BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri yang memberikan kontribusi penting dalam dunia flavour dan fragrance terutama untuk industri parfum dan aroma terapi. Tanaman nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia, Filipina dan India. Menurut Rusli (1991), kadar minyak tertinggi terdapat pada bagian daun nilam kandungan utamanya yaitu Patchouli alcohol yang berkisar antara %. Aromanya segar dan khas serta mempunyai daya fiksasi yang kuat sulit digantikan oleh bahan sintesis. Proses isolasi minyak nilam dengan pengeringan langsung belum sempurna karena minyak nilam masih terikat pada jaringan daun (Yuliana, 2003). Metode penghancuran jaringan daun nilam perlu dilakukan supaya minyak nilam dapat diisolasi secara optimal. Penyulingan minyak atsiri adalah suatu proses pengambilan (pemisahan) minyak dari bahannya dengan bantuan uap air. Pemisahan minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan uap) di antara komponenkomponen bahan (Ma mun, 2011). Menurut Tandon (2008) Penyulingan tanaman atsiri merupakan proses penguapan atau pembebasan minyak atsiri dari trikoma atau jaringan dinding sel tanaman karena hadirnya uap air, dengan mengaplikasikan 5

2 6 suhu tinggi dan kemudian mendinginkan campuran uap tersebut untuk memisahkan komponen minyak dari air berdasarkan densitas. 2.2 Perlakuan Sebelum Proses Destilasi Pelayuan Pelayuan atau pengeringan bertujan untuk menguapkan sebagian air yang terdapat dalam bahan tanaman sehingga proses penyulingan diharapkan akan lebih singkat. Fungsi lainnya adalah untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau khas nilam (Ketaren, 1985). Proses penyulingan bahan nilam secara langsung tanpa adanya pelayuan tidak dibenarkan karena akan menghasilkan rendemen minyak yang rendah. Hal ini dikarenakan sel-sel yang mengandung minyak sebagian terdapat di permukaan dan sebagian lagi di dalam daun, sedangkan hanya minyak yang dipermukaan saja yang dapat keluar, yang di dalam daun belum bisa keluar. Proses pengeringan dan pelayuan juga harus berhati-hati karena dapat menyebabkan kehilangan minyak dari sampel nilam nya. Sebaikknya proses pelayuan tidak dilakukan langsung dibawah sinar matahari. Hal ini terjadi karena air yang terdapat dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap. Sebalikknya pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit untuk disuling. Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap biasanya hanya dilayukan pada tingkat udara, sedangkan bahan yang mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih lanjut (Nurdjanah dan Marwati, 1998).

3 7 Proses pengeringan yang sebenarnya bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan mempermudah keluarnya minyak bisa menjadi tidak optimal jika suhu yang digunakan terlalu panas. Suhu optimal untuk pengeringan adalah 40 o C (Salim, 2007). Pelayuan atau pengeringan, dinding-dinding sel akan terbuka sehingga lebih mudah ditembus uap (Ma mun, 2011) Perajangan Tanaman atsiri mengandung kelenjar-kelenjar minyak atau bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri akan keluar apabila adanya uap yang melewati jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini terjadi dengan hidrodifusi (penembusan air pada jaringan tanaman). Proses difusi biasanya berlangsung sangat lambat oleh karena itu untuk mempecepat prosesnya bahan tanaman harus diperkecil atau dipotong-potong Fermentasi Fermentasi merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan daun nilam (Nasruddin dkk, 2005). Prinsip fermentasi pada isolasi minyak nilam adalah memecahkan dinding sel dan rambut kelenjar daun nilam dengan menggunakan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang tumbuh pada daun nilam. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibakan minyak nilam terpisah dari daun dan dapat diisolasi lebih mudah (Halimah dan Zetra, 2011). Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri dalam tanaman dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau kelenjar granular. an yang dilakukan oleh Herliana (2015) waktu fermentasi yang lebih singkat akan menghasilkan kadar Patchouli alcohol yang lebih tinggi. Fermentasi

4 8 dilakukan pada daun nilam yang sudah dilakukan pelayuan dan dilakukan pemotongan daun. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan akuades ke daun nilam yang sudah di potong kecil dan ditempatkan ke dalam plastik yang kemudian ditutup rapat sehingga tidak ada udara yang masuk. Menurut Herliana (2015) Kadar patchoulol minyak nilam tanpa fermentasi adalah 68,98 %, fermentasi 6 jam sebesar 91,22 % dan fermentasi 10 jam didapatkan hasil sebesar 72,01 %. Rendemen minyak yang didapatkan dengan waktu fermentasi lebih lama akan menghasilkan rendemen minyak yang lebih banyak. Yakni untuk fermentasi 6 jam sebesar 1,00 %, sedangkan fermentasi 10 jam memiliki rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,32 %. Menurut Rulianah (2012) apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya bergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang pengaruh fermentasi terhadap rendemen dan kualitas minyak atsiri dari daun nilam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2012) tentang pengaruh fermentasi terhadap rendemen dan kualitas minyak atsiri dari daun nilam dengan metode destilasi air memperoleh hasil sebesar % sedangkan untuk sampel yang tidak difermentasi adalah % Komponen Minyak Nilam an dilakukan Qadrillah (2015) senyawa-senyawa yang terdapat dalam minyak nilam adalah trans caryophyllene, alpha-guaiene, syechellene, betaselinene, aplha-patchoulene, alloaromadendrene, eremophilene, delta-guaiene, epiglobulol, aplha-copaene, alpha-gurjunene, beta-patchoulene, alpha-humulene,

5 9 isoledene, cyclohexanone, palustrol, alpha-ylangene, gamma-gurujenene, alphaselinene, patchouli alcohol, humulene. Senyawa patchouli alcohol muncul pada waktu retensi 15,239 ; 15,265 ; 15,267. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Yandi (2015) senyawa-senyawa yang muncul pada minyak nilam adalah betapatchoulene, seychellene, trans-caryophyllene, alpha-guaiene, alpha-humulene, alpha-patchoulene, alpha-gurjunene, alloaromadendrene, alpha-guaiene, germacrene-d, alpha-selinene, alpha-guaiene, delta-guaiene, apha-panasinsen, 2- methyl-4-(2,6,6-trimethyl-cyclohex-1-enyl)-but-2-enal, valerenol, 1- naphthalenamine, beta-selinene, pogostol, veridiflorol, delta-guaiene, alphaselinene, patchouli alcohol, cycloheptan. Pada waktu retensi 15,261 dan 15,271 muncul senyawa patchouli alcohol. 2.3 Destilasi Water Bubble Penyulingan minyak atsiri biasanya menggunakan metode destilasi uap. Petani nilam kebanyakan menggunakan metode ini. Tetapi, metode ini mempunyai kelemahan yakni kandungan Patchouli alcohol yang diperoleh rendah, sehingga mutu minyak nilam yang dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu banyak inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan kandungan Patchouli alcohol yang dihasilkan, salah satunya dengan menggunakan metode destilasi water bubble. Menurut Andini (2011) dalam penelitiannya mengunakan destilasi water bubble, menghasilkan minyak berwarna kuning pucat dengan rendemen sekitar % dan kadar Patchouli alcohol sebesar %. Destilasi water bubble merupakan salah satu metode untuk penyulingan minyak nilam. Sampel nilam terlebih dahulu dirajang kecil-kecil dan kemudian dimasukkan dalam ketel yang

6 10 bersisi air. Uap akan dikeluarkan dari boiler yang bersisi air yang dipanaskan. Uap tersebut akan mengalir melalui selang yang terhubung dengan ketel yang besisi campuran bahan baku dan air yang dialirkan dari bawah ke atas menembus jaringan sampel nilam. Pengadukan yang berada pada ketel yang berisi bahan digunakan untuk menghomogenkan bahan baku supaya uap air yang melewatinya dapat secara utuh dan merata menembus jaringan nilam sehingga uap air tersebut akan membawa minyak secara lebih optimal menuju kondensor yang akan memisahkan minyak tersebut menjadi hidrosol dan minyak nilam yang diinginkan. No Tabel 1. Perbandingan hasil destilasi uap dengan destilasi water bubble dari berbagai jenis tanaman nilam (Andini, 2011) 1. Warna Parameter 1 (A) Muda 2 (B) Muda 3 (C) Kecoklatan 4 (D) Pucat Standar SNI Muda- Coklat Tua 2. Rendemen 2,19 % 2,00 % 1,77 % 1,68 % - 3. Kadar Patchoulol Keterangan: 28,04 % 29,11 % 34,43 % 43,19 % 30 % (A) Jenis tanaman nilam dari Cisaroni, Jawa Barat dengan destilasi uap (B) Jenis tanaman nilam dari Lhokseumawe, NAD dengan destilasi uap (C) Jenis tanaman nilam dari Sleman, DIY dengan destilasi uap (D) Jenis tanaman nilam dari Jepara, Jawa Tengah dengan destilasi Water bubble Destilasi Water bubble menghasilkan minyak nilam dengan kandungan patchouli alkohol yang tinggi dan minyak yang dihasilkan berkualitas tinggi.