BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA"

Transkripsi

1 BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA 7.1. Relasi Gender dalam Pembagian Kerja Relasi gender, mempersoalkan posisi perempuan dan laki-laki dalam pembagian sumberdaya dan tanggung jawab, manfaat, hak-hak, kekuasaan dan previlege. Penggunaan relasi gender sebagai suatu kategori analisis tidak lagi berfokus pada perempuan yang dilihat terisolasi dari laki-laki. Relasi gender dalam masyarakat dapat dilihat sebagai faktor yang tidak tetap. Hal itu karena gender berkaitan dengan klasifikasi maskulin dan feminin yang dikonstruksi oleh suatu masyarakat. Klasifikasi sosial tersebut berbeda-beda tergantung budaya yang ada dalam masyarakat. Masyarakat di Desa Sidakaton berasal dari etnis Jawa yang cenderung menjunjung tinggi budaya patriakhi. Masyarakat patriarkhi menurut Sadawi (2001) adalah masyarakat yang mempunyai rujukan sistem yang berdasarkan pada kesepakatan laki-laki, dimana dalam masyarakat tersebut kondisi perempuan sangat termarginalisasikan dan dipinggirkan melalui kerja-kerja domestik. Peminggiran perempuan dalam masyarakat patriarkhi dilihat dari sisi pola pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan terwujud dengan sangat jelas, dimanalaki-laki lebih banyak mendominasi sektor publik, sedangkan perempuan pada sektor domestik. Dalam masyarakat patriarkhi, hubungan pembagian kerja tidak menampakkan pola keseimbangan. Dalam pekerjaan, laki-laki lebih dihargai dibandingkan pekerjaan perempuan Juliet Mitchell (1994), seperti ditulis oleh Juliastuti 4, mendeskripsikan patriarki dalam suatu term psikoanalisis yaitu the law of the father (aturan ayah) yang masuk dalam kebudayaan lewat bahasa atau proses simolik lainnya. Selanjutnya Juliastuti mengutip pendapat Herdi Hartmann (1992), salah seorang feminis sosial, mengatakan bahwa patriarki adalah relasi hirarkis antara laki-laki 4 Juliastuti, Nuraini. Kebudayaan Maskulin, Macho, Jantan, dan Gagah, Retrieved from: tanggal, 27 November 2011

2 64 dan perempuan dimana laki-laki lebih dominan dan perempuan menempati posisi subordinat. Selain itu, patriaki merupakan sisten nilai atau cara pandang terhadap kehidupan dengan menempatkan laki-laki dan perempuan pada posisi dan peran yang berbeda-beda. Laki-laki ditempatkan pada posisi tinggi, dominan, dan sektor publik. Perempuan diposisikan rendah, subordinasi, dan sektor domestik, konsekuensi sosialnya adalah laki-laki mendominasi perempuan. Semenjak masa kanak-kanak, pembagian kerja pada masyarakat di Desa Sidakaton sudah berdasarkan jenis kelamin dan telah disosialisasikan dalam keluarga pada setiap individu. Hal ini dilakukan agar seorang individu mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya dalam keluarga, dan bahkan dalam masyarakat. Atau dengan kata lain, pola sosialisasi yang diterapkan dalam keluarga akan membentuk kepribadian seseorang. Berkaitan dengan hal itu, Mead dalam Megawangi (1999) mengatakan bahwa sesungguhnya pria dan wanita adalah makhluk yang belajar berperilaku, mereka sebagai orang dewasa tergantung dari pengalaman-pengalaman di masa kanak-kanak. Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar di masa kecil akan terus mengiringi pola tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan keluarga dan orang lain. Pernyataan Mead di atas berlaku pada masyarakat Jawa di Desa Sidakaton. Masyarakat di desa tersebut mempunyai kebiasaan berinteraksi dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan yang disesuaikan dengan pola pembagian kerja yang seimbang serta saling membantu agar dapat mengerjakan pekerjaan yang lain selain bertani. Pola sosialisasi dilakukan oleh generasi yang lebih tua dengan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki kepada generasi selanjutnya. Nilai-nilai tersebut ditanamkan sesuai dengan tingkat dan pola pemahamannya mengenai pembagian kerja dalam mengerjakan aktivitas seharihari. Pembagian kerja secara seksual oleh laki-laki dan perempuan telah menjadi kesepakatan masyarakat awam atas tubuh perempuan dan tubuh laki-laki, sehingga akan muncul nilai-nilai dan norma yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, baik dalam keluarga dan lembaga masyarakat. Pada umumnya anak laki-laki berorientasi pada jenis pekerjaan yang biasa dilakukan setiap hari sedangkan anak perempuan lebih banyak berorientasi kepada ibunya.

3 65 Pembagian kerja dalam rumahtangga petani memiliki beragam hubungan dalam tabulasi silang dengan relasi gender. Hasil tabulasi silang antara relasi gender dengan pembagian kerja disajikan pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Relasi Gender Adil Kurang Adil Tidak Adil Persentase Responden menurut Relasi Gender dalam Pembagian Kerja di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, 2011 Pembagian Kerja Produktif Reproduktif Sosial R S T R S T R S T R S T Total R S T Total R S T Total Keterangan : R= Rendah, S= Sedang, T= Tinggi Berdasarkan tabulasi silang dapat dilihat bahwa relasi gender adil tertinggi ketika kegiatan produksi berada pada kategori sedang, sedangkan pada saat kegiatan produksi rendah, persentase responden yang dihasilkan relasi gender adil berada pada kategori sedang sebesar 65 persen. Pada saat kegiatan produksi tinggi persentase responden yang dihasilkan relasi gender tidak adil berada kategori sedang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian responden mengatakan bahwa dalam kegiatan produktif (usahatani bawang merah) mengatakan adil, sebagian lagi kurang adil dan bahkan persentase terbesar saat

4 66 kegiatan produktif tinggi menghasilkan persentase responden tidak adil sebesar 71,4 persen. Hal ini dikarenakan oleh budaya patriarkhi yang memposisikan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan pencari nafkah bagi perempuan. Dengan demikian, posisi perempuan hanya dianggap sebagai pembantu atau perawat yang melakukan pekerjaan sebatas melayani kepentingan laki-laki. Berdasarkan hasil tabulasi silang, responden yang melakukan kegiatan reproduktif yang tinggi dengan relasi gender adil yang rendah sebesar 50 persen. Hal ini menunjukkan responden yang menganggap kegiatan reproduktif dalam rumahtangga petanin bawang merah memiliki relasi adil hanya setengahnya.. Sedangkan ketika responden menganggap kegiatan reproduktif tinggi dan relasi gender yang mengatakan adil juga tinggi memiliki persentase sebesar 16.7 persen, artinya kegiatan reproduktif tidak membuat relasi gender adil menjadi tinggi pada rumahtangga petani. Responden yang memiliki kegiatan reproduktif yang tinggi, menghasilkan pernyataan akan relasi gender kurang adil pada rumahtangga petani bawang merah tergolong pada kategori sedang yaitu sebesar 66.7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan reproduktif rumahtangga petani tidak terlalu berhubungan dengan relasi gender. Sedangkan kegiatan reproduktif yang tinggi tidak membuat relasi gender tidak adil juga tinggi seperti terlihat pada tabel. Sebagian besar responden yang menganggap kegiatan reproduktif tinggi, menghasilkan pernyataan responden pada relasi gender kurang adil sedang yaitu sebanyak 50 persen. Hal ini dikarenakan kegiatan reproduktif rumahtangga petani bawang merah tidak terlalu memperhatikan relasi gender dalam kegiatan reproduktif. Dilihat dari persentase atas tanggapan responden mengenai pernyataan yang diajukan dan wawancara mendalam dalam studi kasus yang dilakukan terhadap responden dan informan terdapat pernyataan-pernyataan yang sangat jelas bahwa diantara laki-laki dan perempuan mempunyai tugas utama masingmasing. Tampak jelas bahwa tugas utama yang digarisbawahi adalah tugas perempuan sebagai pengatur rumahtangga dan mengurus anak. Meskipun demikian, satu hal yang amat menonjol dari jawaban-jawaban responden adalah bahwa mereka tetap diperbolehkan oleh suaminya untuk bekerja. Hal ini disebabkan sifat pekerjaan yang ditekuni dapat disesuaikan dengan kondisi

5 67 kesibukan dalam rumahtangga. Sementara itu, secara eksplisit tidak disebutkan bahwa laki-laki juga bertanggung jawab untuk mengurus rumahtangga dan merawat anak. Menurut masyarakat Desa sidakaton, nilai-nilai pembagian kerja atau peran gender istri dalam rumahtangga cenderung ketat jika dibandingkan dengan nilai-nilai pembagian kerja atau peran gender suami. Responden suami boleh menjalankan perannya dalam kegiatan produktif, reproduktif dan kemasyarakatan. Berbeda dengan responden istri yang perannya dominan di sektor domestik, terutama pada rumahtangga yang memiliki pendapatan rendah, istri harus membantu suami mencari nafkah dengan ikut bekerja di lahan usahatani bawang merah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Responden istri memiliki beban kerja yang terlalu berat. Beban kerja istri pada kegiatan produktif dan reproduktif menghambat perannya untuk ikut dalam kegiatan kemasyarakatan. Sehingga mereka merasa bahwa relasi gender dalam rumahtangga kurang adil. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh ibu ZNB (60 tahun): ya nok gimana mau ikut kegiatan masyarakat wong kerjaan di rumah banyak, belum lagi kerjaan di sawah udah cape duluan,,, Pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam sektor domestik dan publik akan melahirkan beban kerja ganda bagi kaum perempuan. Akan tetapi, beban tersebut dianggap sebagai peran pembantu dalam pekerjaan laki-laki, bukan sebagai perempuan yang mampu bekerja terlepas dari segala mitos tubuh dan isu gender yang bias. Tabel 14 memaparkan beberapa pernyataan yang merupakan gambaran dari ketat atau tidaknya nilai-nilai gender dalam rumahtangga menurut masyarakat Desa Sidakaton. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dari 15 item pernyataan mengenai relasi gender dapat dilihat bahwa sebagian responden di Desa Sidakaton memiliki pandangan positif terhadap pernyataan ketat atau tidaknya nilai-nilai peran gender akan tetapi ada juga yang masih memandang nilai-nilai tersebut negatif.

6 68 Tabel 14. Jumlah Responden Suami dan Responden Istri berdasarkan Relasi Gender, Desa Sidakaton, 2011 Responden No Relasi Gender Suami Istri Jumlah S TS S TS 1. Suami dan istri memiliki kedudukan yang sama dalam keluarga 2. Istri boleh menjadi penanggung jawab dalam keluarga jika suami tidak ada 3. Perempuan boleh menikmati pendidikan setinggi mungkin seperti yang diimgimkan 4. Perempuan boleh sering meninggalkan rumah 5. Perempuan boleh pulang malam Perempuan atau istri boleh menafkahi keluarga 7. Perempuan boleh bekerja diluar rumah Perempuan boleh melakukan pekerjaan berat seperti: mencangkul, mengolah lahan, dan mengairi lahan usahatani. 9. Laki-laki juga dapat melakukan pekerjaan yang ringan seperti: menyemai, menanam, serta menyiangi Istri harus mendapat izin dari suami untuk melakukan kredit usahatani 11. Suami dan istri mremiliki tanggungjawab yang sama terhadap usahatani yang dimiliki Melakukan pekerjaan rumah seperti: memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah tidak hanya dilakukan oleh istri tapi juga suami 13. Istri boleh terlibat aktif dalam kegiatan berorganisasi Istri boleh memimpin rapat dalam pertemuan-pertemuan kemasyarakatan 15 Istri tidak perlu mendapatkan izin dari suami untuk mengikuti kegiatan diluar rumah Keterangan: S: Setuju; TS: Tidak Setuju Pembagian kerja gender menurut Budiman (1985) adalah pola pembagian kerja antara pasangan suami-istri yang disepakati bersama, serta didasari oleh sikap saling memahami dan saling mengerti. Pembagian kerja tersebut diciptakan oleh pasangan dalam keluarga pada sektor publik dan sektor domestik. Pembagian kerja tersebut tidak dilakukan berdasarkan konsep tubuh laki-laki dan tubuh perempuan, melainkan atas kerjasama yang harmonis dalam membangun

7 69 keluarga. Semenjak masa kanak-kanak, pembagian kerja menurut jenis kelamin dan telah disosialisasikan dalam keluarga pada setiap individu. Hal ini dilakukan agar seorang individu mengetahui apa yang menjadi hak dan masyarakat. Atau dengan kata lain, pola sosialisasi yang diterapkan dalam keluarga akan membentuk kepribadian seseorang. Relasi gender dalam pembagian kerja pada rumahtangga untuk penelitian ini didekati dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan yang mencakup kegiatan produktif, kegiatan reprodukstif, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan produktif atau nafkah yaitu kegiatan yang dilakukan langsung atau tidak langsung yang menghasilkan pendapatan berupa uang. Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan rumahtangga serta mendukung kegiatan produkstif. Sementara kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan kegiatan dimana terdapat saling interaksi sesama manusia yang bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik dalam suatu masyarakat Kegiatan Produktif (Usahatani Bawang Merah) Kegiatan produktif responden petani bawang merah adalah kegiatan dalam usahatani yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan terdiri dari beberapa tahapan kegiatan. Bawang merah merupakan tanaman semusim, yang dimanfaatkan adalah umbinya yang berlapis-lapis yang sebenarnya merupakan pangkal daun yang bagian atasnya berbentuk silinder dan dari pangkal daun sampai bagian yang ada akarnya berubah bentuk dan membengkak menjadi umbi yang berlapis-lapis. Tahapan kegiatan dalam menanam bawang merah diantaranya yaitu; tahapan pra panen, tahapan panen serta tahapan pasca panen. Tahapan pra panen terdiri dari: pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penyediaan bibit, penanaman bibit, pemberian pupuk pertama, pengairan, penjarangan, penyiangan (membersihkan lahan sawah dari gulma), pemberian pupuk kedua dan seterusnya sampai empat kali serta pengontrolan hama. Sedangkan tahapan pasca panen terdiri dari; pengangkutan, sortasi (memilih hasil panen yang layak untuk dijual), pembersihan, pengemasan,memuat hasil panen ke dalam truk dan pemasaran.

8 Proses Budidaya Tanaman Bawang merah Seperti halnya yang sudah dijelaskan di atas bahwa proses usahatani atau budidaya tanaman bawang merah memiliki beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu tahapan pra panen yang terdiri dari: Pengolahan Lahan Bertujuan untuk menciptakan tanah sebagai media tumbuh tanaman menjadi gembur sehingga tanah seperti ini akan dapat menunjang pertumbuhan akar dengan baik sedini mungkin. Disamping itu pengolahan tanah juga dimaksudkan untuk dapat menciptakan iklim makro dari tanah yang dimaksudkan untuk membasmi sisa-sisa gulma. Setelah struktur tanah yang gembur dapat diciptakan, pekerjaan selanjutnya yaitu membuat bedengan-bedengan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki serta arah bedengan yang benar. Ukuran bedengan yang pas adalah lebarnya cm dengan ketinggian bedeng cm; panjang bedengan disesuaikan dengan ukuran lahan setempat. Sedangkan jarak antara satu bedengan dengan bedengan lainnya (lebar parit) adalah cm. Arah memanjang bedengan tegak lurus dari arah/alur irigasi pokoknya. Penyediaan Bibit, Bibit merupakan awal dari keberhasilan atau kegagalan. Oleh karena itu bibit haruslah bibit yang sehat yang telah melewati masa dorman selama 3-4 bulan, dan akar telah mulai keluar. Umbi masih terasa padat, utuh dan tidak cacat. Sehari sebelum tanam, dilakukan pemotongan sepertiga dari pucuknya dengan maksud untuk mempercepat pertumbuhan umbi dan tumbuhnya tunas dan umbi. Hal ini sesuai dengan apa yang dituturkan oleh Bapak HJK (50 tahun); pemilihan bibit itu harus yang bagus agar mendapat hasil yang bagus juga. Biasa bawang yang akan dijadikan bibit yaitu bawang kawak (bawang lama) dan biasanya bibit yang digunakan untuk 1 hektar sawah sebanyak 16 kwintal Dasar pemilihan bibit yang baik lainnya adalah sebagai berikut : Siung bawang merah yang akan dijadikan bibit sudah harus mengalami penyimpanan selama tiga bulan sejak dipanen, diameter siung sebesar 1,5-2 cm, keadaan umbi/siung harus merupakan bawang merah yang utuh bulat, padat, keras dan mengkilat dengan kadar air sebesar 80 persen, di panen dari tanaman yang telah

9 71 berumur dari hari, setiap siung yang ditanam akan mampu menghasilkan hasil panen 4-6 siung anakan serta untuk luas tanam satu ha memerlukan bibit berkisar antara Kwintal. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Hj.CS (65 tahun);...bibit yang baik atau bibit unggul memiliki harga yang cukup tinggi. Harga bibit unggul sebesar Rp ,00 per kwintal, untuk satu hektar tanah yang akan dikelola dibutuhkan 15 kwintal jadi harga bibit unggul yang akan digunakan untuk budidaya bawang merah sebesar Rp , Kegiatan sebelum penanaman Bibit, diatas bedengan dibuat alur tanam untuk tanah yang relatif subur dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan kedalaman tanam 2-3 cm. Pemupukan Awal dilakukan bilamana pupuk kandang mudah didapat maka setiap hektar lahan memerlukan sebanyak ton pupuk kandang yang harus dicampur merata dengan tanah sewaktu pekerjaan mempersiapkan bedengan. Pemupukan dilakukan sebanyak empat kali dalam satu kali tanam. Komposisi Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kujang satu kwintal, NPK 1 kwintal, dan TS 0.5 kwintal untuk lahan satu hektar. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan pemeliharaan seperti pengairan, pengontrolan hama, penyiangan, penjarangan. Tahapan terakhir yaitu tahapan pasca panen. Untuk mempertahankan kualitas yang baik, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian karena sifatnya yang mudah rusak. Kerusakan dapat disebabkan antara lain penurunan kandungan air, pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, kebusukan, dan pelunakan umbi. Kerusakan tersebut menurunkan kualitas bawang merah baik dan nilai gizi, warna, bau, maupun rasa. Penanganan pasca panen yang penting untuk menghindari kerusakan dan penurunan kualitas meliputi pembersihan, pengeringan, sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan pengolahan, seperti yang dikemukakan salah satu informan yaitu bapak LLM (50 tahun); setelah hari maka bawang siap dipanen dan setelah bawang dipanen sebelum dijual bawang harus dijemur selama 10 hari dan setelah itu dilakukan pembersihan (mbutik). Mbutik untuk dua kwintal bawang merah biasanya dikerjakan oleh 1 orang buruh tani..

10 Pembagian kerja dalam Kegiatan Produktif Kegiatan Produktif merupakan kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang, misalnya bertani, berkebun, berdagang, dan lain-lain. Kegiatan produktif dalam penelitian ini yaitu kegiatan usahatani bawang merah. Peran dalam kegiatan ini dilihat melalui pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan pada tiap tahapan kegiatan usahatani bawang merah. mulai dari pra produksi (persiapan) hingga pasca panen (pemasaran). Pembagian kerja produktif responden petani bawang merah dibedakan dalam tiga jenis kegiatan yaitu kegiatan produktif di lahan usahatani yang hanya dilakukan suami, kegiatan tang dilakukan bersama (suami dan istri) serta kegiatan yang hanya dilakuakan oleh istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian kerja untuk kerja produktif di keluarga responden lebih banyak dilakukan lakilaki, perempuan yang bekerja hanya untuk menambah pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahapan kegiatan dalam usahatani bawang merah yang sifatnya merupakan pekerjaan kasar dan berat maka pelaku kegiatannya dominan laki-laki (suami). Sebaliknya, pada tahapan kegiatan yang sifatnya merupakan pekerjaan ringan maka pelaku kegiatannya dominan perempuan (istri). Munculnya anggapan bahwa perempuan melakukan pekerjaan ringan dalam tahapan kegiatan usahatani disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) bentuk fisik laki-laki dan fisik perempuan, dimana fisik perempuan dikatakan tidak sekuat tubuh laki-laki yang dimitoskan tidak kuat dalam bekerja; (2) perempuan adalah makhluk yang berperasaan halus, lemah-lembut, suka merapikan, dan melakukan pekerjaan yang sifatnya menata. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pelabelan (stereotipi) yang dibentuk oleh masyarakat terhadap perempuan dalam kegiatan usahatani.bawang merah. Berikut data hasil persentase responden dalam pembagian kerja kegiatan produktif.

11 73 Tabel 15. Pembagian Kerja dalam Rumahtangga untuk Kerja Produktif NO KEGIATAN USAHATANI BAWANG MERAH SUAMI+ISTRI S I B n persen n persen n persen TOTAL (persen) 1 Pengolahan lahan Pembuatan Bedengan Mencangkul Penanaman bibit 14 15, , , Pemberian pupuk I 68 75, 6 4 4, , Pengairan (nyiram) 60 66, 7 4 4, , Penjarangan 30 33, , , Penyiangan 2 2, , Pemberian pupuk II Pengontrolan hama 56 62, 2 6 6, , Panen 8 8, , , Pengangkutan 82 91, , Sortasi 56 62,2 6 6, , Pembersihan 10 11, , , Pengemasan 12 13, , , Memuat hasil panen ke dalam alat angkut 89 97, , Pemasaran 48 53, , Membeli benih 64 71, , Keterangan : S= Suami, I= Istri, B= Bersama Berdasarkan Tabel 15, terlihat beberapa pola umum pembagian kerja dalam kegiatan usahatani bawang merah di Desa Sidakaton. Kegiatan produktif yang dominan dilakukan oleh suami atau laki-laki diantaranya Pengolahan lahan, pembuatan guludan, mencangkul, memupuk, pengairan, pengangkutan, membeli benih dal lain-lain. Keadaan di Desa Sidakaton sejalan dengan hasil penelitian di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar (Pratiwi, 2007) yang menunjukan bahwa tahapan kegiatan usahatani yang sifatnya merupakan pekerjaan kasar dan berat maka pelaku kegiatannya dominan suami. Sebaliknya,

12 74 tahapan kegiatan yang sifatnya merupakan pekerjaan ringan maka pelaku kegiatannya dominan istri. Pembelian benih dan pupuk dominan dilakukan oleh suami karena suamilah yang tergabung dalam kelompok tani. Sementara istri hanya membantu dalam proses pembibitan dan pemupukan. Kegiatan produktif yang dominan dilakukan oleh istri atau perempuan antara lain menanam benih (tandur), menyiram, menyiangi hama (matun), pembersihan (mbutik), pemilihan benih (mrotol). Kegiatan produktif yang dilakukan secara bersama adalah memanen (ngunduh). Pengemasan, dan lain-lain. Pembagian kerja tersebut dipengaruhi oleh steterotipi yang berkembang dalam masyarakat yaitu; perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan berat karena pekerjaan berat di sawah seharusnya dilakukan oleh laki-laki. Seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak WS (60 tahun) berikut ini;..mencangkul yang ngerjain ya laki-laki. kan pekerjaan berat terus butuh tenaga yang kuat kasihan kalo yang ngerjain perempuan. Perempuan mah kerja yang ringan-ringan aja seperti; mrotol, nandur, panen, nyiangi, karo mbutik Curahan Waktu Responden Petani dalam Kegiatan Usahatani Bawang Merah Curahan waktu antara responden laki-laki dan responden perempuan dalam kegiatan usahatani berbeda. Curahan waktu yang diukur yaitu curahan waktu responden petani dalam mengelola sawah pertanian Pada Gambar 6 disajikan curahan waktu kerja produktif responden suami dan responden istri. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa curahan waktu responden suami dalam kegiatan usahatani bawang merah dominan pada tahap pra panen atau kerja pemeliharaan. Namun jam kerja suami lebih banyak daripada istri yaitu 149 jam dari total waktu kerja dalam satu kali musim tanam. Sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan pasca panen yaitu enam jam.

13 75 Gambar 6. Curahan Waktu Kerja Produktif Responden Suami dan Responden Istri(Satu Kali Musim Tanam), Desa Sidakaton, 2011 (dalam jam) Berbeda dengan responden istri, responden suami tidak melalukan kegiatan panen. Curahan waktu istri dalam kegiatan usahatani bawang merah juga dominan pada tahapan pra panen yaitu menghabiskan waktu 86 jam untuk satu kali musim tananm dari total kerja produktif. Sisanya, delapan jam digunakan untuk panen, delapan jam lagi digunakan untuk sortasi dan pembersihan (mbutik). Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki keterlibatan dalam pekerjaan produktif dalam hal usahatani bawang merah. Perbedaannya pada jenis pekerjaannya serta jumlah jam kerja laki-laki yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah jam kerja perempuan. Pada tahap pasca panen jumlah jam kerja istri lebih banyak daripada jumlah jam kerja suami. Jika dilihat terjadi pola keseimbangan antara kerja domestik dengan kerja produktif hal ini disebabkan perempuan atau para istri ikut serta dalam kegiatan mencari nafkah (kegiatan produktif). Selain itu faktor budaya masyarakat petani bawang merah dalam mendukung terjadinya keseimbangan pembagian kerja dalam keluarga petani tersebut. Faktor tersebut menumbuhkan kesadaran gender pada keluarga petani untuk menerapkan praktik pembagian kerja yang seimbang, baik di dalam maupun di luar rumah. Pembagian kerja tersebut juga melahirkan nilai-nilai dan sikap yang menghargai dan memposisikan istri (perempuan) tanpa menimbulkan ketimpangan gender pada keluarga petani ltersebut

14 76 Upah satu hari kerja dari pukul WIB hingga pukul WIB untuk buruh perempuan adalah sebesar Rp ,00, sedangkan untuk buruh tani lakilaki sebesar Rp ,00 akan tetapi biasanya buruh tani laki-laki mendapat upahnya bagi hasil dengan pemilik lahan. Dengan bagi hasil 1/8 yaitu satu untuk pekerja dan tujuh untuk pemilik modal. Misalkan saja mendapat uang sebesar Rp ,00, Rp ,00 untuk buruh tani laki-laki dan sisanya untuk pemilik modal. Seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak SN(45 tahun); upah untuk buruh laki-laki dalam satu hari kerja sebesar Rp ,00-Rp ,00 dan perempuan sebesar Rp ,00-Rp ,00. Biasanya buruh laki-laki mendapat bagi hasil dari pemilik modal sebesar 1/8. 1 untuk buruh tani dan 7 untuk pemilik lahan dan modal. Sementara untuk upah pembersihan berbeda lagi itu sudah jadi tanggung jawab pembeli. Saya mah hanya upah panen mbak kalo masalah mbutik ya yang bayar upah pembeli.. Lebih besarnya upah buruh tani laki-laki daripada buruh tani perempuan disebabkan karena jenis pekerjaan laki-laki dalam pengelolaan usahatani bawang merah lebih berat daripada pekerjaan perempuan. Dengan demikian, tampaknya masih terdapat ketidakadilan gender dalam hal perbedaan upah antara buruh tani laki-laki dan buruh tani perempuan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Mugniesyah dan Fadhilah dalam Meylasari (2010) bahwa pekerjaan di sektor pertanian, sebagaimana sektor informal lainya belum dilindungi oleh Undang- Undang Ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997, padahal Indonesia memiliki Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, khususnya Pasal 11 tentang hak perempuan dan laki-laki untuk menerima upah yang sama Kegiatan Reproduktif Kerja reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang atau barang akan tetapi kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan rumah tangga Kegiatan reproduktif yang dilakukan oleh responden petani bawang merah meliputi: memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, membersihkan halaman, membersihkan rumah, berbelanja ke pasar,

15 77 mendampingi anak belajar, mengantar anak sekolah, menyetrika pakaian, mencuci piring, memperbaiki rumah jika ada yang rusak, memperbaiki peralatan listrik, pengelolaan keuangan, menyapu dan mengepel. Kegiatan ini diukur melalui curahan waktu dengan menggunakan metode recall sehari yang lalu dengan satuan jam perhari. Pada tabel berikutnya akan dilihat bagaimana pembagian kerja reproduktif dan curahan waktu antara responden suami dan responden istri Pembagian kerja dalam Kegiatan Reproduktif Pembagian kerja dalam rumahtangga dapat dilihat dari profil kegiatan lakilaki dan perempuan. Berdasarkan konsep peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga dapat dibedakan adanya lingkup kerja reproduktif. Pembagian kerja dalam keluarga untuk kerja reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, seperti melahirkan dan mengasuh anak serta pekerjaan rumah tangga. Kerja reproduktif dalam penelitian ini dilihat dari pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersikan rumah dan belanja kebutuhan rumah tangga. Berikut data hasil persentase responden dalam pembagian kerja kegiatan reproduktif

16 78 Tabel 16. Pembagian Kerja dalam Rumahtangga untuk Kerja Reproduktif. NO JENIS KEGIATAN SUAMI+ISTRI TOTAL (persen) REPRODUKTIF S I B n persen n persen n persen 1 Memasak ,0 97,8 2,0 2, Mencuci pakaian 16,0 17, 8 54,0 60,0 20,0 22, Mengasuh anak ,0 51,1 44,0 48, Membersihkan halaman 22,0 24, 4 41,0 45,6 27,0 30, Membersihkan rumah 22,0 24, 4 41,0 45,6 27,0 30, Berbelanja ke pasar ,0 100, Mendampingi anak belajar ,0 50,0 45,0 50, Mengantar anak sekolah 41,0 45,6 49,0 54, Menyetrika pakaian ,0 100, Mencuci piring 6,0 6,7 71,0 78,9 13,0 14, Memperbaiki rumah jika rusak 12 Memperbaiki peralatan listrik 53,0 58,9 14,0 15,6 23,0 43, ,0 86,7 6,0 6,7 6,0 6, Pengelolaan keuangan 33,0 36,7 57,0 63, Menyapu 2,0 2, 2 39,0 43,3 49,0 54, Mengepel 23,0 25,6 44,0 48,9 23,0 25,6 100 Keterangan : S= Suami, I= Istri, B= Bersama Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat sebanyak 13 dari 15 kegiatan reproduktif yang diamati dalam penelitian ini dominan dikerjakan oleh istri atau perempuan. Kegiatan reproduktif yang dominan dilakukan oleh suami atau lakilaki yaitu memperbaiki rumah dan peralatan listrik jika terjadi kerusakan. Walaupun suami ikut membantu, akan tetapi istri lebih dominan dalam mengasuh anak. Proses pengasuhan ini mencakup bidang pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pendidikan. Dalam pengasuhan, para suami tidak cukup sabar dalam mengasuh dan mendidik anak.

17 Curahan Waktu Responden Petani Bawang Merah dalam Kegiatan Reproduktif Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya dimana perempuan dominan bekerja pada sektor domestic, maka laki-laki dominan pada sektor publik. Pada rumahtangga petani bawang merah yang diteliti, total curahan waktu yang digunakan responden istri untuk melakukan pekerjaan reprpduktif lebih banyak daripada total curahan waktu responden suami. Responden suami mencurahkan 8,63 jam dari 24 jam waktu yang dimilikinya untuk melaukan kegiatan reproduktif. Sedangkan istri mencurahkan 16 jam dari 24 jam waktu yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan reproduktif. Rata-rata curhan waktu kerja reproduktif responden dalam rumahtangga petani bawang merah tersaji pada Tabel 17. Tabel 17.Rata-rata Curahan Waktu Kerja Reproduktif Responden Suami dan Responden Istri dalam Kegiatan Reproduktif (dalam jam), Desa Sidakaton, 2011 Jenis pekerjaan Responden Suami Responden Istri Jam jam Memasak 0,10 1,48 Mencuci pakaian 0,30 0,97 Mengasuh anak 1,50 2,98 Membersihkan halaman 0,98 1,00 Membersihkan rumah 0,60 1,50 Berbelanja ke pasar 1,00 2,34 Mendampingi anak belajar 1,50 1,98 Mengantar anak sekolah 0,55 0,55 Menyetrika pakaian 0,50 1,00 Mencuci piring 0,30 0,40 Memperbaiki rumah jika rusak 0,40 0,20 Memperbaiki peralatan listrik 0,50 0 Pengelolaan keuangan 0,20 1,00 Menyapu 0,10 0,30 Mengepel 0,10 0,30 Total 8,63 16

18 80 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa memang benar jika dikatakan sektor domestik didominasi oleh perempuan akan tetapi tidak berarti laki-laki tidak berperan dalam sektor domestik 7.4. Kegiatan Sosial Kegiatan sosial kemasyarakatan adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat setempat. Kegiatan kemasyarakatan di Desa Sidakaton terbagi menjadi dua bagian yaitu; kegiatan kelembagaan informal dan kegiatan kelembagaan formal. Keikutsertaan responden responden petani bawang merah dalam kegiatan kemasyarakatan dilihat berdasarkan pendapat responden suami dan responden istri Pembagian kerja dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Kegiatan sosial kemasyarakatan lebih sering dilakukan secara bersamaan. Kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang biasanya diikuti oleh baik suami maupun istri yaitu arisan, pengajian, takziah (melayat), menjenguk orang sakit, membantu dan menghadiri acara hajatan dan kerja bakti. Kegiatan yang sering diikuti oleh responden laki-laki diantaranya yaitu rapat RT, siskamling, kelompok tani. Sedangkan kegiatan sosial yang khusus diikuti oleh responden perempuan yaitu posyandu, kegiatan PKK akan tetapi kegiatan ini jarang sekali dilaksanakan. Responden suami dan responden istri sepakat bahwa dalam kelembagaan formal didominasi oleh peran suami dalam bidang kegiiatn politik seperti rapat RT, Kelompok Usaha Tani. Sedangkan istri seperti kegiatan posyandu, KB, dan PKK. Kegiatan PKK di desa ini tidak terlalu berjalan dikarenakan ibu-ibu atau para istri yang kurang aktif dalam kegiatan tersebut. Pada kelembagaan informal, kegiatan yang dominasi dilakukan oleh istri adalah pengajian. Pengajian diadakan secara rutin setiap satu minggu sekali, Pengajian diadakan di masjid masjid dengan jamaah laki-laki maupun perempuan terkadang ada juga pengajian khusus laki-laki dan pengajian khusus perempuan. Selain kegiatan pengajian acara kumpul bersama dengan warga-warga lain yaitu

19 81 pada saat ada warga yang meninggal dunia dan setiap malam selama tujuh hari diadakan pengajian di rumah keluarga orang yang meninggal dunia. Jika ada tetangga yang sedang mengadakan acara hajatan atau selamatan maka penduduk akan turut membantu penyelenggaraan acara tersebut. Para suami dapat membantu dalam persiapan peralatan dan perlengkapan acara, sedangkan para istri dapat membantu dalam persiapan konsumsi. Bantuan (snoman) tersebut biasanya dilakukan sejak tiga hari menjelang penyelenggaraan acara. Sementara itu, kerja bakti yang bersifat tidak rutin diadakan menurut kepentingan tertentu. Misalnya pada saat ada pengajian akbar, ada pembangunan jalan, jumat bersih. Biasanya kerja bakti dilakukan pada masing-masing RT tergantung dari kesepakan RT tersebut. Keikutsertaan responden petani bawang merah dalam kegiatan kemasyarakatan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Pembagian Kerja Menurut Responden suami dan Responden Istri dalam Kegiatan Kemasyarakatan, Desa Sidakaton, 2011 No Jenis Kegiatan Responden Suami (persen) Responden Istri (persen) Suami Istri Bersama Suami Istri Bersama 1. KB 23,0 65,4 11,5 23,1 65,4 11,5 2. Posyandu 0 100, , Pemilu , ,0 4. Rapat RT 100, ,3 0 16,7 5. PKK/Dasawisma 0 100, , Kelompok tani 100, ,0 10,0 10,0 7. KUT 100, ,3 10,0 6,67 8. Pengajian 10,0 83,3 6, , Arisan , ,0 10. Gotong-royong , ,0 11. Selamatan/hajatan , ,0 12. Kematian/dukacita , ,0 13. Siskamling 100, , Menjenguk orang sakit 15. Membantu di hajatan , , , ,0

20 Curahan Waktu Responden Petani Bawang Merah dalam Kegiatan Kemasyarakatan Kegiatan kemasyarakatan pada responden petani bawang merah lebih dilakukan oleh suami, begitu juga dengan curahan waktunya. Curahan waktu dalam kegiatan kemasyarakatan diukur dalam waktu satu bulan (24 jam x 30 hari). Berikut disajikan hasil rata-rata curahan waktu responden petani bawang merah dalam kegiatan kemasyarakatan. Tabel 19. Rata-rata Curahan Waktu Responden Suami dan Responden Istri dalam Kegiatan Kemasyarakatan (24 jam x 30 hari), Desa Sidakaton, 2011 No Jenis Kegiatan Responden Suami Responden Istri Jam jam 1. KB 0 1,00 2. Posyandu 0 1,60 3. Pemilu Rapat RT 2,27 1,86 5. PKK/Dasawisma 0 1,50 6. Kelompok tani 2,33 2,00 7. KUT 1, Pengajian 2,12 2,29 9. Arisan 2,03 1, Gotong-royong 3,17 1, Selamatan/hajatan 2,87 2, Kematian/dukacita 2,89 2, Siskamling 6, Menjenguk orang sakit 1,74 1, Membantu di hajatan 2,98 3,00 Total 30,65 23,32 Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata curahan waktu untuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh responden suami lebih banyak daripada responden istri. Responden suami mencurahkan waktu 30,65 jam dari total waktu selama satu bulan. Sedangkan istri hanya mencurahkan waktu sebanyak 23,32 jam dari total waktu selama satu bulan.

21 Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian Kerja dengan KKG dalam Rumahtangga Petani Hubungan antara relasi gender dalam pembagian kerja (reproduktif, produktif dan sosial) dengan kesetaraan dan keadilan gender dalam rumahtangga petani dilihat dari akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Hasil pengujian hubungan tersebut tersaji pada Tabel 18 di bawah ini. Hasil pengujian hubungan antara relasi gender dalam pembagian kerja dengan konsep KKG tidak memiliki hubungan yang nyata baik untuk akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat. Dengan demikian hipotesis keduayang menyatakan Terdapat hubungan nyata antara relasi gender dalam pembagian kerja dengan konsep KKG dalam rumah tangga petani yang ditinjau dari akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat ditolak. Tabel 20. Hasil Pengujian Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian Kerja dengan Konsep KKG dalam Rumahtangga Petani Pembagian kerja Akses Kontrol Pembentukan Keluarga Kontrol Kegiatan Utbm Kontrol Kegiatan Masyarakat Partisip asi Manfaat Reproduktif Produktif Kegiatan Sosial Reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, seperti melahirkan dan mengasuh anak serta pekerjaan rumah tangga. Kerja reproduktif dalam penelitian ini dilihat dari pembagian kerja lakilaki dan perempuan dalam menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersikan rumah dan belanja kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05) untuk persepsi akses, partisipasi, kontrol dan mafaat. Dengan demikian relasi gender dalam pembagian kerja bidang reproduktif tidak berhubungan nyata dengan konsep KKG yang di tinjau dari akses, kontrol, partisipasi dan manfaat.

22 84 Responden penelitian ini adalah Rumahtangga petani yang melakukan kegiatan produktif seluruhnya yaitu menanam bawang merah. Hasil pengujian hubungan antara produktif dengan diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang nyata. Hal ini dikarenakan seluruh responden bekerja dalam bidang produktif.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Instrumen Penelitian Kehidupan Keluarga Variabel: Identitas Keluarga Nama Pekerjaan Umur (tahun) Pendidikan Suami IBU Nama

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB VIII KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA PETANI BAWANG MERAH

BAB VIII KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA PETANI BAWANG MERAH BAB VIII KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA PETANI BAWANG MERAH 8.1. Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) Pengertian keadilan gender (gender equity) menurut ILO (Mugniesyah, 2007) merupakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bawang Merah Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang tetap bertahan dari zaman kolonial Belanda sampai tahun 1990, bahkan sampai sekarang. Keberadaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjaun Pustaka Mempelajari peranan wanita pada dasarnya adalah menganalisis tentang dua peranan dari wanita itu. Pertama,

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan

III. METODE PENELITIAN. sistematik, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Tujuan dari teknik deskriptif analisis adalah membuat gambaran secara sistematik, faktual dan akurat

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

A. Malsari Kharisma Alam, A.Amidah A., Sitti Nurani S 83

A. Malsari Kharisma Alam, A.Amidah A., Sitti Nurani S 83 A. Malsari Kharisma Alam, A.Amidah A., Sitti Nurani S 83 PERAN PEREMPUAN PADA USAHA PERSUTERAAN ALAM DI DESA PISING KECAMATAN DONRI-DONRI KABUPATEN SOPPENG A. Malsari Kharisma Alam 1), A. Amidah Amrawaty

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci