BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN 2.1. Metode Perancangan. Pada sebuah perancangan sebuah alat/mesin/system akan didapatkan sebuah metode perancangan, dimana metode ini dinamakan metode perancangan teknik. Metode perancangan teknik pada dasarnya adalah metode pemecahan suatu masalah teknik yang menggunakan langkah pengerjaan secara berkelanjutan baik secara analisis maupun sintesis. Pengertian analisis disini adalah penguraian suatu sistem yang kompleks menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana. Dengan demikian dapat dipelajari karakteristik masing-masing komponen tersebut beserta korelasinya. Sedangkan pengertian sintesis disini adalah proses penggabungan komponen-komponen yang telah diketahui karakteristiknya agar dapat tercipta suatu sistem yang baru. Merancang dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi suatu permintaan dengan cara yang dianggap paling baik dan memungkinkan Aero-mechanical Conveyor 1

2 untuk dilakukan. Merancang merupakan kegiatan teknik meliputi berbagai segi kehidupan manusia, bergantung kepada penemuan dan hukumhukum dari ilmu pengetahuan dan teknologi, serta membuat suatu keadaan yang mengaplikasikan hukum-hukum tersebut menjadi suatu produk yang berdaya guna. Dalam merancang banyak dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti matematika, fisika, thermodinamika, mekanika, teknik produksi, ilmu pengetahuan tentang bahan teknik dan sebagainya. Dalam pengejawantahannya metode perancangan teknik adalah merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dan menjadi acuan bagi tahap berikutnya. Dengan adanya tahapan-tahapan pada metode perancangan teknik, maka informasi yang bersifat kuantitatif dapat diproses menjadi data yang bersifat kualitatif. Dengan kata lain suatu langkah baru selalu lebih nyata daripada langkah-langkah sebelumnya. Dalam kenyataannya kondisi ini tidak selalu dapat dicapai, sehingga seringkali dibutuhkan pengulangan kerja ( iterasi ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari prosedur pemecahan secara umum seperti telah disebutkan diatas yang ditunjukkan dalam skema di bawah ini. Aero-mechanical Conveyor 2

3 Penugasan (Problem) Konfrontasi Informasi Definisi Kreasi Evaluasi Penyelesaian Keputusan Gambar 2.1. Prosedur pemecahan masalah secara umum. Dalam perancangan juga perlu dipelajari adanya keterkaitan yang terdapat pada sistem benda teknik yang akan dirancang. Kaitan-kaitan tersebut pada umumnya dapat berupa : a. Hubungan Sistem ( System Interrelationship ) Bentuk nyata dan teknik dari suatu perancangan merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem yang lebih menyeluruh, yaitu lingkungan sekitarnya. b. Hubungan Fungsi ( Functional interrelationship ) Aero-mechanical Conveyor 3

4 Hubungan ini berupa adanya hubungan antara masukan dan keluaran dari suatu sistem untuk melakukan kerjas tertentu yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. c. Hubungan Kerja ( Physical interrelationship ) Hubungan ini berupa adanya hubungan dimana kerja yang dilakukan adalah merupakan bagian dari proses fisika. Proses fisika ini didasarkan pada efek fisika. Adapun efek fisika dapat digambarkan secara kuantitatif artinya hokum fisika menentukan banyaknya efek fisika yang terlibat. Fenomena kimia dan biologi termasuk didalamnya. d. Hubungan Bentuk ( Form interrelationship ) Hubungan ini memiliki maksud bahwa perwujudan nyata dari bentuk dasar dan bahan menjadi suatu struktur bangunan, lengkap dengan penataan lokasi serta pemilihan gerak kinematika. Tahapan-tahapan dalam metode perancangan, dapat dikelompokkan menjadi 4 ( empat ) tahap utama, seperti : Pengklarifikasian Tugas ( clarification of the task ) Perancangan Konsep ( Conseptual design ) Perancangan wujud ( Embodiment design ) Perancangan Detail ( Detail design ) Aero-mechanical Conveyor 4

5 Tugas Penguraian tugas Spesifikasi Pengklasifikasian permasalahan & menentukan masalah-masalah yang penting Konsep Penentuan rancangan awal & pengembangan Rancangan awal Pengoptimalan rancangan bentuk Rancangan akhir Pemeriksaan detail terhadap rancangan Penyelesaian Aero-mechanical Conveyor 5

6 Gambar 2.2 Tahapan Perancangan Sistematis Untuk dapat menghasilkan suatu konstruksi yang baik, perlu melibatkan salah satu unsur atau beberapa kegiatan yaitu rekayasa penelitian dan rancangan seperti : a. Rekayasa Rekayasa merupakan penerapan ilmu dan matematika untuk memanfaatkan benda dan energi dan alam ini sehingga berguna bagi manusia dalamkegiatan pembuatan bangunan, permesinan, produk sistem dan proses. b. Penelitian Penelitian merupakan kegiatan penyelidikan, pengujian/percobaan yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut : Penemuan dan pemahaman fakta. Perbaikan berdasarkan fakta atas teori/hukum yang telah ada. Penerapan praktis suatu teori baru/teori yang telah diperbaiki. c. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan sebuah cara atau metode yang digunakan untuk dapat melihat/ menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang sistematis. 2.2 Tahapan Kerja Selama Proses Perancangan Dari bahasan yang telah diketengahkan diatas, maka tahapan kerja selama proses perancangan adalah sebagai berikut : Pengklarifikasian Tugas ( Clarification of the task ) Perancangan Konsep ( Conseptual design ) Perancangan Wujud ( Embodiment design ) Aero-mechanical Conveyor 6

7 Perancangan Detail ( Detail design ) 2.3 Penjadwalan Tugas ( Clarification of the task ) Pada tahapan ini terjadi pengumpulan informasi mengenai syarat-syarat yang diharapkan dapat dipenuhi oleh solusi akhir. Informasi ini menjadi acuan penyusunan daftar spesifikasi, dimana spesifikasi merupakan suatu daftar yang diharapkan dapat dipenuhi oleh konsep yang sedang dibuat. Sebelum membuat daftar spesifikasi maka harus dibuat terlebih dahulu daftar kehendak ( Requirement list ). Pada saat sedang membuat daftar dari kehendak, hal yang terpenting adalah membedakan sebuah persyaratan sebagai tuntutan ( demand ) atau sebagai keinginan ( wishes ). Pengertian dari demand adalah merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap kondisi, atau dengan kata lain apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka perancangan akan mengalami hambatan atau bahkan tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, jadi ini merupakan keharusan yang harus dipenuhi. Sedangkan pengertian dari wishes adalah pemenuhan persyaratan yang diinginkan apabila kondisi memungkinkan, jadi bukanlah merupakan keharusan. Dalam penyusunan spesifikasi, untuk mempermudah penyusunan tersebut maka dapat dilakukan dengan cara melakukan peninjauan faktor-faktor tertentu, seperti faktor geometri, kinematika, gaya, energi dan sebagainya. Peninjauan dapat dipermudah dengan menggunakan sebuah daftar periksa ( check list ). Daftar periksa merupakan daftar dari parameter yang terdapat pada suatu produk teknik yang memiliki fungsi sebagai sumber data kunci untuk membantu mendefinisikan persyaratan dari fungsi. Sifat-sifat yang harus dimiliki dari alat yang dirancang, dapat dilihat dari daftar periksa pada tabel berikut ini, dimana ini merupakan pedoman dalam pembuatan spesifikasi. Aero-mechanical Conveyor 7

8 Tabel 2.1 Daftar periksa untuk pedoman spesifikasi Judul Utama Produksi Contoh - contoh Batasan pabrik, dimensi maksimum, produksi yang dipilih Kinematika Gaya Material Geometri Energi Perakitan Ergonomi Keselamatan Pengoperasian Perawatan Sinyal Biaya Jadwal Kecepatan, percepatan, arah gerakan, jenis gerakan (translasi atau rotasi) Arah gaya, besar gaya, populasi gaya, kekakuan, stabilitas, gaya berat,resonansi Input & output bahan yang diproses, sifat fisika & kimia, arus dan transport bahan Panjang, lebar, tinggi, besar, berat, volume, garis tengah, jumlah, susunan, sambungan dan perluasan Pemanasan, pendinginan, perubahan, penyerapan, daya, tekanan, effisiensi, kerugian, geseran Ketentuan pada perakitan khusus, cara pemasangan, fundamen tempat perakitan dilakukan Pelindung, keselamatan kerja, keselamatan lingkungan dan keselamatan perusahaan Keselamatan dalam melakukan pekerjaan, pelindung, keselamatan perusahaan dan lingkungan Kebisingan, pemakaian khusus, tujuan daerah pemasaran, lingkungan pengoperasian Jangka waktu servis, penggantian & reparasi, pengecatan, pembersihan Input, output, bentuk, display, peralatan control Biaya maksimum produksi Tanggal penyerahan Aero-mechanical Conveyor 8

9 2.4 Perancangan Konsep ( Conceptual Design ) Perancangan konsep adalah bagian dari sebuah proses design dengan cara mengenali masalah-masalah penting. Pengenalan masalah-masalah penting tersebut dilakukan melalui pembuatan struktur fungsi, pencarian kombinasi-kombinasi, cara pemecahan masalah utama yang mungkin dapat digunakan serta pemilihan kombinasi yang sesuai dan evaluasi. Untuk lebih mengetahui tahapan-tahapan pada perancangan konsep, dapat dilihat melalui skema berikut ini : Daftar kehendak Penentuan masalah utama Pembuatan struktur fungsi Penentuan prinsip pemecahan masalah Pengkombinasian prinsip solusi Memilih kombinasi yang sesuai Pembuatan variasi konsep Analisa variasi konsep Aero-mechanical Conveyor 9

10 Gambar 2.3. Tahapan dalam perancangan konsep Abstraksi Abstraksi adalah cara atau gambaran secara keseluruhan tentang permasalahan yang ada dan bagaimana cara pemecahannya. Sedangkan abstraksi itu sendiri memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui dan memecahkan permasalahan utama yang dihadapi berdasarkan pada pendapat dan ide yang dituangkan dalam sebuah perancangan. Pada prinsipnya abstraksi adalah cara mengabaikan hal-hal yang bersifat khusus dan memberikan penekanan pada hal-hal yang bersifat umum dan mendasar. Dengan demikian daftar spesifikasi yang telah dibuat dan dianalisa dapat dihubungkan dengan fungsi yang diinginkan serta kendala-kendala yang ada. Abstrak itu sendiri dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengesampingkan pilihan pribadi ( personal preference ). b. Mengabaikan persyaratan-persyaratan yang tidak memiliki pengaruh besar terhadap fungsi dan mekanisme kerja alat. c. Mengubah data kuantitatif menjadi data kualitatif. d. Generalisasi ( pengambilan kesimpulan secara umum ) terhadap langkah sebelumnya. e. Perumusan masalah utama Pembuatan Struktur Fungsi Aero-mechanical Conveyor 10

11 Suatu struktur keseluruhan ( overall function ) dibuat setelah kita mengetahui daftar kehendak dan permasalahan utama maupun tidak utama. Struktur fungsi digambarkan dengan skema struktur yang menunjukkan hubungan antara input dengan output, dimana input dan output merupakan aliran energi, material dan sinyal. Apabila fungsi keseluruhan cukup komplek, maka fungsi tersebut dibagi menjadi beberapa sub-fungsi. Contoh dari penggambaran suatu struktur fungsi keseluruhan dan struktur sub-fungsi, dapat dilihat dari skema berikut ini : E E M Overall function M S S Keterangan : E = Energi input M = Material input S = Sinyal input E = Energi output M = Material output S = Sinyal output Gambar 2.4 Skema struktur fungsi keseluruhan E M Sub Fungsi Sub Fungsi E M S Sub Fungsi S Aero-mechanical Conveyor 11

12 Keterangan : E = Energi input M = Material input Gambar 2.5 Struktur sub-fungsi Pemanfaatan dari struktur sub fungsi hanya dapat dimanfaatkan apabila fungsi keseluruhan cukup rumit. Pemanfaatan sub fungsi seperti ini akan memberikan beberapa keuntungan, seperti : a. Terdapatnya kemungkinan untuk melakukan pencarian solusi yang lebih teliti atau lebih lanjut. b. Dapat memberikan beberapa kemungkinan dari solusi yang dihasilkan Pencarian dan Kombinasi Prinsip Solusi Dasar-dasar dari pemecahan masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan pencarian terhadap prinsip-prinsip solusi dan masing-masing pada sub-fungsi. Dalam, proses tersebut akan dilakukan pencarian sebanyak mungkin dari variasi solusi. Dengan demikian dapat digunakan beberapa metode pencarian, seperti : 1. Metode konvensional. Metode konvensional adalah merupakan metode yang biasa dilakukan, metode ini merupakan pencarian dalam literature, text book, jurnal-jurnal teknik serta brosur yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menganalisa gejala alam atau perilaku mahluk hidup dengan membuat analogi atau model, dimana model ini diharapkan dapat mewakili karakteristik produk yang dihasilkan. 2. Metode Intuitif. Aero-mechanical Conveyor 12

13 Pencarian solusi untuk masalah yang cukup rumit dapat pula diperoleh pemecahan permasalahannya dari intuisi/suara hati. Solusi ini dating setelah mengalami periode pencarian dan pemikiran yang panjang. Solusi ini kemudian dikembangkan dan diperbaiki. Ada beberapa cara untuk mengembangkan intuisi ini, seperti mengadakan diskusi atau tukar pikiran dan pengalaman dengan orang lain. 3. Metode Kombinasi. Metode kombinasi adalah metode pencarian prinsip pemecahan masalah dengan cara mengkombinasikan seluruh kemungkinan solusi yang ada. Metode ini dapat digunakan dalam bentuk matriks, dimana sub-fungsi dan prinsip solusi dimasukkan dalam kolom dan baris. Secara matematis sesuai dengan struktur fungsi, jika terdapat sejumlah m1 prinsip solusi untuk sub-fungsi F1, m2 prinsip solusi untuk F2, dan seterusnya mn prinsip solusi untuk sub fungsi untuk Fn, maka setelah dilakukan untuk memenuhi fungsi keseluruhan ( Overall Function ), prinsip-prinsip solusi harus dikombinasikan. Secara teoritis kombinasi akan dapat diperoleh sejumlah N varian konsep solusi, dimana : N = m1 x m2 x x mn ( sumber : Methode VDI 2221, hal. 159 ) Pemilihan Kombinasi yang sesuai Jika saja terdapat kombinasi yang terlalu banyak dalam perancangan, maka waktu untuk memilih kombinasi terbaik akan lebih lama. Agar tidak terlalu lama dalam pemilihan, maka jika memungkinkan jumlah kombinasi harus dikurangi. Aero-mechanical Conveyor 13

14 Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan mengeliminasi dan memilih yang terbaik dari seluruh kombinasi yang ada. Pada prinsipnya prosedur yang akan dilakukan adalah mengeliminasi dan memilih yang terbaik. Ketika akan mengeliminasi dan memilih yang terbaik, perlu jaga diperhatikan beberapa hal, diantaranya : Terdapat kesesuaian dengan fungsi keseluruhan. Terpenuhinya tuntutan yang terdapat pada daftar spesifikasi. Dapat diwujudkan dalam bentuk nyata. Kebaikan dalam kinerja dan kemudahan dalam produksi. Pengetahuan dan informasi tentang konsep cukup memadai. Faktor biaya produksi dari rancangan. Apabila prosedur telah dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal seperti yang disebutkan diatas telah dilaksanakan, akan tetapi kombinasi yang ada masih cukup banyak, maka perlu dilakukan pemilihan kombinasi tahap kedua. Kombinasi tahap kedua ini adalah pemilihan kombinasi terbaik dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Segi keamanan dan kenyamanannya perlu diperhatikan. Memungkinkan pengembangan lebih lanjut ( lebih baik dari sebelumnya ) Pembuatan Varian Konsep Dalam sebuah konsep perancangan diharapkan dapat memenuhi beberapa persyaratan seperti keamanan, kenyamanan, kemudahan dalam produksi, kemudahan dalam perakitan. Selain itu juga terdapat kemudahan dalam perawatan dan lain sebagainya. Informasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk pembuatan varian konsep yang akan dilakukan. Informasi itu sendiri dapat diperoleh dari : Aero-mechanical Conveyor 14

15 Gambar/sketsa untuk melihat kemungkinan keserasian. Observasi berdasarkan asumsi yang digunakan untuk menekan biaya produksi. Pengujian awal bertupa pengujian model untuk menentukan sifat utama atau pendekatan kuantitatif mengenai kinerja. Analogi terhadap model dan simulasi yang sering dilakukan dengan mengguanakan bantuan computer. Mengadakan penelitian lebih lanjut dari literature Evaluasi Tahap evaluasi disini bertujuan untuk menentukan nilai, kekuatan dan kegunaan yang kemudian akan dibandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal. Tahapan ini merupakan tahapan yang terakhir dalam sebuah konsep perancangan. Dalam perancangan dengan menggunakan metode VDI 2221 terdapat beberapa langkah dalam evaluasi. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menentukan criteria evaluasi ( Identification of Evaluation Criteria ) Kriteria evaluasi harus dapat ditentukan, hal ini berdasarkan kepada spesifikasi yang telah dibuat. 2. Pemberian bobot kriteria evaluasi ( Weighing Of Evaluation Criteria ) Kriteria pemberian bobot criteria evaluasi perlu dilakukan dan tentu saja criteria evaluasi yang akan dipilih memiliki tingkat pengaruh yang berbeda terhadap varian konsep, sehingga sebaiknya evaluasi dititik beratkan pada sifat utama yang diinginkan dari sebuah pemecahan masalah akhir ( Final Solution ). 3. Menentukan parameter kriteria evaluasi ( Compiling Parameter ) Aero-mechanical Conveyor 15

16 Untuk mendapatkan perbandingan setiap variasi konsep dengan jelas, maka dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai oleh setiap varian. 4. Memasukkan nilai parameter ( Acsesing Value ) Dalam memasukkan nilai parameter, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu sebaiknya harga atau nilai yang dimasukkan adalah harga atau nilai nominal. 5. Memperlihatkan ketidakpastian evaluasi (Evaluation Uncertainities) Kesalahan dalam pengevaluasian dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : Kesalahan subyektif, seperti kekurangan informasi. Kesalahan perhitungan parameter Perancangan Bentuk ( Embodiment Design ) Perancangan bentuk adalah merupakan satu langkah yang terdapat dalam sebuah proses perancangan. Perancangan bentuk dari sebuah proses perancangan atau produk dari alat teknik menggunakan criteria teknik dan ekonomi. Perancangan dilaksanakan dengan menguraikan struktur fungsi kedalam struktur modul untuk memperoleh elemenelemen pembangunan struktur fungsi. Hasilnya dapat berupa lay-out, yaitu penggambaran denga jelas rangkaian dan bentuk suatu produk. Pada perancangan bentuk ini terdapat beberapa langkah, yaitu penguraian menjadi modul-modul ( Modul Structure ), kemudian terjadinya pembentukkan lay-out awal ( Preliminary Lay-out ) dan langkah yang terakhir adalah penentuan lay-out yang telah jadi ( Definitif Lay-out ). Dari langkah-langkah yang telah dilakukan dalam perancangan bentuk, didapatkan hasil yang nantinya akan diteliti lebih lanjut. Hasil yang telah Aero-mechanical Conveyor 16

17 didapatkan tersebut akan dianalisa dan diteliti untuk mendapatkan informasi lebih lanjut lagi seperti kinematika, dinamika, kekuatan, ketahanan, pemilihan material yang akan digunakan serta proses produksi yang akan dilaksanakan Perancangan Detail ( Detail Design ) Tahap ini merupakan tahap yang terakhir dari metode perancangan sistematis, yang berupa presentasi hasil perancangan dalam bentuk gambar lengkap ( susunan dan detail ) daftar komponen, spesifikasi bahan, toleransi, perlakuan panas ( Heat Treatment ), perlakuan permukaan pada bahan ( Surface Treatment ) dan sebagainya yang secara keseluruhan merupakan dokumen lengkap untuk pembuatan mesin/alat atau sistem teknik lainnya. Pada akhir tahap ini dilakukan evaluasi kembali untuk melihat apakah sistem teknik tersebut benar-benar sudah memenuhi spesifikasi, agar dapat dibuat secara ekonomis dan seluruh gambar serta dokumen produk lainnya telah selesai dan lengkap. 2.5 Teori Dasar Perhitungan Dalam perancangan ini penulis hanya melakukan perhitungan pada beberapa komponen dari alat Aero-mechanical Conveyor dan semuanya merupakan perhitungan yang mendasar yaitu pada motor penggerak, puli, sabuk-v (V-belt), poros (Shaft) dan bantalan (Bearing) Motor Penggerak Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik arus AC, dengan spesifikasi motor sebagai berikut : Daya Motor ( P ) dalam Watt Putaran Motor ( n ) dalam rpm Aero-mechanical Conveyor 17

18 Rumus umum yang berlaku dan sering digunakan dalam perhitungan daya motor ( P ) adalah : 2. n. T P = ( Watt ) ( 1 ) 60 ( Ref. RS. Khurmi ) dimana : P = Daya Motor ( Watt ) n = Putaran Motor ( rpm ) T = Momen Puntir atau Torsi ( Nm ) Pulley Pulley berfungsi untuk memindahkan daya dari satu poros ke poros yang lain melalui sabuk. Untuk menentukan diameter pulley penggerak dan pulley yang digerakkan, digunakan rumus sebagai berikut : n1 n d2 = = i 2 d1 dimana : n1 = putaran poros ( rpm ) n2 = putaran poros puli yang digerakkan ( rpm ) d1 = diameter pulley penggerak ( mm ) d2 = diameter pulley yang digerakkan ( mm ) I = perbandingan reduksi Tabel 2.2. Diameter minimum pulley yang diijinkan dan dianjurkan Penampang A B C D E Aero-mechanical Conveyor 18

19 Diameter minimum yang diijinkan Diameter minimum yang dianjurkan (Ref. Sularso, hal.169) Sabuk-V ( V-belt) Pada perhitungan dalam perancangan alat Aero-mechanical Conveyor akan dipakai sabuk-v sebagai penerus daya dari motor listrik ke mesin/alat, karena sabuk-v mudah penanganannya dan harganya murah. Kecepatan sabuk pada umumnya direncanakan antara 10 sampai 20 m/s, sampai maksimum 25 (m/s) dan daya maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 Watt. Bahan sabuk-v terbuat dari karet dengan penampang berbentuk trapesium. Salah satu keunggulan sabuk-v adalah saat bergerak pada pulley, sabuk mengalami lengkungan sehingga bagian dalamnya akan bertambah besar dan gaya gesekan juga akan bertambah besar (karena pengaruh bentuk baji) yang akan menghasilkan transmisi daya yang cukup besar pada tegangan yang relatif rendah. Sabuk-V dan pulley dinormalisasikan NEN 1727, sementara itu diusahakan untuk menjelmakan suatu normalisasi internasional dalam bidang yang berhubungan dengan standar ISO. Disamping itu di Belanda banyak dijumpai sabuk-v menurut normalisasi DIN. Perserikatan pabrik karet (Verenigde Rubberfabrieken) di Belanda menghasilkan ukuran sabuk-v menurut normalisasi DIN seperti pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Ukuran sabuk-v (normalisasi DIN) Aero-mechanical Conveyor 19

20 Seri Ukuran dalam mm Z 10 x 6 A 13 x 9 B 17 x 11 C 22 x 14 D 32 x 19 E 38 x 25 Dan selain itu seri S, 25 x 16 mm, menurut DIN Dalam ukuran yang disebutkan pertama menunjukkan sisi sejajar terpanjang untuk penampang trapesium, sedangkan ukuran kedua menunjukkan tebal sabuk, dan sisi samping sabuk membuat sudut 38º satu sama lain sabuk-v harus sesuai dengan cermat dalam alur pulley sehingga sisi luar sabuk menjadi rata dengan sisi luar pulley. Perlu juga diperhatikan bahwa pada pulley kecil sudut α sebagai akibat pelengkungan sabuk menjadi lebih kecil (α = 34º.. 38º menurut jenis garis tengah). Pulley tersebut menurut garis tengah nominal (d), untuk keperluan ini semula diambil garis luar db, dikurangi dengan tebal sabuk. Dalam hal ini garis netral sabuk akan terletak di tengah-tengah penampang, akan tetapi pendapat ini sudah tidak benar lagi untuk sabuk. Untuk dapat memindahkan daya dari motor listrik ke mesin/alat, maka digunakan pulley dan sabuk-v, untuk itu diperlukan perhitungan sehingga didapat ukuran pulley dan sabuk yang sesuai dengan kebutuhan Jarak Sumbu Poros ( C ) dalam mm Aero-mechanical Conveyor 20

21 Jarak sumbu poros dapat dihitung dengan menggnakan rumus : C = ( 1,5 sampai 2 ) x Diameter pulley besar ( 3 ) (Ref. Sularso, hal. 166) Jarak sumbu poros juga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : b + b 2 8 ( d1 - d2 ) 2 C = ( m ). ( 4 ) 8 (Ref. Sularso, hal 170) dimana : b = 2 L 3,14 ( d1 - d2 ) d1 = diameter pulley besar d2 = diameter pulley kecil L = panjang keliling sabuk d2 d1 C Feed-Housing Aero-mechanical Conveyor 21

22 Poros Sabuk Pulley Gambar 2.6. Jarak sumbu poros Panjang Keliling Sabuk-V, L (dalam mm) Untuk mendapatkan panjang sabuk yang sesuai, maka digunakan rumus sebagai berikut : π 1 L = 2C + ( d2 + d1 ) + ( d2 d1 ) 2 4C dimana : C = Jarak sumbu poros (mm) L = panjang keliling sabuk (mm) d1 = diameter puli besar (mm) d2 = diameter puli kecil (mm) Koefisien Gesek antara Pulley dan Sabuk Koefisien gesek antara pulley dan sabuk ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Bahan dari sabuk yang digunakan b. Bahan dari pulley yang digunakan c. Slip d. Kecepatan sabuk Aero-mechanical Conveyor 22

23 Koefisien gesek antara pulley dan sabuk dinyatakan dengan µ, dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 42,6 µ = (0,54) ( 6 ) 152,6 + ν (Ref. RS. Khurmi, hal.651) ν = π. d. n 60 dimana : ν = kecepatan sabuk ( m/s ) d = diameter pulley ( mm ) n = putaran pulley ( rpm ) Tabel 2.4. Panjang Sabuk-V standar Aero-mechanical Conveyor 23

24 ( Ref. Sularso, hal.168 ) Tabel 2.5. Koefisien Gesek dengan bahan Sabuk yang berbeda-beda Pulley Material No 1 Belt Material Leather oak tanned Cast Iron, Steel Dry Wet Greasy Wood Compressed paper Leather Face Rubber Face ,3 0,33 0,38 0,40 Aero-mechanical Conveyor 24

25 2 Leather chrome tanned Convast Stiched , Cotton Woofen , , Rubber Balata Sudut Kontak antara Pulley dan Sabuk-V, θ ( dalam. º ) θ φ Gambar 2.7. Sudut Kontak Rumus yang digunakan : (Ref. RS. Khurmi, hal. 666) a. Untuk Pulley kecil : θ = ( φ ) ( 7 ) 180 π b. Untuk Pulley kecil : θ = ( φ ) ( 8 ) 180 π r2 r Sin φ = ( 9 ) C dimana : r1 = Jari-jari Pulley kecil r2 = Jari-jari Pulley besar Aero-mechanical Conveyor 25

26 Gaya Tarik pada Sabuk Bila sabuk-v dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan di seluruh panjang sabuk adalah sama. Tegangan tersebut disebut tegangan awal. Bila sabuk mulai bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada sisi tarik (F1) dan berkurang pada sisi kendor (F2). Gaya-gaya yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : F1 2,3 log = μ. θ. cosec α.. ( 10 ) F2 (Ref. RS. Khurmi, hal. 682) Gambar 2.8. Gaya pada sabuk Poros (Shaft) Poros berfungsi sebagai pemindah daya dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut variasinya, poros dapat dibedakan sebagai berikut : a. Poros Spindel (gelendong), yaitu yang berputar dari bagian lain yang diam. Poros spindle juga ada beberapa tipe, yaitu : Aero-mechanical Conveyor 26

27 1. Poros Transmisi (Transmision Shaft) Memindahkan daya antara putaran dengan yang menerima daya penerus (pada elemen roda gigi, pulley, fly wheel, dan lain-lain). 2. Poros Mesin Gerak (Machine Shaft) Bekerja sebagai bagian dari poros mesin itu sendiri dan berfungsi sebagai penggerak bukan pemindah daya (misalnya poros engkol atau crank shaft). b. Poros sebagai As (axle) Poros yang diam dari bagian lain yang berputar. Poros dalam menerima pembebanan akan mengalami tegangan seperti : 1. Tegangan Statis, yaitu tegangan yang terjadi bila diasumsikan poros diam dan mengalami pembebanan. 2. Tegangan Bolak-balik (beban kejutan), yaitu tegangan yang terjadi bila beban-beban yang bekerja berfluktuasi dan dalam arah yang bervariatif seperti pada poros engkol 3. Tegangan Konstan Tegangan yang terjadi bila beban yang bekerja konstan dan arah yang tetap atau variatif. Dalam perencanaan poros, kita harus menganalisa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan atau pemakaian poros, sehingga dari beban dan tegangan yang bekerja bias sesuai dengan dimensi poros, yang dilanjutkan dengan pemilihan bahan (material) poros. Analisa untuk elemen-elemen pemindah daya seharusnya berada di dekat penumpu poros (seperti bantalan atau bearing) untuk mengurangi pembebanan yang tidak konsentris. Pada akhirnya kita mendapatkan perencanaan yang berada dalam batasbatas yang aman/diijinkan. Aero-mechanical Conveyor 27

28 2.5.5 Bantalan (Bearing) Bantalan berfungsi untuk menyangga elemen mesin lain yang bergerak, yang memungkinkan gerakan relatif pada bidang singgung dan bagianbagian yang saling bersambung (menempel), serta sekaligus mendukung beban. Beban-beban yang diterima oleh bantalan terdiri dari : 1. Beban Radial, yang mengakibatkan gaya sentrifugal (beban putar). 2. Beban Aksial, dimana gayanya searah sumbu poros. 3. Beban kombinasi antara Radial & Aksial. Berdasarkan bidang gesek, bantalan terbagi menjadi : 1. Bantalan Luncur, dimana bagian elemen yang disangga langsung bersinggungan/ kontak secara langsung. 2. Bantalan Gelinding, dimana pada bagian dari elemen yang diantara bantalan dengan komponen putarnya terdapat elemen perantara. Berdasarkan typenya maka bantalan terbagi menjadi : 1. Bantalan Peluru. 2. Bantalan Roll. Adapun beberapa syarat bahan bantalan (bearing) adalah : Tahan terhadap tekanan yang tinggi Tahan terhadap suhu yang tinggi Tahan terhadap kelelahan (beban fatique) Tahan terhadap deformasi (perubahan bentuk) Mudah dalam pemasangan dan pelepasan Tahan terhadap karat (korosi) Aero-mechanical Conveyor 28

29 Mudah dalam menyalurkan panas serta memiliki koefisien muai yang kecil Gambar 2.9. Konstruksi Bantalan Peluru Pada bantalan peluru bidang kontak antara peluru dengan poros melalui bidang perantara relatif kecil, sehingga gesekan permukaannya kecil dan panas yang ditimbulkan karena gesekan juga relatif kecil. Pada pemakaian bantalan peluru dengan poros yang panjang, dengan adanya peningkatan suhu poros, akan bertambah panjang poros tersebut. Untuk mengantisipasi perubahan panjang ini, maka bantalan yang ada pada salah satunya dipasang dengan bertoleransi (bebas bertranslasi) supaya dapat bergeser rumah bantalannya pada poros spindel. Karena beban terhadap poros yang harus didukung oleh bantalan cukup berat, maka harus diasumsikan bahwa poros akan melendut. Oleh karena itu posisi poros berubah dengan sudut yang bergerak, yang mengantisipasi keadaan tersebut maka salah satu dari bantalan harus mampu meredam gejala tersebut Umur Bantalan (bearing) Hal-hal yang mempengaruhi umur bantalan adalah sebagai berikut : Aero-mechanical Conveyor 29

30 1. Pemakaian/pemberian pelumas yang tepat 2. Pemasangan 3. Kebersihan bantalan 4. Tingkat kesesuaian suhu kerja terhadap bantalan Standart AFBMA (Anti Friction Bearing Manufacturing Association) menyatakan kriteria kegagalan adalah suatu bukti awal dari kelelahan 90% dari kelompok bantalan yang tahan atau dapat melampauinya sebelum kriteria kegagalan terjadi. Umur L10 dan minimum life dipakai untuk menjelaskan umur penilaian. Pengujian berulang bertujuan untuk mencari umur penilaian. Bila mesin dipasang dengan sejumlah N bantalan, masing-masing memiliki keandalan R, maka keandalan dari kelompok bantalan adalah : RN = ( R ) N.. ( 11 ) (Ref. Joseph E. Shigley) Dalam suatu perencanaan pemakaian bantalan, maka : 1. Semakin bertambah jumlah penggunaan bantalan, semakin tinggi keandalan dari kelompok bantalan. 2. Sebaliknya, semakin berkurang jumlah penggunaan bantalan, maka semakin rendah keandalan dari kelompok bantalan. Design optimum dari AFBMA : Keandalan Bantalan > 90% Penilaian Beban Dasar ( C ) Definisi C adalah sebagai beban radial yang konstan terhadap Aero-mechanical Conveyor 30

31 sekelompok bantalan yang hampir sama dapat bertahan untuk suatu umur penilaian sebesar 1 juta putaran dari cincin bantalan yang diam. Umur suatu bantalan yang menerima setiap beban dari F (N) akan menjadi : a C L = F Cª = Fª x L C = F x L 1/a ( 12 ) (Ref. Joseph E. Shigley) dimana : C = penilaian beban dasar F = beban yang bekerja pada bantalan ( N ) L = jumlah putaran ( juta putaran ) a = bilangan untuk bantalan gelinding untuk bantalan peluru a = 3 untuk bantalan roll a = 10/ Dasar teori Distribusi kegagalan bantalan Teori yang sering dipakai oleh pabrikan adalah seperti yang terlihat pada tabel 2.6 di bawah ini : Aero-mechanical Conveyor 31

32 Tabel 2.6. Teori Distribusi kegagalan bantalan.. ( 15 ) ( 13 ) ( 14 ) (ref. Joseph E. Shigley) dimana : R = keandalan ( % ) CR = nilai beban dasar yang berkaitan dengan L10 Persamaan-persamaan diatas dapat dipakai untuk semua aplikasi bantalan. Aero-mechanical Conveyor 32

33 Pemilihan bantalan peluru Kebanyakan dari pabrik pembuat bantalan telah memiliki tabel sendiri berdasarkan pengujian, pengalaman dan perencanaan yang cukup lama. Adapun tabel dari AFBMA yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pemilihan bantalan adalah seperti pada tabel 2.7 dan tabel 2.8 Tabel 2.7. Saran umur bantalan untuk berbagai kelas mesin (ref. Joseph E. Shigley) Tabel 2.8. Pemilihan bantalan Diameter Dalam (mm) Diameter Luar (mm) Lebar Bantalan (mm) Jari-jari lengkung (mm) Diameter bahu (mm) Nilai beban (kn) DS dh (ref. Sularso) Aero-mechanical Conveyor 33

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Metode Perancangan VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 aftar Periksa. aftar periksa merupakan daftar dari parameter-parameter yang ada dalam sebuah perancangan. Pada tahapan pertama proses perancangan ini akan dikumpulkan ide-ide

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. METODE PERANCANGAN VDI 2221 Metode perancangan VDI 2221 merupakan metode perancangan yang di gagas oleh Persatuan Insinyur Jerman (Verein Deutscher Ingenieure/VDI) yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 2 Youzef. (2011). Solidwork Retrieved from website :

DAFTAR PUSTAKA. 2 Youzef. (2011). Solidwork Retrieved from website : DAFTAR PUSTAKA 1 Rangga A, K, S.Sos. (2008). Kriuk..Kriuk..Krupuk, Bogor. Indobook Citra Media. Retrieved from website : http://www.artikel.dikti.go.id>article>download 2 Youzef. (2011). Solidwork 2012.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Perancangan Sistematis Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik yang menggunakan analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya.

LEMBAR PERNYATAAN. lain,kecuali kutipan kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Lembar Pernyataan JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Mohammad Mustakim NIM : 0130311 114 Menyatakan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi. menjadi bahan utama pembuatan abon.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi. menjadi bahan utama pembuatan abon. BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Produk Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi sebagai pencacah daging. hasil daging yang sudah dicacah bisa dibuat menjadi bahan utama pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses

Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Perancangan Mesin Pengaduk Media Tumbuhnya Jamur Tiram Dengan Kapasitas 150 kg per Proses Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan mesin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan

BAB II DASAR TEORI. Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan 10 BAB II DASAR TEORI 2.1 Desain Produk Desain produk merupakan sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk atau form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III BAB III PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES 3.1 Latar Belakang Perancangan Mesin Dalam rangka menunjang peningkatan efisiensi produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm. 7 BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Singkat Produk Mesin Pengaduk Reaktor Biogas merupakan alat tepat guna untuk memaksimalkan proses pembentukan biogas dalam reaktor skala rumah tangga. iharapakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

BAB 7 BANTALAN (BEARING)

BAB 7 BANTALAN (BEARING) BAB 7 BANTALAN (BEARING) Bantalan (bearing) adalah Elemen Mesin yang digunakan untuk menumpu poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Teknik Para praktisi keteknikan professional secara luas perhatian dengan perancangan, mereka menyebut bahwa perancangan adalah merupakan esensi dari teknik, perancangan

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Tentang Alat/Mesin Pengerol Pipa Alat/mesin pengerol pipa merupakan salah satu alat/mesin tepat guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN PROSES REKAYASA PERANCANGAN SUATU MESIN BERDASARKAN KEBUTUHAN ATAU PERMINTAAN TERTENTU YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN ATAU DARI PELANGGAN LANGSUNG

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 17 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan metode analisa penelitian secara umum, mulai dari tahap persiapan sampai dengan penganalisaan data dan teknik pengumpulan data. Studi

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK ABSTRAKSI TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : RIDWAN YULIANTO I8109015 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-DasarPemilihanBahan Didalammerencanakansuatualatperlusekalimemperhitungkandanmemilihbahan -bahan yang akandigunakan, apakahbahantersebutsudahsesuaidengankebutuhanbaikitusecaradimensiukuranata

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : SABUK-V Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci