BAB II IDENTIFIKASI DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II IDENTIFIKASI DATA"

Transkripsi

1 BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Profil a. Sejarah Payung tradisional asal Juwiring merupakan payung tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pada tradisional Juwiring tersebut bentuknya masih sangat sederhana, hanya berfungsi sebagai payung pelindung dari panas dan hujan. Setelah berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, payung-payung tradisional Juwiring mulai digunakan di kalangan keraton. Selain itu, minat masyarakat tethadap payung juga mulai meningkat. Hal ini membuat proses produksi payung meningkat dan akhirnya banyak dari warga Juwiring menjadi perajin payung untuk memenuhi kebutuhan pasar. Waktu terus berjalan hingga kurang lebih pada tahun 1960 sebuah Pabrik payung berdiri di daerah Juwiring. Dalam kegiatannya, pabrik ini tidak memproduksi payung kemudian menjualnya. Namun, pabrik ini bersifat sebagai pengepul payung hasil produksi warga sekitar lalu melalui pabrik inilah payung-payung tersebut di salurkan dan dijual kepada para konsumen. Beberapa tahun setelah berdiri, pabrik ini menerima kunjungan dari Jepang. Dalam kunjungan ini terdapat workshop tentang proses pembuatan payung tradsional. Setelah adanya kunjungan serta workshop proses pembuatan 5

2 6 payung tradisional tadi, tidak lama kemudian muncullah payung modern atau yang orang dahuu menyebutnya dengan istilah payung kalong. Keberadaan payung kalong ini sedikit mulai sedikit menggeser keberadaan payung tradisional Juwiring. Dalam perkembangannya, pabrik ini tidak berdiri lama. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, pabrik ini di tutup. Adanya payung kalong yang mulai bermunculan dan beredar luas di masyarakat menjadikan payung tradisional semakin tersisih keberadaannya. Selain itu, model sistem kerja yang diterapkan pada pabrik ini dirasa tidak menguntungkan dan cenderung merugikan perajin maka hal-hal ini lah yang memicu di tutupnya pabrik tersebut. Di sisi lain, tutupnya pabrik payung ini menguntungkan bagi para perajin karena para perajin dapat dengan leluasa memasarkan sendiri hasil produksinya kepada konsumen. Pada tahun 1970, kerajinan payung tradisional mengalami masa keemasannya. Para perajin banyak memproduksi berbagai macam payung dan berhasil memasarkan banyak payung kepada para konsumen. Selanjutnya, dari tahun ke tahun perkembangan payung tradisional mengalami pasang surut mulai dari para perajin maupun para konsumen payung. Para perajin yang awalnya menjamur di banyak desa di Juwiring, satu persatu mulai meninggalkan kegiatan produksinya. Tidak banyak perajin yang bertahan ditengah pasang surut perkembangan payung tradisional Juwiring. Selain itu, minimnya generasi penerus juga menyebabkan jumlah perajin payung semakin berkurang.

3 7 Pada tahun 2015, tercatat masih ada lima perajin yang hingga kini masih memproduksi payung. Hal ini mendapat respon yang baik dari berbagai pihak yang peduli akan keberadaan para perajin payung. Melalui berbagai kegiatan dan bantuan, akhirnya hingga kini para perajin dapat mempertahankan dan terus memproduksi payung dibawah naungan Industri Kreatif Rumah Tangga. Akhirnya, pada saat ini para perajin payung yang masih tersisa di Juwiring terus memproduksi payung mengikuti perkembangan jaman dimana payung yang di produksi tidak hanya sebagai pelindung dari panas maupun hujan saja tetapi juga ada yang di produksi untuk keperluan-keperluan lain yaitu seperti payung tari, payung upacara adat, dan juga payung estetika. Letak geografis : Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi : Gumantar : Tanjung : Juwiring : Klaten : Jawa Tengah

4 8 Peta : Gambar 1 : Peta Kabupaten Klaten Sumber : b. Pembatasan Masalah Berdasarkan data pengrajin payung yang masih tersisa di Desa Tanjung Kecamatan Juwiring Klaten penulis mengambil salah satu industri pengrajin payung sebagai tempat pengambilan data. Adapun beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis memilih salah satu industri pengrajin payung adalah kegiatan kerja yang masih produktif, susunan organisasi yang jelas dan mampu mendukung penulis dalam menggali data. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis memilih Industri Kreatif Payung Lukis Ngudi Rahayu. c. Visi dan Misi Visi Melestarikan payung sebagai warisan budaya

5 9 Misi 1) Memproduksi payung dengan selalu menjaga kualitas yang baik 2) Berusaha dapat membuat segala jenis payung 3) Menjunjung tinggi payung - payung hasil produksi Juwiring dalam event - event atau acara. d. Susunan Organisasi Kerajinan payung tradisional Juwiring dahulu pernah memiliki paguyuban atau organisasi antar pengrajin. Seiring berjalannya waktu, organisasi tersebut tidak lagi berjalan. Pengrajin Payung Juwiring saat ini tidak memiliki sebuah paguyuban atau organisasi yang digunakan sebagai wadah berkumpul para pengrajin untuk saling bertukar ide dan inovasi serta menampung aspirasi antar pengrajinnya dalam mengembangkan payung tradisional Juwiring. Para pengrajin kini mengembangkan usahanya sendiri - sendiri dan membuat inovasi sendiri untuk produk payung yang dibuatnya.

6 10 e. Alur kerja Gambar 2 : Sistem Alur Kerja Bagan alur kerja diatas merupakan salah satu contoh alur kerja proses pembuatan payung pada industri Ngudi Rahayu dimana Pemilik sekaligus pemimpin industri yaitu Bapak Ngadi bertindak sebagai koordinator. Secara umum, bagan alur kerja diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Seorang pemimpin bertindak sebagai koordinator. Koordinator tersebut menyesuaikan jumlah pesanan payung dengan jumlah kerangka yang akan dibuat oleh pembuat kerangka. Kerangka yang sudah dibuat oleh perajin kerangka menghasilkan kerangka payung setengah jadi yang masih berupa rangkaian bambu-bambu. Selanjutnya, hasil kerangka payung tersebut diserahkan kembali kepada koordinator. Oleh koordinator, kerangka payung

7 11 tersebut diberikan kepada perajin sulam atau penyulam untuk proses penyempurnaan kerangka. Setelah kerangka tersebut disulam, maka menghasilkan kerangka payung yang utuh atau siap di pasang kain (mayu). Sebelum proses pemasangan kain, kerangka payung yang utuh tadi diserahkan dahulu kepada koordinator untuk diberikan kepada pemayu atau seseorang yang memiliki keahlian dalam proses pemasangan kain. Setelah proses pemasangan kain selesai, akan diperoleh payung setengah jadi. Payung ini kemudian diserahkan kepada koordinator dan selanjutnya dilakukan proses pembatikan oleh perajin batik. Setelah proses pembatikan, payung payung yang siap finishing diserahkan kembali kepada koordinator untuk dilakukan proses finishing. Proses finishing merupakan proses terakhir dalam penyempurnaan payung setengah jadi sehingga menjadi produk payung yang siap dipasarkan. f. Sistem kerja Sistem kerja yang diterapkan pengrajin payung Juwiring adalah sistem tenaga kerja borongan. Sistem tenaga kerja borongan yaitu tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja. Berdasarkan sistem tersebut setiap pengrajin memiliki beberapa pekerja dalam memproduksi payungnya. Pengrajin payung yang memiliki banyak pekerja salah satunya adalah Pengrajin Ngudi Rahayu. Pengrajin Ngudi Rahayu memiliki 22 pekerja yang terbagi menjadi 6 pembuat kerangka, 7 penyulam, 3 pemasang kain, 4 pembatik, 2 pemlitur.

8 12 Pekerjaan yang diberikan oleh Pengrajin Ngudi Rahayu tidak dikerjakan di tempat, melainkan dikerjakan dirumah masing - masing. Hal tersebut dilakukan agar lebih efisien tempat dan para pekerja borongan juga dapat lebih nyaman karena bisa mengerjakan pesanan yang tidak hanya dari Pengrajin Ngudi Rahayu tetapi juga dari Pengrajin lainnya, selain itu para pekerja borongan juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah mereka. 2. Produk Coffee Table Book adalah sebuah buku bacaan ringan yang biasanya di tempatkan di meja yang digunakan untuk bersantai atau dimeja tamu yang akan bisa menjadi inspirasi percakapan, hiburan, atau mengurangi kebosanan. Buku ini tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun berupa karya-karya foto atau ilustrasi seseorang yang dijadikan sebuah buku. Pada proses pembuatannya, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu harus memiliki konsep dari dibuatnya buku tersebut, memiliki bahan berupa foto dan teks ataupun ilustrasi (jika yang ingin ditampilkan berupa ilustrasi) yang menunjang buku tersebut, menentukan layout buku baik cover buku maupun isi buku. Pada Cover biasanya diambil gambar yang mewakili isi buku, menggunakan judul dengan font menarik. Dibelakang buku biasanya ada kata bijak penulis/ kesimpulan buku. Selain itu, di dalam Coffee Table Books terdapat Contents, Latar belakang buku tersebut Isi Buku tersebut, dan Biografi penulis.

9 13 Coffee Table Book adalah buku yang dominasi contentnya berupa foto atau ilustrasi. Oleh karena itu, tampilan Coffee Table Book berbeda dengan buku pada umumnya. Kertas yang dgunakan lebih tebal daripada jenis buku yang lainnya, biasanya menggunakan kertas jenis art paper dan kertas jenis lainnya yang menimbulkan kesan tersendiri pada foto atau ilustrasi yang ditampilkan. Coffee Table Book biasanya berukuran cukup besar dan memiliki jenis sampul hard cover. Coffee Table Book biasanya mulai dari ukuran 20 cm x 20 cm hingga 21 cm x 28 cm, dapat berbentuk landscape maupun potrait. Jenis foto yang digunakan dalam Coffee Table Book biasanya berupa Landscape Photography, Human Interest dan Documentary Photography. Pada perancangan Coffe Table Book ini penulis menggunakan jenis foto Human Interest. Tema yang diangkat adalah salah satu kerajinan tangan Indonesia berupa payung Tradisional. Kerajinan payung tradisional yang ada di Indonesia salah satunya berada di daerah Klaten, tepatnya di Kecamatan Juwiring. Payung tradisional Juwiring mempunyai ciri khas pada proses pembuatannya yang cukup panjang dan rumit serta detail bagian per bagiannya. Selain itu, payung Juwiring juga dikenal sebagai payung yang biasa digunakan dalam berbagai acara adat di Keraton Kasunanan Surakarta maupun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Produk payung Juwiring secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam jenis payung yang di produksi, bahan baku pembuatan payung, alat pembuatan payung dan proses pembuatan payung.

10 14 a. Jenis Payung Payung yang dibuat di juwiring ini sangat beragam jenisnya mulai dari fungsi, ukuran dan bahannya. Jenis payung yang dibuat di Juwiring ini dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Berdasarkan Fungsinya : a) Payung Kebesaran / Payung Keraton Gambar 3 : Payung Keraton Sumber : Payung kebesaran atau payung keraton adalah payung khusus yang menyatakan pangkat atau kedudukan seseorang. Payung pada masa lampau bukan semata penahan cuaca tetapi bentuk apresiasi yang menunjukkan dari kalangan mana ia berasal. Seberapa tinggi jabatan mereka dalam struktur pemerintahan masyarakat tradisional Jawa dan dapat dikatakan juga bahwa payung merupakan aksesoris dalam berbusana yang menunjukkan sebuah status sosial seseorang. Payung merupakan aksesoris kepriyayian dan kebangsawanan sehingga penggunaannya diatur.

11 15 b) Payung Tari Gambar 4 : Payung Tari Payung Tari merupakan payung yang digunakan sebagai properti pada pertunjukan sebuat tari maupun teater. Payung jenis ini biasanya berwarna warni dan ukurannya tidak terlalu besar. Payung menjadi properti utama dalam setiap pementasan tari tradisional salah satunya adalah tari khas Minangkabau Sumatera Barat. Makna filosofi yang terdapat dalam payung yang dibawa oleh penari pria adalah menggambarkan peran seorang pria dalam sebuah rumah tangga yang penuh dengan tanggungjawab, kasih sayang, serta memberikan perlindungan bagi isterinya. c) Payung Upacara Adat Payung Upacara Adat merupakan payung yang digunakan dalam kegiatan adat atau tradisi - tradisi yang masih diyakini dan dilakukan oleh masyarakat. Payung upacara adat ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

12 16 (1) Payung Jenazah Gambar 5 : Payung Jenazah Sumber : Payung jenazah merupakan payung yang digunakan pada prosesi upacara kematian. Payung jenazah merupakan tanda belas kasih cinta sanak keluarga terhadap orang yang baru saja meninggal. Dimaksudkan agar orang yang baru saja meninggal itu tidak kehujanan dan kepanasan selama di liang kubur. (2) Payung Susun Gambar 6 : Payung Susun Sumber :

13 17 Payung susun adalah payung yang dibuat bersusun atau bertingkat, biasanya dibuat tiga tingkat dengan bagian bawah payung ukuran paling besar, kemudian payung ukuran sedang sedang dan paling atas payung berukuran paling kecil. Payung susun ini biasanya digunakan untuk kegiatan budaya maupun sebagai dekorasi. d) Payung Dekorasi Gambar 7 : Payung Dekorasi sebagai cup lampu Payung Dekorasi merupakan payung yang digunakan sebagai hiasan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Payung ini memiliki ukuran yang beragam, dari ukuran kecil hingga ukuran besar, ada juga yang berbentuk susun. Payung dekorasi yang berukuran besar biasanya digunakan sebagai dekorasi sebuah cafe atau restaurant, sedangkan payung yang berukuran kecil atau payung susun biasanya digunakan untuk mendekorasi ruangan pada rumah.

14 18 2) Berdasarkan Ukurannya : a) Diameter 3 m b) Diameter 2 m c) Diameter 120 cm d) Diameter 80 cm e) Diameter 70 cm f) Diameter 60 cm g) Diameter 50 cm h) Diameter 40 cm 3) Berdasarkan Bahan Pembuatan a) Payung Kain Gambar 8 : Payung Kain Organdi Payung kain merupakan payung yang terbuat dari berbagai jenis kain sesuai dengan kegunaannya. Kain yang digunakan untuk membuat payung ini antara lain, Mori, Organdi, Troso, Jarik, Bludru dan

15 19 Poleyster. Kelebihan dari payung kain ini adalah lebih tahan lama dan lebih kuat dibandingkan dengan payung kertas. b) Payung Kertas Gambar 9 : Payung Kertas Payung kertas merupakan payung yang terbuat dari kertas. Kertas yang digunakan untuk membuat payung ini adalah kertas semen. Payung kertas biasanya digunakan sebagai payung jenazah sekali pakai. Payung ini biasanya juga digunakan dalam acara lomba melukis anakanak. Seiring dengan perkembangan jaman payung kertas sudah jarang dibuat kecuali hanya untuk payung jenazah sekali pakai atau kegiatan lomba maupun workshop melukis payung.

16 20 b. Bahan Baku Pembuatan Payung Bahan baku untuk pembuatan payung banyak jenisnya dan perlu memperhatikan kualitas agar tidak mengurangi mutu payung. Bahan yang dipilih memiliki kelebihan masing masing sesuai yang dibutuhkan untuk payung yang akan dibuat. Berikut adalah bahan baku pembuatan payung : 1) Kayu a) Kayu Kenanga Gambar 10 : Kayu Kenanga Kenanga (bahasa Latin: Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang menghasilkannya. Ada dua forma kenanga, yaitu macrophylla, yang dikenal sebagai kenanga biasa, dan genuina, dikenal sebagai kenanga filipina atau ylang-ylang. Selain itu, masih dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa), yang banyak ditanam sebagai hiasan di halaman rumah. Kenanga tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter per tahun dan mampu mencapai tinggi rata-rata 12 meter.

17 21 Pada proses pembuatan payung, kayu kenanga digunakan sebagai bungkul. Hal ini dikarenakan kayu kenanga memiliki tekstur yang kuat dan tahan lama. Satu balok kayu kenanga ukuran 2 meter dapat dihasilkan kurang lebih bungkul. b) Kayu Mlinjo (So) Gambar 11 : Kayu Melinjo (So) Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae). Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian m dpl. Pohon Melinjo dapat tumbuh hingga tinggi 25 meter. Pada proses pembuatan payung, kayu So digunakan sebagai gagang atau pegangan payung. Hal ini dikarenakan kayu So memiliki tekstur yang kuat, tahan lama dan tidak mudah dimakan hewan pengerat.

18 22 2) Bambu Gambar 12 : Bambu Wulung Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Salah satunya adalah Bambu wulung. Bambu wulung adalah bambu yang warna kulitnya wulung/hitam/hijau kehitaman/ungu tua dan ada garis berwarna kuning di sepanjang batang maupun rantingnya. Diameter bambu wulung mayoritas antara 5-12 cm dengan panjang/tinggi antara 7-18 meter. Pada proses pembuatan payung, bambu wulung digunakan sebagai ruji untuk pembuatan kerangka payung. Hal ini karena bambu wulung tahan lama dan tidak mudah lapuk. Satu batang bambu wulung dapat dihasilkan kurang lebih untuk 10 kerangka payung.

19 23 3) Kertas dan Kain a) Kertas Semen Gambar 13 : Kertas Semen Kertas semen adalah kertas bekas bungkus semen yang memiliki tekstur kuat, sedikit kaku dan tahan air bila sudah dilapisi dengan cat. b) Kain Mori Gambar 14 : Kain Mori Sumber : Kain mori adalah kain tenun berwarna putih yang digunakan untuk bahan membuat kain batik. Bahan baku kain mori terbuat dari bahan katun, polyester, rayon dan juga sutra. Ada 2 jenis kain mori yaitu kain mori yang telah mengalami proses pemutihan atau bleaching

20 24 dan kain mori yang belum diputihkan. Kain yang belum diputihkan disebut juga kain belacu. c) Kain Polyester Gambar 15 : Kain Polyester Kain polyester adalah kain sintetis, yang memiliki arti serat buatan dan tidak tersedia secara bebas di alam, seperti katun, viscose, sutera, dan kain lainnya yang seratnya diolah dari alam. Polyester adalah kain yang digunakan untuk menambah kualitas jenis kain tertentu, seperti resistensi terhadap kerutan. Jenis kain ini juga digunakan untuk memberi efek keras pada bahan kain lainnya dan memberi kekuatan. Keunggulan kain yang terbuat dari serat Polyester ini dikenal memiliki daya tahan lama, tidak mudah kusut, dan lebih cepat kering pada saat dijemur.

21 25 d) Kain Organdi Gambar 16 : Kain Organdi Sumber : Kain ini terbuat dari benang seperti rayon, polyester maupun sutera. Kain yang terasa halus dan ringan di tangan ini mempunyai karakteristik transparan, mudah dibentuk dan tidak terlalu kaku jika diaplikasikan. e) Kain Lami Woli Gambar 17 : Kain Lami Woli Sumber : Sesuai dengan namanya, kain wol ini tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. Kelebihan dari kain ini adalah awet dan tahan lama.

22 26 f) Kain Troso Gambar 18 : Kain Troso Sumber : Tenun ikat troso atau kain ikat troso adalah kriya tenun Jepara tepatnya dari Desa Troso dan berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah. g) Kain Jarik Gambar 19 : Kain Jarik Sumber :

23 27 Jarik adalah kain panjang berwarna latar hitam dengan corak batik warna coklat dengan motif batik yang beranekaragam. h) Kain Beludru 4) Cat Gambar 20 : Kain Beludru Sumber : Kain beludru ini biasanya terbuat dari bahan dasar sutera walaupun kadang ada yang terbuat dari kain velvet yang berbahan dasar katun dan beberapa kain velvet sintetis lain yang terbuat dari polyester, nilon, viscose, acetate dan campuran bahan bahan fiber sintetis lainnya. a) Cat Air Gambar 21 : Cat Air

24 28 Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, kulit, kain, kayu, atau kanvas.secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. b) Cat Minyak Gambar 22: Cat Minyak Cat minyak adalah cat yang terdiri atas partikel-partikel pigmen warna yang diikat (direkat) dengan media minyak pengikat pigmen warna yaitu minyak linen dapat juga dengan minyak papaver dalam bentuk pasta, sedangkan untuk mengencerkan cat tediri dari campuran terpentin dengan minyak linen.

25 29 c) Cat Emas (Brom) Gambar 23 : Cat Emas (Brom) Cat emas (brom) merupakan cat minyak dengan karakteristik warna cemerlang, pigmen emas tebal dan mudah menempel pada furniture. d) Cat Plitur (Politur) Gambar 24 : Cat Politur Politur adalah pewarna kayu yang bersifat transparan, dan tidak menutup serat kayu, sehingga kayu nampak lebih indah. Cat ini

26 30 biasanya berwarna coklat. Cat ini biasanya digunakan untuk mengecat gagang pada payung. e) Benang 1) Benang Wol Gambar 25 : Benang Wol Benang wol merupakan serat tekstil yang diperoleh dari bulu domba dan hewan tertentu lainnya. 2) Benang Kenur Gambar 26 : Benang Kenur

27 31 Benang kenur merupakan benang yang biasa disebut dengan monofilament. Bahan utama pembuatan benang kenur adalah exstruded nylon. Sifatnya yaitu kuat dan tahan lama. 3) Lem Lem adalah zat atau bahan perekat yang berfungsi merekatkan dua bagian suatu benda. Material pembentuk lem terbuat dari dua jenis bahan yaitu bahan sintetis dan bahan alami. Lem yang digunakan pada pembuatan payung dahulu menggunakan lem berbahan alami, namun karena saat ini bahan sulit dicari maka lem yang digunakan adalah lem berbahan sintetis. Lem berbahan sintetis ini menggunakan pelarut kimia dan lem akan mengering setelah pelarutnya menguap dan lem jenis ini sangat mudah terbakar. 4) Paku Paku adalah sebuah benda yang ditembuskan menggunakan palu untuk merekatkan dua bua benda yang akan digabungkan.

28 32 c. Alat Pembuatan Payung Alat yang digunakan dalam pembuatan payung sangat beragam. Alat tersebut memiliki kegunaannya masing - masing. Alat pembuatan payung ini dibedakan menjadi dua, yaitu alat umum dan alat khusus. Berikut adalah alat - alat pembuatan payung : 1) Alat umum Alat umum merupakan alat yang biasa digunakan pada proses pembuatan kerajinan lain maupun proses lainnya. Alat tersebut antara lain : a) Bur Listrik b) Bendo c) Gergaji d) Jarum e) Penjepit f) Gunting g) Mesin PakuTembak h) Mesin Amplas Listrik i) Tang j) Palu 2) Alat khusus Alat khusus merupakan alat yang jarang atau mungkin tidak pernah dipakai dalam proses pembuatan kerajinan lainnya. Alat tersebut antara lain :

29 33 a) Uncek Gambar 27: Alat Uncek Uncek merupakan alat yang digunakan untuk melubangi bungkul. Alat ini memiliki ujung seperti jarum dan bagian pegangan terbuat dari kayu. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan cara diputar menggunakan kedua tangan hingga menembus bungkul yang dilubangi. b) Lodok Gambar 28 : Alat Lodok Lodok merupakan alat yang digunakan untuk menancapkan pada bungkul. Fungsi dari alat ini yaitu sebagai pegangan atau pengunci

30 34 ketika bungkul akan dilubangi maupun digergaji secara manual. Lodok ini terbuat dari kayu yang dibuat memanjang dan ujungnya mengerucut agar dapat masuk pada lubang dibagian tengah bungkul. c) Pangot Gambar 29 : Alat Pangot Pangot merupakan alat yang sering digunakan dalam proses pembuatan payung. Alat ini sangat serbaguna. Bentuknya hampir mirip dengan clurit, pegangannya terbuat dari kayu dan bagian lainnya terbuat dari besi. Bagian alat ini yang terbuat dari besi pada sisi ujung dan pinggirnya tipis dan tajam seperti pisau.

31 35 d) Kuas Gambar 30 : Kuas Kuas merupakan alat yang digunakan untuk melukis atau membatik payung. Kuas ini berbeda dari kuas pada umumnya. Kuas ini terbuat dari bambu, bagian ujung kuas terbuat dari rambut. Ukuran dari kuas ini bermacam - macam sesuai dengan keperluannya. e) Mesin Bubut Dinamo Gambar 31 : Mesin Bubut Dinamo Mesin bubut dinamo merupakan alat yang digunakan untuk membuat bungkul dan menuran pada payung. Alat ini dirakit sendiri

32 36 oleh pengrajin payung. Alat ini digerakkan oleh dinamo. Cara kerja alat ini yaitu memutar kayu yang dipasang pada pengait yang terdapat di bagian tengah. Kayu yang terpasang dan berputar kemudian diukir oleh pengrajin menggunakan pangot sampai membentuk bungkul maupun menuran. d. Proses Pembuatan Payung Proses pembuatan payung tradisional Juwiring ini cukup panjang dan rumit, sehingga melibatkan banyak orang dalam pembuatannya. Butuh keahlian dan ketelatenan untuk membuat sebuah payung ini, sehingga orang yang ingin membuatnya tidak bisa jika hanya mempelajari secara singkat proses pembuatannya. Proses pembuatan payung sendiri dibagi menjadi 5 bagian utama, yaitu : 1) Proses Pembuatan Kerangka Gambar 32 : Kerangka Setengah Jadi

33 37 Proses pembuatan kerangka merupakan proses membuat bagian - bagian kerangka pada payung yang bahan dasarnya dari kayu dan bambu. Proses pembuatan kerangka dibagi menjadi 5 : a) Pembuatan Bungkul Gambar 33 : Bungkul Bungkul merupakan bagian pada kerangka payung yang digunakan untuk menyambungkan atau menyatukan ruji-ruji dan sanggan pada payung. Bahan pembuatan bungkul adalah kayu kenanga. Proses pembuatan bungkul meliputi : (1) Pemotongan kayu menjadi bentuk tabung Pada proses ini, kayu kenanga gelondongan yang berukuran 1-2 meter dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dipotong berukuran lebih kecil dan dibuat menjadi bentuk tabung. (2) Pembubutan membentuk lekukan bungkul Pada proses ini, kayu kenanga yang sudah berbentuk seperti tabung dibubut dengan menggunakan alat mesin bubut dinamo. Kayu kenanga yang sudah terpasang kemudian dibentuk hingga

34 38 membentuk lekukan bungkul. Satu kayu kenanga berbentuk tabung tersebut dapat dibuat menjadi 2 pasang bungkul. (3) Pemotongan bungkul Proses pemotongan ini dilakukan untuk memisahkan bungkul yang masih menjadi satu bagian yang kemudian dipotong menjadi satuan. (4) Pembuatan lubang dibagian tengah bungkul Bungkul yang sudah menjadi satuan kemudian bagian tengahnya dibor menggunakan bor listrik. Tujuan dari membuat lubang pada bagian tengah bungkul yaitu, agar mempermudah dimasuki alat lodok yang fungsinya sebagai pegangan dalam proses penggergajian maupun proses pemasangan ruji dan sanggan pada payung. (5) Penggergajian dibagian pinggir bungkul Proses ini merupakan proses terakhir pembuatan bungkul. Bungkul yang bagian tengahnya sudah berlubang kemudian pada bagian pinggir bungkul digergaji untuk tempat memasukkan ruji dan sanggan. Banyaknya penggergajian dalam satu bungkul tergantung ukuran payung yang dibuat.

35 39 b) Pembuatan Menuran Gambar 34 : Menuran Payung Tari Menuran merupakan bagian ujung dari payung yang berbentuk kerucut. Bahan pembuatan menuran adalah kayu kenanga. Proses pembuatan pembuatan menuran sama dengan pembuatan bungkul. Berikut ini adalah tahapan proses pembuatan menuran : (1) Pemotongan kayu menjadi bentuk tabung Proses ini sama dengan proses pembuatan bungkul, yaitu kayu kenanga dibuat menjadi bentuk tabung. Berbeda dengan pembuatan bungkul, kayu yang berbentuk tabung ukurannya lebih kecil dari ukuran pembuatan bungkul. Kayu berbentuk tabung tersebut juga hanya dapat menjadi satu buah menuran. (2) Pembubutan membentuk lekukan menuran Proses ini juga sama dengan pembuatan bungkul yaitu menggunakan mesin bubut dinamo yang kemudian dibentuk menjadi menuran.

36 40 c) Pembuatan Ruji dan Sanggan Gambar 35 : Ruji dan Sanggan Ruji merupakan kerangka bagian atas yang disusun melingkar dan digunakan untuk menempelkan kain ataupun bahan payung lainnya. Sedangkan sanggan merupakan kerangka bagian bawah yang digunakan untuk menyangga kerangka bagian atas agar payung dapat terbuka. Pembuatan ruji dan sanggan ini melalui beberapa proses, antara lain : (1) Ngesik Ngesik merupakan proses menguliti bambu yang tujuannya untuk membuat bambu lebih bersih dan ketika diberi lem dapat merekat dengan kuat. (2) Ngliningi Ngliningi merupakan proses membelah bambu menjadi beberapa bagian yang nantinya dibuat sebagai ruji dan sanggan. Satu bambu bulat dapat menjadi kurang lebih 60 biji ruji dan satu bambu bulat dapat menjadi 100 biji sanggan.

37 41 (3) Ngongoti / Njegleki Ngongoti / Njegleki merupakan proses membuat lengkungan pada bagian depan dan belakang ruji. Bagian depan ruji lengkungan yang dibuat kurang lebih setengah bagian pada ruji, sedangkan pada bagian belakang, lengkungan yang dibuat kurang lebih berukuran 1 cm. (4) Ngebor Ngebor merupakan proses pemberian lubang pada ruji dan sanggan yang nantinya digunakan untuk memasukkan benang dalam proses penyulaman. (5) Mbontosi Mbontosi merupakan proses menipiskan ujung belakang pada ruji yang bertujuan agar ruji dapat masuk ke sela-sela dari bungkul yang digergaji pada saat proses perakitan bungkul dan ruji. (6) Nyudeti Nyudeti merupakan proses membelah bagian tengah ruji yang nantinya digunakan untuk memasukkan sanggan pada saat perakitan kerangka. (7) Nipisi Nipisi merupakan proses menipiskan ujung belakang pada sanggan yang bertujuan agar sanggan dapat masuk ke sela-sela

38 42 dari bungkul yang digergaji pada saat proses perakitan bungkul dan sanggan. (8) Ngongko Ngongko merupakan proses menata bambu yang sudah menjadi ruji. Tujuan dari proses ini yaitu agar ruji dapat tertata dengan rapi dan tidak berantakan. d) Pembuatan Gagang Gambar 36 : Gagang Payung yang Belum di Plitur Gagang merupakan bagian pada payung yang digunakan untuk pegangan payung. Bahan pembuatan gagang adalah kayu mlinjo. Proses pembuatan gagang ini meliputi : (1) Pembubutan gagang Pembubutan gagang merupakan proses pembentukan gagang berbentuk tabung panjang menggunakan mesin bubut. Proses pembubutannya yaitu kayu mlinjo yang masih utuh dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dimasukkan kedalam mesin dan keluar sudah menjadi gagang berbentuk tabung panjang.

39 43 (2) Pelubangan ujung pegangan Pelubangan ujung pegangan merupakan proses membuat lubang pada ujung pegangan yang nantinya digabungkan pada gagang. (3) Penggabungan Penggabungan merupakan proses menggabungkan gagang dengan pegangan. e) Ngrancang (Perakitan Kerangka) Gambar 37 : Proses Ngrancang Perancangan kerangka merupakan tahap terakhir dari pembuatan kerangka. Tahap ini merancang semua bagian dari kerangka payung yang sudah dibuat. Perancangan kerangka ini terdapat beberapa proses, antara lain : (1) Ngunceki / Nginceri Ngunceki / Nginceri merupakan proses melubangi bungkul agar dapat dimasuki benang pada saat proses perakitan bungkul dengan ruji dan sanggan.

40 44 (2) Nyurupke Nyurupke merupakan proses merakit atau menggabungkan ruji ke bungkul dan sanggan ke bungkul. (3) Ngrancang Ngrancang merupakan tahap menggabungkan ruji dan sanggan yang sudah terpasang di bungkul. Proses penggabungan ini posisi ruji berada diatas yang nantinya akan dipasangi dengan penutup kerangka baik berupa kain, kertas maupun plastik. Sedangkan posisi sanggan berada dibawah, tujuannya agar dapat menyangga ruji sehingga payung dapat terbuka. (4) Nguraki Nguraki merupakan tahap melubangi bungkul pada kerangka yang sudah dirakit yang fungsinya agar gagang dapat masuk pada keranga, sehingga mudah untuk disatukan. 2) Proses Penyulaman Kerangka Gambar 38 : Proses Penyulaman Kerangka Payung

41 45 Proses penyulaman merupakan proses menyulam benang pada bagian dalam kerangka. Fungsi dari penyulaman sendiri yaitu sebagai penguat kerangka, selain itu juga untuk memperindah pada bagian dalam kerangka payung. 3) Proses Pemasangan Kain Gambar 39 : Proses Pemasangan Kain Proses pemasangan kain merupakan proses pemasangan penutup bagian atas kerangka payung. Kain yang dipasang pada kerangka payung beranekaragam jenisnya, tergantung jenis payung yang dibuat. Proses ini juga tidak hanya memakai kain saja melainkan juga menggunakan kertas dan juga plastik sesuai dengan kebutuhannya. Pemasangan kain ini terdapat beberapa proses, antara lain : a) Trenten Trenten merupakan proses mengikat benang pada ujung ruji hingga melingkar mengikuti bentuk dari kerangka. Tujuan dari proses ini

42 46 yaitu agar jarak ruji yang satu dengan ruji yang lainnya sama dan teratur. b) Ngelem Ngelem merupakan proses pemberian lem pada setiap ruji kerangka payung agar saat kain dipasang dapat merekat pada ruji - ruji dari kerangka payung. c) Mayu Mayu merupakan proses pemasangan kain pada kerangka payung. Proses pemasangan kain dilakukan secara perlahan agar kain rapi dan tidak kusut. d) Penjemuran Penjemuran merupakan proses menjemur payung setelah kerangka payung selesai dipasangi kain. Tujuan dari penjemuran ini adalah agar lem kering sehingga kain dapat menempel dengan kuat pada kerangka payung. Proses penjemuran biasanya dilakukan selama beberapa jam tergantung panas sinar matahari. e) Mlipiti Mlipiti merupakan proses merapikan pinggiran payung karena kain yang dipasang melebihi ukuran kerangka payung. Tujuan lain dari proses ini adalah agar kain tidak mudah lepas dari kerangka karena kain yang melebihi kerangka di lem masuk kebagian dalam payung.

43 47 4) Proses Pembatikan Gambar 40 : Proses Pembatikan Payung Tari Proses pembatikan merupakan proses memberi motif pada kain payung. Proses pemberian motif pada kain payung biasanya dilakukan pada bagian atas kain dan ada juga yang di bagian dalam payung. Proses pembatikan payung ini meliputi : a) Pengecatan Dasar Pengecatan dasar merupakan proses pengecatan pada kain payung. Proses ini tidak dilakukan pada semua payung, namun hanya dilakukan pada payung yang berwarna putih, tujuannya untuk memberi warna dasar pada payung. Proses pengecatan bagian atas payung dilakukan dua kali pengecatan dan bagian dalam payung hanya satu kali pengecatan. b) Pembatikan Pembatikan merupakan proses pemberian motif pada payung. Proses pembatikan biasanya dilakukan pada payung tari, payung

44 48 kraton dan payung jenazah. Motif yang dilukis pada payung berbeda beda bentuknya. 5) Proses Finishing Gambar 41: Proses Finishing Payung Tari Proses finishing merupakan proses terakhir dari pembuatan payung. Proses ini merupakan proses menyatukan semua perlengkapan pada payung. Proses finishing ini antara lain : a) Pemlituran Gagang Pemlituran gagang merupakan proses dimana gagang yang sudah siap dicat dengan menggunakan cat plitur agar warnanya lebih menarik. b) Pemasangan Gagang Pemasangan gagang merupakan proses dimana gagang yang telah diplitur dipasang pada bagian bawah payung. Gagang dimasukan ke lubang bungkul pada sanggan dan juga bungkul pada ruji yang kemudia dipaku agar lebih kuat dan tidak lepas.

45 49 c) Pemasangan Menuran Pemasangan menuran merupakan proses memasang menuran pada ujung payung. Tujuan pemasangan menuran pada ujung payung selain memperindah tampilan payung juga sebagai penutup lubang bungkul pada ruji. d) Pengebroman Pengebroman merupakan proses pemberian cat warna emas pada menuran dan juga bungkul pada sanggan yang berada dibagian dalam payung. 6) Proses Pelengkap Proses pelengkap merupakan proses tambahan pada pembuatan payung. Proses ini tidak dilakukan pada semua jenis payung melainkan pada payung jenis tertentu saja. Proses pelengkap ini meliputi : a) Nyeret Nyeret merupakan proses pemberian cat warna emas pada kain payung bagian atas membentuk garis melingkar mengikuti bentuk payung. Proses ini biasanya dilakukan pada jenis payung jenazah. b) Gombyoki Gombyoki merupakan proses memberi hiasan pada payung dibagian pinggir dan dibagian bawah menuran. Proses ini biasanya dilakukan pada payung jenazah, payung kraton dan payung dekorasi. Proses gombyoki ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

46 50 (1) Gombyok Atas Gombyok atas merupakan pemasangan kain berbentuk persegi kecil yang pinggirnya terdapat anyaman benang. Gombyok ini di lipat - lipat dan dipasang pada bagian bawah menuran. (2) Gombyok bawah Gombyok bawah merupakan pemasangan hiasan seperti benang yang disulam pada bagian pinggir payung melingkar mengikuti bentuk payung. 3. Kegiatan Promosi Proses promosi yang dilakukan para perajin payung di Juwiring yaitu melalui kegiatan festival maupun pameran. Tidak ada promosi khusus yang diterapkan para perajin tersebut. Hal ini dikarenakan hampir semua perajin payung di Juwiring sudah memiliki pelanggan tetap yang secara rutin memasarkan payung-payung hasil produksi para perajin. Tidak hanya itu, dengan adanya festival maupun pameran yang mengikutsertakan payung Juwiring untuk dipamerkan, juga menjadi peluang tersendiri bagi para perajin untuk memperoleh pasar baru sehingga pelanggan dan pemesannya bertambah dengan sendirinya.

47 51 Gambar 42 : Stand Payung Juwiring pada Festival Payung di Solo Sumber : Dokumentasi Ngudi Rahayu, 2015 Gambar 43 : Pameran Dompet Dhuafa di Jakarta Sumber : Dokumentasi Ngudi Rahayu, 2015

48 52 B. Target Market Target market adalah proses menentukan pilihan satu atau lebih sasaran pasar yang akan dimasuki atau dilayani kebutuhannya. Target market dari payung traditional Juwiring ini diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Segmentasi Geografis Segmentasi pasar atas dasar geografis yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara membagi pasar kedalam unit-unit geografis seperti negara, provinsi, kabupaten, kota, desa dan lain sebagainya. Berikut adalah segmentasi geografis : A. Primer : Klaten, Solo, Jogja dan sekitarnya B. Sekunder : Seluruh Indonesia dan Mancanegara 2. Segmentasi Demografi Segmentasi pasar atas dasar demografis yaitu pemasaran yang dilakukan dengan cara memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis, seperti umur, jenis, kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Berikut adalah segmentasi demografi : A. Usia : tahun keatas B. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan C. Pendidikan : Semua jenjang pendidikan D. Kelas Sosial : Semua lapisan masyarakat

49 53 C. Profil Penerbit 1. Sejarah Perusahaan Kompas Gramedia, disingkat KG, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang media massa yang didirikan pada tanggal 28 Juni 1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama. Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong) adalah orang pertama mendirikanya, kemudian di lanjutkan oleh Jakob Oetama, dan pada saat ini Kompas Gramedia dipegang oleh Agung Adiprasetyo sebagai Chief Executive Officer. Para pendiri Kompas Gramedia ini memiliki tujuan yang sama yaitu ingin memakmurkan bangsa Indonesia melalui intelektualitas dan bisa mendorong minat baca masyarakat Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui edukasi. Grup Kompas Gramedia menerbitkan untuk pertama kalinya adalah majalah Intisari pada tahun 1963, disusul dua tahun kemudian pada tanggal 28 Juni 1965, memulai menerbitkan sebuah koran harian Kompas. Bp. Oetama juga merambah dunia penerbitan, percetakan dan usaha retail buku dan majalah. Selain itu, di sadari bahwa toko buku adalah sebuah alat distribusi yang baik dalam dunia.

50 54 Penerbit dan percetakan saja tidaklah cukup untuk dapat mendistribusikan produk secara merata ke seluruh Indonesia, Itulah sebabnya Kelompok Kompas Gramedia (KKG) mendirikan jaringan toko buku. Maka pada tahun Toko buku Gramedia pertama dibuka untuk bisnis di jalan Gajah Mada, Jakarta. Bisnis ini cukup bagus dan berkembang pesat. Saat ini, Gramedia memiliki 99 toko buku yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. 2. Profil Perusahaan PT. Gramedia Pustaka mencakup seluruh wilayah di Indonesia melalui toko buku Gramedia atau kantor pemasaran dan outlet yang bekerjasama dengan PT.Gramedia Pustaka diseluruh Indonesia. Dan untuk target market secara khusus yaitu seluruh wilayah Kota Solo dan sekitarnya, juga dapat berkunjung ke offline store di : a. TB. Gramedia Slamet Riyadi. Jl, Brigjen Slamet Riyadi No Telp.(0271) / ; Fax. (0271) b. TB. Gramedia Solo Square Jl. Slamet Riyadi No Telp.(0271) / 56; Fax. (0271) Target Market a. Umum Secara umum, target market PT. Gramedia ini mencakup seluruh wilayah Indonesia. Dengan berkunjung di toko buku atau kantor pemasaran dan outlet yang bekerjasama dengan PT.Gramedia Pustaka diseluruh Indonesia. Untuk pasar di luar Indonesia, pemesanan dapat di lakukan

51 55 melalui online dengan berkunjung ke website atau ke b. Khusus Konsumen yang berdomisili dari Solo, dan sekitarnya yang bisa langsung berkunjung ke toko buku Gramedia yang ada di Solo. TB.Gramedia Slamet Riyadi dan di TB. Gramedia Solo Square. Atau melalui media online Perlu diketahui juga bahwa PT.Gramedia memiliki beberapa penerbit intern yang menghandle sendiri-sendiri jenis buku yang diterbitkan dan berikut ini adalah penerbit intern yang menghandle buku cergam anak : a. Grasindo PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Grasindo didirikan pada tahun 1990 untuk berpartisipasi dan mengantisipasi derasnya jasa pendidikan yang tidak jarang bergeser dari misi semula. Awalnya, Grasindo bergerak pada bidang penerbitan bukubuku teks atau pelajaran untuk siswa dan mahasiswa. Namun sekarang Grasindo juga mengembangkan sayapnya ke buku-buku di luar buku teks atau buku pelajaran. Diawali dengan diterbitkannya buku cerita-cerita rakyat, lagu anak-anak karya komposisi Indonesia, permainan anak-anak yang menunjang kepiawaian anak dalam bidang matematik dan buku-buku "Bagaimana" atau "How To" untuk orang tua dalam mendidik anakanaknya.

52 56 b. Gramedia Pustaka Utama Gramedia Pustaka Utama dididrikan pada tahun 1974, dan Gramedia Pustaka Utama dikenal sebagai penerbit buku best-seller dari novel, motivasi, marketing, sampai resep masakan. Bahkan logo GM di sampul buku seolah menjadi jaminan bermutunya sebuah buku. Saat ini publikasi Gramedia Pustaka Utama mencakup buku anak (fiksi dan nonfiksi), buku remaja, novel, novel grafis, dan buku mengenai bahasa dan sastra Indonesia. Gambar 44 : Logo GRAMEDIA Sumber : gramediaonline.com, 2016 Logo PT Gramedia Pustaka Utama adalah GM merupakan singkatan dari GRAMEDIA.Warna dari logo tersebut berwarna merah, tetapi di setiap buku terbitan PT.Gramedia Pustaka Utama dapat berubah-ubah disesuaikan dengan warna cover buku. Alasan nama Gramedia Sendiri sengaja ditulis dengan huruf capital karena Gramedia merupakan penerbit buku umum terbesar yang memiliki nilai-nilai dasar yaitu integritas dan profesionalisme. Filosofi perusahaan merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama yang menjadi pandangan hidup dan landasan berpijak setiap karyawan didalam melaksanakan tugasnya.filosofi perusahaan senantiasa menjiwai dan menjadi pedoman di dalam menentukan sistem, peraturan perusahaan, strategi, serta kebijakan lainnya dalam upaya mewujudkan sasaran dan cita-cita perusahaan.

53 57 Alamat perusahaan : PT.Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building, Blok I. Lantai 4 & 5, Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta Telp. (021) & Fax.(021) Website Menteri Kehakiman nomor : C H.T TH.89. SIUP nomor : 01496/ NPWP : Bidang Usaha : Percetakan dan Penerbitan Buku. 4. Produk Umum dan Layanan Semula pada saat berdiri Toko Buku Gramedia hanya menawarkan buku. Namun saat ini ragam produknya sudah semakin berkembang, Toko Buku Gramedia sekarang tidak hamya menyediakan produk buku namun juga non buku yang ada di Toko Buku Gramedia.antara lain : stationery, fancy, peralatan kantor, peralatan olahraga, dan produk berteknologi tinggi seperti CD-ROM, audio-video book, dan berbagai produk lain. Pemasaran produk tersebut, didukung ratusan penerbit dan pemasok dalam dan luar negeri, termasuk didalamnya beberapa penerbit intern KKG, seperti : Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Gramedia Widya Sarana, Bhuana Ilmu Populer, dan Penerbit Gramedia Majalah.

PERANCANGAN COFFEE TABLE BOOK PAYUNG TRADISIONAL JUWIRING KLATEN

PERANCANGAN COFFEE TABLE BOOK PAYUNG TRADISIONAL JUWIRING KLATEN KONSEP TUGAS AKHIR PERANCANGAN COFFEE TABLE BOOK PAYUNG TRADISIONAL JUWIRING KLATEN Diajukan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Diploma III Program Studi Desain Komunikasi Visual Oleh : HAVIDZ MUHAMMAD RIZAL

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II a. Orisinalitas METODE PERANCANGAN Banyak produk rak buku dengan berbagai macam bentuk yang sudah beredar dipasaran, namun dari banyaknya jenis rak yang sudah ada hanya sedikit sekali yang mengeksplorasi

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Pada era modern saat ini banyak sekali produk pengembangan untuk menunjang kebutuhan aktivitas bermain anak. Mulai permainan melatih otak, fisik sampai anak dapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Perbedaan karya rancangan penulis dengan karya desainer lain berdasarkan riset yang penulis kumpulkan adalah desainer lain ada juga yang membuat rancangan meja

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk sejenis yang berkaitan dengan dompet kulit yang ingin penulis buat yaitu dompet kulit produksi Guten Inc. Dompet Guten Inc dibuat khusus untuk pria dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Keterhubungan hasil rancangan dengan lingkungan, yaitu pemilihan bahan baku bambu petung diolah menjadi bambu laminasi. Bambu laminasi merupakan

Lebih terperinci

BAB ll METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Beberapa desainer ada yang bergerak di dunia design toys atau bisa disebut Urban toys, tema yang mereka ambil biasanya karakter pribadi, tokoh kartun, superhero,

Lebih terperinci

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF

TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF TEMPAT CD KULIT SEBAGAI BENDA FUNGSI EKSKLUSIF Oleh : Drs. MARSUDI, M.Pd. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Kreatifitas pembuatan tempat CD yang diproduksi diarahkan untuk selalu meningkatkan mutu,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu sebagai sebuah produk yang telah banyak tersebar luas di dunia memiliki tempat tersendiri di hati orang-orang yang menggemari sepatu. Sepatu tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Keaslian (Orisinalitas) Sebuah produk tidaklah ada yang benar benar asli dari hasil pemikiran. Melainkan ada pengembangan atau inovasi inovasi baru dari produk yang sudah ada.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU A. Bagan Proses Penciptaan Ide Studi Literatur Eksplorasi - Observasi - Dokumentasi - Pemilihan Media - Teknik Improvisasi Perancangan Bentuk Proses Pembentukan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Perancangan rak buku yang dibuat memiliki orisinialitas sendiri berdasarkan sistematika dan pemilian warna yang contrast. Berbahan dasar multiplek, dan dilapisi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Sepanjang Januari 2015, tercatat 32 kasus pohon tumbang dan 14 pohon sempal di wilayah Jakarta. Beberapa jenis pohon yang tumbang adalah angsana,

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Pemanfaatan bahan kulit asli yang dihasilkan dari kulit hewan bisa mempengaruhi kesinambungan kehidupan hewan. Oleh karena itu diharapkan bisa

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

KERAJINAN PAYUNG TRADISIONAL DI GUMANTAR JUWIRING KLATEN JAWA TENGAH SKRIPSI

KERAJINAN PAYUNG TRADISIONAL DI GUMANTAR JUWIRING KLATEN JAWA TENGAH SKRIPSI KERAJINAN PAYUNG TRADISIONAL DI GUMANTAR JUWIRING KLATEN JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB II. METODE PERANCANGAN BAB II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu wedges memiliki ciri tersendiri yaitu terdapat pada bagian solnya yang tebal dan mengikuti tapak kaki wanita. Sepatu wedges memberikan efek tinggi saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii. DAFTAR ISI... iii

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii. DAFTAR ISI... iii i ii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii RINGKASAN... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Judul Penelitian... 1 1.2 Latar Belakang Masalah... 1 1.3 Rumusan Masalah... 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC. BAB IV KONSEP 1. Tataran Lingkungan / Komunitas Keterhubungan hasil rancangan ini pada komunitas pengguna komputer desktop untuk memberikan kualitas dan ragam produk kerajinan kriya yang dimasukan ke dalam

Lebih terperinci

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi 36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku

Lebih terperinci

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK LEKAPAN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik lekapan,desain dan prinsip teknik lekapan, jenis bahan

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN. ruangan yang bersifat modern simple untuk menghemat suatu ruangan.

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN. ruangan yang bersifat modern simple untuk menghemat suatu ruangan. BAB II METODOLOGI PERANCANGAN A. ORISINALITAS Metode perancangan ini mengacu kepada beberapa desain yang dikembangkan menjadi sebuah furniture yang berbeda dari sebuah desain dan material meja ruang tamu

Lebih terperinci

PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT. Abstrak

PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT. Abstrak PENERAPAN ORNAMEN PADA PRODUK AKSESORIS KULIT Oleh : Drs. MARSUDI, M.Pd. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Produk kriya yang bersifat manual banyak digemari konumen dengan kreatifitas pembuatan produk

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Ivana Mery Lestari Matras merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi spring bed. Perusahaan ini berdiri pada tahun

Lebih terperinci

BAB II PAYUNG GEULIS KHAS TASIKMALAYA. 2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya

BAB II PAYUNG GEULIS KHAS TASIKMALAYA. 2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya BAB II PAYUNG GEULIS KHAS TASIKMALAYA 2.1 Sejarah Singkat Payung Geulis Tasikmalaya Masyarakat sunda merupakan masyarakat yang terbuka terhadap perubahan, akan tetapi bagi masyarakat sunda, kebudayaan

Lebih terperinci

4. Behavioral ( Kebiasaan ) Saat bermain anak sangat aktif, senang berlarian, melompat, memiliki imajinasi yang kuat, tidak cepat lelah, dan tidak bisa diam dalam satu tempat. C. TUJUAN DAN MANFAAT 1.

Lebih terperinci

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII 1. Arti dari kata kerajinan adalah? a. Kreativitas pada suatu barang melalui ketrampilan tangan. b. Kreativitas pada suatu barang dari bahan alam. c. Barang

Lebih terperinci

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN A. Konsep Perancangan Dalam proses perancangan desain furniture dengan tujuan untuk pemberian nilai baru dengan menggunakan desain mainan tradisional yang sekarang sudah jarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan berbagai aktifitas setiap harinya. Hal ini terbilang wajar sehubungan dengan statusnya sebagai ibukota negara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Berawal dari ketertarikan penulis terhadap para pemain dari film animasi Legend Of The Guardian yang tidak lain adalah burung hantu. Meskipun film ini berjenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam keahliannya dalam mengubah/merakit suatu bahan baku menjadi bahan jadi (perakitan suatu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Bagi pengrajin furniture tradisional, rel pada sebuah laci memiliki peran yang penting sebagai penghubung antara laci dengan benda furniture yang memiliki ruang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS (State of Art) Pada umumnya permainan boardgame yang ada pada saat ini mengangkat budaya asing, belum ada permainan yang menggali mengenai kebudayaan nusantara.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORSINALITAS Partisi Ruangan adalah salah satu furnitur yang memiliki fungsi sebagai pembatas antara ruang yang sifatnya portable dan flexible agar mudah saat dipindahkan. Pada

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Beauty case adalah kotak untuk menyimpan dan membawa berbagai alat kosmetik. Beauty case ini tersedia dalam berbagai ukuran masing-masing terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

Tali Satin RANGKAIAN BUNGA OLGA JUSUF. dari

Tali Satin RANGKAIAN BUNGA OLGA JUSUF. dari RANGKAIAN BUNGA dari Tali Satin OLGA JUSUF RANGKAIAN BUNGA dari Tali Satin Penerbit PT Gramedia pustaka Utama Jakarta oleh: OLGA JUSUF GM 210 01100049 Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia

Lebih terperinci

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PRAKARYA. by F. Denie Wahana PRAKARYA by F. Denie Wahana (Produk Sederhana dengan Teknologi) Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN

BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN BAB IV ANALISIS HASIL EKSPERIMEN Dari berbagai eksperimen yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa analisis terkait dari percobaan-percobaan tersebut. 4.1 Analisis Struktur dan Karakteristik Material

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Keterhubungan hasil rancangan dengan lingkungan yaitu penggunanaan bahan multipleks lapisan-lapisan kayu yang ditumpuk berlapis-lapis dan dipress

Lebih terperinci

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. M Irfan Shoes ini merupakan milik Bapak Zul, sebelum membangun usaha ini pak Zul bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan orang lain. Pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GURABU (PIGURA BERBULU) BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GURABU (PIGURA BERBULU) BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GURABU (PIGURA BERBULU) BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan oleh: Desi Widi Astuti (1401414320/2014) Dianita Utami (1401414266/2014) Muzoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. M Irfan Shoes didirikan oleh Bapak Zul sejak tahun 1998. Pada mulanya bapak Zul hanyalah seorang karyawan biasa yang bekerja membuat sepatu di

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Gambar 5 Sampah yang berada dilingkungan pabrik (sumber: Data Pribadi 2015) Kulit Sintetis adalah Kulit imitasi yang tidak menggunakan kulit hewan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya BAB III METODE PENCIPTAAN Pengolahan ide berkarya adalah proses pengolahan konsep, selanjutnya terwujudkan kedalam sebuah karya yang dimulai dengan mengolah rasa, kepekaan, memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-28 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Setiap daerah memiliki produk unggulan, baik berupa kuliner khas, pakaian maupun cindera mata bagi kabupaten pesisir selatan, kain sulam bayangan

Lebih terperinci

III. DATA PERANCANGAN

III. DATA PERANCANGAN III. DATA PERANCANGAN A. Tabel Data Perancangan Berikut adalah tabel data perancangan yang disusun berdasarkan unsur-unsur studi yang telah ditetapkan sebelumnya: Manfaat penetapan Ketersediaan Rincian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I. PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide atau gagasan Wajah merupakan bagian vital dalam anggota tubuh manusia yang tidak dapat disamakan fungsinya dengan anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Sejarah Perusahaan Awalnya pada tahun 1997 ibu Aryani pemilik dari home industry aryani art hanya sebagai distributor enceng gondok untuk para pengerajin Jogjakarta. Enceng gondok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. ULASAN PRODUK SEJENIS Dalam perancangan desain ini merupakan peluang dari pengembangan desain sejenis yang telah ada lebih dulu. Pengembangan dilakukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAMPU TEGEL (LAMPU TERANG DALAM GELAP) BIDANG KEGIATAN: PKM-K. Diusulkan oleh: UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAMPU TEGEL (LAMPU TERANG DALAM GELAP) BIDANG KEGIATAN: PKM-K. Diusulkan oleh: UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAMPU TEGEL (LAMPU TERANG DALAM GELAP) BIDANG KEGIATAN: PKM-K Diusulkan oleh: Sagita Tearisha Ikawati Sukarna Rizki Amalia Isnawati (C0213060) (C0213032) (C0213058)

Lebih terperinci