BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan"

Transkripsi

1 10 BAB II DASAR TEORI 2.1 Desain Produk Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk atau form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar sesuai dengan pemakainya dan sesuai dengan kemampuan proses produksi pada industri yang memproduksinya. Tujuan dasar dari segala upaya yang dilakukan oleh seorang desainer produk dalam kerjanya adalah untuk membuat hidup nyaman, menyenangkan dan efesien dengan mempelajari manusia pada saat melakukan aktivitas dalam bekerja, dirumah ataupun ditempat lain. Dengan mempelajari bagian-bagian produk yang langsung berinteraksi dengan manusia sebagai pemakainya tersebut, diharapkan selain dapat dihasilkan produk-produk yang aman terhadap penggunanya juga aman terhadap penggunanya juga aman terhadap lingkungan. Pada akhirnya dari sentuhan desainer produk lahirlah sebuah produk yang membuat masyarakat ingin membelinya. Seorang desainer produk diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan karakteristik kreatif, mempunyai kemampuan mengolah bentuk, mampu bekerjasama secara multidisiplin, serta mampu mempresentasikan ide secara sistemetis, dan jelas. 10

2 11 Desainer produk mengembangkan dan menjelajahi ruang lingkup alternatif yang lebar melalui gambar dan model, kemudian menyempitkan desainnya secara terarah dengan melakukan seleksi alternatif melalui test tolak ukur kebutuhan pengguna dan kemudian manufaktur. Inilah "desain produk industri" atau "industrial design" muncul pertama pada awal Abad 20 sebagai pendeskripsian dari pos pendahuluan secara kreatif terhadap barang-barang yang diproduksi secara massal, desainer produk perlu menyelenggarakan tes daya guna produk untuk meyakinkan bahwa sebuah produk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan penggunanya, dan seringkali mereka mengatur ulang komponen-komponen atau bagian-bagiannya untuk membuat produk produk lebih efesien untuk diproduksi mudah dirakit, mudah diperbaiki, dan didaur ulang. Seorang desainer produk haruslah memiliki dan harus mempunyai : Keahlian memecahkan masalah secara kreatif Kemampuan menuangkan konsep dengan sketsa cepat Kemampuan untuk berkomunikasi secra verbal dan tulisan dengan baik. Kemampuan komputer. Untuk meningkatkan daya saing, kualitas dan produktifitas, diperlukan adanya suatu aktifitas riset dan pengembangan produk-produk baru. Maka dari itu dalam upaya memenuhi tugas tersebut tentu saja diperlukan suatu pola berfikir (bertindak) sistematik, kreatif yang diformulasikan dalam metode bekerja. Penggunaan metode demikian akan membantu sarjana teknik mesin dalam berinteraksi dengan kalangan disiplin ilmu lainnya, secara bersama-sama memecahkan masalahmasalah yang ada dilingkungannya.

3 12 Hal ini mendorong persatuan Insinyur Jerman (Vereign Deutcher Ingenieure/ VDI) membuat suatu metode perancangan produk yang dikenal dengan metode VDI Metode tersebut adalah Pendekatan sistematik terhadap desain untuk system teknik dan produk teknik (Systematic Approach the design of technical system and product) yang dijabarkan oleh G. Phal dan W. Beitz. 2.2 Metode VDI 2221 Ditinjau dari tipenya, desain produk dibagi menjadi beberapa kategori : a. Selection Design (Desain seleksi) Di dalam perancangan ini dipilih satu item (atau lebih) dari sebuah list suatu item sejenis. Hal ini biasa dilakukan ketika kita memiliki katalog suatu barang. Untuk memulai desain tipe ini kita harus benar-benar mngetahui fungsi dan karakteritik dari suatu item dan kebutuhan dari alat yang didesain. Sebagai contoh dalam perancangan mesin pemotong pelat bentuk melingkar. Roda gigi kerucut diameter pitch-nya 230 mm dengan sudut kontak 20 o. Roda gigi kerucut ini penulis gunakan sebagai penerus daya dan putaran dari motor penggerak, bila terjadi tidak kesesuaian maka di butuhkan reducer sebagai pembagi putaran, oleh karena itu kita harus memilih secara tepat roda gigi kerucut sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya. b. Configuration Design (Desain konfigurasi) Tipe desain ini untuk menentukan sebuah besaran kuantitatif satu bagian yang lebih utuh berdasarkan fungsi dan karakteristiknya. Sebagai contoh mesin pemotong pelat yang penulis rancang terdiri atas rangka roda gigi kerucut, rangka pencekam benda kerja,

4 13 cutter pemotong, ini harus dirakit menjadi satu bagian yang berfungsi secara utuh. Dalam perakitan ini yang diperlukan adalah metode perakitan yang kita sebut dengan desain konfigurasi. c. Parametric Design (Desain parametris ) Tipe desain ini untuk menentukan sebuah besaran kuantitatif yang menjadi parameter terbentuknya sebuah produk. d. Original Design ( Desain asli) Setiap proses design yang dikerjakan dan sebelumnya belum pernah dibuat akan dinamakan dengan desain asli. berbeda dengan tipe desain sebelumnya (seleksi, konfigurasi dan parametris) maka jenis desain ini benar-benar sesuatu yang unik dan baru, yang kadang-kadang tidak dapat diwakili oleh proses pada tipe lainnya. e. Redesign (Desain ulang) Apa yang dinamakan desain ulang adalah mendesain sesuatu yang telah eksis. Sebagian besar proses yang terjadi di Industri adalah proses desain langsung dari prototipe yang telah dibuat sebelumnya, tapi dalam perkembangannya proses ini tidak stagnan dan kadang-kadang suatu industri mengadakan perbaikan-perbaikan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Banyak contoh dari produk-produk redesign, misalnya sepeda, kendaraan bermotor, peralatan elektronik Metode perancangan sistematis Metode perncangan sistematis adalah suatu metode pemecahan masalah teknik dengan menggunakan tahap demi tahap analisis. Analisis adalah penguraian suatu sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen.

5 14 Dan mempelajari karakteristik masing-masing elemn tersebut beserta korelasinya. Sintesis adalah penggabungan elemen-elemen yang sudah diketahui karakterisiknya untuk menciptakan suatu sistem baru. Pada metode perancangan sistematis, suatu tahap merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dan menjadi acuan bagi tahap berikutnya. Dengan tahap-tahap itu informasi yang bersifat kuantitatif diproses menjadi data bersifat kualitatif, dengan kata lain hasil suatu langkah baru selalu lebih nyata dari langkah-langkah sebelumnya. Pada kenyataannya kondisi ini tidak selalu tercapai sehingga sering kali dibutuhkan pengulangan kerja (inherasi) Prosedur pemecahan masalah secara umum dapat ditunjukkan dalam skema pada gambar dibawah ini. Tugas (Problem) Konfrontasi Informasi Definisi Kreasi Evaluasi Jawaban yang kuramg memuaskan Tugas (Problem) Keputusan Gambar 2.1 Prosedur pemecahan masalah secara umum

6 15 Merancang merupakan suatu usaha untuk memenuhi permintaan yang dianggap cara paling sesuai untuk dilakukan, merancang sebagai kegiatan teknik yang meliputi berbagai segi kehidupan manusia. tergantung pada penemuan dan hukum-hukum dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu dalam merancang perlu juga dipelajari adanya keterkaitan yang ada pada sistem benda teknik yang akan dirancang diantaranya : a. Kaitan fungsi (unctional interrelationship) Maksud dari kaitan fungsi ini adalah keterkaitan antara masukan dan keluaran dari suatu sistem untuk melakukan kerja tertentu yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. b. Kaitan Kerja (Physical interrelationship) Maksud dari kaitan kerja ini adalah adanya hubungan dimana kerja yang dilakukan adalah bagian dari proses fisika. Proses fisika ini dapat digambarkan secara kuantitatif yang artinya hukum fisika menetukan banyaknya efek fisika yang terlibat. enomena kimia dan biologi termasuk didalamnya. c. Kaitan bentuk (orm interrelationship) Perwujudan nyata dari bentuk dasar dan bahan menjadi suatu struktur bangunan. Lengkap dengan penataan lokasi serta pemilihan gerak kinematika. d. Kaitan Sistem (System interrelationship) Bentuk teknik hasil rancangan merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem yang lebih menyeluruh, yaitu lingkungan yang ada disekitarnya.

7 16 Langkah-langkah dalam metode perancangan sistem ini dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) tahap utama antara lain penjabaran tugas, perancangan konsep, perancangan wujud dan perancangan terperinci Tujuan VDI 2221 Persaingan yang terjadi dalam membuat system dan produk teknik sangat ditentukan oleh ketepat-gunaan atau efektifitas proses desainnya. Berbagai kebutuhan harus disesuaikan terhadap perusahaan, situasi pasar dan perkembangan teknologi. Ketiga macam kriteria tersebut dapat diatasi oleh suatu metode desain. VDI 2221 bersama dengan prinsip-prinsip desain umum yang berlaku hingga saat ini membentuk suatu pedoman atau metode yang tidak terkait terhadap suatu cabang industri tertentu. Tujuan yang ingin dicapai ialah merumuskan dan mengarahkan berbagai macam metode desain yang berkembang pesat akibat kegiatan riset. Diharapkan seorang pemakai dapat dengan cepat menguasai metode ini tanpa harus mempelajari secara terperinci Langkah-langkah kerja dalam VDI 2221 Secara keseluruhan langkah kerja yang terdapat dalam VDI 2221 terdiri dari 7 (tujuh) tahap, yang dikelompokkan menjadi 4 (empat) fase yaitu : 1. Penjabaran tugas ( Clarification of Task ) Penjabaran tugas ini meliputi informasi mengenai permasalahan dan kendalakendala yang dihadapi, kemudian disusun suatu daftar persyaratan mengenai rancangan yang akan dibuat.

8 17 2. Penentuan konsep rancangan ( Conceptual Design ) Pada penentuan konsep rancangan ini meliputi tiga langkah kerja yaitu : 2.1 Menentukan fungsi dan strukturnya. 2.2 Mencari prinsip solusi dan strukturnya. 2.3 Menguraikan menjadi varian yang dapat direalisasikan. 3. Perancangan wujud ( Embodiment Design ) Pada perancangan wujud ini dimulai dengan menguraikan rancangan ke dalam modul-modul yang diikuti oleh desain awal dan desain jadi. 4. Perancangan rinci ( Detail Desaign ) Perancangan ini merupakan proses perancangan dalam bentuk gambar. Meliputi gambar yang tersusun dan gambar yang detail termasuk dalam gambar komponen, spesifikasi bahan, toleransi dan lain sebagainya. Pada fase ini semua pekerjaan di dokumentasikan sehingga pembuatan produk dapat dilaksanakan oleh operator atau insinyur lain yang ditunjuk. Langkah-langkah kerja yang dikelompokkan dalam 4 (empat) fase diatas digambarkan dalam diagram alir berikut ini :

9 18 Langkah kerja Hasil kerja Tahap Tugas 1 Pertepat dan perjelas tugas I Menentukan fungsi dan strukturnya Mencari prinsip solusi dan Menguraikan menjadi modul yang dapat direalisasikan Daftar Struktur ungsi Prinsip Solusi Struktur Modul II 5 Memberi bentuk pada modul III Rancangan Awal 6 Memberi bentuk pada seluruh modul 7 Merinci pembuatan dan penggunaan Rancangan Keseluruhan Dokumentasi Produk IV Realisasi selanjutnya Gambar 2.2 Skema langkah kerja

10 Penjabaran tugas ( Clarification of Task ) Pada langkah kerja penjabaran tugas ini dilakukan perumusan dan daftar persyaratan yang disesuaikan dengan kehendak konsumen dan perancang, yang diharapkan dipenuhi oleh solusi akhir. Informasi ini akan menjadi acuan penyusunan spesifikasi. Hasil kerja yang diperoleh ialah daftar kehendak atau requirements list. Daftar kehendak merupakan dokumen penting dalam melaksanakan langkah kerja lainnya. Penemuan dapat timbul dalam proses desain sebagai akibat modifikasi atau penambahan daftar kehendak. Setelah spesifikasi diperoleh, lakukan langkah-langkah abstraksi dan formulasi. Tujuan dari abstraksi adalah untuk menentukan bagian mana dari spesifikasi yang merupakan bagian penting dan berlaku umum. Pada saat melakukan langkah-langkah abstraksi dan formulasi, hal penting yang harus dilakukan adalah membedakan sebuah persyaratan, apakah sebagai suatu tuntutan (Demand) atau keinginan (Wishes) Demand (keharusan) adalah persyaratan yang harus terpenuhi pada setiap kondisi atau dengan kata lain apabila persyaratan itu tidak terpenuhi maka perancangan dianggap tidak benar atau gagal. Wishes (keinginan) adalah persyaratan yang diinginkan apabila memungkinkan sebagai contoh suatu persyaratan membutuhkan biaya yang tinggi tanpa memberi pengaruh teknik yang besar. maka persyaratan tersebut dapat dihilangkan atau diabaikan. Abstraksi dan formulasi akan mempermudah menentukan fungsi dan struktur fungsi.

11 20 Secara garis besarnya adalah sebagai berikut : 1. Keinginan (whises) dihilangkan 2. Keharusan-keharusan (demands) yang tidak menentukan fungsi untuk sementara dibuang. 3. Besaran kuantitatif diganti menjadi besaran kualitatif. 4. ormulasikan abstraksi 4 menjadi solusi Penentuan konsep rancangan (Conceptual Design) Adapun yang dibahas dalam perancangan konsep ini adalah : 1. Menentukan fungsi dan strukturnya. Struktur fungsi secara keseluruhan Sub fungsi 2. Mencari prinsip solusi dan strukturnya Metode konvensional Metode intuitif Metode kombinasi 3. Menguraikan menjadi varian yang dapat direalisasikan Pembuatan varian konsep Evaluasi Menentukan fungsi dan strukturnya (Determine function and their structures) Dalam menentukan fungsi dan strukturnya hal-hal yang dibahas meliputi struktur fungsi keseluruhan dan sub fungsi.

12 Struktur fungsi keseluruhan (Overall function) Setelah masalah utama diketahui kemudian dibuat struktur fungsi secara keseluruhan, struktur fungsi ini digambarkan dengan blok diagram yang menunjukkan hubungan input dan output. Input dan output berupa aliran energi, material, atau sinyal Sub fungsi (Sub function) Apabila fungsi keseluruhan cukup rumit maka cara untuk mengantisipasinya adalah membagi beberapa sub fungsi seperti pada gambar 2.3 dibawah ini. Energi Material Signals Overall unction Energi Material Signals Sub unction Gambar 2.3 Pembuatan Subfungsi

13 22 Pembagian ini akan memberikan keuntungan : Memberikan kemungkinan untuk melakukan pencarian solusi lebih lanjut. Memberikan beberapa buah kemungkinan solusi dengan melihat kombinasi solusi sub fungsi. Pada saat pembuatan struktur fungsi, harus dibedakan antara perancangan murni (Original Design) dengan perancangan ulang (Adaptive Design). Pada perancangan murni yang menjadi dasar struktur fungsi adalah spesifikasi dan masalah utama, sedangkan pada perancangan ulang, perancangan dimulai dari struktur fungsi yang kemudian dianalisis. Analisis ini akan memberikan kemungkinan bagi pengembangan variasi solusi baru. Pada langkah ini dilakukan : Menentukan fungsi-fungsi Pada mulanya fungsi keseluruhan, kemudian apaila perlu fungsi sub bagian (Sub-function). ungsi ini kemudian disusun menjadi struktur-struktur fungsi yang merupakan dasar untuk mencari prinsip solusi. Hasil kerja yang diperoleh adalah : Satu atau beberapa struktur fungsi (function structure). Struktur fungsi biasanya berupa gambar-gambar atau diagram-diagram sederhana Mencari prinsip solusi dan strukturnya Dasar-dasar pemecahan masalah diperoleh dengan mencari prinsip-prinsip solusi dari masing-masing sub fungsi. Dalam tahap ini dicari sebanyak mungkin variasi solusi.

14 23 Metode pencarian prinsip pemecahan masalah menurut Pahl-eitz dibagi kedalam 3 kategori yaitu: a. Metode Konvensional Metode ini meliputi pencarian dalam literatur, text book, jurnal-jurnal teknik, dan brosur yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Menganalisa gejala alam atau dibuat suatu model ini dapat mewakili karakteristik dari produk. b. Metode Intuitif Solusi dengan intuisi ini datang setelah periode pencarian dan pemikiran panjang, solusi ini kemudian dikembangkan dan diperbaiki. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan intuitif ini antara lain dengan banyak melakukan diskusi dengan orang lain. c. Metode Kombinasi Metode ini mengkombinasikan kemungkinan solusi yang ada. Metode yang dapat digunakan adalah bentuk matrik dimana sub fungsi dan prinsip solusi dalam kolom dan baris Mengurai menjadi varian yang dapat direalisasi Apabila kombinasi yang ada terlalu banyak, maka untuk memilih kombinasi terbaik menjadi lama. Agar tidak terjadi hal tersebut maka apabila memungkinkan jumlah kombinasi harus dikurangi. Prosedur yang dilakukan adalah dengan mengeliminasi dan memilih yang terbaik. Dibawah ini ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan diantaranya : - Kesesuiaan dengan fungsi keseluruhan

15 24 - Terpenuhinya demand yang tercantum dalam daftar spesifikasi - Dapat diwujudkan atau dibuat - Pengetahuan atau informasi tentang konsep yang bersangkutan memadai - Kebaikan dalam kinerja dan kemudahan produksi - Kemudahan dirakit - Kemudahan perawatan - aktor biaya - Segi keamanan dan kenyamanan - Kemungkinan pengembangan lebih lanjut Pembuatan Varian Konsep Informasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk pembuatan varian konsep yang akan dilakukan Informasi ini dapat diperoleh dari : 1. Gambar atau sketsa untuk melihat kemungkinan keserasian 2. Perhitungan kasar berdasarkan asumsi yang dipakai 3. Pengujian awal berupa pengujian model untuk menemukan sifat utama atau pendekatan kuantitatif untuk persyaratan kualitatif mengenai kinerja dari suatu produk jadi. 4. Konstruksi model untuk visualisasi dan analisis 5. Analogi model dan simulasi yang sering dilakukan dengan bantuan komputer 6. Penelitian lebih lanjut dari literatur

16 Evaluasi Evaluasi berarti menentukan nilai, kegunaan atau kekuatan yang kemudian dibandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal. Secara garis besar, langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kriteria evaluasi (Identification of evaluation criteria) yang didasarkan pada spesifikasi yang dibuat. 2. Pemberian bobot kriteria (Weighting of evaluation criteria) Langkah ini merupakan kriteria yang dipilih yang mempunyai tingkat pengaruh yang berada tingkat varian konsep. Sebaiknya evaluasi dititikberatkan pada sifat utama yang diinginkan pada solusi akhir. 3. Menentukan parameter kriteria evaluasi (Compiling parameter) Agar perbandingan setiap varian konsep dapat dilihat dengan jelas, maka dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai oleh varian konsep. 4. Memasukkan nilai parameter (Assesing value) Sebaiknya harga yang dimasukkan adalah harga nominal. Menentukan nilai keseluruhan varian konsep (Determining overall weighting value/owv). Nilai keseluruhan untuk varian konsep. 5. Memperkirakan ketidakpastian evaluasi (Evaluation uncertainties) Kesalahan evaluasi bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : - Kesalahan subyektif, seperti kurangnya informasi - Kesalahan perhitungan parameter 7. Apabila terdapat nilai OWV yang berdekatan dari 2 (dua) varian konsep, maka akan dilakukan evaluasi titik lemah (Weak spot).

17 26 Dengan menggunakan metode evaluasi diatas, maka diharapkan akan diperoleh solusi yang cukup memuaskan Perancangan Wujud Perancangan wujud dimulai dengan konsep produk teknik, kemudian dengan menggunakan kriteria teknik dan ekonomi, perancangan dikembangkan dengan menguraikan struktur fungsi kedalam struktur modul untuk memperoleh elemen-elemen pembangun struktur fungsi yang memungkinkan dapat dimulainya perancangan yang lebih rinci. Tahap perancangan wujud ini meliputi beberapa langkah perancangan, yaitu menguraikan menjadi modul-modul, memberi bentuk pada modul, memberi bentuk pada seluruh modul. Pada langkah kerja ini dilakukan pengembangan rancangan atau layout dari modul-modul. Ukuran-ukuran geometri dan perincian-perincian lainnya mula-mula dicantumkan pada modul-modul utama, terbatas hanya untuk memperoleh modul yang terbaik. Hasil kerja yang diperoleh adalah : Rancangan awal dari modul-modul (Key modules) Perancangan awal berbentuk : gambar-gambar berskala, diagram sirkuit dan sebagainya.

18 Perancangan Rinci Tahap ini merupakan akhir metode perancangan sistematis yang berupa presentasi hasil. Pada langkah kerja ini, dilakukan pekerjaan-pekerjaan, merinci gambar akhir, termasuk gambar terperinci mengenai tiap-tiap bagian atau elemen dari produk. Merinci setiap data perakitan dan data-data lain yang berhubungan dengan persiapan produksi atau pembuatan dan dievaluasi kembali untuk melihat apakah produk mesin atau sistem teknik tersebut benar-benar sudah memenuhi spesifikasi dan semua gambar-gambar dokumen produk lainnya telah selesai dan lengkap. Prinsip pemotongan pada mesin yang kami rancang ini, bahan atau pelat seolah-olah tidak digunting tetapi dijepit sampai putus. Pada saat memotong, cutter yang satu menggeser sepanjang cutter yang lainnya. Dengan demikian mata-mata cutternya masuk kedalam bahan sehingga terjadi kopel yang akan membalikkan atau memutar bahannnya. Pembalikkan ini harus dicegah karena mengakibatkan cutter-cutternya saling menjauh. Bahkan kemungkinan menyebabkan cutter patah. Bila cutter telah menembus bahan kira-kira sampai sepertiga ketebalannya, tegangan geser dan tegangan bengkok demikian meningkatnya sehingga bahannya P sobek. P : gaya potong U S : kelonggaran potong U S Gambar 2.4 Proses pemotongan

19 28 Setiap perancangan harus memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan kekuatan bahan yang digunakan. Pemilihan dan perencanaan material yang tepat terhadap pengaruh tegangan normal (tarik, bengkok) dan tegangan tangensial akan menjamin: a. Umur pemakaian mesin. b. Keamanan, kemudahan dalam kemudahan dan perawatan. c. Effisien biaya pembuatan alat TEGANGAN Material yang dikenai sebuah gaya luar, maka akan terdapat pula gaya luar dalam yaitu gaya yang menahan gaya luar dari dalam material. Tegangan adalah gaya luar persatuan luas bidang pada material. Dirumuskan: σ = A 2.1) Dimana: σ = Tegangan (N/mm 2 ) = Gaya luar yang bekerja pada bidang (N) A = Luas bidang (mm 2 ) Secara umum tegangan terbagi menjadi dua yaitu, tegangan normal dan tegangan tangensial. 2.1) R. S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 75

20 Tegangan Normal n t Gambar 2.5 Tegangan Normal Keterangan: = gaya (N) n = gaya normal (N) t = gaya tangensial (N) 2.2) Tegangan normal dilambangkan dengan σ (sigma). Ada 2 jenis tegangan normal yaitu tegangan tarik dan tegangan tekan : a Tegangan Tarik Tegangan tarik adalah gaya tarik yang ditahan oleh luasan penampang tarik A Gambar 2.6 Tegangan tarik σ t = A 2.3) Dimana : σ t = Tegangan tekan (N/mm 2 ) = Gaya luar yang bekerja pada bidang (N) A = Luas bidang (mm 2 ) 2.2) J. L. Meriam, Teknik Statika, hal: ) R. S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 76

21 b Tegangan Tekan Tegangan tekan terjadi ketika dua gaya bekerja tegak lurus pada bidang kerja dan satu sumbu dengan arah saling mendekati. A Gambar 2.7 Tegangan tekan σ tk = A 2.4) Dimana : σ tk = Tegangan tekan (N/mm 2 ) = Gaya tekan pada bidang (N) A = Luas bidang (mm 2 ) Tegangan Tangensial Tegangan tangensial adalah tegangan yang disebabkan oleh gaya tangensial persatuan luas. Tegangan tangensial dibedakan menjadi 2 yaitu tegangan geser dan tegangan puntir a Tegangan Geser Tegangan geser ditimbulkan oleh gaya yang menyebabkan geseran persatuan luas. Hal ini terjadi karena benda mendapat gaya melintang dan ditahan oleh suatu luasan. Untuk mengetahui tegangan geser yang mampu ditahan oleh suatu material, dimana material tersebut diketahui kekuatan tariknya dapat dicari dengan persamaan : 2.4) R. S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 76

22 31 A Gambar 2.8 Tegangan geser τ a = ( ) σ a Dimana : τ a = Tegangan geser yang diijinkan (N/mm 2 ) σ a = Tegangan tarik yang diijinkan (N/mm 2 ) τ g = 2.5) A Dimana: τ g = Tegangan geser (N/mm 2 ) = Gaya (N) A = Luas penampang (mm 2 ) b Tegangan Puntir M p M p Gambar. 2.9 Tegangan Puntir Dalam mencari tegangan puntir dapat dicari dengan persamaan: τ p : M p 2.6) W p 2.5) R. S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: 75

23 32 Dimana: τ p = Tegangan puntir (N/mm 2 ) M p = Momen puntir (N.mm) W p = Momen tahanan puntir (mm 3 ) MOMEN Momen MA dari suatu gaya terhadap titik A, adalah hasil kali gaya dengan jarak L tegak lurus terhadap garis aksi dari titik A. A MA =.L 2.7) Dimana : MA = Momen di titik A (N.m) Gambar 2.10 Momen L = Gaya (N) = Jarak gaya terhadap titik A (m) AKTOR KEAMANAN pembebanan. aktor keamanan diberikan untuk menjaga agar rancangan aman terhadap aktor keamanan = Tegangan maksimum Tegangan kerja 2.8) 2.7) H. Ryder, Strenght Of Material, hal: ) R. S. Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 87

24 33 Angka faktor keamanan diambil berdasarkan bahan, cara pembuatan, jenis tegangan, perlakuan kondisi secara umum dan bentuk komponen POROS Bila suatu poros mengalami beban kombinasi, yaitu beban puntir dan beban lentur, maka pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser karena momen puntir (T), tegangan (σ), dan momen lentur (M L ). Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai teori tegangan geser maksimum. Dengan mengingat macam bahan, sifat bahan dan lain-lain, maka Tegangan geser maksimum pada poros dirumuskan (τ maks ) yaitu : (τ maks ) = (5,1/d s 3 ) 2 ( K m. M ) + ( K t. T ) 2 diijinkan. Besar τ maks yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang Dari persamaan diatas dapat ditentukan diameter poros. d = 5,1 τa ( K m. M ) 2 + ( K. T ) t Dimana: d = Diameter poros (mm). τ a = Tegangan geser yang diijinkan dari bahan (N/mm 2 ). K m = aktor koreksi untuk lentur. K t = aktor koreksi untuk puntir. M = Momen lentur (Nmm) T = Momen puntir (Nmm)

25 PASAK b l t t Gambar 2.11 Pasak Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagianbagian mesin seperti roda gigi, sproket puli, kopling dan lain-lain pada poros. Pasak harus mampu menahan tegangan geser dan tekanan permukaan yang terjadi pada poros. Proses perancangan pasak adalah sebagai berikut : Gaya Tangensial Yang Terjadi Pada Permukaan Poros = T 2.9) d / 2 Dimana: = Gaya tangensial (N) d = Diameter poros S fk = aktor keamanan S fk2 = 1.1,5 (beban perlahan-lahan) 1,5...3 (beban tumbukan ringan) (beban tumbukan berat) 2.9) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta, PT Pradnya paramita hal: 25

26 Hubungan tegangan geser pasak yang diijinkan dengan panjang pasak τ a b. l 2. 10) Dimana: τ a = Tegangan geser pasak (N/mm 2 ) l = Panjang pasak (mm). b = Lebar pasak (mm) Perhitungan panjang pasak dari tekanan permukaan yang diijinkan P a l. t 2.11) Dimana: = Gaya keliling (N) l = Panjang pasak (mm) t = Kedalaman alur pasak (mm) P a = Tekanan permukaan yang diijinkan (N/mm 2 ) 8 N/mm 2 untuk poros dengan diameter kecil 10 N/mm 2 untuk poros dengan diameter besar 4-5 N/mm 2 untuk poros putaran tinggi Lebar pasak sebaiknya antara 25% - 35% dari diameter poros dan panjang pasak dibanding dengan diameter poros antara ,5 d s 2.12) 2.10) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta, PT Pradnya paramita, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 27

27 BANTALAN Bantalan merupakan elemen yang berfungsi menumpu poros yang dikenai beban sehingga putaran poros tersebut dapat berlangsung secara halus, aman dan memperlambat kerusakan poros. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, ada dua macam bantalan yaitu : Bantalan Luncur Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding bagian yang berputar, poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Pemilihan 1/d (perbandingan antara panjang dan diameternya) : Harga 1/d terletak diantara 0,4-4,0 atau lebih baik antara 0,2 2,0 Mencari 1/d: l d = 1. σ l 1,9. P a 2.13) Dimana: σ l = Tegangan lentur yang diijinkan (N/mm 2 ) P a = Tekanan maksimum yang diijinkan (N/mm 2 ) Tekanan Bantalan : W P = l. d 2.14) 2.13) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta, PT Pradnya paramita, hal: ) Ibid, ha l: 109

28 37 Dimana: P = Tekanan (N/mm 2 ) W B = Gaya Tekan bantalan (N) l = Panjang bantalan(mm) d = Diameter bantalan (mm) Bantalan gelinding Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru) atau rol Beban ekivalen dinamis pada bantalan Beban ekivalen dinamis adalah suatu beban yang besarnya sedemikian rupa sehingga memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenaranya. Untuk Bantalan Aksial : W = X.r + Y. a 2.15) Dimana: r = Beban radial (N) a = Beban aksial (N) W = Beban ekivalen dinamis (N) aktor Beban Jika terdapat getaran atau tumbukan, perhitungan beban harus dikalikan dengan faktor beban, f w 2.15) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, jakarta, PT Pradnya paramita, hal: 135

29 38 a. Untuk putaran halus tanpa tumbukan, f w = 1-1,1 b. Untuk kerja biasa, f w = 1,1-1,3 c. Untuk kerja dengan tumbukan, f w = 1,2-1,5 d. Jika beban maksimum dapat ditetapkan maka f w dapat diambil sama dengan ) Perhitungan Umur Bantalan 33,3 aktor kecepatan, f n = n ) Dimana: f n = aktor kecepatan n = Putaran (rpm) aktor umur adalah: fn = f n C P 2.18) Umur nominal Untuk bantalan bola, L h = 500 f h ) Dimana: fn = aktor umur C = Beban nominal dinamis spesifik (N) W b = Beban ekivalen (N) 2.16) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, jakarta, PT Pradnya paramita, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 136

30 PEGAS W D d Gambar2.12 Pegas Pegas adalah bagian elastis yang berfungsi untuk melembutkan tumbukan, tarikan ketika dibebani dan dapat kembali keposisi semula ketika beban dihilangkan. Dalam perencanaan pegas, harus diketahui terlebih dahulu besarnya beban pegas yang bekerja. Kekuatan pegas ditentukan oleh besarnya tegangan geser atau tegangan lentur. T 1 π = WD =. τ g. d ) 8 WD τ g = 3 π. d 2.21) Dimana : τ g = Tegangan geser (N/mm 2 ) W = Beban aksial pegas (N) D = Diameter lilitan rata-rata pegas (mm) d = Diameter kawat (mm) τ = g K.8WD 3 π. d 2.22) 2.20) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 761

31 40 τ = g K.8WC π. d ) K = 4C C 4 C 2 24) Dimana : K = aktor Tegangan Wahl C = Indeks pegas (D/d) Besarnya Defleksi yang terjadi: δ = 3 8WC n d. G 2 25) Dimana : δ = Defleksi pegas (mm) G = Modulus geser (N/mm 2 ) n = Jumlah lilitan pegas Konstanta Pegas: G. d = 8C n k ) GAYA, DAYA, DAN KECEPATAN n d Gambar 2.13 Pembebanan Mengakibatkan Tegangan Puntir 2.23) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 763

32 41 Sebuah poros akan berputar jika ada gaya yang bekerja pada poros tersebut. Bila diameter (d) adalah putaran poros dan (n) adalah jumlah putaran poros maka kecepatan anguler dari poros adalah : 2π n ω = (60t ae ) (rad/s) ) Sedangkan kecepatan liniernya adalah :. 1 d p n υ = (m/s) 2.28) Jika gaya yang bekerja adalah gaya sentrifugal maka besarnya gaya adalah :. 2 2 m v c = = m. ω. r r 2.30) Dimana: f c = Gaya sentrifugal (N.m) m = Massa benda (Kg) v = Kecepatan benda (m/s) ω = Kecepatan sudut (rad/s) Dengan gaya yang bekerja pada jari-jari poros maka besarnya torsi dapat diketahui dengan: T =.r (N.mm) 2.31) Dimana: ω = Kecepatan angular (rad/s) d = Diameter poros (mm) n = Putaran poros (rpm) 2.27) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, jakarta, PT Pradnya paramita hal: ) Ibid, hal: ) R.S. Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House hal: ) Ibid, hal: 14

33 42 V = Kecepatan linier (m/s) T = Torsi (N.mm) = Gaya (N) r = Jari-jari (mm) Sedangkan daya pada motor yang diperlukan untuk memutar poros tersebut adalah dirumuskan sebagai berikut : P = T. ω (Watt) 2.32) Dimana: P = Daya (Watt) ω = Kecepatan angular (Rad/s)Keterangan: 1 PK = 75 Kg.m/det = 746 Watt SABUK V BELT Perhitungan Tegangan pada sabuk V-Belt Sabuk V digunakan untuk memindahkan daya antara dua buah poros sejajar. Keunggulan dari sabuk ini adalah gaya gesek yang besar sehingga kemungkinan terjadinya slip kecil. T c Menghitung berat sabuk per satuan panjang : Ws = A x L x ρ R Dimana: Ws = Massa sabuk persatuan panjang (kg) P Q dθ ρ = Berat jenis sabuk (kg/m 3 ) L = Panjang sabuk (m) T c Gambar 2.14 Gaya yang bekerja pada sabuk A = Luas sabuk (m 2 ) 2.32) Sularso, 2002, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Jakarta, PT Pradnya Paramita, hal: 47

34 43 Menentukan gaya yang bekerja pada sabuk T c = w 2.v g 2.33) T c = Gaya yang bekerja pada sabuk g = Gaya grafitasi v = Kecepatan linier sabuk Menentukan gaya maksimum pada belt T b = f x A 2.34) f = Tegangan ijin sabuk Menentukan gaya kendor T 1 pada sabuk T 1 = T - T C 2.35) A T 2 B T 1 Gambar 2.15 Tegangan pada sabuk Hubungan antara T 1 dan T 2 pada sabuk T log T 1 = 2 μ. θ. cosec α 2.36) Dimana : T 2 = Tegangan kencang pada sabuk μ = Koefisien gesek sabuk θ = Sudut kontak pulley α = Koefisien pertambahan sabuk pertegangan 2.33) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 682

35 Pemilihan Tipe Sabuk Sabuk yang dipilih adalah sabuk V karena dapat mentransmisikan daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Ukuran sabuk V berdasarkan tipenya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 38.0 mm 31.5 mm 16.5 mm 22.0 mm 12.5 mm 9.0 mm 11.0 mm 14.0 mm 19.0 mm 19.0 mm Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E Gambar 2.16 Ukuran Penampang Sabuk V 40 o Dalam pemakaiannya sabuk tipe standar pada sisinya akan melengkung, sehingga kontak tidak akan merata. Untuk sabuk tipe sempit kedua sisi akan menjadi lurus, sehingga akan terjadi kontak yang merata dengan pulley. Sehingga keausan pada sisinya dapat dikurangi. Pemilihan penampang sabuk V didasarkan atas daya rencana dan putaran pulley kecil. Sabuk tipe sempit mempunyai jangkauan pemakaian yang lebih luas pada penampang yang berdekatan dengan penampang sabuk tipe standar. Diagram pemilihan sabuk-v dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 152.

36 MUR DAN BAUT Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin. Pemilihan mur dan baut sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Untuk pemilihan baut yang digunakan dalam perancangan alat dan bahan dapat dihitung berdasarkan tegangan yang bekerja pada baut sebagai akibat gaya luar. Adapun tegangan pada baut akibat gaya luar meliputi : 1. Tegangan tarik. 2. Tegangan geser. 3. Tegangan kombinasi tarik dan geser Tegangan tarik (σ t ) Tegangan tarik pada baut adalah gaya luar yang bekerja yang segaris dengan sumbu pada baut, yang dipindahkan tegangan tarik pada baut tersebut. Dimana: = gaya luar yang bekerja (N) d e = Diameter cone (mm) σ t = Tegangan tarik ijin baut (N/mm 2 ) Maka = π x d c x σ t 4 d c = 4 π.σ t 2 37) 2.37) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 325

37 46 Catatan: a. Jika gaya luar ditahan oleh n baut, maka: = π 2 x d c 4 x σ t x n 2.38) b. Jika diameter cone tidak tercantum pada table standar ukuran ulir maka untuk ukuran ulir standar d c 0,84 d Dimana d Diameter nominal baut (mm) Terjadi tegangan tarik 2.17 Tegangan Tarik Pada Ulir Tegangan Geser Tegangan Geser Pada Baut Digunakan untuk menahan atau mencegah gerakan relatif dari dua buah atau lebih bagian baut, sehingga tegangan geser bekerja. Jika digunakan baut sejumlah n, Dimana: s = Gaya Geser Yang Ditahan (N) d o = Diameter Mayor Baut (mm) n = Jumlah Baut Maka: s = π 2 x d o 4 x σ s x n 2.38) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 325

38 47 Terjadi tegangan geser Gambar 2.18 Tegangan Geser Pada Baut Tegangan Geser Pada Ulir Setiap ulir yang bekerja menerima beban pasti mengalami tegangan geser pada sejumlah ulir yang kontak dengan nut. s Tegangan geser pada ulir dirumuskan: τ s = π x n x d c x t Dimana: τs = Tegangan geser (N/mm 2 ) s = Gaya geser (N) n = Jumlah ulir yang kontak d c = Diameter Core (mm) t = Tebal ulir = 2 P (mm) p = Pitch (mm) P Gambar 2.19 Tegangan Geser Pada Ulir

39 Tegangan Kombinasi Tegangan kombinasi terjadi karena adanya dua pembebanan yang berbeda yang terjadi secara bersamaan dan dapat dirumuskan sebagai berikut : Tegangan geser maksimum dirumuskan : τ s maksimal = τ s 2 σ t ) Tegangan tarik maksimum dirumuskan: σ t mak σ t = 2 τ s 2 σ t ) Tegangan yang tejadi tidak boleh melebihi harga tegangan ijin. Daerah Gambar 2.20 Tegangan Kombinasi (Geser dan Tarik) 2.39) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: 325

40 ERETAN Pada eretan terdapat komponen utama yang berfungsi menggerakkan eretan atas yang terhubung dengan pencekam pahat yaitu batang berulir. Beberapa analisa mengenai eretan : Torsi pada batang berulir T Dimana: d d = x = W.tan ( α + ϕ), 2 2 T = Torsi (N.mm) = Gaya penggerak (N) 2. 42) d = Diameter nominal Ulir (mm) W t = Massa yang digerakkan (kg) α = Sudut helix ( o ) φ = Sudut eretan ( o ) ϕ α Gambar 2.21 Batang Berulir 2.42) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 598

41 Tegangan tekan pada ulir f c = W A c W = π. d 4 2 c 2.43) Dimana: f c = Teganan tekan (N/mm 2 ) A c = Luas permukaan minor (mm 2 ) d c = Diameter minor ulir (mm) Tekanan Dukung (Bearing Pressure) P W = b π. d. t. n 2.44) Dimana; P b = Tekanan dukung (N/mm 2 ) t = Tebal ulir (mm) n = Tebal mur (mm) Tegangan geser T τ g = π. 16 d ) η = τ g = Tegangan Geser (N/mm 2 ) Perbandingan Torsi Ideal dan Torsi Aktual Eretan Torsi yang diperlukan untuk menggerakk an beban dengan mengabaika n friksi Torsi yang diperlukan untuk menggerakk an beban dengan memperhitu ngkan friksi T η = o 2.46) T 2.43) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: ) Ibid, hal: 615

42 51 Dimana: T o = Torsi untuk menggerakkan beban dengan mengabaikan friksi T = Torsi untuk menggerakkan beban dengan menghitung friksi d To = W.tanα ) Dimana: W = Beban eretan (N) d = Diameter eretan (m) α = Sudut helix ( o ) MOTOR LISTRIK Motor listrik adalah mesin yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Bagian-bagian utama dari motor listrik adalah: 1. Stator Berisi kumparan-kumparan yang nantinya membangkitkan gaya gerak listrik. 2. Rotor Merupakan bagian yang berputar Prinsip Kerja Motor Listrik 3 asa : Arus listrik yang dihubungkan dengan lilitan pada stator akan membangkitkan medan. Rotor akan memotong medan stator dan menyebabkan dibangkitkannya gaya gerak listrik dalam rotor. Dengan adanya gaya gerak listrik tersebut menyebabkan rotor berputar. 2.47) R.S Khurmi, 1982, A Text Book Of Machine Design, New Delhi, Eurasia Publishing House, hal: 615

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Metode Perancangan VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. METODE PERANCANGAN VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN 2.1. Metode Perancangan. Pada sebuah perancangan sebuah alat/mesin/system akan didapatkan sebuah metode perancangan, dimana metode ini dinamakan metode perancangan teknik.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya.

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Lembar Pernyataan JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Mohammad Mustakim NIM : 0130311 114 Menyatakan

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK ABSTRAKSI TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan mesin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan beberapa penelitian dan fabrikasi tentang mesin pencacah plastik baik skala besar maupun menengah telah-telah banyak diuraikan oleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Perancangan Sistematis Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik yang menggunakan analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Proses Perancangan Produk Mulai Perencanaan dan Penjelasan Produk Analisis Kebutuhan Pasar Pertimbangan Perancangan Perancangan konsep produk Menentukan konsep produk

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 17 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan metode analisa penelitian secara umum, mulai dari tahap persiapan sampai dengan penganalisaan data dan teknik pengumpulan data. Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014 169 BAGIAN VII PEGAS (Spring) Pegas adalah suatu benda elastis, yang jika diberi beban maka akan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI Artikel Skripsi PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Modifikasi Alat Penunjuk Titik Pusat Lubang Benda Kerja Dengan Berat Maksimal Kurang Dari 29 Kilogram Untuk Mesin CNC Miling Oleh : Mochamad Sholehuddin NRP. 2106 030 033 Program

Lebih terperinci

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM PLANNING AND CALCULATION COM SHELLER MACHINE WITH A CAPACITY OF 300 KG/HOUR Oleh: MUHAMMAD AZIIS LYAN SETYAJI 11.1.03.01.0057

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci