3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 BAB III PERUMUSAN MASALAH"

Transkripsi

1 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Sejak pasca krisis perbankan pada akhir tahun 1990 an hingga saat ini sejumlah bank bank besar yang lebih sehat baik bank lokal maupun bank asing atau bank joint venture hadir memenuhi industri perbankan Indonesia. Banyaknya jumlah bank pada saat ini menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat. Ketatnya persaingan membuat bank bank saling berlomba dalam menarik perhatian konsumen melalui layanan dan produk produknya. Dalam menghadapi ketatnya persaingan, strategi saja tidak cukup bagi perusahaan untuk dapat bertahan apalagi tumbuh. Strategi bisnis yang ada harus didukung oleh budaya perusahaan yang tepat dan kuat sehingga perusahaan bisa memenangkan kompetisi. Selain itu, budaya perusahaan harus sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis yang sedang terjadi. Jika budaya yang diterapkan di dalam perusahaan tidak sesuai dengan lingkungan maka bukannya menjadi competitive advantage tetapi justru menjadi penghambat. Pada saat ini, lingkungan bisnis berubah dengan sangat cepat dan menuntut penyesuaian yang lebih cepat dan sering pada cara kerja, jenis pekerjaan, dan kompetensi yang diperlukan. Budaya perusahaan yang dirasa sesuai dengan kondisi ini adalah budaya perusahaan yang berbasis entrepreneurship. Dengan adanya budaya entrepreneurial, perusahaan dapat menghadapi tantangan bisnis karena dapat membantu perusahaan dalam bertindak yang sesuai dengan sifat entrepreneurship ( 7Fs yang akan dijelaskan lebih lanjut). Hal inipun akan dapat membantu PT Bank Mega Tbk., karena dengan dimilikinya budaya entrepreneurial, PT Bank Mega Tbk. akan siap dalam menghadapi tantangan bisnis dan memenangkan persaingan yang ketat. 33

2 3.2 Posisi Permasalahan Sejak berdiri hingga tahun 2003, perhatian pemilik dan manajemen PT Bank Mega Tbk. hanya terfokus pada pengembangan bisnis dan belum terlalu memikirkan masalah budaya perusahaan (corporate culture). Namun kemudian, sejalan dengan pengembangan bisnis dan peningkatan profesionalisme manajemen, pemilik mulai menyadari bahwa untuk bisa tetap bertahan dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan juga harus memperhatikan budaya perusahaan yang diyakini mencerminkan dan berperan penting dalam pembentukan kualitas kinerja dari organisasi perusahaan. Perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal jika didukung dengan budaya perusahaan yang sesuai dan sumber daya yang kompeten. Untuk mendukung hal ini, maka dilakukan penelitian dalam rangka mendukung pelaksanaan budaya perusahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat budaya perusahaan yang terjadi dan apakah sesuai dengan iklim intrapreneurship yang diinginkan agar perusahaan siap dalam menghadapi tantangan bisnis dan unggul dalam persaingan. 3.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: Mengidentifikasi apakah pada saat ini perusahaan telah memiliki budaya entrepreneurial. Mengidentifikasi apakah pihak manajemen pada perusahaan yang disurvei telah menunjukkan perilaku entrepreneurial. Memberikan saran saran kepada perusahaan dalam melakukan peningkatan pada budaya perusahaan yang berbasis entrepreneurship. 34

3 3.4 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang dilakukan penulis agar penelitian mengenai corporate culture menjadi lebih terarah, adalah: 1. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada karyawan di 4 divisi yaitu Corporate Secretary & Legal Division (CSLD), Credit Administration Division (CADD), Operation Service Division (OPSD), dan Retail Product Management (RPMD) di kantor pusat PT Bank Mega Tbk. yang berlokasi di Jakarta. 2. Data yang digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner ELQ dan EOS, sedangkan data data lainnya diperoleh dari hasil wawancara, studi literatur, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian di PT Bank Mega Tbk. 3. Penelitian ini tidak berlanjut hingga ke tahap implementasi, dan hanya terbatas pada indentifikasi dan saran perbaikan. 3.5 Tinjauan Pustaka Budaya Perusahaan Budaya perusahaan merupakan suatu konsep baru yang terlahir dan berkembang dari ilmu manajemen dan ilmu psikologi industri dan organisasi. Salah satu tokoh yang mempelopori teori budaya perusahaan adalah Edgar Schein (1992) yang berpendapat bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola dimensi milik bersama yang dipelajari suatu kelompok pada saat memecahkan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah cukup berhasil sehingga dianggap sah dan, karena itu, akan diajarkan kepada anggota kelompok baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsi, berpikir, dan merasakan dalam menghadapi masalah serupa. 35

4 Budaya perusahaan juga didefinisikan sebagai sistem nilai nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan (Moeljono, 2003). Berdasarkan Kotter dan Heskett (1992), budaya perusahaan memiliki dua tingkat, yaitu: 1. Bagian yang tampak (visible artefacts) 2. Bagian yang tidak tampak (shared values, deeper and less visible) BAGIAN YANG TAMPAK ~ Bentuk gedung dan layout ruangan ~ Cara berpakaian ~ Cara berkomunikasi ~ Cara mengambil keputusan ~ Cara pembagian kewenangan BAGIAN YANG TIDAK TAMPAK ~ Keyakinan ~ Nilai nilai ~ Perasaan ~ Harapan/Impian ~ Harga diri ~ Paradigma Gambar 3.1 Budaya Perusahaan Victor S.L. Tan (2002) dalam bukunya Changing Your Corporate Culture mengemukakan 10 karakteristik budaya perusahaan sebagai berikut: 1. Individual initiative (inisiatif individual). Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang dimiliki seseorang. 2. Risk tolerance (toleransi terhadap tindakan berisiko). Tingkat karyawan diberi kebebasan untuk mengambil risiko, agresif dan inovatif. 3. Direction (pengarahan). Kemampuan suatu perusahaan untuk menciptakan tujuan yang jelas dan menetapkan kinerja yang diinginkan. 4. Integration (integrasi). Tingkat sejauh mana unit unit dalam perusahaan diberi kebebasan untuk beroperasi dalam keadaan terkoordinasi. 36

5 5. Management support (dukungan manajemen). Tingkat sejauh mana manajer memberikan komunikasi yang jelas, asistensi dan dukungan kepada bawahannya. 6. Control (kontrol). Jumlah aturan dan banyaknya supervisi langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan. 7. Identity (identitas). Tingkat sejauh mana para karyawan beridentifikasi dengan perusahaan secara keseluruhan, daripada dengan kelompok kerja khusus tertentu atau bidang dari keahlian profesional tertentu. 8. Reward system (sistem imbalan). Sejauh mana alokasi imbalan (gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas atau kesukaan (favouritism). 9. Conflict tolerance (toleransi terhadap konflik). Tingkat sejauh mana karyawan diberi kebebasan untuk berbeda pendapat dan melakukan kritikan secara terbuka. 10. Communication patterns (pola komunikasi). Tingkat sejauh mana komunikasi perusahaan dibatasi pada hirarki wewenang formal. Budaya awal perusahaan berasal dari filosofi pendiri organisasi yang kemudian ditularkan kepada karyawan melalui proses pembelajaran. Budaya perusahaan bisa cocok pada waktu dan lingkungan tertentu tetapi ketika lingkungan berubah, maka budaya perusahaan harus disesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan dengan harapan perusahaan bisa mempunyai budaya yang baik yaitu yang kuat dan tepat (sesuai dengan kondisi bisnis). Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan dapat dipelajari dan dapat diubah mengikuti perubahan lingkungan bisnis. Proses pembentukan budaya perusahaan adalah sebagai berikut (Tika, 2005): 1. Interaksi antar pemimpin atau pendiri perusahaan dengan kelompok/perorangan dalam perusahaan 37

6 2. Dari interaksi tersebut timbul ide yang kemudian ditransformasi menjadi artifak, nilai dan asumsi 3. Artifak, nilai, dan asumsi kemudian diimplementasikan sehingga menjadi budaya perusahaan 4. Untuk mempertahankan budaya perusahaan, maka dilakukan pembelajaran kepada karyawan baru dalam perusahaan Pimpinan/ Pendiri Perusahaan Implementasi Ide Artifak Nilai Asumsi Budaya Perusahaan Kelompok/ Perorangan dalam Perusahaan Pembelajaran 1. Seleksi 2. Manajemen Puncak 3. Internalisasi Gambar 3.2 Skema Pembentukan Budaya Perusahaan (Sumber: Tika, 2005) Budaya Perusahaan Berbasis Entrepreneurship Budaya perusahaan berbasis entrepreneurship disebut juga intrapreneurship (intra corporate dan entrepreneurship) yang berarti menerapkan aktifitas wirausaha di dalam perusahaan (Gifford Pichot III, 1985). Intrapreneurship didefinisikan oleh Hisrich dan Peters (2004) sebagai usaha dari perusahaan untuk menyempurnakan proses kerja yang ada guna meningkatkan profit perusahaan. Pelaku intrapreneurship disebut intrapreneur. Intrapreneur adalah orang yang fokus pada inovasi dan kreatifitas, dan orang yang mentransformasikan mimpi dan ide menjadi sesuatu yang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 38

7 Hisrich dan Peters (2004) mengemukakan bahwa perusahaan perlu mengembangkan lingkungan entrepreneur (intrapreneur environment) dan karakteristik kepemimpinan (leadership characteristic) untuk menciptakan suasana intrapreneurship. Dan untuk bisa dideskripsikan sebagai perusahaan yang berorientasi entrepreneurial tinggi, maka perusahaan harus memiliki nilai yang baik pada dimensi dimensi 7Fs berikut (Thornberry, 2006): Fast (cepat): Kecepatan merupakan competitive advantage dalam menangkap peluang karena dengan dimilikinya hal ini, berarti perusahaan bergerak cepat dalam membuat keputusan, dalam mengalokasikan sumber daya, dan dalam pendistribusian. Flexible (fleksibel): Fleksibilitas merupakan hal yang sama pentingnya dengan kecepatan karena dengan dimilikinya hal ini, berarti perusahaan memiliki kemampuan dalam mengalokasikan orang dan sumber daya. Focused (fokus): Perusahaan harus membangun fokus yang jelas. Fokus dan fleksibilitas harus berjalan beriringan. Friendly (ramah): Perusahaan harus ramah kepada internal dan eksternal konsumen dan kepada karyawannya karena dengan adanya keramahan, akan timbul kepuasan konsumen yang pada akhirnya mendorong perusahaan menuju peluang bisnis baru. Frugal: Frugal berarti menggunakan dan menghemat penggunaan uang untuk mendukung strategi perusahaan dengan bijaksana. Far reaching: Far reaching berarti pasar dan distribusi perusahaan harus luas karena peluang bisnis tidak hanya terbatas pada daerah atau negara tempat perusahaan berada. Futuristic (orientasi pada masa depan): Futuristic berarti perusahaan harus memiliki pandangan ke masa depan. Untuk mengidentifikasi budaya entrepreneur atau kewirausahaan yang ada di dalam perusahaan, Thornberry (2006) menciptakan alat bantu berupa 39

8 kuesioner Entrepreneurial Orientation Survey (EOS). Pada EOS, responden menilai perusahaan berdasarkan dimensi dimensi penting yaitu: penilaian perusahaan secara umum, rencana strategi, cross functionality, dukungan, intelejen pasar, risiko, kecepatan, fleksibilitas, fokus, masa depan, dan kondisi perusahaan. Selain itu, terdapat juga dimensi tambahan yaitu orientasi individu dan tentang karyawan itu sendiri. Dari hasil EOS, perusahaan bisa mengetahui dimensi entrepreneur yang masih kurang dan yang harus ditingkatkan lagi sehingga nantinya bisa mendukung perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat ini Entrepreneurial Leadership Thornberry (2006) mengklasifikasikan entrepreneurial leadership berdasarkan peran dan fokusnya. Berdasarkan perannya, tipe pemimpin dikelompokkan menjadi dua, yaitu activist (pemimpin yang berperan aktif) dan catalyst (pemimpin yang berperan sebagai katalis). Dan berdasarkan fokusnya, tipe pemimpin juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemimpin yang fokus pada internal perusahaan (internal focus) dan pemimpin yang fokus pada kondisi eksternal perusahaan (external focus). Klasifikasi entrepreneurial leadership tersebut, dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 40

9 Entrepreneurial Leadership and Roles Internal External Entrepreneurial Role Activist Catalyst Miners (Operational) Accelerators (Unit) Explorers (Market) Integrators (Enterprise) Focus of Opportunity Search Gambar 3.3 Karakteristik Kepemimpinan (Sumber: Thornberry, 2006) Tipe pemimpin aktivis merupakan orang orang yang terlibat langsung dengan value creation dimana mereka sendiri yang mengidentifikasi, mengembangkan, dan menangkap peluang bisnis baru. Berdasarkan fokusnya, tipe aktivis terbagi dua, yaitu miners (internal focus) dan explorers (external focus) dimana: Tipe miners merupakan tipe pemimpin yang lebih fokus pada aktifitas internal perusahaan. Pemimpin dengan tipe ini sering mencari peluang dalam mencari cara untuk bisa menjalankan bisnis dengan cara yang lebih murah sementara penciptaan nilai yang lebih baik bagi konsumen tetap dilakukan. Pada umumnya tipe ini lebih memikirkan leveraging assets dan sering menemukan peluang bisnis baru dengan cara rearranging atas apa yang sudah dimiliki perusahaan dengan cara kreatif. Tipe explorers merupakan tipe pemimpin yang terlibat langsung dengan value creating activity yang bertujuan utama untuk 41

10 mengembangkan pasar baru, produk dan layanan baru atau keduanya. Kejelian dalam melihat peluang dan keberanian dalam mengambil risiko merupakan hal hal yang umumnya dimiliki oleh pemimpin dengan tipe ini. Dengan dimilikinya hal hal tersebut, tipe explorers menjadi cepat dan berani dalam menangkap peluang pasar. Tipe pemimpin katalis bukan merupakan orang yang terlibat langsung dengan value creation, tetapi berhubungan dengan penciptaan lingkungan yang entrepreneurial. Berdasarkan fokusnya, tipe katalis terbagi dua, yaitu accelerators (internal focus) dan integrators (external focus) dimana: Tipe accelerators merupakan tipe pemimpin yang fokus pada internal perusahaan, dan bertindak sebagai katalisator. Ciri khas dari tipe ini biasanya memimpin suatu unit, divisi atau cabang dari perusahaan. Pemimpin dengan tipe ini pada umumnya memotivasi karyawannya agar menjadi lebih inovatif dan berperilaku entrepreneurial, serta mendukung para karyawan untuk berani mengambil risiko tanpa adanya hukuman jika mereka membuat kesalahan karena accelerator yakin bahwa kesalahan merupakan proses pembelajaran. Tipe integrators merupakan tipe pemimpin yang tidak hanya menciptakan strategi entrepreneurial bagi perusahaan tapi juga membangun sumber daya manusia, stuktur, proses, dan budaya yang mendukung strategi tersebut. Biasanya pemimpin dengan tipe ini berada pada level senior atau top management dalam struktur organisasi perusahaan. Untuk mengidentifikasi perilaku entrepreneurial pemimpin yang ada di dalam perusahaan, Thornberry menciptakan alat bantu berupa kuesioner ELQ (Entrepreneurial Leadership Questionnaire). Pada ELQ, responden diberikan pernyataan mengenai suatu perilaku entrepreneurial untuk dinilai 42

11 tingkat kepentingannya (seberapa penting perilaku seorang manajer dan top management berdasarkan pandangan karyawan) dan tingkat frekuensinya (seberapa sering manajer dan top management melakukan perilaku tersebut). Selain menilai penggolongan berdasarkan empat tipe entrepreneurial leadership yaitu Explorer, Miner, Accelerator, dan Integrator, dalam ELQ juga terdapat General Entrepreneurial Leadership (GEL) yang menilai entrepreneurial leaders secara umum. Klasifikasi dari tipe entrepreneurial leaders beserta rentangnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Klasifikasi Pengukuran Variabel ELQ Nilai GEL Explorer Miner Accelerator Integrator High (H) Medium (M) Low (L) (Sumber: Thornberry, 2006) Dari hasil ELQ, perusahaan bisa mengetahui perilaku yang masih harus ditingkatkan lagi karena masih kurang mendukung budaya entrepreneurial Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Ada dua syarat yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu keharusan untuk valid dan reliabel. Untuk memenuhi syarat tersebut maka kuesioner harus diuji terlebih dahulu. Uji yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui kelayakan butir butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen kuesioner yang digunakan. Kuesioner bisa dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%. 43

12 Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dalam kuesioner. Dalam pengujian ini digunakan koefisien Cronbach s Alpha karena menggambarkan kelengkapan variasi dari item itemnya. Rumus koefisien Cronbach s Alpha: α = k. r 1 ( k 1) r Dimana: α = koefisien reliabilitas Cronbach s Alpha k = jumlah variabel manifes yang membentuk variabel lain r = rata rata korelasi antar variabel manifes Tabel 3.2 di bawah ini menunjukkan klasifikasi nilai koefisien keandalan yang dilakukan oleh Guilford (1973). Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Koefisien Keandalan Nilai Koefisien Tingkat Korelasi < 0.2 Tidak Ada 0.2 < k < 0.4 Rendah 0.4 < k < 0.7 Sedang 0.7 < k < 0.9 Tinggi 0.9 < k < 1 Tinggi Sekali 1 Sempurna 44

13 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh, sehingga penelitian dapat dengan mudah dipahami secara keseluruhan. Pada bagian ini akan digambarkan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Identifikasi Masalah dan Tujuan Penelitian Studi Pustaka Penentuan Metode Penelitian Pengumpulan dan Pengolahan Data Analisis Hasil Pengolahan Data Kesimpulan dan Saran Gambar 4.1 Tahapan Penelitian 45

14 4.1.1 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Dalam menghadapi ketatnya persaingan, strategi saja tidak cukup bagi perusahaan untuk dapat bertahan atau bahkan tumbuh. Strategi bisnis yang ada harus didukung oleh budaya perusahaan (corporate culture) yang tepat dan kuat sehingga perusahaan bisa memenangkan kompetisi. Permasalahan inilah yang akan dibahas oleh peneliti yaitu mengenai pentingnya budaya perusahaan sebagai pondasi perusahaan yang akan mendukung strategi bisnis. Tujuan penelitian ditetapkan berdasarkan permasalahan yang ada yaitu untuk mengetahui budaya perusahaan yang ada di PT Bank Mega Tbk. dan apakah ada perbedaan antara budaya yang ada pada saat ini dengan budaya yang diharapkan. Selain itu juga untuk mengidentifikasi adanya perilaku entrepreneurial di kalangan para pemimpin yang ada Studi Pustaka Dilakukannya studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang ada guna mendukung pemecahan permasalahan yang ada, dimana bahan studi tersebut dapat didapat dari literatur, buku buku, dan sebagainya dimana studi pustaka yang dilakukan berfokus pada budaya perusahaan yang entrepreneurial Metode Penelitian Untuk mengetahui bagaimana bentuk budaya perusahaan yang ada, dan bagaimana kemungkinan pengaruhnya terhadap kelangsungan hidup perusahaan, peneliti menggunakan dua kuesioner yaitu Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dan Entrepreneurial Leadership Questionnaire (ELQ) yang disebarkan kepada karyawan di 4 divisi yaitu Corporate Secretary & Legal 46

15 Division (CSLD), Credit Administration Division (CADD), Operation Service Division (OPSD), dan Retail Product Management (RPMD) di PT Bank Mega Tbk Pengumpulan dan Pengolahan Data Data data yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan di 4 divisi PT Bank Mega Tbk. dimana terkumpul kembali formulir EOS sebanyak 105 responden dan formulir ELQ sebanyak 104 responden. Selain dari hasil pengisian kuesioner, data data juga dikumpulkan melalui wawancara dengan karyawan dan observasi. Data data yang telah terkumpul kemudian diuji terlebih dahulu. Uji yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows. Setelah data yang ada terbukti valid dan reliabel, barulah data diolah dengan menggunakan program Excel. Pengolahan data EOS dilakukan dengan cara menghitung rata rata tiap dimensi kunci yang menentukan budaya perusahaan. Hal yang sama juga dilakukan dengan data ELQ Analisis dan Pembahasan Data data yang telah diolah kemudian dianalisis dan dibahas. Pada bagian ini peneliti menganalisis budaya perusahaan yang ada di PT Bank Mega Tbk. Hal yang dianalisis yaitu apakah budaya perusahaan saat ini telah bersifat entrepreneurial. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis terhadap perilaku pemimpin di perusahaan berdasarkan sifat entrepreneurial. Kemudian dari kedua analisis tersebut dapat diketahui apakah budaya 47

16 perusahaan pada saat ini telah sesuai dengan yang diharapkan atau masih terjadi kesenjangan diantara keduanya Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan berdasarkan dari pengolahan dan analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Setelah itu, peneliti juga memberikan saran saran kepada manajemen perusahaan dengan harapan bisa menjadi masukan yang berguna bagi perusahaan. 4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian akan budaya perusahaan, peneliti menggunakan instrumen agar dapat mengidentifikasi budaya perusahaan yang ada pada saat ini. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dan Entrepreneurial Leadership Questionnaire (ELQ) Teknik Pengukuran Variabel Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan pertanyaan yang kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala ordinal yang berisi beberapa alternatif jawaban (Santoso, 2006). Contoh penyajian skala Likert untuk sebuah pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner EOS: 1 = Sangat Tidak Setuju 3 = Ragu ragu 5 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju 4 = Setuju 48

17 Beberapa modifikasi telah dilakukan, seperti skala diperlebar menjadi 1 sampai 7, atau skala diperkecil menjadi 1 sampai 3. Namun pada penelitian ini, akan digunakan skala 5 tingkat Uji Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan analisis Neal Thornberry (2006), kuesioner EOS dan ELQ yang merupakan suatu alat ukur telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Selain itu, dua kuesioner tersebut telah sering dipakai dalam mengukur budaya perusahaan yang berhubungan dengan entrepreneurship di perusahaan perusahaan besar di seluruh dunia seperti Siemens, IBM, dan 3M. Walaupun demikian, pengujian terhadap validitas dan reliabilitas tetap dilakukan. Pengujian kuesioner EOS dalam survei kali ini menggunakan data data yang diperoleh dari hasil survei di beberapa perusahaan di Indonesia. Pada hasil uji validitas untuk EOS, diperoleh hasil yang valid karena nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan lebih besar dari nilai rtable = 0,077 (dengan faktor error 5%). Pada uji reliabilitas, hasil ditentukan oleh nilai Cronbach s Alpha yang diperoleh dari hasil uji statistik dan hal ini bisa dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai Cronbach s Alpha dan Koefisien Korelasi (r) Faktor Cronbachʹs Alpha Corrected Item Total Correlation Umum < r < Rencana Strategis < r < Cross Functionality < r < Dukungan < r < Intelijen Pasar < r < Resiko < r < Kecepatan < r < Fleksibilitas < r < Fokus < r < Masa Depan < r < Orientasi Individu < r < (Sumber: Subandhi, 2007) 49

18 Berdasarkan perbandingan antara nilai Cronbach s Alpha dan klasifikasi nilai koefisien keandalan maka diperoleh pernyataan bahwa semua data adalah reliabel dengan skala antara sedang hingga tinggi. 4.3 Analisis dan Interpretasi Hasil Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) Berdasarkan hasil survei EOS yang disebarkan kepada karyawan PT Bank Mega Tbk., didapatkan hasil yang ditampilkan berupa spider web chart yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini. Orientasi Individu Masa Depan Fokus Umum Rencana Strategi Cross Functionality Dukungan Fleksibilitas Kecepatan Risiko Intelijen Pasar Gambar 4.2 Budaya PT Bank Mega Tbk. Rincian nilai yang diperoleh atas survei yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan EOS Kategori Nilai Umum 3.13 Rencana Strategi 3.22 Cross Functionality 3.58 Dukungan 3.50 Intelijen Pasar 3.45 Risiko 2.54 Kecepatan 3.70 Fleksibilitas 3.01 Fokus 3.45 Masa Depan 3.19 Orientasi Individu

19 Berdasarkan gambar dan tabel di atas, bisa dilihat bahwa hasil perhitungan memperlihatkan kisaran angka antara (skala 5). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum budaya entrepreneur di dalam organisasi PT Bank Mega Tbk. belum diterapkan secara optimal dan masih perlu ditingkatkan lagi Dimensi Kondisi Perusahaan Secara Umum Pada bagian ini, karyawan menilai kondisi perusahaan secara umum dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.13 (skala 5). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan perusahaan terhadap budaya entrepreneurial baru mencapai tingkat cukup sehingga perlu lebih ditingkatkan. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.3 Dimensi Kondisi Perusahaan Secara Umum Dimana: 1 Menekankan pengendalian anggaran secara ketat. ( ) 2 Memberikan reward bagi seorang manajer yang melakukan cost cutting. (+) 3 Menyediakan dana untuk peluang bisnis baru. (+) 4 Menyediakan dana untuk ide ide yang benar benar bagus. (+) 5 Membutuhkan banyak tahapan persetujuan untuk mendapatkan dana investasi di luar anggaran. ( ) 51

20 Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa karyawan menilai penekanan dalam pengendalian anggaran adalah cukup rendah (dinilai dari aspek entrepreneurial culture) yaitu sebesar 2.22 (skala 5). Ini berarti perusahaan mengendalikan anggarannya secara ketat. Untuk mendorong tercapainya kondisi ini, perusahaan cukup memberikan penghargaan antara lain berbentuk kompensasi dan benefit kepada karyawan yang berhasil melakukan penghematan biaya di segala aspek. Dikatakan cukup menghargai karena hal tersebut ditunjukkan oleh angka 3.33 (skala 5) yang berarti cukup. Sebenarnya perusahaan tetap bersedia mengalokasikan dana untuk peluang bisnis baru yang dianggap menjanjikan. Hal ini ditunjukkan oleh angka yang cukup tinggi yaitu 3.85 (skala 5). Selain itu, perusahaan juga bersedia menganggarkan dana untuk ide ide yang benar benar bagus yang diperlihatkan oleh angka yang tinggi yaitu 4.01 (skala 5). Namun sayangnya kesediaan dalam memberikan dana belum didukung dengan prosedur yang cukup singkat sehingga walaupun karyawan memiliki kesempatan dalam mewujudkan ide idenya tetapi tahapan persetujuan agar karyawan tersebut bisa mendapatkan dana cukup berbelit belit. Hal ini ditunjukkan dengan angka yang cukup rendah yaitu 2.25 (skala 5). Panjangnya tahapan prosedur yang harus dilalui karyawan dalam mendapatkan dana proyek baru yang idenya disetujui mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam melakukan langkah langkah perbaikan (corrective action) atau realisasi program inovatif, padahal dalam persaingan yang sangat ketat, kecepatan bertindak merupakan hal yang sangat penting agar tidak ada peluang bisnis (business opportunity) yang lewat begitu saja. 52

21 Dimensi Rencana Strategi Pada bagian ini, karyawan menilai rencana strategi yang dibuat oleh perusahaan dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.22 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa rencana strategi yang dilakukan mencapai tingkat cukup. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.4 Dimensi Rencana Strategi Dimana: 1 Menggunakan proses perencanaan strategi yang formal. ( ) 2 Membiarkan strategi tumbuh dan mungkin berubah mengikuti trend pasar. (+) 3 Mengharapkan para manajer untuk selalu berpedoman pada rencana dan anggaran tahunan. ( ) 4 Tidak mempunyai rencana yang jelas. ( ) 5 Sangat bergantung pada konsultan di luar perusahaan untuk membuat strategi. ( ) Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai dalam penggunaan proses perencanaan strategi yang formal adalah rendah yaitu sebesar 2.15 (skala 5). Hal ini berarti bahwa dalam melakukan perencanaan strateginya, perusahaan menggunakan proses yang sangat formal. Proses yang sangat formal dapat berdampak buruk. Dikatakan demikian karena dengan terlalu formalnya proses perencanaan strategi berarti fleksibilitas perusahaan dalam memutuskan sesuatu dan bertindak menjadi kurang. Kurang fleksibelnya perusahaan dalam bertindak dapat menyebabkan perusahaan menjadi kurang bisa membiarkan strategi tumbuh berubah 53

22 mengikuti trend pasar. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang hanya sebatas cukup saja yaitu sebesar 3.67 (skala 5). Dalam melakukan segala sesuatunya, perusahaan menginginkan karyawannya untuk bekerja persis dengan segala sesuatu yang telah direncanakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang rendah yaitu sebesar 2.19 (skala 5) dinilai dari aspek entrepreneurial culture yang berarti karyawan dituntut untuk selalu berpedoman dengan rencana dan anggaran tahunan yang telah dibuat. Alasan perusahaan dalam hal ini adalah bahwa rencana strategi yang menjadi pedoman karyawannya harus jelas sesuai dengan yang sudah disetujui. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai yaitu sebesar 4.16 (skala 5). Nilai ketergantungan perusahaan pada konsultan untuk membuat strategi adalah cukup tinggi yaitu sebesar 3.94 (skala 5). Hal ini berarti bahwa di beberapa aspek, perusahaan masih menggunakan pihak luar yaitu konsultan dalam pembuatan strateginya tetapi bukan berarti hal ini menyebabkan ketergantungan pada konsultan karena secara keseluruhan perusahaanlah yang memutuskan strategi strategi yang akan digunakan Dimensi Cross Functionality (Kerjasama Antar Departemen / Fungsi) Pada bagian ini, karyawan menilai kerjasama antar departemen/fungsi dalam perusahaan dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai ratarata dari penilaian ini adalah 3.58 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa kerjasama antar departemen/fungsi yang telah dilakukan selama ini bernilai cukup. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah. 54

23 Mean Gambar 4.5 Dimensi Cross Functionality (Kerjasama Antar Departemen / Fungsi) Dimana: 1 Memiliki sedikit hambatan untuk kerjasama antar departemen /fungsi. (+) 2 Mempunyai departemen departemen yang mau membagi ide dan informasi satu dengan yang lain. (+) 3 Mendorong kegiatan diskusi antar departemen/antar fungsi dan pemecahan masalah. (+) 4 Secara formal memberikan penghargaan terhadap kerjasama antar departemen/antar fungsi. 5 Merotasi karyawan pada fungsi fungsi yang berbeda sebagai bagian dari proses formal pengembangan SDM. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa penilaian dalam adanya hambatan dalam bekerjasama antar departemen/fungsi adalah cukup yaitu sebesar 3.19 (skala 5) yang berarti karyawan tidak memiliki hambatan yang berarti dalam bekerjasama antar departemen/fungsi yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi antar departemen/fungsi berjalan dengan cukup baik yang terbukti dengan cukup tingginya nilai dalam pembagian ide dan informasi antar departemen/fungsi yaitu sebesar 3.70 (skala 5). Knowledge management merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat karena dengan adanya pembagian ide dan informasi antar departemen/fungsi berarti karyawan bisa mengetahui informasi informasi penting sehingga keputusan akan pelaksanaan ide ide 55

24 baru bisa dilakukan dengan cepat. Hal ini didukung oleh perusahaan dengan cara mendorong adanya kegiatan diskusi antar departmen/fungsi dan pemecahan masalah yang ditunjukkan dengan cukup tingginya nilai untuk penilaian hal ini yaitu sebesar 3.87 (skala 5). Sayangnya dorongan untuk berdiskusi antar departemen/fungsi kurang didukung dengan pemberian penghargaan secara formal terhadap kerjasama antar departemen/fungsi. Hal ini ditunjukkan dengan lebih rendahnya nilai pemberian penghargaan jika dibandingkan dengan nilai pemberian dorongan untuk berdiskusi yaitu sebesar 3.50 (skala 5). Pemberian penghargaan secara formal perlu lebih ditingkatkan lagi karena dengan adanya penghargaan, karyawan bisa menjadi lebih termotivasi untuk bekerjasama terutama dalam berbagi ide dan informasi sehingga kecepatan perusahaan dalam berinovasi menjadi lebih baik lagi. Dalam merotasi karyawan pada fungsi fungsi yang berbeda, perusahaan dinilai cukup tinggi perhatiannya yaitu sebesar 3.64 (skala 5). Hal ini menunjukkan salah satu dukungan perusahaan dalam pengembangan SDM sebagai proses formal. Walaupun demikian, hal ini belum bisa dikatakan baik hingga rotasi karyawan perlu ditingkatkan lagi agar terjadi knowledge management yang lebih baik Dimensi Dukungan Terhadap Ide Baru Pada bagian ini, karyawan menilai dukungan perusahaan terhadap ide ide baru dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.50 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup memberi dukungan terhadap ide ide baru. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah. 56

25 Mean Gambar 4.6 Dimensi Dukungan Terhadap Ide Baru Dimana: 1 Secara umum, manajemen mendukung kita untuk memikirkan cara cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu. (+) 2 Ada satu fungsi penting di dalam organisasi, yang tanggung jawab utamanya adalah untuk inovasi dan pengembangan bisnis baru. (+) 3 Kami memiliki sarana sumbang saran yang berhasil dalam menampung ide ide karyawan. (+) 4 Organisasi segan mempertanyakan/mengubah cara cara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam menghadapi sesuatu. ( ) 5 Kami sering bertemu secara informal untuk mendiskusikan ide bisnis baru. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa manajemen PT Bank Mega Tbk. cukup mendukung karyawan untuk memikirkan cara cara baru dan berbeda dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini ditunjukkan dengan cukup tingginya dalam penilaian yaitu sebesar 3.80 (skala 5). Dukungan ini perlu ditingkatkan lagi karena dengan adanya dukungan dari pihak manajemen, karyawan menjadi belajar untuk selalu berpikir dan bekerja dengan cara yang berbeda sehingga akan terjadi inovasi inovasi yang bisa berguna bagi perusahaan. Salah satu dukungan yang diberikan yaitu dengan adanya fungsi penting di dalam organisasi yang bertanggung jawab dalam inovasi dan pengembangan bisnis baru. Untuk hal ini, PT Bank Mega Tbk. tidak secara khusus membangun divisi terpisah tetapi masing masing divisi telah diberikan fungsi dan tanggung jawab dalam inovasi dan pengembangan 57

26 bisnis baru yang prosesnya dilakukan seperti pada proses bisnis. Oleh karena itu, penilaian dalam hal ini merupakan nilai tertinggi dalam pemberian dukungan perusahaan terhadap ide ide baru yaitu sebesar 3.89 (skala 5). Sayangnya hal ini kurang didukung dengan adanya sarana sumbang saran dalam menampung ide ide karyawan sehingga nilai yang didapat yaitu sebesar 3.37 (skala 5). Selain itu, organisasi cukup segan dalam mempertanyakan/mengubah cara cara lama yang sudah ada didalam organisasi dalam menghadapi sesuatu yang ditunjukkan dengan nilai 3.09 (skala 5). Hal ini perlu diubah karena untuk bisa maju dalam bisnis, perusahaan tidak bisa selalu memakai cara yang sama (lama) karena lingkungan usaha (macro dan micro environment) terus berubah sehingga caracara yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perubahan yang terjadi di pasar. Penilaian mengenai frekuensi bertemunya karyawan secara informal untuk berdiskusi mengenai ide bisnis baru ditampilkan dengan nilai cukup yaitu sebesar 3.38 (skala 5). Hal ini berarti karyawan cukup sering bertemu secara informal untuk berdiskusi mengenai ide bisnis baru. Penilaian cukup sering tidaklah cukup karena ide bisnis baru bisa saja lebih sering timbul dalam diskusi informal sehingga hal ini harus lebih ditingkatkan lagi Dimensi Intelijen Pasar Pada bagian ini, karyawan menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan intelijen pasar dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.45 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup melakukan intelijen pasar untuk membaca trend yang ada di pasar bernilai. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah. 58

27 Mean Gambar 4.7 Dimensi Intelijen Pasar Dimana: 1 Konsumen adalah raja bagi perusahaan kami. (+) 2 Kecuali kamu berada di divisi pemasaran atau penjualan, dorongan untuk bertemu konsumen sangat kurang. ( ) 3 Perusahaan secara rutin melakukan survey kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan. (+) 4 Manajemen puncak jarang sekali mengunjungi konsumen secara langsung. ( ) 5 Sebagian besar karyawan mengetahui siapa pesaing utama dan bagaimana cara menghadapinya. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa penilaian akan anggapan bahwa konsumen adalah raja bagi perusahaan bernilai tinggi yaitu sebesar 4.28 (skala 5) yang berarti karyawan menganggap konsumen adalah raja bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan corporate service tagline yang diluncurkan perusahaan yaitu We Love Our Customers. Dengan diluncurkannya tagline ini, karyawan diharapkan memberikan pelayanan yang terbaik dan tulus sehingga dapat memberikan pengalaman bertransaksi yang luar biasa kepada nasabah mengingat PT Bank Mega Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang layanan jasa perbankan. Nilai yang diberikan karyawan mengenai dorongan untuk bertemu/berkomunikasi dengan konsumen walaupun berada di luar divisi pemasaran atau penjualan bernilai cukup rendah yaitu sebesar 2.84 (skala 5) yang menunjukkan bahwa karyawan yang didukung untuk sering bertemu 59

28 konsumen barulah divisi pemasaran atau penjualan yang dianggap harus lebih berurusan langsung dengan konsumen dalam pekerjaannya. Hal ini perlu ditingkatkan lagi karena bertemu langsung dengan konsumen merupakan hal yang penting karena perusahaan jadi bisa mengetahui apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen sehingga perusahaan bisa terus memberikan pelayanan yang terbaik. Walaupun karyawan diluar divisi pemasaran atau penjualan belum didorong untuk sering bertemu konsumen, perusahaan mendukung pemberian pelayanan yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen dengan cara memiliki spesial unit yang bernama KYC (Know Your Customers) dimana melalui KYC, perusahaan menjadi lebih mengenal konsumennya. Selain itu perusahaan juga mendukung dengan cara cukup rutin mengadakan survei mengenai kepuasan konsumen dan menyebarkan hasilnya secara internal untuk semua pihak dalam perusahaan. Hal hal ini merupakan hal yang penting bagi perusahaan mengingat konsumen adalah raja bagi perusahaan sehingga kepuasan konsumen menjadi perhatian nomor satu. Oleh karena itu, hal ini perlu ditingkatkan lagi sehingga nilai awal yang diperoleh yaitu sebesar 3.52 (skala 5) bisa menjadi lebih baik lagi. Penilaian karyawan akan frekuensi manajemen puncak mengunjungi konsumen secara langsung adalah sebesar 3.20 (skala 5). Hal ini baru bernilai cukup dan hal ini belum bisa dikatakan baik karena walaupun manajemen puncak meyakini bahwa konsumen menjadi perhatian nomor satu tetapi hal ini kurang didukung dengan tingginya frekuensi yang dilakukan manajemen puncak dalam mengunjungi konsumen secara langsung. Dalam melakukan market intelligence, selain mempunyai pengetahuan tentang konsumen, karyawan juga diharapkan mempunyai pengetahuan akan pesaing utama dan cara menghadapinya. Nilai untuk hal ini adalah cukup yaitu sebesar 3.42 (skala 5) yang berarti hampir sebagian besar karyawan memiliki pengetahuan akan pesaing dan cara menghadapinya. Hal 60

29 ini harus lebih ditingkatkan lagi karena jika semua karyawan memiliki pengetahuan ini berarti perusahaan bisa menjadi lebih cepat dalam membaca trend pasar dan menangkap peluang peluang bisnis baru Dimensi Keberanian Pengambilan Risiko Pada bagian ini, karyawan menilai keberanian perusahaan terhadap pengambilan risiko dimana responden diberikan enam pertanyaan. Nilai ratarata dari penilaian ini adalah 2.54 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa keberanian perusahaan dalam mengambil risiko masih kurang padahal keberanian dalam pengambilan risiko sangat diperlukan dalam menangkap peluang bisnis baru agar perusahaan bisa memberikan produk dan pelayanan terbaik kepada nasabah. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.8 Dimensi Pengambilan Risiko Dimana: 1 Perusahaan kami bangga akan orientasi dan budaya konservatif (anti perubahan). ( ) 2 Kami berhati hati untuk tidak membuat kesalahan. ( ) 3 Kami berani melakukan investasi bisnis baru hanya berdasarkan intuisi tanpa menggunakan analisis mendalam. (+) 4 Orang orang yang didalam organisasi secara umum memiliki kebebasan dan keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal. (+) 5 Kita berbicara banyak tentang perlunya pengambilan resiko dalam perusahaan, namun kenyataannya orang orang yang berani mencoba dan gagal tidak bertahan lama di perusahaan tersebut (bisa karena dihukum, dipecat, dll). ( ) 6 Kami lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol. ( ) 61

30 Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa PT Bank Mega Tbk. tidak dinilai sebagai perusahaan yang bangga akan orientasi dan budaya konservatif yang ditunjukkan oleh nilai yang cukup 3.28 (skala 5). Hal ini berarti perusahaan tidak terpaku pada budaya konservatif dan berani melakukan perubahan. Dengan lingkungan yang selalu berubah dan persaingan yang sangat ketat, perusahaan cukup melakukan perubahan agar bisa melihat dan menangkap peluang bisnis baru. Dalam hal keberanian mengambil risiko, karyawan tidak dapat dikatakan berani karena dalam melakukan segala sesuatunya, mereka terlalu berhati hati agar tidak membuat kesalahan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang sangat rendah yaitu sebesar 1.77 (skala 5) yang merupakan nilai terendah pada bagian ini. Karena selalu berhati hati maka karyawan menjadi kurang berani melakukan investasi bisnis baru dengan hanya berdasarkan intuisi semata sehingga setiap kali akan melakukan investasi bisnis baru harus menggunakan analisis mendalam. Hal ini diperlihatkan oleh nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 2.25 (skala 5). Analisis memang diperlukan dalam melakukan investasi baru tetapi jika terlalu berhati hati, perusahaan bisa kehilangan kesempatan dalam menangkap peluang. Penilaian akan kebebasan dan keberanian untuk mencoba hal baru dan gagal yang dimiliki oleh orang orang yang didalam organisasi adalah cukup yaitu sebesar 3.13 (skala 5). Hal ini menunjukkan bahwa orang orang yang didalam organisasi secara umum cukup memiliki kebebasan dan juga memiliki keberanian yang cukup besar untuk mencoba hal baru dan gagal. Sayangnya hal ini kurang didukung perusahaan. Dikatakan demikian karena walaupun sering dibicarakan tentang perlunya pengambilan risiko namun kenyataannya orang orang yang berani mencoba dan gagal tidak bisa bertahan lama di perusahaan (bisa karena diberi penalti, dipecat, dll). Hal ini diperlihatkan dengan nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 2.83 (skala 5). Sebaiknya perusahaan lebih mendukung hal ini karena sebenarnya kegagalan 62

31 merupakan proses dari pembelajaran dan pemberian sanksi kepada karyawan yang berusaha inovatif / kreatif namun gagal akan menghambat kegiatan entrepreneurship di perusahaan. Sebagai akibat dari pemberian hukuman kepada karyawan yang gagal yaitu karyawan menjadi kurang berani dalam bertindak dan lebih memilih untuk tumbuh berkembang secara terencana dan terkontrol yang ditunjukkan dengan nilai yang cukup rendah pada bagian ini yaitu sebesar 1.96 (skala 5). Segala sesuatu yang terencana dan terkontrol memang baik untuk mengurangi risiko kegagalan tetapi jika terlalu berhati hati perusahaan bisa tertinggal dalam menangkap peluang. Oleh karena itu, diperlukan keberanian dalam pengambilan risiko terutama di lingkungan bisnis yang menuntut kecepatan dalam bereaksi Dimensi Speed (Kecepatan) Pada bagian ini, karyawan menilai kecepatan perusahaan dalam menangani masalah dimana responden diberikan empat pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.70 (skala 5) dan merupakan nilai tertinggi dari keseluruhan suvei yang menilai elemen entrepreneurship dari perusahaan. Penilaian ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup cepat dalam bertindak. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.9 Dimensi Speed (Kecepatan) 63

32 Dimana: 1 Keluhan keluhan konsumen ditangani secara cepat dan efisien. (+) 2 Masalah masalah yang ada tidak bisa diselesaikan secara cepat. ( ) 3 Para manajer memiliki otonomi yang besar dalam membuat keputusan. ( ) 4 Konsumen menggambarkan kita sebagai perusahaan yang bergerak cepat. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa penanganan terhadap keluhan keluhan kosumen dilakukan dengan cepat dan efisien yang ditunjukkan dengan nilai yang tinggi yaitu sebesar 4.03 (skala 5). Hal ini merupakan merupakan hal yang baik karena dengan cepatnya penanganan keluhan konsumen, nasabah menjadi puas akan pelayanan perusahaan yang berarti sesuai dengan budaya perusahaan yang perhatian utamanya adalah memberi pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Selain menangani keluhan keluhan konsumen, perusahaan juga cukup cepat dalam menyelesaikan masalah masalah yang ada walaupun tidak secepat dalam menangani keluhan keluhan konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang cukup yaitu sebesar 3.37 (skala 5). Kecepatan penanganan masalah masih harus ditingkatkan lagi karena kecepatan bisa menentukan keberhasilan maupun kegagalan dalam pergerakan dunia bisnis yang serba cepat ini. Dalam hal pengambilan keputusan, para manajer tidaklah memiliki otonomi yang besar dalam memutuskan segala sesuatunya. Penilaian untuk hal ini adalah cukup tinggi yaitu sebesar 3.62 (skala 5) yang berarti karyawan juga turut serta dalam menyelesaikan suatu masalah. Turut berpartisipasinya karyawan dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan hal yang bagus karena berarti pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan lebih cepat. Dengan cepatnya penanganan akan keluhan keluhan konsumen, maka konsumen menggambarkan perusahaan ini sebagai perusahaan yang bergerak cepat. Penilaian untuk hal ini mendapat nilai yang cukup tinggi 64

33 yaitu sebesar 3.79 (skala 5). Kecepatan perusahaan bergerak di mata konsumen merupakan hal yang bagus karena dengan ini berarti perusahaan bisa memenuhi keinginan konsumen dengan cepat Dimensi Fleksibilitas Pada bagian ini, karyawan menilai fleksibilitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.01 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa fleksibitas perusahaan dalam bertindak baru bernilai cukup dan hal ini masih belum memadai karena lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat menuntut fleksibilitas. Hal ini masih perlu ditingkatkan lagi karena fleksibilitas merupakan hal penting agar bisa menangkap peluang dengan cepat sehingga bisa menentukan keberhasilan dari perusahaan. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.10 Dimensi Fleksibilitas 65

34 Dimana: 1 Kami sangat bergantung pada team ad hoc /jangka pendek dalam menyelesaikan masalahmasalah. (+) 2 Ketika kami melihat peluang bisnis, kami lambat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang tersebut. ( ) 3 Kami sering memindahkan orang orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas. (+) 4 Kami diharapkan untuk mengikuti tahap tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. ( ) 5 Kami tidak mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa untuk harapan agar karyawan mengikuti tahap tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan mendapat nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 2.11 (skala 5) yang berarti karyawan selalu diharapkan untuk mengikuti tahap tahap formal yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini perlu diperhatikan karena penyelesaian masalah dengan harus selalu melalui tahap tahap formal akan membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan dalam pergerakan bisnis yang cepat ini sangat diperlukan reaksi yang cepat pula. Dengan adanya tuntutan untuk selalu mengikuti tahap formal, maka karyawan menjadi kurang sering membentuk team ad hoc/jangka pendek dalam menyelesaikan masalah yang ditunjukkan oleh nilai yang bernilai cukup yaitu sebesar 3.05 (skala 5). Kurang bergantungnya karyawan pada team ad hoc dalam meyelesaikan masalah menunjukkan bahwa perusahaan kurang fleksibel dalam menghadapi suatu permasalahan. Fleksibilitas merupakan hal penting yang dapat menentukan kecepatan perusahaan dalam menangkap peluang bisnis. Kurang fleksibelnya perusahaan dapat mengakibatkan perusahaan menjadi lambat dalam menangkap peluang bisnis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang hanya bernilai cukup yaitu sebesar 3.36 (skala 5) yang berarti dalam melihat peluang bisnis, perusahaan menjadi kurang cepat dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang 66

35 tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan reaksi, perusahaan harus lebih fleksibel dalam hal ini. Dalam pemindahan orang orang ke beberapa fungsi dan departemen yang berbeda untuk meningkatkan perspektif (cara pandang) yang lebih luas, perusahaan mendapatkan nilai 3.46 (skala 5) yang berarti perusahaan cukup melakukan pemindahan (rotasi) orang orang ke fungsi dan departemen yang berbeda. Dilakukannya perpindahan merupakan hal yang cukup baik karena dengan demikian, karyawan akan mendapat pengetahuan lain mengenai fungsi dan departemen yang berbeda di perusahaan. Hal ini masih perlu ditingkatkan lagi karena luasnya perspektif (cara pandang) karyawan dalam bekerja dapat menentukan fleksibilitas dan kecepatan reaksi perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis. Penilaian akan penggunaan status jabatan dan gelar di dalam perusahaan adalah 3.09 (skala 5) yang berarti perusahaan tidak terlalu mementingkan penggunaan status jabatan dan gelar dalam berkomunikasi. Hal ini merupakan hal yang cukup baik karena penggunaan status jabatan dan gelar dalam perusahaan dapat mengganggu karyawan dalam berkomunikasi sehingga dapat menghambat fleksibilitas perusahaan Dimensi Fokus Pada bagian ini, karyawan menilai fokus perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dimana responden diberikan enam pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 3.45 (skala 5). Penilaian ini bernilai cukup dan menunjukkan bahwa perusahaan cukup fokus dalam menjalankan bisnisnya. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah. 67

36 Mean Gambar 4.11 Dimensi Fokus Dimana: 1 Kami hanya melakukan beberapa hal, tetapi kami mengerjakannya dengan baik. (+) 2 Kita adalah organisasi yang terkotak kotak, bagian yang satu tidak mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. ( ) 3 Manajemen puncak memiliki visi yang sangat jelas mengenai kemana arah kita dan bagaimana mencapainya. (+) 4 Jika kamu bertanya pada dua orang yang berbeda tentang strategi perusahaan, kamu mungkin akan mendapat dua jawaban yang berbeda. ( ) 5 Kami bersedia mengeluarkan dana, selama itu untuk hal hal yang benar. (+) 6 Bahkan orang orang yang bekerja pada level terbawah tahu mengenai visi perusahaan. (+) Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan cukup fokus dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang cukup tinggi dalam penilaian mengenai fokus karyawan dalam bekerja yaitu sebesar 3.61 (skala 5) yang menggambarkan bahwa walaupun karyawan hanya melakukan beberapa hal tetapi pekerjaannya dikerjakan dengan baik. Fokusnya perusahaan didukung dengan kesediaan perusahaan dalam mengeluarkan dana. Nilai untuk kesediaan dalam pengeluaran dana adalah cukup tinggi yaitu sebesar 3.72 (skala 5) yang berarti selama untuk hal hal yang benar yaitu untuk menangkap peluang bisnis atau bahkan membuat peluang baru yang sesuai dengan lingkup bisnisnya, perusahaan bersedia mengeluarkan dana. 68

37 Perusahaan bukanlah organisasi yang terkotak kotak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang cukup yaitu sebesar 3.35 (skala 5) yang berarti perusahaan merupakan satu kesatuan organisasi dimana bagian yang satu cukup mengetahui apa yang dilakukan bagian yang lain. Kesatuan dari perusahaan bisa ditingkatkan lagi dengan rotasi karyawan sehingga antar departemen bisa berbagi informasi dan saling mengetahui apa yang dilakukan oleh bagian lain. Dalam hal kejelasan visi, manajemen puncak memiliki visi yang jelas yang ditunjukkan dengan nilai yang cukup baik yaitu sebesar 3.91 (skala 5). Hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi karena kejelasan visi dari manajemen puncak dapat mempermudah pemahaman karyawan akan arah yang ingin dituju dan cara pencapaiannya. Kejelasan visi dari manajemen puncak ini didukung dengan sosialisasi yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang cukup yaitu sebesar 3.46 (skala 5) yang berarti visi perusahaan cukup tersosialisasi dengan baik sehingga cukup diketahui sampai level terbawah perusahaan. Sayangnya kejelasan visi kurang didukung dengan kejelasan strategi perusahaan sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketidaksepahaman mengenai strategi perusahaan. Penilaian untuk hal ini adalah cukup rendah yaitu sebesar 2.67 (skala 5) yang berarti pada dua karyawan bisa diperoleh pemahaman akan strategi perusahaan yang berbeda. Penjelasan mengenai strategi perusahaan harus lebih disosialisasikan lagi karena ketidaksepahaman karyawan akan strategi perusahaan dapat menyebabkan perusahaan berjalan salah arah Dimensi Orientasi Masa Depan Pada bagian ini, karyawan menilai orientasi perusahaan di masa depan dimana responden diberikan lima pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian 69

38 ini adalah 3.19 (skala 5). Penilaian ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup berorientasi pada masa depan walaupun masih belum memadai. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.12 Dimensi Orientasi Perusahaan pada Masa Depan Dimana: 1 Kami sadar bahwa perusahaan kami adalah perusahaan yang terdepan/terbaik di bidangnya. (+) 2 Kami tidak banyak berinvestasi di R&D. ( ) 3 Perusahaan kami senang menciptakan pasar yang benar benar baru berdasarkan produk produk yang sangat inovatif, dimana konsumen sendiri belum tahu kalau mereka membutuhkannya. (+) 4 Kami cenderung lebih sebagai pengikut/ follower daripada pemimpin dalam pengembangan produk baru. ( ) 5 Secara umum, para karyawan tidak diberikan penghargaan dalam bereksperimen mencoba halhal baru. ( ) Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa karyawan menempatkan perusahaan sebagai perusahaan yang cukup baik di bidangnya yang ditunjukkan dengan nilai yang cukup tinggi yaitu 3.67 (skala 5). Di dunia bisnis yang sarat akan persaingan ini, penilaian cukup baik saja tidak lah cukup. Oleh karena itu, perusahaan harus lebih meningkatkan lagi pelayanan dan produk produknya agar bisa menjadi perusahaan yang baik atau bahkan terbaik di bidangnya sehingga bisa menjadi lebih maju, lebih berkembang, dan pada akhirnya bisa memenangkan persaingan. 70

39 Salah satu hal yang bisa mempengaruhi peningkatan pelayanan dan penciptaan produk produk baru adalah adanya R&D. Dengan adanya R&D, perusahaan bisa menciptakan produk produk baru ataupun hal hal baru yang nantinya bisa mendukung jalannya bisnis. Sayangnya hal ini kurang didukung oleh perusahaan. Kurangnya dukungan dari perusahaan, ditunjukkan dengan nilai cukup rendah yaitu sebesar 2.81 (skala 5) yang berarti perusahaan belum banyak berinvestasi di R&D. Penciptaan produk produk baru yang sangat inovatif ini nantinya dapat mendorong terciptanya pasar yang benar benar baru. Sayangnya hal ini kurang dapat terealisasi dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai yang baru bernilai cukup yaitu sebesar 3.37 (skala 5). Kurang terealisasinya penciptaan pasar yang benar benar baru, menyebabkan perusahaan cenderung menjadi pengikut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai sebesar 3.22 (skala 5) yang berarti dalam pengembangan produk, perusahaan masih cenderung menjadi pengikut (follower) ketimbang memimpin. Penilaian dalam pemberian penghargaan kepada karyawan yang bereksperimen mencoba hal hal baru masih rendah yaitu sebesar 2.90 (skala 5). Hal ini berarti masih kurangnya apresiasi perusahaan terhadap karyawan yang melakukan eksperimen. Pemberian penghargaan terhadap karyawan yang kreatif dan inovatif harus lebih ditingkatkan lagi karena adanya apresiasi yang sesuai bisa menjadi motivasi karyawan dalam berinovasi yang nantinya hal ini dapat mendorong terciptanya pasar yang benar benar baru bagi perusahaan Dimensi Orientasi Individu Pada bagian ini, karyawan menilai orientasi mereka sendiri terhadap nilai nilai entrepreneurship dimana responden diberikan 9 pertanyaan. Nilai rata rata dari penilaian ini adalah 2.46 (skala 5) dan merupakan nilai terendah 71

40 dari semua elemen. Penilaian ini menunjukkan bahwa belum banyak karyawan yang mempunyai sifat entrepreneurial. Sifat entrepreneurial merupakan hal yang penting karena dengan dimilikinya sifat entrepreneurial, karyawan akan menjadi lebih terbiasa dan mudah melihat, menangkap atau menciptakan peluang bisnis baru. Hal ini nantinya akan dapat membantu perusahaan untuk maju dan berkembang sehingga perusahaan tidak saja hanya bisa bertahan dalam persaingan yang ketat tapi juga bisa memenangkannya. Hasil dari penilaian pada dimensi ini dapat dilihat pada gambar di bawah Mean Gambar 4.13 Dimensi Orientasi Individu Dimana: 1 Saya sering berangan angan menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri. (+) 2 Saya tidak menilai diri saya sebagai pemberontak (suka mempertanyakan hal hal yang tidak benar). ( ) 3 Jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan melakukan pekerjaan anda sebaik baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. ( ) 4 Saya sering berkhayal/melamun di tempat kerja. (+) 5 Saya suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo. (+) 6 Saya tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. ( ) 7 Sangat penting bagi saya untuk mendapatkan gaji yang adil dan pasti. ( ) 8 Saya rela menukar gaji saya sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru, yang berisiko sekalipun. (+) 9 Saya lebih nyaman dalam suatu lingkungan yang relatif lebih terstruktur/teratur. ( ) Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa ada dua nilai yang di atas rata rata pada bagian ini. Nilai yang paling bagus adalah mengenai keinginan karyawan dalam menciptakan dan menjalankan bisnis sendiri 72

41 yaitu sebesar 4.16 (skala 5) yang berarti bahwa pada dasarnya karyawan memiliki angan angan untuk berwirausaha. Selain itu, yaitu mengenai perilaku karyawan dalam mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo yang nilainya sebesar 3.27 (skala 5) yang berarti karyawan cukup suka mempertanyakan dan berusaha mengubah status quo. Sayangnya hanya dua hal tersebut saja yang nilainya berada di atas rata rata sedangkan tujuh hal sisanya masih berada di bawah rata rata. Halhal lainnya yang masih berada di bawah rata rata adalah mengenai penilaian akan diri sendiri terhadap: Perilaku pemberontak dan suka mempertanyakan hal hal yang tidak benar. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 2.36 (skala 5) yang berarti karyawan tidak menilai dirinya sebagai seseorang dengan perilaku pemberontak yang suka mempertanyakan hal hal yang tidak benar. Hal ini masih harus diperbaiki lagi karena sebenarnya intrapreneurship membutuhkan orang orang yang memiliki jiwa pemberontak. Tetapi jiwa pemberontak yang dimaksud disini adalah sifat memberontak yang membangun (rebellious constructionists) bukan sifat memberontak yang kerjanya hanya mengeluh (rebellious complainers). Jalan tercepat untuk mencapai puncak. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 2.19 (skala 5) yang berarti karyawan berkeyakinan bahwan jalan tercepat untuk mencapai puncak adalah dengan cara melakukan pekerjaan mereka sebaik baiknya sesuai deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan. Hal ini masih harus diperbaiki lagi karena melakukan pekerjaan hanya sesuai dengan deskripsi yang telah ditentukan belum tentu akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dikatakan demikian karena di dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah ini, karyawan harus bisa bekerja dengan lebih fleksibel tanpa terlalu tergantung dengan deskripsi pekerjaan yang ditentukan, apabila dirasakan perlu. 73

42 Perilaku sering berkhayal/melamun di tempat kerja. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 2.15 (skala 5) yang berarti karyawan tidak suka berkhayal/melamun di tempat kerja. Berkhayal/melamun di tempat kerja bukanlah suatu hal yang buruk selama berkhayal/melamun yang berhubungan pekerjaan karena dari perilaku itulah ide ide baru yang inovatif bisa muncul. Oleh karena itu, hal ini masih harus diperbaiki lagi agar perusahaan nantinya lebih bisa menawarkan pelayanan dan produk yang inovatif kepada nasabahnya. Orang yang suka melanggar aturan. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 2.09 (skala 5) yang berarti karyawan tidak menyukai orang yang suka melanggar aturan. Pada dasarnya, intrapreneurship membutuhkan orangorang yang memiliki jiwa pemberontak. Oleh karena itu, sebenarnya melanggar aturan selama masih dalam hal positif yang bertujuan membangun, terkadang perlu dilakukan. Gaji yang adil dan pasti. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 1.50 (skala 5) yang berarti mendapatkan gaji yang adil dan pasti merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan. Cepat berubahnya lingkungan bisnis menyebabkan karyawan memilih hal hal yang sudah pasti dan salah satunya adalah perihal gaji dimana karyawan menganggap gaji yang adil dan pasti merupakan hal yang sangat penting. Menukar gaji yang sekarang dengan gaji yang lebih rendah, disertai dengan kepemilikan saham perusahaan baru yang berisiko sekalipun. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 2.59 (skala 5) yang berarti karyawan tidak rela menukar gaji mereka yang sekarang dengan gaji yang lebih rendah walaupun disertai dengan kepemilikan saham pada suatu perusahaan baru apalagi saham tersebut masih berisiko. Dalam lingkungan bisnis yang serba tidak pasti dan penuh risiko ini menyebabkan karyawan menjadi tidak berani untuk mengambil risiko sehingga mereka lebih memilih penghasilan pada saat ini dibandingkan 74

43 kepemilikan saham apalagi yang masih tergolong berisiko. Hal ini masih harus diperbaiki lagi karena dalam entrepreneur seringkali dibutuhkan keberanian dalam pengambilan risiko. Lingkungan kerja. Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 1.80 (skala 5) yang berarti karyawan sangat mengharapkan bisa bekerja dalam suatu lingkungan yang lebih nyaman dan teratur Kondisi Perusahaan Pada bagian ini, karyawan menilai kondisi perusahaan pada saat ini. Hal hal yang dinilai adalah mengenai kinerja perusahaan, pemberdayaan sumber daya manusia, inovasi, dan sistem penggajian karyawan. Secara umum, nilai yang diperoleh pada penilaian ini adalah 3.17 (skala 5) yang berarti secara umum, kondisi perusahaan baru bernilai cukup dan masih perlu ditingkatkan lagi. Kinerja Perusahaan Kinerja Perusahaan Dibandingkan dengan Kompetitor Di atas ratarata 30% Sangat baik 14% Sangat buruk 0% Rata rata 52% Di bawah ratarata 4% Gambar 4.14 Kinerja Perusahaan Dibanding Kompetitor Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden (52%) menilai PT. Bank Mega Tbk. sebagai perusahaan dengan 75

44 kinerja rata rata jika dibandingkan dengan kompetitor, 30% menilai kinerja perusahaan berada di atas rata rata, 14% menilai sangat baik, dan sisanya yaitu sebanyak 4% responden menilai kinerja perusahaan berada di bawah rata rata. Pada penilaian ini juga diperoleh nilai sebesar 3.54 (skala 5) yang berarti kinerja perusahaan masih berada pada golongan rata rata. Kinerja perusahaan bisa menentukan apakah perusahaan mampu bertahan dalam dunia bisnis dan bahkan memenangkan persaingan. Oleh karena itu, agar perusahaan bisa memenangkan persaingan maka kinerjanya harus ditingkatkan lagi karena kinerja yang ada pada saat ini belum bisa dikatakan bagus di mata karyawannya. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Rata rata 49% Di atas ratarata 13% Sangat baik 10% Sangat buruk 4% Di bawah ratarata 24% Gambar 4.15 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa hampir separuh responden (49%) menilai pemberdayaan sumber daya manusia di PT Bank Mega Tbk. berada di tingkatan rata rata, 24% menilai di bawah rata rata, 13% menilai di atas rata rata, hanya 10% yang menilai sangat baik, dan bahkan 76

45 ada juga reponden (4%) yang memberikan penilaian sangat buruk untuk pemberdayaan sumber daya manusia. Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan maupun kegagalan perusahaan dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat adalah sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena sumber daya manusia merupakan aset terbesar perusahaan, terutama bagi PT Bank Mega Tbk. yang bergerak dalam bidang layanan jasa perbankan dimana kualitas layanan merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan bisnisnya. Sebagai perusahaan yang ingin memberikan layanan terbaik kepada nasabah, kualitas sumber daya manusia menjadi perhatian utama. Pada saat ini, pemberdayaan sumber daya manusia perusahaan berada pada tingkatan ratarata dengan nilai 3.03 (skala 5). Hal ini bisa menghambat perusahaan dalam menghadapi persaingan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya manusia dan juga melakukan peningkatkan kualitas secara terus menerus. Inovasi Inovasi Perusahaan Suka bereksperimen 30% Sangat suka bereksperimen Sangat 12% konservatif 7% Rata rata 43% Tidak suka bereksperimen 8% Gambar 4.16 Inovasi Perusahaan Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa dalam hal inovasi, 43% responden menilai PT. Bank Mega Tbk. berada pada tingkatan rata rata, 77

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA

4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4 BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan langkah langkah dalam penelitian yang dilakukan dengan maksud agar hasil yang sistematis dapat diperoleh,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Sebuah penelitian memerlukan adanya metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis. Tahapan-tahapan penelitian disusun secara

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 4.1. Kerangka Pemecahan Masalah BAB IV ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Entrepreneurial Orientation Survey

Lebih terperinci

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi

Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Fokus Solusi Bisnis Budaya instansi yang dimiliki oleh suatu instansi harus dapat mendukung visi dan misi dari organisasi, serta strategi yang telah dirumuskan sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Perubahan lingkungan bisnis telah menantang perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan ketat. Perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnisnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Dalam suatu penelitian diperlukan metodologi penelitian yang terstruktur dan sistematis agar mengarah pada penelitian baik. Pada

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah

BAB III SOLUSI BISNIS. Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pada prinsipnya penelitian dilakukan untuk menjawab masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa salah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (2005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. DAFTAR PUSTAKA Churchill, Gilbert A. & Dawn Iacobucci (005) Marketing Research: Methodological Foundations, 9e, South Western, Ohio, USA. Kuratko, Donald F. & Richard M. Hodgetts (00) Entrepreneurship:

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Hasil Survei EOS menunjukkan bahwa secara umum penilaian terhadap orientasi entrepreneurial di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung ternyata tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan dalam penelitian proyek akhir ini dilakukan agar memiliki solusi yang terarah dan spesifik dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Pada umumnya, hasil EOS di BCA menunjukkan bahwa budaya intrapreneurship di BCA sudah cukup memadai, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar

BAB III SOLUSI BISNIS. Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan tidak terlalu melebar pembahasannya, maka pada proyek akhir ini perlu

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Pembatasan solusi bisnis dalam penelitian ini ditentukan agar perusahaan memiliki beberapa alternatif mengenai bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Penelitian yang dilakukan dalam proyek akhir ini terbatas sampai dengan identifikasi dan usulan rencana implementasi dari

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Morris, Michael H., 2002, Corporate Entrepreneurship, South-Western, Ohio. Pinchot III, Gifford, 1985,

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang terstruktur berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian secara sistematis. Dengan metodologi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM :

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR. Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS PT PAYA PINANG PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: MUFTI ARDIAN NIM : 29105020 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manejemen

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York

DAFTAR PUSTAKA. 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York DAFTAR PUSTAKA 1. Hisrich, Robert D Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York 2. Kuratko, Donald F. & Hodgetts, Richard M., 2004, Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice,

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI THE BRITISH INSTITUTE BANDUNG Oleh: MEDIANY KRIS EKA PUTRI NIM 29105327 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian yang menggunakan instrumen Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) dapat dinyatakan bahwa secara umum corporate

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa hasil akhir yang didapat dari penelitian ini adalah TBI masih sangat perlu memperbaiki banyak

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D & Petters, Michael P, 2004, Entrepreneurship, McGraw Hills, New York. Moeljono, Djokosantoso, 2005, Good Corporate Culture Srbagai Inti Dari Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Kesimpulan Setelah menjalankan penelitian di PT. Bank Negara Indonesia cabang ITB memakai EOS (Entrepreneurial Orientation Survey) dan ELQ (Entrepreneurial

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI. PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. CABANG ITB BANDUNG Oleh: SUDHARMA SEMIDANG PUTRA NIM: 29105329 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT BRANTAS ABIPRAYA Oleh : NURIANA PRAMITASARI NIM : 29105343 Program Studi Manajemen Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Instititut Teknologi Bandung Menyetujui

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY

LAMPIRAN A. Entrepreneurial Orientation Survey (EOS) ENTREPRENEURIAL ORIENTATION SURVEY DAFTAR PUSTAKA Asisthariani, 2007, Analisis Budaya Kewirausahaan Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tangan di Bandung dan Yogyakarta Menggunakan Alat Ukur EOS & ELQ, Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Dalam bukunya yang berjudul Corporate Culture: Challenge to Excellence, Moeljono mengungkapkan bahwa riset yang dilakukan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, tentunya untuk dapat bersaing sebuah perusahaan memerlukan adanya sistem manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR. Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO PROYEK AKHIR Oleh: MOHAMMAD BUCHORY KASTOMO NIM: 29105344 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) ABSTRACT

Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1)   ABSTRACT PENILAIAN DAN ANALISIS CORPORATE ENTREPRENEURSHIP CULTURE UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT EFEKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. PDAM TIRTA DHARMA BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Wartiyah 1), Daryono 1) E-mail: daryono_jvc@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN ANALISIS BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN STUDI KASUS : KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG UTAMA WILAYAH JABODETABEK PT BANK CENTRAL ASIA TBK PROYEK AKHIR Oleh: RIFNI IVANA AZIS 29105006 Program Magister

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR. Oleh: DESVIANA PRANATALIA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI JATIS MOBILE JAKARTA PROYEK AKHIR Oleh: NIM: 29105073 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 2008 ANALISIS BUDAYA

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Pembatasan Solusi Bisnis Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Mandiri berupaya untuk menjadi dominant specialist bank pada tahun 2010.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Fry, F.L. (1993) Entrepreneurship: A Planning Approach. Minneapolis: West Publishing Company. Graves, D., (1986) Corporate Culture Diagnosis and Change: Auditing and Changing the Culture

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah untuk Dipecahkan Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat cepat. Terdapat banyak sekali perusahaan yang mengelola perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan tertentu dengan menggunakan tenaga manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA Aldianto, Leo, 2006, Bahan Presentasi: Entrepreneurship & Intrapreneurship, MBA- ITB: n.p Azwar, Saifuddin, 2000. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei, dimana data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Bina Nusantara Business School, yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum tentang UD. Ria Jaya a. Sejarah UD. Ria Jaya adalah toko yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR. Oleh: YULIANTO NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG PROYEK AKHIR Oleh: YULIANTO NIM: 29105356 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, kerangka berpikir diarahkan untuk mendapatkan konsep-konsep penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada sehingga dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan Tanah Abang sebagai lokasi penelitian karena sekitar 80% pedagang yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Equity Securities Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

III. METODE PENELITIAN. dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan interpretasi yang bersifat kualitatif. Menurut Ghozali (2005 : 4) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin, 51 BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi tentang deskripsi responden dan analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 45

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 45 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii ABSTRACT... iv ABSTRAK... v LEMBAR PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. intrapreneurship sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Intrapreneurship 2.1.1 Pengertian Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic dan Hisrich (2003, p9) intrapreneurship sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui apakah peran manajer atau pimpinan secara keseluruhan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui apakah peran manajer atau pimpinan secara keseluruhan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedisiplinan merupakan suatu hal yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah peran manajer atau pimpinan secara keseluruhan dapat dilaksanakan dengan baik

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL PT BANK MEGA TBK. PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh : ASHIE WARA ANINDYA 29105025 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yang meneliti adanya pengaruh pemberian upah pungut terhadap kinerja PNS dengan motivasi sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Vale Indonesia Tbk. Memiliki visi, misi dan tujuan yang dapat terwujud, apabila didukung oleh SDM bermutu. PT. Vale Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan kita ukur. Dalam penelitian ini adapun objek penelitiannya adalah Malcolm Baldrige national quality award

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. akan dicapai dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak semua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. akan dicapai dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak semua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Herzberg dan Cascio dalam tinjauan pustaka, peneliti melakukan penyesuaian teori dengan tujuan yang akan dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mencari informasi yang dapat memberikan gambaran yang di perlukan untuk menganalisa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang beralamat di Jl. Demang. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Kuesioner Berikut adalah data jawaban dari hasil kuesioner yang diperoleh dari responden yang dilakukan dengan membagikan secara langsung dan melalui mailing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian adalah : Beberapa tahap akan saya gunakan untuk melakukan di dalam penelitian ini Tahap pertama : Penentuan data yang akan dipakai adalah data primer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi

Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi Contoh Perilaku dan Budaya Organisasi Perilaku pegawai tidak terlepas dengan budaya organisasi. Menurut Kotter dan Hesket, budaya organisasi merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksplanatif untuk menjelaskan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksplanatif untuk menjelaskan BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksplanatif untuk menjelaskan hubungan di antara sepuluh faktor dimensi penilaian prestasi kerja serta menganalisis relevansi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai budaya perusahaan yang ada dalam Bahana Group. Bahana group adalah kelompok perusahaan yang bergerak di dalam industry pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah yang menerima fasilitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah responden yang terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam penelitian ini subjeknya adalah nasabah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket 1) Validitas Pengujian validitas penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjukkan sejauh mana alat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting perusahaan karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional perusahaan. Agar perusahaan tetap eksis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoretis 2.1.1 Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang memuaskan di tempat kerja, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasaan konsumen perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perusahaan butik di Daerah Istimewa Yogyakarta. nyata terhadap strategi intelligence generation. Besar pengaruh

BAB V PENUTUP. perusahaan butik di Daerah Istimewa Yogyakarta. nyata terhadap strategi intelligence generation. Besar pengaruh BAB V PENUTUP Pada bab lima ini penulis membuat kesimpulan hasil penelitian, implikasi manajerial serta saran yang diajukan bagi pihak manajemen perusahaan butik di Daerah Istimewa Yogyakarta. V.1. Kesimpulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas perusahaan yaitu budaya perusahaan. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki budaya khas yang dominan di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Reponden Dalam penelitian ini terkumpul 100 kuesioner dengan subyek penelitian atau responden adalah karyawan PT krakatau Steel yang berada

Lebih terperinci

budaya organisasi dengan variabel kualitas kinerja dosen diperoleh hasil

budaya organisasi dengan variabel kualitas kinerja dosen diperoleh hasil BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Keslmpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan Pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu unsur penting dari manajemen adalah manusia. Pada setiap perusahaan yang menerapkan sistem manajemen yang baik tentunya

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin.

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang usahanya dalam

Lebih terperinci

Mengelola Budaya Organisasi

Mengelola Budaya Organisasi Mengelola Budaya Organisasi Budaya organisasi? Definisi - nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi. - Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan. - Cara pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel

Lebih terperinci