Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II. 1 Kaolin Kaolin adalah senyawa aluminosilikat dan merupakan jenis mineral dengan masa batuan yang tersusun dari bahan-bahan tanah lempung dengan kualitas tinggi (high grade), berbentuk serbuk, berwarna putih, putih abu-abu, kuning, jingga atau kemerahan. Jenis mineral lempungnya adalah kaolinit, nakrit dan dikit. Mempunyai komposisi kimia aluminium silikat hidrat (Al 2 O 3. 2SiO 2. 2H 2 O). Kaolin mempunyai massa jenis 2,6 g/ml, kekerasan 2-2,5 dan titik lebur 1785 ºC. Endapan kaolin terjadi dari hasil pelapukan dan dekomposisi batuan feldspatik, di mana mineral-mineral kalium alumino silikat dan felsdpar diubah menjadi kaolin. Untuk membedakan kaolin dari tanah liat primer adalah dari warnanya yang keputihan, halus, mudah didispersikan dalam air dan pelarut lainnya. Ciri lain adalah sifatnya yang bebas dari pengotor, khususnya dari Fe, di mana kadar Fe 2 O 3 dalam kaolin hanya sekitar 1%. Dekomposisi atau proses kaolinisasi dari feldspar terjadi karena adanya air dan udara. Reaksi terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama dan pada akhirnya terbentuk kaolinit. Secara sederhana reaksi pembentukan kaolin dapat dituliskan sebagai berikut : K 2 O.Al 2 O 3.6SiO 2 + 2H 2 O Al 2 O 3. 2SiO 2. 2H 2 O + K 2 O + 4SiO 2 Ukuran partikel kaolin umumnya mulai dari 0,1-100 µm, tetapi produk komersil biasanya berukuran 20 µm. Menurut Yingst (1961), kaolin murni mengandung silikat, alumina, dan air. Berikut ini merupakan komposisi kimia kaolin murni : SiO 2 46,00 %, Al 2 O 3 40 %, air 14 %, loss ignation %, serta sedikit CaO, MgO, Na 2 O, K 2 O dan TiO 2. Sebenarnya jarang sekali kaolin yang memenuhi komposisi tersebut, karena ada pengotor lain seperti besi (Fe 2 O 3 ), magnesia (MgO), atau kalium (K 2 O). 4

2 Kristal kaolin secara struktur tergolong kepada tipe filosilikat 1:1. Kristalnya terdiri dari lembar-lembar oktahedral aluminium, Al 3+ terkoordinasi pada anion OH - yang tertumpuk lembar tetrahedral silika, Si 4+ terkoordinasi pada anion O 2-. Struktur tiga dimensinya (3D) dapat dilihat pada Gambar II. 1 di bawah ini. Gambar II. 1 Struktur kaolinit, tetrahedral (biru) menunjukkan SiO 4 dan oktahedral (kuning) menunjukkan AlO 6. Struktur dari kaolinit terdiri dari beberapa lempengan, di mana setiap lempengan terdiri dari dua lapisan. Satu lapisan adalah lapisan silika yang terdiri dari tetrahedral SiO 2 dalam lapisan heksagonal. Lapisan lainnya adalah lapisan gibsit yang terdiri 3- dari Al(OH) 6 yang berstruktur oktahedral yang tertera pada Gambar II. 2. Gambar II. 2 Oktahedron Al(OH) 6 3- Gambar II. 3 memperlihatkan representasi skematik dari struktur kaolinit yang menunjukkan tetrahedra (SiO 3 O) berbagi ikatan pada atom O yang sama dengan Al(OH) 2 O sehingga membentuk lapisan komposit dengan rumus Al 2 (OH) 4 Si 2 O 5. 5

3 (a) (b) Gambar II.3 Representasi skematik struktur kaolinit, (a) menunjukkan tetrahedra SiO 3 O (bawah) berbagi ikatan pada atom O yang sama dengan Al(OH) 2 O (atas). (b) Representasi alternatif dari struktur lapisan kaolinit. Sifat paling penting yang dimiliki oleh kaolin adalah kemampuan untuk melakukan low substitution, muatan pada lembaran-lembaran kaolin sangat minimal, dan permukaan yang berwarna putih. Sifat-sifat ini sangat bermanfaat dalam aplikasi di dunia industri. Pada masa yang lampau kaolin digunakan untuk pembuatan keramik, plastik atau tinta. Tetapi pada 10 tahun terakhir kaolin lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan mentah untuk pembuatan fiber gelas atau organo-clays dan sebagai katalis. Sifat penting dari kaolin yang lainnya adalah inert. Strukturnya sangat stabil, sehingga cukup sulit untuk dimodifikasi. Pada penelitian ini kaolin diubah menjadi metakaolin, dengan cara pemanasan kaolin pada suhu ºC. Selama proses kalsinasi gugus hidroksil pada kaolin dihilangkan, kemudian strukturnya menjadi terdistorsi. Komposisi kimia kaolin dan metakaolin sama, karena kalsinasi hanya memodifikasi sejumlah air dalam kaolin, sehingga komposisi silika dan alumina tetap sama. Ketika dehidroksilasi terjadi, metakaolin ditransformasi menjadi struktur spinel, atau menjadi campuran Si yang mengandung γ-al 2 O 3 dan silika amorf pada suhu sekitar 980 ºC. 6

4 II. 2 Zeolit Mineral zeolit sudah diketahui sejak tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogi Swedia bernama F. A. F. Constedt. Meskipun demikian penggunaan mineral zeolit untuk industri baru dimulai tahun 1940 dan Tahun 1940 adalah penggunaan zeolit sintetis, sedangkan tahun 1973 adalah permulaan penggunaan mineral zeolit alam. Mula-mula mineral zeolit alam sangat menarik perhatian karena bentuk kristalnya sangat menarik dan indah. Umumnya mineral zeolit alam yang berkristal terdapat dalam lubang-lubang batuan basalt atau batuan perangkap. Beberapa ahli kimia teknik, karena tertarik oleh bentuk kristal zeolit, memulai percobaan penggunaan mineral zeolit untuk industri. Percobaan ini dimulai tahun 1930 dan berhasil dengan baik. Berhubung kristal zeolit alam sangat sulit dipisahkan dari batuan induknya, maka dibuatlah mineral tiruannya atau zeolit sintetis. Zeolit sintetis yang dibuat tidak sama persis dengan mineral zeolit alam. Walaupun zeolit sintetis memiliki sifat fisik yang jauh lebih baik. Zeolit sintetis diberi nama tersendiri seperti diambil dari nama penemunya, misalkan zeolit Linde tipe F, zeolit Linde tipe A, dsb. Nama zeolit diambil dari bahasa Yunani, zein artinya mendidih dan lithos artinya batuan, yang berarti batuan yang mendidih. Mineral zeolit bukan merupakan kelompok mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis. Zeolit umumnya didefinisikan sebagai kristal alumino-silikat yang berstruktur tiga dimensi. Zeolit terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah Mx/n. 7

5 (AlO 2 )x. (SiO 2 )y.mh 2 O. (AlO 2 )x. Satuan (SiO 2 )y adalah unit struktural dari material zeolit, x, n, y, dan m merupakan bilangan bulat yang sangat bervariasi untuk setiap jenis zeolit, dan M adalah kation yang dapat digantikan oleh kation serupa (Mumpton, 1977). Secara umum mineral zeolit bersifat alkali dan bersifat lebih silikat dari pada batuan induknya. Kebanyakan mineral zeolit yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari satu jenis mineral. Struktur tiga dimensi dari zeolit merupakan unit tetrahedral dari TO 4, T bisa aluminium atau silikon, yang berikatan dengan atom oksigen. Kerangka struktur terdiri dari jaringan tiga dimensi tetrahedra SiO 4 dan AlO 4 yang terikat pada satu atom oksigen yang sama. Gambar II. 4 memperlihatkan kerangka aluminosilikat zeolit. Gambar II. 4 Kerangka aluminosilikat zeolit yang menunjukkan jaringan tiga dimensi tetrahedra SiO 4 dan AlO 4 yang terikat pada satu atom oksigen yang sama. T pada mineral zeolit alam didominasi oleh ion silikon dan aluminium, tetapi secara kimia keberadaan ion-ion tersebut dapat digantikan pada zeolit sintetis dengan ion lain seperti galium, germanium, fosfor, dan besi. Kerangka tetrahedra zeolit mengemban muatan parsial negatif, karena adanya perubahan keisomorfan dari Si 4+ ke Al 3+. Kerangka tetrahedra yang mengemban 8

6 muatan negatif tersebut dinetralisir oleh kation yang dapat dipertukarkan, seperti pada Gambar II. 4, ikatan yang terjadi antara kerangka tetrahedra yang berdekatan adalah ikatan ionik. Adapun kation-kation yang dapat dipertukarkan untuk menyusun zeolit adalah Na, K, Ca, Sr, atau Ba. Gambar II. 5 memperlihatkan struktur zeolit alam yang paling sederhana, dimana ion Na + mengisi pori-pori zeolit. Ion Na + tersebut merupakan kation yang dapat dipertukarkan. Oksigen Aluminium Silikon Gambar II. 5 Struktur paling sederhana dari zeolit alam dengan rumus NaAlSiO 4, dimana ion Na + mengisi pori-pori zeolit. Klasifikasi zeolit didasarkan pada sub unit zeolit yang disebut unit struktur sekunder zeolit. Seperti diusulkan oleh Meier, morfologi dari unit ini bergantung pada jumlah tetrahedra dan distribusinya, kebanyakan jumlah tetrahedra dalam satu unit cincin adalah 4 dan 6 tetrahedra, dan memungkinkan juga sampai dengan 16 tetrahedra. Struktur sekunder inilah yang akan membentuk struktur 3D dari zeolit dengan karakteristik yang berbeda-beda. Gambar II. 6 memperlihatkan struktur sekunder dari berbagai jenis zeolit. 9

7 Gambar II. 6 Struktur sekunder zeolit hanya memperlihatkan tetrahedra atom T ( Si, Al). Angka-angka di bawah gambar menunjukkan jumlah tetrahedra yang saling berikatan. Struktur sekunder di atas hanya memperlihatkan posisi tetrahedra atom-t (Si, Al). Atom oksigen berada pada sudut-sudut yang dihubungkan oleh garis-garis penuh, garis penuh tersebut tidak mengindikasikan ikatan. Angka-angka yang terdapat di bawah gambar menunjukkan jumlah tetrahedra yang berhubungan, sehingga membentuk struktur sekunder dan pada akhirnya membentuk strukturr 3D. Gambar II.7 memperlihatkan struktur tiga dimensi (3D) dari zeolit K-F. Gambar II. 7 Struktur zeolit K-F memiliki dua channel satu channel dibentuk oleh empat atom T dan channel yang kedua dibentuk oleh delapan atom T. 10

8 Struktur zeolit K-F pada Gambar II. 7 di atas dideskripsikan oleh Taylor, (1933). Struktur zeolit K-F memiliki kemiripan dengan struktur mineral zeolit edingtonit. Strukturnya memiliki dua tipe channel, satu channel dibentuk oleh empat atom T dan channel yang kedua dibentuk oleh delapan atom T (T = Si, Al). Kedua channel ini saling berhubungan dan kation K + berada di bagian dalam channel, bersama dengan molekul air. Zeolit ini telah disintesis sebanyak enam puluh kali menggunakan metode hidrotermal, pada temperatur dan tekanan tinggi, serta diperlukan bahan baku yang banyak seperti gel aluminosilikat, kaolin atau metakaolin. Zeolit memilki kemampuan untuk melakukan substitusi isomorf, karakter perubahan ion ini berubah-ubah sesuai dengan bentuk zeolit dan perubahan ini dapat digunakan melalui beberapa aplikasi proses. Substitusi yang lebih luas untuk ion Si 4+ dengan valensi yang lebih tinggi akan menjadi sejumlah kation penggerak dengan perubahan kapasitas yang tinggi. Substitusi inilah yang dinamakan substitusi isomorf, yang mengambil beberapa variasi dari bentuk sederhana seperti di bawah ini : Si 4+ = Al 3+ + Na + 2 Si 4+ = 2 Al 3+ + Ca 2+ = 2Al Na + 2 Si 4+ = Al 3+ + P 5+ Berdasarkan struktur dasar dan morfologinya, zeolit dibagi ke dalam 3 golongan : 1. Golongan natrolit, yang termasuk kelompok ini adalah natrolit, mesolit, skolesit, tomsonit, gonnadit dan edingtonit, mempunyai morfologi pori dan belahan. Sistem kristal ortorombik dan monoklin. 2. Golongan heulandit, yang termasuk kelompok ini adalah heulandit, mordenit, brewsterit, epistilbit. Terdapat belahan tebal dengan sistem kristal monoklin. 3. Zeolit yang lain mempunyai kerangka struktur dengan kekuatan ikatan yang sama pada semua arah kristalografi, mempunyai sistem kristal yang 11

9 terdiri dari monoklin, rombohedral serta isometrik. Termasuk dalam golongan ini adalah harmotom, filipsit, stilbit, kabalsit, gmelimit, levinit, faujasit, dan analsit. Sedangkan berdasarkan struktur rongga dimensi zeolit-zeolit komersial, sintetis, maupun alam secara nyata dapat dibagi ke dalam tiga jenis. Struktur ZSM-5 dan mordenit memiliki pori yang berbeda dan unik yang mengandung intersecting channel system. Seperti yang digambarkan pada Gambar II. 8 adalah perwakilan dari berbagai tipe zeolit yang ada. 3D pores Tipe A 2D pores ZSM-5 1D pores Modernite Gambar II. 8 Berbagai tipe rongga pada zeolit Di alam terdapat sekitar 50 jenis zeolit dengan berbagai sifat fisik dan kimia yang berbeda. Pada Tabel II. 1 diberikan beberapa contoh mineral zeolit beserta rumus kimianya. 12

10 Tabel II. 1 Jenis-jenis mineral zeolit Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel Analsim Na 16 (Al 16 Si 32 O 96 ). 16H 2 O Kabasit (Na 2,Ca) 6 (Al 12 Si 24 O 72 ). 40H 2 O Klipnoptolotit (Na 4 K 4 )(Al 8 Si 4 0O 96 ). 24H 2 O Erionit (Na,Ca 5 K) (Al 9 Si 27 O 72 ). 27H 2 O Ferierit (Na 2 Mg 2 )(Al 6 Si 30 O 72 ). 18H 2 O Heulandit Ca 4 (Al 8 Si 28 O 72 ). 24H 2 O Laumonit Ca(Al 8 Si 16 O 48 ). 16H 2 O Mordenit Na 8 (Al 8 Si 40 O 96 ). 24H 2 O Pilipsit (Na,K) 10 (Al 10 Si 22 O 64 ). 20H 2 O Natrolit Na 4 (Al 4 Si 6 O 20 ). 4H 2 O Wairakit Ca(Al 2 Si 4 O 12 ). 12H 2 O Yugawaralit Ca(Al 2 Si 4 O 12 ). 6H 2 O Thomsonit (Na, Ca 2 ) (Al 5 Si 5 O 20 ). 6H 2 O Stilbit (Ca,Na 2 ) 4 (Al 8 Si 28 O 72 ). 28H 2 O Zeolit memiliki banyak manfaat yang sudah diaplikasikan dalam dunia industri, di antaranya : 1. zeolit sebagai penukar ion, misal kabazit. 2. zeolit sebagai adsorben, zeolit tipe A mampu mengabsorbsi molekul kecil. 3. zeolit untuk pemisahan gas. 4. zeolit sebagai katalis, misal ZSM-5 untuk mengkatalisis hidrogenasi metanol 13

11 Zeolit memiliki struktur berpori yang diisi oleh kation-kation yang dapat dipertukarkan, sehingga zeolit memiliki kapasitas pertukaran kation. Fenomena kapasitas pertukaran kation atau basa, khusus untuk zeolit dapat dilakukan dengan mengontakkan zeolit dengan larutan basa atau garam netral. Sehingga kation dalam kerangka zeolit digantikan oleh kation dari larutan dalam jumlah yang ekivalen. Tetapi jika zeolit dikontakkan dengan larutan asam, maka aluminium yang terikat dalam kerangka zeolit akan larut atau terlepas dari kerangka meninggalkan senyawa yang kekurangan unsur aluminium, yang umumnya bersifat amorf. Dengan demikian, proses dealuminasi akan berakibat negatif pada sifat zeolit, yaitu akan memperbesar kelarutan zeolit. Keadaan ini tidak dikehendaki jika dikaitkan dengan manfaat zeolit sebagai adsorben, katalis, atau sebagai penyaring molekul. Sebaliknya, zeolit dengan kandungan silika yang tinggi lebih disukai karena memiliki kestabilan yang relatif tinggi baik terhadap panas maupun terhadap larutan asam. Kapasitas pertukaran kation yang dinyatakan sebagai jumlah miliekivalen kation yang dipertukarkan per satuan berat zeolit, sangat bergantung pada kandungan jumlah aluminium yang dinyatakan sebagai Si/Al. Semakin tinggi kadar aluminium maka semakin rendah kadar kation yang dapat dipertukarkan. Kapasitas pertukaran ion pada dasarnya adalah fungsi dari derajat pertukaran ion logam aluminium untuk silikon dalam struktur kisi-kisi kristal zeolit. Makin besar kapasitas pertukaran ion ini maka makin menurun muatan listriknya, sehingga banyak logam alkali yang diperlukan untuk menetralkannya. Seperti telah disebutkan di atas. Bahwa baik logam aluminium maupun silikon berfungsi sebagai anion, sedangkan logam-logam alkali berkedudukan sebagai kation di dalam struktur kristal zeolit. Kapasitas pertukaran ion sebenarnya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Sebagai contoh ialah proses tersebut dapat terjadi dengan kation yang terperangkap di dalam struktur yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam keadaan normal. Dengan demikian maka kapasitas pertukaran ion menjadi menurun. Dapat juga terjadi bahwa 14

12 penyaringan ion disebabkan oleh kation yang seharusnya menetralkan muatan yang terlalu besar untuk dapat melintasi saluran ruang hampa (kanal). Hal ini misalnya terjadi pada mineral analsim yang dapat menukar ion Na dengan Pb (diameter 2,98 Å) secara sempurna, tetapi terhadap ion Cs (diameter 3,30 Å) tidak dapat berlangsung sama sekali. Untuk logam klinoptilotit yang mengandung aluiminium dalam jumlah kecil, maka kapasitas pertukaran ion menjadi kecil. Dalam hal kapasitas pertukaran ion maka kation lain yang dapat dipertukarkan mengikuti deret sebagai berikut (Breck, 1974): Cs + > Rb + > K + > NH + 4 > Ba 2+ > Sr 2+ > Na + > Ca 2+ > Fe 3+ > Al 3+ > Mg 2+ > Li +. Reaksi pertukaran kation adalah reaksi reversibel, seperti dinyatakan dalam reaksi berikut : 2Na + -zeolit (s) + Ca 2+ (aq) 2Na + (aq) + Ca 2+ -zeolit Dari reaksi di atas menunjukkan reaksi penukaran ion di mana ion Na + dilepaskan dan digantikan dengan ion Ca 2+, dan seberapa jauh suatu ion ditahan lebih kuat dari pada ion lain merupakan suatu hal yang sangat mendasar. Sebab besarnya perbedaan ini akan menentukan apakah dua zat atau lebih dengan muatan yang sama dapat dengan mudah dipisahkan melalui cara pertukaran ion. Dan apakah kedua ion akan dengan mudah dilepaskan lagi oleh zat penukar ion tersebut. Hal ini akan bergantung pada selektivitas distribusi ion-ion pada zat penukar ion dan ion-ion dari larutan. a. Sifat ion-ion yang saling dipertukarkan 1. Pada konsentrasi yang rendah dan suhu yang tetap, maka ion dengan muatan yang semakin besar akan diserap atau ditahan oleh zat penukar ion. 2. Pada kondisi yang sama dan untuk ion-ion yang bervalensi sama, maka penyerapan oleh zat penukar ion semakin kuat apabila ukuran ion yang terhidratasi semakin kecil. 3. Untuk ion-ion yang bervalensi dua, di samping jari-jari ion, ketidaksempurnaan disosiasi garam dari ion-ion tersebut merupakan faktor 15

13 yang menentukan, apakah ion tersebut diserap atau tidak oleh zat penukar kation. Urutan kekuatan penyerapan terhadap ion-ion bervalensi dua adalah sebagai berikut : Cd 2+ < Be 2+ < Mn 2+ < Mg 2+ = Zn 2+ < Cu 2+ = Ni 2+ < Co 2+ < Ca 2+ < Sr 2+ < Pb 2+ < Ba Bila suatu kation ditukar dengan kation lain dengan valensi yang berbeda, maka afinitas ion dengan valensi yang lebih tinggi terhadap zat penukar ion akan bertambah pada konsentrasi yang makin kecil. b. Sifat dari zat penukar ion Kuat tidaknya suatu ion diserap juga bergantung dari struktur dan gugus fungsi yang terdapat dalam zat penukar ion. Untuk zat penukar ion yang berpori seperti zeolit, semakin kecil volum ion yang terhidratasi semakin kuat ion tersebut terikat. II.3 Difraksi Sinar-X (XRD) Metode difraksi sinar-x banyak digunakan untuk identifikasi bahan kristalin baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Prinsip XRD adalah bahwa semua bahan padat disusun dari atom-atom individu dan hampir semua zat padat memiliki derajat keteraturan dalam susunan atom-atomnya. Suatu bahan padat disebut amorf bila ada kekurangsempurnaan keteraturan atomatom yang menyusun bahan tersebut. Sebaliknya, suatu bahan kristalin tersusun dari deretan ion, atom atau molekul yang teratur. Panjang gelombang sinar-x seorde dengan jarak antar ion yang menyusun suatu kristal. Dalam difraksi sinar-x setiap celah dalam kisi berfungsi sumber berkas sinar yang baru. 16

14 Karena sinar-x mempunyai sifat gelombang, maka bila sinar-x jatuh pada sebuah kristal, tiap awan elektron akan bergetar dan bertindak sebagai sumber gelombang kecil yang mempunyai panjang gelombang sinar-x semula. Akibatnya, setiap bahan kristalin yang disinari dengan sinar-x akan menghasilkan sebuah pola difraksi. Intensitas suatu difraksi bergantung pada sejumlah parameter, tetapi pola difraksi suatu bahan kristalin dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahan kristalin tersebut. Di mana setiap pola difraksi kristalin sangat spesifik untuk setiap senyawa. Analisis dengan XRD menggunakan sinar yang mendekati monokromatik, mengikuti persamaan Bragg, yaitu : λ = 2 d sin Ѳ di mana : λ = panjang gelombang sinar d = jarak antara bidang kristal Ѳ = sudut jatuh dari sinar Tabung sinar-x akan menghasilkan sinar yang ditangkap oleh detektor yang selanjutnya mengubah foton sinar-x menjadi pulsa listrik. Pulsa listrik ini yang kemudian direkam dalam bentuk diagram yang mengaitkan intensitas berkas sinar-x yang didifraksi dengan sudut sinar jatuh 2Ѳ. Gambar II. 9 memperlihatkan diagram kerja alat difraksi sinar-x. 17

15 Tabung sinar-x kristal Layar timbal Spots dari incident beam Spots dari sinar-x terdifraksi Piringan Fotografi Gambar II. 9 Diagram kerja alat difraksi sinar X Identifikasi kristal dilakukan dengan menghitung harga d (jarak antar bidang kristal) disusul dengan perbandingan intensitas semua puncak difraksi. Kemudian dibandingkan dengan pola difraksi standar yang disusun oleh JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standard). II.4 Spektroskopi Infra Merah (FTIR) Spektroskopi infra merah merupakan sebuah teknik analisa di dalam kimia yang menghitung intensitas terhadap panjang gelombang atau bilangan gelombang (cm -1 ). Spektroskopi infra merah mendeteksi vibrasi spesifik dari suatu gugus fungsi dalam suatu sampel. Ketika sinar infra merah berinteraksi dengan materi, ikatan kimia akan mengalami vibrasi, stretching, atau bending. Sebagai hasilnya, gugus fungsi akan mengadsorpsi sinar infra merah dalam rentang panjang gelombang yang spesifik untuk setiap gugus fungsi. FTIR spektrometer akan menghasilkan spektra infra merah dengan cara mengumpulkan interferogram sinyal dari sampel menggunakan interferometer, yang akan menghitung seluruh frekuensi sinar infra merah secara simultan. Kemudian 18

16 FTIR spektrometer akan menghasilkan output berupa spektrum. Gambar II. 10 memperlihatkan ilustrasi skematik dari FTIR. Sumber sampel Spektrum Komputer, FFT Detektor Gambar II. 10 Ilustrasi skematik cara kerja FTIR Spektroskopi infra merah dari zeolit akan memberikan respon pada daerah bilangan gelombang cm -1 dan dapat digolongkan ke dalam dua jenis vibrasi. Jenis pertama merupakan vibrasi internal tetrahedron yang terdiri dari dua puncak spektrum, masing-masing vibrasi kuat pada daerah cm -1 dan vibrasi sedang pada daerah cm -1. Vibrasi kuat pada daerah cm -1 menunjukkan stretching T-O yang gerakan pertamanya penggabungan dengan atom oksigen secara selang-seling merupakan gerakan stretching asimetri O-T-O. sedangkan vibrasi pada daerah cm -1 menunjukkan gerakan-gerakan bending T-O. Pita-pita vibrasi pada zeolit diberikan pada Tabel II

17 Tabel II. 2 Data-data respon IR untuk zeolit Respon dari Bilangan gelombang (cm -1 ) Gugusan Stretching asimetris Kopling Si-O-Si Si-O-Al pita lebar 995 Stretching asimetris 660 Vibrasi ulur Si-O-Si Si-O-Al, vibrasi Al-O, deformasi Si-O dalam SiO 4 Cincin ganda 550 Cincin ganda lingkaran 4, 6, atau 8 Bending T-O 464 Ikatan T-O dalam gugus SiO 4 dan AlO 4 II.5 Mikroskop Elektron (SEM) Mikroskop elektron (SEM) pertama kali ditemukan oleh Manfred von Ardenne pada tahun Sedangkan penggunaan mikroskop elektron sebagai alat penelitian dimulai sejak tahun 1940-an. Reaksi penembakan berkas elektron terhadap contoh memberikan kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut dalam teknik penelitian. Bila berkas elektron ditembakkan ke dalam sampel maka akan terjadi berbagai interaksi. Salah satu interaksi adalah terjadinya pantulan berkas sinar elektron oleh sampel. Di mana peristiwa ini merupakan dasar dari penggunaan mikroskop elektron. Berkas elektron yang dipantulkan akan membawa informasi mengenai keadaan permukaan sampel ke detektor. Oleh detektor diubah menjadi suatu gambar atau morfologi permukaan sampel yang ditembak oleh berkas elektron. Gambar II. 11 memperlihatkan foto alat SEM. 20

18 Gambar II. 11 Alat SEM Gambar-gambar hasil pemotretan dengan mikroskop elektron umumnya mudah diidentifikasi, karena beberapa mineral memiliki morfologi permukaan yang khas. Seperti kaolinit kristalin mempunyai bentuk morfologi heksagonal. Tetapi, tidak hanya kaolinit yang memiliki bentuk morfologi heksagonal, sehingga untuk mendapatkan analisa kualitatif yang teliti harus dibantu dengan analisa pembanding, misal dengan difraksi sinar-x (XRD). 21

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Zeolit Zeolit berasal dari kata zeinlithos yang berarti batuan berbuih. Zeolit merupakan kristal alumina silikat dengan rumus empiris M x/n. (AlO 2 ) x. (SiO 2 ) y. xh 2 O.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

ZEOLIT DAN MANFAATNYA

ZEOLIT DAN MANFAATNYA ZEOLIT DAN MANFAATNYA A. Pengantar Mineral zeolit banyak ditemukan di alam sebagai batuan sedimen vulkano. Penyusunan utama zeolit adalah mordenit dan klipnotilonit dalam berbagai variasi komposisi. Nama

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit 2.1.1 Pengertian Zeolit Zeolit adalah polimir anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.

Lebih terperinci

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri sampai saat ini masih menjadi tolak ukur perkembangan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Kemajuan dalam bidang industri ini ternyata

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 30 JULI 2011 PADA KELOMPOK TERNAK TIRTA DOMBA DUSUN SANGUBANYU SUMBERRAHAYU MOYUDAN SLEMAN Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Mineral Liat Liat dan bahan organik di dalam tanah memiliki kisi yang bermuatan negatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Gambar IV.12 memperlihatkan spektrum serapan FTIR untuk zeolit K-F dan Na-F.

Gambar IV.12 memperlihatkan spektrum serapan FTIR untuk zeolit K-F dan Na-F. Gambar IV.12 memperlihatkan spektrum serapan FTIR untuk zeolit K-F dan Na-F. (a) Gambar IV.12 Spektrum serapan FTIR dari (a) zeolit K-F zeolit Na-F, kedua spektrum tidak menunjukkan adanya perubahan vibrasi

Lebih terperinci

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Sunardi 1), Utami Irawati 1) dan Totok Wianto 2) Abstrak: Kajian tentang karakteristik kaolin lokal asal Tatakan, Tapin, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi. Selama ini pemanfaatan sekam padi belum dilakukan secara maksimal sehingga hanya digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian, disertai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini. Latar belakang menjelaskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permanganometri Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Zeolit Sejarah perkembangan zeolit dimulai dari penemuan seorang ahli mineral dari Swedia bernama Cronstedt pada tahun 1756, dia menyebutkan zeolit adalah mineral

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER Warih Supriadi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Encapsulation B3 tidak boleh bebas Di lingkungan (Chen. dkk, 2008) Amobilisasi dengan

Lebih terperinci

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 ke dalam persamaan regresi (Y=aX+b) dengan konsentrasi zeolit sintesis (% berat) sebagai absis (sumbu X) dan nilai persentase inhibisi sebagai ordinat (sumbu Y). Nilai IC 50 diperoleh pada saat persentase

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kestabilan Sol Pada penelitian ini NASICON disintesis menggunakan metode sol gel dengan bahan baku larutan Na 2 SiO 3, ZrO(NO 3 ) 2, NH 4 H 2 PO

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN NOPEMBER 2008 ABSTRAK Analisa struktur mikro dan mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesadahan 2.1.1 Pengertian Kesadahan Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph dan Komposisi Kimia Pelarut serta Ukuran Butir Batuan Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan (kontrol), asam humat gambut (AHG) dan asam humat lignit (AHL) menunjukkan

Lebih terperinci