Asset Management pada Sistem Transmisi Yanuar Hakim, Sumaryadi, Anita Pharmatrisanti, Bambang Cahyono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Asset Management pada Sistem Transmisi Yanuar Hakim, Sumaryadi, Anita Pharmatrisanti, Bambang Cahyono"

Transkripsi

1 Abstrak: Asset Management pada Sistem Transmisi Yanuar Hakim, Sumaryadi, Anita Pharmatrisanti, Bambang Cahyono Kebijakan perusahaan adalah salah satu factor kunci yang dapat mempengaruhi proses bisnis serta pencapaian terhadap kinerja, dimana keberhasilan mempertahankan kinerja merupakan salah satu parameter keberhasilan pengelolaan asset yang dilakukan oleh asset manager, kemudian bagaimana perusahaan mengelola asset-asset yang dimilikinya untuk mendapatkan performa yang telah ditetapkan oleh stakeholder. Pemilihan atas pola serta kebijakan pengelolaan asset yang akan diterapkan bergantung pada berbagai aspek yang menjadi pertimbangan, antara lain : kebijakan pemegang saham atau pemilik perusahaan yang selanjutnya diturunkan dalam bentuk Key Performance Indicators (KPI). Faktor internal, seperti : proses bisnis, sumber daya manusia dan keuangan, serta faktor eksternal, seperti : tingkat mutu pelayanan atau persyaratan yang di tetapkan stakeholder. Semuanya itu merupakan driver atau kendali membuat kebijakan pengelolaan asset. Keberhasilan dalam pengelolaan aset, merupakan suatu cerminan kemampuan dalam melakukan risk management (manajemen resiko) terhadap asset, dimana hal ini merupakan inti dari kegiatan asset management. Tiga pilar utama yang menjadi dasar pertimbangan risk management adalah : physical asset, financial asset, dan intagible asset. Physical assets mencakup aset peralatan instalasi terpasang, monitoring dan diagnostic tools. Financial asset mencakup financial instrument, equity accounted, dan investment. Sedangkan intangible asset mencakup operating license, knowledge and skill of staff. Dalam prosesnya, pengelolaan asset memerlukan suatu mekanisme manajemen data yang terintegrasi dari berbagai bidang dalam organisasi. Integrasi ini berperan untuk menghubungkan seluruh fungsi dan level dalam organisasi, dengan demikian penggunaan teknologi informasi pada organisasi atau perusahaan tersebut mempunyai peran yang sangat penting untuk mendapatkan suatu proses yang efektif dan efisien. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi pegawai pada semua lini di lingkungan wilayah kerja PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Kata kunci: Risk Managemet, Condition assessment, Key Performance Indicator, Intangible Asset.

2 I. Pendahuluan Kebutuhan energi dunia sekarang ini meningkat cukup signifikan, ketergantungan manusia akan energi listrik di berbagai aspek kehidupan terus meningkat, bila pada 20 tahun yang lalu, listrik hanya merupakan kebutuhan sekunder, maka sekarang ini energi listrik sudah merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan utama dari kebanyakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya tuntutan konsumen atau pengguna energi listrik akan ketersediaan (availability) serta tingkat keandalan (reliability) kepada perusahaan penyedia energi listrik dalam hal ini PT PLN (Persero) juga meningkat. Sehingga untuk memenuhi semua itu, PT PLN (Persero) membutuhkan banyak pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik, saluran transmisi dan distribusi, serta yang terpenting adalah bagaimana melakukan pengoperasian sistem serta pengelolaan asset-asset yang dimiliki untuk mendapatkan suatu performa yang optimal dengan mekanisme yang efektif dan efisien. PT.PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B JB) yang diberi tanggung jawab untuk pengelola system ketenagalistrikan di wilayah Jawa, Madura dan Bali, dimana ukuran akan tingkat keberhasilan pengelolaannya mengacu kepada Key Performance Indicator (KPI) yang ditetapkan oleh PT.PLN (Persero) Kantor Pusat. Penjabaran terhadap KPI ini masih dapat dikatakan bersifat individual, dimana integrasi antar fungsi dalam organisasi belum dapat tergambarkan sebagai suatu proses yang saling berkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dikatakan KPI masih dipandang sebagai suatu keberhasilan jangka pendek. Umpan balik dari evaluasi proses yang seharusnya menjadi faktor pendukung untuk perbaikan dan pengembangan (improvement) belum dilakukan secara sistematis dengan proses yang tertata baik. Perusahan listrik (utility) di belahan dunia lain, seperti NUON Belanda dan NGC Inggris, atau TNB Malaysia, dimana dalam prosesnya, perusahaan tersebut bersinggungan langsung dengan pelanggan, maka tingkat mutu pelayanan yang di jabarkan dalam KPI ditetapkan oleh stakeholder (pihak-pihak yang terlibat langsung dalam bisnis ketenagalistrikan) dengan melakukan perbaikan terus menerus (continous improvement) berdasarkan umpan balik dari asesmen proses yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dimana agar mendapatkan suatu hasil yang optimal, maka pelaksanaanya diwadahi suatu fungsi dalam struktur organisasi untuk lebih focus untuk mendukung pelaksanaan aset manajemen. Oleh karena itu, di tengah tuntutan akan tingkat mutu layanan terhadap pelanggan serta keterbatasan finansial dalam mengelola asset, PT.PLN (Persero) P3BJB sebaiknya melakukan manajemen asset yang penekanannya lebih berorientasi kepada proses dengan melakukan continous improvement untuk mendapatkan performa yang optimal atas asset-assetnya dalam jangka panjang, tidak semata-mata berorientasi pada hasil yang dapat dikatakan merupakan cerminan keberhasilan jangka pendek. Ruang lingkup dalam tulisan ini adalah bagaimana kebijakan pengelolaan aset ditinjau dari berbagai aspek seperti : Pola pemeliharaan, pengolahan data, dan asesmen hasil monitoring dan diagnosa. Sedangkan aspek pendukung yang meliputi finansial, pengembangan sumber daya manusia yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan aset manajemen tidak dibahas secara detail. II. Asset Management 2.1 Definisi Umum Asset management menurut Hasting (tahun 2000) dimulai tujuan dari suatu bisnis atau organisasi yang berupa kumpulan kegiatan kemudian dikaitkan dengan melakukan identifikasi aset apa yang diperlukan, bagaimana cara mendapatkan, bagaimana cara Page 2 of 16

3 mensupport-nya, memelihara-nya, serta mengganti atau memperbaharuinya sedemikian rupa, sehingga prosesnya dapat dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan bisnis dan organisasi perusahaan. Menurut International Infrastructure Management Manual (Australia dan New Zealand tahun 2002) aset manajemen adalah kombinasi antara manajemen finansial, ekonomi, enjiniring, dan kegiatan lainnya, yang diterapkan pada aset fisik dengan tujuan menyediakan tingkat pelayanan yang diinginkan pelanggan dengan cara yang paling efektif dari segi pembiayaan (cost effective). Beardow tahun 2003 dalam definisinya, asset management merupakan pengelolaan aset sebagai sebuah properti yang dimiliki perorangan atau perusahaan yang mempunyai nilai moneter Definisi asset management menurut CIGRÉ 309 (Asset management working group C1.1): Asset management adalah seperangkat proses bisnis yang perhatiannya lebih terfokus kepada pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan asset organisasi, sehingga sesuai dengan persyaratan pelanggan dan pihak-pihak yang berkaitan (shareholders). Persyaratan ini biasanya menyertakan persyaratan biaya, performa, safety dan lingkungan untuk menghasilkan penyediaan listrik yang aman. Sedangkan menurut Jones dari Yorkshire Electricity (1997) asset management dimodelkan dalam tiga level, yang masing-masing terdiri dari output bisnis yang bersifat strategis (kinerja atau tata nilai perusahaan). Kontribusi asset manager adalah bagaimana dia dapat melakukan identifikasi tahapan siklus hidup (life cycle) dari asset yang dikelolanya untuk mencapai model tiga level tersebut. Sehingga pada akhirnya mampu mengidentifikasikan proses-proses pada tahapan dimana asset manager harus terlibat seperti pada gambar 1. Tugas utama Asset Manager Strategis Business Manager Leader Campuran strategis & taktis Engineer & Technical Specialist Bermacam-macam spesialisasi Taktis Operator & Pemelihara Tim & individu yang tinggi skillnya Why What When How Gambar 1 Tiga level dalam asset management Publicly Available Specification (PAS) 55, suatu standar yang banyak digunakan oleh pemerintah Inggris, lebih secara spesifik mendefinisikan Asset Management sebagai suatu aktifitas yang dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi, pelaksanaannya melalui optimalisasi organisasi atau perusahaan dalam mengelola aset-asetnya yang melingkupi antara lain : kinerja (performance), tingkat resiko dimana penekanannya lebih difokuskan kepada siklus hidup (lifecycle) dari asset. Tujuannya adalah untuk menuju suatu proses dimana ukuran atau tingkat keberhasilan harus sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan dengan cara yang lebih effektif. Sebagai contoh penerapan aset manajemen pada kehidupan sehari-hari adalah, seperti halnya mengelola dan mengatasi masalah dalam rumah tangga. Ketika dalam rumah tangga Page 3 of 16

4 yang keuangannya terbatas akan tetapi mempunyai sejumlah kewajiban dan permasalahan yang harus diselesaikan, misalnya: pada saat yang sama harus berangkat ke kantor, sementara mobil tidak dapat hidupkan, gas LPG untuk memasak habis, genting rumah rumah bocor. Dari berbagai permasalahan tersebut, manakah yang paling krusial? Kemudian apa pertimbangan yang menjadi titik berat dalam rumah tangga tersebut? Apakah resiko yang mungkin akan dihadapi bila permasalahan tersebut tidak terselesaikan?. Bagaimana anggaran yang dimiliki?. Semuanya ini menjadi landasan untuk menentukan skala prioritas, permasalahan mana yang menjadi pertimbangan utama dalam mengelola rumah tangga tersebut. Dari berbagai solusi yang akan dipilih, tentunya harus melalui kajian (assesment), kajian ini harus dapat menentukan kemungkinan atau probabilitas munculnya permasalahan serupa, serta konsekuensi yang harus dihadapi, dari kedua aspek tersebut akan diperoleh suatu tingkatan resiko yang akan terima oleh rumah tangga itu, sehingga prioritas yang dipilih sudah mempertimbangkan dengan cermat tingkat resikonya. Misalnya, bila rumah yang bocor tidak segera di perbaiki sumber kebocorannya, maka kemungkinan besar dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan rumah tangga lainnya apabila turun hujan. Hasil condition assessment diketahui kerusakan pada 4 buah genting yang retak dan bolong kecil akibat terkena lemparan batu dan genting sebagai atap rumah masih dapat digunakan sesuai fungsinya apabila tidak turun hujan, selanjutnya apakah probabilitas akan turun hujan cukup besar, ketika diketahui rumah bocor. Bisa saja kebocoran rumah diketahui pada bulan Juli, dimana rata-rata wilayah Indonesia sedang musim kemarau, sehingga probabilitasnya rumah akan tergenang air akibat terjadi kebocoran pada bulan Juli sangat rendah. Selanjutnya berdasakan Risk assessment, keputusan untuk segera memperbaiki 4 buah genting ditempatkan pada prioritas yang rendah serta dapat ditunda perbaikannya, sampai probabilitas hujan akan turun pada daerah tersebut lebih tinggi dari bulan Juli, sekalipun pemilik rumah akan menerima konsekuensi terjadi kerusakan peralatan rumah tangga lainnya bila turun hujan. Sedangkan fungsi rumah sebagai tempat tinggal (disini kita sebut performa atau kinerja) masih dapat digunakan sesuai persyaratan layak yang ditetapkan oleh keluarga tersebut. Resiko disini didefinisikan sebagai perkalian dari probabilitas dan konsekuensi. Oleh karenanya, pemilik rumah akan melakukan condition assessment dan risk assessment permasalahan lainnya yang dihadapi dalam rumah tangga tersebut, untuk menentukan prioritas sesuai dengan keuangan yang dimilikinya. 2.2 Asset management pada sistem Transmisi Implementasi asset management pada sistem transmisi menurut Beardow tahun 2003 dan Cigre 309. Ada tiga tipe aset yang termasuk di dalamnya yaitu aset fisik (peralatan fisik dan alat kerja), keuangan (instrumen keuangan, investasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akuntansi), dan intangible asset (lisensi operasi, pengetahuan dan ketrampilankeahlian staf), seperti yang didefinisikan pada Gambar 2: Bagan Kendali Asset Management. Page 4 of 16

5 KEY PERFORMANCE INDICATORS BUSINESS VALUE (INTERNAL FOR EXTERNAL) BUSINESS DRIVER (EXTERNAL) SHAREHOLDERS/ REGULATORS INPUT RISK MANAGEMENT. PHYSICAL FINANCIAL INTANGIBLE Gambar 2: Bagan Kendali Asset Management Di PLN P3B JB aset fisik yang dimaksud meliputi peralatan primary equipment (instalasi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi) dan secondary equipment (alat monitoring, proteksi dan diagnostik) sebagai satu kesatuan dalam pengelolaannya. Aset finansial meliputi biaya pengelolaan aset yang tertuang dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). Intangible asset meliputi pengetahuan operasi dan pemeliharaan serta ketrampilan pegawai. Risk Management merupakan landasan utama PLN P3B JB dalam menentukan kebijakan mengelola asset-assetnya, business value internal maupun eksternal yang harus diterjemahkan ke dalam hubungan kerja antar bidang atau unit induk serta unit pelaksana yang ada di PLN P3B JB merupakan salah satu unsur kendali (driver). Sebagai contoh driver eksternal yang dapat mempengaruhi proses bisnis internal adalah seperti, desain teknis peralatan yang akan dipasang pada sistem ketenagalistrikan eksisting, merupakan wewenang unit jasa enjiniring (PLN JE) sebagai unit yang diberi tanggung jawab oleh PT PLN (Persero) Kantor Induk untuk melaksanakan desain enjiniring di seluruh instalasi PT PLN (Persero), dalam prosesnya PT PLN (Persero) JE akan mendapatkan masukan atau umpan balik dari unit pengusahaan atau unit yang mengelola operasional. Sehingga dalam jangka panjang desain teknis peralatan yang akan dipasang pada instalasi PT PLN (Persero) akan memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan pengalaman operasi dan maintenance PT PLN (Persero) P3B JB. Key Performance Indicator (KPI), dimana hal ini merupakan ukuran keberhasilan pencapaian kinerja PLN P3B JB ditetapkan oleh PLN Pusat sebagai wakil pemilik perusahaan (Stakeholders) Penetapan KPI dan peraturan pemerintah yang berperan sebagai regulator menjdi satu unsur kendali (driver) dari bisnis value. Kunci keberhasilan asset management adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan unjuk kerja seluruh business value, yaitu. dengan pengeluaran dan resiko pada tingkat yang dapat diterima dan dikendalikan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Sebelumnya business value PT PLN (Persero) di definisikan terlebih dahulu dengan mengacu kepada penjabaran visi PT PLN (Persero) Kantor Pusat, karena sebagai salah satu unit operasional PT PLN (Persero) P3BJB harus dapat menselaraskan misinya dengan visi kantor pusat, sehingga terjadi satu kesatuan yang saling besinergi dengan unit operasional lainnya. Page 5 of 16

6 Risk Manageable Risk Cost Performance Investment in Risk Based Exploitation? Gambar 3: Tantangan asset management, menekan biaya dengan tingkat resiko yang masih dapat diterima dan dikendalikan Time Untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal sesuai standar PAS 55, maka PLN P3B JB harus membuat organisasi yang optimal, terdiri berbagai unsur yang saling menunjang, berkontribusi serta saling berkait antara satu bidang dengan bidang lainnya. Sumber daya manusia yang cukup mampu serta menguasai dan mendefinisikan batasan kinerja yang dapat dicapai, sehingga proses bisnis yang menjadi landasan penentu keberhasilan standar pelayanan yang telah dipersyaratkan oleh pemilik perusahaan dapat lebih menekankan kepada unsur efektifitas dan effisiensi. Dengan demikian diharapkan obyektifitas dari asset management adalah mengoptimalkan pemanfaatan asset selama lifecycle-nya ditinjau dari semua business value, sebagaimana ditentukan oleh Asset Owner (pemilik asset) dalam hal ini adalah pemegang saham atau pemerintah, mengingat sampai tulisan ini dibuat PT PLN (Persero) masih sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketetnagalistrikan (PKUK) dari pemerintah Republik Indonesia. Pada beberapa Negara maju, industry ketenagalistrikan sudah menggunakan mekanisme pasar, sehingga peran pemerintah sebagai penyedia ketenagalistrikan secara monopoli sudah bergeser hanya sebatas menjadi regulator saja. Gambar 4: Instalasi sistem ketenagalistrikan dalam asset management Sistem ketenagalistrikan yang ditampilkan pada Gambar 4, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam mencapai tingkat keandalan tertentu sesuai target yang diberikan stakeholder. Artinya terhadap setiap komponen yang terlibat didalamnya harus dilakukan suatu kajian untuk dapat menentukan resiko yang akan dihadapi. Ketersediaan (availability) dari energi listrik atau kesiapan peralatan instalasi ketenagalistrikan untuk terus dapat melayani konsumen merupakan perkalian dari ketersediaan setiap peralatan yang ada di dalamnya. Sehingga dapat ditulis dalam bentuk persamaan: Availibility system Page 6 of 16

7 ketenagalistrikan pada gambar 4 adalah perkalian dari Avaibility tiap komponen atau dapat ditulis dengan persamaan A = (A*B*C*D*E*F*G*H*I), dimana A adalah avaibility dari bay penghantar tersebut. 2.3 Faktor penentu keberhasilan Asset Management Kajian Kondisi (condition assesment) Kajian kondisi menjadi dasar atau tulang punggung dari proses asset management untuk mengambil keputusan, apakah peralatan akan terus dioperasikan, dilakukan perbaikan hanya bagian peralatan yang rusak saja, penggantian peralatan secara utuh atau menambah peralatan terpasang. Dari condition assesment kita dapat mengetahui : tingkat kepentingan atau urgensi asset, tingkat kecepatan timbulnya masalah, tingkat kritisnya permasalahan pada asset sehingga dapat berpengaruh terhadap outage dan failure, dimana asset tersebut merupakan pemasok utama beban-beban berkategori penting dan sangat penting. Methode dalam assesment sangat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan asset management. Cigre working group A2.18 yang membahas Life Management techniqes for transformer, beberapa methode pendekatan yang dilakukan dalam condition assesment baik secara manual maupun yang dilakukan secara otomatis adalah : Kuantifikasi kondisi ketidaksempurnaan, dengan melakukan pengembangan model proses phisik dari kemungkinan munculnya ketidaksempurnaan peralatan terpasang, sehingga dapat didefinisikan karakteristik serta kondisinya. Sidik jari (fingerprint), umumnya kebanyakan dari pengujian diperlukan sebagai referensi untuk menentukan kesimpulan, dimana kesimpulan ini merupakan masukan data untuk urutan assesment berikutnya. Referensi yang menyatakan bahwa hasil pengujian tidak ditemukan adanya gangguan, atau yang lebih disukai bahwa peralatan direferensikan sesuai pada kondisi sebenarnya atau kondisi baru. Idealnya kesimpulan dari hasil pengujian semata-mata berkorelasi terhadap kondisi dan karakteristik dari transformator itu sendiri dengan menggunakan sistem pengukuran yang independent (dengan referensi standar internasional). Dalam kasus ini kesimpulan serta referensi yang digunakan dapat diberlakukan untuk seluruh tranformer dengan desain dan type yang sama, dan ini sering disebut sebagai kesimpulan sidik jari (fingerprint) Analisa tren (trend analysis), data hasil pengujian secara periodik dilakukan analisa trennya, sehingga setiap ada perubahan atau ketidaksempurnaan dapat diketahui tingkat kecenderungannya, selanjutnya dapat model statistiknya. Akan tetapi, sebaiknya data yang diolah tidak bersumber dari satu metode sampling data saja, untuk menambah akurasi dalam analisa sebaiknya juga diambil data yang didapatkan dengan metode berbeda untuk dibandingkan. Analisa statistik, merupakan bagian terpenting dari asset management untuk menentukan tindakan atau kebijakan yang harus dilakukan terhadap asset transformator, karena dengan melakukan analisa secara statistik dari data base yang diperoleh dari hasil pengukuran, monitoring dan pengujian, dapat dihitung kemungkinan atau probabilitas kelainan atau ketidaksempurnaan dari berbagai type peralatan. Untuk dapat lebih memahami uraian diatas, kasus yang dapat dijadikan contoh adalah : IBT #1, 500 MVA, 500/150 kv GITET Kembangan PT PLN (Persero) P3BJB Region Jakarta dan Banten. Dimana hasil uji karakteristik minyak yang diformulasikan dalam methode Furan test (untuk mendapatkan informasi kondisi dari isolasi kertas belitannya), diketahui estimasi Degree of Polymerisasi (derajat polimerisasi) seperti pada gambar 6, yang di interpretasikan bahwa trafo ditempatkan pada resiko tinggi dapat terganggu (high Risk of Failure). Page 7 of 16

8 Tabel 1: Hasil Furan Test, terhadap IBT #1, 500/150 kv GITET Kembangan Condition assesment yang dilakukan oleh region Jakarta & Banten, bahwa hasil Furan test pada minyak isolasi IBT #1, GITET Kembangan, diketahui telah terjadi penurunan derajat polymeriasi pada isolasi kertasnya dan interpretasi sisa umurnya di perkirakan sudah jauh berkurang dari usia teknisnya, sehingga disimpulkan beresiko tinggi untuk terganggu. Untuk mendapatkan kepastian kondisi dilakukan pengujian lain untuk mendukung keputusan asset management serta bagaimana seorang asset manager memperlakukan IBT di GITET kembangan sesuai dengan kepentingan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Maka pada tahap awal adalah membandingkan hasil pengujian dengan alat dengan merk dan type yang berbeda untuk menyakinkan validasi data yang dimiliki, hal ini terjadi karena Region Jakarta dan Banten belum memiliki sertifikasi baik bagi personil yang melakukan pengujian serta peralatan uji yang digunakan oleh lembaga yang telah terakreditasi secara internasional. Tabel 2: Hasil pengujian test furan tanggal 11 Desember 2007 (laboratorium TACS - OiLAB Australia) NO TRAFO Kandungan 2 Furfural (2FAL) Ppb 1 IBT 1 R IBT 1 S < 10 3 IBT 1 T IBT 2 R IBT 2 S <10 6 IBT 2 T 5494 Comment End of expected life Estimated percentage of remaining life 9 % Overheating caused high concentration 2FAL Normal Ageing rate Estimated percentage of remaining life 100 % End of expected life Estimated percentage of remaining life 1 % Overheating caused high concentration 2FAL End of expected life Estimated percentage of remaining life 6 % Overheating caused high concentration 2FAL Normal Ageing rate Estimated percentage of remaining life 100 % End of expected life Estimated percentage of remaining life 13 % Overheating caused high concentration 2FAL Page 8 of 16

9 Tabel 3: Hasil pengujian test furan tanggal 19 Februari 2008 (Laboratorium TXM Malaysia) NO TRAFO Kandungan 2 Furfural (2FAL) Ppb 1 IBT 1 R IBT 1 S < 10 3 IBT 1 T IBT 2 R IBT 2 S <10 6 IBT 2 T 7337 Comment End of expected life Estimated percentage of remaining life 0 % Overheating caused high concentration 2FAL Normal Ageing rate Estimated percentage of remaining life 100 % End of expected life Estimated percentage of remaining life 0 % Overheating caused high concentration 2FAL End of expected life Estimated percentage of remaining life 0 % Overheating caused high concentration 2FAL Normal Ageing rate Estimated percentage of remaining life 100 % End of expected life Estimated percentage of remaining life 0 % Overheating caused high concentration 2FAL Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kedua hasil pengujian tersebut saling mendukung, sehingga validitas datanya dapat dipercaya, kesimpulan hasil pengujian adalah : bahwa isolasi kertas telah mengalami proses pemburukan yang sangat cepat, dimana IBT 1 fasa T yang pada hasil pengujian tanggal 25 Oktober 2007 masih mempunyai perkiraan sisa umur sebesar 25 % ( sama dengan 7,5 tahun untuk trafo yang di desain berusia 30 tahun), ternyata kesimpulan dari hasil pengujian furan tanggal 11 Desember 2007 dan 19 Februari 2008 perkiraan usianya telah habis. Analisa kadar gas yang terlarut dalam minyak (Dissolved Gas Analysis) atau DGA juga perlu dilakukan pengujian secara periodik untuk dapat menentukan kondisi dari IBT, hasilnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 4: Pengujian DGA tgl 18 Februari 2008 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H CH CO CO C2H C2H C2H TDCG Hasil pengujian 22 Februari 2008 yang dilakukan di laboratorium TACS OiLAB Australia adalah sebagai berikut : Page 9 of 16

10 Tabel 5: pengujian DGA tgl 22 Februari 2008 Gases IBT 1 IBT 2 R S T R S T H CH CO CO C2H C2H C2H TDCG Hasil pengujian DGA secara umum menunjukkan bahwa minyak berada pada kondisi normal (kondisi 1) meskipun untuk IBT 2 fasa R dan T jumlah gas CO berada pada kondisi 2 (tidak normal) IBT 1 R IBT 1 T IBT 2 R IBT 2 T Gambar 5: Trend hasil pengujian DGA IBT GITET Kembangan. Berdasarkan data pengujian karakteristik dan DGA diatas, bahwa terdapat korelasi yang menyatakan hasil dua methode pengujian tersebut diketahui adanya kelainan pada isolasi IBT akibat pemanasan yang berlebih pada belitannya, pemanasan yang berlebih ini akibat tingginya beban yang dipikul oleh IBT, sehingga kesimpulan dari analisa trend (trend analysis) perlu dilakukan aktifitas treatment untuk mempertahankan kondisi IBT, agar tetap dapat melayani konsumen. Gambar 6: Transformer Assessment pada rentang lifecycle nya, dalam kondisi kontaminasi atau penuaan terhadap isolasinya Page 10 of 16

11 Salah satu treatment yang dilakukan untuk mengembalikan performa Transformator sesuai umur fisiknya, adalah dengan melakukan reklamasi kondisi minyak trafo, treatment ini dimaksudkan untuk menurunkan kadar air yang terlarut dalam minyak (lihat gambar 6). Kemudian memperbaiki sistem pendinginan untuk menghindari over heat pada isolasinya, seluruh aktifitas ini merupakan upaya asset manager untuk dapat mempertahankan ekspetasi umur trafo (live extension). Melihat aktifitas yang dilakukan pada Condition assesment IBT, maka dapat dikatakan bahwa letak keberhasilan asset management, adalah bagaimana metode pemeliharaan, monitoring, pengujian serta pemilihan type peralatan yang terpasang, jenis dan kondisi peralatan uji yang digunakan berdasarkan kajian Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dilanjutkan dengan melakukan kajian Failure Mode Effect Critical Analysis (FMECA). Disamping itu juga standar dan referensi yang digunakan sebagai dasar interpretasi terhadap hasil-hasil pengujian, monitoring dan pengukuran, serta ketrampilan dan tingkat pengetahuan sumber daya yang mengelolanya yang diperoleh melalui suatu tahapan pengenalan dan pelatihan terhadap perilaku asset-asset yang dikelolanya, adalah merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan condition assesment Kajian Resiko (Risk Assessment) Pola operasi, pola pembebanan, jenis konsumen yang beragam (sehingga bebannya beragam), serta penggunaan berbagai tipe dan merk peralatan dengan standar dan pola pemeliharaan yang tidak sama pada instalasi ketenagalistrikan, merupakan kendala tersendiri dalam penentukan metode pemeliharaan yang akan diterapkan. Seperti halnya suatu formula dalam persamaan matematik, maka asset fisik, pola operasi dan beban, serta tuntutan konsumen akan mutu pelayanan yang bervariasi merupakan variabel-variabel yang harus didefinisikan terlebih dahulu (dikuantifikasi). Hasil analisa pengujian atau pemeliharaan yang ditetapkan menghasilkan sejumlah proposal tindak lanjut. Pemilihan terhadap tindak lanjut yang diambil dilakukan dengan mengkaji resiko dari tindak lanjut terhadap variabel-variabel tadi. Oleh karenanya inti dari proses asset management adalah pelaksanaan kajian resiko (risk assessment) yang berkesinambungan berdasarkan hasil pengukuran, pengujian, dan monitoring, sehingga secara bertahap dan terus menerus akan terjadi proses pembelajaran, baik sumber daya manusia yang mengelolanya dengan meningkatnya pengetahuan (knowledge rules) SDM terhadap karakteristik peralatan terpasang, sedangkan bagi perusahaan keuntungannya adalah dapat menentukan suatu standarisasi teknis berdasarkan kondisi serta topologi wilayah kerja, bagi peralatan yang akan digunakan untuk pengembangan instalasi system ketenagalistrikan berdasarkan karakteristik beban, lingkungan, dan performa peralatan sesuai yang telah dipersyaratkan. Menurut CIGRÉ WG C1.1 yang didefinisikan dalam berbagai aspek menjadi pertimbangan terhadap langkah yang akan diterapkan, seperti : Alokasi anggaran dari total buget (flafon) untuk anggaran investasi dan anggaran operasi, dengan tidak melampaui batas yang telah ditetapkan. Strategi secara keseluruhan dari sistem atau seperangkat peralatan, dimana hal ini merupakan hak atau persyaratan yang diminta oleh pemilik perusahaan (stakeholders). Perhitungan dari total buget yang ditetapkan keperalatan, dengan pertimbangan nilai sebenarnya atau nilai penggantian peralatan tersebut. Perhitungan total dari alokasi atau buget yang diperlukan untuk mendukung bidang pemeliharaan. Pada umumnya pengambilan keputusan banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti tingkat kepentingan (urgency), seberapa tingkat ktitisnya (criticality), bagaimana kondisi Page 11 of 16

12 peralatan, tingkat ketersediaan financial serta yang tidak kalah pentingnya adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu terhadap asset tersebut. Equipment Condition Kondisi peralatan Criticality Pengaruh outage dan failure pada lokasi penting/vip Decision Asset management Urgency Tingkat kecepatan timbulnya masalah Financial Menguntungkan? Opportunity Adakah kesempatan untuk memperbaiki? Gambar 7: faktor-faktor yang mempengruhi keputusan asset management Hasil asesment yang dilakukan dapat diketahui bagaimana kondisi peralatan, apakah dari segi financial dapat menguntungkan bagi perusahaan, baik dari segi bisnis maupun citra perusahaan dan sebagai perusahaan jasa ketenagalistrikan yang harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik serta kontinuitasnya harus tetap terjaga, bagaimana dan adakah kesempatan untuk melakukan perbaikian pada peralatannya. Dalam melakukan risk assesment digunakan matrik, tujuannya adalah agar mempermudah dalam upaya menentukan parameter yang menjadi dasar pertimbangan keputusan dalam asset management. Gambar 8: Matrik untuk menentukan resiko dengan berbagai kombinasi yang dijadikan acuan dalam menentukan tingkatan resiko. Sebelum menterjemahkan dalam bentuk matrik, ada sejumlah hal yang harus dijabarkan, seperti : Apa dan bagaimana tata nilai bisnis (business value) perusahaan, lalu bagaimana terhadap pengaruhnya terhadap bisnis (business impact) perusahaan tersebut. Penjabaran Page 12 of 16

13 dari kedua hal tersebut, diawali oleh apa yang menjadi misi dari perusahaan, lalu apa yang menjadi obyektifitas perusahaan, apakah orang-orang yang terlibat dalam organisasi atau perusahaan tersebut mengerti serta memahami seberapa pentingnya business value dan business impact terhadap visi dan misi perusahaan tersebut secara keseluruhan. Tabel 6: Contoh Description of performance area dari business value Business value Description of performance area 1. Financial The business value performance element : ROA, COGS, ITO, Administration and employee expense Rp/kVA 2. Quality of service The business value performance element : SOF, SOD, SI, DI, MI, ARI 3. Safety The business value performance element Zerro Accident 4. Legal The BV performance element penalty / Auditor control 5. Image The BV performance CSR (Corporate Social Responsibility), Comdev 6. Regulatory The BV performance : voltage quality, frequency 7. Environment The BV : Environmental monitoring, electrical field, magnetic field Per Incident/ Event Tabel 7: Contoh Description of performance area dari business impact Financial Consumer Service Safety Internal Business (Availability in %) Innovation (set) Legal (Mal-Operation Freq.) Catastrophic 150 B 3 months 1died & 1hardly injured Severe 100 B 2 months 1 Disable Serious 50 B 1 month 1 Handicap Moderate 12 B 2 weeks Absent Pada kasus IBT GITET Kembangan sebagai contoh pelaksanaan risk assesment, dimana kesimpulan condition assesment IBT tersebut telah terjadi penurunan tingkat isolasinya dengan konsekuensi dapat menyebabkan gangguan IBT-nya, sehingga dengan mengacu definisi dari ke dua tabel diatas, akibat terganggunya IBT dapat menyebabkan dampak terhadap dalam berbagai aspek bisnis value, seperti : Kesan perusahaan (image), keuangan perusahaan (financial), tingkat mutu pelayanan perusahaan (quality of service), Keamanan (safety), Aspek hukum (legal), Pemerintah sebagai pemegang aturan (regulatory) dan lingkungan (evironment). Kemudian dihitung batasannya, dilanjutkan dengan melakukan diskripsi dampaknya bagi perusahaan. Ambil contoh, akibat IBT terganggu, maka menyebabkan kualitas pelayan tidak lebih baik, dan secara financial akan dihitung berapa kerugiannya, setelah dikalkulasi ternyata dapat mencapai sebesar 100 milyar rupiah. Berdasarkan tabel 7, secara financial dampak terganggunya IBT dampak terhadap perusahaan adalah katagori severe atau sangat hebat. Dari segi pelayanan terhadap pelanggan, bisa saja perbaikannya memerlukan waktu selama 3 bulan, sehingga masuk katagori catastrophic atau sebuah bencana besar bagi perusahaan, demikian halnya untuk aspek lainnya juga dapat di katagorikan dampaknya bagi perusahaan. Dengan demikian, resiko yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan businees value dan businees impact dapat diperhitungkan serta menjadi dasar pertimbangan dalam asset management, berdasarkan tabel 6, maka impact terhadap ke dua aspek tersebut tinggi (warna merah), sehingga ini dibutuhkan suatu penekanan yang lebih dibandingkan dengan aspek yang digambarkan dengan warna hijau. Tinjauan dari aspek keuangan, maka penggantian IBT dengan yang baru dapat saja tidak terlaksana, karena pada penetapan anggaran investasi tahun 2008 di Region Jakarta & Page 13 of 16

14 Banten tidak ditetapkan adanya pengadaan IBT. Sekalipun akan diganti, maka pihak pabrikan baru dapat mengirim Trafo paling cepat 6 bulan setelah ada pesanan dari utility dalam hal ini PLN, sementara IBT GITET Kembangan yang terdiri dari 3 buah trafo per unitnya (single bank), adalah suply utama ke GI Cengkareng serta Bandar Udara (Bandara) Internasional Sukarno Hatta, yang merupakan pintu ngerbang utama masuk ke Indonesia dari luar negeri yang merupakan cerminan bangsa Indonesia, sehingga sangat crucial terhadap pencitraan perusahaan listrik dan negara sangat dominan. Dari ke dua aspek tersebut asset manager mampu menentukan bahwa di GITET 500 kv Kembangan harus mempunyai cadangan (spare) Tranformator, 500 MVA 500/150 kv. Sedangkan berapa banyaknya (unit atau buah) yang akan menjadi cadangan (already spare part) atau yang harus tersedia, bergantung dari condition assesment peralatan terpasang, aspeknya meliputi berapa tingkat kecepatan masalah yang muncul, apakan ada kesempatan untuk memperbaikinya (dari sisi waktu serta dengan kontrak atau perjanjian penyediaan tenaga listrik dengan konsumen), serta bagaimana kondisi peralatan lainnya secara umum Infrastruktur Untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga memaksimalkan keuntungan jangka panjang dengan tingkat resiko yang masih dapat diterima, maka kebijakan untuk menentukan pola pemeliharaan yang akan diterapkan harus dilakukan secara terpusat atau sentralisasi serta menyeluruh, mengingat kompleksitas serta standarisasi dalam melakukan analisa dengan metode data mining, oleh karenanya bila akan menerapkan asset management PT. PLN (Persero) P3B JB harus dapat membuat mekanisme secara terpadu, sehingga dapat mengakomodasi permasalahan serta membuat kebijakan terkait dengan penentuan pola pemeliharaan, desain teknis serta type peralatan yang akan digunakan seperti : Alat kerja, alat uji, alat monitoring dan spesifikasi teknis peralatan, data yang digunakan merupakan pengembangan dari hasil analisa Region. Sedangkan pelaksanaan asset management di tingkat Region adalah memberikan suatu hasil dari analisa tingkat lanjut kepada PLN P3B JB, data yang digunakan merupakan dari hasil pengukuran, pengujian dan monitoring serta tindakan-tindakan yang mengarah kearah perbaikan (treatment) dimana ini merupakan hasil analisa awal yang dilaksanakan oleh unit pelaksana, dalam hal ini Unit Pelayanan Transmisi (UPT) sebagai organisasi yang bertanggung jawab atas kinerja asset-asetnya. Kualitas informasi serta ketrampilan personil dalam mengolah data menjadi sebuah informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan (decision support system) adalah sesuatu hal yang dibutuhkan, oleh karenanya kualitas informasi adalah menjadi salah satu faktor kunci dalam keberhasilan pelaksanaan asset management. Kualitas informasi sangat bergantung kepada bagaimana pengorganisasian tugas serta konsistensi dari sekumpulan orang, prosedur, software, data base dan bagian yang menyediakan informasi secara rutin kepada managemen dan sistem pembuat keputusan. Maka infrastruktur yang dibutuhkan adalah sarana teknologi informasi untuk melakukan komunikasi dan penyimpan data, baik dari gardu induk, kantor region maupun ke kantor P3BJB. Sedangkan untuk mengolah data menjadi sebuah informasi dari aset (asset information) dibutuhkan infrastruktur tersendiri. Pengembangan infrastrukur dengan berbasiskan teknologi informasi yang terintegrasi dapat meminimalisasi kesalahan, sehingga validitas datanya lebih terjaga. Sebagai contoh salah satu infrastruktur data base dapat dilihat pada gambar 9. Page 14 of 16

15 M odel SM -1 28A C DISPLAY LCD Sensor Module External PowerCom - M odel SM -1 28A C DISPLAY LCD Sensor Module External PowerCom - A Asset Management Gambar 9: Contoh infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan asset management secara terintegrasi dari UPT, Region dan P3BJB. Dengan melihat infrastruktur yang sudah dimiliki oleh PLN P3BJB, maka tahap awal yang perlu dilakukan adalah membuat suatu jaringan informasi data dari lokasi aset, dimana akan dilakukan pengkajian. Gambar 10, menunjukan infrastruktur yang dibutuhkan oleh Gardu Induk, kantor UPT dan Region untuk menunjang keberhasilan asset management pada salah satu asset di gardu induk. System Configuration: Regional office ffice Substation Intelligent Electronic Device (IED) Acquisition Module( sensor) Transformer Gambar 10: Konfigurasi sistem monitoring tranformator gardu induk dengan kantor region Page 15 of 16

16 Informasi dari gardu induk dalam bentuk data-data seperti : hasil uji, monitoring dan pemeliharaan. Selanjutnya disimpan pada gudang data (data warehouse) dalam bentuk data base, sebagai langkah awal sebaiknya PLN P3BJB membuat struktur data base secara terpusat yang merupakan kumpulan informasi dari region. Penggunaan teknologi informasi sebagai sarana pengumpulan data dan eksekusi manuver peralatan gardu induk dapat dilakukan dari jarak jauh, dalam hal ini dari kantor UPT atau Region, maka informasi data gardu induk dan eksekusi manuver peralatan gardu induk yang selama ini menggunakan operator cukup menggunakan peralatan Sistem Control And Data Acquisition (SCADA) secara on line. Sehingga sumber daya manusia di gardu induk yang selama ini ditempatkan sebagai operator gardu induk dapat dialihfungsikan sebagai tenaga untuk membantu mengawasi instalasi.gardu induk. III. Kesimpulan. 1. Asset Management adalah metode dalam mengelola asset, dimana business value dan business impact merupakan hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam pencapaian serta penetapan key performance indicator perusahaan. 2. Asset management adalah sistem pengelolaan asset, dimana tingkat keberhasilannya lebih ditekankan kepada proses perbaikan yang terus menerus (continous improvement), dari elemen-elemen yang dapat dikendalikan dan terlibat langsung dalam proses bisnis suatu organisasi atau perusahaan, pada rentang serta tingkat resiko yang masih dapat diterima. 3. Validitas, kelengkapan data, metode pengujian, kondisi alat uji, referensi yang digunakan serta pengetahuan dan ketrampilan sumber daya yang mengelola, adalah kunci keberhasilan dalam melakukan condition assesment, dimana condition assesment merupakan tulang punggung dari asset management. 4. Sistem Management Informasi yang didukung dengan penggunaan teknologi informasi secara intergrasi antar unit di PLN P3BJB dan gardu induk, merupakan hal yang sangat membantu dalam asset management, dimana dalam setiap keputusan asset management memerlukan analisa trend dan analisa statistik yang dilakukan secara terpusat dari hasil monitoring, pengukuran dan pengujian yang dilakukan oleh UPT.. 5. Aplikasi SCADA untuk monitoring dan manuver secara on line pada peralatan gardu induk dapat mengurangi kebutuhan operator sebagai pelaksana eksekusi dan pencatat besaran meter GI, sehingga operator yang ada sekarang ini dapat dialihfungsikan menjadi pengawas instalasi gardu induk. 6. Pelaksanaan asset management akan membawa perubahan kepada SDM pada level unit pelaksana, tentang pentingnya keakuratan data lapangan yang digunakan sebagai bahan analisa yang berkelanjutan. IV. Referensi. 1. CIGRÉ working group C1.1, Asset management of Transmission and associated, December Jennifer J Crisp, Asset Management in Electricity Transmission Enterprises, School of Electrical and Electronic Enjineering, Queensland University of Technology, Brisbane, Australia, System Analysis and Design Methods, 6th Edition, Jeffrey L. Whitten, Lonnie D. Bentley and Kevin Dittman, Irwin McGraw-Hill, CIGRÉ working group WG a2.18, Life Management techniqes for transformator, January PT PLN (Persero) P3BJB, Region Jakarta & Banten, Hasil pengujian isolasi IBT 1&2 GITET Kembangan, Maret Page 16 of 16

Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan

Bab IV Studi Kasus Penilaian Kondisi IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan Bab IV Studi Kasus Penilaian IBT -1 dan IBT-2 GITET Kembangan 4.1. Pendahuluan Penilaian ini dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 PT.PLN (Persero) GI Kembangan. Berikut ini keterangan Trafo yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi saat ini, ketergantungan masyarakat akan energi listrik sangatlah tinggi, sehingga dituntut ketersediaan dan keandalan yang tinggi dari pemegang kuasa

Lebih terperinci

Bab III Penilaian Kondisi

Bab III Penilaian Kondisi Bab III Penilaian Kondisi 3.1. Latar Belakang Penggunaan Penilaian Kondisi 3.1.1. Pengertian Penilaian Kondisi Penilaian Kondisi merupakan suatu metode penilaian terhadap suatu obyek yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TRAFO TENAGA 60 MVA SHORT CIRCUIT ANALYSIS OF POWER TRANSFORMER 60 MVA

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TRAFO TENAGA 60 MVA SHORT CIRCUIT ANALYSIS OF POWER TRANSFORMER 60 MVA Techno, ISSN 1410-8607 Volume 16 No. 2, Oktober 2015 Hal. 125 130 ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TRAFO TENAGA 60 MVA SHORT CIRCUIT ANALYSIS OF POWER TRANSFORMER 60 MVA Eka Purwito dan Fitrizawati* Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PLN 2.1. Perusahaan Listrik Negara Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Pembagian Peran Asset Owner, Asset Manager dan Asset Operator (PT. PLN UPJB, 2014)

Gambar 1. 1 Pembagian Peran Asset Owner, Asset Manager dan Asset Operator (PT. PLN UPJB, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan listrik di Indonesia tiap tahunnya selalu meningkat berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,7% per tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N Pada umumnya lokasi pembangkit tenaga listrik tidak selalu dekat dengan pusat beban, sehingga penyaluran daya diselenggarakan melalui instalasi penyaluran (transmisi dan gardu

Lebih terperinci

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5 Dimensi Kelembagaan Perencanaan Kebijakan 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kelembagaan Aplikasi Infrastruktur 1 KONSEP KELEMBAGAAN 2 Pembentukan Organisasi: Elemen-Elemen Utama Elemen-elemen yang perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Penyelenggaraan LPSE Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN

DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN DIAGNOSIS KONDISI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN METODA INDEKS KESEHATAN Akhbar Candra Mulyana NRP. 2211106072 Pembimbing 1 Dimas Anton Asfani, ST., MT., Ph.D. Pembimbing 2 I Gusti Ngurah Satriyadi H,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk 9 LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai korporasi perusahaan. Pertanyaan di bawah berhubungan dengan nilai-nilai dan resiko-resiko yang

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN TRANSFORMATOR TENAGA 150 KV DI GARDU INDUK APP DURIKOSAMBI 4.1 Trafo Step Up 150 kv PT. PLN Durikosambi Gardu Induk Durikosambi berjenis gardu induk Switchyard, yakni gardu induk yang

Lebih terperinci

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Sistem Informasi dan Pengendalian Internal. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sistem Informasi dan Pengendalian Internal PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Disusun oleh: Kelompok 2 Alberta Vinanci R Danu Pradipta Diana Mayung B. Dina Puspasari 14/377038/EE/06971 14/377052/EE/06985

Lebih terperinci

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto BEST PRACTICES ITG di Perusahaan Titien S. Sukamto Beberapa Best Practices Guideline untuk Tata Kelola TI 1. ITIL (The Infrastructure Library) ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC),

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah organisasi yang berdiri sejak tahun 1976. Bidang usaha PLN (Persero)

Lebih terperinci

Kuisioner Domain Bisnis

Kuisioner Domain Bisnis L1 Kuisioner Domain Bisnis Petunjuk : Dengan membaca pengertian dari bagian-bagian yang dievaluasi pada domain bisnis diharapkan koresponden memilih salah satu score yang paling sesuai dengan keadaan perusahaan.

Lebih terperinci

PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK

PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK PEDOMAN OPERASI GARDU INDUK (STANDING OPERATION PROCEDURE) GARDU INDUK MITSUI I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan SOP ini merupakan pedoman dan petunjuk bagi Dispatcher dan Operator Gardu Induk untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah

Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah pendahuluan Latar Belakang Masalah PT. PLN (Persero) sebagai satu satunya perusahaan listrik milik negara Predictive Maintenance Transformator sebagai peralatan penting penyaluran listrik Perumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi minyak dan gas bumi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin meningkat dan selama belum

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dalam penyaluran energi tersebut harus benar-benar handal, listrik merupakan salah satu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) pemerintah daerah otonom (GEMENTE) atau gabungan keduanya.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) pemerintah daerah otonom (GEMENTE) atau gabungan keduanya. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. PLN (PERSERO) Sejak masa penjajahan Belanda sampai awa tahun 1942, di Indonesia dikenal suatu perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga

Lebih terperinci

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby

Project Integration Management. Inda Annisa Fauzani Indri Mahadiraka Rumamby Project Integration Management Inda Annisa Fauzani 1106010300 Indri Mahadiraka Rumamby 1106070376 Project Integration Management Develop Project Charter Develop Project Management Plan Direct and Manage

Lebih terperinci

: 138 HARI KERJA (6 BULAN)

: 138 HARI KERJA (6 BULAN) BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : OPERASI GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER PRAKIRAAN ENERGI : 138 HARI KERJA (6 BULAN) 1. TUJUAN/MANFAAT:

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

Diah Wulandari. 1. Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng 2. IGN Satriyadi, ST,MT

Diah Wulandari. 1. Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng 2. IGN Satriyadi, ST,MT Studi Analisis Penjadwalan Pemeliharaan Transformator Daya 150KV di PT.PLN PLN (Persero) P3B Jawa Bali berdasarkan Prediksi Karakteristik tik Minyak Transformator Diah Wulandari 2208 100 604 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi baik besar ataupun kecil ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis di Indonesia yang semakin pesat setiap tahun menjadi salah satu faktor untuk memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada akhir

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN PESERTA

2. PERSYARATAN PESERTA BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : OPERASI GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER OPERASI REAL TIME : 138 HARI KERJA (6 BULAN) 1. TUJUAN/MANFAAT:

Lebih terperinci

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit

1. TUJUAN/MANFAAT: Membentuk peserta diklat menjadi terampil melaksanakan Pemeliharaan GI & transmisi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan unit BIDANG FORM 1 : KERANGKA KEGIATAN PROGRAM ON JOB TRAINING SMK / SMA TAHUN 2011/2012 PROYEKSI JABATAN WAKTU : PEMELIHARAAN GI & TRANSMISI : JUNIOR ENGINEER PEMELIHARAAN PERALATAN GI : 138 HARI KERJA (6

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Gambaran Umum PT.PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang PT. PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang merupakan salah satu unit induk pelaksana distribusi di PT. PLN Direktorat Operasi

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG Aditya Teguh Prabowo 1, Agung Warsito 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

BAB 4 HASIL PENELITIAN. dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut: BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Rencana Strategi Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan 2.1.1 Makna Logo PT PLN Persero Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK A. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara

Lebih terperinci

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN L-1 KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN 1. Faktor Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat untuk memperoleh gambaran mengenai biaya dan tingkat investasi yang dibutuhkan,

Lebih terperinci

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Sistem Informasi Korporat Terpadu Konsep manajemen supply chain memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan Rendah. Peran aset trafo distribusi sangatlah dominan. Dimana, pada

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan Rendah. Peran aset trafo distribusi sangatlah dominan. Dimana, pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trafo Distribusi merupakan salah satu komponen utama pada suatu sistem distribusi tenaga listrik yang digunakan untuk menurunkan tegangan menengah 20 kv ke tegangan

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL ORGANISASI

BAB II PROFIL ORGANISASI BAB II PROFIL ORGANISASI 2.1 Sejarah Umum PT. PLN (Persero) Udiklat Semarang (Transmission and Live Maintenance Academy) merupakan salah satu unit Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai PLN, maka dengan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global seperti saat ini, dunia perekonomian mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global seperti saat ini, dunia perekonomian mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global seperti saat ini, dunia perekonomian mengalami persaingan yang semakin ketat. Globalisasi membuat pasar dan perusahaan tumbuh melampaui

Lebih terperinci

PENGERTIAN MANAJEMEN ASSET

PENGERTIAN MANAJEMEN ASSET PENGERTIAN MANAJEMEN ASSET 1 Bab 1 001 002 Manajemen Aset Fisik Strategis Refleksi Implementasi di PLN UPJB Tahun 2013, PLN membutuhkan subsidi negara sebesar 101 triliun rupiah Salah satu sebabnya Tarif

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PROYEK DAN PERFORMANSI BIAYA PADA PT. KELANA BUANA SULAWESI SELATAN

SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PROYEK DAN PERFORMANSI BIAYA PADA PT. KELANA BUANA SULAWESI SELATAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PROYEK DAN PERFORMANSI BIAYA PADA PT. KELANA BUANA SULAWESI SELATAN Nurfatwa Andriani Y Dosen Jurusan Teknik Industri. Universitas Teknologi Sulawesi Email: Nurfatwaandriani@gmail.com

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI What is IT Resource People Infrastructure Application Information Why IT Should be managed? Manage Information Technology Effectiveness

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan pada akhir abad ke 19, dimana saat itu ada beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan listrik yang berada paling dekat dengan konsumen (mayarakat). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tenaga listrik disalurkan hingga sampai ke masyarakat melalui jaringan distribusi, hal ini dimungkinkan karena jaringan distribusi merupakan bagian dari jaringan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG TRANSMISI TENAGA LISTRIK - 655 - LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk

BAB II LANDASAN TEORI. teknis yang dikosentrasikan untuk produk atau layanan yang spesifik. Helpdesk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Helpdesk Menurut Donna Knapp (2004), definisi helpdesk adalah sebuah alat untuk mengatasi persoalan yang didesain dan disesuaikan untuk menyediakan layanan teknis yang dikosentrasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi dari penelitian ini bertempat di PT.PLN (PERSERO) Area Pengaturan Beban (APB) Jawa Barat yang beralamat di Jln. Mochamad Toha KM 4 Komplek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN 3.1. Analisis dan Pemberian Bobot Nilai Metode yang digunakan dalam memberikan bobot nilai untuk IE versi kedua (Parker, 1996) diambil dari IE versi pertama (Parker, 1988).

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Selatan Sektor Pembangkitan Sumatera bagian Selatan merupakan bagian dari unit kerja yang mengemban tugas melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika

BAB III METODE PENELITIAN. Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil kegiatan studi kelayakan yang dimulai dari pengumpulan, analisa dan pengolahan data dengan menggunakan metode Information Economics pada rencana

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Perkembangan ketenaga listrikan di Indonesia terjadi sejak awal abad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode tersebut terdapat lima tahapan, yaitu tahapan Visioning, Analysis, Direction

BAB III METODE PENELITIAN. metode tersebut terdapat lima tahapan, yaitu tahapan Visioning, Analysis, Direction BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada perencanaan strategis STI pada PT Cahaya Berkah Abadi penulis menggunakan metode PSTI dengan tahapan Anita Cassidy. Didalam metode tersebut terdapat lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise

BAB I PENDAHULUAN. PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu inisiatif besar dalam proses transformasi yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah dengan melakukan implementasi sistem Enterprise Resource Planning

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memberikan beberapa landasan teori, meliputi teori di bidang tata kelola TI, dan pengelolaan investasi TI yang digunakan dalam penelitian. 2.1 Definisi Sebelum lebih jauh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

Manajemen Ketersediaan

Manajemen Ketersediaan Manajemen Ketersediaan (Availability Management) Infrastruktur TI @ 2 0 1 5 - R O N Y1 Pertanyaan Apakah itu ketersediaan layanan TI? Komponen infrastruktur apa yang menentukan ketersediaan layanan TI?

Lebih terperinci

Plainning & Organization

Plainning & Organization Sangat Tidak Perlu Tidak Perlu Bisa Diterapkan Perlu Sangat Perlu Direktorat ICT&M Dept. Lain Pihak Luar Plainning & Organization P01 Define a Strategic IT Plan Pengembangan TI Unikom harus direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah, organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information Technology (IT).Kunci

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian dalam setiap perilaku bisnis. Seiring dengan dinamika zaman, perspektif bisnis pun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 484 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan ini disusun merujuk kepada hasil dan pembahasan penelitian studi tentang Struktur, Pelaksanaan, Perangkat, dan Pengendalian Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang ketenagalistrikan di Indonesia dimulai oleh Belanda sebelum masa kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan berbagai perusahaan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU hotspot@1100010904 SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU : Sistem manajemen yang mengintegrasikan semua sistem dan proses organisasi dalam satu kerangka lengkap, yang memungkinkan organisasi untuk bekerja

Lebih terperinci