3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi"

Transkripsi

1 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dari perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktorfaktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia dan nilai tukar mata asing. Pertumbuhan ekonomi diukur dari kenaikan pendapatan nasional yang tercermin pada nilai PDRB dari tahun ke tahun. Indikator yang lazim digunakan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi riil adalah menggunakan PDRB atas dasar harga konstan yang menjadi petunjuk dari kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil, khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini memiliki arti penting bagi pemangku kebijakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, serta berguna sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan dan arah pembangunan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Kinerja yang dimaksud berkaitan dengan proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada gilirannya, proses ini tentunya juga menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Indikator umum yang digunakan untuk mengetahui pencapaian RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 1

2 keberhasilan percepatan pembangunan di suatu wilayah pada waktu tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku belum menggambarkan kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih dipengaruhi kenaikan tingkat harga atau inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak pada beberapa aspek terhadap pembangunan. Pertama meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sekunder dan tersier. Sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Dengan kata lain pembangunan didefinisikan sebagai suatu proses berkelanjutan untuk mencapai suatu hal yang lebih baik. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh adanya pemahaman mengenai tujuan (visi) dan sasaran (misi) yang akan dicapai. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 belum menunjukkan kinerja yang belum cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh berbagai ketidakpastian, seperti prospek pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) di AS akibat perbedaan sudut pandang dan kepentingan antara Pemerintahan Barrack Obama (Partai Demokrat) dengan Kongres yang didominasi oleh Partai Republik, terkait strategi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak, efisiensi pengeluaran negara terutama pengurangan pengeluaran untuk perlindungan sosial, serta batasan hutang dan defisit anggaran pemerintah AS. Krisis tersebut turut berimbas pada penurunan permintaan eksternal dan perlambatan aktivitas perekonomian di Asia, termasuk China dan India. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 2

3 Secara keseluruhan, di tengah kondisi ekonomi dunia yang melambat, ekonomi Indonesia pada tahun 2013juga ikut melambat yaitu sebesar 5,78 persen. Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian Indonesia dapat terus bertumbuh rata-rata di atas 6 persen per tahun, yang merupakan salah satu pertumbuhan tertinggi dan paling stabil di dunia. Namun pada 2013 adanya pelemahan kinerja ekspor nasional sertakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Juni 2013, mengakibatkan harga-harga dipasaran khususnya barang konsumsi meningkat memicu inflasi meningkat tajam dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi melambat di tahun Konsumsi rumah tangga sebagai salah satu komponen yang mendorong tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional, tumbuh cukup tinggi 5,3 persen pada tahun 2012, tetapi pada 2013 cenderung melambat menjadi sebesar 5,28 persen. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut terutama bersumber dari konsumsi non makanan. Menurunnya konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat karena tingginya inflasi Indonesia yang mencapai 8,38 persen pada 2013 dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,30 persen. Pertumbuhan investasi Indonesia tahun 2011 sebesar 8,8%, pada 2012 mencapai 9,8%, namun pada 2013 menurun tajam sekitar 5,78 persen. Pertumbuhan investasi yang semakin melambat terjadi karena kombinasi ketidakpastian globalyang parah disebabkan oleh perancangan ulang program pembelian aset per bulan Federal Reserve sebesar USD $85 Juta (pelonggaran kuantitatif) yang mengakibatkan arus keluar modal secara signifikan dari negara-negara berkembang dan kelemahan isu finansial internal, defisit transaksi berjalan dengan rekor tertinggi, inflasi tinggi (setelah pemerintah menaikkan BBM bersubsidi pada bulan Juni tahun 2013) dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tajam. Untuk menanggulangi masalah-masalah ini dan menjaga stabilitas keuangan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 3

4 negara, Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara signifikan, walau ini berarti pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dikorbankan. Perkiraan perkembangan perekonomian Indonesia dimasa depan masih cukup positif tetapi telah direvisi oleh organisasi-organisasi International dan pemerintah Indonesia karena ketidakpastian global yang berkepanjangan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi indonesia (MP3EI) yang baru-baru ini dikeluarkan, mencakup tahun 2011 sampai 2025, menunjuk enam sektor sebagai koridor utama perekonomian, dengan tujuan menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar perekonomian global pada tahun Rencana ini mengimplikasikan investasi besar pada sektor infrastruktur, sektor yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tujuan akhirnya adalah PDB akan naik pertahunnya sebanyak 8-9 persen. Namun target tersebut sepertinya terlalu ambisius jika ingin dicapai dalam waktu dekat ( ). Institusi-institusi otoritas Internasional (Bank Dunia, IMF dan Bank Pembangunan Asia) memproyeksikan pertumbuhan PDB Tahunan Indonesia dalam kisaran 5,3 sampai 6,0 persen untuk periode 2014 sampai Organisasiorganisasi ini menekankan bahwa reformasi politik dan ekonomi praktis dikombinasikan investasi besar dalam sektor infrastruktur akan menambahkan satu atau dua persen dari perkiraan pertumbuhan PDB saat ini. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 dengan migas tercatat 6,13 persen atau mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dimana pada tahun 2012pertumbuhannya sebesar 6,82 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi tanpa migas juga mengalami penurunan dari 6,87 persen pada 2012 menjai 6,24 persen pada tahun Perekonomian Kepulauan Riau masih didorong olehtiga sektor utama, yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan industri pengolahan. Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 utamanya dipicu karena menurunnya tingkat konsumsi rumah tangga RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 4

5 dari 7,14 persen pada 2012 menjadi 6,88 persen pada Hal yang sama juga terjadi pada konsumsi lembaga swasta dan pemerintah yang sama-sama menurun pada Perlambatan investasi diduga menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan industri pengolahan, sementara menurunnya konsumsi masyarakat mengakibatkan melambatnya pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Ditengah kondisi perekonomian global menunjukkan penurunan, perekonomian Kepulauan Riau tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat. Salah satu penyebab perlambatan tersebut dipicu oleh adanya tekanan inflasi yang cukup tinggi yang mencapai tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pemicu besarnya inflasi adalah naiknya harga Bahan Bakar Minyak pada pertengahan tahun Inflasi tahun ke tahun pada 2013 melonjak menjadi 8,24 persen dari 4,3 persen pada Lonjakan inflasi terjadi akibat naiknya harga BBM yang mulai terasa pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72 persen hingga mencapai puncaknya pada Juli 2013 dengan tingkat inflasi mencapai 2,45 persen. Selain itu, efek dari naiknya harga BBM juga mendorong terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (volatile food) yang merupakan tingkat inflasi terbesar dibanding dengan kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food mencapai 15,04 persen (yoy), kelompok administered price 13,88 persen (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95 persen (yoy). Selain itu, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga disebabkan adanya pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan akibat menurunnya hasil produksi di Jawa dan Sumatera Utara Lonjakan inflasi di Provinsi Kepri lebih dipicu oleh pergerakan inflasi di Kota Batam yang mencapai 7,81 persen (yoy) dengan bobot 82 persen. Selain itu, inflasi yang lebih besar di Kota Tanjung Pinang yang mencapai 10,09 persen (yoy) dengan bobot 18 persen semakin memberikan tekanan ke atas terhadap inflasi di Provinsi Kepri pada tahun 2013 hingga mencapai 8,24 persen. Pembangunan daerah Kabupaten Karimun sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tercantum dalam visi Kabupaten Karimun RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 5

6 yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, adil dan berbudaya, dilandasi iman dan taqwa. Makna yang terkandung didalamnya adalah agar Kabupaten Karimun mampu sejajar dengan kabupaten lainnya di Propinsi Kepulauan Riau, mampu tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan potensi yang ada, dan kesejahteraan dapat terwujud Kondisi makro ekonomi nasional pada tahun 2013 yang kurang kondusif juga dirasakan oleh wilayah regional seperti Kabupaten karimun yang mengalami penurunan pertumbuhan dari 7,26 persen menjadi 7,14 persen pada 2013 (angka sangat sementara). Akan tetapi, pertumbuhan Kabupaten Karimun dinilai masih cukup stabil dan masih berada di atas pertumbuhan Provinsi Kepri yang hanya mencapai 6,13 persen dan pertumbuhan nasional tercatat 5,78 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu besar ini dikarenakan pertumbuhan dua dari tiga sektor andalan yang masih positif, yaitu sektor bangunan yang pertumbuhannya naik dari 10,58 persen menjadi 10,72 persen di tahun 2013 dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang meningkatpertumbuhannya dari 12,33 persen menjadi 12,51 persen di tahun Selain dua sektor tersebut, sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami peningkatan pertumbuhan masing-masing dari 10,58 persen pada 2012 menjadi 10,72 persen pada Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten karimundiproyeksikanpada 2014mendatangmasihakan mengalami perlambatan yaitu sebesar7,11 persen. Salah satu pendorong perlambatan tersebut adalah kondisi ekonomi global yang masih belum stabil. Selain itu, meningkatnya tingkat suku bunga dan meningkatnya upah regional yang dinilai merugikan dan menimbulkan ketidakstabilan bagi pengusaha menyebabkan menurunnya minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Tekanan inflasi yang diproyeksikan masih akan cukup kuat, kondisi politik pada 2014 dimana terjadi perpindahan kepemimpinan juga diduga akan semakin meperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi, serta adanya pelarangan ekspor mineralbahan mentah diberlakukan Januari Pertumbuhan yang positif sektor perdagangan, hotel dan restoran RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 6

7 dari 8,10 persen tahun 2012 menjadi 8,15 persen tahun Pertumbuhan sektor ini, dilihat dari sejumlah indikator antara lain meningkatnya nilai ekspor, bongkar muat barang di pelabuhan Karimun yang meningkat 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, diindikasikan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel walaupun jumlah wisatawan mancanegara yang tercatat di Pelabuhan Karimun sedikit mengalami penurunan. Sektor bangunan serta pengangkutan dan komunikasi juga mengalami peningkatan, masing-masing 11,32 persen dan 6,72 persen. Walaupun adanya perlambatan pertumbuhan yang diproyeksikan di tahun 2014, namun Kabupaten Karimun masih merupakan sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga seperti malaysia dan Singapura serta kesiapan infrastruktur menjadi salah satu daya tarik bagi investasi di Kabupaten Karimun. Selain itu predikat investment grade yang dicapai oleh Kepulauan Riau juga turut berpengaruh pada peningkatan arus modal yang masuk ke Kabupaten Karimun. Peningkatan investasi di sektor pertambangan, serta Industri pengolahan akan memacu multiplier effect bagi pertumbuhan sektor lain, utamanya bagi sektor perdagangan, hotel dan restauran, serta sektor bangunan dan transportasi. Gambar 3.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun, Provinsi Kep. Riau, dan Nasional Tahun 2012*, 2013**, dan 2014 P *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara P) Angka Proyeksi Sumber: BPS Kab. Karimun dan Bank Dunia RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 7

8 Seiring dengan melambatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional maupun global pada 2014, maka proyeksi pertumbuhan ekonomi Karimun juga terkoreksi menjadi 7,11 persen di tahun Secara umum, penyesuaian kurs tukar dan kebijakan moneter yang dilaksanakan pada 2013 membawa pengaruh positif bagi stabilitas ekonomi makro. Adanya depresiasi rupiah sebagai peredam kejutan bagi pelemahan perdagangan mendorong penerimaan ekspor dan mengurangi permintaan impor. Namun penyesuaian-penyesuaian ini menghabiskan biaya dan dapat membawa resiko terutama dengan memberi tekanan pada neraca pemerintah dan swasta melalui peningkatan nilai Rupiah dari hutang luar negeri (terutama jika terdapat selisih penerimaan dan pengeluaran valuta) dan mengikis penerimaan karena lebih tingginya biaya pelunasan hutang dan biaya impor. Dengan terus berlangsungnya dampak dari lebih rendahnya hargaharga komoditas, lebih ketatnya kondisi pembiayaan eksternal, lebih tingginya suku bunga riil dalam negeri, dan Depresiasi Rupiah, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2014 akan melambat menjadi 5,3 persen dari 5,78 pada Pertumbuhan impor yang relatif lemah dan sedikit peningkatan dalam ekspor, defisit neraca transaksi berjalan akan menyusut, menjadi 23 miliar dolar AS pada tahun 2014 (2,6 persen dari PDB), dari 3,1 miliar dolar AS (3,5 persen dari PDB) pada tahun Namun proyeksi-proyeksi itu juga mengandung faktor ketidakpastian yang cukup besar dan risiko-risiko bersifat condong pada pertumbuhan domestik yang lebih rendah. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Karimun No Indikator Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 *) Tahun 2013 **) Tahun 2014 p) 1. PDRB Harga Konstan (juta Rp) , , , , ,36 2. PDRB Harga Berlaku (Juta Rp) , , , , ,29 3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Harga 6,56 7,05 7,26 7,14 7,11 Konstan tahun tertentu 4. Rasio PAD terhadap PDRB 5,44 5,00 4,61 3,35 2,99 5. Realisasi Belanja Pemerintah , , ,92 6. Tingkat inflasi (implisit) 5,36 4,88 5,21 8,38 4,5-5,5 4. Tingkat Kemiskinan Makro 7,28 5,93 6,37 6,48 6,12 RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 8

9 No Indikator Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 *) Tahun 2013 **) Tahun 2014 p) 7. Tingkat Pengangguran (TPT) 7,92 6,88 5,67 5,21 5, Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan : 1. Pendapatan Perkapita (Juta Rp) 20,084 22,280 24,857 27,658 30, Besaran IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Realisasi Investasi (Milyar Rp) 73,64 73,99 74,45 74,72 74, , , , , Kemampuan Daya Beli 637, , Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi Secara khusus, proyeksi dasar (baseline) bergantung pada kecukupan dukungan kondisi pembiayaan eksternal untuk menhindari penyesuaian neraca eksternal yang tiba-tiba, akan menyebabkan gangguan ekonomi dan memperlambat pertumbuhan. Penurunan seperti itu dapat dipicu oleh perkembangan pasar internasional, atau secara lebih khusus lagi karena perkembangan kebijakan dan ekonomi dalam negeri. Selain risiko-risiko yang terkait dengan pertumbuhan, juga ada risiko-risiko terhadap proses fiskal. Misalnya, Bank Dunia memperkirakan bahwa depresiasi Rupiah sebesar 10 persen akan meningkatkan defisit fiskal sebesar 0,3-0,4 poin persentase dari PDB, yang umumnya berasal dari peningkatan biaya subsidi BBM Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan pada suatu wilayah adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB merupakan jumlah nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu daerah dalam satu tahun. Dari nilai PDRB tersebut dapat diturunkan tiga indikator penting lainnya, yaitu pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi. PDRB dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (constant price). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang berlaku. PDRB RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 9

10 atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat PDRB per kapita, pendapatan per kapita dan untuk melihat terjadinya pergeseran pada struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah harga barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (tahun 2000). PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu wilayah, terutama dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Kenaikan produksi serta harga barang dan jasa merupakan faktor utama yang mendorong kenaikan nilai PDRB Kabupaten Karimun. Selama kurun waktu , perkembangan PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Karimun baik berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan tahun 2000 mengalami pertumbuhan positif. PDRB atas dasar harga berlaku pada 2013 tumbuh 12,47 persen, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tumbuh 7,14 persen. Tahun Atas dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuha n (%) Tahun Atas dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Pertumbuha n (%) (1) (2) (3) (1) (2) (3) ,98 10, ,03 6, ,28 12, ,79 6, ,06 12, ,61 7, *) ,26 12, *) ,00 7, **) ,65 12, **) ,26 7, p) ,29 12, p) ,36 7,11 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi Nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang jauh lebih tinggi daripada nilai PDRB atas dasar harga konstan merefleksikan adanya pengaruh signifikan kenaikan harga dan inflasi terhadap PDRB atas dasar harga RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 10

11 berlaku. Pada tahun 2013, pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku sebesar ,65 juta rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar ,26 juta rupiah. Seiring beberapa indikator makro ekonomi nasional maupun regional mengalami perlambatan, seperti : kegiatan ekspor impor bahan baku maupun barang jadi, tingkatinflasi yang masih tinggi, serta investasi yang cenderung menurun dan apresiasi nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan juga sedikit melambat sebesar 7,11 persen (data diolah sendiri) Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah diukur dari peran setiap sektor/lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB. Semakin besar nilai tambah yang tercipta oleh suatu sektor ekonomi, maka peranan sektor tersebut semakin penting. Pada jangka pendek struktur ekonomi berguna untuk menggambarkan corak perekonomian suatu daerah, apakah daerah tersebut didominasi oleh sektor primer (tipe agraris), sekunder (tipe industri), maupun tersier. Struktur ekonomi dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Corak perekonomian suatu wilayah dikatakan didominasi oleh sektor primer jika pembentukan nilai tambah terbesar masih banyak mengandalkan peran sumber daya alam dalam proses produksi. Sektor perekonomian yang sangat mengandalkan peran sumber daya alam dalam proses produksi tersebut diantaranya sektor Pertanian serta sektor Pertambangan dan Penggalian. Pada tipe sekunder, perekonomian sudah tidak lagi mengandalkan peran sumber daya alam, namun lebih banyak mengandalkan kemajuan teknologi dan peran sumber daya manusia. Sektor ekonomi yang termasuk kedalam tipe ini yaitu sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air, serta Konstruksi. Sementara itu pada tipe tersier, perekonomian dapat dikatakan sudah tidak mengandalkan sumber daya alam sama sekali. Sektor yang termasuk ke dalam tipe ini yaitu sektor Perdagangan, sektor RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 11

12 Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa. Dalam jangka panjang struktur ekonomi dapat menunjukan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi dari suatu periode ke periode lainnya. Transformasi struktural dapat dideteksi dengan karakteristik turunnya peranan sektor primer yang tradisional. Sementara itu pada saat yang bersamaan, peranan sektor sekunder dan sektor tersier semakin meningkat. Dalam proses ini, pergeseran peranan harus tetap diikuti oleh pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses transformasi akan berbeda pada setiap daerah, tergantung pada karakteristik daerah tersebut. Untuk daerah yang kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Karimun, proses transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan-daerah kawasan industri seperti Batam dan Bintan. Perbedaan ini terjadi karena daerah yang kaya akan sumber daya alam cenderung memerlukan pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk mendukung percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya. Tabel 3.3 PDRB Sektoral Harga Berlaku Kabupaten Karimun (Milyar Rupiah) No Lapangan Usaha *) 2013 **) 2014 p) (1) (2) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 1.144, , , , ,56 2 Pertambangan dan Penggalian 304,13 343,03 396,51 453,51 517,14 3 Industri Pengolahan 373,67 444,29 528,49 620,66 729,92 4 Listrik, Gas, dan Air 14,62 16,25 17,92 19,65 21,55 5 Bangunan 395,42 472,98 567,20 681,00 818,44 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.134, , , , ,60 7 Pengangkutan dan Komunikasi 565,03 619,60 685,16 758,59 840,21 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 134,32 150,48 171,10 191,24 212,12 9 Jasa-Jasa 221,51 246,77 276,40 306,48 332,87 PDRB 4.287, , , , ,41 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 12

13 Struktur perekonomian Kabupaten Karimun selama beberapa tahun terakhir didominasi oleh dua sektor, yakni sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Meskipun kontribusi sektor Pertanian terhadap pembentukan PDRB ADHB terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sektor ini tetap memiliki peran penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan bertambahnya investasi dan kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan bongkar muat barang, mencapai 50 persen dibanding tahun 2012, maka pertumbuhan nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran juga mengalami peningkatan kontribusi selama tiga tahun terakhir yakni sebesar 26,34 persen pada tahun Sedangkan sektor pertanian memberikan nilai tambah sebesar 24,05 persen. Sejalan dengan hal tersebut, sektor pertanian masih memberikan nilai tambah yang besar sekalipun peranan sektor pertanian terus menurun dari tahun ke tahun. Sebaliknya, nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memiliki kontribusi terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun dimana peranannya semakin meningkatsebesar 26,34 persen persen pada 2013 (Tabel 3.4). Bila berdasarkan kontribusinya, sektor-sektor yang menyusun struktur perekonomian Karimun setelah kedua sektor di atas berturutturut adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi (12,42%), sektor Bangunan (11,15%), sektor Industri Pengolahan (10,16%), dan sektor Pertambangan dan Penggalian (7,42%), Jasa-jasa (5,02%), sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (3,13%) serta sektor Listrik, Gas dan Air (0,32%). Hampir semua sektor memiliki peran dalam peningkatan PDRB ADHB Kabupaten Karimun. Pengelolaan secara profesional dan tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya pengenalan terhadap potensi daerah sehingga akan memudahkan dalam pemanfaatan dan penataan setiap sektor. Dengan demikian, diharapkan fungsi ekonominya dapat diperoleh secara maksimal. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 13

14 Gambar 3.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun (Persen) 2012 *) 2013 **) (2) (3) Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa sektor tersier dan primer mengalami penurunan pada tahun Meskipun demikian, sektor tersier masih menjadi penyumbang terbesar pembentukan PDRB, yakni sebesar 46,90 persen, sedangkan sektor primer sebesar 31,47 persen. Penurunan kedua sektor tersebut diimbangi dengan naiknya sektor sekunder. Sektor ini mengalami peningkatan pesat, terutama pada sektor Bangunan dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2013, peranan sektor sekunder sebesar 21,63 persen, meningkat dari nilai tahun sebelumnya yang besarnya adalah 20,50 persen. Keberadaan Penanaman Modal Asing berperan penting dalam perkembangan sektor sekunder. Penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar diiringi adanya tuntutan perusahaan akan keahlian tertentu yang harus dimiliki pekerja, mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM Kabupaten Karimun. Pada tahun 2014, peranan sektor sekunder RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 14

15 diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pesatnya perkembangan industri dan konstruksi. Tabel 3.4 Proyeksi Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun, (Persen) No Lapangan Usaha 2012* ) 2013** ) 2014 p) (1) (2) (3) (4) (5) Sektor Primer 32,32 31,47 30,61 1 Pertanian 25,02 24,05 23,08 2 Pertambangan dan Penggalian 7,30 7,42 7,53 Sektor Sekunder 20,50 21,63 22,86 3 Industri Pengolahan 9,73 10,16 10,63 4 Listrik, Gas, dan Air 0,33 0,32 0,31 5 Bangunan 10,44 11,55 11,92 Sektor Tersier 47,18 46,90 46,53 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 26,33 26,34 26,36 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12,61 12,42 12,23 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,15 3,13 3,09 9 Jasa-Jasa 5,09 5,02 4,85 PDRB Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi Kabupaten Karimun pada tahun mendatang, nilai tambah sektor primer masih cukup tinggi, walaupun secara nilai semakin menurun, namun peranan sektor pertanian masih cukup tinggi, dibanding sektor lainnya Sub sektor perikanan yang menjadi penopang utama sektor primer diduga akan mengalami beberapa hambatan kedepan, diantaranya ancaman oleh fenomena perubahan iklim global, overfishing, dan pencemaran. Rendahnya produktivitas sektor perikanan dikarenakan nelayan masih banyak yang menggunakan cara tradisional, disamping menggunakan kapal pengkap ikan berukuran kecil, juga akan menyebabkan lambatnya perkembangan sektor ini. Bagi sektor pertambangan, ancaman dirasakan bersumber dari adanya persaingan produk sejenis dari negara lain, terutama negara tetangga seperti Malaysia. Pada jangka panjang, sifat bahan tambang yang merupakan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 15

16 sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource), dengan sendirinya akan menjadi hambatan bagi sektor primer. Pergeseran perekonomian Kabupaten Karimun yang ditandai dengan semakin menurunnya peranan sektor primer dan meningkatnya sektor sekunder, dimana sektor tersier tetap masih mendominasi, mencerminkan perekonomian Kabupaten Karimun yang mandiri Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil, khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini memiliki arti penting bagi pemangku kebijakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, serta berguna sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan dan arah pembangunan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Kinerja yang dimaksud berkaitan dengan proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada gilirannya, proses ini tentunya juga menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Untuk itu pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak positif pada beberapa aspek. Pertama, meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Perkembangan pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dapat tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Indikator tersebut digunakan karena PDRB adhk tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga (inflasi/deflasi). RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 16

17 Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dinyatakan dalam nilai persentase. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah semata mata menyandarkan pada besaran PDRB atas dasar harga konstan. Dengan demikian terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi disuatu wilayah tidak selalu berarti terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggi juga didaerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi lebih berorientasi pada pendekatan kewilayahan, sedangkan kesejahteraan masyarakat berorientasi pada pelaku kegiatan ekonomi. Untuk itu perlu kehati-hatian dalam menginterpretasikan makna dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang berpotensi besar maupun sektor sektor yang masih perlu mendapatkan perhatian lebih baik untuk dijadikan prioritas pengembangan. Gambar 3.3 Perkembangan Konstribusi Sektor-sektor Penyusun PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun (persen) RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 17

18 Tabel 3.5 Proyeksi PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun (Milyar Rupiah) No Lapangan Usaha * ) 2013 **) 2014 p) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 634,66 661,86 689,72 718,03 746,81 2 Pertambangan dan Penggalian 88,02 93,65 101,32 109,55 117,27 3 Industri Pengolahan 243,30 270,81 301,26 332,49 367,12 4 Listrik, Gas, dan Air 5,81 6,23 6,67 7,14 7,64 5 Bangunan 157,35 175,52 195,35 217,47 242,12 6 Perdagangan, Hotel, dan 530,25 Restoran 571,37 617,67 668,03 722,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 210,23 223,13 238,07 254,06 271,18 8 Keuangan, Persewaan, dan 68,69 Jasa Perusahaan 73,41 78,61 83,45 88,21 9 Jasa-Jasa 103,12 109,29 115,22 120,99 126,85 PDRB 2.041, , , , ,72 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi Gambar 3.4 Pertumbuhan PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun (persen) * ) 2013** ) (1) (2) (3) Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 18

19 Pada sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Karimun cenderung melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disumbang oleh perlambatan pada sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian. Pada tahun 2013, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 7,26 persen pada tahun 2012 menurun menjadi 7,14 persen pada tahun 2013 (angka sangat sementara, BPS Karimun).Hal ini tidak lepas dari penurunan kondisi ekonomi global, nasional, maupun perekonomian Kepri. Pertumbuhan nilai tambah tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada sektor Bangunan, yakni sebesar 11,32 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 11,30 persen. Terjadinya peningkatan ini diduga karenainvestasi Penanaman Modal Asing pada tahun 2013 meningkat secara signifikan.disamping itu, aktifnya pembangunan fisik di Karimunmeningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan serta sarana dan prasarana yang merupakan efek dari pertambahan jumlah penduduk. Adanya penambahan anggaran di APBD Kabupaten Karimun untuk sarana dan prasarana dibandingkan tahun 2012 dalam rangka menyambut MTQ tingkat Provinsi pada Maret Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada sektor Industri Pengolahan sebesar 10,37 persen. Meskipun mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai11,24 persen, namun nilai tambah sektor ini tetap tinggi. Pada tahun 2014, pertumbuhannya diperkirakan akan mengalami peningkatan postitif. Dilakukannya perbaikan terhadap infrastruktur, baik jalan maupun ketersediaan listrik akan mendorong pertumbuhan sektor ini kearah yang lebih baik. Dukungan pemerintah terhadap para pelaku industri, baik industri mikro dan kecil maupun industri besar sedang juga sangat diperlukan guna peningkatan produktivitas. Pada urutan ketiga, pertumbuhan tertinggi selanjutnya terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian. Pada tahun 2013, pertumbuhannya RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 19

20 mencapai 8,12 persen, sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 8,19 persen. Penurunan sektor ini disebabkan oleh peraturan Menteri ESDM mengenai larangan ekspor bahan mineral. Serta adanya penutupan perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Kabupaten Karimun. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati urutan pertumbuhan tertinggi keempat. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 8,15 persen, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 8,10 persen. Peningkatan ini didorong oleh adanya kenaikan volume dan nilai ekspor serta bertambahnya permintaan barang di Kabupaten Karimun yang terlihat dari volume bongkar muat yang meningkattajam. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan menempati urutan tertinggi kelima dalam pertumbuhannya. Pada tahun 2013 sektor ini tumbuh sebesar 6,16 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang nilainya adalah 7,08 persen. Meningkatnya tingkat suku bunga dan semakinmelemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berimbas pada lesunya permintaan pendanaan dan kredit usaha sehingga menurunkan pertumbuhan pada sektor ini. Sektor Listrik, Gas dan Air secara kuantitas mengalami peningkatan nilai tambah, akan tetapi pertumbuhannya mengalami perlambatan dari7,21 persen pada 2012 menjadi 7,05 persen pada Belum adanya sumber listrik tambahan menghambat laju pertumbuhan dari sektor ini. Namun demikian, pertumbuhannya diperkirakan akan meningkat di tahun 2014 sebagai dampak dari tingginya kebutuhan akan listrik dan air bersih seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pemanfaatan teknologi masa kini yang sangat membutuhkan listrik dalam penggunaanya. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 6,72 persen pada tahun 2013, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 6,70 persen. Capaian ini salah satunya dukung oleh peningkatan lalu RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 20

21 lintas penumpang di pelabuhan Tanjung Balai Karimun, baik pelayaran domestik maupun pelayaran luar negeri, serta meningkatnya volume bongkar muat barang di Karimun. Pada tahun berikutnya, sektor ini diperkirakan akan tetap mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan nilai tambah terendah pada tahun 2013 terjadi pada sektor pertanian, yakni sebesar 4,10 persen. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya dimana pertumbuhan yang terjadi sebesar 4,21 persen. Penggunaan cara tradisional oleh para nelayan Karimun diduga mengakibatkan kurang maksimalnya produktivitas sub sektor perikanan yang menjadi penyokong utama sektor ini. Meskipun secara kuantitas sektor ini memberikan nilai tambah terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karimun, dalam pertumbuhannya sektor ini diperkirakan akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun demikian, sektor Pertanian tetap memiliki peran penting bagi Karimun, sebab penyerapan tenaga kerja tertinggi pada tahun 2013 berada pada sektor ini. 3.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun Ekonomi Global Ekonomi dunia tahun 2013 masih tumbuh lemah. Kawasan Euro diperkirakan masih terkontraksi pada kondisi akhir tahun 2013 di tengah terbatasnya pengeluaran masyarkat, tingginya angka pengangguran, rentannya sektor keuangan dan pemerintah, serta meningkatnya ketidakpastian politik di beberapa negara. Sementara itu ekonomi Amerika Serikat yang diharapkan mampu mengompensasi perlambatan di kawasan Euro juga mengalami pertumbuhan yang melemah pada kondisi akhir tahun. Masih lemahnya permintaan dunia dan rentannya kepercayan masyarakat dan investor serta pemulihan sektor perumahan yang belum stabil berada di balik pelemahan kinerja ekonomi. Hanya sektor tenaga kerja yang sedikit membaik. Ekonomi Jepang yang diharapkan kembali puih pasca bencana tsunami 2011 juga masih menunjukkan perkembangan yang lesu di akhir tahun Ekonomi dunia sedikit terbantu oleh tren perbaikan kinerja ekonomi di sejumlah negara emerging RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 21

22 Asia seperti China, India da Thaiand. Di sisi lain, rambatan perlambatan permintaan dunia masih terasa di sejumlah Negara emerging lain seperti Korea, Singapura, dan Brazil. Dari gambaran tersebut, laju pertumbuhan ekonomi dunia 2012 diperkirakan hanya mencapai 3,2% (yoy). Seiring dengan lambatnya upaya pemulihan ekonomi sepanjang tahun 2013, khususnya di negara-negara maju, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2014 ikut dipangkas. IMF dalam WEO Januari 2013 update memangkas proyeksi pertumbuhan dunia 2013 sebesar 0,1% menjadi 3,2% (yoy). Proyeksi kawasan Euro 2013 diturunkan menjadi minus 0,2%, Laju pertumbuhan PDB 2013 Amerika Serikat juga direvisi ke bawah sebesar 2,0% menjadi 2,0% (yoy). Selain lambatnya proses pemulihan, koreksi proyeksi laju pertumbuhan 2013 tidak terlepas dari tingginya downside risk yang membayangi perokonomian global. Namun, ekonomi di negara emerging dan berkembang diproyeksikan masih solid dengan ekspansi 2013 diperkirakan mencapai 5,5% (yoy) dari 5,01 (yoy) di tahun Pertumbuhan negara emerging lebih ditopang oleh kebijakan makro yang kondusif di tengah permintaan impor Negara maju yang masih lemah. Selain itu, ruang kebijakan (policy space) juga cenderung menipis dengan sejumlah bottleneck sisi pasokan masih membebani sejumlah negara seperti India dan Brazil. Di 2013, negara maju masih menghadapi risiko fundamental perekonomian yang dapat mendorong perlambatan ekonomi. Sebagai contoh, kawasan Euro masih menghadapi risiko yang tinggi apabila terjadi pemburukan kondisi sovereign debt, potensi kembali meningkatnya risiko sistematik perbaikan kawasan, dan potensi dampak dari kebijakan austerity measure. Di negara berkembang, risiko yang dihadapi cenderung bervariasi. juga dihadapkan oleh risiko meningkatnya ekspektasi. Sementara itu, resilensi perekonomian ASEAN akan menghadapi tantangan sejalan dengan masih lemahnya ekonomi global. Terlebih lagi, negara ASEAN juga dihadapkan oleh risiko meningkatnya ekspektasi infasi akibat tingginya permintaan domestik, peningkatan upah minimum seperti yang terjadi di Malasyia dan Thailand, serta perkiraan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 22

23 pengurangan subsidi BBM di Malaysia dan Thailand, serta perkiraan pengurangan subsidi BBM di Malaysia pasca pemilu April Berbagai perkembangan dan risiko tersebut membuat sebagian besar negara maju mempertahankan kebijakan yang cenderung longgar. Negara maju akan akan terus mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dan memperpanjang kebijakan quantitative easing. China diperkirakan akan lebih menggunakan kebijakan fiscal dan moneternya untuk mendorong pertumbuhan, namun diperkirakan masih mempertahankan kebijakan ketat di sektor property Di ASEAN, Merrill Lynch memperkirakan bahwa Thailand akan menurunkan suku bunga kebijakan untuk mencapai level pertumbuhan 4% - 5% (yoy) di tahun Ekonomi Nasional Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran 5,5% ± 1% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus.trend tersebut berbeda bila dibandingkan dengan negara tetangga kita Singapura, yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7% (2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Namun pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan menjadi 5,78 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,26 persen. Melemahnya perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tidak lepas dari situasi perekonomian global yang masih tidak stabil.prospek perekonomian global memang telah membaik tetapi masih terjadi ketidakpastian dan tantangan kebijakan yang cukup besar. Berjalannya RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 23

24 pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dirasa masih rapuh dan kurang merata.sementara di Asia, terjadi keberagaman kecepatan dan kebijakan seperti penerapan reformasi struktural yang ambisius di China dan Jepang serta pemilu di India dapat mempengaruhi prospeknya. Penetapan waktu dan kecepatan penghapusan bertahap dari program pembelian aset Bank Sentral AS atau tapering tidaklah pasti, namun telah mampu manjaga resiko serta meredam gejolak pasar dunia dan kondisi pembiayaan. Saat kondisi perekonomian global terbilang sulit, perekonomian Indonesia pada tahun 2013 mampu tumbuh 5,78 persen. Hal ini tidak terlepas dari penyesuaian kebijakan moneter dankurs tukar yang secara umum membawa dampak positif meskipun menelan biaya yang tidak sedikit dan mengandung berbagai resiko. Meskipun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya namun angka ini merupakan sebuah prestasi bila kita menengok pada tekanan Neraca Pembayaran Indonesia yang disertai dengan melemahnya nilai tukar rupiah serta meningkatnya angka inflasi hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Melemahnya perekonomian Indonesia tidak terlepas dari melemahnya ekspor serta ketidakstabilan kondisi investasi. Namun karakter perekonomian yang masih ditopang oleh kuatnya konsumsi domestik mampu mengurangi imbas krisis keuangan global tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2013 bila dibandingkan triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,72 persen((yoy)) dan secara kumulatif mengalami pertumbuhan sebesar 5,78 persen. Pada 2013, tingkat inflasi Indonesia meningkat dari 4,3 persen menjadi 8,38 persen((yoy)), naik hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Inflasi terjadi karena ada kenaikan harga pada seluruh kelompok pengeluaran. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian harga BBM yang dilakukan pemerintah pada pertengahan tahun sehingga memicu kenaikan harga barang secara umum. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 24

25 Laju kemiskinan Indonesia telah melambat pada beberapa tahun terakhir. Pada Maret 2013 tingkat kemiskinan sebesar 11,4 persen atau menurun 0,6 poin dari Maret Dengan peningkatan harga bahan pangan maupun non pangan akibat kenaikan harga BBM diperkirakan dapat berdampak buruk bagi rumah tangga miskin dan rawan dalam jangka pendek. miskin Sebagian perlemahan pada neraca berjalan Indonesia terjadi semenjak 2011 yang dikarenakan jatuhnya surplus perdagangan nonmigas, yang secara umum didorong oleh penurunan harga komoditas ekspor. Selain itu, pada 2013 telah terjadi pelemahan ekspor karena penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor akibat krisis global. Di sisi lain, terjadi pula perlambatan impor yang disebabkan moderasi pertumbuhan riil dan depresiasi rupiah. Akibatnya,defisit dalam neraca berjalan kini semakin berkurang dan menuju pada kestabilan. Pada masa mendatang pemerintah diharapkan mampu mendukung peningkatan ekspor karena kondisi perekonomian dunia yang berangsur membaik memicu meningkatnya jumlah permintaan barang serta ada indikasi peningkatan harga pada 10 komoditi ekspor utama Indonesia. Selain itu, pelarangan ekspor bahan mentah sejak Januari 2014 harus mampu dipersiapkan secara matang. Kebijakan ini dapat memberi dampak positif jangka pendek dengan adanya ekspor barang-barang untuk kostruksi peleburan dalam rangka membangun industri pengolahan bahan mineral. Dalam jangka panjang, kemampuan untuk mengolah mineral mentah menjadi setengah jadi atau jadi dapat memberikan nilai tambah yang lebih. Akan tetapi, bila kebijakan ini tidak dipersiapkan dan disikapi dengan baik, seperti tidak siapnya industri peleburan mineral pada masa yang telah ditetapkan, maka akan terjadi penurunan ekspor mineral yang signifikan sehingga akan membebani neraca perdagangan. Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2013 yang mengalami perlambatan di tengah perekonomian global yang masih belum menentu dan berbagai tantangan pada masa mendatang, maka RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 25

26 pengembangan perekonomian nasional tahun 2014 menjadi suatu pekerjaan rumah yang harus ditangani dengan baik.dengan penetapan kebijakan yang tepat, diharapkan perekonomian yang mulai melemah dapat kembali meningkat Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau PDRB Kepulauan Riau tahun 2013 tumbuh sebesar 6,13 persen, terjadi perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,82 persen. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 11,45 persen. Berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga Berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp ,69 juta, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp ,63 juta. PDRB Kepri Triwulan IV tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 2,15 persen jika dibandingkan Triwulan III Tahun Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor dalam PDRB, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor konstruksi 5,02 persen. Perekonomian Kepri yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada Triwulan IV tahun 2013 mencapai Rp ,72 juta sedangkan untuk PDRB harga konstan 2000 sebesar Rp ,00 Juta. Dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan PDRB Kepri tahun 2013 sebesar 6,13 persen. Tiga komponen penggunaan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi tersebut adalah komponen pembentukan modal tetap bruto, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu masing-masing 11,33 persen; 6,88 persen; dan 5,99 persen. Laju pertumbuhan terhadap triwulan sebelumnya (q to q), komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,78 persen, Komponen PMTB sebesar 2,66 persen. Sedangkan untuk komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, komponen ekspor dan impor barang dan jasa masing-masing sebesar 2,51 persen; 2,87 persen; dan 2,18 persen. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 26

27 Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Masih belum membaiknya perekonomian global yang dipengaruhi krisis Eropa menyebabkan perlambatan kinerja ekspor di Kepulauan Riau. Meski demikian, daya tarik Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global serta strategi BP Batam dalam melakukan promosi investasi diperkirakan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Hal tersebut didukung oleh diperolehnya predikat investment grade oleh Indonesia. Inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat dan faktor ekspektasi masyarakat serta pelaku usaha terkait perayaan Tahun Baru Imlek. Dari sisi supply, kondisi cuaca yang tidak menentu pada daerah sentra produksi dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan pasokan. Selain itu, Musim Utara yang membawa gelombang tinggi juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. Dengan kondisi tersebut, laju inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dengan asumsi tersebut, laju inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diperkirakan berada dalam kisaran 4,52% ((yoy)), mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 2,73% ((yoy)) Ekonomi Kabupaten Karimun Dengan memperhatikan perkembangan internal dan dinamika ekonomi regional, nasional dan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini, perkembangan ekonomi Kabupaten Karimun akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu segera direspon secara komprehensif melalui aksi nyata, yang mencakup: Pertama, meningkatkan pertumbuhan ekonomi disertai dengan keseimbangan yang lebih baik dari sumber pertumbuhan maupun dari segi kewilayahannya. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Karimun saat RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 27

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Nilai konsumsi rumah tangga perkapita Aceh meningkat sebesar 3,17 juta rupiah selama kurun waktu lima tahun, dari 12,87 juta rupiah di tahun 2011 menjadi 16,04 juta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci