TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel 4 Collet Untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10 mm PCD 90mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Beny Kurniawan NIM : Program Studi : Teknik Mesin PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007

2 LEMBAR PENGESAHAN Perancangan Multi Spindel 4 Collet Untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10 mm PCD 90mm Dengan Metode VDI 2221 Disusun Oleh : Nama : Beny Kurniawan NIM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing Mengetahui Koordinator TA / KaProdi ( Ir. Rully Nutranta, M.Eng ) ( Ir. Rully Nutranta, M.Eng )

3 DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Pengesahan... Abstraksi... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii iv v vii xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Perancangan Metodologi Perancangan Sistematika Penulisan... 6 BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Penjabaran Tugas Perancangan Konsep Abstraksi Pembuatan Struktur Fungsi vii

4 Struktur Fungsi Keseluruhan Sub Fungsi Pencarian dan Kombinasi Prinsip Solusi Pemilihan Kombinasi yang Sesuai Pembuatan Varian Konsep Evaluasi Perancangan Wujud Perancangan Terinci BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Daftar Kehendak Spesifikasi Multi Spindel 4 Collet Untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10mm, PCD Diameter 90mm Struktur Fungsi Fungsi Keseluruhan Struktur Fungsi Fungsi Komponen Utama Mencari dan Memilih Prinsip Solusi untuk Setiap Sub Fungsi Utama Memilih Variasi Kombinasi yang Terbaik viii

5 BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN RANCANGAN A. Perhitungan 1. Cara Perhitungan Komponen Rancangan Perhitungan Roda Gigi Menentukan data-data yang diperlukan dalam perhitungan roda gigi Menentukan tangential tooth load Menentukan pitch circle diameter gear dan pinion Menentukan pitch line velocity Menentukan velocity factor Menentukan Jumlah Gigi Menentukan Lewis Factor Menentukan tebal gigi dengan menggunakan Lewis Equation Perhitungan Poros Menentukan Torsi Menentukan besarnya tegangan geser yang diizinkan Menghitung besarnya diameter poros Perhitungan bearing Menentukan torsi yang ditransmisikan Menentukan gaya yang ditransmisikan ix

6 1.3.3 Menentukan static equivalent load Menentukan dynamic equivalent load Menentukan dimensi bearing yang digunakan Proses Perhitungan Komponen Rancangan 2.1 Proses penghitungan roda gigi Data- data yang diperoleh dari lapangan serta data- data yang diasumsikan Menentukan tangential tooth load Menentukan pitch line velocity Menentukan velocity factor Menentukan lewis factor Menentukan tebal gigi dengan menggunakan Lewis Equation Proses perhitungan poros Menentukan Torsi Menentukan besarnya tegangan geser yang diizinkan Menghitung diameter poros Proses perhitungan bearing Data- data yang sudah ada Menentukan static equivalent load Menentukan dynamic load x

7 B. Komponen Rancangan 1. Sistem Penggerak Roda Gigi Poros Bearing BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran xi

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Pengecekan Untuk Pedoman Spesifikasi Tabel 3.1 Daftar Spesifikasi Multi Spindel 4 Collet Tabel 3.2 Prinsip Solusi Tabel 3.3 Pemilihan Variasi Struktur Fungsi Tabel 3.4 Tabel Hasil Evaluasi Varian I Tabel 3.5 Tabel Hasil Evaluasi Vsrian II Tabel 3.6 Tabel Hasil Evaluasi Vsrian III Tabel 3.7 Tabel Hasil Evaluasi Vsrian IV Tabel 4A.1 Nilai Velocity Factor Tabel 4A.2 Nilai Lewis Factor Tabel 4A.3 Standar roda gigi berdasarkan modul m Tabel 4A.4 Nilai Rotation Factor xii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Prosedur pemecahan masalah secara umum... 9 Gambar 2.2 Skema langkah kerja Gambar 2.3 Tahap- tahap perancangan dengan konsep Gambar 2.4 Pembuatan Sub Fungsi Gambar 3.1 Fungsi Keseluruhan Multi Spindel Gambar 3.2 Varian I Gambar 3.3 Varian II Gambar 3.4 Varian III Gambar 3.5 Varian IV xiii

10 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali persainganpersaingan di berbagai sektor. Baik jasa, pertambangan, perbangkan, energi, dan manufaktur. Sehingga para pelaku usaha dituntut untuk dapat mengimbangi segala perubahan yang terjadi sangat cepat. Untuk itu perusahaan-perusahaan menghendaki karyawannya memiliki kemampuan yang lebih. Di sektor manufaktur misalnya, perusahaan menuntut setiap proses produksi bisa berjalan dengan cepat dan efisien dalam menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang relatif lebih murah. Hal ini terutama untuk mengimbangi produk- produk China yang harganya sangat murah dengan kualitas yang tidak kalah jauh. Salah satu cara menekan biaya produksi suatu produk adalah dengan meminimalisasi waktu proses permesinan. Sehingga dengan waktu yang sama bisa dihasilkan produk yang lebih banyak dengan kualitas ukuran yang relatif sama. Untuk mendukung proses produksi yang lebih cepat dengan kualitas yang relatif stabil, diperlukan mesin CNC yang mampu mengerjakan proses-proses permesinan tersebut. Jadi peran seorang Engineer sangat penting dalam membuat program CNC yang bisa mengasilkan produk- produk dengan cepat serta hasil yang stabil, baik dari segi ukuran, toleransi, dan tingkat kehalusan permukaan benda kerja. 1

11 2 Lebih jauh lagi, peran mesin CNC tidak maksimal tatkala bagian spindle hanya mampu terpasang sebuah collet, sehingga hanya satu mata bor yang bisa digunakan. Sebagus apapun program CNC yang dibuat untuk menjalankan mesin tersebut, akan kalah cepat apabila dalam mesin CNC tersebut terpasang multi spindle yang terdiri dari 3 atau bahkan 4 collet sekaligus. Sehingga sekali proses, 3 atau 4 lubang PCD (Pitch Circle Diameter) dapat terbentuk dengan waktu yang relatif lebih cepat. 1.2 Rumusan Masalah Untuk memproduksi komponen sepeda motor, salah satu grup perusahaan Astra merencanakan memanfaatkan mesin CNC lama jenis Hitachi VK45 yang dimiliki untuk membuat 4 lubang diamete maksimumr 10mm dengan PCD diameter 90mm. Mesin CNC ini hanya memiliki spindel yang hanya dapat untuk memasang 1 collet, sehingga untuk membuat 4 lubang deperlukan gerakan yang berulang- ulang. Hal ini sangat mengurangi efisiensi proses permesinan, karena waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan lubang tersebut bertambah lama.. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis berusaha memecahkan permasalahan tersebut dengan membuat rancangan multi spindel dengan diameter maksimum collet 10mm serta PCD diameter 90mm menggunakan metodevdi Dari perancangan ini diharapkan mampu menambah efisiensi proses permesinan, kususnya pembuatan 4 lubang diameter maksimum 10mm dengan PCD diameter 90mm.

12 3 1.3 Batasan Masalah Mengingat luasnya konsep perancangan alat tersebut, maka penulis hanya akan membahas tentang : 1. Perancangan perhitungan beban maksimum pada komponen roda gigi lurus sebagai penerus putaran dari penggerak utama. 2. Perancangan perhitungan beban maksimum pada komponen poros sebagai penerus putaran dari roda gigi ke mata bor. 3. Perancangan perhitungan beban maksimum pada komponen bearing atau bantalan yang hanya menghitung dynamic equivalent load dan static equivalent load sebagai acuan menentukan ukuran bearing terkecil yang dipakai.

13 4 1.4 Tujuan Perancangan Adapun maksud dan tujuan dari perancangan ini adalah selain sebagai persyaratan dalam menempuh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) PKK Universitas Mercu Buana, yaitu : 1. Meningkatkan efisiensi proses permesinan pada pembuatan lubang komponen sepeda motor di salah satu perusahaan grup Astra. Dalam pembuatannya komponen tersebut membutuhkan alat dengan spesifikasi ; diameter maksimum collet 10mm dengan PCD diameter 90 mm. Karena dalam proses pembuatan komponen tersebut, waktu yang diperlukan relatif lama karena hanya menggunakan single spindle sehingga gerakan pengeboran harus dilakukan secara berulang- ulang. Hal ini sangat tidak efisien tatkala produk yang dihasilkan dalam jumlah yang banyak, dimana harus dicapai suatu standar kualitas yang telah ditetapkan.

14 5 2. Dapat menerapkan metode- metode perancangan yang telah depalajari untuk mendapatkan hasil rancangan yang optimal dalam hal ini menggunakan VDI Menerapkan ilmu- ilmu keteknikan untuk menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja, dalam hal ini manufaktur. 1.5 Metodologi Perancangan Metode perancangan yang digunakan penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini melalui dua metode, yaitu : A. Metode Penulisan 1. Penelitian Kepustakaan Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data- data sekunder, yaitu dengan membaca buku dan mengambil intisarinya guna mendukung penyusunan tugas akhir. 2. Penelitian Lapangan Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data- data pimer dengan mengadakan pengamatan langsung di industri yang bersangkutan, dalam kasus ini survei dilakukan oleh Tecnical Support perusahaan.

15 6 3. Diskusi Metode ini dipakai untuk mengumpulkan data primer maupun sekunder dengan mengadakan diskusi maupun dengan bertanya kepada pihak- pihak yang berkompeten di bidang ini. B. Metode Perhitungan Metode ini mengacu pada data- data dari hasil perhitungan maupun pengamatan langsung di lapangan sebagai dasar perhitungan yang tidak lepas dari pembatasan maslah. 1.6 Sistematika Penulisan berikut ini : Peancangan ini disusun dalam sistematika penulisan dengan urutan seperti Bab I Pendahuluan Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metodologi perancangan, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tentang proses perancangan, aliran kerja pada proses perancangan, klasifikasi tugas, perancangan konseptual, pembuatan strukur fungsi, pemilihan kombinasi, pembuatan varian konsep, evaluasi, perancangan wujud, dan perancangan detail.

16 7 Bab III Metodologi Perancangan Pada bab ini berisi tentang data periksa, daftar kehendak, struktur fungsi, prinsip solusi untuk sub fungsi, kombinasi prinsip solusi, pememilihan kombinasi terbaik, evaluasi, wujud perancangan, dan prinsip solusi. Bab IV Perhitungan Komponen Rancangan Bab ini berisi tentang perhitungan komponen- komonen mesin sesuai dengan batasan- batasan yang sudah ditentukan penulis pada Bab I. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi jawaban dari permasalahan yang diajukan, yang diperoleh dari penelitian serta pengamatan di tempat penulis bekerja.

17 8 BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian ystem yang komplek menjadi elemen- elemen serta mempelajari karakteristik masing- masing elemen tersebut beserta korelasinya. Sintasis adalah penggabungan elemen- elemen yang telah diketahui karakteristiknya untuk menciptakan suatu ystem baru. Pada metode perancangan sistematis, suatu tahap merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dan menjadi acuan tahap selanjutnya. Dengan tahap demi tahap tersebut, informasi yang bersifat kuantitatif diproses menjadi data yang bersifat kualitatif. Dengan kata lain hasil dari sebuah langkah baru selalu lebih nyata dari langkah sebelumnya. Dalam kenyataannya kondisi semacam ini tidak selalu tercapai, sehingga dibutuhkan pengulangan kerja. Prosedur pemecahan masalah secara umum dapat dilihat pada skema pada gambar 2.1 di bawah ini. 8

18 9 Tugas (Problem) Konfrontasi Informasi Definisi Kreasi Evaluasi Penyelesainan Keputusan Gambar 2.1 Prosedur pemecahan masalah secara umum Perancangan dalam bidang teknik merupakan suatu usaha yang ditempuh untuk mendapatkan penyelesaian masalah keteknikan menggunakan metode serta analisa teknik. Sehingga hasil rancangan tersebut memiliki daya guna, baik dari segi fungsi, penampilan, keamanan, kehandalan, maupun dari segi yang lain sesuai dengan tuntutan rancangan. Dalam perancangan itu sendiri banyak melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti matematika, mekanika, termodinamika, teknik produksi, material, ekonomi, ystem, dan ilmu- ilmu yang lain sesuai dengan permasalahn yang ada dalam perancangan tesebut.

19 10 Selain itu, dalam perancangan juga dipelajari adanya keterkaitan antara aspek- aspek yang ada pada ystem rancangan. Keterkaitan tesebut pada umumnya berupa : a. Kaitan Fungsi (Funcional Interrelationship) Kaitan fungsi ini merupakan keterkaitan masukan dan keluaran dari suatu ystem untuk melakukan kerja tertentu yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. b. Kaitan Fisik (Physical Interrelationship) Kaitan fisik adalah hubungan dimana kerja yang dilakukan merupakan bagian dari proses fisika yang menimbulkan efek fisik.adapun efek fisika ini dapat digambarkan secara kuantitatif, yang artinya hokum fisika menentukan benyaknya efek fisika yang terlibat. Fenomena kimia dan biologi termasuk di dalamnya. c. Kaitan Bentuk (Form Interrelationship) Maksud dari keterkaitan ini adalah perwujudan nyata dari bentuk dasar dan bahan menjadi suatu struktur lengkap dengan susunan serta pemilihan gerak kinematika. d. Kaitan Sistem (Sistem Interrelationship) Keterkaitan ystem ini merupakan bentuk teknik hasil rancangan yang berinteraksi dengan ystem yang menyeluruh, yaitu dengan lingkunagn dimana ystem itu berada.

20 11 Langkah- langkah dalam metode perancangan sistematis dapat dokelompokkan menjadi empat tahap utama, yaitu : penjabaran tugas, perancangan konsep, perancangan wujud, dan perancangan terinci. Tahap- tahap utama tersebut diatas dapat digambarkan dalam diagram berikut. Tugas Pertepat dan perjelas tugas Menentukan fungsi dan strukturnya Mencari prinsip solusi dan strukturnya Menguraikan menjadi modul yang dapat direalisasikan Memberi bentuk pada modul Memberi bentuk pada seluruh modul Merinci pembuatan dan penggunaan Daftar persyaratan Struktur fungsi Prinsip solusi Struktur modul Rancangan awal Rancangan keseluruhan Dokumentasi produk Realisas selanjutnya Gambar 2.2 Skema langkah kerja

21 Penjabaran Tugas (Clarificaton of Task) Tahap ini meliputi pengumpulan informasi tentang syarat- syarat yang diharapkan dapat dipenuhi oleh solusi akhir. Informasi ini akan menjadi acuan dalam penyusunan spesifikasi. Spesifikasi adalah daftar yang berisi persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh konsep yang dibuat. Pada saat membuat daftar persyaratan, yang penting adalah membedakan sebuah persyaratan, apakah sebagai suatu tuntutan (demand) atau keinginan (wishes). Demand adalah persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap kondis, atau dengan kata lain apabila persyaratan itu tidak dipanuhi, maka perancangan dianggap tidak benar. Sedangkan wishes adalah persyareatan yang diinginkan apabila memungkinkan. Misalnya suatu persyaratan membutuhkan biaya yang cukup tinggi tanpa memberikan pengaruh teknik yang besar, maka persyaratan tesebut dapat diabaikan. Untuk mempermudah dalam penyusunan spesifikasi,dapat dilakukan dengan meninjau aspek- aspek tertentu, seperti aspek geometris, kinematika, gaya, energi, dan sebagainya. Selanjutnyadari sapek- aspek tersebut dapat diuraikan syarat- syarat yang besangkutan. Daftar aspek- aspek beerta penguraiannya dapat ditinjukkan dalam tabel 2.1. Daftar spesifikasisebaiknya ditulis dalam bentuk kuantitatif apabila memungkinkan. Untuk produk yang membutuhkan perawatan, daftar spesifikasi perlu didokummentasikan, hal ini sangat berguna untuk melakukan perbaikan

22 13 apabila terjadi kerusakan di kemudian hari. Format dan daftar spesifikasi ditujukkan dalam tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Daftar Pengecekan Untuk Pedoman Spesifikasi Judul Utama Contoh- contoh Geometri Panjang, lebar, tinggi, diameter, jarak, jumlah Gaya Arah gaya, besarnya gaya, frekuensi, berat, deformasi, kekuatan, elastisitas, gaya inrsia, resonansi. Energi Output, efisiensi, kerugian energi, gesekan, ventilasi, tekanan, temperatur, pemansan, pendinginan. Materail Aliran dan transportasi material, pengaruh kimia dan fisika pada awal dan ahir produk, material tambahan. Sinyal Input, output, bentuk, display, peralatan control. Keselamatan Sistem proteksi langsung, keselamatn operasional dan lingkungan. Ergonomik Hubungan operator mesin, tipe pengoperasian, penerangan dan pengoperasian bentuk. Produksi Batasan pabrik, kemungkinan dimensi maksimum, produksi yang dipilih. Kontrol kualitas Kemungkinan dilakukan kalibrasi dan standarisasi. Perakitan Aturan kusus, instalasi, pondasi. Perawatan Jagka waktu servis, penggantian dan reparasi, pengecatan, pembersihan. Biaya Biaya maksimum produksi. Jadwal Tanggal penyerahan Kinematik Tipe gerakan, arah gerakan, kecepatan, dan percepatan

23 Perancangan Konsep Perancangan konsep mencakup tahap- tahap yang ditunjukkan pada gambar 2.3 dan akan dibahas pada sub bab berikut ini. Spesifikasi Abstraksi untuk menentukan masalah- masalah yang penting Informasi Menetapkan struktur fungsi dan fungsi keseluruhan sub fungsi Definisi Mencari prinsip solusi untuk memenuhi sub fungsi Kreasi Mengombinasikan prinsip solusi untuk menentukan fungsi keseluruhan Memilih kombiasi yang sesuai Menyatukan menjadi konsep varian Perancangan kombiasi Evaluasi analisa Mengevaluasi konsep varian terhadap kriteria teknis dan ekonomis Keputusan Konsep Gambar 2.3 Tahap- tahap perancangan dengan konsep

24 Abstraksi Tujuan abstraksi adalah untuk mengetahui masalah utama yang dihadapi dalam perancangan. Prinsipnya adalah mengabaikan hal- hal yang bersifat kusus dan memberikan penekanan pada hal- hal yang bersifat umum dan perlu. Dengan demikian daftar spesifikasi yang sudah dibuat analisa dan dihubungkan dengan fungsi yang diinginkan serta kendala- kendala yang ada. Abstarksi dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Mengesampingkan persyaratan- persyaratan yang tidak mempunyai pengaruh besar terhadap produk. 2. Mengubah data kuantitatif menjadi data kualitatif. 3. Generalisasi (pengambilan keputusan umum) atas langkah sebelumnya. 4. Merumuskan masalah utama Pembuatan Struktur Fungsi Struktur Fungsi Keseluruhan (overall function) Apabila masalah utama sudah diketahui, kemudian dibuat struktur fungsi secara keseluruhan. Struktur fungsi ini digambarkan dengan blok diagram yamg menunjukkan hubungan antara input dan output, dimana input dan output tersebut berupa aliran energi, material atau sinyal Sub Fungsi Apabila fungsi keseluruhan cukup rumit, maka cara mengatasinya adalah membagi menjadi beberapa sub fungsi seperti pada gambar 2.4 di bawah ini.

25 16 Energi Energi Material Overall function Material Sinyal Sinyal Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function Gambar 2.4 Pembuatan Sub Fungsi Pembagian ini akan memberikan keuntungan : 1. Memberikan kemungkinan untuk melakukan pencarian solusi lebih lanjut. 2. Memberikan beberapa kemungkinan solusi dengan melihat kombinasi solusi sub fungsi. Pada saat pembuatan struktur fungsi, harus dibedakan antara perancangan murni (original design) dengan perancangan ulang (adaptive design). Pada perancangan murni yang menjadi dasar struktur fungsi adalah spesifikasi dan masalah utama, sedangkan pada perancangan ulang perancangan dimulai dari struktur fungsi yang kemudian dianalisa.

26 17 Analisa ini akan menghasilkan kemungkinan bagi pengembangan variasi solusi sehingga diperoleh solusi baru. Pada langkah ini dilakukan penentuan fungsi- fungsi. Pada mulanya fungsi keseluruhan, kemudian apabila diperlukan dijabarkan menjadi fungsi bagian (sub function). Hasil kerja yang dipeeroleh adalah satu atau beberapa bagian struktur fungsi yang biasanya berupa gambar- gambar atau diagram- diagram sederhana Pencarian dan Kombinasi Prinsip Solusi Dasar- dasar pemecahan masalah diperoleh dengan mencari prinsip solusi pada masing- masing sub fungsi. Dalam tahap ini dicari sebanyak mungkin variasi solusi. Ada beberapa metode yang dapat dipakai, antara lain : a. Metode Konvensional Pencarian dalam literature, text book, jurnal teknik dan brosur yang dikeluarkan oleh perusahaan, menganalisa gejala alam atau perilaku makhluk hidup dengan membuat analogi atau model, dmana model ini diharapkan dapat mewakili kerakteristik produk. b. Metode Intuitif Pencarian solusi untuk masalah yang rumit,bisa juga diperoleh dari intuisi atau suara hati. Solusi ini datang setelah periode pencarian dan pemikiran yang panjang. Solusi ini ada kemungkinan untuk dikembangkan dan diperbaiki. Ada beberapa cara yang dapat

27 18 dilakukan untuk mengembangkan kemampuan intuisi ini, antara lain dengan cara berdiskusi dengan orang lain. c. Metode Kombinasi Metode ini mengkombinasikan kemungkinan solusi yang ada. Metode yang dapat digunakan adalah metode bentuk matrik, dimana sub fungsi dan prinsip solusi dimasukkan dalam kolom dan baris Pemilihan Kombinasi yang Sesuai Bila kombinasi yang ada terlalu banyak, maka waktu untuk memilh kombbinasi terbaik menjadi lama. Agar tidak terlalu lama, maka jumlah kombinasi harus dikurangi, hal itu bila memungkinkan untuk dilakukan. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan mengeliminasi dan memilih yang terbaik. Beberapa kriteri yang perlu diperhatikan adalah : a. Kesesuaian dengan fungsi keseluruhan. b. Terpenuhinya demand yang tercantum dalam daftar spesifikasi. c. Dapat dibuat atau diwujudkan. d. Informasi atau pengetahuan tentang konsep yang bersangkutan memadai. e. Kebaikan dalam hal kinerja dan kemudahan produksi. f. Faktor biaya.

28 19 Apabila kombinasi yang ada masih cukup banyak, maka usaha selanjutnya adalah pemilihan kombinasi terbaik dengan memperhatikan : a. Segi keamanan dan kenyamanan. b. Kemungkinan pengembangan lebih lanjut Pembuatan Varian Konsep Sebuah konsep apabila meungkin harus memenuhi beberapa persyaratan seperti keamanan, kenyamanan, kemudahan produksi, kemudahan perakitan, kemudahan perawatan dan lain sebagainya. Informasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk pembuatan varian konsep yang akan dilakukan. Informasi ini dapat diperoleh dari : 1. Gambar atau sketsa untuk melihat kemungkinan keserasian. 2. Perhitungan kasar berdasarkan asumsi yang dipakai. 3. Pengujian awal berupa pengujian model untuk menentukan sifat utama atau pendekatan kuantitatif untuk pernyataan kualitatif mengenai kinerja dari suatu produk jadi. 4. Kinstruksi model untuk variasi dan analisa. 5. Analogi model dan simulasi yang sering dilakukan dengan bantuan komputer. 6. Penelitian lebih lanjut dari literatur.

29 Evaluasi Evaluasi berarti menentukan nilai, kegunaan atau kekuatan yang diandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal. Dalam keteknikan, salah satu metode yang biasa digunakan adalah metode VDI Secara garis besar langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kriteria (identification of evaluation criteria) yang didasarkan pada spesifikasi yang dibuat. 2. Pemberian bobot kriteria evaluasi (Weighting of evaluation criteria) Langkah ini merupakan kriteria yang dipilih yang mempunyai tingkat pengaruh yang berada pada varian konsep. Sebaiknya evaluasi dititikberatkan pada sifat utama yang diinginkan pada solusi akhir. 3. Menentukan parameter kriteria evaluasi (Compiling parameter) Agar perbandingan setiap varian konsep dapat dilihat dengan jelas, maka dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai oleh varian konsep. 4. Memasukkan nilai parameter (Assesing value), sebaiknya harga yang dimasukkan adalah harga nominal, tetapi apabila hal ini tidak dimungkinkan maka VDI 2221 membeikan harga korelasi dan harga kualitatif tersebut. Contoh dapat ditunjukkan pada tabel 2.2 (Ref ; G. Pahl- W. bits; hal:350). 5. Memperlihatkan ketikdapastian evaluasi (Evaluation uncertainities), yaitu kesalahan evaluasi bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

30 21 a. Kesalahan subyektif, seperti kurangnya informasi. b. Kesalahan perhitungan parameter. Dalam hal ini kerja keras yang dilakukan oleh suatu tim akan memberikan kemungkinan kesalahan yang lebih kecil dibandingkanengan kerja perorangan. 2.3 Perancangan Wujud Tahap perancangan ini meliputi beberapa langkah perancangan, yaitu : 1. Langkah- langkah penguraian ke modul- modul (modul structure). 2. Pembentukan lay-out awal (preliminary lay-out). 3. Pembentukan lay-out jadi (definity lay-out). Perancangan wujud dimulai dari konsep prduk teknik. Kemudian dengan menggunakan kriteria teknik dan ekonomi perancangan dikembangkan dengan menguraikan struktur fungsi ke dalam struktur modul untuk memperoleh elemen- elemen pembangun strutur fungsi yang memungkinkan dapat dimualinya perancangan yang lebih terinci. Hasil tahap ini berupa lay-out, yaitu penggambaran dengan jelas rangkaian dengan bentuk elemen suatu produk dan bahannya, pembuatan prosedur produksi, serta membuat solusi untuk fungsi tambahan. Hasil ini kemudian danalisa untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kekuatan, getaran, kinematika, dinamika, pemilihan material, prose dan sebagainya. Langkah ini dapat menjadi umpan balik pada langkah sintesis untuk pencarian alternatif solusi yang lebih baik. Analisa diikuti evaluasi

31 22 dimana dapat timbul kemungkinan perlu dibuat model atau prototype untuk dapat mengukur kinerja, kualitas, kemungkinan dan beberapa kriteria lain dari hasil perancangan. 2.4 Perancangan Terinci Tahap ini merupakan akhir dari metode perancangan sistematis yang berupa presentasi hasil perancangan dalam bentuk gambar lengkap (susunan dan detail) daftar komponen, spesifikasi material, toleransi, perlakuan panas, dan sebagainya yang secara keseluruhan merupakan dokumen lengkap untuk pembuatan mesin atau sistem teknik lainnya. Pada akhir tahap ini dilakukan evaluasi kembali untuk melihat apakah produk mesin atau sistem teknik tersebut benar- benar sudah memenuhi spesifikasi dan semua gambar dokumen produk lainnya telah selesai dan lengkap.

32 23 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Daftar Kehendak Daftar kehendak merupakan beberapa hal yang dikumpulkan untuk melakukan perancangan suatu alat agar nantinya alat yang dihasilkan benar- benar dapat menjawab permasalahan yang ada. Daftar kehendak ini masih bersifat umum dan susunannya belum teratur. Tahap pertama dalam penyusunan daftar kehendak adalah pengumpulan ide- ide yang masih bersifat umum. Adapun ide- ide dalam perancangan Multi Spindel 4 Collet untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10mm, PCD Diameter 90mm adalah sebagai berikut : 1. Alat ini harus murah, dan dapat berfungsi dengan baik. 2. Dapat menghasilkan putaran yang konstan (1500 rpm). 3. Ukuran multi spindle tidak terlalu besar (maksimal diameter 185mm panjang 250mm). 4. Dapat dibuat di dalam negeri. 5. Biaya pembuatan tidak terlalu mahal. 6. Pengoperasiannya mudah, dapat dilakukan oleh satu orang. 7. Perawatannya mudah. 8. Tidak terlalu berat. 9. Mudah dibongkar pasang dan dipindah- pindahkan jika ada perbaikan. 10. Material dapat diperoleh di dalam negeri. 11. Instalasi mudah dimengerti. 23

33 Pengaturan putaran multi spindel dari kontrol yang ada pada mesin CNC. 13. Alat tidak bising. 14. Mudah dipasang pada mesin CNC. 15. Komponen- komponen standar mudah diperoleh di pasaran. 16. Baut- baut pengikat harus kuat serta positioning pin harus presisi Sliding part harus bagus, sesuai dengan standar ISO. 18. Sistem transmisi menggunakan roda gigi lurus dengan rasio 1: Sistem pencekaman drill menggunakan ER 16 collet system. 20. Pada saat pintu mesin CNC dibuka,multi spindle harus berhenti. 21. Dalam keadaan darurat, alat ini harus dapat dihentikan dengan cepat. 22. Terdapat bunyi alarm apabila ada masalah pada alat ini, misalnya over load. 23. Oli tidak boleh bocor, harus menggunakan seal. Semua data- data yang berkaitan dengan tugas, yaitu tujuan pemecahan masalah, sifat- sifat yang harus dimiliki, didefinisikan secara lengkap dan jelas menjadi daftar kehendak seperti pada tabel 3.1 berikut :

34 Spesifikasi Multi Spindel 4 Collet Untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10mm, PCD Diameter 90mm. Tabel 3.1. Daftar Spesifikasi Multi Spindel 4 Collet untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksium 10 mm, PCD Diameter 90mm D/W PERSYARATAN Geometri D 1. Memiliki dimensi : Diameter 185 mm, panjang 250 mm. D 2. Sliding Part harus sesuaidengan standar ISO. Energi D 1. Sistem transmisi menggunakan roda gigi lurus. D 2. Pengaturan putaran spindle menggunakan control yang ada D pada mesin CNC. Ergonomi D 1. Proses bongkar pasang mudah. D 2. Tidak mengganggu pekerjaan operator. D 3. Dapat dioperasikan oleh satu orang. Keselamatan D 1. Baut pengikat harus kuat. W 2. Pencekaman drill dengan ER 16 collet system.. W 3. Jika pintu mesin CNC dalam kondisi terbuka, spindle utama tidak boleh berputar (standar keamanan mesin CNC). Sinyal D 1. Ada alarm jika terjadi masalah pada Multi Spindel (susuai standar mesin CNC). D 2. Jika keadaan darurat, Multi Spindel dapat dimatikan dengan cepat (ketersediaan emergency stop pada mesin CNC). Perakitan W 1. Perakitan komponen- komponen menggunakan baut.

35 26 W D D D D W D W D W D 2. Pemasangan Multi Spindel pada mesin CNC menggunakan baut serta pin untuk mengantisipasi pergeseran. 3. Untuk merapatkan sambungan menggunakan Seal dan O- Ring. 4. Perakitan harus hati- hati karena alat ini dituntut memiliki kepresisian yang tinggi. Kinematika Arah gerakan berupa rotasi. Produksi 1. Kepresisian machining sesuai dengan toleransi. 2. Mudah dalam pengerjaan. 3. Pin dan Bushing harus sliding fit. 4. Biaya produksi sekecil mungkin. Transportasi 1. Multi Spindel mudah dibawa dan tahan goncangan. 2. Dapat diangkat oleh satu atau dua orang. Kemampuan operasi Dapat membuat 4 lubang diameter maksimum 10mm sekali proses. Keterangan : D : Demand (keharusan), adalah persyaratan yang harus terpenuhi pada setiap kondisi. Dengan kata lain apabila persyaratan itu tidak terpenuhi maka perancangan dianggap gagal. W : Whises adalah persyaratan yang diinginkan apabila memungkinkan.

36 Struktur Fungsi Fungsi Keseluruhan Fungsi ini digambarkan dengan diagram blok yang menunjukkan hubungan antara masukan dan keluara, dimana masukan dan keluaran tersebut berupa aliran energi, material dan sinyal. Energi Sinyal Material Meneruskan putaran dari mesin CNC, menggerakkan 4 buah mata bor untuk membuat lubang diameter 10mm. Energi 1 Sinyal 1 Material 1 Gambar 3.1 Fungsi Keseluruhan Multi Spindel Struktur Fungsi Struktur fungsi didefinisikan sebagai hubungan secara umum antara input dan output suatu sistem teknik yang akan menjalankan suatu tugas tertentu. Tujuan struktur fungsi adalah untuk mendapatkan definisi yang jelas dari subsistem yang telah ada atau terhadap subsistem yang baru dikembangkan, sehingga keduanya dapat diuraikan secara terpisah. Struktur fingsi di sini adalah menguraikan fungsi keseluruhan menjadi subfungsi- subfungsi. Pembuatan subfungsi diaksudkan untuk membagi pelaksanaan kerja system ke dalam bentuk yang lebih kecil agar komponen sistem dapat terlihat dalam satuan kerja yang lengkap. Kombinasi- kombinasi subfungsisubfungsi in akan menghasilkan varian struktur fungsi.

37 Fungsi Komponen Utama Fungsi Multi Spindel 4 Collet ini berfungsi untuk membuat 4 lubang PCD diameter 90mm dengan diameter lubang maksimum10mm. Struktur fungsi berdasarkan unsur utama dalam alat ini dalah sebagi berikut : 1. Lower Housing. 2. Upper Housing. 3. Positioning Bush. 4. Main Spindle Spline Shaft. 5. ER16 Collet Spindle Shaft. 6. Spur Gear. 7. Bearing. 8. Alarm. 1. Fungsi Bagian Ditinjau dari Unsur Lower Housing. Ei Lower Houshing Si Tempat pemasangan Sub Shaft Assy Eo Lower Houshing sebagai tempat pemasangan Sub Shaft Assy. So Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining harus memiliki toleransi jarak antar lubang sebesar 0.01 mm. Hal ini dimaksudkan agar lubang yang dihasilkan oleh Multi Spindel ini sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Material yang digunakan adalah besi tuang karena untuk menguangi pengerjaan.

38 29 2. Fungsi Bagian Ditinjau dari Unsur Upper Housing. Ei Upper Houshing Si Tempat pemasangan Main Shaft Assy Eo Upper Houshing sebagai tempat pemasangan Main Shaft Assy. So Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining bagian ini harus memiliki toleransi jarak antar lubang sebesar 0.01 mm. Hal ini dimaksudkan agar lubang yang dihasilkan oleh Multi Spindel ini sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Material yang digunakan adalah besi tuang, karena untuk mengurangi proses pengerjaan. 3. Fungsi Bagian Ditinjau dari Unsur Positioning Bush. Ei Positioning Bush Si Positioning terhadap mesin CNC Eo Positioning Bush sebagai pengarah pemasangan pada mesin CNC. So Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining Positioning Bush harus memiliki concentricity yang bagus antara lubang bagian dalam dengan lubang baguian luar. Toleransi concentricity kedua lubang tersebut adalah 0.01 mm. Material yang digunakan adalah SKS3 dikeraskan 60±2 Rc.

39 30 4. Fungsi Bagian Ditinjau dari Unsur Main Spindle Spline Shaft. Main Shaft Mi Si Penerus putaran dari mesin CNC ke Sub Shaft Meneruskan putaran dari mesin CNC ke Sub Shaft. Eo So Perlu dicari prinsip solusi bahwa Main Shaft harus memiliki toleransi concentricity sebesar 0.01 mm dan toleransi suaian dengan pasangannya sesuai standar ISO. Material harus memiliki ketahanan terhadap beban puntir, dapat dikeraskan permukaannya. Adapun material yang digunakan adalah VCN Fungsi Bagian Ditinjau dari Unsur ER16 Collet Spindle Shaft. Sub Shaft Mi Si Pemutar mata bor untuk membuat lubang diameter 10 mm Memutar mata bor untuk membuat lubang diameter 10 mm Eo So Perlu dicari prinsip solusi bahwa ER16 Collet Spindle Shaft ini memiliki ukuran yang proporsional, sehingga dapat dipasang collet ER16 dengan diameter maksimum 10 mm. Selain itu juga harus memiliki ketahanan terhadap beban puntir dan dapat dikeraskan permukaannya. Adapun material yang digunakan adalah VCN Fungsi Bagian Ditinjau dari Spur Gear atau Roda Gigi Lurus. Spur Gear Mi Si Penerus putaran dari Main Shaft ke sub Shaft dengan rasio 1:1 Meneruskan putaran dari Main Shaft ke Sub Shaft, rasio 1:1 Eo So

40 31 Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil machining Spur Gear atau Roda Gigi Lurus harus memiliki kepresisian yang bagus agar mudah dirangkai dengan komponen- komponen lainnya. Material Spur Gear yang digunakan adalah VCN 150, karena material ini bisa dikeraskan permukaannya. Selain itu juga karena ketersediaan material yang cukup banyak di gudang. 7. Fungsi Bagian Ditinjau dari Bearing. Ei Bearing Si Landasan/ bantalan dari poros Eo Positioning Bush sebagai pengarah pemasangan pada mesin CNC. So Perlu dicari prinsip solusi bahwa bearing ini harus murah, tipe radial bearing bukan thrust bearing. Menggunakan NTN bearing, karena sudah langganan. 8. Fungsi Bagian Ditinjau dari Alarm. Ei Mi Alarm Tanda bahaya/ over load Eo Mo Peringatan jika over load Perlu dicari prinsip solusi bahwa alarm ini harus mampu memberikan tanda bahaya ataupun tanda jika terjadi over load. Tanda ini bisa berupa suara sirine ataupun lampi yang menyala sehingga dapat dilihat dari jauh.

41 Mencari dan Memilih Prinsip Solusi untuk Setiap Sub Fungsi Utama Setiap sub fungsi dalam strutur fungsi harus dicari prinsip solusinya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang prinsip solusi berdasarkan unsur utama yang telah disebutkan di atas. Berikut ini adalah Tabel 3.2, prinsip solusi yang akan memberikan beberapa alternatif komponen- komponen yang dapat digunakan.

42 33

43 34

44 35

45 36

46 37

47 38

48 39

49 40

50 41

51 42

52 43

53 44

54 45

55 46

56 47

57 4 Tabel Hasil Evaluasi Varian I Varian 1 48

58 49 Tabel 3.4 Tabel Hasil Evaluasi Varian I Varian 1 No. Kriteria Wi Parameter Vi Sub Total (Bobot) (Nilai) (WixVi) 1 Bentuk Komponen sederhana 0.05 Komponen tidak rumit Aman 0.1 Tidak melukai operator Perawatan mudah 0.06 Mudah dibersihkan Komponen mudah dibuat 0.15 Mudah dimachining Mudah dirakit 0.1 Pemasangan cepat Murah 0.1 Biaya pembuatan Tidak banyak memakan tempat 0.06 Ramping Penampilan 0.03 Indah dilihat Rigid 0.15 Kokoh Ketepatan ukuran lubang 0.2 Ketepatan ukuran Jumlah Total Catatan: Untuk Wi Untuk Vi: Range: 0,03 s/d 0,2 Range: 1 s/d 4 : Kurang 0,03 0,2 semakin besar bobotnya Range: 5 s/d 7 : Sedang Range: 8 s/d 10 : Baik Tabel 3.5 Tabel Hasil Evaluasi Varian II Varian 2 No. Kriteria Wi Parameter Vi Sub Total (Bobot) (Nilai) (WixVi) 1 Bentuk Komponen sederhana 0.05 Komponen tidak rumit Aman 0.1 Tidak melukai operator Perawatan mudah 0.06 Mudah dibersihkan Komponen mudah dibuat 0.15 Mudah dimachining Mudah dirakit 0.1 Pemasangan cepat Murah 0.1 Biaya pembuatan Tidak banyak memakan tempat 0.06 Ramping Penampilan 0.03 Indah dilihat Rigid 0.15 Kokoh Ketepatan ukuran lubang 0.2 Ketepatan ukuran Jumlah Total Catatan: Untuk Wi Untuk Vi: Range: 0,03 s/d 0,2 Range: 1 s/d 4 : Kurang 0,03 0,2 semakin besar bobotnya Range: 5 s/d 7 : Sedang Range: 8 s/d 10 : Baik

59 50 Tabel 3.6 Tabel Hasil Evaluasi Varian III Varian 3 No. Kriteria Wi Parameter Vi Sub Total (Bobot) (Nilai) (WixVi) 1 Bentuk Komponen sederhana 0.05 Komponen tidak rumit Aman 0.1 Tidak melukai operator Perawatan mudah 0.06 Mudah dibersihkan Komponen mudah dibuat 0.15 Mudah dimachining Mudah dirakit 0.1 Pemasangan cepat Murah 0.1 Biaya pembuatan Tidak banyak memakan tempat 0.06 Ramping Penampilan 0.03 Indah dilihat Rigid 0.15 Kokoh Ketepatan ukuran lubang 0.2 Ketepatan ukuran Jumlah Total Catatan: Untuk Wi Untuk Vi: Range: 0,03 s/d 0,2 Range: 1 s/d 4 : Kurang 0,03 0,2 semakin besar bobotnya Range: 5 s/d 7 : Sedang Range: 8 s/d 10 : Baik Tabel 3.7 Tabel Hasil Evaluasi Varian IV Varian 4 No. Kriteria Wi Parameter Vi Sub Total (Bobot) (Nilai) (WixVi) 1 Bentuk Komponen sederhana 0.05 Komponen tidak rumit Aman 0.1 Tidak melukai operator Perawatan mudah 0.06 Mudah dibersihkan Komponen mudah dibuat 0.15 Mudah dimachining Mudah dirakit 0.1 Pemasangan cepat Murah 0.1 Biaya pembuatan Tidak banyak memakan tempat 0.06 Ramping Penampilan 0.03 Indah dilihat Rigid 0.15 Kokoh Ketepatan ukuran lubang 0.2 Ketepatan ukuran Jumlah Total Catatan: Untuk Wi Untuk Vi: Range: 0,03 s/d 0,2 Range: 1 s/d 4 : Kurang 0,03 0,2 semakin besar bobotnya Range: 5 s/d 7 : Sedang Range: 8 s/d 10 : Baik

60 Memilih Variasi Kombinasi yang Terbaik Karena jumlah kombinasi ada 4 macam, maka harus dilakukan seleksi. Sehingga gambar- gambar perancangan akhir yang dibuat nanti benar- benar mendekati tuntutan desain. Pengkajian variasi- variasi kombinasi untuk mendapatkan kombinasi terbaik disajikan dalam tabel 3.3. Dari tabel pemilihan variasi struktur fungsi, dapat dikembangkan menjadi beberapa alternatif jalur variasi prinsip solusi yang dapat dilihat pada tabel 3.4, 3.5, 3.6, 3.7. Kemudian jalur variasi prinsip solusi tersebut diberi penilaian sebagai mana diperlihatkan pada tabel 3.8, 3.9, 3.10, Dari hasil analisa dan penilaian- penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa pada alternatif 2 (varian 2) mempunyai nilai yang tertinggi. Sehingga alternatif 2 merupakan pilihan yang terbaik di antara alternatif yang lain. Sehingga pada perancangan Multi Spindel 4 Collet Untuk Pembuatan Lubang Diameter Maksimum 10mm, PCD Diameter 90mm dengan Metode VDI 2221 ini dipilih rancangan alternatif 2.

61 52 BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN RANCANGAN A. Perhitungan 1. Cara Perhitungan Komponen Rancangan Pada perancangan Multi Spindel Drill ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan. Namun pada bab ini hanya akan melakukan perhitungan- perhitungan mendasar pada roda gigi, poros (shaft),dan bearing. 1.1 Perhitungan Roda Gigi Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh ukuran- ukuran roda gigi yang akan digunakan, baik pinion maupun gear. Adapun langkah- langkah perhitungan roda gigi tersebut adalah sebagi berikut ; Menentukan data-data yang diperlukan dalam perhitungan roda gigi. Data- data ini bisa diperoleh dari survey lapangan atau dapat juga dari asumsi- asumsi berdasarkan pengalaman kerja. Adapun data- data yang diperlukan dalam perhitungan roda gigi ini adalah : a. Daya Mesin (kw). b. Putaran Spindel (rpm). c. Perbandingan putaran. d. Sudut Tekan (º). e. Allowable Static Stress material yang digunakan (N/m 2 ). f. Jarak Poros (m) g. Modul (m) 52

62 Menentukan tangential tooth load, W T Dengan, T W T = (N) (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) r H T = 9550 (Nm) (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) n W T H T r n = Permissible tangential tooth load (kg) = Daya (kw) = Torsi (Nm) = Pitch radius of gear (m) = Putaran spindel (rpm) Menentukan pitch circle diameter gear dan pinion D P D L = + G (Ref. Khurmi, hal. 1016) 2 2 Dengan : L D P D G = Jarak antar poros (m) = PCD pinion (m) = PCD gear (m) Menentukan pitch line velocity, v DG n v = π.. m/sec

63 Menentukan velocity factor, C V C v Tabel 4A.1 Nilai Velocity Factor (Ref. Khurmi hal. 1002) C V Description 3 For ordinary cut gears cut gears C v = 3 + v operating at velocites upto 12.5 m/sec. 4, 5 For carefully cut gears operating at C v = 4, 5 + v velocities upto 12.5 m/sec. 6 For very accurately cut and ground C v = 6 + v metallic gears operating at velocities upto 20 m/sec. 0, 75 For precission gears cut with high C v = 0, 75 + v accuracy and operating at velocities 0,75 = + 0,25 1+ v upto 20 m/sec. For non-metallic gears Menentukan Jumlah Gigi, Z D Z = (Ref. Khurmi, hal. 988) m Dengan ; D = Pitch circle diameter (m) m = Modul (m)

64 Menentukan Lewis Factor, y Tabel 4A.2 Nilai Lewis Factor (Ref. Khurmi hal. 1001) y y y y 0,684 = 0,124 Z 0,912 = 0,154 Z 0,841 = 0,175 Z Description 1 For 14 composite and full depth 2 involute system For 20º full depth involute system For 20º stub system Menentukan tebal gigi dengan menggunakan Lewis Equation W ( f. C ) b. π. m y = (N) (Ref. Khurmi, hal. 1008) T O v. Dengan, f O = Allowable static stress (N/m 2 ) b = Tebal gigi (m) m = modul (m) y = Lewis factor

65 56 Untuk dimensi roda gigi lebih rinci, maka harga m yang telah ditentukan di atas dimasukkan ke dalam persamaan- persamaan sesuai dengan jenis roda gigi tersebut. Berkut ini adalah tabel tentang rumus- rumus roda gigi standar. Tabel 4A.3 Standar roda gigi berdasarkan modul m (Ref. Khurmi hal. 994) No Particulars 14 2 composits 1 or full depth involute system 20 full depth involute system 20 stub nvolute system 1 Addendum 1m 1m 0,8m 2 Dedendum 1,25m 1,25m 1m 3 Working depth 2m 2m 1,6m 4 Minimum total depth 2,25m 2,25m 1,8m 5 Tooth thickness 1,5708m 1,5708m 1,5708m 6 Minimum clearance 0,25m 0,25m 0,2m 7 Fillet radius at foot 0,4m 0,4m 0,4m

66 Perhitungan Poros (Gear Shaft) Pada perhitungan poros ini, diasumsikan beban yang terjadi adalah beban puntir, karena pada peralatan ini yang dominan adalah beban puntir. Sedangkan beban tekan memang ada, namun hal ini kecil untuk diameter drill di bawah diameter 10mm. Dalam rancangan ini diameter poros mengacu pada diameter poros dengan perhitungan beban maksimum. Adapun langkah- langkah dalam perancangan poros adalah sebagai berikut: Menentukan torsi H T = 9550 (Nm) (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) n Dimana, H = Daya yang ditransmisikan (kw) N = Putaran mesin (rpm) Menentukan besarnya tegangan geser yang diizinkan, τ a σ b τ a =. (N/m 2 ) (Ref. Sularso hal. 8) S f 1 S f 2 Dimana, σ b = Kekuatan tarik material yang digunakan S f1 = Faktor keamanan, 5.6 untuk bahan SF dan 6 untuk bahan S-C

67 58 S f2 = Faktor koreksi akibat dari beberapa pengaruh yang ada, misalnya konsentrasi tegangan, kekasaran permukaan. Besarnya factor koreksi adalah antara 1,3 sampei 3, Menghitung besarnya diameter poros, d d 5.1 =. K t. Cb. T τ a 1/ 3 m (Ref. Sularso hal. 8) Dimana, K t = 1 jika beban yang dikenakan secara halus, 1-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, 1,5-3 jika terjadi tumbukan yang besar. C b = Jika terjadi beban lentur, maka nilainya adalah 1,2-2,3. Namun jika tidak terjadi beban lentur, maka nilainya adalah 1.

68 Perhitungan Bearing Menentukan torsi yang ditransmisikan, T H T = (Nm) (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) n Dimana, T = Torsi (Nm) H = Daya (kw) n = Putaran spindle (rpm) Menentukan gaya yang ditransmisikan, W R Gaya yang ditransmisikan ini merupakan gaya tangensial dari roda gigi atau gear sehingga W R sama dengan W T T W T = (N) (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) r Dimana, W T = Gaya tangensial (N) r = Pitch radius gear (m)

69 Menentukan static equivalent load, W S S ( X R. WR + YT WT ) K S W =. (N) (Ref. Khurmi, hal. 966) Dimana, X R = Radial factor Y T = Thrust factor W R = Radial load (N) W T = Thrust load (N) K S = Service factor Untuk nlai service factor dapat dilihat pada tabel 4A.3 di bawah ini. Tabel 4A.4 Nilai Service Factor (Ref. Khurmi hal. 966) K S Descrption 1 Uniform and steady load 1.5 Light shock load 2 Moderat shock load 2.5 Heavy shock load

70 Menentukan dynamic equivalent load, W D D ( X R. V. WR + YT WT ) K S W =. N (Ref. Khurmi, hal. 969) Dimana. V = Rotation factor Untuk nlai rotation factor dapat dilihat pada tabel 4A.4 di bawah ini. Tabel 4A.4 Nilai Rotation Factor (Ref. Khurmi hal. 970) Description For all types of bearings when the inner race is rotating For self aligning bearings when the inner race is stationary For all types of bearing except self aligning, when inner race is stationary V Menentukan dimensi bearing yang digunakan. Dalam menentukan dimensi bearing yang akan digunakan, maka kita harus mengacu pada tabel bearing yang telah tersedia di pasaran. Kemudian kita sesuaikan dengan diameter poros serta beban yang telah dihitung dengan persamaan- persamaan di atas. Hal ini bisa bersifat subyektif, yaitu sesuai dengan kehendak perancang yang didasarkan pada tuntutan desain.

71 62 2. Proses Perhitungan Komponen Rancangan 2.1 Proses penghitungan roda gigi Data- data yang diperoleh dari lapangan serta data- data yang diasumsikan a. Daya Mesin, H : 7.35 kw b. Putaran Spindel, n : 1500 rpm c. Perbandingan putaran : 1:1 d. Sudut Tekan, φ : 20º full depth involute system e. Tensile strength material : 12x10 6 N/m 2 (VCN 150) f. Jarak Poros, L : m g. Modul : m Menentukan tangential tooth load, W T Dengan, Maka, H T = 9550 Nm n 7,35 T = Nm 1500 = 46,8 Nm T W T = N r

72 63 Untuk mendapatkan nilai r (pitch radius of gear), maka terlebih dahulu melakukan perhitungan pitch diameter of gear (D G atau D p ) D P D L = + G 2 2 Karena velocity ratio adalah 1:1, maka D P sama dengan D G, sehingga DP = L = 0, 045m Sehingga, W T = = 1040 N Menentukan pitch line velocity, v DG n v = π.. m/sec v = π.. m/sec = 3,5 m/sec Menentukan velocity factor, C V Karena merupakan roda gigi presisi serta nilai v kuang dari 20 m/sec, maka 0, 75 C v = 0, 75 + v

73 64 C v 0,75 = 0, = 0, Menentukan lewis factor, y Karena pressure angle of gear, φ adalah 20º full depth involute system, maka persamaan yang digunakan adalah; y 0,912 = 0,154 Z DG Z = m 45 Z = 2 = 22,5 23 Sehingga, 0,912 y = 0, = 0, Menentukan tebal gigi dengan menggunakan Lewis Equation W ( f. C ) b. π. m y T = O v.

74 65 fu f o = N/m 2 (Ref. Khurmi, hal. 1003) x10 f o = N/m 2 3 = 4x10 6 N/m 2 Dengan, fu = Tensile strength of material 1040 = 6 ( 4x10.0,177 ) b. π.2.0, 114 b = 0,0205m 0, 021m Untuk dimensi roda gigi secara rinci yang didasarkan pada modul m, maka besarnya nilai- nilai m dapat dimasukkan ke dalam persamaan yang ada pada tabel 4A.3 Standar roda gigi berdasarkan modul m (Ref. Khurmi hal. 994). Dari tabel tersebut diperoleh harga addendum 2x10-3 m, dedendum 2,5x10-3 m, working depth 4x10-3 m, minimum total depth 4,5x10-3 m, tooth thickness 3,1416x10-3 m, minimum clearance 5x10-4 m, fillet radius at root 8x10-4 m. Untuk dimensi roda gigi secara rinci dapat dilihat pada gambar roda gigi yang terdapat pada halaman lampiran.

75 Proses perhitungan poros Menentukan torsi H T = 9550 Nm (Ref. NTN bearing catalog, hal. A-70) n 7.35 T = Nm 1500 = 46.8 Nm Menentukan besarnya tegangan geser yang diizinkan σ b τ a =. N/m 2 S f 1 S f 2 Karena material yang dgunakan adalah Bohler VCN 150 (SNCM 1 untuk JIS), maka dari tabel material diperoleh nilai τ a sebesar 8,34x10 8 N/m 2. Sedangkan nialai S f1 adalah 5,6 karena material di atas termasik dalam bahan SF. Adapun nilai S f2 diambil 2. Sehingga, 6 τ = 8,34x10 a 5,6.2 N/m2 = 0, N/m 2

76 Menghitung diameter poros, d d 5.1 =. K t. Cb. T τ a 1/ 3 m (Ref. Sularso hal. 8) Nilai K t diambil 1,5 karena pada poros tersebut terjadi tumbukan ringan, adapun nilai C b diambil 1 karena diasumsikan tidak terjadi beban lentur. Sehingga, 1/ 3 5,1.1,5.1.46,8 d = 8 0,74.10 m = 0,017 m Diameter 0,017 mm merupakan diameter minimum poros dimana bearing akan dipasang. Pada kenyataannya nanti, poros ini akan dibuat bertingkat sesuai dengan tuntutan- tuntutan desain serta penyesuaian terhadap kondisi di lapangan.

77 Proses perhitungan bearing Data- data yang sudah ada adalah a. Radial load, W R : 1040 N b. Thrust load, W T : 1000 N (data dari mesin) Menentukan static equivalent load, W S S ( X R. WR + YT WT ) K S W =. N Nilai K S adalah 1,5 karena terdapat beban kejut ringan pada saat pertama kali drill menyentuh benda kerja. Berdasarkan tabel terlampir, nilai X R adalah 0.6 dan Y T adalah 0.5 (single row bearing). Sehingga, ( 0, ,5.1000).1, 5 W = N S = 1686 N Menentukan dynamic load, W D D ( X R. V. WR + YT WT ) K S W =.

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Perancangan Sistematis Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik yang menggunakan analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Metode Perancangan VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 aftar Periksa. aftar periksa merupakan daftar dari parameter-parameter yang ada dalam sebuah perancangan. Pada tahapan pertama proses perancangan ini akan dikumpulkan ide-ide

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya.

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Lembar Pernyataan JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Mohammad Mustakim NIM : 0130311 114 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DAN PERHITUNGAN KOMPONEN RANCANGAN

BAB III KONSEP DAN PERHITUNGAN KOMPONEN RANCANGAN BAB III KONSEP AN PERHITUNGAN KOMPONEN RANCANGAN 3.1 Konsep Perancangan Perancangan traker bearing ini merupakan upaya pengembangan teknologi desain alat, yang bertujuan untuk mempermudah prosess kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. METODE PERANCANGAN VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Teknik Para praktisi keteknikan professional secara luas perhatian dengan perancangan, mereka menyebut bahwa perancangan adalah merupakan esensi dari teknik, perancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN 2.1. Metode Perancangan. Pada sebuah perancangan sebuah alat/mesin/system akan didapatkan sebuah metode perancangan, dimana metode ini dinamakan metode perancangan teknik.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMECAH TEMPURUNG KEMIRI DENGAN METODE VDI 2221

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMECAH TEMPURUNG KEMIRI DENGAN METODE VDI 2221 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMECAH TEMPURUNG KEMIRI DENGAN METODE VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : NAMA : HARNI PURWANINGSIH

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNIK Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) TEKNIK MESIN Disusun oleh: Nama : Dhona Iwan Aryanto

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Perancangan Perancangan adalah kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang keberadaannya diperlukan oleh masyarakat untuk meringankan hidupnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Proses Perancangan Produk Mulai Perencanaan dan Penjelasan Produk Analisis Kebutuhan Pasar Pertimbangan Perancangan Perancangan konsep produk Menentukan konsep produk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh Nopember Surabaya 2012

JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh Nopember Surabaya 2012 SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR - TM 091476 Oleh: NOVREZA ADITYA TAUFAN 2105 100 030 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Tentang Alat/Mesin Pengerol Pipa Alat/mesin pengerol pipa merupakan salah satu alat/mesin tepat guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK 3.1 Perancangan dan Tahap-tahap Perancangan Perancangan adalah tahap terpenting dari seluruh proses pembuat alat. Tahap pertama

Lebih terperinci

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana. Teori Dasar Rodagigi Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGADUK TINTA KARTON BERBAHAN POKOK AIR DENGAN KECEPATAN RENDAH

PERANCANGAN MESIN PENGADUK TINTA KARTON BERBAHAN POKOK AIR DENGAN KECEPATAN RENDAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGADUK TINTA KARTON BERBAHAN POKOK AIR DENGAN KECEPATAN RENDAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang dilakukan adalah studi literature, survey, perancangan dan eksperimen dengan dengan penjabaran berikut : 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER 3.1 Diagram Alir Dalam proses perancangan tribometer, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Diagram alir (flow chart diagram) perancangan ditunjukkan seperti

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan mesin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

Roda Gigi Rack dan Pinion

Roda Gigi Rack dan Pinion Roda Gigi Rack dan Pinion Roda gigi rack merupakan roda gigi dengan gigi-gigi yang dipotong lurus. Sedangkan roda gigi penggeraknya dinamakan pinion. Roda gigi ini bertujuan untuk merubah gerak puitar

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Mulai Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-DasarPemilihanBahan Didalammerencanakansuatualatperlusekalimemperhitungkandanmemilihbahan -bahan yang akandigunakan, apakahbahantersebutsudahsesuaidengankebutuhanbaikitusecaradimensiukuranata

Lebih terperinci

Toleransi& Implementasinya

Toleransi& Implementasinya Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut

Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut Zeno (1) dan Irfan Syarif Arief, ST.MT (2) (1) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ITS, (2),(3) Staff Pengajar Teknik Sistem Perkapalan ITS, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR Dwi Cahyo Prabowo 22410181 Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP

PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP Fredy Mananoma, Agung Sutrisno, Stenly Tangkuman Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi Jl. Kampus Unsrat, Bahu, Manado ABSTRAK Tujuan penulisan ini

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

Redesain Gearbox Rotary Parkir Menggunakan Software Berbasis Elemen Hingga

Redesain Gearbox Rotary Parkir Menggunakan Software Berbasis Elemen Hingga JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (217), 2337-352 (231-928X Print) A756 Redesain Gearbox Rotary Parkir Menggunakan Software Berbasis Elemen Hingga Aang Ferianto dan Alief Wikarta Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami penggantian yang disebabkan oleh keausan atau masa pakai yang sudah tercapai, dalam prakteknya alat

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam perancangan alat pembuka ball bearing dengan memanfaatkan hidrolik jack (dongkrak hidrolik) ini diuraikan teori-teori dasar yang diperlukan dalam membantu proses perhitungan

Lebih terperinci

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng

Bidang Studi Desain. Rian Kurniawan. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng Bidang Studi Desain Rian Kurniawan 2108100034 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST.Meng RANCANG BANGUN MODEL TM Regenerative UNTUK KENDARAAN RODA EMPAT Latar Belakang Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA Disusun oleh Yonathan A. Kapugu (2106100019) Dosen pembimbing Prof. Ir. IN Sutantra, M.Sc.,

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng RANCANG BANGUN MULTIPURPOSE DRIVETRAIN UNTUK MENINGKATKAN UTILITAS ATAU KEMANFAATAN KENDARAAN MULTI GUNA PEDESAAN DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan

BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan 10 BAB II DASAR TEORI 2.1 Desain Produk Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk atau form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar sesuai

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan beberapa penelitian dan fabrikasi tentang mesin pencacah plastik baik skala besar maupun menengah telah-telah banyak diuraikan oleh

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci