BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yenny Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, menyatakan bahwa tanaman ini adalah Pogostemon cablin Benth. Dewasa ini terdapat beberapa sinonim tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth. (nilam Aceh), Pogostemon hortensis dan Pogostemon heyneanus (nilam Jawa). Pogostemon cablin mempunyai kadar minyak atsiri 2,5 5,0 % dan merupakan tanaman yang paling banyak disuling. Pogostemon heyneanus dan Pogostemon hortensis mempunyai kadar minyak 0,5 1,5 %. Pada penelitian ini daun nilam yang digunakan memiliki kadar air sebesar 11,00 % dan kadar minyak atsiri 2,65 %. Hasil pemeriksaan secara makroskopik menunjukkan helaian daun nilam berbentuk bulat telur sampai jorong memanjang, ujung meruncing, pangkal umumnya runcing, pinggir bergerigi ganda atau kadang-kadang beringgit, kedua permukaan berambut rapat, panjang helaian sampai 12 cm, panjang tangkai daun sampai 8 cm, lebar sampai 10 cm, dan penulangan menyirip. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1. Hasil pemeriksaan secara mikroskopik menunjukkan adanya rambut penutup, mesofil dengan trakea, epidermis atas dengan rambut penutup, rambut kelenjar, dan berkas pembuluh. Hasil pemeriksaan mikroskopik ditunjukkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.1. Daun Pogostemon cablin Benth. 15
2 16 a. b. c. d. e. Gambar 4.2 Pengamatan simplisia secara mikroskopik : a) rambut penutup, b) berkas pembuluh, c) epidermis atas dengan rambut penutup, d) mesofil dengan trakea, e) rambut kelenjar. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses fermentasi adalah suhu, kelembaban, dan jumlah air atau suspensi mikroba yang ditambahkan. Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba yang ada dalam substrat. Pada penelitian ini, fermentasi dilakukan pada suhu ruangan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuan perlakuan tersebut adalah agar mikroorganisme dapat tumbuh optimal dan mencegah terjadinya penguapan minyak atsiri. Pada penelitian ini tidak dilakukan sterilisasi terhadap bahan yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya metode yang tepat yang dapat digunakan untuk mensterilkan daun nilam. Sterilisasi dengan menggunakan panas tidak dapat digunakan karena dapat mengakibatkan terjadinya penguapan minyak atsiri. Sterilisasi dengan menggunakan pelarut tidak dapat digunakan karena dapat menyebabkan pelarutan komponen minyak atsiri dan sulit untuk menghilangkan pelarut dari serbuk simplisia. Sterilisasi dengan menggunakan sinar tidak dilakukan karena diragukan efektivitasnya. Sterilisasi menggunakan formaldehid tidak dilakukan karena senyawa tersebut bersifat bakterisid sehingga dapat membunuh mikroba yang digunakan pada saat fermentasi. Pada awalnya, proses fermentasi dilakukan dengan merendam daun nilam pada media air dengan penambahan atau tanpa penambahan mikroba. Perendaman daun nilam dalam media air bertujuan agar mikroba dapat tumbuh dengan baik dan isolasi minyak atsiri akan lebih mudah karena minyak atsiri tidak larut dalam air. Pengamatan secara organoleptik terhadap sistem fermentasi tersebut dapat dilihat terjadinya pertumbuhan mikroorganisme
3 17 yang berwarna putih pada permukaan lapisan air. Namun, proses ini disertai dengan terbentuknya bau busuk. Pada proses tersebut minyak nilam tidak langsung dapat diperoleh dari hasil fermentasi tetapi tetap harus melalui proses destilasi. Minyak nilam yang dihasilkan memiliki bau yang berbeda jika dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak direndam. Minyak nilam yang berasal dari daun yang direndam cenderung berbau busuk. Bau busuk yang dihasilkan merupakan akibat dari metabolisme mikroorganisme yang terdapat pada sistem fermentasi. Oleh karena itu, metode ini tidak dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Metode lainnya adalah dengan membasahi serbuk simplisia. Pada metode ini dapat diamati terjadinya pertumbuhan mikroba pada serbuk simplisia dan tidak terjadi pembusukan. Pengaruh fermentasi terhadap rendemen minyak nilam dapat dilihat pada Tabel 4.1. Hasil yang didapatkan diuji dengan menggunakan statistika. Uji statistika yang digunakan adalah uji t. Hasil pengujian statistika dengan uji t dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Perlakuan Tabel 4.1 Pengaruh Perlakuan DaunTerhadap Rendemen Minyak Nilam Kode Rendemen (% v/b) Waktu (Jam) Batch 1 Batch 2 Batch 3 Rata-rata Standar Deviasi Non Fermentasi S 0 2,000 1,980 1,990 1,990 0,010 Fermentasi A D 6 2,000 1,990 2,000 1,990 0, ,000 2,000 1,830 1,940 0, ,000 2,000 2,000 2,000 0, ,000 1,970 2,000 1,990 0, ,000 2,000 2,000 2,000 0, ,500 1,500 1,500 1,500 0,000 Keterangan : S adalah minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi, A adalah minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama waktu tertentu tanpa penambahan mikroba, D minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama waktu tertentu dengan penambahan mikroba.
4 18 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Statistika dengan Uji t pada Fermentasi Tanpa Penambahan Mikroba Deskripsi Perbandingan A 0 A 6 A 0 A 12 A 0 A 24 A 6 A 12 A 6 A 24 A 12 A 24 Hipotesa nol µ 0 = µ 6 µ 0 = µ 12 µ 0 = µ 24 µ 6 = µ 12 µ 6 = µ 24 µ 12 = µ 24 t (0,05) 2,353 2,920 2,920 2,920 2,920 2,920 t -1,000 0,819-1,732 0,939-1,000-1,000 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Statistika dengan Uji t pada Fermentasi dengan Penambahan Mikroba Deskripsi Perbandingan D 0 D 6 D 0 D 12 D 0 D 24 D 6 D 12 D 6 D 24 D 12 D 24 Hipotesa nol µ 0 = µ 6 µ 0 = µ 12 µ 0 = µ 24 µ 6 = µ 12 µ 6 = µ 24 µ 12 = µ 24 t (0,05) 2,353 2,920 2,920 2,920 2,920 2,920 t 0,000-1,732 84,870-1,000 49,000 ~ Salah satu pengujian statistika dengan uji t dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rendemen minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi (A 0 ), fermentasi selama 6 jam (A 6 ), 12 jam (A 12 ), dan 24 jam (A 24 ) tanpa penambahan mikroba. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semua nilai t lebih kecil daripada t pada aras 0,05, jadi hipotesa nol diterima. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan bermakna diantara sampel yang diuji pada aras 0,05. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan rendemen minyak nilam yang dihasilkan antara daun yang difermentasi tanpa penambahan mikroba maupun yang tidak difermentasi. Pengujian statistika lainnya dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rendemen minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi (D 0 ), fermentasi selama 6 jam (D 6 ), 12 jam (D 12 ), dan 24 jam (D 24 ) dengan penambahan mikroba. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilat t pada D 0 D 24, D 6 D 24, dan D 12 D 24 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t pada aras 0,05, jadi hipotesa nol ditolak. Nilai tersebut bermakna, fermentasi selama 24 jam dengan penambahan mikroba akan menghasilkan rendemen minyak nilam yang lebih rendah secara bermakna jika dibandingkan dengan daun yang tidak difermentasi maupun yang difermentasi selama 6 dan 12 jam. Sedangkan
5 19 nilai t pada D 0 D 6, D 0 D 12, dan D 6 D 12 lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai t pada aras 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna diantara sampel yang diuji. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan rendemen minyak nilam yang dihasilkan dari daun yang tidak difermentasi, difermentasi selama 6 jam maupun difermentasi selama 12 jam. Rata-rata Rendemen (%) 2,5 2 1,5 1 0, Waktu Fermentasi (Jam) Gambar 4.3. Kurva pengaruh waktu fermentasi terhadap rendemen minyak nilam. adalah rendemen minyak nilam pada daun nilam yang difermentasi dengan penambahan mikroba adalah rendemen minyak nilam pada daun nilam yang difermentasi tanpa penambahan mikroba Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rendemen minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama 24 jam dengan penambahan mikroba. Menurut Guenther (1987), kehilangan minyak dapat disebabkan oleh penguapan, oksidasi, resinifikasi, dan reaksi kimia lainnya. Penguapan minyak atsiri melalui dinding jaringan tanaman tidak dapat berjalan secara langsung karena minyak tersebut terlebih dahulu harus diangkut ke permukaan bahan melalui proses hidrodifusi dengan bantuan air sebagai medium pembawa. Jadi, salah satu kemungkinan penyebab terjadinya penurunan rendemen minyak pada D 24 adalah adanya proses penguapan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah terjadi metabolisme minyak atsiri oleh mikroorganisme. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kandungan kimia minyak atsiri yang berasal dari daun yang difermentasi dan yang tidak difermentasi. Salah satunya adalah senyawa α geraniol terdapat pada minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi dan senyawa tersebut tidak terdapat pada minyak nilam yang berasal dari
6 20 daun nilam yang difermentasi. Senyawa α cubebene terdapat pada minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi dan tidak terdapat pada minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang tidak difermentasi. Pengujian karakteristik minyak nilam meliputi kadar patchouli alkohol, indeks bias, bobot jenis, bilangan asam, dan kelarutan dalam etanol 90 %. Kualitas minyak nilam ditunjukkan dengan karakteristik dari minyak nilam tersebut. Hasil pengujian karakteristik minyak nilam dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil pengujian karakteristik minyak nilam ditunjukkan pada Tabel 4.4. Karakteristik Tabel 4.4 Hasil Pengujian Karakteristik Minyak Nilam Syarat Mutu Minyak Nilam (SNI) Non Fermentasi Perlakuan Fermentasi A (Jam) D (Jam) Bobot Jenis 25/25 o C (g/ml) 0,943 0,983 0,942 0,948 0,956 0,976 0,944 0,969 0,974 Indeks Bias 20 o C 1,506 1,516 1,504 1,505 1,505 1,505 1,505 1,505 1,505 Putaran optik (-47 o ) - (-66 o ) Kelarutan dalam Etanol 90 % 1 : 10 1 : 16 1 : 10 1 : 10 1 : 9 1 : 12 1 : 12 1 : 12 Bilangan asam 5,00 2,20 5,52 5,50 4,41 4,82 4,32 3,84 Bilangan ester 10, Patchouli alkohol 31,00 34, , ,40 (%) Keterangan : (-) tidak dilakukan pengujian. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat nilai bobot jenis minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang tidak difermentasi berada di bawah rentang bobot jenis minyak nilam berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), jadi tidak memenuhi standar berdasarkan SNI. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai indeks bias sampel lebih kecil jika dibandingkan dengan syarat mutu SNI. Nilai bobot jenis minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi lebih kecil jika dibandingkan dengan syarat mutu SNI. Sedangkan bobot jenis minyak hasil fermentasi berada pada rentang syarat mutu SNI. Kelarutan minyak nilam dalam etanol 90 % yang memenuhi standar mutu berdasarkan SNI adalah minyak nilam yang dihasilkan dari daun nilam yang difermentasi tanpa penambahan mikroba. Sedangkan, minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang tidak difermentasi
7 21 dan difermentasi dengan penambahan mikroba, tidak memenuhi persyaratan SNI. Bilangan asam minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama 6 dan 12 jam tanpa penambahan mikroba, tidak memenuhi standar mutu SNI. Sedangkan minyak nilam lainnya memenuhi standar mutu SNI. Kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam yang diuji memenuhi syarat mutu SNI dan kadar patchouli alkohol terbesar berasal dari daun nilam yang difermentasi menggunakan suspensi mikroba. Minyak nilam yang dihasilkan dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis. Tujuan analisis ini adalah untuk membandingkan pola kromatogram dari minyak atsiri yang dihasilkan. Pengembang yang telah digunakan adalah n-heksan-etil asetat (96 : 4), n- heksan etil asetat (9 : 1), n-heksan etil asetat kloroform (80 : 15 : 5), dan n-heksan etil asetat kloroform (85 : 10 : 5). Berdasarkan pola kromatogram, pengembang n-heksan etil asetat (9:1) memberikan pemisahan yang paling baik. Pola kromatogram minyak nilam ditunjukkan pada Gambar 4.4. Patchouli alkohol Gambar 4.4 Kromatogram lapis tipis minyak nilam menggunakan pengembang n- heksan-etil asetat (9:1) dengan penampak bercak vanilin-sulfat.
8 22 Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa setiap sampel memiliki enam bercak yang sama dengan intensitas yang berbeda. Menurut Yanyan (2004), bercak yang berwarna ungu-ros setelah disemprot dengan penampak bercak vanilin-sulfat merupakan bercak patchouli alkohol. Berdasarkan hasil analisis menggunakan kromatografi lapis tipis dengan sistem pengembang n-heksan etil asetat (9 : 1) ditunjukkan tidak terdapat perbedaan komponen kimia dari minyak nilam yang dihasilkan, baik minyak nilam yang berasal dari daun yang difermentasi maupun yang tidak difermentasi. Namun demikian, analisis kandungan kimia minyak nilam dengan menggunakan kromatografi gas spektrometri massa (KG SM) menunjukkan adanya perbedaan kualitas maupun kuantitas komponen minyak nilam dari berbagai proses isolasi yang digunakan. Minyak nilam yang dianalisis menggunakan KG SM adalah minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi (S), daun yang ditambahkan air dan difermentasi selama 24 jam (A24), dan daun yang ditambahkan suspensi mikroba dan difermentasi selama 24 jam (D24). Pemilihan minyak nilam tersebut berdasarkan pada hasil penetapan rendemen minyak nilam. Hasil penetapan rendemen minyak nilam ditunjukkan bahwa terdapat penurunan rendemen pada D24. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kandungan kimia terhadap minyak nilam dari daun nilam yang difermentasi (terutama pada A24 dan D24) dan dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi. Kromatogram minyak nilam hasil analisis menggunakan KG SM dapat dilihat pada Gambar 4.5. Hasil pemeriksaan ditunjukkan pada Tabel 4.5.
9 Gambar 4.5 Kromatogram hasil analisis menggunakan kromatografi gas spektrometri massa, A) minyak nilam berasal dari daun tanpa fermentasi, B) minyak nilam berasal dari daun tanpa penambahan mikroba dan difermentasi selama 24 jam, C) minyak nilam berasal dari daun dengan penambahan mikroba dan difermentasi selama 24 jam. 23
10 24 Tabel 4.5 Kandungan Senyawa Kimia pada Minyak Nilam Senyawa Kimia Kadar (%) S A 24 D 24 Borneol 0,08 0,06 - Geraniol 0,24 0,05 - Alfa Geraniol 0, Bornyl Asetat 0, Alfa Terpinen 0, Beta Pathoulene 1,23 0,79 0,89 Beta Elemen 0,65 0,42 - Aromadendren 1,88 1,81 10,74 Beta Caryophylene 2,50 1,51 1,56 Alfa Guaiene 19,96 18,78 18,55 Germacrene D 1,15 0,40 0,36 Ar-Curcumene 3,27 1,58 0,96 Alfa Bargamoten 13,50 7,57 0,20 Germacrene B 8,24 8,28 4,43 Delta Cadiene 0,77 0,36 - Beta Sesquiphellandren 3,91 1,89 0,91 Farnesene 0, Globulol 2,71 0,81 0,54 Caryophyllene Oxide 0,75 1,68 0,25 Spathulenol 0,90 0,23 0,37 Isospathulenol 0, Cyclopropa Naphtalen 0,75 0,17 - Patchouli Alkohol 34,87 52,70 58,40 Aristolenepoxide 0, Illudol 0,35 0,19 - Beta Bisabolene 0, Lepidozene - 0,24 - Alfa Myrcene - - 0,42 Benzenemethanol - - 0,24 Alfa Cubebene - - 0,28 Megastimediene - - 0,44 Viridiflorol - - 0,20 Keterangan : (-) tidak terdeteksi S adalah serbuk daun nilam tanpa difermentasi, A 24 adalah serbuk daun nilam yang difermentasi selama 24 jam tanpa penambahan mikroba, D 24 adalah serbuk daun nilam difermentasi selama 24 jam dengan penambahan mikroba.. Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa semua sampel memiliki puncak pada waktu retensi antara 8 22 menit. Kelimpahan senyawa-senyawa kimia dari setiap sampel memiliki perbedaan. Proses fermentasi mengakibatkan kehilangan beberapa senyawa kimia, misalnya isospathulenol, farnesene, alfa geraniol. Selain itu, proses fermentasi mengakibatkan
11 25 munculnya senyawa-senyawa yang tidak terdeteksi pada minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi, miaslnya α cubebene, lepidozene, α myrcene. Berdasarkan pemeriksaan menggunakan KG SM dapat dilihat bahwa kadar patchouli alkohol pada daun yang difermentasi lebih besar jika dibandingkan dengan daun yang tidak mengalami fermentasi. Hal ini didasarkan pada ukuran puncak dari kromatogram patchouli alkohol. Dengan membandingkan luas puncak patchouli alkohol dengan luas semua puncak kromatogram gas, kandungan patchouli alkohol pada minyak nilam yang berasal dari daun yang tidak difermentasi, diperkirakan 34,87 %, pada minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama 24 jam tanpa penambahan mikroba adalah 52,70 %, dan pada minyak nilam yang berasal dari daun nilam yang difermentasi selama 24 jam dengan penambahan mikroba adalah 58,40 %.
ERIK SETIAWAN PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.
ERIK SETIAWAN 10703091 PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperincirambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan
PENDAHULUAN Tanaman-tanaman yang mengandung minyak atsiri ± 150 200 spesies tanaman yang termasuk ke dalam suku Pinaceae, Labiateae, Compositeae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferae. Minyak nilam (patchouli)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bunga kenanga dengan kadar air 82 %, kadar protein 17,30% dan kadar minyak 1,6 %. Masing-masing penyulingan
Lebih terperinciHASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.
6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan,
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Nilam jenis Pogostemon cablin Benth adalah nilam yang digunakan dalam penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, Ngemplak Sleman Yogyakarta.
Lebih terperinciLampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan
Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan Sampel yang digunakan adalah daun I yaitu: jenis Melaleuca leucadendra (L). L Dari Bab III halaman 21 pada identifikasi sampel Lampiran 2. Gambar pohon kayu putih
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav).
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav). 60 Lampiran 2. Gambar daun sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav). Tumbuhan sirih hutan (Piper crocatum Ruiz & Pav)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR PENELITIAN
BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum
Lebih terperinciABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA... 3 1.1. Tinjauan Tumbuhan...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Tumbuhan labu dideterminasi untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tumbuhan yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang diteliti adalah Cucubita
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lampiran 2 Gambar 6. Tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida H.B.&K.) Lampiran 3 Gambar 7. Herba suruhan (peperomiae pellucidae herba) Lampiran 4 Gambar 8. Simplisia herba suruhan (Peperomiae
Lebih terperinciEKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I
EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
DAFTAR ISI JUDLIL HALAMAN JUDUL i ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING 111 HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAM BAR DAFTAR
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2 Morfologi Tanaman dan Simplisia Rimpang dan Daun Kunyit Gambar 15. Rimpang kunyit Gambar 16. Simplisia rimpang kunyit Lampiran 2 (lanjutan) Gambar 17.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam
TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam
Lebih terperinciatsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.
1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)
Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.) Gambar 1. Tumbuhan gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Gambar 2. Biji Tumbuhan Gambas (Luffa acutangula L. Roxb.) Lampiran 2. Gambar Mikroskopik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengambilan dan Determinasi Bahan Pada penelitian ini digunakan bahan ikan teri galer (Stolephorus indicus Van Hasselt) yang diperoleh dari Pasar Induk Caringin Kabupaten
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Minyak Nilam. 2.1 Tanaman Nilam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) termasuk dalam famili labiatae dengan tinggi antara 0.3 1.3 meter. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium
BAB III HASIL DAN EBAHASAN 3.1. Identifikasi Tumbuhan Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani usat enelitian BiologiLII Bogor Jl. Raya Jakarta Bogor
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman
Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman Lampiran 2 Morfologi tanaman Gambar 4. Tanaman kenanga ( Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) Gambar 5. Bunga kenanga ( Canangae odoratae flos ) Lampiran 2 (Lanjutan)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi
Lebih terperinciLampiran 1. Identifikasi tumbuhan.
Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran
Lebih terperinciStandard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam
Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam 1. Penyulingan Minyak Nilam a. Daun nilam ditimbang dalam keadaan basah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id
DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN... vii DFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Klasifikasi Tanaman...
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO
LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO
LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification
Lebih terperinciSKRIPSI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR
SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN KAYU PUTIH (Eucalyptus alba) DARI PULAU TIMOR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains OLEH MAGDALENA
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinci5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI...
Lebih terperinciJenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Lebih terperinciPENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1
PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan
BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM DENGAN MODIFIKASI ph AIR PENYULING ABSTRAK
PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM DENGAN MODIFIKASI ph AIR PENYULING Heni Setiyowati dan Noor Fitri Program Studi Ilmu Kimia FMIPA UII Jl. Kaliurang Km 14,5 Sleman Yogyakarta Noor.fitri@uii.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. besi pada air destilat terhadap mutu minyak nilam hasil destilasi menggunakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari kadar ion besi pada air destilat terhadap mutu minyak nilam hasil destilasi menggunakan water bubble. Tanaman nilam
Lebih terperinciLampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lampiran 2 67 Lampiran 2 Gambar 1. Tanaman ekor naga (Rhaphidophora pinnata Schott.) Gambar 2. Daun tanaman ekor naga (Rhaphidophoreae pinnatae Folium) 68 Lampiran 3 Gambar 3. Simplisia daun
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia
BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi bahan, alat, pengumpulan dan determinasi simplisia, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah
Lebih terperinciKuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat
Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Ellyta Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang Kampus III-UBH Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun, Padang 2143
Lebih terperinciUJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I
UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji
19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Destilat dari hasil destilasi uap untuk sampel daun cengkeh, destilasi uapair untuk sampel daun serai dan destilasi air untuk buah jeruk nipis di dalam corong pisah terdiri dari
Lebih terperinciPENENTUAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI HASIL DISTILASI UAP RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) A B S T R A K
PENENTUAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI HASIL DISTILASI UAP RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) Valentina Adimurti K.; Maria Inggrid; Harjoto Djojosubroto; Lusiana Silvia A B S T R A K Temu
Lebih terperinciUji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya
Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE
Lebih terperinciMoch. Aris Setyawan Mohammad Zakariyya Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA
Moch. Aris Setyawan 2309100013 Mohammad Zakariyya 2309100139 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Java Cananga Oil Ekspor 2 Kebutuhan terus meningkat Latar Belakang
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 2. Morfologi Tanaman Kecipir Gambar 1. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) Lampiran 2. (Lanjutan) A B Gambar 2. Makroskopik Daun
Lebih terperinciLampiran 1. Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2.Bagan pembuatan serbuk simplisia Daun gaharu Dicuci Ditiriskan lalu ditimbang Dikeringkan Ditimbang Simplisia Diserbuk Pemeriksaan makroskopik Serbuk simplisia
Lebih terperinciPENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL DALAM MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL) DAN USAHA DERIVATISASI KOMPONEN MINORNYA
PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL DALAM MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL) DAN USAHA DERIVATISASI KOMPONEN MINORNYA Yanyan F.N., Achmad Zainuddin dan Dadan Sumiarsa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan
LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan 1 Persiapan bahan baku 2 Proses Hidrolisis Melarutkan 100 gr kulit pisang yang telah halus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta
Lebih terperinciLampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah
Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris
Lebih terperinciIsolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)
Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga (Isolation and identification of chemical components of essential oils from leaves, stems, and flowers of Salembangu plants
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi
Lebih terperinciI. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013
I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 IV. Tujuan Percobaan: 1. Memilih peralatan yang dibutuhkan
Lebih terperinciISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I
ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memisahkan komponen utama minyak sereh wangi yaitu rodinol (
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam
4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon
Lebih terperinciSeminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017
PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan
Lebih terperinciA : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)
Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan. Metode
2 PENDAHULUAN Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang, dahan, ranting, dan daun. Selain
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix PENDAHULUAN... 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1 Padi... 4 1.1.1 Klasifikasi... 4 1.1.2
Lebih terperinciNahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak
Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman penyegar sehari-hari tanpa alkohol yang berasal dari seduhan tanaman teh ( Camelia sinensis ). Secara umum teh dibedakan menjadi 2 yaitu teh hijau
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR DAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI RIMPANG CABANG DAN RIMPANG INDUK KUNYIT (Curcuma longa L.) SEGAR DAN KERING SECARA GC-MS
PERBANDINGAN KADAR DAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI RIMPANG CABANG DAN RIMPANG INDUK KUNYIT (Curcuma longa L.) SEGAR DAN KERING SECARA GC-MS SKRIPSI OLEH: LEDYA RAMAYANA PURBA NIM 081501077 PROGRAM STUDI SARJANA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Lampiran 2 Gambar 12: Tumbuhan Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) Gambar 13: Simplisia Herba Patikan kebo (Euphorbiae hirtae herba) Lampiran 3 Herba Patikan kebo Dicuci Ditiriskan lalu disebarkan
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr). Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dan Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinae
Lebih terperinci1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah tumbuh-tumbuhan. Berbagai macam tumbuhan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai bahan alam, salah satu sumber daya alam tersebut adalah tumbuh-tumbuhan. Berbagai macam tumbuhan tersebut
Lebih terperinciPERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN
PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN SKRIPSI Oleh : Ade Yulisa Lubis 121201001/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciREAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM
REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM leh : Nur Mei Rohmawati 1406 100 007 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER SURABAYA 2010 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di
21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Nilam Nilam merupakan salah satu jenis tanaman yang menghasilkan minyak atsiri.tanamannilam bukanlah tanaman asli indonesia. Terdapat kurang lebih 80 jenis tanaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Ciherangpondok, Caringin-Bogor, Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian; Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Nilam oleh kalangan ilmiah diberi nama Pogostemon sp., telah dikenal sejak lama di Indonesia. Daerah asalnya tidak diketahui secara pasti, ada yang mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciEfisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro
LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk
Lebih terperinci