilai, kemampuan, dan perilaku

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Tabel 3.1 Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Unit Analisis dan Time Horizon Tujuan Jenis dan Metode Unit Analisis Time Horison Penelitian T 1 Deskriptif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini peneliti bagi menjadi delapan karakter,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini peneliti bagi menjadi delapan karakter, 11 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini peneliti bagi menjadi delapan karakter, yakni : berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini membahas tentang kepuasan konsumen terhadap atribut jasa outbound pada PT Mandiri Kreasi Bersaudara (UPGRADE.inc). Jasa outbound belakangan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Total Quality Management yang dimoderasi oleh sistem penghargaan sebagai variabel

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. KARAKTERISTIK PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK CIRI-CIRI UMUM NILAI-NILAI HAKIKI CARA BERPIKIR KREATIF DALAM SIKAP DAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini sumber daya manusia merupakan aset penting dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan. Kelangsungan hidup suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan

BAB III BAHAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan BAB III BAHAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun Bandar Betsy PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis bagaimana Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis bagaimana Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis bagaimana Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha pada Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data guna melihat taraf (tinggi rendahnya) antara dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data guna melihat taraf (tinggi rendahnya) antara dua variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang mengumpulkan data guna melihat taraf (tinggi rendahnya) antara dua variabel atau lebih

Lebih terperinci