MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) MELALUI METODE FERMENTASI DAN HIDRODISTILASI SERTA UJI BIOAKTIVITASNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) MELALUI METODE FERMENTASI DAN HIDRODISTILASI SERTA UJI BIOAKTIVITASNYA"

Transkripsi

1 MIYAK ATSIRI DARI TAAMA ILAM (Pogostemon cablin Benth.) MELALUI METDE FERMETASI DA IDRDISTILASI SERTA UJI BIAKTIVITASYA Diana Pramifta Putri alimah*, Dra. Yulfi Zetra, MS 1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh opember ABSTRAK Minyak ilam telah diisolasi dari daun (A), batang (B) dan campuran batang-daun (C) tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam family Labiteae melalui proses hidrodestilasi. Komponen utama minyak atsiri ini adalah patchouli alkohol dengan rendemen 2,97% (minyak atsiri A), 0,15 % (minyak atsiri B) dan 2% (Minyak atsiri C). Minyak nilam bersifat toksik yang ditunjukkan dengan metode BSLT. Uji insektisida minyak atsiri dilakukan terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti. asil pengujian menunjukan bahwa minyak atsiri A, B dan C aktif sebagai insektisida alami dengan nilai LC 50 masing-masing sebesar 46,40 ppm, 31,04 ppm dan 47,59 ppm. Uji kualitatif antioksidan dengan DPP menunjukkan minyak atsiri dari tanaman nilam berpotensi sebagai antioksidan. Kata kunci : minyak atsiri, Pogostemon cablin Benth, insektisida alami, antioksidan 1. Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar yang cukup penting diperdagangkan di dunia. Saat ini, di pasar dunia terdapatlebih 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan.indonesia sendiri memiliki 40 jenis minyak atsiri yang dapat diperdagangkan, namun hanya sekitar 14 jenis yang diekspor, seperti : minyak nilam, minyak pala, minyak sereh wangi, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu putih, minyak cengkeh, minyak lada, minyak jahe (Direktorat Tanaman Semusim, 2002). Minyak atsiri, yang sejak lama merupakan bahan baku atau penunjang dalam industri parfum, kosmetika, farmasi, sabun, makanan dan minuman berasal dari berbagai jenis dan bagian tanaman dalam kelompok budidaya perkebunan, holtikultura dan hasil hutan. Sebagian besar minyak atsiri di Indonesia dihasilkan oleh petani/perajin dengan menggunakan peralatan penyulingan yang masih sederhana. ilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Di pasar perdagangan internasional, nilam diperdagangkan dalam bentuk minyak dan dikenal dengan nama Patchoulioil (Santoso,1990). Dari berbagai jenis minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak nilam menjadi primadona dan Indonesia mampu mengekspor tidak kurang dari 1200 ton minyak nilam pertahun dengan nilai ekspor ± US $ 25 juta (60% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia; BPS, 2005). Keunggulan minyak nilam dari Indonesia sudah dikenal * Corresponding author Phone : pra_mifta07@yahoo.com 1 Alamat sekarang : Jur Kimia, Fak. MIPA,Institut Teknologi 10 opember, Surabaya. diberbagai negara pengimport minyak nilam (Amerika, Perancis, Belanda, Jerman, jepang, Singapura, ongkong, Mesir, Saudi Arabia dan lain-lain). Agus dan Ludi (2004) menyatakan bahwa minyak nilam Indonesia aromanya sangat harum dan tahan lama sehingga disegani oleh negara pengimport minyak nilam. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor, karenanya memiliki prospek yang cukup cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri-industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring agent dan lain-lain. Minyak nilam dalam industri digunakan sebagai fiksasi yang belum dapat digantikan oleh minyak lain sampai dengan saat ini. Minyak nilam terdiri dari komponen-komponen yang bertitik didih tinggi sehingga sangat baik dipakai sebagai zat pengikat dalam industri parfum dan dapat membentuk aroma yang harmonis.zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat di dalam parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat pewangi yang terlalu cepat sehingga aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama (Ketaren,1985). Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogestemon cablin), berupa semak dan dapat tumbuh diberbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol, podsolik, dan grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase yang baik dan p tanah 5-7. Tanaman ini membutuhkan curah hujan atau ketersediaan air yang cukup dengan suhu C. Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai curah hujan dan

2 kelembaban yang cukup tinggi, oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia terdapat di beberapa daerah yaitu AD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Minyak nilam dapat dihasilkan atau diisolasi dengan beberapa teknik antara lain teknik destilasi, ekstraksi dan fermentasi. Remdemen minyak nilam dari daun kering yang diperoleh dengan menggunakan teknik destilasi sebanyak 0,73%, teknik ekstraksi sebanyak 3,56% sedangkan teknik fermentasi sebanyak 6,22% (Yuliana,2003). Proses destilasi yang dilakukan pada daun nilam dapat mengakibatkan kehilangan minyak atsiri karena terjadi penguapan. Beberapa proses dilakukan terlebih dahulu terhadap bahan baku untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi antara lain pengeringan, pengecilan ukuran, fermentasi, pelayuan dan pemotongan. Pengeringan daun nilam bertujuan untuk memperbaiki kualitas bahan baku dan kualitas minyak yang dihasilkan. Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen yang rendah karena minyak yang berada di dalam daun tidak bisa keluar karena terhalang oleh kandungan air di dalam daun. Proses isolasi minyak nilam dengan pengeringan langsung belum sempurna karena minyak nilam masih terikat pada jaringan daun. leh karena itu, diperlukan suatu metode untuk menghancurkan jaringan daun nilam agar jumlah minyak nilam yang dapat di isolasi semakin optimal. Fermentasi merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan daun nilam. Prinsip fermentasi pada isolasi minyak nilam adalah dengan cara memecahkan dinding sel rambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme. ancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan minyak nilam terpisah dari daun dan dapat diisolasi lebih mudah. Minyak hasil penyulingan masih mengandung persenyawaan kompleks yang terbentuk dalam tumbuhan karena pengaruh air atau uap panas.kandungan yang terdapat dalam minyak nilam meliputi, patchouli alkhohol, eugenol, benzaldehyde, cinamic aldehyde, dan cadinene. amun komponen yang paling menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli alkhohol karena merupakan penciri utama (Santoso, 1990). Patchouli alcohol merupakan sesquiterpene alcohol yang dapat diisolasi dari minyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik yang lain. Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37 C dan kristal yang terbentuk mempunyai titik lebur 56 C. Selama ini petani nilam hanya mampu menghasilkan minyak nilam dengan kandungan patchouli alcohol 26 28%, sedangkan pabrik penyulingan dengan peralatan suling bahan baja anti karat mampu menghasilkan minyak nilam dengan kandungan patchouli alcohol 31 35% (Sarwono,1998). asil minyak nilam ini diekspor dengan harga murah, padahal kandungan patchouli alcohol dalam minyak nilam dapat dimaksimalkan sampai 40 50% (Suyono, 2001). Berdasarkan latar belakang di atas, maka proses penyulingan minyak atsiri dari tanaman nilam ini menggunakan proses fermentasi untuk mendapatkan rendemen optimal dari minyak atsiri Pogostemon cablin Benth. Minyak nilam selain sebagai bahan baku dalam industri parfum, diketahui juga mempunyai aktivitas biologi tertentu. Senyawa Patchoulol yang merupakan komponen yang paling banyak ditemukan dalam minyak nilam bersama dengan α- patchoulene diketahui potensial sebagai aktivitas antifungal (Sonwa,2001). Senyawa α-bulnesene diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi terhadap PAF (Platelet Activiting Factor) sebuah phospolipid mediator yang dihasilkan berbagai sel pada saat terkena penyakit alergi, inflamasi, asma, dan lain-lain (Chieh Tsai, 2005). Tanaman nilam telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Akar dari tanaman ini digunakan untuk pencahar, bagian daun sebagai deodoran, obat luka, bawasir, disentri, stomakikum, penyakit empedu, sielagogum, stemutatori, ganguan haid dan obat peluruh haid. Semua bagian dari tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai karminatif, obat sakit kepala, emetik, obat diare, dan insektisida (Kasahara dan emmi, 1995). leh sebab itu, pada penelitian ini juga akan ditentukan sifat bioaktivitas minyak nilam sebagai antioksidan, antitoksik dan antilarvasida. Untuk menguji bioaktivitas dari minyak nilam ini dilakukan dengan uji antioksidan menggunakan radikal bebas DPP, uji anti larvasida menggunakan larva nyamuk Aedes aegypti, dan uji toksisitas dengan metode Brine- Shrimp Lethality Test (BSLT). 2. Metodologi 2.1 Preparasi dan Distilasi Sampel Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) segar dibungkus dengan kantong pembungkus dan dibiarkan selama 24 jam (proses fermentasi) kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering. Sampel dipisahkan antara batang dan daunnya, kemudian dipotong kecil-kecil. Sampel dibagi menjadi tiga variasi yaitu daun (A), batang (B, campuran batang:daun=1:1 (C). 75gram dari masing-masing sampel dimasukkan ke dalam labu distilasi, kemudian ditambahkan aquades sampai bahan terendam dan didistilasi selama ±8 jam hingga diperoleh distilat campuran minyak dan air. a 2 S 4 anhidrat ditambahkan pada destilat minyak untuk memisahkan air dari minyaknya lalu disaring. Minyak nilam yang diperoleh dihitung jumlah rendemennya.

3 2.2 Metode Identifikasi Senyawa Kromatografi Lapis Tipis Masing-masing minyak atsiri ditotolkan pada plat KLT Si 2 F 254 sebagai fasa diam kemudian dielusi dengan n-heksan:etil asetat (8:1) sebagai fase gerak. oda yang dihasilkan diamati menggunakan lampu ultraviolet (UV) pada λ254 nm dan digunakan iodin untuk penampak noda Kromatografi Gas-Spektrokopi Massa (KG-MS) Minyak atsiri yang diperoleh diidentifikasi komponen-komponennya menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM). Peralatan KG-SM yang digunakan adalah P G1800A dengan kolom jenis DB-5 (diameter dalam 30 m x 0.25 mm, ketebalan 0.25 µm). Temperatur kolom diatur pada suhu 40 C selama 1 menit dan meningkat 4 C/menit hingga suhu 260 C selama 4 menit. Temperatur injektor dan sumber ion (EI pada 70 ev) 250 dan 260 C. Gas pembawa yang digunakan adalah elium (e) dengan kecepatan alir 1ml/menit dengan rasio kecepatan 1:50. Range scan SM adalah m/z Uji Toksisitas dengan menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal Uji ini meliputi tiga tahap perlakuan, yaitu: Tahap 1 : Penyediaan Media Pembiakan Media air laut yang digunakan untuk penetasan telur udang diambil dari laut Kenjeran sebanyak 300 ml kemudian disaring 300 ml dengan menggunakan kertas saring whatman 41. Tahap 2 : Pembiakan Larva Udang Artemia salina L. Telur Artemia salina Leach yang telah dibuahi dimasukkan sebanyak 1 gram ke dalam bejana yang berisi 300 ml air laut. Setelah 24 jam telur akan menetas dan selanjutnya dibiarkan dewasa selama jam sebelum digunakan sebagai hewan uji. Tahap 3 : Prosedur uji Menggunakan Udang Artemia salina L. Air laut sebanyak 150 µlyang mengandung larva udang Artemia salina ekor dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam kotak uji bioaktivitas (microware). Minyak atsiri diambil sebanyak 0,0125 ml dan dilarutkan dengan larutan dimetil sulfoksida (DMS) 0,0375 ml. Larutan sampel tersebut ditambahkan air laut hingga volumenya menjadi 25 ml sehingga diperoleh cuplikan dengan konsentrasi 500 ppm (larutan stok). Larutan sampel kemudian diencerkan sampai konsentrasinya menjadi 125; 62,5; 31,25; 15,625; 7,8125 dan 3,906 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing larutan diambil 150 µl dimasukkan ke dalam kotak uji yang berisi larva nyamuk sebanyak 10 ekor. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan didiamkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap tabung. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Akumulasi angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi dihitung. Persentase larva nyamuk yang mati dihitung dengan perhitungan sebagai berikut: Jumlah udang mati terakumulasi % kematian = x 100 % Jumlah udang total Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC 50, yang menunjukkan konsentrasi dalam ppm yang menyebabkan 50% kematian larva selama 24 jam. ilai LC 50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC 50 < 1000 ppm untuk ektrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa murni Uji Insektisida menggunakan Larva Instar III yamuk Aedes aegypti Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal 31-34, dimana hewan uji diganti dengan menggunakan larva instar IIInyamuk Aedes aegypti. Larva yang digunakan adalah instar III yang didapatkan dari TDC- UAIR.Minyak atsiri diambil sebanyak 0,05 ml dan dilarutkan dengan larutan dimetil sulfoksida (DMS) 0,14 ml. Larutan sampel tersebut ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml (2000 ppm). Larutan sampel kemudian diencerkan sampai konsentrasinya menjadi 1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing larutan diambil 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larva nyamuk sebanyak 10 ekor. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan didiamkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap tabung. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Akumulasi angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi dihitung. Persentase larva nyamuk yang mati dihitung dengan perhitungan sebagai berikut: % kematian = x 100 %

4 Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC 50, yang menunjukkan konsentrasi dalam ppm yang menyebabkan 50% kematian larva selama 24 jam. ilai LC 50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu senyawa dikatakan aktif sebagai insektisida apabila nilai LC 50 < setengah konsentrasi tertinggi senyawa uji atau LC 50 < 62,5 ppm Uji Antioksidan Senyawa uji masing-masing diambil sebanyak 1 ml kemudian dilarutkan dalam petrolium eter 2 ml. Larutan uji tersebut ditotolkan pada plat KLT kemudian dielusi dengan eluen n- heksan : Eti Asetat (8,5:1,5) dan disemprot larutan DPP 0,2% dalam metanol. al ini dilakukan untuk menguji keaktifan senyawa tersebut. Senyawa aktif dilarutkan dalam metanol dan dibuat dalam beragam konsentrasi. Variasi konsentrasi adalah 20; 40; 60; 80; dan 100 ppm. Senyawa aktif tersebut masing-masing diambil 0,3 ml dan ditambahkan larutan DPP 0,004% dalam metanol 2,7 ml kemudian didiamkan selama 30 menit. Absorbansi senyawa diukur pada panjang gelombang (λ) 517 nm. Persentase inhibisi dan IC 50 dihitung. asil yang diperoleh dibandingkan dengan standar quersetin. Persentase inhibisi dihitung dengan persamaan sebagai berikut: % inhibisi = A blanko A senyawa uji A blanko x 100 % Grafik dibuat dengan konsentrasi sampel (ppm) sebagai sumbu x terhadap % inhibisi sebagai sumbu y. Aktivitas dilaporkan sebagai IC 50 yang menunjukkan konsentrasi dalam ppm yang menyebabkan 50% penghambatan radikal dalam waktu 30 menit. ilai IC 50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier y = a + bx. 3. asil dan Diskusi asil distilasi minyak nilam sampel A, B, dan C didapatkan nilai rendemen sebesar 2,97%, 0,15%, dan 2,00%. ilai ini cukup tinggi dibandingkan dengan proses pengeringan langsung tanpa fermentasi dengan rendemen sebesar 0,73% karena proses fermentasi yang dilakukan terhadap tanaman nilam sebelum dikeringkan dapat memecah jaringan di dalam tanaman tersebut sehingga minyak yang diperoleh bisa optimal. Proses pengeringan yang sebenarnya bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan mempermudah keluarnya minyak bisa menjadi tidak optimal jika suhu yang digunakan terlalu panas. suhu optimal untuk pengeringan adalah 40 0 C [7].Rendemen minyak yang diperoleh juga menjukkan bahw aminyak daun lebih banyak dibandingkan dengan minyak dari batang tanaman nilam. 3.1 Analisa Kromatografi Lapis Tipis Minyak atsiri merupakan campuran senyawa organik yang tersusun atas 25 atau lebih senyawa yang berlainan. Sebagian diantara tersusun atas karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen, dan oksigen. Perbedaan ini akan menyebabkan campuran senyawa dalam minyak atsiri mempunyai tingkat kepolaran yang berbeda. Minyak atsiri Pogostemon cablin Benth yang berwarna kuning diuji dengan kromatografi lapis tipis. Pengujian ini bertujuan untuk mengelompokkan senyawa dalam minyak atsiri Pogostemon cablin Benth berdasarkan tingkat kepolarannya. A B C Gambar 3.1 KLT minyak atsiri A, B dan C Adanya tiga noda yang tampak jelas dapat disimpulkan bahwa dalam minyak atsiri sampel A,B,dan C terdapat 3 tiga kelompok senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang berbeda. Berdasarkan teori like dissolve like, dengan fasa diam yang bersifat polar dan fasa gerak yang cenderung non polar, maka noda paling atas adalah kelompok senyawa-senyawa non polar sedangkan noda paling bawah adalah kelompok senyawasenyawa polar yang ada dalam minyak atsiri tanaman ini. asil KLT ini didukung oleh data KG- SM yang menunjukan bahwa kandungan kimia minyak atsiri ini terdiri dari komponen yang mempunyai polaritas yang berbeda. 3.2 Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG- SM) Analisa KG-SM dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa penyusun minyak atsiri Pogostemon cablin Benth. Kromatogram hasil analisis KG-SM menunjukan bahwa komposisi kimia minyak atsiri ini terdiri dari beberapa senyawa dengan kadar yang berbeda pada sampel A, B dan C.Senyawa minyak nilam antara lain β-pinene, δ-elemene, β-patchoulene, seychellene, caryophylene, α-patchoulene, α- guaine, β-selinene, asam palmitat dan komponen terbesarnya adalah Patchouli alkohol. al ini ditunjukan dari puncak-puncak kromatogram yang terbentuk. Urutan senyawa dilihat dari waktu retensinya. Senyawa yang mempunyai waktu

5 Prosiding Tugas Akhir Semester Genap 2010/2011 retensi paling kecil adalah senyawa yang paling ringan dan mudah menguap sehingga terbawa pertawa kali oleh fasa gerak yang berupa gas argon dalam kolom Kromatografi Gas (x10,000,000) TIC (1.00) (x10,000,000) TIC (1.00) (A) (x10,000,000) TIC (1.00) (B) (C) Gambar 3.2 kromatogram minyak atsiri (A) daun, (B) batang dan (C) campuran Komponen utama minyak atsiri dari tanaman nilam adalah patchouli alcohol yang menentukan mutu minyak nilam. Kadar patchouli alkoholdari sampel Asebesar 46,52%, sampel B sebesar 62,452% dan sampel C sebesar 46,92%. Patchouli alcohol dari sampel B atau dari batang memiliki kadar paling tinggi, namun rendemen dari minyaknya sangat rendah. Dari hasil analisa ini terlihat bahwa patchouli alcohol mempunyai persentase terbesar pada batang, tapi sangat sedikit pada daun. 3.3 Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) enyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi, oleh karena itu daya bunuh in vivo dari senyawa terhadap hewan uji dapat digunakan untuk menganalisa bioaktivitas dari suatu ekstrak tumbuhan. Salah satu organisme yang sesuai untuk hewan uji adalah brine shrimp (udang laut). Untuk mengetahui toksisitas minyak atsiri Pogestemon cablin dari daun (A), batang (B) dan campuran (C) dalam penelitian ini digunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Uji BSLT dilakukan terhadap minyak atsiri daun (A), batang (B) dan campuran (C) dari tanaman Pogestemon cablin Benth dari Tempursari, Malang, Jawa Timur dari dengan menggunakan larva udang Artemia salina L. Uji bioaktivitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigini dalam jurnal Plant Medica, volume 45 (1982), hal Pengujian dilakukan untuk mengetahui kemampuan sampel untuk mematikan larva udang (toksik) dengan menggunakan variasi konsentrasi, yaitu 125 ppm; 62,5 ppm; 31,25 ppm; 15,625 ppm; 7,8125 ppm dan 3,906 ppm. Pengamatan terhadap jumlah kematian larva dilakukan setelah 24 jam, Dari pengujian dan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai LC 50 dari masing-masing minyak adalah A sebesar 22,09 ppm, B sebesar 19,16 ppm, dan C sebesar 22,10 ppm. Menurut Meyer dan Ferrigini (1982) suatu senyawa dikatakan aktif pada uji toksisitas menggunakan metode BSLT dengan konsentrasi maksimal 1000 ppm, jika memiliki harga LC ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC 50 > 500 ppm. Pada pengujian yang dilakukan pada ampel A, B dan C konsentrai maksimal yang digunakan sebesar 125 ppm, oleh karena itu ketiga minyak atsiri tersebut dikatakan toksik jika mempunyai nilai LC 50 62,5 ppm atau setengah dari konsentrasi maksimal yang digunakan dan tidak toksik jika harga LC 50 > 62,5 ppm 3.4 Uji Insektisida Menggunakan Larva InstarIII yamuk Aedes aegypti Uji insektisida dilakukan terhadap Larva Instar III nyamuk Aedes aegypti. Sampel yang digunakan adalah sampel A, B, dan C yang dibuat dalam variasi konsentrasi. Variasi konsentrasi dimulai dari 1000, 500, 250, 125, 62,5 dan 31,25 ppm. Pengamatan dimulai setelah sampel dan larva dibiarkan kontak selama 24 jam. asil pengamatan aktivitas minyak atsiri terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dilihat dari berapa banyak larva yang hidup dan yang mati setelah pemaparan selama 24 jam.ilai LC 50 Dari pengujian dan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai LC 50 dari masing-masing minyak adalah A sebesar 49,99 ppm, B sebesar 27,84 ppm, dan C sebesar 48,80 ppm. Suatu senyawa dikatakan aktif jika mempunyai harga LC ppm dan tidak aktif jika LC50> 500 ppm [8]. asil uji insektisida terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa minyak atsiri sampel A, B dan C aktif sebagai insektisida. Aktifitas minyak atsiri ini kemungkinan diberikan oleh senyawa patchouli alkohol yang merupakan komponen terbesar dalam sampel minyak nilam

6 Kontrol (+) dari batang. asil ini sesuai dengan penelitian enderson (2003) yang menyatakan bahwa senyawa patchouli alkohol dalam minyak nilam aktif sebagai penghambat pertumbuhan rayap Coptotermes shiraki. 3.5 Uji Antioksidan Senyawa antioksidan merupakan inhibitor penghambat oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikalbebas. Antiradikal bebas (antioksidan) merupakan aktivitas suatu senyawa yang dalam kadar rendah dapat mencegah terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah teroksidasi. Minyak atsiri yang terdiri dari senyawa terpenoid berpotensi sebagai antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu senyawa ekstrak dalam menghambat terjadinya reaksi oksidasi. Senyawa A, B C dan kurkumin (K) sebagai pembanding ditotolkan ke plat KLT dan di elusi dengan n-heksan: etil asetat (8,5:1,5), kemudian larutan DPP 0,04% yang berwarna ungu disemprotkan pada plat A Gambar 3.4 reaksi DPP dengan antioksidan Komponen senyawa dalam minyak atsiri nilam yang sebagian besar terdiri dari senyawa siklik tak jenuh memungkinkan sebagai pendonor proton ke DPP sehingga terbentuk DPP nonradikal. Dari gambar 4.15 terlihat bahwa senyawa (A), (B) dan (C) berwarna kuning, berarti DPP nonradikal terbentuk sehingga warna violet berubah menjadi kuning. Sulit untuk mengetahui senyawa spesifik dalam minyak atsiri nilam ini yang aktif sebagai antioksidan karena dalam uji kualitatif terlihat bahwa semua kolompok senyawa baik itu kelompok senyawa polar, semi atau non polar menunjukkan hasil positif antioksidan (gambar 4.15). Senyawa Kurkumin yang digunakan sebagai kontrol positif antioksidan, menunjukan perubahan warna kuning yang lebih cerah. al ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari minyak atsiri kurkumin lebih tinggi dibandingkan dengan pogostemon cablin sebagaimana yang telah banyak dilaporkan A 3 C C 3 K A B C Gambar 3.3 Kualitatif Antioksidan minyak atsiri daun nilam (A), Batang nilam (B), campuran (C) dan kurkumin (K) DPP merupakan radikal bebas yang stabil dengan delokalisasi elektron yang berlebih. Delokalisasi ini meningkatkan warna violet dan absorbansi dalam etanol pada 517 nm. Ketika DPP bersama dengan senyawa lain yang siap mendonorkan atom hidrogen, maka akan terbentuk DPP nonradikal (2,2-difenil-1-pikrilhidrazin) yang ditandai dengan hilangnya warna violet berubah menjadi kuning pucat dari pikril yang masih ada. Gambar 3.5 Struktur kurkumin Kurkumin menangkap radikal bebas dari DPP dan distabilkan oleh ikatan rangkap terkonjugasi seperti gambar C C 3 3C C 3 3C C 3 2 2

7 3C C 3 3C C 3 3C C 3 Gambar 3.6 Mekanisme Reaksi Antioksidan Kurkumin Senyawa terpenoid yang ada dalam minyak atsiri Pogostemon cablin ini merupakan senyawa monterpen dan sesquiterpen. Seperti yang pernah dilaporkan oleh Ruberto dan Barata (1999) mengenai aktivitas antioksidan terhadap komponen minyak atsiri bahwa aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh struktur senyawanya. Golongan senyawa monoterpen hidrokarbon memiliki aktivitas yang tinggi karena dipengaruhi oleh metilen aktif seperti α-pinene dan β-pinene. Sesquiterpen hydrokarbon seperti transcaryophyllen dan α-humulene mempunyai aktivitas rendah sedangkan sesquiterpen teroksigenasi seperti linalol justru berpotensi sebagai pro-oksidan yang membentuk radikal baru yang lebih kuat. Meskipun minyak atsiri Pogostemon cablin mengandung monoterpen yang aktif sebagai antioksidan, namun patchouli alkohol yang termasuk dalam sesquiterpen teroksigenasi merupakan pro-oksidan, sehingga aktifitas antioksidan dari minyak atsiri ini sangat rendah. Gambar 3.7 menunjukan proses penangkapan radikal bebas oleh senyawa patchouli alkohol dalam minyak nilam Gambar 3.7 Reaksi DPP dengan patchouli alkohol 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Minyak Atsiri dari daun (A), batang (B) dan campuran batang-daun (C) tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) memiliki rendemen yaitu 2,97% untuk minyak atsiri A, 0,15 % untuk minyak atsiri B dan 2% untuk Minyak atsiri C. Komponen utama dari ketiga sampel adalah pachouli alchohol dengan kelimpahan tertinggi pada batang (B) yaitu sebesar 62,45% dibanding dengan minyak atsiri daun (46,52%) dan campuran (46,92%). Minyak atsiri batang (B) mempunyai toksisitas lebih besar dengan nilai LC 50 19,16 ppm dibandingkan dengan minyak atsiri daun (A) dan campuran (C) dengan nilai LC 50 secara berturutturut 22,09 ppm dan 22,10 ppm. Uji insektisida minyak atsiri dilakukan terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti. asil pengujian menunjukan bahwa minyak atsiri A, B dan C aktif sebagai insektisida alami dengan nilai LC 50 masingmasing sebesar 46,40 ppm, 31,04 ppm dan 47,59 ppm. Uji kualitatif antioksidan dengan DPP menunjukkan minyak atsiri dari tanaman nilam berpotensi sebagai antioksidan. UCAPA TERIMA KASI Ucapan terimakasih ini disampaikan kepada Allah SWT atas semua rahmatya, Bunda, dan Purba atas semua doa dan semangat yang tiada henti, Bu Dra. Yulfi Zetra, MS dan Pak Agus untuk bimbingan dan semangat yang tiada henti, temanteman C-25, dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Santoso,. B., 1990,ilam Bahan Industri Wewangian, Kanisius, Yogyakarta Biro PusatStatistik, 2005, Statistik Perdagangan Luar egeri 2004, BPS, Jakarta Agus, K. dan Ludi, M., 2004, ilam Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri Parfum dan Kosmetika, Agromedia Pustaka, Tangerang Ketaren, S., Pengantar teknologi minyak atsiri. Balai Pustaka. Jakarta Sonwa,M.M., 2001, Isolation and structure elucidation of essential oil constituents: comparative study of the oils of Cyperus alopecuroides, Cyperus papyrus and Cyperus rotundus. amburg:2000. Dissertation for the fulfillment of the requirements for the degree of doctor from Mbamougong Cameroon Tsai, Ying, 2005,α-Bulnesene, a PAF Inhibitor isolated from the Essential oil of Pogostemon cablin, Fitoterapia, 78,7 11 Salim, Takiyah,2007,Pengaruh Suhu Pengeringan Daun ilam Terhadap Rendemen Penyulingan dan Kualitas Minyak yang Dihasilkan,Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-LIPI, Bandung Meyer, Laughlin & Ferrigini, 1982, Brine Shrimp: Convenient General Bioassay for Active Constituent, Planta Medica,45, enderson, Gregg, 2003, Toxicity and Repellency of Patchouli Alcohol Against Formosan Subterranean Termites Coptotermes Shiraki (Isoptera : Rhinotermitidae), Departement of Entomology, Louisiana Agricultural Experiment Station, Louisiana

KIMIA ORGANIK (Kode : E-02) PENGARUH FERMENTASIDAN AKTIVITAS LARVASIDA KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH)

KIMIA ORGANIK (Kode : E-02) PENGARUH FERMENTASIDAN AKTIVITAS LARVASIDA KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) MAKALAH PENDAMPING KIMIA ORGANIK (Kode : E-02) ISBN : 978-979-133-8-0 PENGARUH FERMENTASIDAN AKTIVITAS LARVASIDA KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI TANAMAN NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) Yulfi Zetra 1, Diana

Lebih terperinci

Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini. Prof. Dr. Perry Burhan, M.Sc Dra. Yulfi Zetra, MS Jurusan Kimia-ITS 2010

Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini. Prof. Dr. Perry Burhan, M.Sc Dra. Yulfi Zetra, MS Jurusan Kimia-ITS 2010 MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH Citrus grandis, Citrus aurantium (L.) dan Citrus aurantifolia (RUTACEAE) SEBAGAI SENYAWA ANTIBAKTERI DAN INSEKTISIDA Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini (1406100015) Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK (Kode : B-11) AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN POGOSTEMON CABLIN BENTH (NILAM)

KIMIA ANALITIK (Kode : B-11) AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN POGOSTEMON CABLIN BENTH (NILAM) MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-11) ISBN : 978-979-1533-85-0 AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN POGOSTEMON CABLIN BENTH (NILAM) Yulfi Zetra 1, Anis Febriati 2, *, R.Y.Perry Burhan, Agus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Oleh ELOK WIDAYANTI 1406 201 808 PROGRAM MAGISTER KIMIA FMIPA ITS Surabaya 2008 Divisio Sub Divisio

Lebih terperinci

REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA ION ETOKSI

REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA ION ETOKSI REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA IN ETKSI leh : Rahma Rahayu Dinarlita NRP. 1406 100 026 Dosen Pembimbing Drs. Agus Wahyudi, MS. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons 96 97 98 Lampiran 2. Pembuatan Larutan untuk Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina Leach A. Membuat Larutan Stok Diambil 20 mg sampel kemudian dilarutkan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker Lampiran. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Pereaksi pendeteksi Flavonoid Pereaksi NaOH 0% Sebanyak 0 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu: 1. Tempat pengambilan sampel dan preparasi sampel dilakukan di desa Sembung Harjo Genuk Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) Nadia Rahma Kusuma Dewi*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM leh : Nur Mei Rohmawati 1406 100 007 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER SURABAYA 2010 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, menyatakan bahwa tanaman ini adalah Pogostemon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

rambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan

rambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan PENDAHULUAN Tanaman-tanaman yang mengandung minyak atsiri ± 150 200 spesies tanaman yang termasuk ke dalam suku Pinaceae, Labiateae, Compositeae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferae. Minyak nilam (patchouli)

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.) Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga (Isolation and identification of chemical components of essential oils from leaves, stems, and flowers of Salembangu plants

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) Islamudin Ahmad dan Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pemisahan dengan VLC Hasil pemisahaan dengan VLC menggimakan eluen heksan 100% sampai diklorometan : metanol (50 : 50) didiperoleh 11 fraksi. Pengujian KLT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 15 HN DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Serangga Hama dan iodegradasi UPT. alai Penelitian dan Pengembangan iomaterial LIPI dan Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Ika Sri Hardyanti 1, Dyan Septyaningsih 2, Isni Nurani 3 Emas Agus Prastyo Wibowo

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian untuk kegiatan fraksinasi daun mint (Mentha arvensis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI Disusun Oleh: Novi Rahmawati (1406 100 022) Pembimbing I: Dra. Yulfi Zetra, MS (19600727 198701

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

Lebih terperinci

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati 6 konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/ml.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan 40 BAB VI PEMBAASAN 6.1 Isolasi Minyak Atsiri dengan Destilasi Uap Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan menggunakan destilasi uap. Pemotongan sampel dengan ukuran kecil

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn) ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn) M. Tripiana 1, H.Y. Teruna 2, N. Balatif 2 E-mail : mahyani_tn@yahoo.co.id 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH PKMI--7- ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH Ria Amiriani, Ria Yunisa Primasari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tahap pemanasan sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan komponen

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tahap pemanasan sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan komponen 55 BAB V ASIL PENELITIAN DAN PEMBAASAN 5.1 Uji Pendahuluan 5.1.1 Ekstraksi spons genus aliclona Grant, 1836 Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi dipilih karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau. (Lundstrom dan Olsson, 2010). Bau yang dihasilkan disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau. (Lundstrom dan Olsson, 2010). Bau yang dihasilkan disebabkan oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bau badan merupakan masalah yang cukup penting dan dapat mengganggu aktivitas seseorang. Menurut Wijayakusuma (2008), bau badan dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis) Desy Triary Sandi*, M. Arifuddin, Laode Rijai Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA dan Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas sampel daun yang digunakan apakah benar merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 34 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, menunjukkan bahwa temu putih yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Nilam jenis Pogostemon cablin Benth adalah nilam yang digunakan dalam penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN

MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN Wahyu Agustina Wijayanti*, Yulfi Zetra 1, Perry Burhan 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan. Metode

PENDAHULUAN. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan. Metode 2 PENDAHULUAN Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang, dahan, ranting, dan daun. Selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bioaktivitas Ekstrak Kasar Kayu Teras Suren Contoh uji yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari Desa Cibadak, Sukabumi. Sampel daun dikirim ke Herbarium Bogoriense,

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci