BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian tinjauan pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun tinjauan pustaka pada penelitian ini meliputi Konsep Jasa, Konsep Kualitas, Kualitas Jasa (SERVQUAL), Kepuasan Konsumen, Konsep Lean, Konsep Six sigma, Konsep Lean Six sigma, dan Critical Review. 2.1 Konsep Jasa Jasa (service) adalah tindakan atau kerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut (Lovelock and Wright, 1999: 5). Menurut Kotler (2000) dalam Tjiptono (2005), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Sedangkan menurut Zeithaml dan Bitner (1996,5) dalam Yazid, 2001), jasa mencakup semua aktivitas ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan yang secara prinsip bersifat intangible. Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (Tjiptono, 2006 : 6). Jadi, jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Jasfar, 2005 : 17) 9

2 2.1.1 Karakteristik Jasa Jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya (Tjiptono, 2005 : 22). Keempat karakteristik tersebut adalah : 1. Intangibility Jasa yang bersifat intangibility, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi. 2. Variability Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variabel bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. 3. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi outcome (hasil) dari jasa tersebut. Dengan demikian kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi, pelatihan, dan pengembangan karyawanannya. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan berfluktuasi. Berbagai masalah akan mucul berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa ataupun beralih ke penyedia jasa lainnya (saat permintaan puncak). 10

3 2.2 Kualitas Menurut Gasper (2003 : 4), kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi. Secara konvensional dari kualitas menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan secara strategik bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Menurut Crosby (1979 : 58) dalam Nasution (2004), menyatakan bahwa kualitas adalah confomance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandardkan. Menurut Juran (dalam Kolarik, 1995:5) menyatakan bahwa kualitas sesuai dengan kegunaan. Deming (1982 : 176) dalam Nasution (2004), menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Menurut Feigenbaum (dalam Kolarik, 2005:5) Kualitas adalah gabungan total dari suatu produk dan jasa, dengan karakteristik dari pemasaran, teknik, produksi, dan perawatan yang mana produk dan jasa dalam penggunaannya akan menghasilkan harapan konsumen.sedangkan Garvin dan Davis (1994) dalam Nasution (2004), kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungann yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. 2.3 Kualitas Jasa (Kualitas Layanan) Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Nasution, 2004:47). Menurut Lewis dan Booms (1983) (dalam Tjiptono, 2005), kualitas jasa (service quality) sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Kualitas layanan adalah ketidaksesuaian antara harapan konsumen dan persepsi konsumen ( Berry, Zeithaml, Parasuraman,1990 : 19) Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan 11

4 sebagai kualitas ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten (dikutip dalam : Tjiptono, 1996 : 60) Dimensi Kualitas Layanan (Servqual ) Terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut : (Parasuraman, Berry, Zeithaml, 1990 : 26), yaitu : 1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. 4. Empati (empathy), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas, perlengkapan, dan materialyan digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. 12

5 2.3.2 Model Service Quality (SERVQUAL) Model kualitas jasa yang paling popular hingga kini banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan pemasaran adalah model SERVQUAL (service quality). Model ini dikembangkan dengan maksud untuk membantu para manajer dalam menganalisis sumber masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas (Tjiptono,2005: 145). Model yang dikembangkan oleh Zeithaml et al (1990 : 45-46) yaitu model service quality (Servqual) dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : PELANGGAN Komunikasi Gethok Tular Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu Jasa yang diharapkan GAP 5 Jasa yang dipersepsikan PEMASAR Penyampaian jasa Komunikasi eksternal kepada pelanggan GAP 3 GAP 4 GAP 1 Spesifikasi Kualitas Jasa GAP 2 Persepsi manajemen atas harapan pelanggan Gambar 2.1 : Model Konseptual SERVQUAL ; sumber dari Zeithaml,et al. (1990) 13

6 Keterangan : Garis putus-putus horizontal memisahkan dua fenomena utama, pada bagian atas berkaitan dengan pelanggan dan bagian bawah berkaitan dengan perusahaan atau penyedia jasa. Dalam penelitiannya, Parasuraman, et al., (1994) (dalam Nasution, 2004 : 63) mengidentifikasikan lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa. Lima gap utama tersebut adalah: 1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge gap) Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan ekspektasi pelanggan terhadap kualitas jasa secara tidak akurat.akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya di desain, dan jasa-jasa pendukung sekunder apa saja yang diinginkan konsumen. 2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa (standards gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persepi manajemen terhadap ekspektasi kualitas. Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standard kinerja tertentu yang jelas. Hal ini dikarenakan tiga faktor, yaitu : tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumberdaya, adanya kelebihan permintaan. 3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap) Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam proses produksi dan penyampaian jasa. 4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksernal (communications gap) Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan jasa yang disampaikan kepada para 14

7 pelanggan.kecenderungan untuk melakukan over promise dan under deliver. 5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (service gap) Gap ini berarti bahwa jasa yang dipersepsikan tidak konsisten dengan jasa yang diharapkan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru mengintepretasikan kualitas jasa yang bersangkutan Pengukuran service quality (servqual) Pengukuran kualitas jasa dalam model servqual didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi konsumen, serta gap di antara keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa (servqual). Evaluasi kualitas jasa menggunakan model servqual mencakup perhitungan perbedaan di antara nilai yang diberikan para konsumen untuk setiap pasang pernyataan yang berkaitan dengan harapan dan persepsi. Skor servqual untuk setiap pasang pernyataan, baik masingmasing konsumen dapat dihitung berdasarkan berikut (Zeithaml,et al., 1990 : 176), yaitu : SERVQUAL Scores = Perception Scores Expectation Scores x Bobot 2.4 Kepuasan Konsumen Pada hakikatnya tujuan bisnis adalah menciptakan dan mempertahankan kepuasan konsumen. Oleh karena itu hanya dengan memahami proses dan pelangan, maka organisasi dapat menyadari dan menghargai makna kualitas. Kepuasan pelanggan adalah perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima dengan harapannya sebelum menggunakan jasa tersebut (Jafar, 2005 : 49). Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya (Tjiptono,1994,p.9) : 15

8 1.Hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis. 2.Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang. 3. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan. 4.Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. 5.Reputasi perusahaan menjadi lebih baik dimata pelanggan. 6. Laba yang diperoleh dapat meningkat. Menurut Day (dalam Tse dan Wilton, 1988, p.204) dalam Nasution (2004), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Menurut Engel et al. (1990) dalam Nasution (2004), menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Sedangkan Kotler (1994) dalam Nasution (2004) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari konsumen/pelanggan dalam mengunakan produk dan jasa (Irawan, 2002 :3) Pengukuran Kepuasan Konsumen Beberapa macam metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut (Kotler, 1994, pp.41-43) dalam Tjiptno (2005) : 1. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pada pelanggan (customer-centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhannya. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, customer hot lines, dan lain-lain. 16

9 2.Ghost shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost shopper dapat mengamati cara penanganan setiap keluhan. 3.Lost customer analysis Menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. 4. Survai kepuasan pelanggan Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung (McNeal dan Lamb dalam Peterson dan Wilson, 1992: p. 61) dalam Tjiptono (2005). Tujuh alat yang akan digunakan sebagai alat perbaikan kualitas jasa, yaitu (Tjiptono, 1997, pp ) : 1.Diagram sebab akibat Diagram ini sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram). Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab persoalan / masalah tertentu yang terjadi. Manfaat diagram ini adalah kemampuannya memisahkan penyebab dari gejala, memfokuskan perhatian pada hal hal yang relevan, serta diterapkan pada setiap masalah. 2. Check sheet Merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan menyajikannya dalam bentuk yang komunikatif, sehingga dapat dikonversi menjadi informasi. 17

10 3. Diagram pareto. Digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab dan gejalanya. Masalah di diagramkan menurut prioritas atau tingkat kepentingannya, dengan menggunakan format grafik batang, dimana 100 % menunjukkan kerugian total. Prisip yang mendasari diagram ini adalah aturan yang menyatakan 80 % of the trouble comes from 20% of the problems. 4. Run chart dan Control chart Run chart digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) yang terjadi dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama periode waktu tertentu. Kecenderungan (trend) tersebut sangat berguna dalam memisahkan sebab dari gejala. Control chart digunakan untuk menganalisa proses dengan tujuan memperbaikinya secara terus-menerus. 5. Histogram Suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau standar deviasi sebuah proses. Data frekuensi yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan suatu puncak pada nilai tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang dihasilkan disebut distribusi. Angka yang menggambarkan frekuensi dalam bentuk batang disebut histogram. Alat ini berguna untuk menentukan masalah dengan memeriksa bentuk dispersi, nilai rata-rata, dan sifat dispersi. 6.Stratifikasi Merupakan teknik pengelompokkan data ke dalam kategori-kategori tertentu, agar dapat menggambarkan permasalahan secara jelas sehingga kesimpulankesimpulan dapat lebih mudah diambil. 7. Scatter diagram Dua buah variabel yang sesuai dipetakan dalam sebuah diagram sebar (scatter). Hubungan antara titik-titik yang dipetakan menggambarkan hubungan antara kedua variabel tersebut. Alat ini berguna dalam mempelajari dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh. 18

11 2.4.2 Manfaat Kepuasan Konsumen Kepuasan pelanggan mempunyai banyak manfaat bagi perusahaan. Manfaat kepuasan konsumen dan kualitas jasa terlihat pada gambar 2.2, yaitu : Gambar 2.2 Manfaat Kepuasan Konsumen (Sumber : C.H. Lovelock,P.G. Petterson, dan R.H. Waller, Service Marketing:Australia and New Zealand 2.5 Konsep Lean Konsep lean adalah sekumpulan peralatan dan metode yang dirancang untuk mengeliminasi waste, mengurangi waktu tunggu, memperbaiki performance, dan mengurangi biaya ( william, 2006). Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan/atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer value) Gaspersz, 2007). Tujuan dari lean adalah untuk mengeliminasi waste semua proses dan memaksimalkan efisiensi proses (Yang, 2005). Lean berfokus pada 19

12 peningkatan terus-menerus customer value melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang merupakan pemborosan (waste). Dimana waste adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream Lean Thinking Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa. Konsep lean thinking diprakarsai oleh sistem produksi Toyota di Jepang. Lean dirintis oleh Taicho Ohno dan Sensei Shigeo Shingo dimana implementasi dari konsep ini didasarkan pada 5 prinsip utama (Hines & Taylor, 2000) yaitu : 1. Specify value Menentukan apa yang dapat memberikan nilai dari suatu produk atau layanan dilihat dari sudut pandang konsumen bukan sari sudut pandang perusahaan. 2. Identify whole value stream Mengidentifikasikan tahapan-tahapan yang diperlukan, mulai dari proses desain, pemesanan, dan pembuatan produk berdasarkan keseluruhan value stream untuk menemukan pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah (non value adding waste) 3. Flow Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tanpa adanya gangguan, proses rework, aliran balik, aktivitas menunggu (waiting) ataupun sisa produksi. 4. Pulled Mengetahui aktivitas-aktivitas penting yang digunakan untuk membuat apa yang diinginkan oleh konsumen. 5. Perfection Berusaha mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan waste (pemborosan) secara bertahap dan berkelanjutan. 20

13 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha meniadakan waste (pemborosan) baik dalam tubuh perusahaan atau antar perusahaan. Dasar pemikiran ini merupakan hal mendasar untuk mewujudkan sebuah value stream yang ramping atau lean. Untuk dapat mengaplikasikan konsep lean dalam perusahaan diperlukan pemahaman akan kebutuhan konsumen dan apa yang dipentingkan oleh konsumen. Dari penggambaran value stream dari perusahaan akan diketahui aktivitas-aktivitas yang tidak berguna bisa dieliminasi, sehingga nantinya konsumen tidak perlu membayar suatu aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses produksi Metodologi Lean Thinking Langkah langkah yang dilakukan dalam proses lean thinking adalah sebagai berikut (Hines dan Taylor,2000) : 1. Understanding waste Pada langkah ini, pemborosan harus diketahui. Prinsip yang digunakan adalah pemilahan aktivitas-aktivitas menjadi tiga jenis, yaitu value adding, non value adding, serta necessary but non-value adding. 2. Setting the direction Pada tahap ini, ditentukan arah dan tujuan dari perbaikan. Arah berupa alat ukur keberhasilan, target keberhasilan untuk setiap alat ukur, pendefinisian proses-proses inti, serta proses yang membutuhkan pemetaan secara detail. 3. Understanding the big picture Pada tahap ini keinginan konsumen, aliran fisik serta aliran informasi dari proses pemenuhan konsumen harus diketahui. 4. Detailed mapping Pada tahap ini dilakukan pemetaan secara detail. 5.Getting suppliers and customers involved Implementasi lean thinking harus melibatkan supplier dan pelanggan dalam inisiatif perbaikan. 6.Checking the plan fits the direction and ensuring buy-in. 21

14 Pada tahap ini, dilakukan pengecekan kesesuaian antara arah yang dituju dengan rencana awal. Konsep lean tidak hanya diterapkan di sektor manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada sektor non-manufaktur. Beberapa penerapan prinsip Lean Manufacturing dan Lean Service akan ditujukan pada tabel 2.1 seperti berikut : Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Lean Manufacturing dan Lean Service No Manufacturing (Barang) Non-Manufacturing (Produk : jasa, administrasi, kantor) 1. Spesifikasi secara tepat nilai Spesifikasi secara tepat nilai produk yang produk yang diinginkan konsumen diinginkan konsumen 2. Identifikasi value stream untuk setiap produk Identifikasi value stream untuk setiap proses jasa. 3. Eliminasi semua pemborosan Eliminasi semua pemborosan yang setiap produk yang terdapat dalam terdapat dalam aliran proses jasa (moment aliran proses agar membuat nilai of truth) agar membuat nilai mengalir mengalir tanpa hambatan. tanpa hambatan. 4. Menetapkan sistem tarik (pull Menetapkan sistem anti-kesalahan system) menggunakan kanban (mistake-proof system) setiap proses jasa yang memungkinkan pelanggan menarik niali dari prosedur. (moment of truth) untuk menghindari pemborosan dan penundaan. 5. Mengejar keunggulan untuk Mengejar keunggulan untuk mencapai mencapai kesempurnaan (zero kesempurnaan (zero waste) melalui waste) melalui peningkatan terus peningkatan terus menerus menerus secara radikal. Sumber : Continuous Cost Reduction Through Lean-Sigma Approach, PT. Gramedia Pustaka Utama

15 2.5.3 Value Stream Mapping Tools Value stream mapping adalah metode yang menggunakan gambar dari proses dan mengidentifikasikan dan mengukur waste dalam proses. Value stream adalah semua aktivitas (value added dan non value added) yang diminta untuk memberikan produk dengan main flow (Yang, 2005). Value stream map adalah suatu cara yang efektif untuk menemukan waste atau muda dan menunjukkan perbaikan proses (Yang, 2005). Value stream mapping tools berfungsi untuk mereduksi waste. Tujuh waste menurut Shigeo Shingo (Hines and Taylor, 2000) yaitu: 1. Defect adalah cacat atau kegagalan pada suatu proses produksi. 2. Transportation, pergerakan dari orang, informasi atau barang yang berlebihan menyebabkan pemborosan waktu, biaya dan usaha. 3. Overproduction,melakukan produksi terlalu banyak daripada yang dibutuhkan. 4. Waiting, periode yang lama terhadap ketidak aktifan orang, informasi atau barang sehingga menghasilkan idle time. 5. Processing, penambahan aktivitas tetapi tidak memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. 6. Motion, pengaturan peralatan dan tempat kerja yang tidak ergonomis. 7. Inventory, persediaan yang melampaui batas pada suatu aliran proses produksi. Monroe (2006),bahwa value stream attribute mapping (VSAM) adalah dibangun dalam lima bagian, yaitu suppliers, input, process, output, customer. Dengan menggunakan VSAM, diharapkan untuk melengkapi aktivitas pemetaan, sekarang ataupun masa depan, dalam waktu yang singkat dapat menghilangkan waste dan lebih efisien. Womack (2006), memberikan langkah-langkah melakukan value stream mapping, yaitu langkah pertama, mengidentifikasi product family, langkah kedua, sering menggunakan analisis untuk menentukan masalah dengan organisasi. Tujuan dengan menggambarkan pemetaan ini untuk mengidentifikasikan setiap aktifitas yang tepat untuk menciptakan suatu nilai. 23

16 2. 6 Konsep Six sigma Six sigma adalah suatu besaran (metric) yang dapat kita terjemahkan sebagai suatu proses pengukuran dengan menggunakan tools-tools statistic dan teknik untuk mengurangi cacat hingga tidak lebih dari 3,4 DPMO (Defect per Million Opportunities) atau 99,99966 persen difokuskan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Six sigma adalah pendekatan disiplin yang berdasarkan pada lima tahap, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (Hargrove and Burge,2002). Menurut Woodard (2005), Six sigma adalah sebuah program yang menggunakan analisis data untuk mencapai proses bebas defect dan untuk mengurangi variasi. William (2006), Six sigma adalah metodologi dengan penyelesaian permasalahan yang disebut DMAIC, dimana DMAIC adalah sekumpulan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi, analisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam sebuah proses. Six sigma melakukan perbaikan terhadap masalah yang terjadi dengan fokus pada faktor penyebab masalah. Six sigma adalah strategi bisnis yang didalamnya disediakan peralatan untuk memperbaiki kemampuan dari bisnis prosesnya (Yang, 2005). Nilakantasrinivasan dan Nair (2005), DMAIC Failure modes, six sigma mempunyai penetrasi yang luas, termasuk organisasi kecil, menengah, besar dalam manufaktur dan industri jasa berdasar pada pendekatan Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). Ho dan Chuang (2006), dalam penelitiannya menyatakan : dengan margin profit yang kecil, suatu perusahaan dengan cerdas mencari cara untuk membedakannya dari kompetitor, rute persaingan, memperluas market share, menciptakan kualitas yang berbeda dan untuk mencapai kualitas zero defect. Six sigma secara efektif menyelesaikan permasalahan inti dalam kualitas produksi. Pada studi kasus ini yaitu pemerintahan Taiwan menyatakan pentingnya sistem manajemen kualitas six sigma dan mengimplementasikannya untuk meningkatkan kualitas dari layanan yang diberikan. 24

17 Lazarus dan Neely (2003 ) Six sigma Raising The Bar, Six sigma fokus pada pengurangan defect manajemen dan proses secara klinis, hal ini digunakan analisa statistik untuk mendapatkan bagian yang paling defect dari proses dan mengendalikan prosedur untuk perbaikan. Level six sigma mengidentifikasikan kemungkinan sebuah proses dengan mengukur jumlah dan standard deviasi antara performansi rata-rata dari proses dan mempertimbangkan batas penerimaan performansi, yaitu hanya % defect dari proses. Hasilnya adalah bahwa six sigma didefinisikan sebagai sebuah sistematik dan berdasarkan pada proses secara statistik untuk menyatakan defect dalam kinerjanya dan diinginkan sesuai dengan spesifikasi konsumen. Metodologi six sigma bertujuan untuk mengurangi variasi dalam proses bisnis yang mana memberikan perputaran waktu yang panjang, biaya yang tinggi dan hasil yang jelek. Benitez et al (2007), Hospital Reduces Medication Error Using DMAIC and QFD, mencoba memperbaiki kualitas dengan mengeliminasi langkah proses mungkin terlihat berlawanan. Tim dengan multidisiplin dibentuk saat pihak rumah sakit mendapatkan cara untuk mengurangi kesalahan. Awalnya, tim mengikuti metodologi define, measure, analyze, improve, control. Tim fokus pada tujuan perancangan standard pengobatan proses lain untuk semua unit di rumah sakit kecuali unit gawat darurat. Untuk mencapai tujuan ini, tim merancang metodologi six sigma dan quality function deployment, untuk menghubungkan kebutuhan konsumen dengan perancangan dan pengembangan proses Metodologi Six sigma Menggunakan six sigma yaitu menggunakan siklus define, measure, analysis, improve, control (DMAIC). Siklus DMAIC (George, 2002), yaitu : 1.Define, mengkonfirmasikan kesempatan dan mendefinisikan batasan dan tujuan dari suatu proyek. Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan. 2.Measure, mengumpulkan data untuk membangun suatu current state apa yang terjadi secara aktual ditempat kerja dengan proses yang terjadi dilapangan. Pada 25

18 tahap ini dilakukan untuk memvalidasi, mengukur, menganalisis permasalahan berdasarkan data yang ada. 3.Analyze, penggunaan data dan tool untuk memahami penyebab yang dapat mempengaruhi hubungan proses, yaitu mengintepretasikan data untuk membangun sebab akibat. 4.Improve, mengembangkan modifikasi dengan perbaikan yang valid terhadap proses dari sistem. 5.Control, mengimplementasikan prosedur-prosedur untuk meyakinkan bahwa perbaikan-perbaikan dapat berlangsung lama. 2.7 Konsep Lean Six sigma Prinsip lean six sigma adalah segala aktivitas yang menyebabkan criticalcritical-to-quality pada konsumen dan hal-hal yang mnyebabkan waste delay yang lama pada setiap proses merupakan peluang/ kesempatan yang sangat baik untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam hal biaya, kualitas, modal, dan lead time (george, 2002). Lean six sigma merupakan kombinasi antara lean dan six sigma didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan terusmenerus secara radikal untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan cara mengalirkan produk (material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan sistem tarik dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan berupa hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau operasi (Gaspersz, 2007). Integrasi antara lean dan Six sigma akan meningkatkan kinerja bisnis dan industri melalui peningkatan kecepatan (shorter cycle time) dan akurasi (zero defect). Pendekatan lean akan menyingkapkan nonvalue added dan value added serta membuat value added sepanjang proses value stream, sedangkan Six sigma akan mereduksi variasi value added (Gaspersz, 2007). 26

19 Menurut George (2002), bahwa lean six sigma diterapkan dengan mengikuti tiga aliran aktivitas, yaitu : 1. Initiation, pada tahap ini didapatkan komitmen dari top management. 2. Resource and project selection, pada tahap ini dilakukan pemilihan orang yang mempunyai kemampuan leadership yang potensial untuk mendukung pelaksanaan proyek dan berhubungan langsung dengan konsumen pada permasalahan kritis yang mengenai kualitas dan menciptakan nilai para pemegang saham. 3.Implementation, sustainable, evolution, langkah ini berfokus pada pelaksanaan operasional secara efektif. Tabel 2.2 Contoh pemborosan dalam industri manufaktur dan jasa The Seven Waste Manufacturing 1. Defect 2. Transportation 3. Overproduction 4. Waiting 5. Processing 6. Movement 7. Inventory Service 1. Errors in documents 2.Transport of document 3.Doing work not requested 4.Waiting do for the next step 5.Process step and approvals 6.Unnecessary motion 7.Backlog of work Sumber : Continuous Cost Reduction Through Lean-Sigma Approach, PT. Gramedia Pustaka Utama.2006 Arnheiter dan Mateyeff (2005), Integration of lean management and six sigma, six sigma digunakan untuk produk yang bebas defect. Dengan six sigma output dari suatu organisasi bernilai tidak hanya pada kualitas saja, tetapi juga ketersediaan, keandalan, kinerja dari penyampaian dan purna jual. Kinerja dalam setiap komponen harus superior. Lean mengeliminasi waste, jadi semua aktivitas selama dalam value stream menciptakan nilai atau disebut dengan kesempurnaan. Usahanya fokus pada pengurangan waste dan perbaikan secara terus-menerus dan radikal. Suatu organisasi 27

20 yang mengimplementasikan lean six sigma akan memaksimalkan value added dan meminimalkan variasi. 2.8 Failure mode Effect and Analyze Failure mode Effect and Analyze (FMEA) adalah prosedur untuk menganalisis potensial failure mode dalam sebuah sistem ( FMEA merupakan suatu metode evaluasi secara sistematis failure mode, dampak dari setiap kerusakan fungsi, personel dan keselamatan, performa sistem, maintabilities, dan kebutuhan perawatan. FMEA dikembangkan oleh militer United Stated pada tahun 1949 untuk mengelompokkan failures yang mempengaruhi keberhasilan misi mereka dan personel serta keselamatan peralatan. FMEA digunakan sejak tahun an pada saat misi keluar angkasa Apollo. Pada tahun 1980-an digunakan oleh Ford Motor Company untuk mengurangi resiko setelah satu model mobil selesai Kekurangan dari FMEA adalah FMEA hanya alat untuk mengidentifikasi major failure modes dalam sebuah sistem. Sedangkan keuntungan dari FMEA adalah meningkatkan keandalan dan kualitas dari produk atau proses, meningkatkan kepuasan konsumen, lebih awal mengidentifikasi dan mengeliminasi potensial failure modes dari produk atau proses Menentukan Severity, Occurrence,Detection dan RPN Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka tim FMEA harus mendefinisikan terlebih dahulu tentang Severity, Occurrence, Detection, serta hasil akhirnya yang berupa Risk Priority Number. 1. Severity Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa risiko yaitu suatu penilaian tingkat keparahan dari keseriusan effect yang ditimbulkan dari modemode kegagalan (failure mode), menghitung seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi output proses, maupun proses-proses selanjutnya. Dampak tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana 10 merupakan dampak terburuk. 28

21 2. Occurrence Occurrence adalah suatu penilaian mengenai peluang (probabilitas) frekuensi penyebab mekanisme kegagalan yang akan terjadi, sehingga dapat menghasilkan bentuk/mode kegagalan yang memberikan akibat tertentu selama masa penggunaan produk. Dengan memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10. Karena peringkat kegagalan jatuh antara dua angka skala. 3.Detection Nilai detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan dari alat/proses kontrol dalam mengendalikan/mengontrol kegagalan yang dapat terjadi, mendeteksi kesalahan maupun mode-mode kegagalan (failure mode) yang menyebabkan terjadinya kegagalan. 4. Risk Priority Number (Angka Prioritas Risiko) RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effects (Severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effects (Occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan (Detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : RPN = S x O x D Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan risiko yang serius, sebagai petunjuk ke arah tindakan perbaikan. 2.9 Root Cause Analyze Root cause analysis merupakan struktur logik yang mendefinisikan kejadian apa yang menyebabkan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan/diharapkan. Struktur dari Root Cause akan menjelaskan bagaimana kejadian yang tidak diinginkan disebabkan oleh kegagalan pada Level bawah baik secara individu maupun bersamaan. Root cause analysis adalah sebuah metode yang dapat membantu menjelaskan : 29

22 1. Apa yang terjadi? 2. Bagaimana bisa terjadi? 3. Mengapa itu terjadi? 2.10 Perbandingan Metode Servqual, Lean, dan Six sigma Untuk lebih memudahkan pengertian dan perbandingan masing-masing metode adalah sebagai berikut : 30

23 Teori Petunjuk aplikasi Tabel 2.3 Perbandingan Metode Servqual, Lean dan Six sigma Servqual Lean Six sigma Mengukur kepuasan konsumen dengan Mengeliminasi waste dan menyikap value Mereduksi variasi dan zero defect. mencari nilai gap berasal dari nilai harapan added dan persepsi konsumen Mengidentifikasi atribut kepuasan konsumen Menyebar kuisioner Menghitung nilai tingkat kepentingan, harapan, persepsi dari konsumen. Menghitung nilai gap Identifikasi nilai gap negatif tertinggi sebagai acuan perbaikan, Identifikasi value stream. Identifikasi Big Picture Mapping. Perbaikan aliran Identifikasi non value added activities dan value added activities. Perbaikan berkesinambungan Define Measure Analyze Improve Control Fokus Kepuasan konsumen Value Stream Variasi dan zero defect Asumsi Konsumen puas bila apa yang dirasakan lebih besar dari apa yang diharapkan dari layanan yang diterimanya Konsumen membandingkan layanan pada atribut-atribut yang relevan dengan standard ideal untuk masing-masing atribut jasa Eliminasi waste akan meningkatkan kinerja perusahaan Perbaikan kecil lebih baik daripada analisa sistem Masalah terjadi Output sistem akan meningkat jika variasi di setiap proses dikurangi. Efek utama Mengetahui tingkat kepuasan konsumen Mengurangi waktu Output proses seragam atas layanan yang diberikan Efek sekunder Mengetahui atribut-atribut terpenting bagi kepuasan konsumen Mengetahui dimensi kualitas terpenting Waste berkurang Proses lebih cepat Peningkatan kualitas Variasi berkurang Output seragam Peningkatan kualitas. bagi kepuasan konsumen. Mengetahui nilai gap negatif tertinggi yang digunkan sebagai acuan perbaikan Kelebihan Data kepuasan konsumen langsung dari Mengeliminasi waste Mengurangi variasi 31

24 Tabel 2.3 Perbandingan Metode Sevqual, Lean dan Six sigma (Lanjutan) Kelemahan konsumen dengan cara penyebaran kuisioner. Dapat langsung mengetahui atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Mudah dalam pengukurannya. Jumlah pertanyaan yang banyak mempunyai potensi bias. Penilaian yang subyektif dari konsumen Pengukuran gap kurang dikomunikasikan, Lebih berfokus pada proses penyampaian jasa/layanan bukan pada hasil. Mengetahui value added activities Mempercepat proses Proses dibawah pengendalian secara statistik Kualitas produk (barang dan atau/ jasa) zero defect. Proses improve menggunakan statistic tools Tidak dapat memperbaiki kecepatan proses. Peningkatan proses secara independen Interaksi sistem tidak diperhatikan 32

25 2.9 Positioning Penelitian Posisi penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian ini mencoba mengintegrasikan tiga metode servqual, lean dan six sigma, yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu literature yang berupa jurnal atau penelitian sebelumnya masih bersifat independent. Disini akan dilakukan pengintegrasian, dengan tujuan apakah dengan mengintegrasikan metode servqual, lean dan six sigma akan berdampak pada kepuasan konsumen dan kinerja kualitas layanan. Berikut table 2.4 tabel tabulasi yang berisi tentang penelitian-penelitian sebelumnya dan nantinya akan dilakukan positioning penelitian ini. 33

26 Tabel 2.4 Positioning penelitian Penulis Karna (2004) Parasuram an et al (1985) Monroe (2006) Judul Analyzing customer satisfaction and quality in construction-the case of public and private customer Quality count in service, Too Analysing Value Stream Servqual Metode Six Lean sigma Lean Six sigma Hasil - Fokus pada kepuasan konsumen dan kualitas pada kualitas dalam industri konstruksi. - Tujuan dari kepuasan konsumen untuk mencapai customer loyalty. - Menggunakan pengukuran Servqual dengan skala 5 poin dari poin 1 sangat tidak puas, sampai poin 5 sangat puas, sebanyak 22 item pertanyaan mencakup lima dimensi. - Persepsi konsumen pada kualitas layanan adalah hasil dari perbandingan harapan untuk menerima layanan dengan layanan yang diterimanya. - Evaluasi kualitas didukung dari proses layanan dan hasil layanan - Ada dua tipe kualitas layanan, yang pertama tingkat kualitas yang biasanya disampaikan, dan yang kedua kualitas layanan ketika ada keluhan dan masalah. - Ketika masalah timbul, rendahnya kontak layanan perusahaan menjadi tingginya kontak perusahaan. - Membuat value stream mapping atribut dengan dibangun lima bagian, yaitu supplier, input, process, output, customer. - Dengan VSAM, diharapkan dengan waktu 34

27 Lazarus et al (2003) Brett dan Queen (2005) Penelitian ini Six sigma Raising Bar Streamlining enterprise record management with lean six sigma Integrasi metode Servqual, Lean dan Six sigma Tabel 2.4 Positioning Penelitian (Lanjutan) yang singkat dapat menghilangkan waste dan lebih efisien Six sigma fokus pada pengurangan defect. Menggunakan analisis statistic Metodologi six sigma bertujuan untuk mengurangi variasi. Six sigma bertujuan untuk mengurangi variasi dan mengeliminasi defect pada proses. Lean berpusat pada meminimalkan sumber daya dan menyampaikan dengan tepat waktu Integrasi Lean Six sigma untuk meningkatkan kecepatan dan mengurangi waste serta memperbaiki kualitas yang berfokus pada voice of customer. Bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan kinerja kualitas layanan. 35

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

Wiwik Sulistiyowati Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Wiwik Sulistiyowati Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA UNTUK MENGEMBANGKAN METODE PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN (STUDI KASUS : PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR, APJ SURABAYA SELATAN-UPJ NGAGEL)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA IMPLEMENTASI : PT.PLN

INTEGRASI METODE SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA IMPLEMENTASI : PT.PLN INTEGRASI METODE SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA IMPLEMENTASI : PT.PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR, APJ SURABAYA SELATAN UPJ NGAGEL Wiwik Sulistiyowati 1, Hari Supriyanto 2, Mokh.Suef 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan). BAB II LANDASAN TEORI A. Jasa Jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono, 2002:51) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian berjalann secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepuasan Konsumen Kotler (2004) mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

Lebih terperinci

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala.

Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Alternatif kebijakan membuat SOP baru di bagian gravity dan sortir untuk standar refraksi serta set up mesin gravity secara berkala. Adapun alternatif tersebut memiliki kelebihan antara lain : Mempercepat

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN TATA USAHA BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN TATA USAHA BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN TATA USAHA BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA Pendahuluan Muzakiyah 1, Siti Husna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemasaran Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses social dan manajerial yang membuat individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang atau seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Umum Lean Lean pertama kali diperkenalkan oleh Toyota dan dikenal dengan Toyota Production System (Howell, 1999; Liker, 2004). Sistem Produksi Toyota

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Jasa Pemasaran jasa merupakan disiplin ilmu yang masih relatif baru. Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelanggan Pelanggan adalah orang yang menjadi pembeli produk yang telah dibuat dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan, dimana orang ini bukan hanya sekali membeli produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (2002) kepuasan adalah: Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik suatu produk untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang dapat dinyatakan langsung. Definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Brech, pemasaran adalah proses menentukan permintaan konsumen atas sebuah produk atau jasa, memotivasi penjualan produk atau jasa tersebut dan mendistribusikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Thinking Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Anjar Rahmulyono (2008) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh tingkat kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pasien dengan membagi variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka menguraikan teori dan bahan penelitian yang akan dijadikan landasan dan kerangka berpikir untuk melakukan kegiatan penelitian yaitu tugas akhir. 2.1. Kualitas Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat teori-teori yang mendasari penelitian dan dijadikan pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITY (NVAA) GUNA MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES OPERASI PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN LEAN SERVICE DI CV.PERMATA DARUSSALAM TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Jasa Kotler mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang akan dijadikan sebagai acuan, prosedur dan langkah-langkah dalam melakukan penelitian, sehingga permasalahan yang diangkat

Lebih terperinci

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna. Beberapa definisi yang kerap kali dijumpai antara lain : kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Setiap perusahaan memiliki keinginan untuk memperoleh laba yang besar dan terus meningkat dalam usahanya. Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh para pengusaha dalam menjalankan bisnisnya untuk tetap mempertahankan kelangsungan usahanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh para pengusaha dalam menjalankan bisnisnya untuk tetap mempertahankan kelangsungan usahanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, dari pelayanan pribadi (personal service) sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan pelayanan kepada pengguna perpustakaan merupakan pelayanan yang diberikan oleh suatu perpustakaan untuk menyebarkan informasi dan pemanfaatan koleksi. Para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Secara sederhana, dapat diartikan sebagai pemenuhan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran dan Konsep Pemasaran Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Jasa Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengertian manajamen pemasaran sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengertian manajamen pemasaran sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong dikutip oleh Buchari Alma (2009 : 130) pengertian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG)

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) 1 MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) Yanuar Tri Nanda Perkasa dan Hari Supriyanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI H HARISUPRIYANTO Industrial Engineering Department Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pertukaran nilai produk dengan lainnya. Sedangkan konsep pemasaran

II. LANDASAN TEORI. dan pertukaran nilai produk dengan lainnya. Sedangkan konsep pemasaran 12 II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemasaran Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan penjualan adalah aspek pemasaran (Kotler, 2009:10) mengemukakan pengertian pemasaran

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Layanan 2.1.1. Pengertian Kualitas Layanan Pengertian kualitas layanan atau kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V Prita Lukitasari 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1) Program

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jasa Banyak ahli yang telah mendefinisikan pengertian jasa sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing, diantaranya: Definisi jasa menurut Kotler dan Keller

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JASA 1. Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt 1. Apa Itu Lean? Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt Lean adalah suatu upaya terus-menerus (continuous improvement efforts) untuk: menghilangkan pemborosan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Travel Pariwisata ini sekarang menjelma menjadi industri yang disebut industri pariwisata, menghasilkan produk-produk wisata untuk dipasarkan. Guna meningkatkan pariwisata di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

EVALUASI MODEL PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN SERVPERF SIX SIGMA (Studi Kasus: Kantor Bersama Samsat Manyar Surabaya Timur)

EVALUASI MODEL PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN SERVPERF SIX SIGMA (Studi Kasus: Kantor Bersama Samsat Manyar Surabaya Timur) EVALUASI MODEL PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN SERVPERF SIX SIGMA (Studi Kasus: Kantor Bersama Samsat Manyar Surabaya Timur) Remba Yanuar Efranto 1, Moses Laksono Singgih 2 dan Mokh. Suef

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Mursid (2010:26), menyatakan bahwa pengertian dari Pemasaran yaitu pemasaran tidak lain daripada suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERVQUAL-LEAN SIX SIGMA

PENDEKATAN SERVQUAL-LEAN SIX SIGMA PENDEKATAN SERVQUAL-LEAN SIX SIGMA MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL T 2 HOTELLING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN (Studi Kasus di Jurusan Statistika Universitas Diponegoro) SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN TRAVEL DENGAN PENDEKATAN LEAN SERVICES (STUDI KASUS: CITRA MANDIRI TRAVEL)

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN TRAVEL DENGAN PENDEKATAN LEAN SERVICES (STUDI KASUS: CITRA MANDIRI TRAVEL) 1 MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN TRAVEL DENGAN PENDEKATAN LEAN SERVICES (STUDI KASUS: CITRA MANDIRI TRAVEL) Andyas Mukti Pradanarka dan Hari Supriyanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Definisi pemasaran telah banyak dijabarkan oleh para pakar ekonomi. Adapun definisi pemasaran menurut para ahli yaitu: 1. Menurut Kotler dan Susanto (2000:11),

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Perasaan puas pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Sementara itu kepuasan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY DAN DEFECT PADA PRODUK SEPATU DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA DI PT.CITRA HARAPAN SEMESTA KRIAN SKRIPSI Oleh : RAKHMAT WIRA YUDHA NPM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kualitas layanan (Stemvelt 2004) menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu persepsi tentang revolusi kualitas secara menyeluruh yang terpikirkan dan menjadi

Lebih terperinci

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Sulung Rahmawan Wira Ghani 1, Sudjito Soeparman 2, Rudy Soenoko 3 Program Magister Teknik Dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK Septia Elsa Email: Septiaelsa@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengertian atau teori-teori dari pemikiran-pemikiran para ahli untuk mendukung

BAB II KERANGKA TEORI. pengertian atau teori-teori dari pemikiran-pemikiran para ahli untuk mendukung BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Kerangka Teori Sebagai landasan untuk menerangkan pengaruh produk dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, maka penulis menyusun dan mengutip beberapa pengertian atau teori-teori

Lebih terperinci