BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAPPEDA KAB. LAMONGAN"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Kondisi Geografi Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6º sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur sampai bujur timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara Ha atau % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0 25 meter seluas 50,17 %, sedangkan ketinggian meter seluas 45,68%, selebihnya 4.15 % berketinggian diatas 100 meter diatas permukaan air laut, dan memiliki panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Bab II-1

2 Gambar Peta Wilayah Kabupaten Lamongan Wilayah Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi tiga karakteristik yaitu : Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. Kondisi tata guna tanah Kabupaten Lamongan Tahun 2010 adalah sebagai berikut : Bab II-2

3 Tabel Kondisi Tata Guna Tanah Kabupaten Lamongan No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%) 1 Permukiman ,00 7,19 2 Sawah Irigasi , Sawah Tadah Hujan , Perkebunan 9.919, Hutan , Hutan Rakyat 7.098, Tambak 1.380, Sungai 8.760, Waduk 8.719, Tegalan/Ladang , Pertambangan 500, Peruntukan Lainnya (rawa,tanah tandus dll) 5.997, Sumber : RTRW Kabupaten Lamongan Tahun Topografi Jumlah , Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-20 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Tabel Luas Daerah Per Kecamatan Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Lamongan No. Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% Luas (Ha) 1 Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Bab II-3

4 No. Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% > 40% Luas (Ha) 5 Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong JUMLAH Sumber : Lamongan Dalam Angka Klimatologi Aspek klimatologi ditinjau dari kondisi suhu dan curah hujan. Keadaan iklim di Kabupaten Lamongan merupakan iklim tropis yang dapat dibedakan atas 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Mei, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada Tahun 2009 dari Bab II-4

5 hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak mm dan hari hujan tercatat hari. 3. Hidrologi Kabupaten Lamongan dilewati oleh 3 (tiga) sungai besar yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 68 km, Kali Blawi sepanjang ± 33 km dan Kali Lamong sepanjang ± 32 km serta dialiri beberapa sungai kecil. Selain dialiri oleh ketiga sungai besar tersebut, kondisi hidrologi ditentukan oleh adanya telaga dan mata air yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk minum dan sarana rekreasi masyarakat. Kabupaten Lamongan mempunyai morfologi yang relatif datar bahkan pada beberapa wilayah dijumpai cekungan cekungan yang saat ini berupa rawa. Di beberapa daerah masih terdapat area dengan keadaan genangan yang berlangsung periodik selama setengah bulan sampai dengan tiga bulan diwaktu musim kemarau. 4. Wilayah Rawan Bencana Alam Wilayah rawan bencana di Kabupaten Lamongan sebagian besar karena adanya wilayah yang mempunyai ketinggian 0 7 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut berpotensi rawan terhadap risiko banjir/tergenang. Lokasi wilayah rawan terhadap resiko banjir adalah pada kecamatan yang dilalui Sungai Bengawan Solo dan kecamatan yang berada pada posisi Bengawan Jero. Lokasi kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Babat, Maduran, Sekaran, Karanggeneng, Laren, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. 5. Kawasan Lindung. Penetapan Kawasan Lindung di Kabupaten lamongan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor : 55 Tahun 2000 yang meliputi: Bab II-5

6 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya Kawasan perlindungan setempat Kawasan suaka alam dan cagar budaya Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terdiri dari a) Kawasan Hutan Lindung seluas 252,90 Ha yang terdapat di Kecamatan Sugio, Sambeng, Modo dan Ngimbang, b) Kawasan lindung lainnya, c) Kawasan Resapan Air. Sedangkan kawasan perlindungan setempat terdiri dari: a) Kawasan sekitar mata air, b) Sempadan Sungai: c) Kawasan Sekitar Telaga, d) Kawasan sekitar waduk, e) sekitar rawa. Suaka alam cagar budaya adalah: a) Kawasan Suaka, b) Kawasan Suaka alam laut dan perairan lainnya, c) Kawasan pantai. Daerah yang merupakan kawasan cagar alam geologi adalah Goa Maharani di Kecamatan Paciran yang merupakan bentukan batuan sedimen yang membentuk stalakmit dan stalaktit. Goa Maharani saat ini sudah dikonservasi dan menjadi tempat wisata Kondisi Demografi Laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat tidak selalu tergantung pada pertumbuhan ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Adapun pertumbuhan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun Jumlah Laki-Laki % Perempuan % , , , , , , , , , ,01 Bab II-6

7 Berdasarkan tabel diatas Kabupaten Lamongan mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2006 sampai tahun 2010 adalah sebesar 1,92%. Pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat ini selain dapat menjadi potensi sumber daya pembangunan juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan baru di masa mendatang apabila tidak diantisipasi dengan baik. Melihat perkembangan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, Pemerintah Kabupaten Lamongan senantiasa akan mendorong penyebaran penduduk yang merata dengan memacu pertumbuhan wilayah kecamatan yang masih tertinggal. 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupaten Lamongan ditentukan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu kondisi secara makro diantaranya perkembangan situasi perekonomian nasional maupun internasional serta berbagai kebijakan Pemerintah Pusat baik yang berkaitan dengan sektor riil maupun moneter yang mempengaruhi perekonomian regional Jawa Timur, termasuk Lamongan. Kondisi tersebut di pertengahan tahun 2010 sudah mulai membaik dilihat dari menguatnya nilai Rupiah, meningkatnya pendapatan per kapita penduduk dan tingkat inflasi yang relatif rendah. Walaupun kondisi makro sangat menentukan, namun demikian tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan secara umum juga ditentukan oleh faktor-faktor internal yang berasal dari daerah itu sendiri seperti ketersediaan sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia, kemampuan mengadaptasi teknologi terkini, serta meningkatnya permodalan dan kewirausahaan. Seiring adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, dan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang didukung oleh kondisi politik dan Bab II-7

8 keamanan yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Lamongan. Kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lamongan pada lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, yakni dari 5,39% pada tahun 2006 meningkat menjadi 6,89% pada tahun Sementara laju inflasi Kabupaten Lamongan mengalami penurunan dari 5,74 % pada tahun 2007, menjadi 4,24 % pada tahun PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalalah pertumbuhan riil yang tidak dipengaruhi oleh unsur kenaikan harga atau inflasi. Berikut disajikan perkembangan PDRB dengan Harga Konstan Kabupaten Lamongan dibawah ini. Tabel Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Lamongan ( Juta Rupiah) Lapangan Usaha Rp Rp Rp Rp Rp Pertanian , , , , ,71 Pertambangan dan Penggalian 7.990, , , , ,56 Industri Pengolahan , , , , ,74 Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , ,70 Bangunan/Konstruksi , , , , ,68 Perdagangan, Hotel & Restoran , , , , ,02 Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,66 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,30 Jasa-Jasa , , , , ,83 Jumlah , , , , ,48 Sumber : BPS Kabupaten Lamongan Bab II-8

9 2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Berlaku merupakan salah satu indikator ekonomi yang memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu. Berikut disajikan perkembangan PDRB dengan Harga Berlaku Kabupaten Lamongan dibawah ini. Tabel Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamongan ( Juta Rupiah) Lapangan Usaha Rp Rp Rp Rp Rp Pertanian , , , , ,75 Pertambangan dan Penggalian , , , , ,51 Industri Pengolahan , , , , ,10 Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , ,52 Bangunan/Konstruksi , , , , ,62 Perdagangan, Hotel & Restoran , , , , ,82 Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,45 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,39 Jasa-Jasa , , , , ,14 Jumlah , , , , ,30 Sumber : BPS Kabupaten Lamongan Bab II-9

10 3. Kontribusi PDRB Prosentase masing-masing sektor terhadap total PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Berikut disajikan perkembangan Kontibusi PDRB Kabupaten Lamongan dibawah ini. Tabel Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun Kabupaten Lamongan ( %) Lapangan Usaha ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB Pertanian 54,27 49,55 53,35 47,62 52,49 46,22 51,74 45,84 50,65 44,97 Pertambangan dan Penggalian 0,16 0,23 0,17 0,23 0,16 0,22 0,15 0,21 0,15 0,20 Industri Pengolahan 4,84 4,72 5,10 4,92 5,16 4,91 5,21 4,97 5,24 5,05 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,12 0,89 1,12 0,86 1,14 0,82 1,14 0,78 1,13 0,81 Bangunan/Konstruksi 2,81 3,10 2,81 3,04 2,73 3,08 2,66 2,88 2,57 2,73 Perdagangan, Hotel & Restoran 23,40 26,26 23,98 28,33 24,69 29,70 25,42 30,61 26,13 31,33 Pengangkutan dan Komunikasi 1,63 1,84 1,65 1,98 1,76 2,12 1,79 2,11 1,79 2,11 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,19 3,17 3,36 3,30 3,44 3,31 3,59 3,31 3,76 3,49 Jasa-Jasa 8,58 10,24 8,46 9,72 8,43 9,62 8,30 9,29 8,58 9,31 Jumlah Bab II-10

11 4. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan besarnya tingkat kenaikan nilai PDRB Atas Harga Konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan selama periode terus mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan adanya perbaikan perekonomian seiring dengan meningkatnya iklim investasi yang didukung dengan stabilitas ekonomi yang semakin baik. Adapun laju pertumbuhan ekonomi tahun adalah sebagai berikut. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Menurut Langan Usaha Kabupaten Lamongan Tahun (%) Lapangan Usaha Pertanian 3,63 4,00 4,47 4,82 4,63 Pertambangan dan Penggalian 2,98 8,06 1,56 0,91 1,48 Industri Pengolahan 9,26 10,88 7,93 7,13 7,63 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,46 5,19 8,14 6,41 5,80 Bangunan/Konstruksi 4,52 5,75 3,19 3,28 3,50 Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,72 8,40 9,36 9,43 9,85 5,13 7,04 13,83 7,75 6,83 12,36 11,22 8,84 10,73 12,23 Jasa-Jasa 3,71 4,60 5,63 4,92 10,45 Jumlah 5,39 5,76 6,22 6,31 6,89 Bab II-11

12 5. Laju Inflasi Laju inflasi Kabupaten Lamongan dalam tiga tahun terakhir menunjukkan trend menurun, hal ini memberikan indikasi bahwa kegiatan ekonomi di Kabupaten lamongan terus berlangsung dan semakin baik. Adapun Laju inflasi PDRB Kabupaten Lamongan tahun adalah sebagai berikut. Tabel Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Lamongan Tahun (%) Lapangan Usaha Inflasi 5,74 9,19 4,24 6. PDRB Per Kapita Indikator lain untuk mengetahui kinerja perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah PDRB perkapita maupun pendapatan regional perkapita. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir PDRB perkapita maupun pendapatan regional perkapita Kabupaten Lamongan terus membaik. Adapun PDRB perkapita maupun pendapatan regional perkapita Kabupaten Lamongan tahun adalah sebagai berikut. Tabel PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamongan Tahun (Rp.) Lapangan Usaha PDRB per Kapita Pendapatan Regional per Kapita Bab II-12

13 Kedua indikator mengalami peningkatan yang relatif sama, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamongan semakin baik. Kinerja investasi yang diharapkan mampu mendukung peningkatan akselerasi perekonomian daerah, relatif masih belum optimal. Walaupun demikian dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan realisasi investasi khususnya di bidang Pariwisata, Industri dan Perhubungan khususnya di wilayah Pantura. Realisasi pengembangan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Mazoola, Lamongan Integrated Shore Base (LIS), dan pembangunan Pelabuhan ASDP diharapkan Bab II-13 semakin meningkatkan kegiatan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan. Pengembangan kawasan perdagangan di kota Lamongan dan Babat diharapkan juga semakin meningkatkan kinerja perekonomian daerah dan kapasitas fiskal Lamongan. Walaupun Pemerintah Kabupaten telah berusaha meningkatkan investasi dengan skala besar, namun perlu disadari bahwa peningkatan investasi di sektor Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM) sebagai salah satu basis perekonomian masyarakat sangat diperlukan, disamping sektor Pertanian Kesejahteraan Sosial 1. Pendidikan Berdasarkan kondisi tahun 2007 jumlah penduduk penyandang buta aksara berusia tahun berjumlah orang, dari semuanya telah tuntas dilakukan pemberantasan. Sedangkan penyandang buta aksara usia 45 s/d 65 tahun keatas orang, terhadap permasalahan ini pemerintah pusat, propinsi dan daerah secara bertahap berupaya melakukan pemberantasan buta huruf melalui Program Keaksaraan Fungsional (KF) dengan melibatkan lembaga lain. Hasil perkembangannya penyandang Buta Aksara Tahun 2009 menjadi orang dan pada tahun 2010 berkurang

14 menjadi tinggal orang. Kualitas pendidikan di Kabupaten Lamongan masih belum merata, disebabkan distribusi tenaga pendidik/guru yang tidak merata, dan kualitas sarana prasarana pendidikan yang kurang baik. Sedangkan kurangnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh kualitas SDM dari tenaga pendidik, sehingga diperlukan peningkatan kualitas mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melalui penyetaraan kualifikasi guru menjadi minimal S-1. Sementara di sektor pendidikan tinggi, khususnya beasiswa yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin masih perlu untuk ditingkatkan. Sebagaimana diamanatkan Amandemen Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (2) : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, Dengan demikian pemerintah wajib menyiapkan segala prasarana dan sarana, namun hambatannya adalah kondisi prasarana gedung SDN di Kabupaten Lamongan kurang baik. Dari 617 gedung SD, yang kondisinya baik sejumlah ruang kelas rusak berat berjumlah ruang kelas dan rusak sedang berjumlah 909 ruang kelas. Upaya rehabilitasi selalu dilakukan setiap tahun, namun karena dana pemeliharaan yang terbatas, dilain pihak tingkat kerusakannya sudah parah maka kondisi gedung SD tidak banyak berubah. Oleh karena itu perlu kiranya memprioritaskan penanganan rehabilitasi gedung SD secara tuntas.selama periode 5 tahun ( ) keberadaan sarana dan prasarana pendidikan (Lembaga) untuk jenjang pendidikan SD/MI terus mengalami penurunan dengan adanya Regrouping rata-rata sebesar 2,90%, untuk jenjang SMP/MTs mengalami kenaikan ratarata sebesar 2,37% dan untuk jenjang SMA/SMK/MA mengalami rata rata sebesar 3,34% dan untuk jenjang Perguruan Tinggi relatif stabil. Bab II-14

15 No Tabel Sarana Pendidikan Kabupaten Lamongan Tahun Jenjang Pendidikan Banyaknya SD/MI SLTP/MTs SMU/MA SMK PT Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan Secara umum salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Kabupaten Lamongan adalah lemahnya manajemen sekolah. Manajemen sekolah yang baik merupakan kekuatan dominan menuju keberhasilan pendidikan. Solusi kearah pengelolaan sekolah yang baik telah dirintis dengan menerapkan dan mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diseluruh lembaga pendidikan. Program ini telah dirintis dan diuji coba oleh UNICEF & UNESCO di Kabupaten Lamongan sejak tahun Selain meningkatkan manajemen sekolah, unsur penting lainnya adalah penambahan kualifikasi pendidik karena mutu pendidikan terutama masih dipengaruhi oleh kualitas SDM dari tenaga pendidik (guru), sehingga dalam prioritas Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengatasi masalah hal ini adalah dengan meningkatkan kualitas mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam hal ini salah satu wujudnya dengan penyetaraan kualifikasi guru menjadi minimal berijazah S-1. Bab II-15

16 No Perkembangan bidang pendidikan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Perkembangan Kinerja Bidang Pendidikan Kabupaten Lamongan Tahun Uraian Satuan Bab II-16 Tahun APK SD/MI % 106,19 116,19 117,35 115,80 115,20 2 APK SMP/MTS % 99,62 112,41 112,43 112,93 120,54 3 APK SMA/SMK/MA % 59,70 75,11 74,14 76,77 87,34 4 APM SD/MI % 99,88 99,89 99,91 99,92 99,93 5 APM SMP/MTS % 76,25 87,71 84,82 84,83 90,01 6 APM SMA/SMK/MA % 46,26 52,40 53,79 53,81 60,01 4 Rasio Guru per Siswa SD/MI % 13,30 9, ,81 5 Rasio Guru per Siswa SMP/MTS % 10,93 9, ,55 8,26 6 Rasio Guru per Siswa SMA/SMK/MA % 9,1 8,75 9 8,28 8,84 2. Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Kesehatan adalah investasi yang mengandung makna bahwa kesehatan adalah kekayaan dan anugerah yang patut disyukuri, dijaga, dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Pembangunan kesehatan di Kabupaten Lamongan telah dilaksanakan melalui program-program Pelayanan Kesehatan dan Upaya Kesehatan Rujukan, Kesehatan Keluarga, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Makanan dan Minuman, dan Sumber Daya Kesehatan. Untuk menunjang pelayanan di Bidang Kesehatan, Kabupaten Lamongan telah melengkapi sarana dan prasarana antara lain : Pusling sebanyak 44 unit, Puskesmas 33 unit, Puskesmas Pembantu 108 unit, Polindes 403 unit, Posyandu unit.

17 Sumber Daya Manusia Kesehatan yang tersedia adalah: Tenaga Medis sebanyak 353 orang, Paramedis Perawatan orang, Non Paramedis Perawatan 389 orang dan Non Perawatan 832 orang, serta didukung oleh Tenaga Kader Kesehatan sebanyak orang, Rumah Sakit Swasta 4 unit dan Rumah Sakit Daerah (RSD. Dr. Soegiri) 1 unit, Balai Pengobatan 35 unit, Rumah Bersalin 3 unit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) 3 unit dan Apotik sebanyak 53 unit. Puskesmas sebagai pelayan kesehatan terdepan pada tahun 2010 mampu melayani orang, sedangkan pelayanan kesehatan rujukan yang dilakukan Rumah Sakit Umum pada tahun 2010 sebanyak orang, peningkatan jumlah kapasitas pelayanan ini disebabkan karena semakin bertambahnya poli pelayanan dan penambahan dokter spesialis. Perkembangan bidang kesehatan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Perkembangan Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun No Uraian Satuan Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang % 88 91,11 92,38 96,48 96,52 1 Memiliki Kompetensi 2 Cakupan Desa / Kelurahan Universal % 99,16 96,95 88,82 88,82 89,03 Child Immunization (UCI) 3 Pencegahan dan Pemberantasan % 90,28 88,01 96,21 97, Penyakit TB Paru 4 Kecamatan Bebas Rawan Gizi % 88 92,59 92,59 92,59 96,3 3. Pertanian Selama lima tahun terakhir kontribusi sektor pertanian masih dominan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lamongan. Sektor pertanian ini didukung oleh sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan serta Bab II-17

18 sub sektor perikanan. Kontribusi sektor pertanian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Kontribusi Sektor Pertanian Dalam PDRB Kabupaten Lamongan Tahun ( %) Lapangan Usaha ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB Pertanian 54,27 49,55 53,35 47,62 52,49 46,22 51,74 45,84 50,65 44,97 Tanaman Bahan Makanan 35,11 31,31 34,10 30,01 33,04 28,80 31,98 28,46 30,68 27,73 Tanaman Perkebunan 1,06 0,75 1,22 0,83 1,29 0,88 1,29 0,92 1,23 0,93 Peternakan dan Hasil-Hasilnya 1,70 1,87 1,63 1,69 1,58 1,58 1,54 1,48 1,56 1,53 Kehutanan 0,09 0,12 0,08 0,11 0,08 0,11 0,03 0,04 0,02 0,03 Perikanan 16,31 15,50 16,32 14,98 16,50 14,85 16,90 14,94 17,16 15,25 Tahun 2010 produksi pertanian kenaikannya cenderung variatif dan sebagian besar telah memenuhi target yang ditetapkan, namun demikian masih ada beberapa komoditi yang belum memenuhi target. Untuk komoditi tanaman padi pada tahun 2010 produksinya mencapai ton GKG, terjadi peningkatan rata-rata sebesar 2,61 %. Kenaikan produksi juga terjadi pada komoditi jagung, dimana pada tahun 2010 produksinya ton atau meningkat rata-rata sebesar 5,02 %. Data selengkapnya produksi komoditi pertanian Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 sebagaimana tabel berikut : Bab II-18

19 Tabel Data Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Lamongan Tahun Th Th Th Th Th Keterangan No Komoditi (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) I Tanaman Pangan 1 Padi 776, , , , ,638 GKG 2 Jagung 249, , , , ,115 Pipilan Kering 3 Kedelai 28, ,512 23,779 30,977 31,125 Ose Kering Kedelai 4 Kacang tanah 6, ,224 8,641 9,349 10,825 Ose Kering Kacang Tanah 5 Kacang hijau 7, ,617 8,808 9,163 4,957 Ose Kering Kacang Hijau 6 Ubi kayu 39, ,508 35,962 47,882 35,631 Ose Ubi Basah II Buah-buahan (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) 1 Blimbing 1, , , , , Buah Segar 2 Jambu Air , , , , Buah Segar 3 Jambu Biji 3, , , , Buah Segar 4 Jeruk Buah Segar 5 Mangga 115, , , , , Buah Segar 6 Nangka 49, , , , , Buah Segar 7 Nanas Buah Segar 8 Pepaya 14, , , , , Buah Segar 9 Pisang 56, , , , , Buah Segar 10 Rambutan Buah Segar 11 Salak Buah Segar 12 Sawo Buah Segar 13 Sirsak Buah Segar 14 Sukun 8, , , , , Buah Segar 15 Melon *) 25, , , Buah Segar 16 Semangka *) 36, , , , , Buah Segar III Sayuran (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) (Kw) 1 Bawang Merah 1, , , , , Sayuran Segar 2 Bawang Daun Sayuran Segar 3 Sawi Sayuran Segar 4 Kacang Panjang 1, , , , , Sayuran Segar 5 Lombok kecil 28, , , , , Sayuran Segar 6 Tomat , Buah Segar 7 Terong 1, , Sayuran Segar 8 Ketimun Sayuran Segar 9 Kangkung 8, , , Sayuran Segar 10 Bayam Sayuran Segar Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan 4. Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Lamongan meliputi penangkapan ikan di laut, budidaya tambak, sawah tambak dan kolam serta penangkapan ikan di perairan umum. Luas areal kegiatan perikanan budidaya dan perairan umum selama kurun waktu lima tahun adalah berkisar Ha. Produksi ikan yang dihasilkan dengan peningkatan rata-rata dari tahun 2006 hingga 2010 yakni sebesar 12,58 %. Adapun data Bab II-19

20 produksi ikan selengkapnya untuk tahun 2006 s/d 2010 sebagaimana tabel berikut : Tabel Perkembangan Produksi Ikan di Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 Produksi Ikan (Ton) Kegiatan Penangkapan di Laut , , , , ,53 Penangkapan Perairan Umum 2.036, , , , ,16 Budidaya , , , , ,26 Jumlah , , , , Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Lamongan Sedangkan data tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Lamongan untuk tahun sebagaimana tabel berikut ini. Tabel Tingkat Konsumsi Ikan Masyarakat Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 Komoditi Konsumsi (Kg/Kap/Th) Ikan 20,05 20,19 22,49 22, Kehutanan Keberhasilan upaya rehabilitasi dan konservasi lahan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dari penurunan luas lahan kritis tiap tahunnya. Penurunan ini sebagai hasil positif dari kegiatan pembinaan, penyuluhan serta pelaksanaan Gerakan Sejuta Pohon dan GNRHL yang dilakukan setiap tahun. Secara keseluruhan, luas hutan di Kabupaten Lamongan seluas ,30 Ha dengan rincian ,40 Ha merupakan hutan produksi yang terdapat di Kecamatan Laren, Brondong, Sukorame, Sugio, Sambeng, Bluluk, Kedungpring, Mantup, Ngimbang dan Modo dan selebihnya 252,9 Ha merupakan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Sugio, Sambeng, Modo dan Ngimbang. Bab II-20

21 Adapun produksi hasil hutan negara tahun adalah sebagai berikut : Jenis tanaman Tebangan Kayu Bundar Tabel Produksi Hasil Hutan Negara Kabupaten Lamongan Tahun Sat. Tahun Jati M³ Rimba M³ Daun Kayu Putih Ton 150, , , , ,444 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan 6. Perkebunan Di Kabupaten Lamongan perkebunan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan sebesar 9.919,14 Ha atau sekitar 5,47 % dari luas wilayah yang tersebar di Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo, Kecamatan Babat, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren, Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. Pada sektor perkebunan dengan jenis komoditi yang paling dominan adalah tebu dengan jumlah produksi ton pada tahun 2010 dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu terbesar. Potensi di sektor perkebunan sangat ditunjang dan tergantung pada kesesuaian dan kemampuan tanah terhadap jenis tanaman yang ada. Potensi perkebunan jenis komoditi tebu sangat dimanfaatkan oleh penduduk karena untuk pengolahan komoditi ini, cukup mudah dan relatif menguntungkan bagi petani. Untuk satu kali tanam, petani Bab II-21

22 tebu dapat memanen sebanyak 3 kali dengan biaya produksi cukup murah. Pada beberapa tahun belakangan ini khusus komoditi tebu dan kapas mengalami penurunan karena sampai dengan Oktober 2010 belum semuanya dipanen (proses penimbangan). Sedangkan komoditi tembakau di tahun 2010 terjadi penurunan disebabkan curah hujan yang cukup tinggi. Adapun produksi komoditi perkebunan Kabupaten Lamongan 2006 s/d 2010 sebagai berikut : Komoditi Tabel Produksi Komoditi Perkebunan Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d )* Prod Prod Prod Prod Prod (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Keterangan Temb. Virginia ,889 2, , ,532.2 Krosok Tembakau Jawa 708 9,860 2, , Rajangan Tebu 23, , , , ,444.6 Kristal Kenaf 1, , ,579 - Serat Kapas ,569, ,50 Serat Berbiji Kelapa , , , Buah Siwalan Buah Cabe Jamu Buah )* Data sampai dengan akhir tahun 2010 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan 7. Koperasi dan UMKM Koperasi sebagai salah satu unsur lembaga ekonomi masyarakat memiliki spektrum dan akses pemberdayaan terhadap masyarakat pedesaan, maka koperasi di daerah dituntut adanya restrukturisasi, revitalisasi dan upaya partisipasi dalam pembangunan ekonomi daerah. Adapun sasaran utama pengembangan koperasi adalah terwujudnya peningkatan struktur permodalan yang kokoh dan sehat sehingga mampu meningkatkan akses kepada sumber-sumber pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun Keragaan Koperasi di Kabupaten Lamongan selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Bab II-22

23 No Tabel Data Keragaan Koperasi di Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 Uraian Set Jml Koperasi Kop Jml Anggota Org Jml Manajer Org Jml Karyawan Org Jml Pengurus Org RAT Kop Modal Sendiri Rp Modal Luar Rp Volume Usaha Rp SHU Rp Sumber : Dinas Kopindag Kab. Lamongan Sedangkan data UKM Kabupaten Lamongan untuk tahun sebagaimana tabel berikut ini. Tabel Perkembangan Kinerja UMKM Kabupaten Lamongan Tahun 2006 s/d 2010 Uraian Satuan Tahun Prosentase UMKM Tangguh % 0,29 0,45 0,38 0,43 0,50 2 Prosentase UMKM Mandiri % 0,07 0,09 0,08 0,09 0,10 8. Perindustrian dan Perdagangan Dalam konstelasi perindustrian dan perdagangan di era otonomi daerah menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian daerah untuk semakin tumbuh dan berkembang secara mandiri sekaligus melebur dalam era globalisasi yang menekankan adanya peluang dan kompetisi dalam memenangkan pasar. Kontribusi sektor perindustrian dan perdagangan Kabupaten Lamongan Tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bab II-23

24 Tabel Kontribusi Sektor Perindustrian dan Perdagangan PDRB Tahun Kabupaten Lamongan ( %) Lapangan Usaha ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB Industri Pengolahan 4,84 4,72 5,10 4,92 5,16 4,91 5,21 4,97 5,24 5,05 Perdagangan, Hotel & Restoran 23,40 26,26 23,98 28,33 24,69 29,70 25,42 30,61 26,13 31,33 Kondisi perindustrian dan perdagangan di Kabupaten Lamongan masih dominan diarahkan pada pengembangan industrialisasi pedesaan. Perkembangan industri berdasarkan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja serta nilai investasi selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel Perkembangan Bidang Industri Berdasarkan Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja Dan Nilai Investasi Tahun 2006 s/d 2010 Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi ( Rp.000 ) Formal Non Formal Formal Non Formal Formal Non Formal Sumber : Dinas Kopindag Kab. Lamongan 9. Penanaman Modal Di era globalisasi dan otonomi daerah sekarang ini, kita dituntut untuk lebih kompetitif guna menyongsong perdagangan bebas. Termasuk di dalamnya kegiatan investasi yang sangat ketat persaingannya. Menghadapi hal tersebut Pemerintah Daerah diwajibkan melakukan regulasi melalui kebijakan kebijakan yang terfokus pada upaya untuk memacu pertumbuhan investasi sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Selain itu, daerah harus memiliki dan menyediakan pelayanan penunjang untuk menarik investor agar dapat berinvestasi pada suatu daerah. Bab II-24

25 Dalam kurun waktu 2005 s/d 2009 terdapat beberapa investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lamongan, diantaranya PT. Lamongan Integrated Shore Base (LIS), PT. Dok Pantai Lamongan, PT. QL Hasil Laut, dan PT. Sorini Agro Asia Corporindo TBK. Berikut data perkembangan investasi di Kabupaten Lamongan : Uraian Tabel Perkembangan Investasi di Kabupaten Lamongan Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Lamongan 10. Seni Budaya. Keragaman dan kekayaan budaya Lamongan secara historis terbagi menjadi 2 (dua) wilayah sesuai karakteristik nudaya dan kesenian, yaitu : a. Wilayah selatan yang kental dengan budaya jawa (Majapahit). b. Wilayah utara yang sangat dominan dan monumental dengan budaya Islam (Budaya Pesisir). Adanya perbedaan kondisi budaya tersebut melahirkan aneka seni budaya jawa di kawasan selatan seperti wayang kulit, lindur, sandur, ketoprak, tayub, kepang dor dan sebagainya. Sedangkan di kawasan utara yang diilhami oleh kesenian dan budaya Islam antara lain, sampro, seni hadrah, jidor, sholawatan, kentrung, pencak silat, qasidah dan sebagainya. Investasi (Milyard/Th) Investasi Daerah 383, , , , ,304 Terdapat 188 kelompok seni dan 4 padepokan seni di Kabupaten Lamongan, satu padepokan seni dan budaya telah mengikuti dan berprestasi di festival seni tingkat nasional, serta terdapat 14 cagar budaya yang dilindungi dari 61 cagar budaya yang ada.budaya tersebut perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai upaya untuk menyatukan dan memperkokoh budaya bangsa. Bab II-25

26 11.Pemuda dan Olah Raga Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan berupaya membina pemuda secara individu maupun kelompok melalui pelayanan, penyadaran, pemberdayaan, pengembangan, koordinasi dan kemitraan. Jumlah pemuda berprestasi dalam bidang olahraga di Kabupaten Lamongan sampai dengan tahun 2010 sebesar 1.14%. Di tingkat Nasional pada Kejurnas 2006, Kabupaten Lamongan meraih Juara II untuk cabor atletik Lari 200 m dan Juara III untuk cabor catur. Di tingkat Propinsi pada tahun yang sama Lamongan berhasil merebut Juara I pada cabor gulat. Pada even POR SD tingkat Propinsi di tahun 2007, Lamongan berhasil meraih Juara I, II dan III pada cabor panahan. Cabor panahan, panjat tebing dan gulat merupakan cabor yang paling sering mendapatkan penghargaan. Pada tahun 2008 cabor panahan berhasil mendapatkan 43 penghargaan baik tingkat Propinsi maupun Nasional yaitu di kejuaraan POPDA, PON XVII dan Kejurnas. Cabor gulat memperoleh 23 penghargaan di even POPDA dan Kejurda. Berdasarkan data daftar prestasi dari Dinas Pemuda Olahraga Kabupaten Lamongan, pemuda/atlet di Kabupaten Lamongan berhasil menoreh prestasi terbanyak pada kurun waktu 2008 yaitu sebanyak 88. Di tahun 2009 memperoleh 57 penghargaan dan tahun 2010 hingga akhir Oktober ini, sejauh ini Kabupaten Lamongan telah mengoleksi 43 penghargaan dari berbagai cabor yaitu gulat, panahan dan atletik. Selain prestasi diatas, prestasi membanggakan lainnya antara lain : Pada tahun 2008 meraih Juara 2 Tingkat Nasional untuk kategori Pemuda Pelopor bidang Tehnologi Tepat Guna atas nama Drh. Imam Ghozali dari Desa Banjarejo Kecamatan Kedungpring; Tahun 2009 berhasil meraih Juara 2 tingkat Propinsi pada kategori Pemuda Pelopor bidang Kewirausahaan atas nama Purwanti dari Kembangbahu dan Juara 2 bidang Pariwisata Bab II-26

27 dan Seni Budaya atas nama Ninin Desinta Y, S.Sn dari Kecamatan Lamongan. Tahun 2010, Sdri. Ervina terpilih sebagai peserta pertukaran Bhakti Pemuda antar Propinsi mewakili Jawa Timur. Untuk mendorong pemuda lebih aktif berpartisipasi dalam pembangunan terdapat 191 organisasi masyarakat, orpol dan pemuda, serta organisasi kemasyarakatan yang telah dibina Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan untuk memberikan motivasi, memfasilitasi diskusi dan dialog dan memberikan stimulan bagi para pemenang tingkat Propinsi dan Nasional. 12. Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Lamongan bila dilihat dari jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. Pencari kerja di Kabupaten Lamongan hingga tahun 2009 adalah sebanyak jiwa dengan komposisi tamatan SD sebanyak 8 jiwa, SLTP sebanyak 106 jiwa, SLTA sebanyak jiwa, Diploma sebanyak 843 jiwa dan tamatan Sarjana sebanyak jiwa. Pada tahun 2010, tenaga kerja formal tercatat sebanyak orang dan tenaga Kerja Informal terdidik tercatat 241 orang dan data pengangguran murni tercatat sebanyak orang. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri tahun 2010 tercatat sebanyak 302 orang naik 65.23% dibanding tahun 2009 yang hanya 197 orang. Persoalan di bidang pembangunan ketenagakerjaan di Kabupaten Lamongan adalah pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja, hal ini merupakan kondisi faktual dewasa ini. Selain itu persoalan TKI ilegal, persoalan SDM tenaga kerja yang belum mampu bersaing dan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri maupun luar negeri. Bab II-27

28 13. Kapasitas Keuangan Daerah Perkembangan kemampuan keuangan daerah sangat ditentukan oleh kondisi ekonomi nasional, kebijakan fiskal Pemerintah Pusat serta kebijakan Pemerintah Daerah sendiri. Namun demikian kebijakan Pemerintah Pusat masih merupakan faktor dominan dalam menentukan kemampuan keuangan daerah. Hal ini dikarenakan kapasitas keuangan daerah masih sangat bergantung kepada Dana Alokasi Umum (DAU). Hal ini disebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) han ya mampu memberikan proporsi 6% 7% dari seluruh pendapatan daerah. Otonomi Daerah menuntut adanya kemandirian dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, demikian juga dalam hal keuangan daerah. Untuk itu dalam rangka mengurangi ketergantungan keuangan daerah dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten Lamongan perlu merumuskan kebijakankebijakan yang kreatip dan cerdas dalam meningkatkan PAD tanpa harus mengganggu kepentingan sektor riil, yang efeknya akan menggangu perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir PAD Kabupaten Lamongan menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada Tahun 2007 pendapatan asli daerah sebesar Rp. 55,664 milyar, Tahun 2008 meningkat 16,43 % menjadi 66,612 milyar, sedangkan Tahun 2009 meningkat 21,95 % menjadi 71,320 milyar, dan pada Tahun 2010 meningkat % menjadi 94,066 milyar. Demikian juga kapasitas fiskal (Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat dari sebesar Rp. 59,500 milyar pada Tahun 2007 meningkat menjadi 11.73% atau sebesar 67,406 milyar pada Tahun Tahun berikutnya 2009 sedikit menurun menjadi Rp. 66,459 milyar atau menyumbang 7.02% terhadap total pendapatan daerah. Secara rata-rata setiap tahunnya, Penerimaan Pendapatan Daerah mengalami peningkatan 10 %, namun pada tahun 2009 ini penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Lamongan hanya mengalami kenaikan sebesar 7.06% Bab II-28

29 dibanding tahun Meskipun begitu, kenaikan kapasitas fiskal ini juga memberikan peran sebagai salah satu usaha penunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Seiring dengan hal tersebut proporsi DAU terhadap total pendapatan daerah menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif pada tiga tahun terakhir dari 68.90% atau sebesar Rp.599,29 milyar pada Tahun 2008, pada tahun berikutnya menjadi hanya 61,41% atau sebesar Rp.581,71 milyar, kemudian pada Tahun 2010 naik lagi menjadi 68.78% atau sebesar Rp 606,70 milyar. Namun demikian disadari sepenuhnya bahwa peranan Dana Alokasi Umum (DAU) masih merupakan sumber pendapatan terbesar bagi daerah. Dimasa mendatang diharapkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan semakin dikembangkan, khususnya melalui intensifikasi dalam rangka meningkatkan kapasitas keuangan daerah dan menurunkan ketergantungan keuangan daerah dari Pemerintah Pusat. 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM Kebijakan Otonomi Derah yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, mengamanatkan Daerah untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusannya. Dalam kurun waktu tahun Pemerintah Kabupaten Lamongan telah menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangannya sesuai dengan norma dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implementasi dari kebijakan tersebut telah membawa dampak pada peningkatan pembangunan pada semua sektor diantaranya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan swasta, serta memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Penyelenggaraan Pemerintahan selalu diarahkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, untuk itu peningkatan kemampuan dan profesionalisme aparatur, baik secara teknik maupun manajerial mutlak diperlukan. Disamping itu Bab II-29

30 penanaman disiplin, sikap mental dan dedikasi perlu terus ditingkatkan. Untuk itu program peningkatan mutu aparatur melalui pendidikan, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan telah dilaksanakan dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Kemajuan penyelenggaraan pemerintahan di daerah telah memperoleh dukungan dari seluruh aparatur yang makin profesional dalam bidangnya, pada tahun 2010 jumlah PNS di Kabupaten Lamongan telah mencapai sebanyak PNS dengan dibantu tenaga kontrak sebanyak 470 personil. Sampai dengan akhir Oktober tahun 2010 keadaan jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Lamongan dapat diperlihatkan pada tabel di bawah : Tabel Keadaan Jumlah PNSD Kabupaten Lamongan No. Eselon/Jabatan Golongan Kepangkatan IV III II I Jml 1. II. a II. b III. a III. b IV. a IV. b Pejabat fungsional Staf JUMLAH Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Dalam rangka pembinaan karier PNS, bagi yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dapat diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi. Adapun PNSD yang diberikan kenaikan pangkat sampai dengan Tahun 2010 adalah sebagai berikut : Bab II-30

31 Jenis Kenaikan Pangkat Tabel Kenaikan Pangkat PNSD Kabupaten Lamongan Golongan Usulan KP Golongan Realisasi KP IV III II I Jml IV III II I Jml KP. Reguler KP. Pilihan KP. Pengabdian KP. Anumerta Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Untuk meningkatkan kinerja SDM Aparatur, maka Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan memberikan penertiban perijinan bagi aparatur yang melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi, seperti pada data di bawah ini : Tabel Ijin Belajar PNSD Kabupaten Lamongan No. Jenis Diklat PNS yang mengajukan Ijin Realisasi Belajar Ijin Belajar dari 1. SD ke SLTP SLTP ke SLTA SLTA ke Diploma SLTA ke S Diploma ke S D.IV ke S D.IV/S-1 ke S S-2 ke S J U M L A H Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan 2. Kecamatan dan Kelurahan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No. 08 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Lamongan, Kecamatan yang sebelumnya dibawah koordinasi Bagian Pemerintahan Setda berubah menjadi Satuan Bab II-31

32 Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pelaksanaannya baru terealisasikan pada tahun Dengan demikian Kecamatan mempunyai wewenang untuk mengelola anggarannya sendiri Camat sesuai kedudukan tugas, peran dan fungsinya sebagaimana Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disamping melaksanakan tugas Desentralisasi melalui pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan Kepala daerah kepada Camat untuk menangani sebagian urusan Otonomi daerah bersama-sama dengan Dinas, Instansi lain, juga melaksanakan tugas Dekonsentrasi yakni menjalankan tugas umum pemerintahan. Camat juga melaksanakan tugas pembantuan serta tugas tampung tantra yakni melaksanakan segala urusan yang tidak dapat ditangani oleh masyarakat, harus di urus dan ditangani oleh Pemerintah. Terkait dengan adanya ketentuan tersebut, kedudukan Camat sebagai unsur perangkat Pemerintah Daerah, di dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang pemerintahan belum dapat dilakukan secara optimal, sehingga tugas-tugas lain yang berada di luar organisasi Kecamatan, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bupati Lamongan Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan Kepala Daerah kepada Camat (yang masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999) yang meliputi (1) Penyelenggaraan Tugas -Tugas Pemerintahan Umum, Pembinaan Keagrariaan, dan Pembinaan Politik Dalam Negeri ; (2) Pembinaan Pemerintahan Desa/Kelurahan ; (3) Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban di Wilayah; (4) Pembinaan Pembangunan, yang meliputi Pembinaan Perekonomian, Produksi dan Distribusi serta Pembinaan Sosial. 3. Pelayanan Perijinan Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad untuk memperbaiki sistem dan kinerja yang berkaitan di bidang pelayanan melalui pembentukan unit pelayanan terpadu (Samsat Perijinan/UPT Perijinan) pada tahun 1993 dengan pelayanan sebanyak 5 jenis Bab II-32

33 perijinan dan 2 Pelayanan Umum antara lain Ijin Mendirikan Bangunan; Ijin Gangguan (HO) dan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU); Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin Hiburan/Tontotan; KTP/KK; Akta Catatan Sipil. Pada Tahun 2002 telah dikembangkan Kantor Perijinan melalui Perda Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan. Sedangkan jenis perijinan yang telah dikelola oleh Kantor Perijinan Kabupaten Lamongan ada 16 jenis pelayanan antara lain Persetujuan Prinsip; Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); Ijin Gangguan (HO); Ijin Penggilingan Padi; Ijin Pemasangan Reklame; Ijin Hiburan; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Tanda Daftar Perusahaan (TDP); Tanda Daftar Industri (TDI); Ijin Usaha Industri; Tanda Daftar Gedung (TDG); Ijin Operasional BP/RB/BKIA/RS dan Ijin Praktek Para Medis; Ijin Optikal; Ijin Apotik/Toko Obat; Ijin Laboratorium; Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK). Untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memenuhi pelayanan yang cepat dan tepat serta transparan maka telah terbit Keputusan Bupati Lamongan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Mekanisme dan Prosedur Pengajuan dan penerbitan Ijin di Kabupaten Lamongan. 2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 1. Transportasi Sistem transportasi di Kabupaten Lamongan lebih didominasi oleh transportasi darat terutama jalan raya dan sebagian sarana kereta api. Sedangkan untuk transportasi laut saat ini hanya sebatas prasarana penangkapan ikan, akan tetapi saat ini telah dikembangkan pelabuhan laut nasional-internasional oleh PT. Lamongan Integrated Shorebase di wilayah utara Lamongan. Bab II-33

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN Komoditi : Padi Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember No Panen Rerata 1 Sukorame 1.928 67,30 12.975 1.512 63,14

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian fungsi wilayah

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017 MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN KEAMANAN NEGARA 1 Meningkatnya

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2016 SASARAN INDIKATOR TARGET MISI I : MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH KE DALAM UNIT-UNIT OPERASIONAL YANG TEPAT DARI SISI EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 776 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2. 1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi Wilayah Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,8 km², atau menempati

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

: RUSLI HABIBIE :

: RUSLI HABIBIE : GUBERNUR GORONTALO PENETAPAN KINERIA TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci