ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SERAWAK DAMAI ESTATE (SDME), PT WINDU NABATINDO LESTARI (WNL), BUMITAMA GUNA JAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH INDRI PERMATA SEVITHA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Analysis of Palm Oil Productivity (Elaeis guineensis Jacq.) at Serawak Damai Estate (SDME), Windu Nabatindo Lestari Corporation, Bumitama Guna Jaya Agro, East Kotawaringin, Central Kalimantan Indri Permata Sevitha 1, Iskandar Lubis 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB ABSTRACT Internship activities carried out at Sarawak Damai Estate (SDME), Windu Nabatindo Lestari Corporation, Central Kalimantan, starting from February 13 th to May 13 th, Implementation of internship aims to analyze the factors that affect the productivity of oil palm which covering factors such as rainfall, air temperature, humidity, wind speed, day length, plant age, and harvest labor. Multiple linear regression analysis model is use for data analysis. Result from analysis of productivity at Sarawak Damai Estate shows that air temperature, plant age and the harvest labor in the 24 months before harvest have significant effect to productivity. The influence of the variables on productivity is similar for 2010 and Keywords: Air Temperature, Harvest Labor, Multiple Linear Regression, Palm Oil, Plant Age ABSTRAK Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari, Kalimantan Tengah, dimulai dari 13 Februari sampai 13 Mei Pelaksanaan magang ini bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, umur tanaman, dan tenaga kerja panen. Model yang digunakan untuk menganalisis adalah model analisis regresi linear berganda. Analisis produktivitas di Serawak Damai Estate memberikan kesimpulan bahwa variabel suhu, umur tanaman dan tenaga kerja di 24 bulan sebelum panen berpengaruh signifikan. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel yang sama yang memberikan pengaruh terhadap produktivitas di tahun 2010 dan Kata kunci: Kelapa Sawit, Regresi Linear Berganda, Suhu Udara, Tenaga Kerja Panen, Umur Tanaman 1

3 ii RINGKASAN INDRI PERMATA SEVITHA. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS). Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia terus berusaha meningkatkan produktivitasnya. Usaha peningkatan produktivitas kelapa sawit dapat dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Analisis berbagai faktor produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut diantaranya terdiri dari lama penyinaran matahari, suhu, kecepatan angin, kelembaban, tipe tanah secara fisik maupun kimia, jumlah distribusi curah hujan, topografi, perlakuan agronomi, serta faktor managemen. Pelaksaan magang yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Mei ini bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, umur tanaman, dan tenaga kerja panen pada perkebunan kelapa sawit di Serawak Damai Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro. Pengamatan dan pengumpulan data serta informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang masing-masing terbagi menjadi dua bagian, yaitu data untuk laporan umum dan data untuk laporan khusus. Data sekunder untuk analisis produktivitas yaitu terdiri dari data produktivitas kelapa sawit dan data tenaga kerja panen tahun , data curah hujan dan hari hujan tahun di SDME, serta data iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran) tahun yang diperoleh dari BMKG. Analisis produktivitas kelapa sawit menggunakan model analisis regresi linear berganda, dan model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi, dengan menggunakan alat bantu Minitab 14 dan Eviews 6.

4 iii Hasil uji t-parsial pada taraf kepercayaan 95% pada produktivitas tahun 2010, terlihat variabel yang berpengaruh pada 0 dan 6 Bulan Sebelum Panen (BSP) adalah tenaga kerja, sedangkan pada 12 dan 18 BSP variabel yang berpengaruh yaitu umur tanaman dan tenaga kerja. Hasil analisis pada 24 BSP terdapat lima variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu suhu, kecepatan angin, hari hujan, umur tanaman, dan tenaga kerja. Variabel pada 24 BSP dianalisis menggunakan regresi linear berganda dan diuji asumsi. Hasil pendugaan model diperoleh nilai F-hitung sebesar , dan nilai P pada uji ini adalah Nilai P pada uji F secara statistik berpengaruh signifkan pada alpha 5%. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) setelah diregresi didapat sebesar 99.7 %. Hal ini berarti bahwa 99.7% variasi produktivitas dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel yang digunakan dan sisanya sebesar 0.3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model. Hasil uji t-parsial pada produktivitas tahun 2011 dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan hasil yaitu pada 0 BSP sampai 18 BSP tidak terdapat variabel yang berpengaruh. Variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas hanya terdapat pada 24 BSP yaitu variabel suhu, kelembaban, lama penyinaran, umur tanaman dan tenaga kerja. Regresi dilakukan pada 24 BSP dan didapatkan nilai F- hitung sebesar 84.08, dan nilai P pada uji ini adalah 0.002, serta nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99.6 %. Hasil yang didapat dari analisis regresi linear berganda memberikan kesimpulan bahwa variabel suhu di 24 bulan sebelum panen, umur tanaman dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel yang sama yang memberikan pengaruh terhadap produktivitas di tahun 2010 dan 2011 di SDME. Pengujian asumsi pada model produktivitas 2010 dan 2011 di SDME sudah dilakukan dan diperoleh bahwa pada setiap model yang digunakan sudah baik dan model tidak memiliki masalah autokorelasi, multikolinearitas heteroskedastisitas, dan data sudah terdistribusi normal, sehingga model layak untuk digunakan.

5 ANALISIS PRODUKTIVTAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SERAWAK DAMAI ESTATE (SDME), PT WINDU NABATINDO LESTARI (WNL), BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH i Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor INDRI PERMATA SEVITHA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

6 Judul : ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SERAWAK DAMAI ESTATE (SDME), PT WINDU NABATINDO LESTARI (WNL), BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Nama : INDRI PERMATA SEVITHA NIM : A ii Menyetujui : Pembimbing Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS NIP Mengetahui : Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc Agr NIP Tanggal Lulus :

7 iii RIWAYAT HIDUP Indri Permata Sevitha, lahir di Bekasi 10 Januari Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sheffied dan Ibu Sri Dwi K. Pendidikan formal yang dijalani penulis di mulai dari TK Cendrawasih Jaya pada tahun Pendidikan dilanjutkan di SD Cendrawasih jaya selama 6 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bekasi selama 3 tahun, setelah lulus penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bekasi dan lulus pada tahun Pendidikan Strata 1 dilanjutkan oleh penulis di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) pada tahun Penulis masuk di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan diluar perkuliahan juga diikuti oleh penulis, seperti kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh IPB, diantaranya kegiatan Green Festival IPB yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan BEM KM IPB pada tahun 2009, selanjutnya Kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2010 serta kepanitiaan FESTIVAL TANAMAN XXXII 2011 yang diselenggarakan oleh HIMAGRON IPB. Penulis juga pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya didanai oleh DIKTI pada tahun , dengan judul proposal PAPARAZI (Paket-paket Sayuran Bergizi).

8 iv KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dapat penulis selesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua dan Ambu serta kakak dan adik atas doa, dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan petunjuk selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Suwarto, Msi selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi di departemen Agronomi dan Hortikultura. 4. Bapak Rudi Ismanto selaku Estate Manager, dan Bapak Widiaskoro serta Bapak Sujitno selaku Asisten Kepala. 5. Bapak Najamuddin, Bapak Dwi D A, Bapak Gunawan C W, Bapak Eddwin P, dan Bapak Agus U S selaku asisten dan pembimbing lapang selama kegiatan magang berlangsung dan Bapak Sandhi P P selaku kepala administrasi SDME. 6. Seluruh keluarga besar SDME dan PT Bumitama Gunajaya Agro yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang skripsi selama tiga bulan. 7. Teman magang Weni Riska O dan Willy Chandra serta Wulandari K, Fajar Utami, Ananda D P, Dira F B, Sugistiawati dan Munandar Irfanda. 8. Teman teman Agronomi dan Hortikultura INDIGENOUS 45. Semoga skripsi ini dapat membantu dan berguna bagi departemen Agronomi dan Hortikultura. Bogor, Januari 2013 Penulis

9 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Kelapa Sawit... 3 Kondisi Iklim... 5 Jenis Tanah dan Topografi... 7 Umur Tanaman... 7 Tenaga Kerja... 7 METODE MAGANG... 9 Tempat dan Waktu... 9 Metode Pelaksanaan... 9 Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan Keadaan Umum Kebun Lokasi dan Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas kebun Struktur organisasi Ketenagakerjaan dan Pengupahan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Panen Pemupukan Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan Tanaman Konservasi Tanah dan Air Internal Meeting Kegiatan Simulasi Kebun (Field Visit) Aspek Manajerial... 48

10 vi PEMBAHASAN Produksi dan Produktivitas Serawak Damai Estate Komponen Produksi Analisis Produktivitas Serawak Damai Estate Analisis Produktivitas 2010 di SDME Uji Asumsi Klasik Pada Model Produktivitas Analisis Produktivitas 2011 di SDME Uji Asumsi Pada Model Produktivitas Pengaruh Variabel-Variabel Terhadap Produktivitas KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 73

11 vii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Luasan areal tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan di Serawak Damai Estate Luasan areal untuk tahun tanam kelapa sawit di Serawak Damai Estate Perbandingan produktivitas SDME dengan produktivitas standar Marihat S Jumlah staf dan karyawan di SDME Tahun Ketentuan Upah Rekapitulasi mutu buah di Serawak Damai Estate pada bulan Juli -Desember Total produksi dan produktivitas tahun di Serawak Damai Estate Komponen produksi kelapa sawit di Serawak Damai Estate Uji korelasi antar komponen produksi Pengaruh faktor SPH terhadap produktivitas kelapa sawit di Serawak Damai Estate Uji t-parsial faktor produksi pada produktivitas 2010 di 0 BSP, 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, 24 BSP di Serawak Damai Estate Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda 24 BSP pada produktivitas 2010 di Serawak Damai Estate Hasil pengujian regresi linear berganda 24 BSP pada produktivitas 2010 di Serawak Damai Estate Heteroskedasticity test : Breusch-pagan-Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Uji t-parsial faktor produksi pada produktivitas 2011 di 0 BSP, 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, 24 BSP di Serawak Damai Estate Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda 24 BSP pada produktivitas 2011 di Serawak Damai Estate Hasil pengujian regresi linear berganda 24 BSP pada produktivitas 2011 di Serawak Damai Estate Persentase selisih antara produksi duga dengan produksi aktual Heteroskedasticity test : Breusch-pagan-Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test... 61

12 i DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grading buah yang dilakukan oleh asisten kebun Kegiatan pencatatan hasil panen oleh kerani panen di TPH Penguntilan pupuk Urea di gudang pupuk divisi Pembuatan Guludan Turnera subulata Rawat piringan manual Penyemprotan piringan dilakukan oleh TUS Sekat air di Serawak Damai Estate Grafik probability plot of residual produktivitas Grafik probability plot of residual produktivitas Grafik suhu kebun Serawak Damai Estate Grafik kelembaban kebun Serawak Damai Estate Grafik lama penyinaran kebun Serawak Damai Estate Diagram curah hujan tahunan kebun Serawak Damai Estate tahun

13 ii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal harian magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten Data produksi dan produktivitas Tahun di Serawak Damai Estate Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Serawak Damai Estate ( ) Data temperatur, kelembaban, lama penyinaran, kecepatan angin wilayah Palangkaraya tahun Peta areal kebun Serawak Damai Estate Struktur organisasi Serawak Damai Estate Data pencapaian pemupukan Serawak Damai Estate Neraca air di Serawak Damai Estate tahun

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi yang besar terhadap industri perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan permintaan terhadap kelapa sawit terutama minyak sawit (CPO) di dunia untuk pemenuhan kebutuhan pangan, industri dan sumber energi lainnya semakin meningkat tiap tahunnya. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia terus berusaha meningkatkan produktivitasnya. Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) terus meningkat. Tahun 2004 luas penggunaan untuk tanaman kelapa sawit seluas ha dan sampai tahun 2009 pengunaan lahan meningkat menjadi ha. Pertambahan luas lahan meningkat selaras dengan produksi yang dihasilkan, berdasarkan data dari index mundi (2013) produksi kelapa sawit di Indonesia tahun 2010 sebesar 23.6 juta ton dan meningkat menjadi 25.9 juta ton pada tahun Usaha peningkatan produktivitas kelapa sawit dapat dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Analisis berbagai faktor atau penentuan potensi produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut diantaranya terdiri dari lama penyinaran matahari, suhu, kecepatan angin, kelembaban, tipe tanah secara fisik maupun kimia, jumlah distribusi curah hujan, topografi, perlakuan agronomi, serta managemen tenaga kerja. Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang perlu dipahami untuk mencapai produksi maksimal. Pertama faktor innate merupakan faktor genetik tanaman dimana potensi produksi maksimal yang dimiliki oleh bahan tanaman itu sendiri pada suatu lingkungan tanpa atau sedikit mengalami hambatan baik dari faktor lingkungan, managemen maupun teknis agronomi. Kedua, faktor induce merupakan faktor yang mempengaruhi sifat genetik, dengan penerapan kondisi yang dilakukan oleh manusia untuk memanifestasi faktor lingkungan yang

15 2 mendukung sifat genetik tanaman tersebut. Ketiga, faktor enforce yaitu faktor lingkungan yang bisa bersifat merangsang dan atau menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman, dan faktor-faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh manusia secara langsung. Tujuan Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan untuk memperoleh pangalaman kerja langsung di lapang, menambah wawasan penulis dan meningkatkan profesionalitas kerja dalam hal budidaya dan pengelolaan kelapa sawit, serta mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di lapang. Pelaksanaan magang bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, umur tanaman, dan tenaga kerja panen pada perkebunan kelapa sawit di Serawak Damai Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro.

16 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1848, dan dijadikan sebagai tanaman ornamen yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Taksonomi pada kelapa sawit, sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Family : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq Secara morfologi, kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki batang tumbuh lurus, yang pada umumnya tidak bercabang, serta tidak memiliki kambium. Tanaman ini merupakan tanaman monoecious dimana bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu pohon dengan tandan yang terpisah. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif yang terdiri atas akar batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri atas bunga dan buah. Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terdiri atas sistem akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Akar primer ini berdiameter 4-10 mm. Akar primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder yang berdiameter 1-4 mm, dan bercabang lagi menjadi akar tersier yang berdiameter mm. Cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar kuarter (Setyamidjaja, 2006). Batang kelapa sawit bulat panjang tidak bercabang, dan berdiameter cm, serta terus bertambah tinggi selama tanaman hidup (Fauzi, 2007). Pertumbuhan pada awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa

17 4 sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis. Daun kelapa sawit termasuk daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan panjang m (Fauzi, 2007). Daun pertama yang tumbuh pada stadium benih berbentuk lanset, dan akan tumbuh berbentuk menyirip pada daun dewasa. Bagian di pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua, dan di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang yang artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embrio) (Pahan, 2008). Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari enam bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment, agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut yakni dura, tenera, dan pisifera. Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik : 1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.

18 5 2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%. 3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit. Menurut Fauzi (2007) kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah dibedakan atas : 1. Nigresens Nigresens memiliki ciri buah dengan warna kulit ungu sampai hitam saat muda dan berwarna jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. 2. Verescens Verescens adalah jenis kelapa sawit dengan warna kulit buah hijau saat muda dan ketika matang berwarna jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan. 3. Albescens Albesens sesuai dengan namanya adalah kelapa sawit dengan buah yang kulitnya berwarna keputih-putihan saat muda dan berwarna kuning pucat atau kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman pada saat matang. Kondisi Iklim Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, secara umum dapat dikatakan kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit terletak antara 15 LU - 15 LS (Pahan, 2006). Daljuni (1983) menyatakan penyebab utama keberhasilan atau kegagalan suatu pertanian di daerah tropis adalah pengaruh iklim setempat. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor faktor lainnya seperti sifat genetika, dan perlakuan budidaya.

19 6 Suhu Udara dan Lama Penyinaran Matahari Suhu rata-rata tahunan dalam geografi dimana untuk penyebaran pertanaman kelapa sawit komersial (budidaya) yaitu rata-rata suhu minimum berkisar antara 22 0 C C, dan maksimum antara 29 0 C C (Hardon, Rajanaidu and Vossen, 2002). Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (Litbangtan, 2008). Rata-rata penyinaran 6 jam/hari, minimum 1600 jam/tahun dengan intensitas di atas 60%. Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin Kelembaban udara yang baik untuk tanaman kelapa sawit yaitu 80-90% (Risza, 2010). Kelembaban udara optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin pada kelapa sawit memberikan dua pengaruh yaitu bila angin dengan kecepatan 5-6 km/jam akan membantu dalam proses penyerbukan (Fauzi, 2007). Kecepatan angin yang lebih dari 160 km/jam (badai tropis) akan merusak tanaman. Curah Hujan Tanaman kelapa sawit umumnya dikembangkan pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, yaitu lebih dari mm/tahun, serta optimalnya mm yang merata sepanjang tahun (Murtilaksono, Siregar, dan Darmosarkoro, 2007). Kebutuhan efektif tanaman kelapa sawit terhadap curah hujan hanya berkisar antara mm/tahun atau rata-rata mm/bulan atau 3 4 mm/hari (Risza, 2010). Curah hujan yang rendah dapat menyebabkan water deficit. Water deficit mulai berpengaruh terhadap produksi jika mencapai tingkat 300 mm/tahun atau <60 mm/bulan dan terjadi secara terus menerus, serta tidak hujan selama beberapa bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi.

20 7 Jenis Tanah dan Topografi Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, gas, dan mempunyai sifat perilaku yang dinamik. Jenis tanah diantaranya untuk budidaya kelapa sawit seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial (Tambunan, 2008). Sifat fisik tanah pada kelapa sawit yaitu bersolum >80 cm tanpa ada lapisan padas, serta memiliki tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir 20 60%, debu %, liat 20 50%. Sifat kimia tanahnya yaitu dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi hara mineralnya. Drainase pada kelapa sawit harus baik, kondisi tanah tergenang akan menyebabkan kelapa sawit kekurangan oksigen dan menghambat penyerapan unsur hara. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kondisi lahan yang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai berombak, dengan lereng 0-15% dan tumbuh di ketinggian m dari permukaan laut. Umur Tanaman Rata-rata berat tandan akan meningkat sejalan dengan umur tanaman, sedangkan jumlah tandan akan menurun dengan bertambahnya umur tanaman (Siregar, 1998). Produktivitas tanaman akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun dan mencapai puncaknya ketika tanaman berusia sekitar 15 tahun dan akan mulai menurun hingga tiba saatnya untuk di tanam ulang pada umur tanaman 25 tahun. Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah tandan/tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi tandan/tahun. Tenaga Kerja Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

21 8 memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas memanen atau menurunkan tandan buah segar dari pokok kelapa sawit dengan kriteria tingkat kematangan tertentu. Keberadaan tenaga kerja panen dalam perkebunan kelapa sawit menentukan produksi yang dapat dihasilkan oleh perkebunan, sehingga tenaga kerja merupakan sumber daya, dimana kebutuhan yang besar terhadap tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang berperan sangat besar terhadap perkembangan ekonomi di sektor perkebunan.

22 9 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari. Bumitama Gunajaya Agro, Kabupaten Kotawaringin, Kalimantan Tengah selama 3 bulan yang dimulai dari 13 Februari 2012 sampai 13 Mei Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan kegiatan magang adalah mempelajari dan melaksanakan praktik kerja langsung di lapang selama tiga bulan baik aspek teknis maupun manejerial kebun, serta melakukan wawancara, dan diskusi dengan karyawan dan staf di kebun. Kegiatan lapang yang dilakukan selama tiga bulan adalah menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, serta menjadi pendamping asisten selama enam minggu. Kegiatan sebagai karyawan harian lepas dilakukan selama tiga minggu dengan mengikuti kegiatan di kebun dari mulai kegiatan pemupukan, penyemprotan, panen, dan perawatan serta membuat jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas (Lampiran 1). Kegiatan pendamping mandor dilakukan dengan menjadi pendamping mandor satu, mandor panen, mandor perawatan, mandor semprot, mandor pupuk, dan kerani panen serta kerani divisi (Lampiran 2). Kegiatan sebagai pendamping mandor yang dilakukan penulis yaitu membantu mengawasi kegiatan yang berlangsung di lapang, membuat Laporan Harian Mandor (LHM), serta membuat mutu hancak mandor. Kegiatan sebagai kerani panen yaitu menggrading buah, menentukan basis per seksi panen, sedangkan sebagai kerani divisi yaitu membantu mengabsensi karyawan, dan memasukan data. Kegiatan sebagai pendamping asisten yaitu membantu asisten dalam hal merencanakan kegiatan, mengorganisasi karyawan dalam melakukan pekerjaan, dan mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung (Lampiran 3).

23 10 Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dan pengumpulan data serta informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang masing-masing terbagi menjadi dua bagian, yaitu data untuk laporan umum dan data untuk laporan khusus atau terkait dengan analisis produktivitas. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di kebun. Data primer untuk laporan umum terdiri atas data prestasi kerja penulis selama tiga bulan, sedangkan data primer untuk analisis produktivitas yaitu data taksasi panen harian yang dilakukan penulis. Pengumpulan data sekunder untuk laporan umum diperoleh dari arsip perkebunan, antara lain letak gografis, tata guna lahan, kondisi tanaman dan lahan, struktur organisasi, dan data manajemen perusahaan. Data sekunder untuk analisis produktivitas yaitu terdiri dari data produktivitas kelapa sawit (Lampiran 4) dan data tenaga kerja panen tahun , serta data curah hujan dan hari hujan tahun di SDME (Lampiran 5). Data iklim yang digunakan terdiri dari data suhu, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran di wilayah Palangkaraya tahun yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) (Lampiran 6). Teknik pengambilan data untuk sensus produksi harian atau taksasi panen dilakukan dengan mengambil luasan tiga hektar dari tiap-tiap blok, sehingga terdapat enam pasar pikul tiap blok. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah janjang/pokok yang dapat dipanen pada esok hari dengan kriteria tiga brondolan di piringan dan jumlah pokok produktif. Kegiatan estimasi produksi dilakukan untuk melihat berapa perkiraan buah yang akan di panen, data tersebut juga berguna untuk menghitung kapasitas olah pabrik. Teknik pengambilan data untuk komponen produksi dilakukan dengan mengambil luasan satu hektar dari tiap-tiap blok contoh, blok contoh yang dijadikan sampel merupakan blok yang mewakili tiap tahun tanam di Serawak Damai Estate Divisi 1, yaitu blok dengan tahun tanam 2004, 2005, 2006, 2007, dan Pengambilan sampel baris dilakukan pada nomor baris 10 untuk baris sampel pertama dan selang 10 baris untuk baris selanjutnya, sehingga nomor baris sampel yaitu baris 10, 20, 30 dan 40.

24 11 Analisis Data Dan Informasi Model yang digunakan untuk menganalisis produktivitas kelapa sawit adalah model analisis regresi linear berganda. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan Minitab 14 dan Eviews. Regresi linear berganda adalah regresi yang meramalkan hubungan antara satu variabel tidak bebas (Y), berdasarkan hasil pengukuran lebih dari satu variabel bebas (X) (Walpole, 1997). Model analisis regresi linear berganda merupakan model yang bertujuan untuk mempresentasikan pola hubungan fungsional, satu variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variable bebas. Variabel tidak bebas adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah produktivitas kelapa sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, curah hujan, hari hujan, umur tanaman, dan tenaga kerja. Model persamaan untuk analisis faktor-faktor produktivitas kelapa sawit sebagai berikut : Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + β 8 X 8 Y = Produktivitas kelapa sawit β 0 β 1, β 2,.., β 8 = Titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X) = Koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. X 1 = Suhu ( 0 C) X 2 = Kelembaban (%) X 3 = Kecepatan Angin (knots) X 4 = Lama penyinaran (%) X 5 X 6 = Curah hujan (mm) = Hari hujan (hari)

25 12 X 7 X 8 = Umur tanaman (bulan) = Tenaga kerja (hok) Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bias terbaik, sehingga diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan. Uji Asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan. Keseluruhan syarat tersebut bila terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Kriteria Uji : H0 diterima : distribusi data normal, bila p-value > α 5% H0 ditolak : distribusi data tidak normal, bila p-value < α 5% Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Adanya korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, menyebabkan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya menjadi terganggu. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

26 variabel bebas dalam model regresi. Nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi 13 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Breusch-pagan- Godfrey. Model yang baik didapatkan jika p-value lebih besar dari alpha yang digunakan. Kriteria uji : Terima H0 : terjadi Homoskedastisitas, bila p-value > α 5% Tolak H0 : terjadi Heteroskedastisitas, bila p-value < α 5% Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 yang dapat menyebabkan parameter menjadi bias. Uji Breusch-pagan-Godfrey merupakan salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dan dapat dilihat dari p-value. Kriteria uji : Terima H0 : tidak ada autokorelasi, bila p-value > α 5 Tolak H0 : terdapat autokorelasi, bila p-value < α 5%

27 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class Company dan misi yaitu kemakmuran perusahaan, karyawan,dan masyarakat. Nilai yang dijunjung oleh BGA adalah moralitas yaitu etika profesi, etika sosial, etika lingkungan. Kapabilitas yaitu kemampuan profesi, kemampuan team work, kemampuan adaptasi. Integritas yaitu profesi, perusahaan dan lingkungan. Perkembangan perkebunan BGA Group sangat pesat. Perkembangan dimulai pada tahun 1998 dengan dibangunnya PT Karya Makmur Bahagia (KMB) di Kalimantan Tengah, seluas 255 ha, kemudian dilanjutkan akuisisi PT Windu dan PT Surya Barokah sebagai langkah percepatan ekspansi sehingga sampai dengan tahun 2003 dicapai luasan tanam ha yang saat ini sudah memasuki masa tanaman menghasilkan. Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan pencapaian luasan tanam ha tahun 2005 dengan pencapaian luasan tanam ha dan tahun tanam 2006 dengan pencapaian luasan tanam ha. Total luasan tanam sampai dengan akhir tahun 2006 mencapai ha. Keadaan Umum Kebun Wilayah kerja PT BGA ada di Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan dibagi menjadi sembilan areal. Areal satu sampai lima berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Areal enam sampai delapan di Provinsi Kalimantan Barat, dan areal sembilan di Provinsi Riau. Areal empat yang terletak di Seluncing, Kalimantan Tengah terdapat dua perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi dan PT Windu Nabatindo Lestari. Masing-masing perusahaan terdapat tiga estate yaitu pada PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Behaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), serta Bangun Koling Estate (BKLE). PT Windu Nabatindo Lestari terdapat tiga kebun yaitu Pelantaran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate (SDME).

28 15 Lokasi dan Wilayah Administratif Lokasi Serawak Damai Estate terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah Serawak Damai Estate bagian utara berbatasan langsung dengan PT Bisma Darma Kencana. Bagian selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate dan kebun masyarakat. Bagian sebelah timur berbatasan langsung dengan kebun masyarakat, dan sebelah barat berbatasan dengan Selucing Agro Estate (Lampiran 7). Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di Serawak Damai Estate yaitu memiliki lama penyinaran rata-rata 5 jam/hari. Rata-rata suhu di SDME ini C. Serawak Damai Estate merupakan estate dengan kategori lahan marginal. Tanah terdiri dari inceptisol, entisol, ultisol. Tanah inceptisol merupakan tanah muda tetapi lebih berkembang daripada entisol. Umumnya mempunyai horizon kambik, karena tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur (Hardjowigeno, 2007). Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutub tropika. Tanah ultisol berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena berlangsung pada daerah tropika dan tropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Tanah ulitisol dicirikan oleh adanya horison argilik yaitu horizon yang terbentuk akibat penimbunan liat di horizon bawah, dan bersifat masam, serta kejunuhan basa (berdasarkan jumlah kation) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah <35% (Hardjowigeno, 2007). Sebagian tanah ini merupakan tanah low activity clay (LAC) yaitu tanah dengan dominasi koloid liat beraktivitas rendah ang tergolong tanah mineral marginal. Tanah entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam. Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Karakteristik atau sifat tanah entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, ph dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon A maupun C, mempunyai nisbah C/N <20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan

29 tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Pencucian hara tanaman meskipun tidak ada dan relatif subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal empat memiliki enam estate dengan total luas areal ha. Pelantaran Agro Estate (PAGE) memiliki luasan kebun ha, Selucing Agro Estate (SAGE) memiliki luasan ha, dan Serawak Damai Estate (SDME) luasan kebun ha. PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari tiga kebun juga yaitu Sungai Behaur Estate (SBHE) dengan luasan kebun ha, Sungai Cempaga Estate (SCME) dengan luasan kebun ha, serta Bangun Koling Estate (BKLE) dengan luasan kebun ha. Serawak Damai Estate (SDME) merupakan kebun yang hanya terdiri dari kebun inti saja, dan tidak terdapat perkebunan plasma. SDME mempunyai 5 divisi masing-masing divisi mempunyai luasan yang berbeda. Divisi 1 mempunyai luasan kebun 850 ha, dengan jumlah blok 23, Divisi 2 mempunyai luasan kebun 756 ha, dengan jumlah blok 24, Divisi 3 dengan luasan 705 ha, jumlah blok 23, Divisi 4 dengan luasan 725 ha, mempunyai jumlah blok 17, Divisi 5 dengan luasan divisi 730 ha, mempunyai 18 blok. Luasan areal di SDME untuk tanaman belum menghasilkan yaitu seluas ha, dan untuk luasan tanaman menghasilkan yaitu ha (Tabel 1). Tabel 1. Luasan areal tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan di Serawak Damai Estate Tanaman Luasan Areal (ha) Divisi 1 Divisi 2 Divisi 3 Divisi 4 Divisi 5 Estate TM TBM Estate Sumber : kantor kebun Serawak Damai Estate 16

30 17 Data luasan areal tanaman kelapa sawit di SDME juga dikelompokan berdasarkan tahun tanam (Tabel 2). Data tersebut berguna untuk membantu mengetahui luasan areal yang akan dilakukan kegiatan panen. Tabel 2. Luasan areal untuk tahun tanam kelapa sawit di Serawak Damai Estate Tahun Luasan areal (ha) Tanam Divisi 1 Divisi 2 Divisi 3 Divisi 4 Divisi 5 Estate Estate Sumber : kantor kebun Serawak Damai Estate Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman di kebun SDME dimulai dari tahun tanam 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, Jumlah tanaman tahun 2004 yaitu sebanyak pokok produktif dengan BJR 9.6, tahun tanam 2005 sebanyak pokok produktif dengan BJR 7.2, dan tahun tanam 2006 sebanyak pokok produktif dengan BJR 5.1. Tahun tanam 2007 sebanyak pokok produktif dengan BJR 5.1, tahun tanam 2008 sebanyak pokok produktif dengan BJR 4.5, dan tahun tanam 2009 yaitu sebanyak pokok produktif dengan BJR 3.4, serta tahun tanam 2010 sebanyak Kelas kesesuaian lahan aktual Serawak Damai Estate termasuk kelas S3, dan untuk kelas kesesuaian lahan potensialnya masuk kelas S2. Berdasarkan Tabel 3 realisasi produktivitas Serawak Damai Estate untuk beberapa tahun tanam pada tahun 2011 sudah mencapai potensi produktivitas standar marihat kelas S3, yaitu tahun tanam 2004, 2006 dan 2007 dan sudah masuk potensi produktivitas kelas S2.

31 Tabel 3. Perbandingan produktivitas SDME dengan produktivitas standar Marihat S3 Produktivitas (ton/ha/tahun) Tahun Tanam Umur Std.Mar Umur Std.Mar Real. Real. (tahun) S3 (tahun) S Rata-rata Fasilitas Kebun Fasiltas kebun di Serawak Damai Estate terdiri atas satu kantor estate dengan perumahan untuk manager, asisten dan staf dan pekerja, kantor divisi, gudang, bangunan bengkel, gudang pupuk divisi, poliklinik, rumah ibadah, Tempat Penitipan Anak, jalan akses, main road, collection road, jembatan permanen, jembatan papan, serta genset. Struktur Organisasi Serawak Damai Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (ASKEP). Asisten kepala dibantu oleh lima orang asisten divisi. Asisten divisi dibantu oleh mandor 1, kerani divisi, dua sampai tiga orang mandor panen dan kerani buah, mandor chemist divisi dan mandor chemist TUS (Tim Unit Semprot), dan mandor pemupukan. Administrasi estate dipegang oleh seorang kepala administrasi yang dibantu accounting, kasir serta personalia, dan secara fungsional kepala administrasi juga dibantu oleh seorang kerani divisi, mantri tanaman dan admin tanaman (Lampiran 8.). Ketenagakerjaan dan Pengupahan Ketenagakerjaan di Serawak Damai Estate terdiri dari staf, karyawan bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL).

32 (Tabel 4). Staf di SDME terdiri dari manager, asisten kepala, asisten, dan kepala administrasi. Tabel 4. Jumlah staf dan karyawan di SDME Tahun 2012 No Status Pegawai SDME (Karyawan) 1 Staf 8 2 Karyawan Bulanan 21 3 Karyawan Harian Tetap Karyawan Harian Lepas 270 Jumlah 636 ITK 0.17 Sumber : kantor kebun Serawak Damai Estate (Maret, 2012) 19 Pahan (2008) menyatakan Indeks Tenaga Kerja standar sebuah perkebunan adalah 0.2 HOK/ha. Indeks tenaga kerja Serawak Damai Estate masih di bawah standar ITK perkebunan, namun kebutuhan karyawan di SDME dapat dikatakan sudah memenuhi, karena sudah mendekati nilai standar ITK perkebunan. ITK yang dibawah standar di SDME disebabkan masih kurangnya kebutuhan tenaga kerja dalam kegiatan panen, dan pemeliharaan. Pemenuhan terhadap kebutuhan tenaga kerja hingga mencapai ITK Perbedaan antara karyawan bulanan, KHT dan KHL yaitu pada besarnya upah atau gaji serta tunjangan yang diterima tiap bulannya (Tabel 5), sedangkan perbedaan antara KHT dan KHL yaitu tunjangan. Tabel 5. Ketentuan upah di Serawak Damai Estate tahun 2012 Tunjangan Beras Status Upah Pekerja (KG/hari) Istri (*(Kg/Hari) Anak (**(Kg/Hari) KHL Rp ,/hari KHT Rp / bulan Bulanan Berdasarkan Golongan Keterangan : *) istri sah pekerja dan tidak bekerja, tinggal di perkebunan (unit usaha) **) yang berhak adalah anak yang tinggal di perkebunan (unit usaha) maksimal 2 anak KHT mendapatkan tunjangan beras, tunjangan THR, tunjangan bonus, tunjangan perumahan, pengobatan dan JAMSOSTEK sama seperti karyawan

33 bulanan. Golongan untuk karaywan bulan terdiri dari golongan satu sampai golongan delapan dengan upah sesuai dengan ketetapan kebijakan perusahaan. 20

34 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Panen Kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan bergantung pada tingkat kematangan buah saat dipanen. Panen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong buah sesuai dengan kriteria matang panen, mengutip brondolan dan mengumpulkan serta menyusun Tandan Buah Segar (TBS) di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Panen harus menghasilkan TBS pada tingkat kematangan yang optimum, sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit dapat dicapai. Persiapan Panen Kegiatan persiapan panen ada dua yaitu kegiatan persiapan panen dari TBM-3 ke TM-1 dan persiapan panen yang akan dilakukan pada hari yang akan dilakukan kegiatan panen. Persiapan sebelum mulai panen pada umur 30 bulan, yang meliputi kondisi gawangan normal, dan pembuatan pasar pikul. Pasar pikul dari pola 8:1 menjadi pola 4:1 pada TBM-2 yang artinya dalam empat jalur terdiri dari satu pasar pikul, dan pada TBM-3 semester dua menjadi 2:1. Persiapan lainnya yaitu akses panen yang berupa titi panen, jalan bantu angkong atau guludan pasar pikul, kegiatan perawatan piringan manual dari kacangan dan gulma, serta pada semester dua di TBM-3 dibuat TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Luas TPH yaitu 4m x 7m, dimana tiap tiga pasar pikul dibuat satu TPH dan dilengkapi dengan pembuatan blok informasi yang meliputi no blok, no TPH, dan teller pokok. Persiapan juga dilakukan untuk sanitasi dan kastrasi pada TBM umur tanaman 18 bulan, 24 bulan dan 30 bulan. Kastrasi adalah kegiatan membuang semua produk generatif yang terdiri atas pembuangan bunga jantan, bunga betina dan buah baik dalam kondisi segar maupun kering. Kastrasi merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan sebelum tanaman memasuki peralihan dari TBM ke TM.

35 22 Pekerjaan kastrasi di Serawak Damai Estate memiliki tujuan yaitu mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif, pokok sawit yang telah dikastrasi cenderung lebih kuat dan seragam dalam pertumbuhannya, pertumbuhan buah yang lebih besar dan seragam beratnya, menghambat pekembangan hama dan penyakit. Kastrasi mulai dilaksanakan jika dalam satu blok terdapat lebih dari 50% pokok kelapa sawit yang telah mengeluarkan bunga (jantan dan betina). Kastrasi mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 15 bulan di lapangan. Pelaksanaan kastrasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum rencana pokok dipanen. Ketentuan kastrasi rotasi terakhir di SDME yaitu bunga jantan tidak dibuang karena akan digunakan sebagai media pengembangan Elaeidobius camerunicus. Kegiatan lainnya yaitu sanitasi. Sanitasi merupakan kegiatan membersihkan pokok dari pelepah yang sudah kering dan menyentuh ke tanah, dan buah yang terserang penyakit serta sampah-sampah di sekitar pokok. Sanitasi di Serawak Damai Estate bertujuan untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi tanaman dan buah yang sehat. Sanitasi pada tanaman muda sampai dengan TM-2 dilakukan penunasan secara periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali, sedangkan pada tanaman diatas TM-2 penunasan dilakukan secara korektif. Penunasan dilakukan secara langsung oleh tenaga panen dan dilakukan bersamaan setiap melakukan kegiatan panen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman. Tujuan pekerjaan penunasan pokok adalah memelihara pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan daun melakukan fotosintesis secara optimal untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Jumlah pelepah yang optimum untuk mendapatkan produksi maksimal diperlukan pelepah (tanaman muda) dan pelepah (tanaman tua). Pelepah yang sudah dipotong disusun diantara pokok dalam barisan atau di tengah gawangan mati sehingga membentuk huruf U dengan lebar 1.5 m, serta harus dipastikan tidak ada pelepah di piringan, pasar pikul, parit dan sungai.

36 23 Persiapan panen lainnya yaitu sensus produksi. Sensus produksi adalah kegiatan mengestimasi produksi TBS untuk satu semester (6 bulan), yang dilakukan dua kali setahun. Kegiatan sensus produksi dilakukan dengan melihat jumlah bunga betina, jumlah janjang, dan berat janjang rata-rata. Penentuan masa peralihan TBM ke TM dapat dilihat dari kerapatan panen (sebaran pokok panen) >60%, Berat Tandan Rata-rata (BJR) >3 kg, angka penyebaran panen kurang dari lima (artinya dari tiap pokok minimal dapat dipanen satu janjang) atau persenan matang panen. Kegiatan pada awal tahun sebelum dilakukan kegiatan panen dilakukan penetapan seksi panen yaitu pengelompokan blok-blok panen per hari, dengan pertimbangan luasan blok, jam kerja, dan arah seksi panen (searah jarum jam) dengan tujuan bila ada panen yang belum terselesaikan pada hari kemarin maka jarak seksi panen tidak terlalu jauh. Bahan pertimbangan yang lain yaitu jumlah frekuensi panen per tahun dan umur rotasi normal, juga hasil identifikasi blok dalam hal luas areal blok TM, potensi produksi (ton/ha) per blok, jumlah dan sebaran pokok produktif, kondisi topografi, posisi blok terhadap blok lain, jam kerja dalam satu minggu sesuai ketentuan pemerintah, sehingga seksi panen dibagi menjadi enam seksi. Perimbangan antara seksi satu dengan yang lain dalam hal luas areal per seksi serta potensi produksi (ton/ha). Contoh Perhitungan perencanaan seksi panen : Sebuah divisi dengan luas areal TM Ha, dengan estimasi produksi 25.0 ton/ha/tahun, maka untuk pembagian area tersebut dalam enam seksi dapat di hitung sebagai berikut : Penetapan luas area produksi per seksi per frekuensi (ha/seksi/frekuensi) Luas rata-rata per seksi (A) ha/6 seksi = ha Luas rata-rata per 5 jam kerja (B) 5/7 x ha =136 ha Koefisien penambah luas area (C) = (A-B)/6 --- ( )/6 = 9.1 ha Luas rata-rata seksi hari biasa (7 jam kerja) = A+C =191.3 ha ha = 200 ha Luas seksi hari jumat (5 jam kerja)

37 24 =B+C =136.6 ha ha = 146 ha Persiapan untuk panen yang akan dilakukan harian yaitu melakukan taksasi panen, menghitung angka kerapatan panen, angka kerapatan panen digunakan untuk menentukan berapa ton buah yang akan di panen serta tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan, dimana tiap kemandoran jumlah tenaga kerja maksimal dua puluh orang. Hal ini sesuai dengan ratio ideal pekerja dan mandor (1:20 TK), selanjutnya pembagian luasan hancak pemanen per kemandoran, serta pembagian hancak tetap pemanen. Luas hancak tetap mandor per seksi dapat dihitung dengan cara : Luas hancak tetap mandor = Luas area (ha) per seksi panen /jumlah mandor. Mandor panen di tiap divisi di SDME berjumlah dua sampai tiga mandor. Tiap kemandoran di SDME sudah sesuai dengan ratio ideal pekerja dan mandor, yaitu tiap kemandoran mengepalai tidak lebih dari dua puluh pekerja. Persiapan panen lainnya yaitu ketersediaan peralatan panen. Peralatan panen merupakan salah satu keperluan dalam kegiatan panen. Peralatan panen yang perlu disiapkan yaitu Alat Pelindung Diri (APD) serta dodos, angkong, gancu, sogrok, karung goni, stempel dan tinta. APD panen di kebun Serawak Damai Estate baru sebatas sepatu boot, sarung tangan dan sarung dodos. Kriteria Panen Kriteria panen yang sudah ditetapkan kebun harus diperhatikan ketika kegiatan panen, hal ini dikarenakan akan berakibat pada mutu atau kualitas buah yang dipanen. Pengawasan terhadap kegiatan panen baik untuk kriteria maupun mutu buah dilakukan mulai dari kerani buah, mandor panen hingga asisten kebun (Gambar 1). Kegiatan panen di Serawak Damai Estate memilki ketentuan kriteria panen yaitu brondol lima secara alami, bila BJR <5 kg dan jumlah brondolan sepuluh

38 25 ketika sampai di TPH. BJR >10 kg menggunakan rumus BJR x 2, yaitu janjang yang beratnya lebih dari 10 kg harus memiliki jumlah brondolan dua kali dari berat janjang rata-rata. Misalnya berat janjang 12 kg, maka jumlah brondolan minimal 24 brondol ketika sampai di TPH yaitu (12 x 2 = 24). Kriteria panen akan berbeda untuk buah abnormal seperti buah hermaprodit, apabila lebih dominan buah yang membentuk brondolan dan matang maka tetap dipanen dan diangkut. Penentuan untuk buah batu atau hard bunch dikatakan matang dan dapat dipanen bila buah sudah pecah di bagian ujung buah atau terbelah di bagian ujung brondolan dan tekstur sudah remah. Buah batu merupakan buah yang sulit untuk membrondol dikarenakan faktor genetik. Buah landak adalah buah yang mempunyai banyak duri pada satu tandan, kriteria matang buah landak yaitu buah sudah membrondol lima. Gambar 1. Grading buah yang dilakukan oleh asisten kebun Kualitas Buah Serawak Damai Estate memiliki standar untuk kualitas buah dan dibagi menjadi 7 kriteria kualiatas buah. Standar minimal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kualiatas buah yang baik yaitu janjang yang mentah dan janjang kosong memiliki ketentuan target yaitu 0%, sedangkan untuk janjang yang kurang matang <8%, janjang matang >85%, janjang lewat matang <7%, dan tangkai panjang serta kontaminasi sampah kurang dari 3%. Kualitas buah semester dua tahun 2011 di Serawak Damai Estate berdasarkan Tabel 6 sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase untuk rata-rata buah matang yaitu sudah >85 %, dan buah lewat matang <7 %.

39 Tabel 6. Rekapitulasi mutu buah di Serawak Damai Estate pada bulan Juli - Desember 2011 Bulan Target Kualitas Jul Agu Sep Okt Nov Des (%) Mentah Kurang matang < Matang > Lewat matang < Janjang kosong Tangkai panjang < Kontaminasi < Sumber kantor kebun Serawak Damai Estate 26 Kehilangan Hasil Panen Kehilangan hasil atau losses fruit dapat menurunkan nilai BJR. Kehilangan hasil dapat bersumber dari janjang yang tertinggal di pokok atau tidak terpanen sehingga buah akan menjadi over ripe hingga dapat menjadi busuk di pokok, selain itu sumber kehilangan buah yang paling besar dan dapat menyebabkan berat janjang rata-rata turun yaitu brondolan di ketiak pelepah, dan brondolan di piringan serta brondolan di TPH yang tidak dikutip bersih. Kehilangan hasil pada kegiatan panen lainnya yaitu buah mentah yang ikut terpanen. Kehilangan hasil di kebun Serawak Damai Estate tidak signifikan bila dilihat dari data rekapitulasi mutu buah, tetapi kehilangan hasil ini harus diminimalisir dengan memperhatikan kriteria panen yang berlaku. Sistem Panen Sistem panen yang digunakan di Serawak Damai Estate yaitu Block Harvesting System (BHS). Tujuan penggunaan sistem panen ini yaitu agar kegiatan panen dapat berjalan secara optimum dan mengefektifkan sistem organisasi panen. Block harvesting system adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja dan terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan.

40 27 Block Harvesting System mempunyai enam seksi panen, atau setiap hari kerja, sehingga divisi hanya diperbolehkan mempunyai satu seksi harian per harinya, dimana setiap pemanen sudah mendapatkan hancak tetap masing-masing. Sistem hancak tetap ini bertujuan mempermudah pengontrolan dan pengawasan terhadap kualitas panen dari setiap pemanen. Tujuan lain dari penggunaan BHS ini yaitu mempermudah transport TBS, karena pada sistem ini kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama, selain itu mempermudah kerani panen dalam mendata kualitas buah dari pemanen. Pelaksanaan block harvesting system membuat jumlah tenaga kerja antar seksi sama, dengan maksud memberikan kesempatan perolehan pendapatan pemanen antar seksi relatif sama. Seluruh kemandoran panen dalam divisi harus melakukan potong buah pada seksi yang sama pada setiap harinya dan dalam satu harinya diupayakan satu seksi selesai pada hari itu juga. Kegiatan panen dan penguntipan brondolan harus dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama, yaitu penyelesaian hancak panen harus blok per blok secara bersambung ke arah Collection Road (CR) atau searah dengan Main Road (MR). Tata batas hancak pemanen dan mandoran harus jelas dan bersifat tetap. Pemanen dibentuk lagi menjadi sistem Kelompok Kecil Pemanen (KKP). Satu KKP terdiri atas 3 orang pemanen. Tujuan pembuatan KKP ini adalah bila ada pemanen yang tidak masuk, maka hancak pemanen akan dikerjakan oleh dua pemanen lainnya, karena sistem hancak tetap. Semua hasil panen dicatat oleh kerani panen, pencatatan terdiri atas jumlah output pemanen, kualitas buah yang di panen, basis dan denda pemanen (Gambar 2.). Gambar 2. Kegiatan pencatatan hasil panen oleh kerani panen di TPH

41 28 Rotasi dan Frekuensi Panen Rotasi panen adalah jumlah hari (interval) yang dibutuhkan untuk kembali ke blok atau seksi yang sudah di panen sebelumnya. Rotasi panen di divisi 2 yaitu 6/7 (enam potong tujuh) dimana seksi akan dipanen kembali setelah 7 hari, 7 hari termasuk rotasi normal, bila rotasi diatas 9 hari atau 9/10 maka rotasi sudah dikatakan tidak normal atau rotasi tinggi. Rotasi yang tinggi menyebabkan buah over di pokok, sehingga jumlah brondolan di piringan akan banyak, dan brondoan tersebut akan menyebabkan losses. Divisi di Serawak Damai Estate yang memiliki rotasi panen tinggi, maka divisi lain dalam satu kebun atau berbeda kebun memberikan bantuan panen dengan tujuan memperkecil losses dan mencapai target produksi kebun. Rotasi yang terlalu rendah juga tidak baik, karena banyak buah belum layak panen atau potong setelah rotasi sebelumnya. rotasi paling rendah yaitu 5/6 dan rotasi tertinggi yaitu 12/13. Frekuensi panen adalah jumlah frekuensi masuk dalam kegiatan potong buah tuntas pada blok atau seksi yang sama. Setiap divisi di SDME membentuk 6 seksi panen, maka dalam satu bulan, satu seksi dapat dipanen sebanyak 4 frekuensi per bulan, dan minimal 48 frekuensi panen per tahun. Tenaga Kerja Panen Kebutuhan tenaga pemanenan atau jumlah pemanen disesuaikan dengan luas TM dan luas panen pada masing-masing divisi. Kebutuhan tenaga kerja dihitung berdasarkan angka kerapatan panen, kapasitas pemanen, populasi tanaman per ha, serta BJR. Rumus untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga pemanen di Serawak Damai Estate. Tenaga panen (T) = A x B x C D Keterangan : T = Jumlah tenaga panen A = Luas hanca panen (ha) B = Kerapatan panen (%) C = Populasi tanaman per ha D = Rata-rata basis janjang

42 29 Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dengan rumus di atas berdasarkan penentuan angka kerapatan panen yang didapatkan dari kegiatan taksasi panen. Jumlah tenaga pemanen di Divisi 2 Serawak Damai Estate berjumlah 40 pemanen, di bawah dua kemandoran panen, satu kemandoran mengawasi 20 pemanen. Taksasi Panen Taksasi panen merupakan prakiraan hasil panen esok hari yang dilakukan dengan mengalikan persentase kerapatan buah dengan jumlah populasi pokok yang diamati dalam satuan persentase. Kegiatan taksasi panen dilakukan satu hari sebelum kegiatan panen di seksi yang akan besok dipanen yang dilakukan oleh mandor panen. Penentuan janjang yang akan dipanen yaitu bila janjang di pokok minimal telah membrondol tiga buah. Penulis melakukan kegiatan taksasi panen dengan mengambil luasan 3 ha tiap blok. Rumus perhitungan taksasi panen : jumlah janjang masak Angka Kerapatan Panen (AKP) (%) = ( jumlah pokok diperiksa ) Janjang di panen = jumlah pokok produktif x AKP Estimasi Tonase panen = jumlah janjang dipanen x BJR Contoh perhitungan taksasi panen : Penulis melakukan estimasi di Blok C30, jumlah janjang masak di Blok C30 adalah 146 janjang, jumlah pokok diperiksa 355 pokok. Jumlah pokok produktif pokok, dan BJR yang digunakan yaitu 10.2 kg AKP = 100% = 41% Janjang di panen = x 0.41 = 2,293 Estimasi tonase panen = x 10.2 = Kg = ton Estimasi dalam tonase ditujukan untuk estimasi Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sehingga PKS dapat mengetahui berapa tonase yang dikirim ke PKS dari kebun, juga untuk menentukan kapasitas olah pabrik. Perbedaan antara estimasi tonase dengan tonase aktual tidak boleh lebih dari 10%. Tonase aktual di blok

43 C30 adalah 23,510 kg. Perbedaan antara hasil estimasi penulis dengan aktual adalah 0.05 %. 30 Basis, Premi dan Denda Panen Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi pemanen. Basis di Serawak Damai Estate ada tiga jenis basis, yaitu basis janjang, basis hancak, dan basis waktu. Basis janjang di Serawak Damai Estate berdasarkan tahun tanam. Tahun tanam 2004 basisnya 130, untuk basisnya 150, dan untuk basisnya 170. Selain itu terdapat perbedaan basis untuk hari jumat yaitu 121 janjang. Pemanen yang sudah mendapatkan basis janjang, maka pemanen harus memenuhi basis hancak, yaitu hancak yang sudah ditetapkan untuk di panen harus diselesaikan. Basis yang terakhir adalah basis waktu, walaupun waktu yang sudah ditetapkan untuk kerja selama 7 jam, namun jika hancak belum selesai, maka kegiatan panen tetap dilakukan sampai buah keluar atau sampai di TPH semua. Premi adalah penghargaan yang diberikan terhadap orang yang telah memenuhi target kerjanya pada hari itu sedangkan denda merupakan cerminan kerja yang salah dan merupakan bahan intropesksi terhadap pekerjaannya. Premi potong buah yang berlaku di Serawak Damai Estate, yaitu premi potong buah berdasarkan jumlah janjang buah yang didapat. Premi potong buah ada dua yaitu premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong yaitu premi yang diberikan bila pemanen telah mencapai basis janjang yang telah ditetapkan premi siap borong sebesar Rp Premi lebih borong berdasarkan tahun tanam dengan hitungan rupiah per janjang lebih borong. Tahun tanam 2004 premi lebih borongnya adalah Rp 275/janjang, Rp 240/janjang, dan untuk Rp 227/janjang. Denda pada panen yaitu terdiri dari brondolan tidak dikutip dipokok dan di piringan Rp 50 per butir. Denda untuk buah mentah Rp per janjang, buah tinggal Rp per janjang, tangkai panjang Rp 500, serta pelepah sengkleh Rp Transportasi Buah Transportasi buah dimulai ketika buah sudah keluar dalam satu blok, kegiatan ini dibawah pengawasan kerani transport. Kerani transport dibantu oleh

44 31 Bongkar Muat (BM) yang berjumlah 4-5 pekerja dan supir. Buah yang berada di TPH dan sudah diberikan docket oleh kerani panen, dikumpulkan oleh kerani transport dan diperiksa kembali total janjang yang diangkut ke dalam unit. Selanjutnya buah yang berada di TPH dimuat ke atas unit oleh BM sampai buah penuh dalam satu unit. Kapasitas muat satu unit yaitu 7.5 ton, apabila kapasitas sudah mencapai 7.5 ton maka buah akan dikirim ke PKS. Kerani transport membuat Surat Pengantar Buah (SPH) yang diberikan kepada supir. Sistem pengiriman buah ke PKS menggunakan kanban system. Kanban system merupakan suatu sistem yang mengatur kegiatan pengangkutan buah dalam satu wilayah ke PKS, sehingga antara kegiatan pabrik dengan jumlah buah yang datang akan berjalan secara bersambung atau berkesinambungan dan pabrik tidak mengalami kekosongan buah yang akan diolah. Pengaturan dilakukan per estate, dan nantinya tiap estate membaginya per divisi dan dengan target yang diberikan oleh PKS ke estate tersebut dan pengaturan sistem ini berdasarkan jarak estate ke pabrik. Unit yang membawa buah ke PKS di timbang di weight bridge saat masuk dan unit membongkar muatan di loading ramp, setelah itu ditimbang kembali saat keluar sehingga dapat diketahui berat janjang yang dibawa. Hasil penimbangan berupa karcis, dikumpulkan dan diberikan ke kerani divisi untuk dihitung jumlah janjang yang dikirim ke pabrik dan total tonase produksinya. Denda yang berlaku dalam sistem pengangkutan buah yaitu bila terdapat buah restan yang disengaja sebesar Rp /janjang, dan brondolan tercecer Rp 500/brondolan. Denda yang berlaku di kerani transport adalah empty bunch >5% terangkut ke PKS, restan karena kesalahan koordinasi, dan pengangkutan TBS tidak first in first out (FIFO) yang artinya buah segar diangkut, namun buah restan masih ada, maka denda untuk ketiga kesalahan itu adalah premi pada hari itu hilang. Peralatan yang digunakan oleh BM yaitu karung, dan tojok, sedangkan untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan yaitu sepatu boot dan sarung tangan.

45 32 Pemupukan Pemupukan merupakan suatu upaya untuk memberikan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat, produksi tandan buah segar secara maksimum, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta et al. 2007). Kegiatan pemupukan yang dilakukan di Serawak Damai Estate ditetapkan oleh departemen riset BGA. Rekomendasi pemupukan yang diberikan berdasarkan hasil analisa daun (status hara daun), jenis tanah, status hara tanah, potensi produksi yang diharapkan dapat dicapai, faktor kehilangan hara tanah akibat panen (terbawa bersama buah yang dipanen) serta faktor konservasi tanah. Unsur hara yang terkandung dalam satu ton TBS yaitu 6.3 kg Urea, 2.1 kg TSP, 7.3 kg KCl, 4.9 kg Kieserit. Prinsip utama dalam aplikasi pupuk adalah setiap tanaman harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dengan rekomendasi dari departemen riset, sehingga aplikasi pemupukan harus memperhatikan 5 TEPAT yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat pelaporan. Pentingnya kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit selain untuk mendapatkan produksi yang optimal juga karena penggunaan biaya pemupukan setiap tahunnya rata-rata dapat mencapai 60-70% dari seluruh total biaya pemeliharaan tanaman (TM dan TBM), oleh karena itu realisasi pemupukan dilapang harus 100% sehingga efisiensi dan produksi yang optimal dapat tercapai. Realisasi pemupukan di SDME dalam kurun waktu empat tahun 2008 sampai 2011 berfluktuasi, dan pada tahun 2010 realisasi pemupukan mencapai 100% (Lampiran 9). Dosis Pupuk dan Jenis Pupuk Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah dan waktu pemberiannya. Kebutuhan pupuk juga mempertimbangkan faktor kehilangan (losses) yang disebabkan oleh penguapan, pencucian hara yang diikat oleh tanah, dan pertimbangan manajemen pemupukan. Pupuk yang umumnya digunakan yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Penggunaan jenis pupuk anorganik terdiri dari Palmo, Urea, Rock

46 33 Phosphate (RP), MOP, High Grade Fertilizer Borate (HGFB), Chelated Zincopper, dan Kieserite. Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman dan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk organik yang digunakan di Serawak Damai Estate berasal dari limbah pabrik kelapa sawit, inokulan tanah dan sisa tanaman. Limbah dari hasil pengolahan kelapa sawit yang digunakan adalah janjang kosong kelapa sawit. Pengaplikasian janjang kosong di antara pokok tanaman di sela-sela pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman. Dosis janjang kosong per pokok yaitu 200 kg/pokok pada TM dan TBM atau 27.2 ton/ha dengan asumsi SPH 136, pengaplikasian ini hanya satu kali dalam setahun. Prioritas pengaplikasian jangkos diprioritaskan pada TBM areal marginal (pasir dan kaolin), prioritas selanjutnya TM areal marginal (pasir dan dan kaolin), kemudian TBM areal mineral, dan terakhir prioritas janjang kosong pada TM areal mineral. Pemberian janjang kosong dan bahan organik tidak boleh ditumpuk hanya satu lapis saja ketika pengaplikasian, karena dapat menjadi inang larva kumbang Oryctes. Waktu Pemupukan Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (curah hujan), Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan mm/bulan, dengan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Ketentuan waktu pemupukan disesuaikan dengan jadwal aplikasi namun diutamakan adalah blok yang mengalami defisiensi hara tertentu. Defisiensi hara N harus diaplikasikan terlebih dahulu, sedangkan pupuk lain diaplikasikan mengikuti jadwal aplikasi yang dikeluarkan departemen riset. Interval antara dua rotasi aplikasi jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang dari dua bulan. Berdasarkan rekomendasi pemupukan di Serawak Damai Estate, pengaplikasian tiap jenis pupuk di tiap divisi berbeda-beda.

47 34 Cara dan Lokasi Penempatan Pupuk Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Penempatan dan aplikasi yang tepat, dapat meningkatkan kapasitas pupuk yang diserap. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai ke zona perakaran dan seminim mungkin hilang karena adanya aliran permukaan dan penguapan. Cara pengaplikasian pemupukan pada tanaman kelapa sawit di Serawak Damai Estate Divisi 2 yaitu dengan sistem tabur dan tugal (pembuatan lubang dengan 4 arah mata angin). Pupuk HGFB, Urea, MOP, RP dan Kieserite dilakukan dengan sistem tabor, sedangkan untuk pupuk Palmo dan Chelated Zincooper diaplikasikan dengan cara tugal. Lubang yang di tugal berjumlah empat dengan arah mata angin. Penguntilan Pupuk Penguntilan pupuk adalah kegiatan mengemas sejumlah pupuk kedalam karung sesuai rekomendasi dosis per pohon yang disesuaikan dengan jumlah pohon sebagai dasar untilan. kegiatan penguntilan pupuk dilakukan di gudang pupuk divisi (Gambar 3). Penguntilan bertujuan untuk mempermudah pengeceran pupuk di lapangan, serta menghindari adanya bongkahan pupuk. Penguntilan menggunakan karung bekas pupuk yang masih layak pakai, dan takaran pupuk sesuai dengan pupuk yang akan diuntil. Berat untilan di Serawak Damai Estate terdapat batasan yaitu 16 kg. Hal ini bertujuan untuk mempermudah saat pengeceran dilapang. Gambar 3. Penguntilan pupuk Urea di gudang pupuk divisi

48 35 Pengadaan Pupuk Pengadaan pupuk dipesan berdasarkan stok pupuk di gudang divisi dan kebutuhan untuk kegiatan pemupukan sehari sebelum kegiatan. Pengadaan pupuk untuk divisi dilakukan dengan melakukan pemesanan pupuk ke admin gudang, admin gudang akan membuat reservasi pemesanan pupuk ke gudang sentral. Pupuk akan dikirim sesuai pemesanan ke divisi dengan membawa surat pengiriman dan penerimaan pupuk dari gudang sentral. Surat pengiriman dan penerimaan pupuk di tanda tangani asisten divisi dan diberikan ke admin gudang untuk di rekap di kebun. Pupuk yang sudah dipesan disimpan sementara di gudang divisi gudang transit untuk dilakukan penguntilan sebelum pengaplikasian ke lapang. Pelaksanaan Pemupukan Kegiatan pemupukan di Serawak Damai Estate, menggunakan Block Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, serta produktivitas yang lebih tinggi. Pelaksanaan BMS di Serawak Damai Estate terdapat penggabungan divisi. Penggabungan divisi terdiri dari Divisi 1 dan Divisi 2 yang menjadi satu BMS, serta divisi 4 dan divisi 5 satu BMS. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan menggunakan sistem Kelompok Kecil Pemupuk (KKP). Jumlah karyawan tiap KKP tergantung dari jenis pupuk yang digunakan, untuk pemupukan Urea 1 KKP terdiri dari 3 orang, Palmo 1 KKP terdiri dari 5 orang, Zincopper 1 KKP terdiri dari 2 orang, untuk pupuk Rock Phosphate 1 KKP terdiri dari 3 orang, pupuk HGFB 1 KKP 1 orang, dan pupuk Kieserite 1 KKP 3 orang. Sistem pembagian hancak dilakukan dilapang, pembagian KKP dan hancak dilakukan oleh mandor pupuk. Pembagian hancak dilakukan setelah pembagian KKP dan tiap KKP dan diberikan nomor urut hancak sesuai dengan jumlah KKP. Kegiatan dilakukan serempak oleh semua KKP, sehingga ketika selesai ataupun pindah hancak, dilakukan secara bersamaan.

49 36 Karyawan pemupukan terdiri dari 2 divisi yaitu dari Divisi 1 dan Divisi 2 dengan dua orang mandor dari masing-masing divisi. Pembagian sistem kerja kemandoran yaitu satu mandor bertugas menjadi mandor lapang, dan satu mandor bertugas menjadi mandor gudang. BMS dari Divisi 1 dan 2 terdiri atas 33 orang karyawan. 17 karyawan dari Divisi 1, dan 16 karyawan dari Divisi 2. Pelaksanaan kegiatan pemupukan dimulai dari apel pagi, ketika mandor pupuk menyampaikan informasi yang berisikan jenis pupuk yang digunakan, dan blok yang akan diaplikasikan pupuk. Bongkar Muat Pupuk (BMP) memuat pupuk kedalam unit yang telah siap di gudang divisi. Pupuk dimuat sesuai dengan kebutuhan pemupukan yang diberikan oleh mandor pupuk, pupuk selanjutnya di ecer ke Tempat Peletakan Pupuk (TPP) atau sisi timur dan barat collection road di depan pasar pikul di blok yang akan di pupuk, selanjutnya dilakukan pembagian KKP dan nomor atau urutan hancak oleh mandor pupuk dan membagikan alat penabur cepuk. Karung pupuk yang telah digunakan dikumpulkan oleh BMP per gulung, 1 gulung terdiri dari 10 karung dan diletakkan kembali di gudang pupuk. Langsir pupuk adalah pengangkutan untilan dengan kendaraan dari gudang divisi ke blok yang akan dipupuk untuk diletakkan sesuai kebutuhan untilan di depan pasar pikul. Ecer pupuk adalah kegiatan mengecer pupuk dari tepi jalan ke dalam blok untuk mempermudah penabur dan mengefesiensi tenaga dan waktu. Kegiatan ecer pupuk dilakukan dengan membawa untilan sampai pasar tengah. Peralatan pemupukan terdiri dari dirigen pupuk, alat penabur, dan cangkul (untuk pemupukan Zincopper, dan Palmo). Alat Pelindung Diri (APD) tim BMS terdiri dari kacamata, masker, apron, sepatu boot, dan sarung tangan. Premi Pemupukan Premi basis Karyawan Harian Lepas (KHL) atau Karyawan Harian Tetap (KHT) adalah Rp /hari dan mendapatkan susu satu kaleng untuk 6 hari. KHL yang sudah melebihi basis mendapatkan premi lebih basis Rp /ton. Standar norma kerja yaitu 500 kg/hk, namun pada saat di lapang norma kerja tergantung pupuk yang diaplikasikan. Norma kerja untuk pupuk Rock Phosphate kg/hk. Palmo kg/hk, sedangkan Zincopper kg/hk.

50 37 Norma kerja karyawan pemupuk (BMS) di Serawak Damai Estate sudah mencapai norma kerja yang berlaku. Bongkar Muat Pupuk (BMP) dilakukan oleh 2 orang, satu karyawan dari divisi 1 dan satu karyawan lagi dari divisi 2. Premi basis yang didapatkan Rp dan premi lebih basis Rp /ton atau Rp 10/kg. Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit Pengendalian hama harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah ledakan serangan hama. Konsep pengendalian hama dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian terlemah (titik kritis) dari seluruh siklus hidupnya akan sangat efektif dalam pengendalian dan pemilihan metode serta waktu pengendalian. Hama yang terdapat di SDME masih dalam kategori keseimbangan alami adalah tikus, ulat api, ulat kantong, kumbang tanduk, tirathaba serta rayap. Jenis ulat api yang umumnya terdapat yaitu Thosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Thosea bisura, dan Thosea vitusta. Populasi hama di kebun dipantau secara periodik dengan melakukan sensus deteksi dini per blok di tiap divisi, dan dilakukan pendataan tiap bulannya. Kegiatan sensus deteksi dini baru dilaksanakan tahun 2011 di SDME. Kegiatan ini dilakukan oleh dua orang pekerja perawatan yang sudah diberi pelatihan untuk mendeteksi serangan yang terdapat di pokok, serta jenis hamanya. Sehingga dapat diketahui seberapa berat tingkat serangan hama dan hama jenis apa yang menyerang ditiap blok, sehingga dapat ditentukan pengendalian apa yang dibutuhkan dan yang bersifat efektif. Hasil tiap divisi akan direkap oleh mantri tanaman. Pengendalian hama dan penyakit pada kelapa sawit harus bersifat efektif. Pengendalian dapat dilakukan secara manual, kimiawi, dan biologis. Pengendalian secara manual dilakukan dengan handspicking atau pengutipan, kegiatan pengendalian ini biasanya dilakukan untuk hama ulat api dan ulat kantong, serta larva kumbang tanduk. Pengendalian secara kimia meggunakan pheromone sex dan aplikasi centrapur yang merupakan insektisida untuk kumbang tanduk. Centrapur

51 38 berbentuk granul kecil, pengaplikasiannya di pokok yang terserang dengan cara ditabur pada tempat yang berlubang seperti pada umbut atau pelepah dengan dosis 5 10 gram, dengan sistem lima mata tunas. Penggunaan pheromone sex dengan menggunakan perangkap, perangkap dibentuk dari batang kayu, dan tangki bekas dirigen serta seng. Pheromone sex berbentuk cairan berwarna putih.dan peletakannya digantungkan di seng, pheromon berfungsi untuk mengundang kumbang tanduk. Kumbang akan datang oleh aroma pheromone, lalu kumbang akan menabrak seng dan akan jatuh kedalam tangki yang sudah diberi air. Pagi harinya kumbang yang terperangkap diambil dan dihitung jumlahnya. Pemasangan perangkap pheromone pada blok terserang setiap 200 m dipinggir blok pheromone dapat bertahan selama bulan. Kedua cara ini cukup efektif dalam pengendalian kumbang tanduk. Pengendalian terhadap hama tikus secara kimia menggunakan durat. Dosis durat untuk pokok besar yaitu satu durat setara 300 gr, sedangkan pada pokok kecil dua butir durat. Pengaplikasian durat dilakukan di sekitar pokok dengan jarak 20 cm. Pemberian durat dilakukan sampai empat kali, dengan ketentuan pada pemberian yang pertama bila lebih dari 5% durat habis maka diaplikasikan kembali sampai empat kali. Serangan tikus ini dapat menurunkan 20% dari tonase atau total produksi. Hama tikus pada TBM menyerang umbut sedangkan pada TBM-2 akan mneyerang buah. Pengendalian hama rayap menggunakan reagen. Rayap terdiri dari dua yaitu Captotermes curvignatus Holmgren, dan Macrotermes gilvus Hagen. Rayap menyerang bagian batang, akar dan pelepah kelapa sawit bentuk serangannya yaitu dari dalam tanah langsung mengebor bagian tengah pangkal batang hingga berbentuk rongga dan bersarang didalam. Pengendalian hama rayap dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu persentase areal yang akan dilakukan pengendalian. Pengendalian rayap ini menggunakan bahan reagen 50 SC atau Curbix 100 Ecsetara dosis 5 ml per pokok atau dengan bahan aktif fipronil. Pengaplikasiannya yaitu dengan cara disiram mengelilingi tanaman. Serangan Tirathaba yang terdapat di Serawak Damai Estate pertama harus dikendalikan dengan menjaga kebersihan pokok dengan melakukan kebijakan

52 39 kastrasi dan sanitasi pada tanaman belum menghasilkan dengan tepat waktu. Langkah lainnya yaitu melakukan deteksi dini di TPH ketika terdapat kegiatan panen yaitu dengan menghitung persentase jumlah janjang yang terserang dengan batasan 5%. Kondisi serangan kurang dari 5%, dilakukan tindakan control dan bila serangan di atas 5%, maka dilakukan sensus terhadap pokok. Hasil sensus pokok terhadap hama Tirathaba, bila menunjukkan serangan di atas 5%, maka dilakukan penyemprotan dengan Bacillus turingiensis dengan dosis 1g/1l air. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menanam tanaman bermanfaat atau beneficial plant. Penggunaan tanaman bermanfaat di Serawak Damai Estate menggunakan tanaman Turnera subulata, Cassia tora. Divisi 1 dan 2 SDME melakukan kegiatan pembibitan Cassia tora dan Turnera subulata. Kedua tanaman ini berfungsi sebagai tanaman inang bagi musuh alami ulat api. Penanaman Turnera subulata dan Cassia tora Kegiatan penanaman Turnera subulata dan Cassia tora dilakukan di sepanjang Collection Road (CR) dan Main Road (MR). Perbandingan penanaman Cassia tora dengan Turnera subulata yaitu 30:70, hal ini dikarenakan bibit Cassia tora sulit untuk didapatkan. Tanaman Turnera subulata diperoleh dari tanaman yang sudah tumbuh besar. Kegiatan pertama kali yaitu pengumpulan Turnera subulata dan Cassia tora dimana seorang pekerja membawa karung yang digunakan untuk mengumpulkan Turnera subulata yang sudah di potong. kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan guludan di sepanjang jalan, sebagai tempat tumbuh Turnera subulata, pembuatan guludan dilakukan dengan cangkul seperti ditunjukan pada Gambar 4. Kegiatan yang terakhir yaitu dilakukan penanaman Turnera subulata dan Cassia tora.

53 40 Gambar 4. Pembuatan Guludan Turnera subulata Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan pemeliharaan terhadap pokok kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan ini bertujuan untuk mengurangi kompetisi gulma dengan tanaman terhadap unsur hara, air dan sinar matahari. Mempermudah pekerjaan panen, pemupukan, penunasan, dan pengawasan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara manual oleh karyawan perawatan dan secara kimiawi oleh tim BGA Spraying System (BSS) dan chemist divisi. Chemist divisi fokus pada lalang serta gulma dominan pada gawangan, sedangkan tim BSS fokus pada pengendalian di piringan dan gawangan. Penggunaan BGA Spraying System (BSS) memiliki keuntungan yaitu menghemat tenaga supervisi, kontrol lebih baik, mobilitas yang tinggi, kualitas kerja lebih baik dan pengorganisasian yang lebih mudah. Tim BSS ini terdiri dari 20 orang tenaga semprot dan satu unit kendaraan roda empat (truk) yang mampu membawa knapsack dan 1 unit tangki untuk membawa larutan. Tim BSS terbagi menjadi dua tim di Serawak Damai Estate, yaitu BSS yang meliputi Divisi 1, 2, dan 3 atau disebut BSS rayon A, serta BSS rayon B yang meliputi Divisi 4 dan 5. Pelaksanaan BSS dimulai dari persiapan pengisian tangki air yang dilakukan satu hari sebelum pelaksaaan di sore hari. Pencampuran obat dilakukan pada pagi hari. Mandor semprot membawa papan monitoring prestasi kerja ke lahan. Kegiatan BSS lebih selektif berdasarkan kondisi di lapang. BSS pada kondisi lahan yang clean weeding tidak melakukan kegiatan semprot tetapi

54 41 melakukan pekerjaan penanaman Neprolephis bisserata, dan untuk lahan yang memerlukan pengendalian maka BSS akan melakukan kegiatan semprot. Tim semprot divisi terdiri dari tujuh orang pada divisi dua. Kegiatan tim semprot divisi difokuskan pada gulma lalang di semua blok pada satu divisi, Pemberantasan lalang menggunakan bahan aktif glifosat. Kegiatan semprot dilakukan sesuai dengan peta kondisi areal semprot. Adapun ketentuan gulma yang boleh disemprot, dan tidak boleh disemprot. Gulma yang boleh disemprot dan bersifat merugikan diantaranya Stenocleana (pakis udang), Melastoma (merahan, karamunting), Chromolaena odorata (putihan), Scleria sumatrensis (kerisan), Imperata cylindrical (lalang), Anggrung (anak kayu), Elaeis guineensis (kentosan), Gleichenia linearia (pakis kawat). Gulma yang tidak boleh disemprot diantaranya Nephrolephis bisserata, rumput lunak, dan Mucuna bracteata. Bumitama Gunajaya Agro memiliki konsep pengendalian gulma yaitu penanganan terhadap tumbuhan pesaing tanaman utama dengan tindakan mengembangkan atau melestarikan tanaman berguna atau inang secara terkendali, memusnahkan gulma berbahaya (Noxious Weed), membatasi pertumbuhan gulma lunak, dan menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian. Beberapa hal yang harus dilakukan yaitu pembersihan piringan dan jalan pikul, pengendalian secara preventif dan kultur teknis. Rawat Piringan, Gawangan, dan Pasar Pikul Rawat Piringan. Piringan merupakan daerah dan ruang tumbuh tanaman dalam radius kurang lebih 2 meter dari pokok kelapa sawit. Fungsi dari piringan adalah sebagai tempat menyebarkan pupuk dan daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan. Pelaksanaan kegiatan rawat piringan untuk yang akan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penentuan kondisi lapang yang dilakukan pada akhir tahun. Penentuan kondisi di kebun Serawak Damai Estate menggunakan kriteria ringan, sedang, dan berat dengan menggunakan persentase gulma menutup. Kondisi ringan persentase gulma menutupnya sebesar 0 30 %, sedang persentase gulma menutup %, berat persentase gulma menutup >75 %.

55 42 Kegiatan rawat piringan dilakukan secara kimia dan mekanis (manual). Kegiatan ini dilakukan baik di tanaman TBM maupun TM. Kegiatan rawat piringan secara manual dilakukan oleh pekerja perawatan dengan menggunakan parang. Kegiatan rawat piringan lebih banyak dilakukan pada areal kondisi berat dimana tanaman Mucuna bracteata sangat tebal dan menjalar ke pokok sawit, sehingga mempersulit kegiatan pemupukan dan panen (Gambar 5). Tidak hanya Mucuna bracteata yang berada di piringan, gulma berkayu, serta lalang juga dikendalikan. Jumlah tenaga kerja untuk kegiatan piringan manual tidak tetap tergantung pada luasan dan keadaan blok yang akan dikerjakan. Norma kerja kegiatan rawat piringan manual yaitu 4 HK/ha untuk kondisi berat TBM dan 3 HK/ha pada TM. Perawatan piringan secara kimiawi dilakukan oleh Tim Unit Semprot. Penggunaan bahan dan dosis herbisida disesuaikan dengan kondisi areal dan gulma dominan yang berada di piringan. Pengelompokan gulma dominan ada dua yaitu satu terdiri dari gulma Legume Cover Crop (LCC) dan rumput-rumputan, serta yang kedua gulma daun lebar, pakis dan rumput-rumputan. Perawatan piringan secara kimiawi harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai pelepah (Gambar 6). Dosis yang digunakan cc glifosat serta 25 gr methyl. Norma kerja untuk rawat piringan kimiawi yaitu 0.5 HK/ha. Gambar 5. Rawat piringan manual

56 43 Rawat Gawangan. Gawangan adalah areal atau ruang diantara barisan tanaman. Rawat gawangan dilakukan secara manual dan kimia. Penentuan kondisi areal menggunakan kriteria ringan, sedang dan berat. Rawat gawangan yang dilakukan secara manual di TM dengan menggunakan parang dan cangkul, sedangkan secara kimia pada kondisi berat menggunakan herbisida kontak berbahan aktif paraquat dan di kombinasikan dengan herbisida sistemik berbahan aktif methyl metsulfuron dengan dosis cc untuk paraquat dan 30 gr methyl. Target semprot yaitu gulma dominan dan anak kayu. Norma kerja yang digunakan pada kondisi berat adalah 4 hk/ha kondisi sedang 2 HK/ha, sedangkan untuk norma kerja kimiawi pada kondisi berat 1 HK/ha dan konsisi sedang 0.5 HK/ha dan 0.3 HK/ha untuk kondisi ringan. Rawat Pasar Pikul. Pasar pikul adalah jalan di antara barisan tanaman serta menembus blok dari jalan pengumpul ke jalan pengumpul lainnya. Kegiatan perawatan pasar pikul dilakukan oleh dua karyawan. Kegiatan ini ditujukan untuk mempermudah jalan angkong pemanen ketika pemanen melakukan kegiatan panen, serta untuk mempermudah pekerjaan pemeliharaan. Kegiatan ini dilakukan di pasar pikul yang sulit untuk dilewati oleh pekerja terutama pemanen dan angkong dikarenakan jalan yang tergenang ataupun gulma kayu dan rumput yang tinggi. Standar lebar pasar pikul adalah m. Pekerja dalam sehari dapat menyelesaikan tiga pasar pikul atau setara 1.5 ha/hk. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini yaitu cangkul, golok dan sabit. Gambar 6. Penyemprotan piringan dilakukan oleh TUS

57 44 Alat Semprot Alat semprot yang digunakan oleh BSS Serawak Damai Estate serta tim semprot divisi yaitu knapsack sprayer dengan merek SA 15 dan CIG 16. Kapasitas knapsack SA 15 yaitu 15 liter dan kapasitas CIG 16 yaitu 16 liter. Untuk Perlengkapan APD BSS dilengkapi dengan topi, kacamata, masker, apron, sarung tangan, serta sepatu boot. Konservasi Air dan Tanah Konservasi Tanah. Konservasi tanah adalah perlakuan pada tanah dengan cara menggunakan sesuai dengan kemampuan tanah tersebut, dengan kriteriakriteria yang dibutuhkan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah bertujuan untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, dan untuk memperbaiki tanah yang rusak, serta memelihara dengan meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara berkelanjutan. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah. Keadaan ini harus didukung dengan sistem konservasi tanah yang menunjang, yaitu memiliki drainase yang baik dengan tidak mengalami kekeringan saat musim kemarau dan tidak tergenang saat musim hujan. Tujuannya untuk memberikan proporsi antara ruang udara, air dan partikel tanah yang seimbang, sehingga aerasi menjadi baik, mengatur gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Pendekatan konservasi tanah di Serawak Damai Estate terdiri dari kegiatan Penanaman LCC atau penanaman Muccuna Bracteata, pembuatan tapak kuda, tapak timbun, penyusunan pelepah, dan janjang kosong. Pendekatan ini bertujuan untuk menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa tanaman agar terlindung dari daya perusak butiran hujan yang jatuh, memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat, mengatur ailiran air permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Salah satu kegiatan konservasi tanah lainnya yaitu penanaman Neprolephis bisserata. Penanaman ini bertujuan untuk menjaga kelembaban sekitar pokok kelapa sawit. Sisip Neprolephis bisserata yang dilakukan dengan tiga pekerja

58 45 perawatan. Alat yang digunakan cangkul dan sabit. Kegiatan penanaman dilakukan di gawangan mati dan pasar mati. Kegiatan penanaman dibuat sepuluh lubang dengan penyusunan dua kolom dan lima baris. Penanaman ini juga di prioritaskan di lahan yang tidak ada tanaman kacangan. Bibit Neprolephis bisserata diperoleh dari tanaman Neprolephis bisserata muda yang tumbuh di bagian batang kelapa sawit. Pemilihan berdasarkan keadaan akar yang utuh, batang yang cukup kuat dan masih muda. Penanaman dimulai dari seorang pekerja yang bertugas membuat lubang tanam lalu dua orang bertugas mengumpulkan bibit Neprolephis bisserata dan menanamnya. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan 0.8 ha/hk. Metode ini baru diterapkan, karena berdasarkan standar di BGA penanaman dilakukan sepanjang gawangan mati dan pasar mati. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan tenaga dan tidak efisiennya waktu, maka diterapkan sistem penanaman tersebut. Pahan (2008) mengatakan bahwa penanaman kacangan atau LCC berfungsi untuk menambah bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, memperbaiki status hara tanah khususnya nitrogen, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan). Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi terutama pada tanah yang curam, mengurangi biaya pengendalian gulma, mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi. Konservasi Air. Konservasi air merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk menanggulangi dampak kekeringan, saat sebelum dan sesudah musim kemarau dan setelah musim hujan agar curah hujan dapat diserap secara maksimal kedalam tanah. Konservasi air bertujuan memelihara jumlah, waktu aliran dan kualitas air sejauh mungkin melalui cara pengelolaan dan penggunaan tanah yang baik serta memaksimumkan manfaat air melalui penerapan cara-cara yang efisien. Konservasi air yang terdapat di Serawak Damai Estate terdiri dari parit diskontinyu, siltpit, dan road side pit, dan sekat air (Gambar 7). Salah satu program konservasi air yang sedang dilakukan di SDME yaitu pembuatan sekat air. Sekat air ini berfungsi untuk menahan laju air. Kegiatan pembuatan sekat air dilakukan diikuti penulis. Kegiatan pembuatan sekat air ini dilakukan oleh dua

59 46 pekerja perawatan. Pekerjaan dilakukan dengan menggunakan karung, kayu dan cangkul. Karung digunakan untuk membuat sekat dengan cara mengisikan karung dengan tanah. Kebutuhan karung disesuaikan dengan lebar parit yang dikerjakan. Sekat air minimal memiliki dua lapis dengan dibantu menahan oleh kayu. Gambar 7. Sekat air di Serawak Damai Estate Internal Meeting Internal meeting merupakan kegiatan pemberian materi yang dilakukan oleh staf kebun, manajer, asisten kepala kebun, asisten divisi, dan kepala administrasi secara bergantian disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dilakukan setiap minggunya. Kegiatan internal meeting diikuti oleh asisten divisi, mandor 1 dan mandor yang bersangkutan dengan materi yang diberikan. Materi yang disampaikan biasanya dapat berupa sosialisasi ataupun rencana kegiatan yang akan dilakukan atau membahas permasalahan yang ditemukan di lapang. Internal meeting bertujuan memberikan infomasi, pengarahan dan sosialisasi ke mandor satu, dan mandor lapang (mandor pupuk, mandor panen, mandor TUS, mandor semprot divisi, serta mandor perawatan). Kegiatan Simulasi Kebun (Field Visit) Field visit merupakan kegiatan kunjungan lapang yang secara periodik ke divisi yang diikuti oleh asisten kepala kebun, asisten divisi, mandor 1 dan mandor panen. Field visit bertujuan untuk memeriksa kondisi kebun, untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di kebun untuk dijadikan bahan evaluasi dan pencarian jalan keluar atau solusi dari permasalahan.yang terdapat di kebun

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau Analysis of Palm Oil Productivity (Elaeis guineensis Jacq.) at Perdana Inti Sawit Perkasa I Corporation,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun 6 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun taksonomi dari tanaman kelapa sawit yakni termasuk divisi Tracheophyta dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan)

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan) FORMAT EKSEKUTIF PROPOSAL PKL Berikut ini kerangka eksekutif proposal PKL dengan format sebagai berikut 1. COVER JUDUL / TOPIK 2. PENDAHULUAN Latar belakang Identifikasi permasalahan Tujuan umum dan khusus

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut; divisi Spermatophyta, dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa sawit tergolong kelas Angiospermae dengan subkelas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika dan Brazil. Di Brazil, tanaman ini tumbuh secara liar di tepi sungai. Klasifikasi dan pengenalan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi

Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci