BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas sampel daun yang digunakan apakah benar merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L), sehingga kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti dapat dihindari. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret dengan menggunakan buku Flora of Java karangan C.A. Backer dan R.C. Bakhuizen den Brink tahun Hasil determinasi menunjukkan bahwa ke tiga jenis daun ini merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran1-3. B. Ekstraksi Sampel Bahan yang digunakan meliputi daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Sebelum dilakukan ekstraksi, terlebih dahulu dilakukan pembuatan simplisia. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Tujuan bahan dibuat simplisia agar lebih awet dalam penyimpanan dan tahan lama. Dilakukan sortasi basah dengan tujuan untuk memisahkan daun dari kotoran-kotoran seperti tanah, batang, tangkai yang telah rusak. Kemudian 32

2 33 bahan dicuci bersih agar bebas dari kotoran yang mungkin terikut dan membuat penampakan fisik simplisia menjadi lebih menarik. Pencucian dilakukan dengan air mengalir sehingga kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Setelah dicuci bahan ditiriskan untuk mengurangi dan menghilangkan kandungan air. Penirisan dilakukan ditempat yang teduh, karena bila langsung dikeringkan dibawah sinar matahari akan mengalami pembusukan (Siswanto, 1997). Daun dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena cahaya matahari langsung (Depkes, 1995). Proses pengeringan dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah kemungkinan rusaknya senyawa antioksidan karena pada umumnya senyawa antioksidan rusak pada temperatur >70 (Pramono dkk, 1993). Proses pengeringan untuk mengurangi kadar air pada bahan agar dapat disimpan lebih lama serta mencegah terjadinya proses penjamuran (Nicoli dkk,1999). Setelah diperoleh simplisia kering, berwarna hijau tua, mudah diremas, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan simplisia dengan zat pengotor seperti debu, kerikil, tanah. Kemudian dilakukan perubahan bentuk simplisia menjadi serbuk simplisia dengan blender supaya ukuran partikelnya lebih kecil. Dilakukan pengecilan ukuran dengan tujuan untuk memperluas kontak antara padatan dan pelarut pada proses ekstraksi sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh optimum. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien, penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Namun perlu

3 34 diperhatikan ukuran partikel jangan terlalu kecil karena ekstrak yang didapat banyak mengandung zat ballast (pengotor) (Depkes RI, 1995). Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi, ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai didasarkan pada kelarutan komponen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan metode perkolasi yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari etanol 70% yang dilakukan pada temperatur ruang karena pada umumnya senyawa antioksidan rusak pada temperatur tinggi. Proses ekstraksi menggunakan perkolasi dapat dilihat pada lampiran 4. Metode ini dipilih karena memiliki keuntungan karena dialiri dengan cairan penyari secara kontinyu sehingga zat menjadi seperti terdorong untuk keluar sel, tidak melibatkan pemanasan sehingga perubahan-perubahan senyawa dapat dihindari. Kerugian dari metode perkolasi yaitu cairan penyari yang digunakan relatif lebih banyak dan mahal (Depkes RI, 1986). Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol adalah pelarut yang aman dan tidak toksik (Markham, 1988). Pelarut ini dapat melarutkan senyawa fitokimia lebih maksimal karena etanol 70% masih mengandung air yang cukup banyak (30%) yang membantu proses ekstraksi sehingga sebagian senyawa tersebut ada yang dapat tertarik dalam etanol dan ada pula yang tertarik dalam air (Melodita,2011). Pelarut etanol dipilih karena etanol merupakan pelarut yang sifatnya semi polar dalam penggunaannya, artinya pelarut bisa menyari atau mengekstrak senyawa-senyawa baik yang bersifat polar ataupun semipolar, tidak beracun, dapat bercampur dengan air, serta

4 35 panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, sehingga ketika proses pemekatan ekstrak cair menjadi ekstrak kental waktu yang diperlukan relatif lebih sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007). Etanol merupakan pelarut yang mampu mengekstrak senyawa flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, terpenoid, dan alkaloid (Harborne, 1987). Selain itu, menurut Arista (2013), dengan membandingkan aktivitas antioksidan antara ekstrak etanol 80% daun katuk dengan ekstrak etanol 96% daun katuk, diperoleh hasil bahwa efek antioksidan ekstrak etanol 80% daun katuk lebih besar dibandingkan ekstrak etanol 96% daun katuk. Hal ini menunjukan bahwa ada kemungkinan senyawa yang berperan sebagai antioksidan lebih bersifat polar sehingga lebih banyak terekstrak pada pelarut etanol 80%. Serbuk simplisia direndam terlebih dahulu untuk mengembangkan simplisia agar memudahkan dalam proses penyarian, kemudian simplisia dimasukkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori/kapas, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui dinding bejana untuk menghindari gelembung yang terjadi karena terbentuknya gelembung didalam bejana menyebabkan penyarian simplisia tidak maksimal. Selama proses penyarian bagian atas bejana ditutup dengan aluminium foil agar pelarut tidak menguap. Jumlah cairan penyari yang ditambah disesuaikan dengan jumlah serbuk yaitu sampai seluruh serbuk terendam, diberikan 3x tinggi serbuk untuk mengantisipasi kekeringan. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke

5 36 dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo dkk, 2001). Gerakan ke bawah disebabkan oleh gravitasi. Ekstraksi ini dilakukan 3 hari dengan pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Ekstrak cair yang didapat diuapkan dengan waterbatch pada suhu 60 karena titik didih etanol 78,3 (Hambali dkk,2008) hingga diperoleh ekstrak kental. Pemekatan Ekstrak menggunakan Waterbatch dapat dilihat pada lampiran 5. Suhu perlu diperhatikan sehingga etanol dapat menguap pada suhu jauh dibawah titik didihnya, dengan harapan kandungan senyawa yang ada pada ekstrak tidak rusak. Penguapan dilakukan dengan pengadukan untuk mempercepat perolehan ekstrak kental dan agar suhu penguapan merata. Proses penguapan tidak boleh dilakukan di atas api ataupun penangas, karena pelarut yang mudah terbakar dan juga dikhawatirkan senyawa aktif yang ada dalam ekstrak akan rusak oleh adanya pemanasan. C. Hasil Ekstraksi Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000). Perhitungan rendemen dilakukan dengan membagi ekstrak kental dengan bobot simplisia awal (gram) yang hasilnya

6 37 dinyatakan dalam persen. Hasil ekstraksi ditunjukan seperti pada tabel I dan gambar 5. Perhitungan %rendemen ekstrak dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel I. Hasil ekstraksi dan rendemen ekstrak yang dihasilkan serta gambaran organoleptis No Nama Ekstrak Berat %Rendemen Aroma Warna 1 Ekstrak daun 6,1 gram 25,41% Beraroma Hijau ciplukan khas kehitaman 2 Ekstrak daun 6,58 gram 28,6% Beraroma Hijau takokak khas kehitaman 3 Ekstrak daun 3,6 gram 15,65 % Beraroma Hijau tomat khas kecoklatan Diperoleh hasil ekstraksi dengan pelarut etanol berupa ekstrak kental pada gambar berikut ini : A B C Gambar 5. Hasil ekstraksi dengan metode perkolasi pada sampel A. daun ciplukan (Physalis angulata L), sampel B. daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan sampel C. daun tomat (Solanum lycopersicum L) D. Identifikasi Kandungan Kimia Uji identifikasi kandungan kimia dilakukan untuk mengetahui senyawa golongan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang memiliki fungsi tertentu bagi manusia. Untuk mengetahui senyawa fitokimia tersebut, pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap empat jenis senyawa fitokimia yang diperkirakan terdapat pada ekstrak daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L).

7 38 Senyawa fitokimia tersebut adalah senyawa golongan flavonoid, tanin, polifenol dan saponin. Pada penelitian ini, skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif dengan Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel F. Dalam kromatografi lapis tipis pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like. Dibuat tanda pada lempeng dengan menggunakan pensil kira-kira pada jarak bagian atas dan bawah 1,0 cm. Sebelum dilakukan penotolan, lempeng silika diaktifkan dalam oven pada suhu C, selama 30 menit (setelah diaktifkan lempeng dikeluarkan dan siap digunakan) (Harborne, 1987). Lempeng silika diaktifkan bertujuan untuk meningkatkan daya absorbsi dari fase diam.sebelum dilakukan KLT, fase gerak dijenuhkan agar pemisahan sampel dapat optimal dan untuk mempercepat elusi. Sampel ditotolkan pada garis bagian bawah lempeng dengan menggunakan pipa kapiler secara tegak lurus sehingga diperoleh penotolan yang sempurna. Lempeng tersebut kemudian diangin-anginkan lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen menggunakan pinset. Posisi lempeng berdiri dengan kemiringan ± 5 0 dan dinding chamber. Chamber ditutup dan lempeng dibiarkan terelusi sampai batas tanda pada bagian atas lempeng (Sudjadi, 1988).Hasil yang didapat yaitu bercak atau noda pada plat yang dapat diamati secara visual, untuk memperjelas spot noda dilakukan menggunakan UV dan.

8 39 Hasil identifikasi kromatografi lapis tipis (KLT) yang ada dalam ekstrak etanol pada daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L) dapat dilihat pada gambar 6, 7, 8 dan keterangan hasil terdapat pada tabel II. A B C D Gambar 6. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun ciplukan (Physalis angulatal) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

9 40 A B C D Gambar 7. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun takokak (Solanum torvum Swartz) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

10 41 A B C D Gambar 8. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun tomat (Solanum lycopersicum L) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

11 42 Tabel II. Hasil Rf kromatografi lapis tipis (KLT) Nama Daun Senyawa Hasil Literatur Keterangan Kesimpulan Daun Flavonoid 0,33 & 0,86 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Ciplukan Tanin 0,93 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 ( - ) Saponin 0,30 & 0,95 0,32 Cut dkk,2009 ( + ) Polifenol 0,23 & 0,42 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 ( + ) Daun Flavonoid 0,33 & 0,88 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Takokak Tanin 0,92 & 0,98 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 ( - ) Saponin 0,26 & 0,93 0,32 Cut dkk,2009 ( + ) Polifenol 0,28 & 0,53 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 ( + ) Daun Flavonoid 0,33 0,88 0,8 Fajar dkk, 2011 Daun Flavonoid 0,37 & 0,85 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Tomat Tanin 0,92 0,98 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 Tomat Tanin 0,96 0,45 Widyowati & Abdel, 2010 ( - ) Saponin 0,26 & 0,93 0,32 Cut dkk,2009 Saponin 0,28 0,32 Cut dkk, 2009 ( + ) Polifenol 0,28 & 0,53 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 Polifenol 0,27 0,21 Sulistyani & Kusuma, 2010 ( + ) E. Metode Uji Antioksidan Pengujian antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan metode DPPH. Metode pengujian dilakukan dengan metode uji DPPH menggunakan 2,2 difenil-1-pikrilhidrazil yang merupakan sumber radikal bebas. Metode uji DPPH adalah metode yang paling cocok digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan, hal itu disebabkan karena kristal DPPH hanya dapat larut dan memberikan absorbansi maksimum pada pelarut metanol. Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat dan praktis (Prakash, 2001). F. Pengukuran Absorbansi dan Penetapan Pengukuran absorbansi dilakukan dengan cara menimbang serbuk DPPH sesuai konsentrasi yang diinginkan. Penimbangan dijaga agar tidak terpapar cahaya matahari. Larutan DPPH dibuat dengan konsentrasi 40 ppm atau 0,004%, lalu dibungkus dengan aluminium foil agar DPPH tidak terpapar

12 43 dengan cahaya karena DPPH sensitif terhadap cahaya. Dilakukan pembacaan panjang gelombang maksimal pada spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang yang mempunyai serapan maksimum, yaitu saat senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum. Panjang gelombang maksimal diketahui dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Panjang gelombang optimum dari DPPH berdasarkan penelusuran literarur berkisar antara nm. Diperoleh lamda maksimal pada konsentrasi 40 ppm sebesar 515 dengan absorbansi 0,7612 (lampiran 7). Selanjutnya dilakukan preparasi sampel, sampel yang dipakai yaitu ekstrak daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Pembanding positif yang digunakan yaitu vitamin C injeksi. Vitamin C dipilih sebagai kontrol positif

13 44 dalam penelitian ini karena mempunyai sifat antioksidan yang tinggi (Prakash,2001). Tahapan pertama yang harus dilakukan untuk menentukan besarnya aktivitas antioksidan ini adalah memvariasikan konsentrasi sampel ekstrak antioksidan menggunakan pelarut metanol. Dibuat masing-masing 5 konsentrasi ekstrak dan vitamin C yaitu 10 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm dan 120 ppm untuk membandingkan konsentrasi aktivitas antioksidan yang digunakan. Pengenceran ekstrak dilakukan menggunakan metanol karena aktivitas antioksidan daun lebih baik dengan menggunakan pelarut metanol dibandingkan pelarut lainnya (Reddy dkk, 2012). Larutan uji masing-masing dilakukan sebanyak 2 replikasi agar data yang didapat baik. Larutan uji yang digunakan 2 ml dan dicampur 2 mldpph 0,004% (1:1), kemudian divortex untuk membuat semua bahan dan masingmasing perlakuan menjadi homogen. Tabung diinkubasi selama 30 menit untuk memberikan waktu bagi antioksidan dan DPPH untuk bereaksi dan mendeteksi kemampuan antiradikal suatu senyawa sehingga menghasilkan masing-masing perlakuan mengalami perubahan warna. Hasil perubahan warna pencampuran sampel+dpph 0,004% dapat dilihat pada gambar ppm 30 ppm 60 ppm 90 ppm 120 ppm Gambar 9. Hasil Perubahan Warna Pencampuran Sampel+DPPH 0,004%.

14 45 Sebagai akibatnya, penambahan senyawa yang bereaksi sebagai antiradikal akan menurunkan konsentrasi DPPH ini. Adanya penurunan konsentrasi DPPH akan menyebabkan penurunan absorbansinya. Data absorbansi sampel ekstrak dan vitamin C dapat dilihat pada tabel III.Setiap molekul yang dapat menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan akan memudarkan DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa antioksidan (Naik dkk, 2003). Pada metode ini absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi dengan senyawa antioksidan (Josephy,1997). Tabel III. Data absorbansi sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Konsentrasi Absorbansi Rata-rata (ppm) Daun ciplukan ,672 0,673 0, ,522 0,524 0,521 0, ,340 0,345 0,346 0, ,215 0,217 0,215 0, ,204 0,201 0,203 0,202 2 Daun tomat 10 0,699 0,697 0,696 0, ,564 0,563 0,563 0, ,437 0,438 0,439 0, ,318 0,313 0,311 0, ,260 0,261 0,263 0,261 3 Daun takokak 10 0,694 0,698 0,690 0, ,621 0,624 0,625 0, ,472 0,470 0,471 0, ,419 0,421 0,418 0, ,371 0,368 0,379 0,372 4 Vitamin C 2 0,384 0,394 0,397 0, ,365 0,361 0, 0, ,299 0,296 0,294 0, ,204 0,202 0,201 0,202 Semakin besar konsentrasi ekstrak, semakin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal. Setelah didapat nilai absorbansi, dilanjutkan dengan perhitungan % aktivitas antioksidan (lampiran 8).

15 46 Data % aktivitas antioksidan sampel ekstrak dan vitamin C dapat dilihat pada tabel IV. Tabel IV. Data (%) aktivitas antioksidan sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Konsentrasi (ppm) %Aktivitas antioksidan 1 Daun ciplukan 10 11, , , , ,37 2 Daun tomat 10 8, , , , ,66 3 Daun takokak 10 8, , , , ,04 4 Vitamin C 2 48, , , ,41 Untuk menganalisis apakah semua ekstrak mempunyai aktivitas antioksidan, digunakan persamaan regresi linier untuk mencari nilai (Inhibitory Concentration 50%). Besarnya aktivitas penangkap radikal bebas dinyatakan dengan yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH. Prinsip kerja dari pengukuran ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam. Sampel dinyatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai <50 ppm, kuat jika nilai ppm, sedang jika nilai ppm, lemah jika

16 47 nilai ppm, dan dinyatakan tidak aktif jika mempunyai nilai >200ppm (Nicoli dkk,1999). Perhitungan dengan persamaan regresi linier (y = bx + a), memerlukan persamaan kurva standar dari % inhibisi dengan sumbu y dan konsentrasi fraksi antioksidan sebagai sumbu x. dihitung dengan cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan kurva standar sebagai sumbu y kemudian dihitung dengan nilai x sebagai sehingga diperoleh persamaan regresi linier daun ciplukan y = 0,684x + 9,138 dengan R= 0,992, daun takokak y = 0,390x + 8,105 dengan R = 0,971, daun tomat y = 0,520x + 7,987 dengan R = 0,982 dan vitamin C y = 4,175x + 37,92 dengan R = 0,973. Grafik aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan, daun tomat, daun takokak dan vitamin C dapat dilihat pada gambar 10, 11, 12 dan13 dapat dibandingkan dengan analisis menggunakan SPSS probit (lampiran 9, 10, 11 dan 12). % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 10. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan

17 48 % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 11. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tomat % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 12. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun takokak % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 13. Aktivitas antioksidan vitamin c

18 49 Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar pula aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Dari hasil analisis, didapatkan hasil nilai dari masingmasing sampel dengan perhitungan menggunakan excel yang dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Data nilai perhitungan Excel sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Excel (ppm) 1 Ekstrak daun ciplukan 59,73 2 Ekstrak daun tomat 80,79 3 Ekstrak daun takokak 107,42 4 Vitamin C 2,89 Semakin kecil nilai menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Molyneux,2004). Berdasarkan hasil analisis, ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L) memiliki aktivitas antioksidan. Daun ciplukan dan daun tomat merupakan antioksidan kuat ( ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai masing-masing 59,73 ppm dan 80,79 ppm, sedangkan daun takokak merupakan antioksidan sedang ( ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai 107,42 ppm, sehingga diantara ketiga sampel daun yang memiliki antioksidan paling baik adalah daun ciplukan dengan nilai 59,73 ppm.vitamin C yang digunakan sebagai pembanding, merupakan antioksidan yang sangat kuat (<50 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai 2,89ppm. Penentuan cara kedua, yaitu dengan melakukan penentuan menggunakan analisis SPSS uji probit. Pada analisis probit, % aktivitas antioksidan sebagai response frequency, total observed adalah nilai % total DPPH

19 50 yaitu 100, factor adalah replikasi dengan range 1-3 dan konsentrasi sebagai covariate(s) pada Transform digunakan none. Hasil analisis menggunakan SPSS uji probit diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI. Data nilai perhitungan SPSS Probit sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel SPSS Rentang Probit (ppm) (ppm) 1 Ekstrak daun 64,78 49,36-80,31 ciplukan 2 Ekstrak daun 81,75 73,57-90,52 Tomat 3 Ekstrak daun 105,80 94,68-118,63 Takokak 4 Vitamin C 3,22 1,60-4,5 Hasil yang diperoleh dari SPSS uji probit untuk ekstrak ciplukan diperoleh 64,78 ppm memenuhi rentang antara 49,36-80,31 ppm, ekstrak tomat diperoleh 81,75 ppm memenuhi rentang 73,57-90,52 ppm, ekstrak takokak 105,8 ppm memenuhi rentang 94,68-118,63 ppm dan vitamin C sebagai kontrol positif diperoleh 3,22 ppm memenuhi rentang 1,60-4,50 ppm

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada ektrak etanol jamur tiram dan kulit rambutan yang ditunjukkan dengan nilai IC 50 serta untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Flavonoid Dari 100 g serbuk lamtoro diperoleh ekstrak metanol sebanyak 8,76 g. Untuk uji pendahuluan masih menggunakan serbuk lamtoro kering,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van 22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi suatu spesies tanaman berdasarkan kemiripan bentuk morfologi tanaman dengan buku acuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan sampel Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dalam keadaan basah yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg. Kulit buah naga merah

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA... 3 1.1. Tinjauan Tumbuhan...

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH. 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik secara in vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH. B. Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian Eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional laboratorik untuk mengetahui kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji 19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar tumbuhan salak, buah salak, simplisia, serbuk simplisia dan jus daging buah salak Gambar 2.1 Tanaman kulit jeruk kesturi Gambar 2.2 Kulit jeruk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan 67 Lampiran 2. Bagan kerja penelitian Pucuk labu siam Dicuci Ditiriskan lalu ditimbang Dikeringkan hingga kering Simplisia Diserbuk Serbuk simplisia pucuk labu siam Ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Preparasi Sampel Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) varietas kangkung yang diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K 7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis. AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis Ari Eka Suryaningsih 1), Sri Mulyani 1), Estu Retnaningtyas N 2) 1) Prodi P.Kimia Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge 49 Lampiran 2. Gambar sponge Suberites diversicolor Becking & Lim yang segar 50 Lampiran 3. Gambar simplisia dan serbuk sponge Suberites diversicolor Becking & Lim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan Lampiran 2.Bagan pembuatan serbuk simplisia Daun gaharu Dicuci Ditiriskan lalu ditimbang Dikeringkan Ditimbang Simplisia Diserbuk Pemeriksaan makroskopik Serbuk simplisia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) Gloria Sindora 1*, Andi Hairil Allimudin 1, Harlia 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU SAWO (HELIXANTHERE SP) HASIL EKSTRAKSI SOXHLETASI DAN PERKOLASI 1 Mauizatul Hasanah, 2 Febi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci