BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar"

Transkripsi

1 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu ditetapkan pembatasan solusi bisnis sebagai berikut yaitu : 1. Penyebaran kuesioner dilakukan di Kantor Pusat PT Brantas Abipraya, Jakarta. 2. Penyebaran kuesioner hanya dilakukan pada karyawan dan jajaran manajerial PT Brantas Abipraya. 3. Data yang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner (ELQ dan EOS), beberapa data tambahan dari hasil wawancara, studi literatur, dan sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian di PT Brantas Abipraya. 4. Penelitian ini hanya terbatas sampai tahapan analisis dan usulan/saran perbaikan, tetapi tidak dilanjutkan ke tahap implementasi. 5. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, difokuskan pada perilaku entrepreneurial karyawan dan level manajemen PT Brantas Abipraya untuk mengetahui implikasinya terhadap kinerja perusahaan Metodologi Solusi Bisnis Untuk mengadakan analisis terhadap budaya entrepreneurial PT Brantas Abipraya, maka diperlukan instrumen yang dianggap relevan untuk melakukan 27

2 identifikasi budaya perusahaan pada saat ini. Penilaian terhadap budaya perusahaan dilakukan dengan menggunakan dua survei yaitu EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire). EOS bertujuan untuk mengukur orientasi entrepreneurial secara keseluruhan di suatu perusahaan. Sedangkan ELQ bertujuan untuk menilai perilaku entrepreneurial para manajer dan top management perusahaan yang akan membentuk budaya perusahaan. Metode pengukuran ini mengacu pada buku Lead Like an Entrepreneur, Neal Thornberry (2006). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1 Skema Tahapan Solusi Bisnis 28

3 3.1.3 Tinjauan Pustaka Didalam dunia bisnis yang semakin kompetitif saat ini serta perubahan lingkungan yang begitu cepat maka corporate entrepreneurship merupakan hal yang mutlak dilakukan semua perusahaan yang ingin bertahan untuk jangka waktu panjang (Cohen, 2002) Intrapreneurship memiliki persamaan dengan Entrepreneurship terutama dalam hal action-oriented, visi ke depan, bagaimana dapat mewujudkan peluangpeluang baru serta selalu datang dengan inovasi-inovasi baru (Cohen, 2002) Perbedaannya terletak pada keterbatasan yang dimiliki intrapreneur karena berada di tengah-tengah suatu organisasi. Keterbatasan disini dapat berupa keterbatasan sumber daya, pendanaan dan lain sebagainya. Peraturan di sebagian besar perusahaan menuntut agar seorang intrapreneur harus mengajukan permohonan sebelum bertindak untuk mewujudkan ide-ide. Dalam prakteknya, seorang intrapreneur akan bertindak terlebih dahulu baru kemudian mengajukan perizinannya kepada atasan. Seorang intrapreneur juga merupakan tipe revolusioner dalam perusahaannya, sering menantang status quo yang ada dalam perusahaan dan bertindak melawan sistem yang sudah ada dalam perusahaan. Bila hal ini disikapi dengan bijak maka tidak akan menghambat perusahaan namun akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Konsep intrapreneurship mulai muncul beberapa dekade terakhir setelah pada tahun banyak perusahaan mengalami kegagalan di divisi internal venture. Divisi tersebut hanya menampung ide-ide baru seseorang tanpa ada tindakan lebih lanjutnya. 29

4 Faktor yang terpenting untuk menciptakan suasana intrapreneurial dalam organisasi adalah dengan meyakinkan para pegawai/pekerjanya bahwa mereka berada didalam lingkungan kerja yang penuh inovasi. Struktur organisai yang rapuh dan konservatif akan menghalangi jiwa intrapreneur para pegawai. Perusahaan konservatif mampu beroperasi dengan tingkat efisiensi dan keuntungan yang tinggi namun tidak menyediakan suasana kerja yang kondusif bagi terciptanya kegiatan intrapreneurial (dan tipe organisasi tsb tidak menunjang terjadinya kreativitas dan jiwa kepimimpinan bagi pegawainya) (Gary Hamel, 2000) Budaya inovasi dalam suatu perusahaan dibangun dengan dibentuknya tim intrepreneurial serta berbagai macam tugas yang nantinya akan mendukung kegiatan tersebut, mengangkat pegawai baru yang mempunyai ide-ide baru, mengaplikasikan rencana strategis yang fokus pada inovasi, serta mendirikan pusat penelitian internal dan pengembangan program untuk melihat dan mengukur hasil. Terdapat 3 tipe dari corporate entrepreneurship (Stopford & Baden-Fuller, 1994), yaitu : 1. Menciptakan/mengkreasikan bisnis baru didalam organisasi/perusahaan yang sudah ada, pelakunya biasanya disebut corporate venturing atau intrapreneurship (Elfring, Meeusen-Henninger & Volberda, 1995 ; Stopford & Baden-Fuller, 1994) 2. Upaya transformasi atau pembaharuan terhadap organisasi yang sudah ada, hal ini bisa disebut sebagai upaya inovasi, misalnya 30

5 mengimplementasikan metode baru guna memecahkan masalah yang ada. 3. Tipe terakhir adalah pengubahan kerangka kerja/ frame breaking atau perubahan yang tidak terstruktur/ disconntinous change. Hal ini disebut juga mengganti peraturan yang sudah ada dalam kompetisi (Stopford & Baden-Fuller, 1994), Tipe seperti ini hanya melakukan inovasi dari sisi persepsi saja. Corporate entrepreneurship didefinisikan oleh Jenning dan Lumpkin (1989, p. 489) sebagai usaha pengembangan terhadap produk baru. Apabila suatu perusahaan banyak menciptakan produk baru, maka pasar akan menyadari dengan sendirinya bahwa perusahaannya bersifat entrepreneurial. Hal ini sebaiknya tidak hanya diterapkan secara konsep keseluruhan saja, namun juga harus dijalankan dari sisi operasional perusahaan. Di sisi lain, Nielsen, Petter dan Hisrich (1985) mengemukakan bahwa intrapreneurship merupakan usaha perusahaan/organisasi untuk menyempurnakan proses kerja yang ada dalam organisasi/perusahaan tersebut untuk meningkatkan profit perusahaan. Thornberry (2006) membagi dimensi-dimensi kunci intrapreneurial dalam perusahaan menjadi 10 dimensi, yaitu : 1) Umum; menggambarkan bagaimana budaya perusahaan secara umum berkaitan dengan sifat-sifat entrepreneurial yang dimilikinya. 2) Rencana Strategi; menggambarkan budaya perusahaan yang berkaitan dengan upaya perencanaan strategi perusahaan apakah sudah memiliki ciri-ciri sebagai perusahaan yang berjiwa entrepreneurial atau belum. 3) Antar Fungsi/Antar Departemen; menggambarkan hubungan antar fungsi dalam perusahaan. 31

6 4) Dukungan terhadap Ide-Ide Baru; menggambarkan perilaku perusahaan dalam mendukung ide-ide baru yang merupakan salah satu dimensi kunci penting dalam pencerminan budaya entrepreneurial. 5) Intelijen Pasar; menggambarkan perilaku perusahaan dalam melakukan riset pasar guna memperoleh informasi. 6) Pengambilan Risiko; menggambarkan perilaku perusahaan dalam hal pengambilan risiko yang merupakan salah satu dimensi kunci penting dalam pencerminan budaya entrepreneurial. 7) Kecepatan; menggambarkan kecepatan perusahaan dalam memenangkan dan merespon segala sesuatu yang dapat berguna bagi kepentingan perusahaan. 8) Fleksibilitas; menggambarkan perilaku perusahaan yang berhubungan dengan ke-fleksibel-an perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan. 9) Fokus; menggambarkan perilaku perusahaan yang berhubungan dengan fokus dalam melaksanakan kegiatan dan rencana perusahaan. 10) Masa Depan dari suatu perusahaan; menggambarkan perilaku perusahaan dalam memandang masa depan perusahaan berkaitan dengan perilaku entrepreneurial dalam pencapaiannya. Thornberry (2006) menggolongkan tipe kepemimpinan suatu perusahaan menjadi dua kelompok yaitu tipe katalis dan tipe aktivis. Tipe pemimpin katalis dapat menciptakan kondisi di dalam perusahaan yang mendukung inovasi dan juga kesempatan entrepreneurial. Pemimpin dengan tipe katalis biasanya menjadi cultural value setters sehingga dapat terjadi perubahan budaya secara menyeluruh. Tipe pemimpin dengan katalis terbagai dua yaitu tipe accelerator dan tipe integrator. Sedangkan tipe aktivis memiliki orientasi untuk membuat 32

7 nilai tambah bagi perusahaan. Tipe pemimpin dengan sifat aktivis terbagai dua yaitu tipe explorer dan tipe miners. Klasifikasi Thornberry dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.2 Karakteristik Kepimimpinan menurut Thornberry (2006) Sumber : Lead Like Entrepreneur, Thornberry (2006) Tipe integrator biasanya dalam struktur organisasi perusahaan berada ditingkat senior level management. Integrator dapat menciptakan strategi yang bersifat entrepreneurial serta membangun sumber daya manusia, struktur, proses dan budaya yang menunjang strategi tersebut. Tipe integrator ini diperlukan oleh perusahaan untuk mendorong perilaku entrepreneurial, dengan cara menumbuhkan budaya yang inovatif, mendorong komunikasi yang terbuka antar departemen dan juga secara aktif melakukan intelejen pasar. Tipe accelerator dalam suatu organisasi biasanya memimpin suatu unit, divisi atau anak perusahaan. Tipe ini dapat memotivasi karyawannya untuk lebih 33

8 inovatif dan berlaku entrepreneurial. Biasanya tipe ini akan mendukung karyawannya dalam mengambil risiko dan merealisasikan ide-ide mereka apabila ide tersebut dirasa akan memberi nilai tambah pada perusahaan. Mereka juga tidak akan menghukum karyawannya apabila mereka membuat kesalahan karena percaya bahwa kesalahan merupakan proses pembelajaran. Tipe explorer yang terlibat langsung dengan value-creating activity yang bertujuan untuk mengembangkan pasar baru, produk dan servis baru atau keduanya. Tipe explorer ini pada umumnya sangat jeli dalam melihat peluang pasar dan berani mengambil risiko bahkan jalan pintas apabila dirasa perlu dalam menangkap peluang pasar dan mengeluarkan ide-ide yang inovatif untuk mengubah peluang tersebut menjadi kesuksesan bagi perusahaan. Tipe miners memiliki titik fokus dalam efisiensi di perusahaan. Tipe ini dibutuhkan karena mereka dapat melihat bagaimana aset dalam perusahaan dapat dimaksimasi penggunaannya Pengumpulan dan Pengolahan Data Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik atau instrumen kuesioner yaitu seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden (karyawan PT Brantas Abipraya) berkaitan dengan tujuan penelitian. 34

9 Untuk mendapatkan data tambahan dilakukan pula wawancara antara peneliti dan responden serta observasi sehingga diperoleh informasi untuk tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mencari data yang belum terjawab dalam kuesioner atau atau untuk menunjang data yang masih meragukan Teknik Pengukuran Variabel Pertanyaan yang bersifat kualitatif dikuantitatifkan dan diukur dengan menggunakan skala Likert. Menurut Kinner dalam Husein Umar (1999) penentuan skor pada masing-masing item pertanyaan terhadap masalah yang diteliti diukur dengan skala Likert, yaitu skala yang berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap sesuatu. Penggunaan skala Likert memberikan kebebasan bagi responden dan data yang didapat cukup obyektif. Kerugiannya bagi peneliti adalah tidak bisa mendapatkan informasi lain dari responden selain dari yang tertulis dalam kuesioner. Selain itu ada kemungkinan perbedaan pengertian dari tiap-tiap responden terhadap isi kuesioner. Setiap pertanyaan dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan skala Likert lima poin, mulai dari 1 = sangat jarang, 2 = jarang, 3 = ragu-ragu, 4 = sering, dan 5 = sangat sering. Data yang terkumpul kemudian diolah dan diintrepetasikan secara diagramatis melalui radar chart. Sedangkan angka angka dalam kuesioner ELQ diolah untuk pengelompokan tipe kepemimpinan PT Brantas Abipraya, apakah itu bersifat integrator, explorer, miner, atau accelerator. 35

10 Menurut pencipta EOS dan ELQ, yaitu Neal Thornberry, kedua alat ukur tersebut merupakan suatu alat ukur yang telah diuji realibilitas dan validitasnya, serta sering digunakan untuk mengukur dimensi-dimensi Corporate Entrepreneurship di berbagai perusahaan besar seperti Mott s, Siemens dan Sodexho. 3.2 Analisis Solusi Bisnis Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, itemitem yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Dalam kaitannya dengan besarnya angka korelasi ini, koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan. Namun apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,30 maka dianggap tidak memuaskan. Jadi dapat disimpulkan bahwa item dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai koefisien 0,30. Validasi dalam penelitian dijelaskan sebagai derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebernya yang diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka ia harus menggunakan timbangan. Timbangan merupakan alat ukur yang valid untuk mengukur berat. Sekiranya alat ukur digunakan adalah kuesioner, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya (Umar, 1999) 36

11 3.2.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliable atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6 (Sekaran, 1992:287 dan Maholtra, 1996:304). Uji reabilitas dapat berguna untuk 1) mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner dapat berhubungan, 2) mendapat nilai Cronbach s Alpha merupakan indeks internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan, 3) mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau harus dihilangkan. Koefisien Cronbach s Alpha merupakan model internal consistency score berdasarkan korelasi purata antara butir-butir yang ekivalen. Cronbach s Alpha dapat diinterpertasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan yang sama. Beberapa karakteristik Cronbach s Alpha: Nilai Cronbach s Alpha akan bertambah besar dengan bertambahnya butirbutir pertanyaan. Nilai Cronbach s Alpha akan berkisar antara 0-1. SPSS juga menghitung Cronbach s Alpha if Item Deleted untuk setiap butir pertanyaan. Bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted yang memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach s Alpha 37

12 keseluruhan, maka butir atau item tersebut sebaiknya dihilangkan atau direvisi. Cronbach s Alpha negatif menunjukkan pengkodean data yang tidak konsisten atau akibat pencampuran butir dengan dimensi yang berbeda. Semakin tinggi realibilitas menunjukkan kesalahan pengukuran yang semakin kecil dan begitu sebaliknya, makin besar kesalahan pengukuran, semakin menunjukkan ketidakandalan alat ukur tersebut. Tinggi rendahnya realibilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien relibilitas. Secara teoritis besarnya koefisien reliabilitas ini berkisar antara 0,0-1,0. Koefisien Cronbach s Alpha merupakan koefisien realibilitas yang paling umum digunakan karena koefisien ini menggambarkan variasi secara lengkap dari item-item sehingga dapat mengevaluasi konsistensi internal, ditunjukkan dengan rumus: α = k. r 1 ( k 1) r Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain r = rata-rata korelasi anatar variabel manifes Adapun hasil yang diperoleh dari pengujian validitas dan keandalan dapat diklasifikasikan seperti berikut ini. 38

13 Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan Nilai Koefisien Tingkat korelasi < 0,2 Tidak ada 0,2 0,4 Rendah 0,4 - < 0,7 Sedang 0,7 - < 0,9 Tinggi 0,9 - < 1 Tinggi Sekali 1 Sempurna Setelah melalui proses uji validasi dan reliabilitas maka pertanyaan-pertanyaan tersisa dianalisis melalui besarnya nilai rata-rata masing-masing item pertanyaan. Hasil tersebut dapat dilihat berikut ini : Tabel 3.2 Nilai Cronbach Alpha dan koefisien korelasi (r) hasil perhitungan No Nama Items Cronbach s Alpha (skala 0-1) 1 General 0,774 2 rencana strategi 0,806 3 cross functional 0,746 4 new idea 0,742 5 market intelligent 0,801 6 risk taking 0,835 7 Fleksibilitas 0,800 8 Speed 0,798 9 Focus 0, Future 0, my company 0, orientasi individu 0,828 Sumber : Proyek Akhir Yasalini KD,

14 Nilai Cronbach Alpha pada variabel-variabel EOS di atas memiliki rentang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa variabel EOS cukup reliable dan dapat digunakan untuk penelitian Analisis dan Interpretasi Hasil EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) bertujuan untuk mengerti dan mempelajari dimensi-dimensi kunci dari Corporate Entrepreneurship di suatu perusahaan. Dimensi-dimensi kunci yang digunakan dalam EOS adalah budaya perusahaan secara umum, rencana strategi, cross-functionality, dukungan terhadap ide-ide baru, intelijen pasar, keberanian untuk mengambil risiko, kecepatan, fleksibilitas, fokus, orientasi pada masa depan dan orientasi individu. Dengan menggunakan skala Likert lima poin (1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju), maka konversi ke dalam rentang persepsinya adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Rentang Persepsi EOS Persepsi Rentang Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

15 Hasil EOS yang dilakukan di PT Brantas Abipraya ditunjukkan pada tabel dan gambar di bawah ini. Tabel 3.4 Hasil Perhitungan EOS Kategori Nilai Umum 2.56 Rencana Strategi 3.14 Cross Functionality 3.04 Dukungan 3.67 Intelijen Pasar 3.47 Risiko 2.57 Kecepatan 3.16 Fleksibilitas 2.52 Fokus 3.62 Masa Depan 2.70 Orientasi Individu 2.25 Kondisi Perusahaan 2.96 Tentang Saya 3.22 Kondisi Perusahaan Orientasi Individu Tentang Saya Umum Rencana Strategi Cross Functionality Dukungan Masa Depan Intelijen Pasar Fokus Fleksibilitas Kecepatan Resiko Gambar 3.3 Karakteristik Budaya PT Brantas Abipraya 41

16 Pada umumnya, hasil EOS PT Brantas Abipraya menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di PT Brantas Abipraya masih kurang memadai, ditunjukkan dengan angka 2,25 (tidak setuju) hingga 3,67 (setuju) dalam skala 5. Hal ini menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship masih perlu ditingkatkan di PT Brantas Abipraya, terutama pada dimensi-dimensi yang bernilai rendah. Dimensi dengan nilai terendah di PT Brantas Abipraya adalah Orientasi Individu, dengan nilai 2,25 (tidak setuju). Dimensi ini menggambarkan bagaimana pandangan individu terhadap entrepreneurship. Sedangkan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi Dukungan, dengan nilai 3,67 (setuju). Dimensi ini menunjukkan dukungan dari manajemen terhadap tumbuhnya ideide baru yang bersifat entrepreneurial. Secara lebih mendetail dimensi-dimensi kunci dari Corporate Entrepreneurship di PT Brantas Abipraya tersebut akan dibahas lebih lanjut berikut ini Analisis dan Interpretasi Hasil EOS mengenai Kondisi Perusahaan secara Umum Pada dimensi umum menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan secara umum kondisi perusahaan yang berkaitan dengan intrapreneurship adalah 2,56 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi PT Brantas Abipraya terutama yang berkaitan dengan corporate entrepreneurship masih sangat kurang. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 42

17 Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Dimensi Umum No Item Mean 1 Menekankan pengendalian anggaran secara ketat (-) Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting (+) Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru (+) Menyediakan dana untuk ide-ide yang benar-benar bagus (+) 2.92 Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran (-) 2.28 Kondisi perusahaan secara umum terutama yang berhubungan dengan entrepreneurial digambarkan masih sangat kurang. Dari hasil wawancara dan survei dapat dianalisis bahwa rendahnya nilai pada dimensi ini dikarenakan PT Brantas Abipraya menekankan pengendalian anggaran secara ketat. Hal ini disebabkan karena masih bergantungnya PT Brantas Abipraya pada proyekproyek dari pemerintah sedangkan anggaran yang disediakan mulai dibatasi. Pihak manajemen mengatur rencana anggaran pengeluaran yang disebut dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) setiap tahunnya. Anggaran ini lebih diutamakan untuk rencana-rencana yang sudah jelas dan memberi peluang yang bagus bagi perusahaan. Dimensi umum ini bernilai rendah juga dikarenakan untuk mendapatkan dana investasi diluar anggaran membutuhkan banyak tahapan persetujuan. Setelah melakukan wawancara terhadap pihak perusahaan, mereka menyatakan bahwa setiap ada perubahan investasi diluar anggaran harus melewati prosedurprosedur tertentu seperti harus terlebih dahulu dipresentasikan didepan direksi kemudian disetujui. 43

18 Perusahaan memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting Dari gambaran dan setelah melihat secara langsung kondisi di perusahaan, PT Brantas Abipraya memberikan reward bagi para karyawannya yang dapat melakukan efisiensi produksi berupa bonus atapun kenaikan gaji Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Rencana Strategi Pada dimensi rencana strategi menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan proses penyusunan rencana strategi perusahaan terutama berkaitan dengan sifat entrepreneurial perusahaan adalah 3,14 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi rencana strategi PT Brantas Abipraya masih perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponenkomponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Dimensi Rencana Strategi No Item Mean Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal (-) 1.89 Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti tren pasar (+) 3.16 Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan (-) Tidak mempunyai rencana yang jelas (-) Sangat bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi (-) 4.34 Proses penyusunan rencana strategi ini masih dinilai kurang dan perlu ditingkatkan lagi. Hal ini disebabkan untuk penyusunan rencana strategi 44

19 perusahaan menggunakan proses perencanaan strategi yang formal dan mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan. Karena statusnya sebagai BUMN, maka PT Brantas Abipraya masih banyak terpengaruh oleh budaya birokrasi yang cukup kental dan konservatif. Agar dapat lebih bersifat entrepereneurial sebaiknya mulai dipikirkan langkah-langkah penyusunan rencana strategi yang lebih berfokus pada peluang pasar bukan hanya bergantung pada pedoman penyusunan apalagi bila melihat perkembangan bisnis yang dinamis pada bidang jasa konstruksi ini. Dari tabel sebelumnya juga terlihat PT Brantas Abipraya telah melaksanakan langkah yang baik dalam menyusun rencana strategi karena mempunyai rencana yang jelas dan tidak bergantung pada konsultan diluar perusahaan untuk membuat strategi. Hal ini terlihat dari rencana strategi yang telah disusun perusahaan untuk tahun 2007 adalah meraih omset di atas Rp. 1 Trilyun dan penjualan di atas Rp.500 Milyar dengan Core Bisnis di bidang pengairan Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Cross Functionality Pada dimensi cross functionality menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan hubungan antar departemen atau antar fungsi dalam perusahaan adalah 3,04 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi cross functionality PT Brantas Abipraya masih perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 45

20 Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Dimensi Cross Functionality No Item Mean Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen /fungsi (+) 2.67 Mempunyai departemen-departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain (+) 3.16 Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah (+) 3.98 Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi (+) 2.56 Merotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM (+) 2.80 Dimensi cross functionality merupakan salah satu dimensi yang penting dalam mengembangkan budaya entreperneurial dalam perusahaan karena untuk mengembangkan suatu ide menjadi peluang yang bagus akan membutuhkan dukungan antar departemen/antar fungsi. Bagi PT Brantas Abipraya sendiri agar dapat lebih meningkatkan cross funtionality mulai dilakukan langkah-langkah untuk menghilangkan hambatan untuk kerjasama antar departemen/fungsi dan secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi. Adanya hambatan untuk bekerja sama antar departemen akan mempengaruhi perusahaan dalam hal kecepatan pada pengembangan ide baru untuk jangka waktu panjang. Sedangkan kurangnya penghargaan formal yang diberikan untuk kerjasama antar departemen akan menurunkan motivasi karyawan untuk bekerjasama, berbagi informasi, dan pengetahuan antar divisi. Hal yang telah dilaksanakan cukup baik oleh PT Brantas Abipraya adalah mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah antara lain melalui coaching dan feedback serta internal meeting yang 46

21 dilakukan. Sedangkan untuk hal rotasi karyawan pada fungsi-fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM masih perlu ditingkatkan agar dapat lebih menggali ide-ide baru dari karyawan yang berbeda departemen/fungsi dalam menagkap peluang pasar. Hal lain yang masih dirasa perlu ditingkatkan adalah mendorong departemen-departemen agar saling berbagi ide dan informasi satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan cara menciptakan susana informal untuk sharing information Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Dukungan Terhadap Ide Baru Pada dimensi dukungan terhadap ide baru menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan usaha perusahaan memberi dukungan terhadap sifat-sifat entrepreuneurial adalah 3,67 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi dukungan terhadap ide baru PT Brantas Abipraya sudah cukup baik agar selanjutnya dapat dipertahankan bahan kalau perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 47

22 Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Dimensi Dukungan terhadap Ide Baru No Item Mean Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan caracara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu (+) 4.08 Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru (+) 2.82 Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide-ide karyawan (+) 3.85 Organisasi segan mempertanyakan/mengubah cara-cara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam menghadapi sesuatu (-) 3.97 Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru (+) 3.64 Dukungan terhadap ide baru memiliki nilai tertinggi bila dibandingkan dimensidimensi lainnya. Hal ini menggambarkan dukungan PT Brantas Abipraya terhadap pengembangan ide baru sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi. Belum ada divisi/fungsi khusus dalam organisasi yang tanggung jawabnya adalah pengembangan bisnis baru dan inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan cenderung yang berhubungan langsung dengan efisiensi produksi, misalnya bagian operasional di wilayah-wilayah diberi keleluasaan untuk memberikan ide-ide baru yang dapat meminimalkan biaya produksi. Satu hal yang masih perlu ditingkatkan adalah adanya satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru. Dalam hal inovasi dan pengembangan produk sepertinya PT Brantas Abipraya belum memfokuskan diri untuk membentuk satu fungsi khusus dalam organisasi. Sayang sekali karena dukungan yang diberikan pada karyawan untuk memikirkan cara-cara baru dan berbeda sudah cukup tinggi sehingga tidak ada wadah bagi karyawannya yang bersifat lebih 48

23 entrepreneurial. Apabila memang dirasakan belum perlu membuat satu fungsi khusus akan lebih baik apabila perusahaan mulai memikirkan untuk memberi reward bagi karyawannya yang melakukan inovasi karena selama ini hal tersebut belum pernah dilakukan. Pemberian reward hanya dilakukan bagi karyawan yang melakukan efisiensi produksi dan dapat melebihi target laba perusahaan. PT Brantas Abiparya juga cukup fleksibel untuk merubah cara-cara lama dalam menghadapi sesuatu apabila memang dirasa perlu untuk menangkap peluang baru yang dapat menjadi keuntungan bagi perusahaan Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Intelijen Pasar Pada dimensi intelijen pasar menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membaca pasar adalah 3,47 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi intelijen pasar PT Brantas Abipraya sudah cukup baik agar selanjutnya dapat dipertahankan bahan kalau perlu ditingkatkan. Hal yang sudah baik dilakukan oleh PT Brantas Abipraya adalah dengan menerapkan konsumen adalah raja bagi perusahaan serta melakukan survei kepuasan pelanggan dan menyebarkan hasilnya secara internal. Dari hasil wawancara yang dilakukan memang PT Brantas Abipraya selalu melakukan SKP (Survei Kepuasan Pelanggan) tiap 6 bulan sekali dimana hasil survei tersebut akan dibahas di Rapat Tinjauan Manajemen yang dihadiri Pejabat Eselon I dan Direksi untuk melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Intelijen pasar sepertinya juga terlihat sudah berjalan cukup baik, dari hasil wawancara yang dilakukan wakil-wakil perusahaan yang berada di daerah 49

24 cukup cepat mengkap peluang proyek yang ada. Dalam dimensi ini komponenkomponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Dimensi Intelijen Pasar No Item Mean 1 Konsumen adalah raja bagi perusahaan kami (+) Kecuali anda berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang (-) 2.48 Perusahaan secara rutin melakukan survei kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan (+) 4.18 Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung (-) 3.70 Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara kami bersama-sama menghadapinya (+) 2.69 Intelijen pasar di PT Brantas Abipraya sudah berjalan cukup baik namun ada hal-hal yang masih perlu ditingkatkan antara lain seperti dorongan terhadap karyawan di luar divisi pemasaran dan penjualan untuk bertemu dengan konsumen serta sebagian besar karyawan belum mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara bersama-sama menghadapinya. Pemahaman akan kebutuhan konsumen seharusnya tidak hanya dikuasai oleh karyawan yang bekerja di bidang pemasaran dan penjualan saja. Pengetahuan para karyawan tentang para pesaingnya juga sangat diperlukan apalagi dengan mulai masuknya kontraktor-kontraktor asing yang dapat memberikan harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama, maka seharusnya perusahaan sudah mulai untuk mendorong karyawannya sama-sama mengetahui siapa pesaingnya dan bagaimana menghadapinya. Analisis ini dapat dilakukan dengan melakukan benchmarking tiap berapa bulan sekali. 50

25 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Pengambilan Risiko Pada dimensi pengambilan risiko menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan kemauan perusahaan dalam mengambil risiko untuk menangkap peluang pasar adalah 2,57 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi dukungan pengambilan risiko PT Brantas Abipraya masih kurang baik agar dan perlu ditingkatkan. Dalam menghadapi persaingan dunia bisnis jasa konstruksi yang semakin ketat, serta sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan proyek-proyek dari pemerintah maka sangat penting bagi perusahaan untuk berani mengambil risiko agar tidak kehilangan peluang yang ada di pasar atau bahkan menciptakan peluang pasar baru seperti mengejar proyek-proyek konstruksi di luar negeri. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Dimensi Pengambilan Risiko No Item Mean 1 Perusahaan kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). (-) Kami berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan (-) Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam (+) 1.77 Orang-orang yang didalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal (+) 2.31 Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan risiko dalam perusahaan, namun kenyataannya orang-orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan tersebut (bisa karena di hukum, di pecat, dll). (-) 3.46 Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. (-)

26 Pengambilan risiko di PT Brantas Abipraya masih termasuk rendah karena perusahaan lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol, orang-orang di dalam organisasi belum cukup memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal, serta kurang berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam. Adanya kenyataan bahwa karyawan yang berani mencoba ide baru dan gagal tidak akan bertahan lama di perusahaan (karena dihukum, dipecat, dll) menyebabkan karyawan merasa takut untuk mencoba hal baru dan gagal. Perusahaan harus menyadari bahwa kegagalan merupakan proses pembelajaran. Hukuman yang diberikan pada karyawan yang mengalami kegagalan dalam mencoba hal baru hanya akan mematikan nilai-nilai entrepreneurship dalam perusahaan. Perusahaan memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol dan cenderung takut untuk berinvestasi pada bisnis baru dengan hanya mengandalkan intuisi tanpa menggunakan analisis yang mendalam. Saat ini perusahaan lebih memilih mengandalkan proyek pemerintah dibanding mengejar peluang proyek swasta. Hal ini disebabkan perusahaan pernah mengalami kegagalan menangani proyek swasta yang mengakibatkan kerugian cukup besar bagi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan tidak anti perubahan hanya saja perlu dipikirkan langkah-langkah dalam menciptakan suasana yang lebih bersifat entrepreneurial. Walaupun gagal sekalipun setidaknya semangat untuk 52

27 mengejar peluang-peluang bisnis baru harus selalu ditingkatkan. Misalnya dengan mengadakan training pengembangan ide baru bagi para karyawan. Keberanian menambil risiko sangat penting untuk menangkap peluang yang ada di pasar. Walaupun banyak proyek konstruksi yang berasal dari pemerintah namun untuk menjawab tantangan bisnis sekarang ini yang dinamis dan masuknya pemain-pemain asing maka sangat diperlukan keberanian untuk mengambil risiko apalagi dengan peluang pasar yang masih sangat besar mengingat kondisi Indonesia yang masih sangat memerlukan pembangunan infrastruktur yang memadai Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kecepatan Pada dimensi kecepatan menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan kecepatan dalam merespon segala sesuatu yang berguna bagi perusahaan adalah 3,16 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi kecepatan PT Brantas Abipraya sudah cukup baik tetapi masih perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Dimensi Kecepatan No Item Mean Keluhan-keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien (+) 3.89 Masalah-masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat (-) 2.90 Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan (+) 3.07 Konsumen menggambarkan kita sebagai perusahaan yang bergerak cepat (+)

28 Kecepatan PT Brantas Abipraya masih digambarkan kurang bagi konsumennya. Untuk itu perusahaan telah mencoba memperbaiki hal ini dengan mengadakan Survei Kepuasan Pelanggan secara rutin agar dapat merespon pasar dengan cepat. Selain itu juga sering dilakukan personal approach pada konsumen untuk lebih dapat memahami keinginan dari konsumennya. Karena PT Brantas Abipraya termasuk perusahaan yang konservatif, maka para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan tetapi hal ini dilakukan dalam rangka agar dapat merespon setiap peluang yang ada maupun keluhan yang datang agar dapat segera ditangani Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fleksibilitas Pada dimensi fleksibilitas menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan fleksibilitas perusahaan dalam bertindak dan mengambil keputusan adalah 2,52 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi fleksibilitas PT Brantas Abipraya masih sangat perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 54

29 Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Dimensi Fleksibilitas No Item Mean Kami sangat bergantung pada team ad hoc /jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah. (+) 2.39 Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. (-) 3.02 Kami sering memindahkan orang-orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas (+) 2.57 Kami diharapkan untuk mengikuti tahap-tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (-) 2.13 Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan (+) 2.48 Fleksibilitas PT Brantas Abipraya masih dirasa kurang baik oleh para responden karena ketika melihat peluang bisnis perusahaan lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut, perusahaan masih kurang membentuk team ad hoc/jangka pendek dalam menyelesaikan masalah-masalah, serta masih mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di perusahaan. Lambatnya pengalokasian dana untuk menangkap peluang baru disebabkan pengendalian anggaran yang cukup ketat dalam perusahaan seperti yang terlihat dari survei sebelumnya pada dimensi umum. Selain itu setiap perubahan anggaran harus mendapat persetujuan direksi dan melalui prosedur-prosedur tertentu. Hal ini dapat diperbaiki dengan memberi kelongggaran untuk memotong jalur-jalur birokrasi dalam perubahan anggaran apabila memang diperlukan untuk menangkap peluang yang benar-benar bagus dan diyakini dapat berguna untuk kemajuan perusahaan. Pembentukan team ad/hoc sangat diperlukan terutama dalam hal penyelesaian sebuah masalah yang mengharuskan penyelesaian secara cepat Penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan dapat menghambat proses pemecahan masalah dan 55

30 pengambilan keputusan. Untuk mengatasinya kadang-kadang diperlukan untuk membuat suasana informal dalam perusahaan memperkecil kesenjangan antar karyawan Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Fokus Pada dimensi fokus menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataanpernyataan yang menggambarkan fokus perusahaan dalam bertindak sesuai rencana perusahaan adalah 3,62 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi fokus PT Brantas Abipraya sudah cukup baik sehingga harus dipertahankan dan kalau perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponenkomponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Dimensi Fokus No Item Mean Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakannya dengan baik. (+) 3.80 Kita adalah organisasi yang terkotak-kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. (-) 3.77 Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. (+) 4.18 Jika anda bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi perusahaan, anda mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda. (-) 3.44 Kami bersedia mengeluarkan dana, selama itu untuk halhal yang benar. (+) 2.92 Bahkan orang-orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi perusahaan. (+)

31 Fokus PT Brantas Abipraya mengenai visi, misi dan strategi perusahaan sudah cukup jelas dari level manajemen sampai level terbawah. Diharapkan dengan fokus ini perusahaan dapat terus meningkatkan kinerjanya dan menjadi yang terbaik di bidangnya. PT Brantas Abipraya merupakan perusahaan penyedia jasa konstruksi yang cukup disegani dengan kompetensinya di bidang pengairan. Hal ini disebabkan karena perusahaan berfokus pada bisnis intinya Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Masa Depan Pada dimensi orientasi masa depan menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan perilaku perusahaan dalam memandang masa depan perusahaan berkaitan dengan perilaku entrepreneurial adalah 2,72 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi orientasi masa depan PT Brantas Abipraya masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 57

32 Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Masa Depan No Item Mean 1 Kami sadar bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang terdepan/terbaik di bidangnya. (+) Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. (-) Perusahaan kami senang menciptakan pasar yang benar-benar baru berdasarkan produkproduk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. (+) 2.31 Kami cenderung lebih sebagai pengikut/ follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. (-) 2.75 Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba halhal baru. (-) 2.59 Orientasi masa depan PT Brantas Abipraya masih sangat kurang terutama dalam hal investasi di pengembangan produk dan menciptakan pasar baru. Namun perusahaan menyadari mereka adalah yang terbaik di bidangnya apalagi dengan statusnya sebagai BUMN yang mendapat keistimewaan dari pemerintah. Dengan kondisi bisnis yang dimanis seperti sekarang ini tentunya PT Brantas Abipraya sudah harus mulai memikirkan untuk membuka peluang pasar baru dengan meningkatkan kompetisi agar dapat bersaing di pasar internasional serta tidak hanya menjadi follower tetapi bagaimana dapat menciptakan inovasiinovasi baru. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada para karyawan untuk bereksperimen sehingga memiliki orientasi masa depan yang lebih baik. 58

33 Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Orientasi Individu Pada dimensi orientasi individu menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan bagaimana nilai-nilai entrepreneurship diterapkan oleh para karyawan di dalam perusahaan adalah 2,25 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi orientasi individu PT Brantas Abipraya masih sangat kurang sehingga perlu ditingkatkan. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Dimensi Orientasi Individu No Item Mean Saya sering berangan-angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. (+) 3.59 Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal-hal yang tidak benar). (-) 2.80 Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaik-baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. (-) Saya sering berkhayal/melamun di tempat kerja. (+) Saya suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo. (+) Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. (-) Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti. (-) 1.46 Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. (+) Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur/teratur. (-) 1.74 Dimensi orientasi individu merupakan dimensi yang dinilai terendah bila dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya berdasarkan survei yang 59

34 dilakukan. Sebagian besar karyawan PT Brantas Abipraya kurang memiliki jiwa entrepreneurial namun pada dasarnya mereka memiliki angan-angan yang cukup tinggi untuk menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. Hal ini disebabkan kenyamanan yang telah mereka dapatkan selama ini dengan gaji dan tunjangan tetap setiap bulannya, sehingga mereka kurang memiliki keberanian untuk mengambil risiko membuka usaha sendiri. Pada dasarnya jiwa entrepreneurial bisa diterapkan dalam perusahaan tidak harus dengan membuka usaha sendiri, bahkan nantinya akan membawa kemajuan bagi perusahaan karena dengan semangat entrepreneurship akan terbuka peluang-peluang bisnis bagus yang dapat ditangani. Selama ini yang terjadi perusahaan belum dapat memberikan reward bagi para karyawan yang melakukan inovasi membawa ideide baru dan segar ke dalam perusahaan. Sebaiknya PT Brantas Abipraya mulai memikirkan reward bagi karyawan yang melakukan inovasi misalnya seperti promosi atapun penghargaan seperti entrepreneurial leader of the year. Kemajuan perusahaan ditentukan pula oleh orientasi tiap individu di perusahaan dalam membawa semangat entrepreneurship ke dalam kegiatan perusahaan sehari-hari Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Mengenai Kondisi Perusahaan Dimensi mengenai penilaian terhadap kondisi perusahaan merupakan dimensi tambahan yang berguna untuk menambah informasi mengenai bagaimana responden melihat kondisi perusahaannya dilihat dari sisi kinerja perusahaan, pemberdayaan sumber daya manusia, inovasi, dan penggajian karyawan. Analisa terhadap kondisi perusahaan secara umum diuraikan sebagai berikut: 60

35 69% karyawan menilai kinerja PT Brantas Abipraya dibanding kompetitor berada pada tingkatan rata-rata, dan 21% menilai bahwa kinerja perusahaan adalah di atas rata-rata. Untuk dapat tetap bertahan dipersaingan bisnis yang semakin ketat maka perusahaan pelu meningkatkan kinerjanya, dapat dilakukan dengan memperbaiki dimensi-dimensi intrapreneurship yang masih dinilai kurang sperti yang telah dibahas sebelumnya. Penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Kinerja Perusahaan dibanding Kompetitor 3% 7% 21% sangat baik di atas rata-rata rata-rata di bawah rata-rata sangat buruk 69% Gambar 3.4 Kinerja Perusahaan dibanding Kompetitor 65% karyawan menilai pemberdayaan SDM di PT Brantas Abipraya masih dalam tingkatan rata-rata bahkan 25% karyawan menilai pemberdayaan SDM masih di bawah rata-rata. Hal ini terlihat dari survei mengenai dimensidimensi intrapreneurship, salah satu yang masih perlu ditingkatkan adalah peranan cross functionality. Pemberdayaan SDM sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan ide-ide baru bagi perusahaan dalam menangkap peluang bisnis baru. Perusahaan sebaiknya dapat menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada di para karyawannya sehingga dapat menghasilkan output yang optimal bagi perusahaan. 61

36 Pemberdayaan SDM 7% 3% 25% 65% sangat baik di atas rata-rata rata-rata di bawah rata-rata sangat buruk Gambar 3.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia 61% karyawan menilai PT Brantas Abipraya dalam hal inovasi dalam tingkatan rata-rata, dan 34% menilai masih di bawah rata-rata. Inovasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan. Masih kurangnya inovasi dalam PT Brantas Abipraya maka menyebabkan kinerja perusahaan juga biasa-biasa saja bila dibandingkan kompetitornya. Budaya untuk selalu berinovasi dan berani mengambil risiko sebaiknya terus dikembangkan misalnya dengan memberikan reward bagi karyawannya yang melakukan hal-hal inovatif yang mampu memberi nilai tambah bagi perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan dalam hal inovasi dapat dilihat pada gambar berikut ini. 62

37 Dalam Hal Inovasi 34% 2% 3% Sangat suka bereksperimen Suka bereksperimen Rata-rata 61% Tidak suka bereksperimen Sangat konservatif Gambar 3.6 Inovasi dalam Perusahaan 41% karyawan menilai PT Brantas Abipraya telah memiliki sistem penggajian yang hampir sama dengan kompetitor, sedangkan 39% menilai masih di bawah kompetitor. Sistem penggajian akan berpengaruh langsung terhadap performance karyawan. Memberikan gaji sesuai dengan kinerja, akan mendorong dan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Penilaian terhadap perusahaan dalam hal penggajian dapat dilihat pada gambar berikut ini. Dalam Hal Penggajian 39% 5% 15% 41% Memberikan gaji sesuai kinerjanya Hampir sama dengan kompetitor/pesaing Di baw ah kompetitor/pesaing Buruk dibandingkan kompetitor/pesaing Gambar 3.7 Kebijakan Perusahaan dalam Hal Penggajian 63

38 Dari hasil survei terlihat hanya 15% responden menyatakan perusahaan telah memberikan gaji sesua kinerja mereka. Sebaiknya mulai dipikirkan perbaikan sistem penggajian, misalnya dengan pemberian bonus dan promosi bagi para intapreneur yang dapat meciptakan inovasi-inovasi baru sehingga memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Pemberian reward yang berupa bonus bagi seorang intrapreneur biasanya ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini, dimana ada peningkatan bonus pada setiap proyek yang dilakukan oleh intrapreneur, baik itu pada akhirnya berhasil atau gagal. Gambar 3.8 Bonus Bagi Intrapreneur Sumber: Pinchot (1985) Analisis dan Interpretasi Hasil EOS Dimensi Tentang Saya Pada dimensi Tentang Saya menunjukkan rata-rata keseluruhan dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan bagaimana karakteristik dan kepercayaan para karyawan yang berkaitan dengan entrepreneurial adalah 3,22 dari skala 1-5. Hal ini menggambarkan pada dimensi Tentang Saya PT Brantas Abipraya masih dalam rentang cukup. Dalam dimensi ini komponen-komponen yang diukur dan nilai yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. 64

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara

Lebih terperinci

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian yang menggunakan instrumen Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dapat dinyatakan bahwa secara umum corporate

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. Graves, D., (1986) Corporate Culture Diagnosis and Change: Auditing and Changing the Culture

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Adonisi,Mandla, 2003, The Relationship Between Corporate Entrepreneurship, Market Orientation, Organisational Flexibility and Job Satisfaction, University of Pretoria, South Africa. Christensen,Karina,

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin.

DAFTAR PUSTAKA. Corbett, D., 1992, Australian Public Sector Management, St. Leonards, NSW: Allen & Unwin. DAFTAR PUSTAKA Aucion, P., 1990. Administrative Reform in Public Management: paradigms, principles, paradoxes and pendulums, Governance, Vol. 3., No. 2., p. 116. Biantong, Alvin T, 2007. Analisis Budaya

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya a. Sejarah UD. Ria Jaya adalah toko yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ataupun industri sejenisnya, pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba yang optimal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory), dengan verifikatif, yang mana tujuan dari penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 berikut adalah kerangka pemikiran penelitian pada PT. XYZ: Analisa Bisnis Pada PT. XYZ Perumusan Masalah Pengumpulan data dengan: - Kuesioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Dalam bukunya yang berjudul Corporate Culture: Challenge to Excellence, Moeljono mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai budaya perusahaan yang ada dalam Bahana Group. Bahana group adalah kelompok perusahaan yang bergerak di dalam industry pasar modal

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Untuk membantu perusahaan dalam mempersiapkan diri mengimplementasikan MBCfPE di dalam organisasi, maka penulis mencoba untuk membuat suatu model yang bertujuan: - Mengidentifikasi

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

KUESIONER ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN Lampiran 1 KUESIONER ANALISIS PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN Responden Yth. Saya adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: 29105344 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Bank Negara Indonesia, PT (2007) Company Profile, Bandung. DAFTAR PUSTAKA Asisthariani (2007) Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS dan ELQ. Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menyajikan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini, dengan cakupan uraian meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, populasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pegawai merupakan asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Desain Riset Metode Unit Analisis Penelitian Time Horizone T1 Deskriptif Survey T2 Asosiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey Survey kepuasan dosen dan tenaga kependidikan di Unswagati rutin dilakukan pada setiap tahun, hal ini sesuai dengan prosedur mutu yang telah ditetapkan yaitu

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT WASKITA BETON PRECAST,Tbk BATCHING PLANT BANDARA PALEMBANG

ANALISIS KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT WASKITA BETON PRECAST,Tbk BATCHING PLANT BANDARA PALEMBANG ANALISIS KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT WASKITA BETON PRECAST,Tbk BATCHING PLANT BANDARA PALEMBANG Dhita Gusfita Sari 1, Heriyanto 2, Andrian Noviardy 3 Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap fase pembelajaran organisasi dengan mekanisme pembelajaran organisasi sebagai mediator, menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah 90 3.2 Langkah-langkah Penelitian 3.2.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis data dan pembahasan. Adapun urutan analisis data adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas data, analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega di Jalan Soekarno Hatta No 216,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Makan Ayam Bakar Pak Gendut yang berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk Bab 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis sebuah model yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya. Langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metodologi digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian TUJUAN JENIS METODE UNIT ANALISIS TIME HORIZON PENELITIAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasilnya, secara umum data yang di peroleh dari penelitian dapat di gunakan

BAB III METODE PENELITIAN. hasilnya, secara umum data yang di peroleh dari penelitian dapat di gunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan penelitiannya. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS : KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG UTAMA WILAYAH JABODETABEK PT BANK CENTRAL ASIA TBK PROYEK AKHIR Oleh: RIFNI IVANA AZIS 29105006 Program Magister

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dan diperoleh melalui menyebar kuesioner secara langsung kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data adalah Bank Bukopin cabang Esa Unggul yang bertempat

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja

BAB III METODE PENELITIAN. (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel a. Populasi : Populasi merupakan subyek penelitian secara keseluruhan (Arikunto, 2010). Maka populasi dalam penelitian ini adalah Gereja gereja Kristen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan hubungan antar variabel dalam satu kajian. Untuk menetapkan metode penelitian dalam praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini dihadapkan pada persaingan yang dapat menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia usaha sekarang ini banyak yang secara sadar berorientasi pada konsumen. Hal yang harus dipahami oleh perusahaan selaku produsen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian mengenai hubungan self-efficacy terhadap kinerja manajer, penulis melakukan observasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Jenis dan Metode Tujuan Penelitian Unit Analisis Time Horison T 1 Kausalitas Survei Individu Responden Cross Section T 2 Kausalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pekerja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan, karena pekerja adalah yang menggerakan faktor-faktor produksi lainnya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda

BAB III METODE PENELITIAN. analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 28 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan survey. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONSEP DAN DEFINISI JASA Keanekaragaman makna dalam hal pemakaian istilah service dijumpai dalam literatur manajemen. Namun demikian, secara garis besar konsep service mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan analisis deskriptif, yaitu suatu studi yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci