HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ph dan Komposisi Kimia Pelarut serta Ukuran Butir Batuan Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan (kontrol), asam humat gambut (AHG) dan asam humat lignit (AHL) menunjukkan kenaikan nilai ph, sedangkan dengan pelarut garam humat gambut (GHG) dan garam humat lignit (GHL) menunjukkan gejala sebaliknya (Gambar 4). Kenaikan ph larutan dengan pelarut air hujan, menunjukkan terjadinya proses hidrolisis antara pelarut dengan zat terlarut, yang menyebabkan penambahan konsentrasi ion-ion hidroksida di dalam larutan (Persamaan 1), sehingga menurunkan kemasaman larutan. ph ph Awal 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm Air Hujan GHG AHG GHL AHL Pelarut Basalt Porfiri Diorit Porfiri Trakit Porfiri Jenis Pelarut, Ukuran Batuan dan Jenis Batuan Gambar 4 Nilai rata rata ph pada batuan beku basalt porfiri, diorit porfiri dan trakit porfiri dengan berbagai pelarut setelah 5 kali inkubasi. M + [mineral] + H 2 O H + [mineral] + M + + OH. (1) Kenaikan ph larutan dengan pelarut asam humat (AH) disebabkan oleh pengkelatan kation logam dari struktur mineral silikat oleh gugus karboksilat yang telah terdisosiasi. Proses ini menyebabkan penambahan ion hidroksida di dalam larutan (Persamaan 2). Hal ini sejalan dengan penelitian dengan menggunakan 27

2 proses asidifikasi (Tan 1986; Blum 1994; Iskandar & Irwanti 2003), dimana terjadi adsorpsi proton ke dalam jembatan hidrogen di dalam struktur tektosilikat yang menyebabkan pertambahan jarak ikatan (bond distance), dan menurunnya energi yang dibutuhkan untuk pelarutan (White 1995). Proses ini mengakibatkan bertambahnya pelepasan unsur hara di dalam larutan dan naiknya ph larutan. M+[mineral] + COO H+ + H 2 O COO M+ + H 2 [mineral] + OH.. (2) Reaksi batuan dengan larutan yang berasal dari garam humat (GH) menunjukkan penurunan nilai ph. Hal ini disebabkan adanya penambahan ion hidrogen di dalam larutan (Persamaan 3). Penambahan ion hidrogen dipengaruhi oleh proses pengkelatan kation logam oleh gugus karboksilat dan gugus fenolat dari garam humat. Gugus fenolat dari GH mulai terdisosiasi pada ph 8 10 (Alimin et al. 2005) akan meningkatkan muatan negatif GH menjadi dua kali lipat dibanding AH. Muatan negatif GH akan mengintensifkan proses pengkelatan kation dan penghancuran ikatan silikat. COO Na++ O Na++5H 2 O+2M+[Si O Al] COO M++ O M++2NaAlO(OH) 2 +SiO(OH) 2 +4H+ (3) Reaksi batuan dengan penambahan pelarut air hujan dan AH terbukti dapat menaikkan ph larutan pada semua jenis batuan, di mana ph larutan dari batuan beku basalt porfiri memiliki nilai ph yang lebih tinggi dibanding batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri. Demikian juga dengan ph larutan dari diorit porfiri yang lebih tinggi dari ph larutan trakit porfiri. Sedangkan reaksi dengan pelarut GH menunjukkan penurunan nilai ph, dimana penurunan nilai ph pada batuan beku basalt porfiri < diorit porfiri < trakit porfiri. Ukuran butir batuan juga mempengaruhi kenaikan nilai ph larutan, di mana batuan yang berukuran < 60µm memiliki nilai ph yang lebih tinggi dibanding batuan 28

3 yang berukuran 60 - <2000µm dengan pelarut air hujan dan AH. Sedangkan dengan pelarut GH menunjukkan penurunan lebih besar pada batuan yang berukuran 60 - <2000µm dibanding batuan yang berukuran < 60µm (Gambar 4). Selain mempengaruhi nilai ph, ukuran butir dan komposisi kimia pelarut juga mempengaruhi proses pelepasan unsur dari mineral silikat yang terdapat di dalam batuan beku. Pelarut air hujan dapat melarutkan unsur dengan jumlah yang lebih besar pada batuan beku yang berukuran < 60µm dan sebagian kecil pada batuan yang berukuran 60 - <2000µm (Tabel 10). Air hujan dapat meningkatkan jumlah pelepasan unsur dari batuan beku diorit porfiri lebih tinggi dibanding batuan beku basalt porfiri dan trakit porfiri. Tabel 10 Total pelepasan unsur hara dari batuan beku dengan pelarut air hujan setelah 5 kali inkubasi Basalt Diorit Trakit Unsur 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm (mg/l) K 7,23 21,68 16,35 31,07 6,70 15,73 Na 30,97 86,72 25,48 82,25 10,63 23,24 Ca 22,40 23,48 39,45 27,80 5,21 7,92 Mg 1,76 0,91 8,03 2,14 1,07 1,44 Fe 3,65 0,60 0,46 2,01 0,00 0,09 Mn 0,03 0,01 0,00 0,02 0,27 1,54 Cu 0,01 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 Zn 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 Total 66,05 133,40 89,77 145,37 23,89 49,96 Urutan pelepasan unsur yang dapat larut dengan pelarut air hujan pada batuan beku basalt porfiri, yaitu Na > Ca > K > Fe > Mg > Mn > Cu, unsur Zn tidak dapat terukur. Urutan pelepasan unsur pada batuan beku diorit porfiri yaitu: Na > Ca > K > Mg > Fe > Cu > Mn, unsur Zn tidak dapat terukur. Pada batuan beku trakit, urutan pelepasan unsur yang dapat larut, yaitu: Na > K > Ca > Mg > Mn > Fe > Zn, unsur 29

4 Cu tidak dapat terukur. Air hujan tidak efektif dalam melarutkan unsur mikro dari batuan beku. Pelarut AHL dan AHG dapat melepaskan unsur dengan jumlah yang lebih tinggi pada batuan beku yang berukuran < 60µm dan pada beberapa unsur tertentu dari batuan beku yang berukuran 60 - <2000µm (Tabel 11 dan 12). Keduanya juga dapat meningkatkan pelepasan unsur dari batuan beku diorit porfiri lebih tinggi dibanding batuan beku basalt porfiri dan trakit porfiri. Tabel 11 Total pelepasan unsur hara dari batuan beku dengan pelarut AHL setelah 5 kali inkubasi Basalt Diorit Trakit Unsur 60 - <2000 µm < 60µm 60 - <2000 µm < 60µm 60 - <2000 µm < 60µm (mg/l) K 6,53 20,70 14,43 27,53 5,48 11,88 Na 26,32 85,22 21,72 69,50 7,49 16,55 Ca 34,37 27,14 33,10 26,55 2,13 5,26 Mg 3,48 1,90 9,97 3,60 0,86 0,95 Fe 4,85 7,97 10,59 13,09 4,31 5,16 Mn 0,08 0,11 0,30 0,26 0,05 0,21 Cu 0,08 0,13 0,26 0,26 0,04 0,16 Zn 0,02 0,01 0,04 0,02 0,03 0,04 Total 75,73 143,18 90,41 140,81 20,39 40,21 Urutan pelepasan unsur dengan pelarut AHL pada batuan beku basalt porfiri, yaitu Na > Ca > K > Fe > Mg > Cu > Mn > Zn. Pada batuan beku diorit porfiri urutan pelepasan unsur yaitu Na > Ca > K > Fe > Mg > Mn > Cu > Zn. Pada batuan beku trakit porfiri menunjukkan urutan pelepasan unsur Na > K > Fe > Ca > Mg > Mn > Cu > Zn (Tabel 11). 30

5 Urutan pelepasan unsur yang dapat terlarut dengan pelarut AHG dari batuan beku basalt porfiri, yaitu Na > Ca > Fe > K > Mg > Mn > Cu > Zn. Pada batuan beku diorit porfiri menunjukkan urutan pelepasan unsur Na > Ca > K > Fe > Mg > Mn > Cu > Zn, dan batuan beku trakit porfiri menunjukkan urutan pelepasan unsur Na > K > Fe > Ca > Mg > Cu > Zn > Mn (Tabel 12). Tabel 12 Total pelepasan unsur hara dari batuan beku dengan pelarut AHG setelah 5 kali inkubasi Basalt Diorit Trakit Unsur 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm (mg/l) K 7,35 22,58 16,83 31,88 6,78 18,08 Na 30,70 97,44 27,36 81,78 9,35 23,76 Ca 42,40 30,60 43,76 35,56 2,76 5,70 Mg 4,37 2,23 10,64 4,74 2,06 1,25 Fe 23,00 11,34 12,08 17,66 8,97 11,50 Mn 0,20 0,20 0,28 6,68 0,09 0,00 Cu 0,15 0,22 0,10 0,59 0,22 0,50 Zn 0,02 0,02 0,03 0,03 0,06 0,04 Total 108,19 164,63 111,08 178,92 30,29 60,83 Tabel 10, 11 dan 12 jelas menunjukkan bahwa batuan beku diorit porfiri menunjukkan pelepasan unsur yang lebih besar dibanding batuan beku basalt porfiri dan trakit porfiri. Hal ini disebabkan oleh kondisi masam dari pelarut air hujan dan asam humat yang banyak mengandung ion hidrogen, akan menyebabkan ion hidrogen bereaksi lebih reaktif terhadap mineral yang di dalam struktur kristalnya mengandung ion hidroksida. Ion hidroksida banyak terdapat dalam mineral grup amphibol dan biotit. Kedua mineral ini lebih banyak terdapat di dalam batuan beku yang bersifat intermediat dibandingkan dengan batuan beku yang bersifat basa dan masam. Sehingga pelepasan unsur akan lebih banyak terjadi pada batuan beku diorit porfiri 31

6 yang bersifat intermediat. Faktor lain yang ikut mempengaruhi tingkat pelepasan unsur hara dari batuan beku diorit adalah distribusi ukuran butir yang terdapat pada batuan yang berukuran 60 - <2000 µm, dimana batuan beku diorit memiliki presentase jumlah ukuran butir yang berukuran <125 - >60 µm lebih besar dibanding batuan beku basalt porfiri dan trakit porfiri (Tabel 5) hal ini akan memperbesar laju pelepasan hara dari batuan beku diorit porfiri. Batuan beku basalt porfiri dengan pelarut AHL memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam melarutkan unsur kalsium, magnesium, besi, mangan, dan tembaga dibandingkan air hujan. Tetapi pelarut air hujan dapat melepaskan unsur kalium dan natrium lebih tinggi dibanding AHL pada semua batuan. Sedangkan pelarut AHG memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam melarutkan semua unsur. Pada batuan beku diorit porfiri, pelarut AHL memiliki kemampuan melarutkan unsur magnesium, besi, mangan, tembaga dan seng lebih tinggi daripada pelarut air hujan dan lebih rendah dibanding pelarut AHG. Sedangkan pelarut air hujan dapat meningkatkan kelarutan kalium, natrium dan kalsium lebih tinggi dibandingkan AHL, tetapi lebih rendah dibandingkan AHG. Air hujan juga dapat meningkatkan pelepasan unsur hara lebih tinggi dari pelarut AHL pada batuan beku trakit porfiri, tetapi lebih rendah pada batuan beku basalt porfiri dan diorit porfiri. Hal ini bertentangan dengan hasil yang dikemukakan oleh Huang dan Keller (1970), Arshad et al. (1972), Kodama dan Schnitzer (1973), Grandstaff (1986) serta Welch dan Ullman (1993), bahwa senyawa organik memiliki kemampuan meningkatkan pelepasan unsur lebih tinggi dibanding senyawa anorganik dalam pelarutan mineral silikat. Secara garis besar AHG lebih efektif dalam melarutkan unsur dari batuan beku dibanding AHL dan air hujan. Kemampuan daya larut AHG yang lebih tinggi dari AHL dipengaruhi oleh kandungan gugus fungsionalnya. AHG memiliki kandungan gugus fungsional karboksilat dan fenolat yang lebih tinggi dibanding AHL. Semakin tinggi kandungan gugus fungsional senyawa humat, maka kemampuan mengkelat logamnya juga akan semakin tinggi (Tabel 9). Pelepasan unsur dengan pelarut GHG dan GHL dengan nilai yang tinggi terdapat pada batuan beku basalt porfiri yang berukuran 60 - < 2000µm, sedangkan 32

7 pada batuan beku diorit dan trakit porfiri, pelepasan tertinggi terdapat pada batuan yang berukuran < 60 µm (Tabel 13 dan 14). Tabel 13 Total pelepasan unsur hara dari batuan beku dengan pelarut GHG setelah 5 kali inkubasi Basalt Diorit Trakit Unsur 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm (mg/l) K 16,15 33,16 18,39 32,15 9,43 12,48 Ca 79,58 64,61 68,70 76,08 18,90 21,84 Mg 6,07 3,57 13,10 6,82 3,23 2,15 Fe 117,66 62,29 32,25 54,54 15,05 51,11 Mn 0,81 0,51 0,63 1,74 1,17 11,23 Cu 0,91 1,85 0,99 2,98 0,58 3,03 Zn 0,04 0,02 0,05 0,04 0,03 0,03 Total 221,22 166,01 134,11 174,35 48,39 101,87 Urutan pelepasan unsur dari batuan beku basalt porfiri dengan pelarut GHG menunjukkan unsur Fe > Ca > K > Mg > Cu > Mn > Zn, pada batuan beku diorit porfiri menunjukkan urutan pelepasan unsur Ca > Fe > K > Mg > Cu > Mn > Zn, dan batuan beku trakit menunjukkan urutan pelepasan unsur Fe > Ca > K > Mg > Mn > Cu > Zn (Tabel 13). Sedangkan pelepasan unsur dengan pelarut GHL menunjukkan urutan pelepasan yang sama dengan pelarut GHG pada batuan diorit porfiri, tetapi pada batuan basalt porfiri dan batuan trakit porfiri menunjukkan hasil yang berbeda. Pada batuan basalt urutan pelepasan unsur Ca > Fe > K > Mg > Cu > Mn > Zn. Pada batuan beku trakit porfiri menunjukkan urutan pelepasan unsur Fe > Ca > K > Mn > Mg > Cu > Zn (Tabel 14). GHG dan GHL dapat meningkatkan pelepasan unsur lebih tinggi pada batuan beku basalt porfiri dibandingkan dengan batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri (Tabel 13 dan 14). 33

8 Tabel 14 Total pelepasan unsur hara dari batuan beku dengan pelarut GHL setelah 5 kali inkubasi Unsur Basalt Diorit Trakit 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm 60 - <2000 µm <60µm (mg/l) K 13,88 22,08 16,23 33,68 7,35 15,53 Ca 62,87 66,27 59,52 69,02 18,50 18,35 Mg 4,81 3,63 11,02 5,62 2,60 2,12 Fe 90,80 27,63 32,21 35,72 21,09 50,39 Mn 0,59 0,20 0,47 0,91 1,23 6,96 Cu 0,54 1,67 0,66 2,50 0,30 2,00 Zn 0,08 0,03 0,07 0,03 0,05 0,04 Total 173,57 121,51 120,18 147,48 51,12 95,39 Tabel 10 sampai 14 jelas menunjukkan bahwa senyawa humat dalam bentuk GH memiliki kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan pelepasan unsur dari batuan beku dibanding AH dan air hujan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gudbrandsson et al. (2008), yang melaporkan bahwa ph alkali akan meningkatkan pelepasan unsur hara. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil yang didapatkan oleh Tan (1986) serta Iskandar dan Irwanti (2003), dimana kondisi masamlah (ph rendah) yang sangat mempengaruhi proses pelepasan unsur hara dari mineral silikat. Kemampuan GH dalam meningkatkan pelepasan unsur hara dari batuan dipengaruhi oleh faktor : 1. Gugus fenolat pada senyawa humat akan terdisosiasi pada ph 8 10 (Alimin et al. 2005), sehingga meningkatkan muatan negatif GH dan meningkatkan pengkelatan unsur hara dari batuan beku 2. GH dalam bentuk natrium humat memiliki daya adsorpsi yang tinggi (Yi dan Zhang 2008), sehingga meningkatkan daya kelat senyawa humat. Garam Humat dengan kadar garam natrium yang tinggi akan mempengaruhi proses pertukaran kation. Jika di dalam larutan terdapat kation K + maka kation Na + lebih suka 34

9 berada di dalam larutan dibanding berada dalam kompleks khelat senyawa humat. Demikian juga untuk kation logam alkali tanah (Ca 2+ dan Mg 2+ ) akan lebih tertarik ke dalam kompleks khelat senyawa humat dibandingkan kation logam alkali (K + dan Na + ). Sedangkan ion hidrogen akan lebih tertarik terikat dalam kompleks khelat senyawa humat daripada berada di dalam larutan (Zadmard 1939, di acu dalam Stevenson 1982). 3. Garam natrium dapat meningkatkan pelarutan unsur hara dari mineral aluminosilikat lebih tinggi dibanding garam kalium dan kalsium (Panagiotopoulou et al. 2007). Secara umum jumlah pelepasan unsur dari batuan beku yang berukuran < 60µm menunjukkan hasil yang signifikan untuk semua pelarut. Tetapi ada beberapa unsur yang menunjukkan hasil pelepasan yang lebih tinggi pada batuan yang berukuran 60 - <2000µm dibandingkan dengan batuan yang berukuran <60 µm (Tabel 15). Data dari Tabel 15 juga menunjukkan bahwa pelarut GH terbukti dapat meningkatkan pelepasan unsur hara dari batuan beku lebih banyak hingga 567,9 kali lebih besar dibanding pelarut alami yaitu air hujan. Pelepasan unsur kalsium dan magnesium dari batuan beku diorit porfiri lebih banyak pada batuan yang berukuran 60 - <2000µm dengan pelarut air hujan dan AH. Unsur seng banyak larut pada batuan beku yang berukuran 60 - <2000µm dengan pelarut GHL. Batuan beku basal porfiri yang berukuran 60 - <2000µm menunjukkan data pelepasan unsur hara yang lebih tinggi dibanding yang berukuran <60µm. Hal ini berbeda pada batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri (Tabel 15). Pelepasan unsur kalium, natrium dan tembaga yang tinggi terjadi pada semua batuan beku yang berukuran <60 µm, sedangkan unsur seng dan magnesium pelepasan tertinggi terjadi pada batuan beku yang berukuran 60 - <2000µm. GHG merupakan pelarut yang efektif dalam meningkatkan pelepasan unsur hara dari batuan beku basalt porfiri, batuan beku diorit porfiri dan batuan beku trakit porfiri (Tabel 15)). GHG dapat meningkatkan pelepasan unsur besi dari batuan beku basalt dua kali lebih besar dibanding batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri. GH 35

10 dapat meningkatkan pelepasan unsur kalium pada batuan beku basalt porfiri dan diorit porfiri hingga 1,8 kali lebih tinggi dibanding pada batuan beku trakit porfiri dengan pelarut AHG. Tabel 15 Presentase pelepasan tertinggi unsur hara dari batuan beku setelah 5 kali inkubasi Unsur Batuan Ukuran butir Pelarut Kandungan tertinggi dalam larutan seteleh 5 kali inkubasi (mg/l) K Basalt porfiri <60µm Air Hujan 21,68 <60µm GHG 33,16 Diorit porfiri <60µm Air Hujan 31,07 <60µm GHL 33,68 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 15,73 <60µm AHG 18,08 Na Basalt porfiri <60µm Air Hujan 86,72 <60µm AHG 97,44 Diorit porfiri <60µm Air Hujan 82,25 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 23,24 <60µm AHG 23,76 Ca Basalt porfiri <60µm Air Hujan 23, <2000µm GHG 79,58 Diorit porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 39,45 <60µm GHG 76,08 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 7,92 <60µm GHG 21,84 Mg Basalt porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 1, <2000µm GHG 6,07 Diorit porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 8, <2000µm GHG 13,1 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 1, <2000µm GHG 3,23 Fe Basalt porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 3, <2000µm GHG 117,66 Diorit porfiri <60µm Air Hujan 2,01 <60µm GHG 54,54 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 0,09 <60µm GHG 51,11 36

11 Mn Basalt porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 0, <2000µm GHG 0,81 Diorit porfiri <60µm Air Hujan 0,02 <60µm AHG 6,68 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 1,54 <60µm GHG 11,23 Cu Basalt porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 0,01 <60µm GHG 1,85 Diorit porfiri <60µm Air Hujan 0,08 <60µm GHG 2,98 Trakit porfiri <60µm Air Hujan 0,00 <60µm GHG 3,03 Zn Basalt porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 0, <2000µm GHL 0,08 Diorit porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 0, <2000µm GHL 0,07 Trakit porfiri 60 - <2000µm Air Hujan 0, <2000µm AHG 0,06 Total pelepasan unsur hara natrium, kalsium, besi dan seng yang tertinggi setelah 5 kali inkubasi menunjukkan jumlah pelepasan unsur hara pada batuan beku basalt porfiri lebih besar dibanding pada batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri, demikian juga dengan pelepasan unsur hara magnesium lebih besar pada batuan beku diorit porfiri dibanding pada batuan beku basalt porfiri dan trakit porfiri. Sedangkan pelepasan unsur hara tembaga dan mangan lebih besar pada batuan beku trakit porfiri dibanding pada batuan beku diorit porfiri dan basalt porfiri. Pelepasan unsur hara kalium pada batuan beku basalt porfiri dengan pelarut GHG dan diorit porfiri dengan pelarut GHL menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda (Tabel 15). Pelepasan unsur hara tertinggi pada batuan beku basalt porfiri yang berukuran 60 - <2000µm terjadi sekitar >60% dari semua unsur yang dianalisis. Pada batuan beku diorit porfiri dan trakit porfiri pelepasan unsur hara tertinggi terjadi pada batuan yang berukuran <60µm sebesar 85% dari semua unsur yang dianalisis. Perbedaan peningkatan pelepasan unsur terhadap ukuran butir batuan menunjukkan adanya suatu anomali dalam mekanisme pelarutan, dimana unsur yang 37

12 larut dari batuan beku seharusnya akan menunjukkan peningkatan dengan semakin kecilnya ukuran butir. Hal ini ditunjang dari hasil penelitian dari Niwas et al. (1987), Arshad et al. (1972) serta Huang dan Keller (1970). Tetapi pendapat tersebut berbeda dari data yang didapatkan, di mana ukuran butir yang lebih kecil tidak menunjang besarnya unsur yang akan larut (Tabel 15). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya dari Ugolini et al. (1996) dan Blum et al. (1989), yang juga membuktikan bahwa pelepasan unsur tidak dikontrol oleh ukuran butir. Ukuran butir yang lebih besar justru dapat menghasilkan pelepasan unsur yang lebih besar dari mineral silikat. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa setiap batuan beku memiliki sifat fisik dan kimia yang khas, yang akan mempengaruhi proses pelepasan unsurnya. Jumlah konsentrasi unsur dalam tubuh batuan, struktur dari mineral silikat serta jumlah mikro porositas pada batuan beku akan mempengaruhi laju pelepasan unsurnya. Batuan beku dengan tekstur porfiritik memiliki mikro porositas (Hocella dan Banfield 1995) atau mikro struktur (Putnis 1992) yang jauh lebih tinggi dibanding batuan yang bertekstur fanerik dan afanitik. Jumlah mikro porositas ini akan mempengaruhi daya sangga mineral terhadap aspek pelarutan. Pengecilan ukuran butir dapat mengurangi mikro porositas sehingga daya larut batuan menjadi menurun. Oleh karena itu untuk mendapatkan jumlah pelepasan unsur hara makro maupun unsur hara mikro yang besar, sebaiknya digunakan ukuran butir yang bervariasi antara ukuran butir 60 - <2000µm dan <60µm. Hal ini disebabkan karena unsur magnesium dan seng lebih banyak dapat terlarut pada batuan beku yang berukuran 60 - <2000µm. Hasil analisis distribusi ukuran butir pada batuan yang berukuran 60 - <2000µm (Tabel 5), di dapatkan data bahwa presentase ukuran butir <2000µm - >1000µm jumlahnya kurang dari 4%, yang berarti ukuran butir tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap proses pelepasan unsur hara dari batuan beku. Sehingga untuk mendapatkan pelepasan unsur hara yang tinggi dari semua unsur hara makro dan mikro yang dianalisis maka ukuran butir yang paling efektif digunakan untuk mempercepat pelepasan unsur hara adalah ukuran butir < 1000µm, dengan berbagai variasi distribusi ukuran butir yang terdapat di dalamnya. 38

13 Proses Pelepasan Unsur dari Batuan Beku Hasil uji SEM sebelum dan setelah percobaan memperlihatkan bahwa proses pelepasan unsur dari batuan beku dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia dari mineral silikat sebagai penyusun utama batuan beku. Proses pelepasan unsur dari mineral silikat yang terdapat dalam batuan beku terjadi pada : 1. Bidang batas antar kristal Hasil uji SEM setelah perlakuan menunjukkan adanya kerusakan pada bidang batas (bidang kontak) antar kristal. Kerusakan ini menunjukkan bahwa perbedaan ukuran butir kristal mineral antara fenokris (mineral sulung) dengan massa dasar kristal dapat menjadi celah bagi pelarut untuk masuk ke dalam ruang antar kristal dan mendegradasi hubungan interlocking antara kristal sulung dengan massa dasar (Foto 5). Menurut Lowe (1986), tekstur batuan dengan derajat ukuran butir kristal yang tidak seragam (inequigranular) memiliki daya sangga yang rendah terhadap usaha penghancuran dibandingkan dengan batuan yang ukuran butirnya seragam (equigranular). Perbedaan waktu pembentukan antara mineral sulung dengan massa dasar memberikan tingkat resistensi yang berbeda. Mineral sulung terbentuk dengan perubahan waktu yang relatif lambat, sehingga dapat membentuk kristal yang sempurna dengan ukuran yang lebih besar, berbeda dengan massa dasar kristal yang terbentuk dari proses diferensiasi kristal yang berjalan cepat sehingga tidak dapat membentuk kristal yang sempurna dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari mineral sulung. Perubahan yang terjadi secara tiba tiba akan memberikan tekanan pada mineral sulung (fenokris) dan massa dasar yang terbentuk. Tekanan akan menyebabkan terbentuknya mikro struktur (Putnis 1992). Terbentuknya mikro struktur dalam tubuh mineral akan menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat pelarutan pada batuan. Mineral biotit sebagai fenokris yang terdapat di antara massa dasar kristal memiliki resistensi yang berbeda. Perlakuan dengan pelarut asam humat dan garam humat yang mengandung gugus organik menyebabkan terjadinya degradasi pada bidang kontak antara mineral sulung dengan massa dasar kristal. Bidang kontak merupakan zona lemah dari suatu hubungan interlocking antara 39

14 kristal, di mana pelarut akan mudah memasuki bidang ini dan menghancurkan kristal mineral dan terlepasnya unsur unsur dari mineral silikat (Foto 5). 2. Bidang belahan kristal Perbedaan komposisi kimia akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia mineral. Salah satu sifat fisik mineral adalah adanya bidang belahan. Bidang belahan mineral merupakan bidang lemah yang dimiliki oleh suatu mineral terhadap usaha pelarutan. Pemberian tekanan terhadap mineral menyebabkan mineral terbelah menurut bidang dimana pada bidang tersebut terjadi ikatan ikatan atom yang paling lemah. Usaha pelarutan batuan dengan pelarut air hujan, AH dan GH akan merusak kristal mineral melalui bidang belahannya. Besarnya kemampuan pelarut akan mempengaruhi kestabilan kristal mineral. Semakin tinggi daya larut pelarut, akan semakin mudah menghancurkan mineral melalui bidang belahnya. Mineral feldspar memiliki bidang belah dua arah. Perlakuan dengan AH dan GH, sangat nyata meningkatkan pelarutan mineral feldspar melalui bidang belahnya (Foto 6). Tingginya pengkelatan senyawa humat menyebabkan proses pelepasan unsur semakin bertambah aktif. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya bukaan bidang belahan mineral. Pelebaran bidang belahan ini akan menyebabkan munculnya tekanan pada bagian kristal yang lain sehingga menyebabkan terjadinya deformasi struktur kristal yang berakibat pada hancurnya dinding kristal, hal ini ditandai dengan terjadinya pelebaran bidang bukaan belahan mineral sebesar 0,05µm 1,69 µm (Foto 6) dan terbentuknya endapan endapan baru di antara bidang belahan berupa butir butir kristal sebagai hasil pelarutan dinding kristal dan proses pelepasan unsur hara yang terjadi. Proses pembentukan endapan ini disebut dengan incongruent dissolution (Birkeland 1999). Menurut Harley dan Gilkes (2000) serta Chou dan Wollast (1984), pelarut dengan ph tinggi akan menghancurkan ikatan silikat mineral dan menghasilkan endapan aluminat (Persamaan 3). 40

15 A B C Foto 5 A dan B memperlihatkan kenampakan permukaan batuan sebelum proses inkubasi; bidang kontak antar mineral (k), massa dasar kristal (mdk), mineral sulung biotit (b) dan bidang belahan (bl). C. kenampakan kontak mineral dengan massa dasar kristal setelah inkubasi yang memperlihatkan terbentuknya zona hancuran mineral (zh) pada bidang kontak antar mineral. 41

16 1A 1B 2A 2B 3A 3B Foto 6 1A. Kenampakan bidang belahan mineral feldspar yang utuh. 1B kenampakan mineral feldspar yang mengalami hancuran dengan orientasi yang teratur setelah diinkubasi. 2A dan 2B menunjukkan terjadinya pelebaran bidang belahan (garis merah) setelah diinkubasi. 3A dan 3B, menunjukkan rusaknya belahan dua arah dari mineral feldspar dan terbentuknya endapan berupa butir butir (bulatan merah) diantara bidang belahan dan pelebaran bidang belahan (garis merah) setelah batuan diinkubasi. 42

17 Mineral biotit (K 2 (Mg,Fe) 2 (OH) 2 (AlSi 3 O 10 ) merupakan anggota dari mineral mika yang paling banyak mengandung unsur hara (Kerr 1959) dan memiliki bidang belahan satu arah. Proses pelepasan unsur pada mineral biotit juga terjadi di antara bidang belahannya. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya endapan di antara bidang belah dan penumpukan endapan di bagian luar bidang belahan sebagai proses pelarutan dinding kristal pada bagian bidang belahan akibat reaksi antara pelarut dengan kristal silikat (Foto 7). Bidang belah dua arah dari suatu mineral menyebabkan proses pelepasan unsur akan lebih intensif terjadi dibandingkan belahan satu arah, tetapi jumlah konsentrasi unsur dan sifak fisik dari suatu mineral akan mempengaruhi besarnya unsur yang dapat dilepaskan oleh suatu mineral. 3. Permukaan kristal yang tidak rata Permukaan kristal yang tidak rata akibat proses penghancuran dan pengamplasan akan mengakibatkan mikromorfologi permukaan batuan menjadi tidak sama (memiliki beda tinggi). Ketidakseragaman permukaan ini akan menyebabkan mineral mudah mengalami pelarutan (pelepasan unsur hara) pada bagian permukaaannya. 43

18 A B C Foto 7 A dan B menunjukkan kenampakan mineral biotit (b) sebelum diinkubasi, memperlihatkan bidang belahan (bl) yang utuh (segar). C. Terbentuknya endapan (e) pada bidang belahan mineral (bl), setelah mineral biotit (b) diinkubasi. 44

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya dengan menggunakan unsur hara. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada 36

Universitas Gadjah Mada 36 5) Pelapukan 5.1) Pelapukan Fisik Pelapukan secara umum mengacu pada sekelompok proses dengan mana batuan permukaan terpecah belah menjadi partikel-partikel halus atau terlarutkan ke dalam air karena pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Tanah Masam Tanah tanah masam di Indonesia sebagian besar termasuk ke dalam ordo ksisol dan Ultisol. Tanah tanah masam biasa dijumpai di daerah iklim basah. Dalam keadaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PELEPASAN UNSUR HARA DARI BATUAN BEKU DENGAN SENYAWA HUMAT ASMITA AHMAD

MENINGKATKAN PELEPASAN UNSUR HARA DARI BATUAN BEKU DENGAN SENYAWA HUMAT ASMITA AHMAD MENINGKATKAN PELEPASAN UNSUR HARA DARI BATUAN BEKU DENGAN SENYAWA HUMAT ASMITA AHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Terdapat banyak unsur di alam yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, contohnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), fosfor (P), nitrogen (N), kalium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Mineral Silikat

TINJAUAN PUSTAKA. Mineral Silikat TINJAUAN PUSTAKA Mineral Silikat Silika merupakan penyusun utama kerak bumi (Holmes 1964). Kombinasi silika dengan unsur yang lain membentuk mineral golongan silikat. Mineral golongan silikat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat)

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) TINJAUAN PUSTAKA Batuan sebagai Penyedia Hara Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) mineral baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang merupakan penyusun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Latosol dan Karakteristiknya Latosol adalah tanah yang memiliki kadar liat lebih dari 60 %, struktur remah sampai gumpal, gembur, dan warna tanah seragam dengan batas-batas

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah

ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah ph SEDERHANA ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah produk transformasi

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Tanah Awal Menurut klasifikasi United State Departement of Agriculture (USDA) tanah gambut termasuk orde Histosol. Tabel 5 menunjukkan sifat kimia tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tanah. Hal tersebut

Lebih terperinci

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN Review II A. ELEKTROLISIS 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 O 4H + + O 2

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan demikian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Logam Logam Berat Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Logam Logam Berat Tanah TINJAUAN PUSTAKA Logam Logam Berat Tanah Larutan tanah mengandung berbagai zat terlarut berbentuk ion, baik kation maupun anion. Kation yang umum terdapat dalam larutan tanah ialah H +, Al 3+, Fe 3+ (dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Beberapa Sifat KimiaTanah Gambut dalam Pot yang Diberi Raw Mix Semen dan Mikroorganisme Efektif M-Bio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Beberapa Sifat KimiaTanah Gambut dalam Pot yang Diberi Raw Mix Semen dan Mikroorganisme Efektif M-Bio IV HSIL DN PEMHSN 4.1 eberapa Sifat KimiaTanah Gambut dalam Pot yang Diberi Raw Mix Semen dan Mikroorganisme Efektif M-io 4.1.1 Sifat Kimia Tanah Gambut Sebelum Perlakuan Sifat tanah gambut berbeda dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara Erwin Prastowo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan untuk meningkatkan produksi

Lebih terperinci

2. Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata.

2. Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata. 2.1. PENGERTIAN PENGAPURAN Pengapuran adalah pemberian kapur kedalam tanah yang pada umumnya bukan karena kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam (Hardjowigeno, 1987). Pengapuran merupakan

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN Elemen esensial: Fungsi, absorbsi dari tanah oleh akar, mobilitas, dan defisiensi Oleh : Retno Mastuti 1 N u t r i s i M i n e r a l Jurusan Biologi, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

Lampiran1. Dosis. Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun

Lampiran1. Dosis. Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun Lampiran1. Dosis Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun Unsur Hara Konsentrasi (ppm) Hara makro : N-NO3-, nitrat 214 N-NH4+,N-amonium 36 P, fosfor 62

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO Sifat Umum Lumpur Sidoarjo merupakan lumpur yang keluar dari perut bumi, berasal dari bagian sedimentasi formasi Kujung, formasi Kalibeng dan formasi Pucangan. Sedimen formasi

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Budi Daya Jamur Tiram Unsur Hara Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Budi Daya Jamur Tiram Unsur Hara Tanaman 3 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Budi Daya Jamur Tiram Kebanyakan limbah-limbah organik dibuang sia-sia ke alam dan secara umum dibiarkan yang tentunya dapat menurunkan fungsi estetika lingkungan. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komposisi Bahan Baku Sebelum dan Setelah Dikomposkan Bahan baku yang dikomposkan memiliki kandungan C/N rasio yang berbeda (Tabel 2). Pengomposan terhadap bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Organik Asal Hasil analisis ph, KTK, kadar air, padatan terlarut (TSS), C-organik, N- total dan C/N pada bahan serasah pinus (SP), gambut kering (GK),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk UZA dan Pupuk Urea Pril Ditinjau dari Laju Konsentrasi Amonium dan Nitrat yang Terbentuk Perbandingan laju pelepasan nitrogen dari pupuk

Lebih terperinci

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan. ASAM DAN BASA A. Asam Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus yang

Lebih terperinci