LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA"

Transkripsi

1 Edisi Publikasi Februari 2011 kang LAPORAN NERACAA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Tw. IV

2 Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Telepon : (021) Faksimili : (021) BNP@bi.go.id Website : 2

3 Edisi Publikasi Februari 2011 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan IV

4 4 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

5 DAFTAR ISI RINGKASAN PERKEMBANGAN NPI TW. IV-2010 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 1 3 TRANSAKSI BERJALAN 7 1. Neraca Perdagangan Nonmigas Ekspor Nonmigas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan Minyak dan Gas Neraca Perdagangan Minyak Neraca Perdagangan Gas Neraca Jasa Neraca Pendapatan Transfer Berjalan 18 TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL Transaksi Modal Transaksi Finansial Sektor Publik Sektor Swasta 25 CADANGAN DEVISA 31 INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 33 BOKS : - Kebijakan Manajemen Arus Modal 35 - Dampak Pemberlakukan Moratorium TKI terhadap Jumlah TKI dan Remitansi - Dampak Derasnya Aliran Masuk Modal Asing terhadap Transaksi Berjalan

6 DAFTAR TABEL Hal Hal Tabel 1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi Pada Tw. IV Tabel 12 Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal Utama (C&F) 12 Tabel 2 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Per Sektor 8 Tabel 13 Impor Barang Konsumsi menurut Negara Asal Utama (C&F) 13 Tabel 3 Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama 8 Tabel 14 Impor Bahan Baku Menurut Negara Asal Utama (C&F) 13 Tabel 4 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama 9 Tabel 15 Impor Barang Modal Menurut Negara Asal Utama (C&F) Tabel 5 Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan Utama 9 Tabel 16 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak 14 Tabel 6 Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan Utama 10 Tabel 17 Permintaan dan Penawaran Minyak Dunia 15 Tabel 7 Ekspor Barang dari Logam Berdasarkan Negara 11 Tabel 18 Perkembangan Neraca Perdagangan Gas 16 Tujuan Utama Tabel 8 Ekspor Alat-Alat Listrik Berdasarkan Negara Tujuan 11 Tabel 19 Perkembangan Hibah Non-Investasi 19 Utama Tabel 9 Ekspor TPT Berdasarkan Negara Tujuan Utama 11 Tabel 20 Perkembangan Hibah Investasi Tabel 10 Tabel 11 Ekspor Karet Olahan Berdasarkan Negara Tujuan Utama Impor Nonmigas Berdasarkan Kelompok Barang (C&F) 12 Tabel 21 Indikator Sustainabilitas Eksternal

7 DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1 Transaksi Berjalan 7 Grafik 18 Perkembangan Posisi Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing Grafik 2 Neraca Perdagangan Nonmigas 7 Grafik 19 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Hal Grafik 3 Perkembangan Harga CPO Dunia 10 Grafik 20 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek 24 Grafik 4 Perkembangan Harga Batubara Dunia 10 Grafik 21 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program 24 Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia 15 Grafik 22 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri 25 Pemerintah Grafik 6 Perkembangan Konsumsi BBM 16 Grafik 23 Perkembangan Neraca Finansial Sektor Swasta 25 Grafik 7 Perkembangan Neraca Jasa 17 Grafik 24 Perkembangan Investasi Langsung 25 Grafik 8 Perkembangan Jasa Travel 17 Grafik 25 Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) 26 Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan 18 Grafik 26 Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Negara Asal Grafik 10 Perkembangan Workers Remittances 19 Grafik 27 Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik 11 Komposisi Jumlah TKI per Negara di Asia Pasifik 19 Grafik 28 Perkembangan PMA Sektor Migas 27 Grafik 12 Komposisi Jumlah TKI per Negara di Timur Tengah 19 Grafik 29 Perkembangan PMA Sektor Nonmigas 27 dan Afrika Grafik 13 Transaksi Modal dan Finansial 21 Grafik 30 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG 28 Grafik 14 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor 21 Grafik 31 Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN 28 Grafik 15 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik 22 Grafik 32 Perkembangan Pembayaran dan Penarikan Utang Luar Negeri Sektor Swasta 29 Grafik 16 Perkembangan Yield Global Bond Indonesia 22 Grafik 33 Perkembangan Cadangan Devisa 31 dan US T-Notes Grafik 17 Perkembangan SBI Rate 23 7

8 8 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

9 RINGKASAN Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Tw. IV 2010 mencatat surplus USD11,3 miliar, meningkat dibandingkan surplus pada Tw. III-2010 sebesar USD7,0 miliar. Kontribusi positif diberikan baik oleh transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Tw. IV-2010 menjadi USD96,2 miliar atau setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Transaksi berjalan Tw. IV-2010 mencatat surplus USD1,2 miliar (0,7% PDB), didukung oleh kinerja positif pada neraca perdagangan nonmigas, neraca perdagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Neraca perdagangan mengalami kenaikan surplus berkat tingginya pertumbuhan ekspor komoditas nonmigas, khususnya yang berbasis sumber daya alam, seiring kuatnya permintaan dunia dan tingginya harga komoditas di pasar internasional. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya karena pembayaran jasa transportasi dan imbal hasil kepada investor asing yang meningkat mengikuti kenaikan impor dan arus masuk modal asing. Dalam periode yang sama, transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan surplus hingga mencapai USD9,9 miliar. Arus masuk investasi langsung meningkat signifikan sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan kondisi makroekonomi yang stabil. Arus masuk investasi lainnya juga meningkat yang bersumber dari penarikan utang luar negeri pemerintah dan penarikan simpanan milik perbankan domestik di luar negeri. Penarikan simpanan perbankan tersebut, selain akibat meningkatnya kebutuhan pembayaran luar negeri, juga disebabkan oleh berkurangnya pasokan valas dari investasi portofolio asing sehubungan dengan krisis yang terjadi di Eropa. Untuk keseluruhan 2010, NPI mencatat surplus USD30,3 miliar, jauh lebih besar dari surplus NPI tahun sebelumnya (USD12,5 miliar). Penyumbang surplus terbesar berasal dari surplus transaksi modal dan keuangan yang tinggi mencapai USD26,2 miliar, terutama dalam bentuk arus modal masuk investasi langsung (PMA) dan investasi portfolio. Meskipun secara tahunan meningkat cukup pesat, investasi portofolio sempat mengalami arus keluar pada bulan Mei, November, dan Desember akibat imbas dari krisis yang terjadi di Eropa. Sementara itu, transaksi berjalan mengalami surplus USD6,3 miliar, menurun dari surplus tahun sebelumnya (USD10,2 miliar). 1

10 2 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

11 PERKEMBANGAN NPI TW. IV-2010 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw.IV-2010 mencatat surplus USD11,3 miliar. Baik transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi positif dengan mencatat surplus masingmasing sebesar USD1,2 miliar dan USD9,9 miliar. Kinerja transaksi berjalan ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas yang melampaui kenaikan impor nonmigas, seiring dengan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global serta membaiknya harga sejumlah komoditas ekspor unggulan. Sementara itu, transaksi modal dan keuangan mengalami kenaikan surplus yang sangat signifikan, terutama berasal dari surplus pada komponen investasi langsung dan investasi lainnya. Sejalan dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada akhir periode naik dan mencapai posisi tertinggi selama ini, yakni sebesar USD96,2 miliar. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw.IV-2010, antara lain: Proses perbaikan ekonomi dunia, terutama mitra dagang utama Indonesia, yang terus berjalan menyebabkan ekspor nonmigas terus meningkat. China dan India masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara mitra dagang utama Indonesia sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekspor nonmigas Indonesia, khususnya komoditas berbasis SDA. Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat dan Jepang yang tumbuh lebih baik dari perkiraan semula juga menambah dorongan penguatan kinerja ekspor lebih lanjut. Permintaan dunia yang semakin tumbuh pesat dan adanya kendala faktor perubahan cuaca yang ekstrim menyebabkan gangguan pasokan sehingga harga beberapa komoditas utama ekspor Indonesia, seperti CPO, tembaga, dan karet, mengalami kenaikan tajam. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan pada Tw. IV-2010 (6,9%, y.o.y) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,8%). Perkembangan ini kemudian mendorong akselerasi pertumbuhan impor nonmigas. Produksi minyak Indonesia selama kurun waktu Tw. IV-2010 mencapai 0,912 juta barel per hari (bpd), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (0,950 juta bpd). Kendala natural declining pada sumur-sumur minyak tua dan kerusakan pipa gas yang digunakan dalam proses produksi minyak di Riau adalah beberapa faktor penyebab penurunan kinerja tersebut. Penurunan produksi minyak tersebut, di tengah konsumsi BBM yang relatif tinggi, menyebabkan kebutuhan impor minyak meningkat. Sejalan dengan status Indonesia sebagai net oil importer, harga minyak yang meningkat dari rata-rata USD73,8/barel menjadi USD84,9/barel ikut memberikan andil terhadap kenaikan defisit neraca perdagangan minyak. Membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia yang disertai dengan nilai tukar yang cenderung stabil (Rp8.963/USD) dan suku bunga acuan (BI Rate: 6,5%) yang masih menarik menyebabkan investasi di Indonesia menjadi relatif menarik dibandingkan negara berkembang. Kondisi ini menjadi salah satu pendorong derasnya arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio. 3

12 Dengan perkembangan pada Tw.IV-2010 seperti tersebut di atas, kinerja NPI untuk keseluruhan 2010 mengalami perbaikan tajam dibandingkan Perkembangan NPI 2010 beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut: Proses pemulihan perekonomian global yang terus berlangsung menyebabkan ekspor nonmigas 2010 naik sebesar 31,1%. Peningkatan ekspor nonmigas tersebut terutama terjadi pada produk berbasis sumber daya alam yang didorong oleh kenaikan volume ekspor dan kenaikan harga. Di sisi lain, permintaan domestik yang tinggi mendorong peningkatan impor nonmigas sehingga impor nonmigas tumbuh tinggi mencapai 38,6%, lebih cepat daripada peningkatan ekspor. Dalam periode yang sama, relatif lebih baiknya perekonomian Indonesia dan negara berkembang lainnya dibandingkan negara maju, imbal hasil investasi domestik yang menarik, rating investasi yang membaik, dan besarnya likuiditas global menyebabkan arus masuk modal dalam bentuk investasi portofolio mengalir sangat deras. Meningkatnya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan dan perbaikan iklim investasi juga memperkuat aliran masuk investasi langsung (PMA) sehingga memperbaiki komposisi aliran modal asing ke arah yang lebih berjangka panjang. Penarikan pinjaman luar negeri, baik pemerintah dan swasta, serta penarikan simpanan penduduk di luar negeri turut juga menyebabkan transaksi modal dan keuangan 2010 mencatat surplus yang tinggi hingga mencapai USD26,2 miliar, meningkat tajam dari surplus di tahun sebelumnya (USD5,0 miliar). Berdasarkan perkembangan tersebut di atas, secara keseluruhan NPI tahun 2010 mencatat surplus USD30,3 miliar, jauh lebih baik dibanding tahun sebelumnya (surplus USD12,5 miliar). Sejalan dengan surplus NPI tersebut, jumlah cadangan devisa bertambah dari USD66,1 miliar pada akhir 2009 menjadi USD96,2 miliar pada akhir tahun 2010 (setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah). 4

13 Tabel 1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi KOMPONEN SATUAN * Tw. I Tw. II Tw.III Tw.IV Total Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total INDIKATOR EKONOMI DUNIA Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat % (y.o.y) f Jepang % (y.o.y) f Uni Eropa % (y.o.y) f Singapura % (y.o.y) f China % (y.o.y) Harga Komoditas Dunia Minyak Mentah (OPEC) USD/barel Batu Bara USD/metric ton Tembaga USD/metric ton 6, , , , , , , , , , ,534.8 CPO USD/ton , Karet cent USD/kg Suku Bunga Internasional ¹) Amerika Serikat % Jepang % Uni Eropa % Singapura % Cina % Inflasi ²) Amerika Serikat % (y.o.y) Jepang % (y.o.y) Uni Eropa % (y.o.y) Singapura % (y.o.y) Cina % (y.o.y) INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK PDB % (y.o.y) Inflasi IHK ²) % (y.o.y) Nilai Tukar (Rp/USD) 9,700 11,631 10,531 10,002 9,473 10,395 9,263 9,118 9,001 8,963 9,084 Harga Rata Rata Ekspor Minyak Mentah USD/barel Produksi Minyak juta barel per hari Konsumsi BBM juta barel per tahun Ekspor Gas (LNG) mmbtu 1, ,210.8 Harga Rata Rata Ekspor Gas (LNG) USD/mmbtu BI Rate 1) % (annual) NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Transaksi Berjalan juta USD 126 2,591 2,570 1,500 3,531 10,192 2,093 1,603 1,374 1,224 6,294 Transaksi Modal dan Finansial juta USD 1,832 1,835 2,320 2,924 2,564 5,002 5,013 4,661 6,669 9,874 26,218 Total juta USD 1,706 4, ,424 6,095 15,194 7,106 6,264 8,044 11,098 32,512 Net Errors and Omissions juta USD ,141 2, , ,227 Overall Balance juta USD 1,945 3,955 1,052 3,546 3,954 12,506 6,621 5,421 6,955 11,289 30,285 Cadangan Devisa juta USD 51,639 54,840 57,576 62,287 66,105 66,105 71,823 76,321 86,551 96,207 96,207 Sumber: Bank Indonesia, CEIC, IMF, World Bank, dan berbagai sumber lain ¹) merupakan suku bunga kebijakan yang ditetapkan bank sentral/otoritas moneter (dihitung secara rata rata bulanan) ²) posisi akhir bulan pada triwulan bersangkutan f) angka perkiraan dari publikasi WEO * Angka sementara (khusus data Neraca Pembayaran Indonesia) 5

14 6 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

15 TRANSAKSI BERJALAN Transaksi berjalan Tw. IV-2010 mencatat surplus USD1,2 miliar, lebih rendah dari surplus USD1,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus transaksi berjalan didukung oleh kinerja positif pada neraca perdagangan nonmigas, neraca perdagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Namun, surplus transaksi berjalan tersebut menurun dari triwulan sebelumnya karena lebih tingginya pembayaran jasa transportasi dan imbal hasil kepada investor asing, mengikuti kenaikan impor dan arus masuk modal asing yang signifikan. Neraca perdagangan nonmigas membaik dengan kenaikan surplus yang ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor nonmigas, terutama ekspor komoditi berbasis sumber daya alam, seiring kenaikan permintaan dunia dan tingginya harga di pasar internasional. Kenaikan ekspor nonmigas tersebut mampu mengimbangi akselerasi pertumbuhan impor nonmigas yang dipacu oleh tingginya permintaan domestik. Neraca gas juga mencatat surplus yang besar terutama akibat kenaikan harga ekspor gas (LNG dan natural gas) yang sejalan dengan kenaikan harga minyak. Tingginya aktivitas ekonomi domestik berimplikasi pada peningkatan permintaan impor minyak di tengah tren kenaikan harga minyak, sementara produksi minyak di dalam negeri menurun, sehingga menambah besarnya defisit neraca perdagangan minyak. Neraca jasa dan neraca pendapatan mengalami defisit yang meningkat terkait dengan tingginya pertumbuhan impor dan arus modal masuk. Peningkatan defisit neraca jasa terutama bersumber dari naiknya pengeluaran jasa transportasi barang impor serta tingginya pengeluaran travel sehubungan dengan perjalanan haji. Peningkatan defisit juga terjadi pada neraca pendapatan yang disebabkan bertambahnya pembayaran hasil keuntungan perusahaan PMA dan imbal hasil kepada investor asing. Juta USD 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000-4,000-6,000-8,000 * Angka Sementara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Jasa Pendapatan Nrc. Perdagangan Trf. Berjalan Transaksi Berjalan Grafik 1 Transaksi Berjalan 1. Neraca Perdagangan Nonmigas Neraca perdagangan nonmigas pada Tw. IV-2010 mencatat surplus USD9,1miliar, meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar USD6,7 miliar. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekspor nonmigas yang secara triwulanan lebih tinggi daripada pertumbuhan impor nonmigas. juta USD 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Ekspor Impor Nrc. Perdagangan Nonmigas (RHS) * Angka Sementara Grafik 2 Neraca Perdagangan Nonmigas juta USD 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 7

16 1.1. Ekspor Nonmigas Ekspor nonmigas Tw. IV-2010 menunjukkan kinerja yang impresif dengan pertumbuhan sebesar 16,7% (q.t.q) sehingga mencapai USD38,2 miliar. Pertumbuhan triwulanan tersebut tertinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya, terutama karena tingginya pertumbuhan ekspor sektor manufaktur (19,4%, q.t.q). Sementara itu, sektor pertanian dan pertambangan tumbuh sebesar 1,8% (q.t.q) dan 9,6% (q.t.q). Secara tahunan, ekspor nonmigas Tw. IV-2010 mencatat pertumbuhan sebesar 31,2%, meningkat dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 28% (y.o.y). Perbaikan kinerja ekspor tersebut didukung oleh sektor manufaktur yang tumbuh sebesar 35% (y.o.y), meningkat dari sebelumnya 29,7% (y.o.y). Pertumbuhan ekspor manufaktur yang tinggi tersebut Pertumbuhan ekspor nonmigas pada periode laporan terutama ditopang oleh kinerja ekspor ke China yang tumbuh sebesar 53,3% (q.t.q); Jepang (21,4%), dan India (12,3%). Peningkatan ekspor nonmigas ke negara-negara mitra dagang tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat di negaranegara dimaksud. Khusus untuk China, penerapan ACFTA diperkirakan juga ikut mendorong kegiatan ekspor ke negara ini. Pertumbuhan ekspor yang tinggi ke India menjadikan Negara ini masuk ke dalam 5 besar negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dalam periode laporan, di samping China, Jepang, Uni Eropa dan Amerika Serikat yang selama ini sudah menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia. Tabel 3 Perkembangan Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan Utama didorong baik oleh kenaikan harga maupun kenaikan volume ekspor. Sementara itu, sektor pertanian dan pertambangan tumbuh positif masing-masing sebesar Negara Nilai (Juta USD) Tw. IV-2010* Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) 13,8% (y.o.y) dan 20,8% (y.o.y), melambat dari periode sebelumnya sebesar 18,1% (y.o.y) dan 24,0% (y.o.y). Kenaikan ekspor sektor pertanian lebih didorong oleh peningkatan volume, sedangkan kenaikan ekspor sektor pertambangan lebih ditunjang oleh faktor kenaikan harga. Tabel 2 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Per Sektor Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Pertanian Nominal Riil Harga Manufaktur Nominal Riil Harga Pertambangan Nominal Riil Harga Total 1) Nominal Riil Harga *) Angka sementara China 4, Jepang 4, Uni Eropa 4, Amerika Serikat 3, India 2, Lainnya 17, Total 38, *) Angka sementara Perbaikan kinerja ekspor nonmigas pada periode laporan didukung oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas utama, antara lain minyak sawit, batubara, barang dari logam, alat-alat listrik, TPT, dan karet olahan. 8

17 Tabel 4 Perkembangan Ekspor Komoditas Nonmigas Utama Pangsa (%) Pertumbuhan q.t.q (%) Pertumbuhan y.o.y (%) Nominal Riil Harga Nominal Riil Harga Tw. III Tw. IV* Tw. IV* Tw. IV* Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* 1. Minyak Sawit Batubara Barang dari Logam Alat-alat Listrik Tekstil & Produk Tekstil Karet Olahan Bijih Tembaga Kertas & Produk Kertas Makanan Olahan Bahan Kimia *) Angka sementara Minyak Sawit Ekspor minyak sawit pada Tw. IV-2010 mencapai USD5,1 miliar, tumbuh 41,3% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor yang melebihi periode sebelumnya tersebut ditopang oleh kenaikan harga (23%, q.t.q) dan volume (14,8, q.t.q). Secara tahunan, ekspor minyak sawit pada periode laporan juga mengalami peningkatan tajam (44,5%; y.o.y) dibanding triwulan sebelumnya (32,5%). Pertumbuhan ekspor yang tinggi ini meningkatkan pangsa ekspor minyak sawit menjadi 13,3% pada periode laporan, menggeser batubara yang pada periode sebelumnya memiliki pangsa ekspor yang tertinggi. Peningkatan ekspor CPO tersebut terutama dipengaruhi oleh tambahan permintaan dari Uni Eropa, China, dan India, di samping permintaan ekspor CPO yang juga tumbuh tinggi dari Malaysia dan Singapura. Kenaikan permintaan ini dikarenakan turunnya produksi minyak nabati jenis lainnya di dunia yang merupakan produk substitusi dari minyak sawit. Tabel 5 Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan Utama Negara Nilai (Juta USD) Tw. IV-2010* Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) India 1, China Uni Eropa Malaysia Singapura Lainnya 1, Total 5, *) Angka sementara Sementara itu, harga minyak sawit di pasar internasional pada periode laporan juga mengalami peningkatan dari USD875/MTon menjadi USD1,108/MTon. Kenaikan harga tersebut ditengarai dipicu oleh meningkatnya harga minyak dan perubahan iklim global yang mengakibatkan kegagalan panen yang mengganggu pasokan. 9

18 USD/MTon 1,400 1,200 1, Sumber : Bank Dunia Batubara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Grafik 3 Perkembangan Harga CPO Dunia Batubara merupakan komoditas ekspor nonmigas Indonesia nomor 2 dengan pangsa ekspor mencapai 13,2%. Ekspor batubara pada periode laporan mencapai USD5,0 miliar atau meningkat 13,5% dari periode sebelumnya. Peningkatan nilai ekspor batubara lebih banyak didorong oleh faktor harga. Harga batubara di pasar internasional pada Tw. IV-2010 meningkat menjadi USD106,5/MTon dari USD93,6/MTon di Tw. III Kenaikan tersebut mengikuti tren kenaikan harga minyak akibat permintaan yang melonjak memasuki musim dingin, terutama di Eropa dan AS. USD/MTon Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : Bank Dunia Grafik 4 Perkembangan Harga Batubara Dunia Ekspor batubara terutama ditujukan ke China. Peningkatan ekspor ke China selama periode laporan sejalan dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat serta semakin murahnya ongkos angkut batubara ke China. Selain China, negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia di antaranya adalah Jepang, Korea Selatan, India, dan Taiwan. Tabel 6 Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan Utama Negara Nilai (Juta USD) Perbaikan kinerja ekspor batubara tersebut juga tercermin pada pertumbuhan secara tahunan. Ekspor batubara Tw. IV-2010 tumbuh lebih tinggi (25,8%) dari triwulan sebelumnya (19,4%). Barang dari Logam Tw. IV-2010* Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) China 1, Jepang Korea India Taiwan Lainnya Total 5, *) Angka sementara Ekspor barang dari logam pada Tw. IV-2010 tercatat sebesar USD3,1 miliar, tumbuh 31,1% dari periode sebelumnya, terutama didorong oleh kenaikan volume ekspor. Kenaikan permintaan akan barang-barang dari logam terjadi seiring dengan semakin pulihnya perekonomian global. Barang-barang logam dimaksud antara lain terbuat dari tembaga, besi/baja, nikel, dan timah. Barang-barang logam tersebut diekspor ke beberapa negara tujuan utama, seperti Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Uni Eropa. 10

19 Negara Alat-alat Listrik Tabel 7 Ekspor Barang dari Logam Berdasarkan Negara Tujuan Utama Nilai (Juta USD) Pangsa (%) Ekspor alat-alat listrik pada periode laporan membukukan nilai sebesar USD3,1 miliar, lebih tinggi 6,0% (q.t.q) dibanding periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan volume ekspor. Negara tujuan utama ekspor alat-alat listrik Indonesia antara lain Singapura, AS, Jepang, Uni Eropa, dan Hongkong. Peningkatan ekspor alat-alat listrik antara lain disebabkan oleh relokasi yang dilakukan oleh dua produsen utama elektronik ke Indonesia, yaitu LG dan Panasonic. Tabel 8 Ekspor Alat-alat Listrik Berdasarkan Negara Tujuan Utama Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) Jepang Singapura Malaysia Thailand Uni Eropa Lainnya Total 3, *) Angka sementara Negara Nilai (Juta USD) Tw. IV-2010* Tw. IV-2010* Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) Singapura Amerika Serikat Jepang Uni Eropa Hongkong Lainnya 1, Total 3, *) Angka sementara Nilai ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pada Tw. IV-2010 lebih tinggi 3,4% dari triwulan sebelumnya ekspor komoditas ini lebih banyak ditopang oleh peningkatan harga sedangkan volumenya mengalami sedikit penurunan. Kenaikan harga produk TPT disebabkan oleh kenaikan harga kapas. Perbaikan kinerja ekspor TPT pada triwulan laporan juga tercermin dari pertumbuhan tahunannya yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, ekspor TPT tumbuh 26,4% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh 21,1% (y.o.y). Ekspor TPT pada periode laporan terutama ditujukan ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Turki, dan Korea Selatan. Pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat, negara tujuan utama dari produk TPT Indonesia, pada Tw. IV-2010 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan masih tumbuh tinggi (36,4%, y.o.y). Tabel 9 Ekspor Produk TPT Berdasarkan Negara Tujuan Utama Negara Karet Olahan Tw. IV-2010* Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) Amerika Serikat 1, Uni Eropa Jepang Turki Korea Selatan Lainnya Total 3, *) Angka sementara Ekspor karet olahan pada Tw. IV-2010 meningkat 18,2% (q.t.q) sehingga berhasil membukukan nilai ekspor sebesar USD2,7 miliar. Pertumbuhan ekspor karet olahan terutama ditopang oleh kenaikan harga karena pasokan dunia yang menurun akibat pengaruh musim hujan terus menerus di tiga negara produsen utama, yakni Thailand, Malaysia, dan Indonesia, sementara permintaan terhadap komoditas tersebut sangat tinggi seiring dengan perbaikan ekonomi di sehingga mencapai USD3,0 miliar. Pertumbuhan sejumlah negara konsumen karet terbesar. 11

20 Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada ekspor ke Amerika Serikat, diikuti oleh Uni Eropa, China, dan Singapura. Secara tahunan, ekspor karet pada Tw. IV-2010 juga mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni sebesar 81,5%. Tabel 10 Ekspor Karet Olahan Berdasarkan Negara Tujuan Utama Tw. IV-2010* Negara Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) Amerika Serikat China Uni Eropa Jepang Singapura Lainnya Total 2, *) Angka sementara 1.2. Impor Nonmigas Nilai impor nonmigas (c&f) pada periode laporan mencapai USD30,3 miliar, lebih tinggi 10,2% dari triwulan sebelumnya (USD27,5 miliar). Kenaikan impor terjadi pada ketiga kelompok barang (barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal). Kenaikan impor barang konsumsi dan barang modal terutama ditopang oleh kenaikan volume permintaan, sementara kenaikan impor bahan baku terutama lebih disebabkan oleh peningkatan harga. Impor nonmigas triwulan laporan tumbuh sebesar 36,8% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Tw. III-2010 yang sebesar 35,7%. Tabel 11 Impor Nonmigas Berdasarkan Kelompok Barang (c&f) Pangsa (%) Pertumb. q.t.q (%) Pertumb. y.o.y (%) Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Tw. III Tw. IV* Barang Konsumsi Nominal Riil Harga Bahan Baku Nominal Riil Harga Barang Modal Nominal Riil Harga Total 1) Nominal Riil Harga *) Angka sementara Impor komoditas nonmigas Indonesia terutama berasal dari kawasan Asia, seperti China, Jepang, dan Singapura. Impor dari negara China dari waktu ke waktu terus meningkat dan pangsanya pada Tw. IV mencapai 19,2%, mengungguli negara asal impor utama lainnya, seperti Jepang (pangsa 15,4%), Singapura (8,7%), Uni Eropa (7,45%) dan Amerika Serikat (6,7%). Sebaliknya, impor dari Amerika Serikat menurun 6,8% dari triwulan sebelumnya. Tabel 12 Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal Utama (c&f) Tw. IV-2010* Negara Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) China 5, Jepang 4, Singapura 2, Uni Eropa 2, Amerika Serikat 2, Lainnya 12, Total 30, *) Angka sementara 12

21 Impor Barang Konsumsi Impor barang konsumsi pada Tw. IV-2010 mencapai USD2,5 miliar (c&f), lebih tinggi 14,1% dibanding periode sebelumnya. Kenaikan impor terutama terjadi pada impor komoditas beras, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi gejolak harga di pasar domestik yang diakibatkan oleh keterbatasan pasokan beras di dalam negeri. Selain komoditas beras, barang konsumsi lainnya yang juga banyak diimpor pada Tw. IV-2010 adalah kendaraan bermotor. Hal ini sejalan dengan permintaan kendaraan bermotor yang tumbuh secara signifikan di pasar domestik pada tahun 2010 (mencapai hampir unit). Kelompok komoditi makanan olahan untuk rumah tangga memiliki pangsa terbesar dalam impor barang konsumsi, mencapai 28,4% dari total nilai impor barang konsumsi di Tw. IV Pertumbuhan impor barang konsumsi secara tahunan juga mengalami percepatan dibanding periode sebelumnya. Barang-barang konsumsi tersebut terutama diimpor dari China, Thailand, Vietnam, Jepang, dan Uni Eropa, sementara komoditas beras sebagian besar diimpor dari Vietnam dan Thailand. Tabel 13 Impor Barang Konsumsi Berdasarkan Negara Asal Utama (c&f) Tw. IV-2010* Negara Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) China Thailand Vietnam Jepang Uni Eropa Lainnya Total 2, *) Angka sementara Impor Bahan Baku Mulai pulihnya kegiatan industri di tanah air dan meningkatnya kegiatan produksi mendorong peningkatan impor bahan baku/penolong pada periode laporan sehingga mencapai USD20,1 miliar (c&f), lebih tinggi 8,2% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan impor bahan baku tahunan di Tw. IV juga masih tinggi (34,4%), meskipun sedikit melambat dibanding periode sebelumnya (37,0%). Jenis kelompok komoditas bahan baku yang banyak diimpor pada triwulan laporan antara lain bahan baku olahan untuk industri dan suku cadang & perlengkapan untuk barang modal. Kedua kelompok komoditas tersebut memiliki pangsa 75,4% dari total impor bahan baku pada Tw. IV Komoditas impor bahan baku utama Indonesia diantaranya adalah suku cadang mesin kendaraan kendaraan bermotor dan produk kimia turunan hidrokarbon. Impor bahan baku tersebut terutama berasal dari Jepang, China, dan Singapura. Tabel 14 Impor Bahan Baku Berdasarkan Negara Asal Utama (c&f) Tw. IV-2010* Negara Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) Jepang 3, China 2, Singapura 1, Amerika Serikat 1, Uni Eropa 1, Lainnya 9, Total 20, *) Angka sementara Impor Barang Modal Kegiatan investasi di dalam negeri yang terus meningkat mendorong impor barang modal pada Tw. IV-2010 mencapai USD7,3 miliar (c&f), lebih tinggi 12,8% dari triwulan sebelumnya. 13

22 Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor barang modal mencatat pertumbuhan yang tinggi mencapai 37,8%, relatif sama besarnya dengan triwulan sebelumnya. Jenis kelompok barang modal yang banyak diimpor adalah barang modal di luar peralatan transportasi dengan pangsa mencapai 18,5% dari total impor nonmigas pada triwulan berjalan. Dari sisi komoditas, komoditas impor utama Indonesia diantaranya adalah perangkat telekomunikasi, kapal dan kendaraan bermotor. Hal ini sejalan dengan kinerja sektor telekomunikasi dan pengangkutan dalam PDB Tw. IV-2010 yang secara triwulanan tumbuh 3,7% dan secara tahunan tumbuh 15,5%, pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sebagian besar impor barang modal berasal dari China, Jepang, dan Uni Eropa. Tabel 15 Impor Barang Modal Berdasarkan Negara Asal Utama (c&f) Tw. IV-2010* Negara Nilai Pangsa Pertumb. Pertumb. (Juta USD) (%) q.t.q (%) y.o.y (%) China 2, Jepang 1, Uni Eropa Singapura Amerika Serikat Lainnya 1, Total 7, *) Angka sementara 2. Neraca Perdagangan Minyak & Gas Neraca perdagangan minyak & gas (migas) pada Tw. IV-2010 mencatat surplus yang menipis, yaitu sebesar USD0,1 miliar, dibandingkan surplus pada periode sebelumnya (USD1,1 miliar). Penurunan surplus tersebut akibat bertambahnya defisit neraca perdagangan minyak yang melebihi kenaikan surplus neraca perdagangan gas. Meningkatnya defisit neraca perdagangan minyak dipengaruhi kenaikan volume impor yang melebihi kenaikan volume ekspor di tengah tren harga yang meningkat. Sementara pada sisi neraca perdagangan gas, surplus yang terjadi masih ditopang oleh besarnya nilai ekspor LNG dan gas alam Neraca Perdagangan Minyak Neraca perdagangan minyak pada Tw. IV-2010 mencatat defisit sekitar USD2,9 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD1,9 miliar). Peningkatan defisit neraca perdagangan minyak tersebut disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, yaitu peningkatan volume impor minyak sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik, penurunan produksi minyak dan tren kenaikan harga minyak. Tabel 16 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Rincian Nilai (juta USD) Tw. III Volume (mbbl) Harga (USD/barel) 2010* Nilai (juta USD) Ekspor 3, , Minyak Mentah 2, , Produk Kilang Impor 5, , Minyak Mentah 1, , Produk Kilang 4, , Neraca Perdagangan Minyak 1,856 2,860 Sumber: BPMigas dan PT Pertamina (diolah) *) Angka Sementara Tw. IV Volume (mbbl) Harga (USD/barel) Nilai impor minyak dalam kurun Tw. IV-2010 mencapai USD7,2 miliar dengan peningkatan terbesar pada impor minyak mentah (104%, q.t.q). Impor minyak mentah digunakan sebagai intake beberapa kilang, seperti kilang Cilacap, Balongan, dan Balikpapan yang merupakan kilang utama yang menopang kebutuhan BBM dalam negeri. Sementara itu, impor minyak tersebut berasal dari kawasan Timur Tengah dengan jenis minyak ALC (Arab Light Crude), Nile Blend, dan sisanya berasal Brunei, China, dan Malaysia. Sementara itu, impor produk minyak hanya meningkat sebesar 3% (q.t.q). peningkatan impor produk minyak lebih disebabkan oleh faktor kenaikan 14

23 harga, sementara volume impor produk minyak menurun seiring dengan lebih rendahnya konsumsi BBM pada triwulan laporan. Nilai ekspor minyak selama periode laporan tercatat sebesar USD4,3 miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar USD3,7 miliar. Peningkatan tersebut didorong terutama oleh kenaikan harga minyak dan kenaikan volume ekspor minyak mentah. Minyak mentah yang diekspor masih pada jenis Sumatera Light Crude (SLC), Duri, Senipah, dan Belanak dengan tujuan utama ke Australia, China, Jepang, dan Korea. Tabel 17 Permintaan dan Penawaran Minyak Dunia Rincian (dalam mbpd ) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Permintaan Minyak Amerika Utara China Eropa Barat Lainnya Total Permintaan Minyak Penyediaan Minyak OPEC Non OPEC Total Penyediaan Minyak Netto Permintaan Penyediaan Sumber: Laporan Minyak Bulanan OPEC Januari 2011 Optimisme perbaikan perekonomian global dan faktor musiman, yaitu cuaca dingin yang ekstrim di belahan Amerika dan Eropa, mendorong kenaikan harga minyak. Harga minyak OPEC dan harga minyak Indonesia jenis SLC pada akhir Desember masing-masing sebesar USD88,6/barel dan USD93,8/barel, lebih tinggi dibandingkan akhir Juni (Tw. III-2010). Kondisi yang sama juga terjadi pada harga minyak jenis WTI yang meningkat menjadi USD89,2/barel (Tw. III-2010: USD75,3/barel). Selain kedua faktor penyebab di atas, aksi spekulasi ditengarai ikut memicu pergerakan harga minyak pada periode laporan. Hal ini tercermin dari sisi permintaan dan penawaran di pasar global (Laporan Bulanan OPEC) yang menunjukkan adanya kelebihan persediaan minyak seperti yang terjadi pada 2010 Tw. I dan Tw. II. Permintaan minyak yang cukup tinggi masih dapat dipenuhi oleh penambahan suplai oleh negara-negara non OPEC sehingga negara-negara yang tergabung dalam OPEC berkomitmen untuk tetap tidak meningkatkan produksi minyaknya. USD/barel SLC Harga Ekspor Indonesia WTI OPEC J S N J M M J S N J M M J S N J M M J S N Sumber: OPEC, Ditjen Migas Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Dunia Produksi minyak Indonesia yang mengalami penurunan (0,912 juta barel per hari (mbpd)) dibandingkan triwulan sebelumnya diduga menjadi faktor melambatnya pertumbuhan ekspor minyak mentah selama Tw. IV Selain karena adanya natural declining yang dialami oleh sumur-sumur tua yang dimiliki oleh beberapa perusahaan minyak, adanya kebocoran pipa gas milik PT Transportasi Gas Indonesia di daerah Grissik, Riau, menjadi faktor penyebab terjadinya penurunan produksi minyak nasional. Jalur pipa tersebut menyalurkan gas milik Conoco Phillips guna menunjang operasi produksi lapangan minyak yang dioperasikan oleh Chevron Pacific Indonesia, BOB Pertamina-Bumi Siak Pusako, dan BUMN Sarana Pembangunan Riau dengan lebih dari sumur minyak. Konsumsi BBM pada Tw. IV-2010 tercatat sebesar 103,6 juta barel, sedikit lebih rendah dari konsumsi BBM pada periode sebelumnya (105,5 juta barel). Meskipun lebih rendah dari Tw. III-2010, konsumsi BBM tersebut cenderung meningkat bila 15

24 dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya dan tahun sebelumnya seiring aktivitas ekonomi yang terus meningkat. Berdasarkan sektor penggunanya, peningkatan konsumsi BBM tersebut lebih disebabkan oleh tingginya penggunaan BBM oleh sektor transportasi, listrik, dan industri. Penambahan jumlah kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor, ditengarai memicu kenaikan konsumsi BBM. Sementara itu, konsumsi sektor listrik yang masih menunjukkan peningkatan diperkirakan sejalan dengan naiknya kebutuhan energi listrik untuk menunjang kegiatan produksi di dalam negeri yang meningkat. Di sisi lain, penggunaan BBM oleh sektor rumah tangga terus mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya program konversi minyak tanah ke gas (LPG). Juta Kilo Liter Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* Sumber: Pertamina (diolah) * Angka Sementara Listrik Rumah Tangga Industri Transportasi Grafik 6 Perkembangan Konsumsi BBM 2.2. Neraca Perdagangan Gas Pada Tw. IV-2010, neraca perdagangan gas mencatat surplus yang relatif sama dengan surplus triwulan sebelumnya, yaitu sebesar USD3,0 miliar. Kinerja ekspor LNG maupun gas alam meningkat, namun di saat yang sama disertai pula dengan peningkatan impor gas. Selama periode laporan volume ekspor LNG tercatat sebesar 314,7 juta MMBTU, naik dari periode sebelumnya 310,8 juta MMBTU. Sementara itu, ekspor gas alam menurun dari 92,6 juta MMBTU menjadi 90,9 juta MMBTU. Volume ekspor LNG mengalami peningkatan seiring dengan naiknya permintaan dari beberapa negara pembeli untuk kebutuhan perekonomiannya, terutama Jepang, Korea, dan China. Sementara itu, ekspor gas alam mengalami sedikit penurunan sejalan dengan siklus pengiriman melalui pipa ke Singapura dan Malaysia. Harga gas selama Tw. IV-2010 mengalami perkembangan yang sejalan dengan peningkatan harga minyak. Hal ini juga menjadi faktor penyebab surplus neraca perdagangan gas tetap tinggi. Tabel 18 Perkembangan Neraca Perdagangan Gas Rincian Nilai (juta USD) Ekspor 3,306 3,201 3,438 LNG 2, , , LPG Natural Gas Impor Neraca Perdagangan Gas 3,113 2,987 3,008 * Angka Sementara ** Untuk LNG dan Natural Gas satuan juta mmbtu, LPG satuan ribu Metric Ton *** Untuk LNG dan Natural Gas satuan USD/juta mmbtu, LPG satuan USD/ribu Metric Ton Sumber: BPMigas 3. Neraca Jasa Tw. II Vol** Harga*** Nilai (juta USD) 2010* Tw. III Nilai Harga*** (juta USD) Tw. IV Defisit neraca jasa pada Tw. IV-2010 mencapai USD2,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (defisit USD2,3 miliar). Salah satu penyebabnya adalah defisit pada jasa travel. Berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya yang mengalami surplus, pada triwulan laporan jasa travel mengalami defisit akibat adanya pengeluaran dalam rangka ibadah haji. Penyebab lainnya adalah peningkatan pembayaran royalties & license fees oleh sejumlah perusahaan otomotif yang umumnya dilakukan di akhir tahun. Vol** Vol** Harga*** 16

25 Juta USD Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net * Angka Sementara Grafik 7 Perkembangan Neraca Jasa Sektor pariwisata (jasa travel) selama Tw. IV-2010 mencatat defisit sebesar USD0,2 miliar, setelah selama tiga triwulan sebelumnya selalu mencatat surplus. Defisit tersebut terutama berasal dari pengeluaran devisa untuk pelaksanaan ibadah haji, sehingga pengeluaran travel secara keseluruhan pada periode laporan meningkat menjadi USD2,1 miliar. Sementara itu, penerimaan dari wisatawan mancanegara (wisman) hanya sedikit meningkat, yaitu dari USD1,8 miliar menjadi USD1,9 miliar di triwulan laporan. juta USD 1, , JFMAMJJASONDJFMAMJJASONDJFMAMJJASOND * Inflows (juta USD) Outflows (juta USD) Trav. Balance (juta USD) *) Angkasementara Grafik 8 Perkembangan Jasa Travel Wisman (inbound traveler) yang berkunjung ke Indonesia pada Tw. IV-2010 mencapai 2,0 juta orang, sedikit lebih tinggi dari 1,9 juta orang pada triwulan sebelumnya. Mulai membaiknya perekonomian negara asal wisman serta pelaksanaan beberapa agenda pariwisata berskala internasional turut mendorong kedatangan turis asing ke Indonesia. Penyelenggaraan Mister International 2010 pada tanggal 8 s.d. 20 November 2010 dengan peserta lebih dari 40 negara, pelaksanaan the International World Conference on Science, Education and Culture (WISDOM) di Yogyakarta tanggal 5 s.d. 8 Desember 2010 dengan 750 peserta dari 15 negara, serta turnamen pencak silat dunia di Jakarta pada bulan Desember 2010 yang diikuti 425 atlet dari 32 negara merupakan sejumlah contoh kegiatan berskala internasional pada periode laporan. Inbound traveler dari negara-negara tetangga masih mendominasi jumlah kedatangan turis di Indonesia. Wisman dari negara Singapura berada pada posisi pertama (pangsa 17,3%), diikuti oleh Malaysia (14,9%), dan Australia (12,1%). Daerah tujuan utama kedatangan wisman di Indonesia adalah Bali (pangsa 39,1%), kemudian Jakarta (27,6%), dan Batam (14,9%). Wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali pada triwulan laporan berasal dari Australia, diikuti oleh Jepang dan Malaysia. Di sisi lain, outbound traveler (wisatawan nusantara) yang berkunjung ke luar negeri menurun menjadi 1,6 juta orang dari triwulan sebelumnya 1,7 juta orang. Namun demikian, di tengah penurunan jumlah outbound traveler, pengeluaran devisa travel cenderung meningkat terutama terkait dengan pelaksanaan haji yang melibatkan sekitar 211 ribu orang jemaah dengan pengeluaran devisa sebesar USD0,5 miliar. Negara-negara di kawasan ASEAN masih menjadi tujuan utama outbound traveler, yaitu Singapura (pangsa 31,5%) dan Malaysia (27,5%). Sementara Australia (pangsa 8,4%) dan Amerika Serikat (3,6%) menjadi negara tujuan utama di luar kawasan ASEAN. Sementara itu, defisit jasa trasportasi menurun dari USD1,8 miliar menjadi USD1,7 miliar di Tw IV

26 Impor tumbuh kencang dalam periode laporan, namun semakin besarnya porsi impor yang berasal dari negara kawasan Asia yang lebih dekat jaraknya dengan Indonesia menyebabkan biaya freight sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya. 4. Neraca Pendapatan Defisit neraca pendapatan (income) pada Tw. IV mencapai USD6,6 miliar, meningkat dibanding defisit USD5,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan defisit ini terutama berasal dari kenaikan profit (baik yang dibayarkan dalam bentuk dividen maupun yang ditanamkan kembali (reinvested earnings)) perusahaan investasi asing langsung (PMA) di Indonesia pada periode laporan. Peningkatan defisit juga didorong oleh kenaikan pembayaran bunga utang luar negeri pemerintah dan korporasi. Sementara itu, pembayaran imbal hasil kepada investor asing dalam rangka transaksi portofolio menurun pada periode laporan sejalan dengan menurunnya aliran masuk modal asing dalam jenis investasi tersebut. Pendapatan investasi langsung mencatat defisit sebesar USD4,5 miliar, lebih tinggi dari defisit triwulan sebelumnya (USD3,0 miliar). Peningkatan defisit tersebut disumbang oleh naiknya profit transfer perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di sektor migas maupun perusahaan PMA di sektor nonmigas. Pendapatan investasi lainnya pada periode laporan juga mencatat kenaikan defisit sehingga mencapai USD0,8 miliar dibanding triwulan sebelumnya (USD0,4 miliar). Pembayaran bunga utang pemerintah yang naik dari USD0,2 miliar menjadi USD0,6 miliar menjadi faktor pendorong utama bertambahnya defisit yang terjadi. Di sisi lain, defisit pendapatan investasi portofolio menurun menjadi USD1,1 miliar dari periode sebelumnya (defisit USD1,8 miliar). Pembayaran dividen lebih kecil (USD0,7 miliar) daripada triwulan sebelumnya (USD1,1 miliar) sesuai siklus musiman pembayaran dividen oleh sebagian besar perusahaan. Pembayaran bunga SBI juga turun akibat berkurangnya kepemilikan asing atas surat utang tersebut pada periode laporan. Juta USD 0-1,000-2,000-3,000-4,000-5,000-6,000-7,000 * Angka Sementara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Grafik 9 Perkembangan Neraca Pendapatan 5. Transfer Berjalan * Income, net Inv. Income DI Income PI Income OI Income Transfer berjalan pada Tw. IV-2010 mencatat surplus sebesar USD1,3 miliar, sedikit lebih tinggi dari USD1,2 miliar pada periode sebelumnya. Bertambahnya suplus tersebut akibat penerimaan hibah noninvestasi oleh pemerintah yang meningkat menjadi USD0,1 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD21 juta. Pasca-bencana banjir di Wasior, gelombang tsunami di kepulauan Mentawai, serta letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, sejumlah negara memberikan bantuan antara lain dalam bentuk uang dan alat kesehatan guna penanggulangan bencana tersebut. Bantuan dari Komisi Eropa melalui European Commission Humanitarian Aid and Civil Protection Department senilai 1,5 juta untuk korban bencana tsunami Mentawai dan letusan Gunung Merapi merupakan satu bentuk hibah pada periode laporan. Bantuan lain diberikan oleh pemerintah Australia dan Timor Leste masing-masing senilai USD1,0 juta untuk penanggulangan tiga bencana tersebut. 18

27 Tabel 19 Perkembangan Hibah Non-Investasi (Juta USD) * Transfer Berjalan Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III* Tw. IV* Total Pemerintah Swasta Sumber : Depkeu Sementara itu, penerimaan devisa dari tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tetap menjadi penopang utama surplus transfer berjalan walaupun sedikit menurun pada periode laporan sejalan dengan menurunnya penempatan TKI ke luar negeri. Pengiriman devisa dari TKI kepada keluarganya di Indonesia (workers remittances/wr inflows) pada periode laporan mencapai USD1,7 miliar, sedikit lebih rendah dari USD1,7 miliar pada periode sebelumnya. Penurunan WR tersebut ditengarai terkait dengan jumlah penempatan TKI yang hanya mencapai 132,1 ribu orang, turun dibanding periode sebelumnya sejumlah 142,4 ribu orang. Penurunan penempatan yang cukup signifikan pada triwulan laporan terjadi pada negara Arab Saudi, Malaysia, Yordania, dan Hongkong. Khusus Malaysia, penurunan penempatan TKI terjadi di sektor formal, sementara untuk ketiga negara lainnya lebih banyak di sektor informal. Juta USD Dengan perkembangan tersebut, jumlah TKI di luar negeri pada akhir Tw. IV-2010 mencapai sekitar 4,2 juta orang, turun dari akhir triwulan sebelumnya sejumlah 4,3 juta orang. Berdasarkan wilayah penempatan kerjanya, dalam periode laporan 57,9.% dari jumlah TKI ditempatkan di kawasan Asia Pasifik dan 41,7% bekerja di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Malaysia masih merupakan negara dengan jumlah TKI terbesar di kawasan Asia Pasifik (pangsa 78,0%), diikuti Hongkong (6,9%) dan Singapura (5,8%). Sementara untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika, Arab Saudi berada di urutan pertama (pangsa 83,0%), diikuti Uni Emirat Arab (7,4%) dan Yordania (3,7%). Korea Selatan, 0.9% Taiwan, 5.6% Hongkong, 6.9% Brunei, 1.0% Singapura, 5.8% Jepang, 1.0% Lainnya, 0.8% Grafik 11 Komposisi Jumlah TKI per Negara di Asia Pasifik Oman, 1.2% Yordania, 3.7% lainnya, 0.6% Qatar, 1.6% UEA, 7.4% Bahrain, 0.5% Kuwait, 2.0% Malaysia, 78.0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Arab saudi, 83.0% * Angka Sementara WR Inflows WR Outflows WR, neto Grafik 10 Perkembangan Workers Remittances Grafik 12 Komposisi Jumlah TKI per Negara di Timur Tengah dan Afrika 19

28 20 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

29 TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL Surplus transaksi modal dan finansial Tw. IV-2010 mencatat rekor tertinggi sebesar USD9,9 miliar dibandingkan USD6,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Peningkatan surplus terutama ditopang oleh arus masuk investasi langsung yang tinggi sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan kondisi makroekonomi yang stabil. Di sisi lain, investasi portofolio masih berkontribusi pada surplus transaksi modal dan finansial walaupun dalam jumlah yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya antara lain akibat gejolak krisis utang di Eropa. Di tengah berkurangnya pasokan valas dari investasi portofolio asing, untuk memenuhi pembayaran kewajiban luar negeri yang meningkat, perbankan domestik menarik simpanan mereka di luar negeri sehingga ikut menambah surplus transaksi modal dan finansial. Juta USD 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000-4,000-6,000-8,000 * Angka Sementara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 1. Transaksi Modal * Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya Transaksi Finansial Grafik 13 Transaksi Modal dan Finansial Transaksi modal pada Tw.IV-2010 mencatat surplus USD14,0 juta. Surplus tersebut berasal dari adanya bantuan hibah untuk investasi, seperti pembangunan sekolah, pembangunan perumahan, dan persenjataan. Pemberian hibah oleh donator asing tersebut sebagian terkait dengan upaya pemulihan kondisi pasca bencana alam di Indonesia. Tabel 20 Perkembangan Hibah Investasi (Juta USD) Transfer Modal Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III* Tw. IV* Total Pemerintah Swasta Sumber : Depkeu 2. Transaksi Finansial Transaksi finansial pada Tw. IV-2010 mencatat kenaikan surplus, terutama yang bersumber dari sektor swasta. Kenaikan surplus transaksi finansial sektor swasta terjadi pada komponen investasi langsung dan investasi lainnya. Sementara itu, surplus transaksi finansial sektor publik mengalami penyusutan karena kenaikan penarikan utang luar negeri pemerintah tidak dapat mengimbangi penurunan arus masuk investasi portofolio ke instrumen SBI dan SUN. Juta USD 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000-4,000-6,000-8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Sektor Publik Sektor Sw asta Transaksi Modal & Finansial * Angka Sementara Grafik 14 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor 21

30 2.1 Sektor Publik Transaksi finansial sektor publik pada Tw. IV-2010 mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar USD4,4 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh surplus komponen transaksi investasi portofolio maupun transaksi investasi lainnya. Juta USD Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Investasi Portofolio Investasi Lainnya Transaksi Finansial * Angka Sementara Grafik 15 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik Investasi Portofolio Pada triwulan laporan, transaksi investasi portofolio sektor publik mencatat surplus sebesar USD1,2 miliar, lebih rendah dibanding surplus USD4,8 miliar pada periode sebelumnya. Penurunan surplus tersebut didorong oleh arus keluar modal asing dari surat berharga berdenominasi rupiah sektor publik yang dipicu oleh rambatan sentimen negatif investor asing akibat krisis utang di Eropa. Keluarnya arus modal asing terutama terjadi pada transaksi SBI yang mencatat net outflow sebesar USD1,1 miliar, berkebalikan dengan periode sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar USD2,6 miliar. Sementara itu, transaksi SUN rupiah dan SPN masih mencatat net inflow masingmasing sebesar USD1,5 miliar dan USD20,0 juta, lebih rendah dibanding net inflow pada periode sebelumnya sebesar USD1,8 miliar dan USD0,5 miliar. Dalam pada itu, untuk membiayai defisit APBN, pada pertengahan triwulan laporan Pemerintah menerbitkan Samurai Bond sebesar 60 miliar dengan kupon yang ditetapkan sebesar 1,6% atau 55bps di atas yen swap. Di tengah krisis di Eropa, minat investor asing terhadap instrumen surat utang pemerintah masih tinggi, ditopang oleh persepsi internasional yang positif terhadap perekonomian domestik, imbal hasil yang menarik, dan berlimpahnya likuiditas global. Sejalan dengan optimisme terhadap prospek perekonomian domestik, kepercayaan investor asing terus meningkat sebagaimana tercermin dari membaiknya persepsi risiko Indonesia. Indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia tetap stabil pada level rendah (132 bps). Indikator risiko lainnya, yaitu yield spread antara Government Bond Indonesia dan US T- Notes, juga menurun. Sementara itu, premi swap tetap bergerak stabil untuk semua tenor (1, 3, 6, dan 12 bulan) % Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Yield Global Bond Indo'15 US: Treasury Securities Yield: 10 years Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Grafik 16 Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan US T-Notes Nov Des Di sisi lain, daya tarik investasi dalam rupiah tetap positif. Indikator imbal hasil rupiah yang ditunjukkan oleh selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity) tetap berada dalam level tinggi di kawasan regional Asia. Bahkan, jika memperhitungkan membaiknya premi risiko, maka daya tarik investasi dalam rupiah semakin besar. Hal tersebut tercermin dari kecenderungan indikator CIP 22

31 (Covered Interest Parity) yang terus meningkat selama tahun 2010 serta tetap yang tertinggi dibandingkan Korea, Filipina, dan Malaysia. Relatif tingginya imbal hasil juga terlihat dari suku bunga yang ditawarkan oleh SBI. Suku bunga SBI bergerak turun namun masih relatif tinggi untuk seluruh tenor. Rata-rata tertimbang suku bunga SBI dengan tenor 3, 6, dan 9 bulan masing-masing sebesar 6,4%, 6,3%, dan 6,6%. % SBI 1 bulan SBI 3 bulan SBI 6 bulan SBI 9 bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Grafik 17 Perkembangan SBI Rate Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makroekonomi domestik, seperti nilai tukar yang relatif stabil, prospek pertumbuhan ekonomi, dan ekspektasi pencapaian investment grade dalam waktu dekat, menambah kepercayaan investor asing untuk menempatkan dananya di instrumen surat utang negara. Di samping itu, perkembangan tersebut juga ditopang oleh sustainabilitas fiskal yang relatif terjaga. Posisi kepemilikan asing atas SUN rupiah pada akhir Tw. IV 2010 mengalami peningkatan dari USD18,9 miliar pada periode sebelumnya menjadi USD20,2 miliar. Sebaliknya, posisi kepemilikan asing atas SBI mengalami penurunan dari USD 7,2 miliar pada periode sebelumnya menjadi USD6,1 miliar. Miliar USD 22 Kepemilikan SUN Oleh Asing Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Grafik 18 Perkembangan Posisi Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing Investasi Lainnya Kepemilikan SBI Oleh Asing Dari sisi transaksi investasi lainnya, transaksi finansial sektor publik dalam triwulan laporan mencatat surplus USD0,9 miliar, berkebalikan dengan periode sebelumnya (defisit USD0,4 miliar). Surplus tersebut didorong oleh kenaikan jumlah penarikan pinjaman luar negeri yang melebihi kenaikan pembayarannya. Pada periode laporan, pemerintah melakukan penarikan pinjaman luar negeri sebesar USD2,7 miliar, lebih tinggi dibanding penarikan pada periode sebelumnya (USD0,5 miliar). Sesuai dengan pola historis, penarikan pinjaman sebagian besar dilakukan di Tw. IV karena realisasi proyek-proyek pemerintah dan proses pemenuhan semua persyaratan penarikan ULN biasanya baru dapat diselesaikan di triwulan akhir. Pada periode yang sama, pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah yang jatuh tempo tercatat sebesar USD1,9 miliar, lebih tinggi dibanding pembayaran pada periode sebelumnya (USD0,9 miliar). Hal ini juga sesuai dengan pola historis bahwa pembayaran pinjaman luar negeri meningkat pada triwulan kedua dan keempat setiap tahunnya. 23

32 Juta USD 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, ,000-1,500-2,000-2,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * *data sementara Grafik 19 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Penarikan pinjaman pada Tw. IV-2010 terjadi baik untuk pinjaman proyek maupun pinjaman program. Penarikan pinjaman proyek tercatat sebesar USD0,9 miliar, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya (USD0,4 miliar). Sebagian besar pinjaman proyek berasal dari negara-negara yang pernah bergabung dalam Consultative Group on Indonesia (CGI), yaitu sebesar USD0,7 miliar. Pinjaman tersebut seluruhnya dilakukan dengan menggunakan skema Official Development Assistance (ODA), baik secara bilateral (USD0,4 miliar) maupun multilateral (USD0,2 miliar). Pemerintah juga melakukan penarikan pinjaman dari negara-negara di luar yang pernah bergabung dengan CGI sebesar USD0,2 miliar. Juta USD Penarikan Pembayaran neto Bilateral-CGI Multilateral-CGI Non CGI Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * *data sementara Grafik 20 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek Sementara itu, penarikan pinjaman program pada periode laporan tercatat sebesar USD1,8 miliar, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya (USD0,1 miliar). Penarikan pinjaman tersebut diperoleh dari beberapa kreditur, yaitu Bank Dunia, ADB, dan Jepang masingmasing sebesar USD1,5 miliar, USD0,2 miliar, dan USD0,1 miliar. Penarikan pinjaman luar negeri dari Bank Dunia ditujukan untuk dua program. Pinjaman program pertama senilai USD0,8 miliar akan digunakan untuk mendanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (Third National Program Community Empowerment in Rural Areas). Pinjaman program kedua senilai USD0,8 miliar termasuk dalam kerangka Pinjaman Kebijakan Pembangunan (Development Policy Loan/DPL). DPL ini akan disalurkan untuk memperbaiki iklim investasi, pengelolaan keuangan publik, pengentasan kemiskinan, pelayanan publik, hingga pembangunan infrastruktur. Sedangkan pinjaman sebesar USD0,2 miliar yang telah disetujui oleh ADB akan digunakan untuk kelanjutan program perencanaan pengurangan kendala dalam bidang investasi infrastruktur (Infrastructure Reform Sector Development Program/IRSDP). Juta USD 1,600 1,400 1,200 1, ADB IBRD Jepang (JBIC) Other Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * *data sementara Grafik 21 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program Sejalan dengan penarikan utang baru tersebut, posisi utang luar negeri pemerintah (termasuk surat berharga negara domestik yang dimiliki bukan 24

33 penduduk) mengalami sedikit peningkatan dari USD103,3 miliar pada akhir September 2010 menjadi USD103,8 miliar pada akhir November Juta USD 110, , ,000 95,000 90,000 85,000 80,000 75,000 70,000 65,000 60,000 Grafik 22 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah 2.2. Sektor Swasta 103, ,835 95,083 97,571 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* *data sementara sampai dengan November 2010 Neraca modal dan finansial sektor swasta pada Tw.IV-2010 mencatat surplus USD7,9 miliar, lebih tinggi dibanding surplus USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus tersebut ditopang oleh kenaikan investasi langsung (direct investment in Indonesia) dan investasi lainnya. Sementara itu, komponen investasi portofolio mencatat penurunan surplus sehubungan dengan menurunnya arus masuk modal asing di bursa saham domestik akibat imbas krisis utang Eropa. Juta USD Investasi Langsung Investasi Lainnya Investasi Portofolio Neraca Finansial Sektor Swasta Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * Angka Sementara Grafik 23 Perkembangan Neraca Finansial Sektor Swasta Investasi Langsung Kondisi perekonomian domestik yang positif dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung investasi menjadi faktor utama yang mendorong perbaikan kinerja investasi langsung sektor swasta selama Tw.IV Hal ini tercermin pada surplus investasi langsung neto yang mencatat kenaikan dari USD1,6 miliar menjadi USD3,4 miliar. Juta USD 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, ,000-1,500-2,000-2,500 Investasi Penduduk ke LN Penanaman Modal Asing-PMA Investasi Langsung Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * Angka Sementara Grafik 24 Perkembangan Investasi Langsung Kenaikan surplus investasi langsung neto tersebut disumbang oleh menurunnya arus keluar modal investasi penduduk ke luar negeri (direct investment abroad) neto, dan pada periode yang sama terdapat peningkatan net arus masuk investasi langsung di Indonesia. Pada triwulan laporan, arus keluar modal investasi penduduk ke luar negeri neto tercatat sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (USD1,2 miliar). Dampak krisis fiskal yang masih melanda negara-negara Eropa (PIIGS- Portugal, Ireland, Italy, Greek, Spain) mendorong investor domestik untuk mengalihkan aset yang dinilai berisiko di luar negeri dan memilih berinvestasi di dalam negeri. 25

34 Selain itu, semakin membaiknya iklim investasi dalam negeri dan terjaganya kondisi fundamental ekonomi domestik mendorong perusahaan di dalam negeri untuk menerbitkan obligasi melalui anak Juta USD 4,000 3,500 3,000 2,500 PMA sektor Migas, neto PMA sektor Non Migas, neto PMA, neto perusahaannya di luar negeri. Dana yang diperoleh kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan induk di dalam negeri. Selama Tw.IV-2010 tercatat 1 (satu) korporasi melakukan penerbitan obligasi senilai USD0,2 miliar. Kinerja investasi langsung juga ditopang oleh investasi langsung asing ke Indonesia (Penanaman Modal Asing PMA) neto yang mencatat surplus USD3,7 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (USD2,8 miliar). Kinerja PMA yang positif tersebut didorong oleh berbagai faktor, antara lain membaiknya kondisi makroekonomi, meningkatnya kepercayaan dunia usaha akan prospek kondisi ekonomi mendatang, potensi kenaikan rating Indonesia mencapai investment grade, iklim investasi yang membaik, perbaikan birokrasi pemerintahan, serta potensi pasar yang besar di Indonesia. Sementara itu, seiring dengan kinerja investasi yang diprakirakan terus mengalami akselerasi, kualitas investasi juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat pada realisasi pertumbuhan investasi riil sebesar 8,7% pada Tw.IV-2010 dalam publikasi Produk Domestik Bruto (PDB) oleh BPS. Pada triwulan laporan, terlihat bahwa tujuan investasi lebih didominasi untuk investasi non bangunan, yaitu barang-barang produktif terutama mesin-mesin, alat berat dan alat angkut. Di samping itu, membaiknya kualitas investasi juga terlihat pada publikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mencatat bahwa kegiatan penanaman modal di luar Jawa mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. 2,000 1,500 1, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * Angka Sementara Grafik 25 Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Berdasarkan negara asal investasi langsung, pada triwulan laporan, investasi dari negara ASEAN, Jepang dan negara emerging markets Asia menjadi pendorong utama meningkatnya arus masuk PMA. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan Asia menjadi motor penggerak masuknya investasi ke Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa investasi dari negaranegara kawasan Asia tersebut meningkat mencapai 87,3% dari total investasi pada periode laporan. Sementara itu, investasi dari negara AS dan kawasan Eropa mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut atara lain didorong oleh relatif lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi negara maju dibandingkan pertumbuhan di negara-negara emerging Asia. Juta USD 1,750 1,500 1,250 1, Jepang AS Eropa Emerging Market Asia (termasuk China) * Angka Sementara Q2-10* Q3-10* Q4-10* ASEAN Lain-lain Grafik 26 Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Negara Asal 26

35 Ditinjau dari sisi sektoral, sektor manufaktur dan sektor lain-lain (termasuk jasa dan properti) menjadi penyumbang utama arus masuk modal PMA neto selama Tw.IV Peningkatan arus masuk investasi di sektor lain-lain (diantaranya investasi di sektor properti) kemungkinan juga dipicu oleh telah diberlakukannya dasar hukum bagi kepemilikan properti oleh asing (UU Perumahan dan Kawasan Permukiman). Kondisi tersebut sejalan dengan Survey Perbankan Tw.IV-2010 yang mencatat peningkatan untuk kredit perumahan dari 46,8% menjadi 60,8%. Di sisi lain arus masuk modal PMA pada sektor pertambangan dan sektor perdagangan menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Juta USD Pertanian, Perikanan dan Kehutanan * Angka Sementara Q2-10* Q3-10* Q4-10* Pertambangan Manufaktur Konstruksi Keuangan (termasuk asuransi) Perdagangan Lain-lain (tmsk Jasa, Properti) Grafik 27 Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Sektor Ekonomi Seiring dengan tren meningkatnya harga minyak dunia yang dipicu oleh peningkatan permintaan minyak akibat musim dingin di negara-negara maju, minat investor untuk melakukan kegiatan investasi perusahaan di sektor migas tercatat meningkat secara signifikan. Pada Tw.IV-2010, arus masuk PMA migas berupa penerimaan dana untuk kegiatan operasional dan investasi perusahaan migas asing di Indonesia (inflows) mengalami peningkatan dari USD1,8 miliar menjadi USD2,3 miliar. Di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia juga telah memberikan insentif terhadap meningkatnya kegiatan eksplorasi migas. Hal ini terlihat dari arus keluar PMA yang berupa pengembalian biaya operasional dan biaya investasi atas lapangan-lapangan migas yang telah berproduksi (outflows) yang meningkat dari USD1,5 miliar menjadi USD1,8 miliar. Dengan demikian, PMA sektor migas secara neto mencatat surplus USD0,4 miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Juta USD Grafik 28 Perkembangan PMA Sektor Migas Sementara itu, kinerja PMA di sektor nonmigas secara neto meningkat dengan mencatat surplus USD3,3 miliar, lebih tinggi dibanding surplus USD2,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Juta USD Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * Angka Sementara Grafik 29 Perkembangan PMA Sektor Non Migas Investasi Portofolio Arus Masuk PMA Arus Keluar PMA PMA, neto Arus Masuk PMA Arus Keluar PMA PMA, neto Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * Angka Sementara Selama kurun waktu Tw.IV-2010, kinerja investasi portofolio sektor swasta sempat beberapa kali mengalami tekanan dari sisi eksternal. Kondisi tersebut menyebabkan kinerja investasi portofolio 27

36 sektor swasta neto tercatat menurun, menjadi surplus USD0,8 miliar, dibandingkan surplus USD1,2 miliar periode sebelumnya. Perkembangan ini terutama bersumber dari menurunnya arus masuk modal jangka pendek pada instrumen saham. Sementara itu, transaksi investor asing pada instrumen surat utang menunjukkan kenaikan surplus menjadi USD0,6 miliar dibanding periode sebelumnya (surplus USD3,0 juta). Peningkatan surplus surat utang sektor swasta tersebut lebih besar dari penurunan surplus pada instrumen surat berharga, sehingga secara keseluruhan investasi portofolio sektor swasta neto masih mencatat surplus. Juta USD Des Nop Okt Sep Aug Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Dec Nop Okt Sep Aug Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul Jun Sumber : BEI Neto Asing IHSG (RHS) Grafik 30 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG IHSG 4,000 3,600 3,200 2,800 2,400 2,000 1,600 1,200 Bauran dari dampak krisis utang di Eropa yang dipicu oleh krisis fiskal di Irlandia serta ketegangan politik di Semenanjung Korea memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia selama Tw.IV Dampak dari kondisi eksternal tersebut merambat kepada bursa saham regional, termasuk bursa saham domestik. Transaksi saham oleh asing tercatat mengalami penurunan menjadi net intflows USD46,0 juta, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (net inflows USD1,3 miliar). Meskipun demikian, perkembangan tersebut tidak mampu menghambat laju kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang 800 ditutup menguat pada level 3.703,5 atau meningkat sebesar 5,8% (q.t.q). Index 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Jan Feb Mar STI Singapore IHSG Apr Sumber : Bloomberg SET Thailand Phillipines Index (PCOMP) Malaysia Index (KLCI) Mei Jun Jul Grafik 31 Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN Dari sisi sektoral, indeks secara umum mengalami pertumbuhan yang positif. Pada Tw.IV-2010, sektor perdagangan & jasa dan pertambangan mengalami pertumbuhan indeks tertinggi, yaitu masing-masing 25,7% dan 24,4%. Semakin bergairahnya pasar bursa juga terlihat dari melonjaknya penawaran saham baru oleh beberapa emiten. Selama Tw.IV-2010, tercatat 11 (sebelas) emiten melakukan penawaran saham baru, meningkat dibanding triwulan sebelumnya (tujuh emiten). Sementara itu, pada periode laporan tidak ada emiten yang tercatat melakukan delisting. Investasi Lainnya Agust Sep Okt Nop Kinerja investasi lainnya sektor swasta neto pada Tw.IV-2010 menunjukkan perbaikan dengan mencatat surplus USD3,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD0,6 miliar). Kenaikan surplus tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana milik residen pada perbankan di luar negeri (sisi assets). Berkurangnya simpanan bank-bank domestik di perbankan luar negeri tersebut merupakan implikasi dari meningkatnya Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 28

37 kewajiban pembayaran luar negeri dan menyusutnyak etersediaan valas di dalam negeri seiring berkurangnya arus masuk modal investasi portofolio selama periode laporan. Sementara itu, di sisi liabilities, penarikan utang luar negeri (ULN) sektor swasta pada Tw.IV-2010 mencapai USD2,9 miliar, lebih rendah dibandingkan USD3,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Menurunnya penarikan ULN tersebut terjadi baik di sektor perbankan maupun korporasi. Di sisi lain, pembayaran ULN sektor swasta pada Tw.IV-2010 meningkat mencapai USD3,4 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (USD2,6 miliar). Juta USD 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Pembayaran Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * * data sementara Penarikan Grafik 32 Perkembangan Pembayaran dan Penarikan Utang Luar Negeri Sektor Swasta. 29

38 30 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

39 CADANGAN DEVISA Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia selama Tw.IV-2010, cadangan devisa pada akhir triwulan tersebut meningkat menjadi USD96,2 miliar, dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar USD86,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri selama 7,0 bulan. Adapun komponen cadangan devisa terdiri dari securities (surat-surat berharga) sebesar USD83,0 miliar (86,3% dari total cadangan devisa), currency & deposits sebesar USD6,8 miliar (7.0%), monetary gold sebesar USD3,3 miliar (3,4%), dan special drawing rights (SDR) sebesar USD2,7 miliar (2,8%) Bln Impor Juta USD 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q * Cadangan Devisa (RHS) Bulan Impor Grafik 33 Perkembangan Cadangan Devisa 31

40 32 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

41 INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL Kendatipun surplus transaksi berjalan pada Tw.IV menyusut, kondisi keseimbangan eksternal (tercermin pada rasio transaksi berjalan terhadap PDB) dan kontribusi sektor eksternal terhadap PDB (tercermin pada rasio ekspor dikurangi impor terhadap PDB) masih tetap baik. Di sisi lain, besarnya transaksi perdagangan menyebabkan derajat keterbukaan perekonomian Indonesia semakin meningkat (tercermin pada rasio ekspor ditambah impor terhadap PDB). Dari sisi finansial, indikator pada Tw.IV-2010 menunjukkan perbaikan (tercermin dari penurunan beberapa posisi ULN total, baik terhadap cadangan devisa maupun PDB) dari periode sebelumnya. Hal ini juga ditopang oleh semakin besarnya posisi cadangan devisa yang dikelola oleh Bank Indonesia pada akhir Desember Sementara itu debt service ratio (rasio beban pembayaran utang terhadap ekspor) meningkat, disebabkan oleh pola musiman terkait dengan meningkatnya pembayaran utang pada Tw.IV Tabel 21 Indikator Sustainabilitas Eksternal INDIKATOR * Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Transaksi Berjalan/PDB (%) 1) Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 1) Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 1) Debt Service Ratio (DSR) (%) 2) Posisi ULN Total/PDB (%) 3) Posisi ULN Jangka Pendek/PDB (%) 3) Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) Posisi ULN Jangka Pendek/Cadangan Devisa (%) Memorandum: PDB Harga Berlaku (kuartalan, juta USD) 113, , , , , , , ,058 PDB Harga Berlaku (annualized, juta USD) 508, , , , , , , ,483 Ekspor Barang & Jasa (juta USD) 29,563 33,527 37,402 41,925 38,954 41,465 44,043 50,527 Impor Barang & Jasa (juta USD) -22,898-26,044-30,514-32,874-34,038-36,811-38,522-44,017 Debt Service Payments (juta USD) -6,858-8,356-7,387-10,300-8,722-10,134-9,426-11,279 - Pemerintah -1,786-3,353-1,962-3,558-2,053-3,153-2,249-3,264 - Swasta (termasuk BUMN) -5,072-5,004-5,425-6,742-6,669-6,981-7,177-8,014 Posisi ULN Total (juta USD) 4) 150, , , , , , , ,344 Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 4) 27,079 28,230 31,356 31,673 33,102 33,672 38,363 39,884 Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 54,840 57,576 62,287 66,105 71,823 76,321 86,551 96,207 Keterangan: 1) Menggunakan PDB harga berlaku kuartalan 2) Debt Service Payments dibagi ekspor barang & Jasa 3) Menggunakan PDB harga berlaku annualized (penjumlahan PDB empat kuartal ke belakang) 4) Menggunakan angka sementara posisi utang luar negeri (bulan Des 2010-sementara) * Angka sementara 33

42 34 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

43 BOKS 1 Kebijakan Manajemen Arus Modal Perekonomian Indonesia relatif berdaya tahan tinggi di saat terjadi krisis keuangan global 2008/09 dan tumbuh tinggi di saat negara-negara lain dalam proses pemulihan dari krisis global tersebut. Berbagai pencapaian positif tersebut meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Di tengah melimpahnya likuiditas global (sebagai implikasi kebijakan quantitative easing di Negara-negara maju selama krisis), terus membaiknya kepercayaan internasional, serta lebarnya selisih suku bunga dalam dan luar negeri, mendorong arus masuk modal ke pasar keuangan domestik, terutama yang berjangka pendek (investasi portfolio). Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam manajemen kebijakan moneter, mengingat karakteristik arus modal jangka pendek yang volatile dan mudah berbalik arah. Guna menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, Bank Indonesia mengeluarkan serangkaian kebijakan terkait dengan manajemen arus modal di tahun 2010 yang berdampak pada komponen neraca transaksi keuangan dalam neraca pembayaran Indonesia. Paket Kebijakan Juni 2010 Dinamika perekonomian selama tahun 2010 masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, baik dari sisi eksternal maupun domestik. Pemulihan ekonomi dan pasar keuangan global menghadapi berbagai ketidakpastian, misalnya, krisis fiskal yang membelit beberapa negara Eropa menjadi potensi risiko yang dapat mengancam pemulihan ekonomi global dan memicu kembalinya gejolak di pasar keuangan. Sementara itu, keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan terus meningkat belum ditopang oleh struktur mikro pasar keuangan yang dalam dan likuid. Bahkan, pasar keuangan masih mengalami kelebihan likuiditas karena tidak mengalir optimal ke sektor riil. Untuk menjaga stabilitas moneter, Bank Indonesia harus menjaga keseimbangan jumlah likuiditas di pasar keuangan agar sesuai dengan kemampuan ekonomi untuk menyerapnya, antara lain melalui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dengan kondisi pasar keuangan domestik yang masih belum dalam dan terbatasnya instrumen keuangan yang tersedia, lalu lintas modal ke SBI dalam skala besar (in out) menyebabkan nilai tukar rupiah cenderung fluktuatif serta menimbulkan komplikasi bagi pengelolaan kebijakan moneter. Hal inilah yang mendorong Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan 16 Juni Diantaranya, yang terkait dengan manajemen arus modal adalah: 1) Penyempurnaan ketentuan mengenai Posisi Devisa Netto (PDN); 2) Penerapan minimum one-month holding period (OMH) Sertifikat Bank Indonesia (SBI); dan 3) Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan (informasi lebih lanjut dapat dilihat pada Dikeluarkannya kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkuat stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan pada saat bersamaan memperkuat ketahanan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak perekonomian. Dampak Penerapan Kebijakan OMH terhadap Aliran Masuk dana Asing Dalam Rangka Investasi Portofolio Pelaksanaan sejumlah kebijakan yang diambil Bank Indonesia tersebut mempengaruhi preferensi investor asing dalam membeli instrumen surat utang yang ada di pasar keuangan. Selama semester II-2010, investor asing lebih banyak membeli SBN (USD3,8 miliar, atau meningkat 70,9%) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Sebaliknya, kepemilikan asing di SBI cenderung menurun. Selama Semester II-2010 pembelian SBI oleh asing sebesar USD1,5 miliar, menurun 39,2% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. 35

44 Transaksi Asing di SBI dan SUN Kebijakan yang Diterapkan Bank Indonesia pada Tahun ,000 5,000 SBI SBN kec. Global Bond 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Sem II 09 Sem II 10 Paket Kebijakan Desember 2010 Menjelang akhir tahun 2010, Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan lanjutan yang ditujukan untuk memperkuat stabilitas moneter, mendorong peran intermediasi perbankan, meningkatkan ketahanan perbankan, memperkuat kebijakan makroprudensial, dan memperkuat fungsi penguatan (penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Bagian dari paket kebijakan tersebut yang mempengaruhi manajemen arus modal antara lain: (1) Menerapkan kembali batasan posisi Saldo Harian Pinjaman Luar Negeri (PLN) Bank Jangka Pendek maksimal 30% dari modal bank. Kebijakan ini akan diberlakukan paling lambat akhir Januari 2011 dengan masa transisi 3 bulan. Kebijakan ini untuk memperkuat prinsip kehati hatian dalam mengelola PLN Jangka Pendek, sambil tetap memberikan peluang untuk mendorong sektor riil. (2) Meningkatkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) valas secara bertahap dari 1% DPK valas menjadi 8% DPK valas: Tahap I: menaikkan GWM Valas dari 1% menjadi 5%, efektif berlaku pada tanggal 1 Maret Tahap II: menaikkan GWM Valas dari 5% menjadi 8%, efektif berlaku pada tanggal 1 Juni Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkuat manajemen likuiditas valas perbankan dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan valas baik dari penarikan DPK valas maupun kebutuhan valas lainnya. Kebijakan ini juga ditujukan untuk memperkuat pengelolaan arus modal asing oleh Bank Indonesia terkait dengan upaya memitigasi risiko terhadap arah pembalikan arus modal asing yang besar dan tiba tiba. 36

45 Box 2 Dampak Pemberlakukan Moratorium TKI terhadap Jumlah TKI dan Remitansi Kebijakan pemerintah untuk menghentikan sementara (moratorium) penempatan TKI ke 3 negara (Malaysia, Kuwait dan Yordania) sejak tahun 2009 telah mengakibatkan penurunan penempatan TKI sebesar 15,0% (2009) dan 10,4% (2010), serta penurunan jumlah TKI sebesar 1,3% (2009) dan 4,2% (2010). Jumlah TKI akhir tahun 2010 diperkirakan menjadi 4,2 juta orang. Kebijakan moratorium tersebut tampak relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap total remitansi TKI, karena adanya peningkatan permintaan TKI dari beberapa negara lain yang rata-rata gajinya lebih tinggi. Kebijakan Pemerintah moratorium penempatan TKI Dalam upaya perbaikan pelayanan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri, sejak 2009 Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penghentian sementara pengiriman TKI atau dikenal dengan istilah moratorium TKI. Penghentian pengiriman TKI ini utamanya ditujukan bagi TKI yang bekerja sebagai penatalaksana rumah tangga/domestic helpers (TKI informal) di 3 negara yaitu Malaysia sejak 25 Juni 2009; Kuwait sejak 14 September 2009; dan Yordania sejak 29 Juli Alasan diberlakukannya kebijakan moratorium TKI ke Kuwait adalah belum adanya jaminan perlindungan terhadap TKI, sedangkan penghentian sementara pengiriman TKI ke Yordania dan Malaysia selain terkait dengan masalah perlindungan TKI, juga karena masih relatif rendahnya gaji yang diterima TKI yaitu sekitar Rp1 juta per bulan. Dampak moratorium TKI Dampak Moratorium terhadap Jumlah Penempatan dan Jumlah TKI Pemberlakuan moratarium TKI berdampak pada penurunan jumlah penempatan TKI secara total. Jumlah penempatan TKI tahun 2010 menurun menjadi sekitar 570 ribu orang dari 635 ribu orang di tahun sebelumnya (turun sebesar 10,4% (grafik 1). Dari ke-3 negara dimana kebijakan moratorium diberlakukan, Malaysia mengalami jumlah penurunan terbesar untuk penempatan TKI khususnya di sektor informal dari 256 ribu orang tahun 2008 menjadi 116 ribu orang di 2010 (turun 54,8%); sedangkan di Kuwait turun dari 38 ribu orang tahun 2008 menjadi sekitar seribu orang di 2010 (turun 98,5%); dan di Yordania turun dari 11 ribu orang tahun 2008 menjadi sekitar 6 ribu orang di tahun 2010 (turun 48,9%). ribu orang Grafik 1. Jumlah Penempatan TKI di Malaysia, Kuwait, Yordania & Total Malaysia Kuwait Yordania Total Jumlah Penempatan TKI ribu orang 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 2. Jumlah TKI di Malaysia, Kuwait, Yordania, & Total Malaysia Kuwait Yordania Total Jumlah TKI Disamping itu, penurunan penempatan TKI khususnya di tahun 2009 juga dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Hal ini tercermin dari turunnya permintaan TKI formal dari 243 ribu orang di 2008 menjadi 106 ribu orang (turun 56,3%), terutama terjadi di Amerika Serikat (turun 98%) dan Korea (turun 84%). Namun, pada periode yang sama, turunnya permintaan TKI informal sebagai dampak berlakunya moratorium dioffset dengan kenaikan penempatan TKI informal di negara lainnya sehingga total penempatan TKI informal tahun 2009 meningkat 4,9% menjadi 530 ribu orang. 37

46 Moratorium TKI juga berdampak terhadap perbaikan komposisi penempatan TKI yang bekerja pada sektor fomal dan informal. Pada tahun 2009, perbandingan komposisi jumlah penempatan TKI fomal dan informal adalah 17% : 83%, sedangkan setelah moratorium berjalan 1 tahun, komposisi penempatan TKI formal pada tahun 2010 meningkat menjadi 28%, dan TKI informal turun menjadi 72%. Seiring dengan turunnya jumlah penempatan TKI tersebut, jumlah TKI yang bekerja di LN pada tahun 2010 menjadi sekitar 4,2 juta orang atau turun 4,2% dari tahun 2009 yang berjumlah sekitar 4,39 juta orang (grafik 2). Persentase penurunan jumlah TKI yang tidak setajam penempatan TKI disebabkan pada saat periode yang sama terdapat kenaikan permintaan TKI pada beberapa negara seperti UEA (19,6%), Singapura (11,4%), dan Arab Saudi (1,1%) sehingga dapat mengurangi dampak moratorium TKI. Jumlah TKI pada ke-3 negara yang diberlakukan moratorium mengalami penurunan yaitu di Malaysia turun 11,2% dari 2,14 juta orang di 2008 menjadi 1,90 juta orang di 2010; di Kuwait turun 54,5% dari 77 ribu orang di 2008 menjadi 35 ribu orang di 2010; dan di Yordania turun 9,6% dari 72 ribu orang di 2008 menjadi 65 ribu orang di Berdasarkan jenis pekerjaan, secara total jumlah TKI informal turun sebanyak 93 ribu orang dari 2,88 juta orang di 2009 menjadi 2,79 juta orang di 2010, sedangkan jumlah TKI formal pada periode yang sama turun sebanyak 86 ribu orang dari 1,34 juta orang menjadi 1,25 juta orang. Penurunan jumlah tersebut relatif tidak berpengaruh terhadap komposisi TKI berdasarkan jenis pekerjaan yakni: 66% TKI informal, 30% TKI formal dan 4% TKI professional (grafik 3). Mengingat kebutuhan TKI informal di Malaysia sangat tinggi, kebijakan penghentian pengiriman TKI kemungkinan dapat mendorong arus TKI ilegal ke Malaysia. ribu orang 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 3. Jumlah TKI per Jenis Pekerjaan di Malaysia, Kuwait, Yordania, & Total Malaysia Kuwait Yordania Total TKI Profesional TKI Formal TKI Informal jutausd 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Grafik 4 Remitansi TKI vs Surplus Current Account 6,618 6,618 6,735 6, , Remitansi TKI Current Account Dampak Moratorium terhadap Remitansi TKI Meski jumlah TKI turun selama pemberlakukan moratorium, remitansi cenderung stabil, bahkan tahun 2010 sedikit meningkat menjadi USD6,7 miliar (2009: USD 6.6 miliar). Hal tersebut terkait adanya kenaikan permintaan TKI oleh negaranegara di luar 3 negara yang memberlakukan moratorium seperti Singapura, UEA dan Saudi Arabia, yang memberikan gaji secara rata-rata lebih tinggi dari ke-3 negara yang diberlakukan moratorium. Sementara itu, kontribusi remitansi TKI terhadap surplus current account menunjukkan trend yang meningkat sebagaimana tercermin dari peningkatan surplus transfer berjalan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemberlakuan moratorium TKI relatif belum berpengaruh signifikan terhadap penurunan inflow remitansi TKI sehingga peranannya sebagai salah satu penyumbang surplus current account tetap terjaga. 38

47 BOKS 3 Dampak Derasnya Aliran Masuk Modal Asing terhadap Transaksi Berjalan Dalam lima tahun terakhir, aliran masuk modal asing (foreign capital inflows/financial account liabilities) mengalami tren peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 2010, yaitu sebesar USD 31,7 miliar (naik 65,5% yoy). Selama kurun waktu tersebut, penurunan aliran masuk modal asing hanya terjadi di tahun 2008 sebagai dampak merebaknya krisis keuangan global. Aliran masuk modal asing tersebut terutama ditopang oleh investasi portofolio. Kewajiban investasi portofolio di tahun 2010 mencapai USD15,7 miliar (50% dari total aliran masuk modal asing), meningkat 1,5 kali lipat dari 2009 sebesar USD10,5 miliar. Walaupun dalam skala yang lebih kecil (40% dari total aliran masuk modal asing), aliran investasi asing langsung yang tercatat sebesar USD12.7 miliar di tahun 2010 meningkat tajam (161%) dibanding tahun 2009 sebesar USD4,9 miliar sebagai cerminan membaiknya iklim investasi domestik dan berkurangnya persepsi risiko di dalam negeri. Faktor-faktor yang memicu tingginya aliran masuk modal asing tersebut adalah besarnya likuiditas global, relatif baiknya perekonomian domestik, dan imbal hasil yang menguntungkan. Grafik 1 Aliran Masuk Modal Asing Derasnya aliran masuk modal asing selain berdampak pada peningkatan surplus transaksi modal dan finansial dalam Neraca Pembayaran Indonesia juga menambah jumlah kepemilikan asing atas aset finansial domestik (tercermin dari posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN) Indonesia dalam Statistik Posisi Investasi Internasional Indonesia). Peningkatan kepemilikan asing pada aset domestik tersebut pada gilirannya akan menambah imbal hasil atas modal investasi tersebut yang tercatat sebagai outflow pendapatan investasi dalam neraca pendapatan di Neraca Pembayaran Indonesia. Mengingat inflow pendapatan investasi yang lebih rendah sejalan dengan lebih kecilnya posisi aset finansial luar negeri (AFLN) dibanding KFLN Indonesia serta struktur AFLN yang didominasi oleh cadangan devisa dengan imbal hasil yang lebih relatif kecil, naiknya outflow pendapatan investasi akan menambah defisit neraca pendapatan. 39

48 Grafik 2 Aliran Keluar Pendapatan Investasi Pendapatan investasi yang diterima investor asing (investment income, outflow) terus mengalami peningkatan sebagai cerminan menariknya imbal hasil investasi di Indonesia. Pendapatan investasi tersebut terutama berasal dari investasi langsung, baik berupa pembayaran dividen maupun dalam bentuk laba yang ditanam kembali (reinvested earnings-re). Pendapatan investor asing dari investasi portofolio (berupa dividen dan bunga, tidak termasuk capital gain) juga mengalami peningkatan. Sementara itu, pendapatan investasi lainnya berupa pembayaran bunga pinjaman luar negeri cenderung menurun sejalan dengan relatif murahnya suku bunga pinjaman luar negeri. Besarnya imbal hasil investasi di Indonesia juga menggambarkan perbaikan kinerja keuangan perusahaan emiten di Indonesia yang terefleksi dari naiknya rata-rata Return on Equity (ROE) pada tahun Grafik 3 Return on Equity % Sumber: BEI 40

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Mei 211 kang LAPORAN NERACAA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Tw. I-211 1 Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA November 2011 kang LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan III-2011 1 Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Agustus 2111 kang LAPORAN NERACAA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan II-211 1 Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H.

Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 135 Telepon : (21) 3818328 Faksimili

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017 Agustus Mei 2013 2017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2016 Agustus Mei 2013 2016 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016 Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Triwulan IV 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016 Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Triwulan IV 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2016 Agustus Agustus 20132016 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan II 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara

Lebih terperinci

Realisasi Triwulan I-2015

Realisasi Triwulan I-2015 Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I-2015 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2018

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2018 Agustus Mei 2013 2018 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2018 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

Realisasi Triwulan III 2017

Realisasi Triwulan III 2017 Agustus November 20132017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan III 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara

Lebih terperinci

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2017

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2017 Agustus Agustus 20132017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan II 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Agustus 2013 0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan IV-2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Agustus 2013 0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan III-2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Februari 213 Kan? kang LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan IV-212 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Realisasi 2007 Proyeksi 2008 Februari 2008

Realisasi 2007 Proyeksi 2008 Februari 2008 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi 27 Proyeksi 28 Februari 28 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 27 PROYEKSI 28 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 2 Realisasi 27 dan Proyeksi 28 DAFTAR

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Edisi Publikasi November 28 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan III 28 1 Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H. 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 135 Telepon : (21) 3818328 Faksimili

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H. Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 17 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 135 Telepon : (21) 3818328 Faksimili

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H.

Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Edisi Publikasi Februari 2009 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan IV 2008 Realisasi 2008 1 Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 Neraca Pembayaran Indonesia

BAB 3 Neraca Pembayaran Indonesia BAB 3 Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Indonesia 217 menunjukkan kinerja positif, didorong pemulihan ekonomi global dan perbaikan keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek ekonomi domestik.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat No. 56/10/32/Th. XIX, 2 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat Agustus 2017 Ekspor Agustus 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juli 2010 Ekspor & Impor Beberapa Produk

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015. BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 2006 PRAKIRAAN TW I-2007 PROYEKSI

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 2006 PRAKIRAAN TW I-2007 PROYEKSI LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 2006 PRAKIRAAN TW I-2007 PROYEKSI 2007-2008 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL dan GRAFIK Halaman RINGKASAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NPI 2006 1 TRANSAKSI

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014* TABEL 1 RINGKASAN 2014 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 I. Transaksi Berjalan -4,926-9,592-7,040-5,958-27,516-4,178-4,250-4,011 A. Barang 1) 3,350-375 1,560 2,448 6,983 3,063 4,130 4,054 - Ekspor 43,937

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER No.68/11/32/Th.XVII, 16 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$2,23 MILYAR Nilai

Lebih terperinci