RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN"

Transkripsi

1 RENCANA POLA RUANG Rencana pola ruang Kabupaten Lamongan secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada kesesuaian fungsi wilayah sehingga diperlukan penanganan dan pengembalian fungsi lindung dan pengoptimalkan pemanfaatan kawasan budidaya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. 5.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria: a. Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih; b. Kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut. 2. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : (1) Sempadan pantai dengan kriteria: a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. (2) Sempadan sungai dengan kriteria: a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan V - 1

2 c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. (3) Kawasan sekitar embung atau waduk dengan kriteria: a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air embung atau waduk tertinggi; atau b. Daratan sepanjang tepian embung atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik embung atau waduk. (4) Kawasan sekitar mata air yang berada disekitar mata air di daerah dengan kriteria : a. Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan b. Wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air. (5) Kawasan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dengan kriteria: a. proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota; b. proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah perkotaan paling sedikit 20 % dari luas wilayah kota; dan c. rencana RTH perkotaan seluas kurang lebih (sepuluh ribu tiga ratus delapan puluh tujuh) ha. 3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : (1) Kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Brondong seluas kurang lebih 12 (dua belas) ha dan Kecamatan Paciran seluas kurang lebih 13 (tiga belas) ha. (2) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan perlu mendapat perhatian agar kawasan yang memiliki peninggalan budaya dan sejarah dapat terlindungi. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong, makam Sunan Drajad di Kecamatan Paciran, makam Sendang Duwur di Kecamatan Paciran, makam Jaka Tingkir di Kecamatan Maduran, makam Nyai Putri Andongsari di Kecamatan Ngimbang, Desa Balun di Kecamatan Turi, situs situs lain yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 4. Kawasan rawan bencana alam, meliputi : (1) Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi berada di Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. (2) Kawasan rawan banjir dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan Rawan Banjir Tersebar di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Glagah, Karangbinangun, Turi dan Deket. 5. kawasan lindung geologi meliputi kawasan cagar alam geologi (Goa Maharani dan Zoo di Kecamatan Paciran) Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah : 1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175; atau 2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan atau 3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut meter/dpl. Di Kabupaten Lamongan kawasan hutan secara keseluruhan adalah seluas Ha, yang terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Dengan luas hutan lindung adalah 253 Ha yang merupakan pengelolaan KPH Mojokerto, yaitu terdapat di Kecamatan Sugio dengan luas 225,3 Ha, Kecamatan Sambeng 1,6 Ha, Kecamatan Ngimbang 22,6 Ha dan Kecamatan Modo seluas 3,4 Ha, sedangkan hutan produksi seluas Ha yang terletak dalam tiga KPH yaitu KPH Mojokerto seluas Ha; KPH Tuban seluas Ha dan KPH Jombang seluas Ha. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya bencana erosi, banjir, sedimentasi, dan menurunnya fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan, unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Temasuk didalamnya adalah upaya pelestarian DAS. Adapun pengelolaan kawasan ini diarahkan pada : 1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami penurunan fungsi melalui pengembangan vegetasi tanaman tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan resapan air; 2. Pengoptimalan fungsi hutan lindung di wilayah DAS dan daerah sekitar waduk; 3. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan. V - 2

3 5.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sempadan irigasi Kawasan Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan ekosistem seperti perlindungan hutan bakau (mangrove) serta ekosistem laut lainnya, yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan perlindungan sempadan pantai di Kabupaten Lamongan berada di 2 (dua) kecamatan yang direncanakan seluas kurang lebih 423 ha terletak di Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. Tabel 5.1. Luas Sempadan Pantai di Kabupaten Lamongan No Kecamatan Luas Sempadan Pantai (Ha) 1 Paciran Brondong 151 Total 423 Sumber : Hasil Rencana 2011 Pada kawasan sempadan pantai terdapat fungsi budidaya seperti perikanan, pariwisata, dan permukiman. Guna menjaga kawasan sekitar pantai dari kerusakan lingkungan dan kerusakan ekosistem pantai, maka perlu adanya perlindungan terhadap sempadan pantai, dan untuk mengantisipasi gelombang pasang dan bahaya tsunami. Sehingga dilakukan pembatasan perluasan kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Pengelolaan kawasan sempadan pantai dilakukan dengan : 1. Perlindungan kawasan sempadan pantai di Kecamatan Brondong dan Paciran yaitu jarak 100 meter dari pasang tertinggi dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai; 2. Pada sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan pesisir yaitu Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria harus dilindungi dari kerusakan; 3. Pada kawasan sepanjang pantai yang termasuk sebagai kawasan lindung juga memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya seperti : Permukiman perkotaan dan perdesaan di Kecamatan Paciran dan Brondong, Pariwisata yaitu WBL (Wisata Bahari Lamongan) di Kecamatan Paciran; Kawasan Industri LIS di Kecamatan Paciran; Pelabuhan Perikanan di Kecamatan Brondong; Pelabuhan ASDP di Kecamatan Paciran; Pelabuhan Sedayulawas di Kecamatan Brondong; Pengembangan kawasan tersebut diatas harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir. 4. Melakukan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya bencana; 5. Memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai; 6. Bangunan di pantai diarahkan di luar sempadan pantai, kecuali bangunan yang harus ada di sempadan pantai seperti dermaga, tower penjaga keselamatan pengunjung pantai; 7. Menjadikan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai obyek wisata dan penelitian; serta 8. Dalam skala besar diperlukan penetapan zona lindung di wilayah pesisir utara Kabupaten Lamongan sebagai kawasan Industri dan Pariwisata Kawasan Sempadan Sungai Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai menjelaskan bahwa sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, perlu dijaga kelestarian dan kelangsungan fungsinya dengan mengamankan daerah sekitarnya. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. V - 3

4 Dalam pasalnya yang ke-3 (ketiga), dijelaskan bahwa penetapan kawasan sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk embung dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Adapun penetapan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: A. Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut (Pasal enam) : 1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; 2. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul B. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan diperkotaan didasarkan pada kriteria berikut (Pasal tujuh): 1) Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus) Km 2 atau lebih dengan garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, termasuk sungai besar di Kabupaten Lamongan ini antara lain adalah : Sungai Bengawan Solo, Kali Blawi dan Kali Lamong. 2) Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) Km 2 dengan garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan, termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak Sungai Bengawan Solo. C. Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria (Pasal delapan): (1) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; (2) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan (3) Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Kawasan sempadan sungai direncanakan seluas ± ha, yang meliputi Kecamatan Babat, Deket, Glagah, Kalitengah, Karanggeneng, Karangbinangun, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Mantup, Pucuk, Sambeng, Sekaran, Sukodadi, Sukorame, Sugio, Tikung, Kedungpring, Modo, Ngimbang, Bluluk, Brondong, Paciran dan Turi. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan dengan pembatasan kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Pengelolaan kawasan sempadan sungai antara lain dilakukan dengan : a. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai; b. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan; c. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata alam-petualangan seperti arung jeram, out bond dan kepramukaan; d. Sungai yang arusnya lemah dan tidak menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta e. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai Kawasan Sekitar Waduk dan Embung Kawasan sekitar waduk atau bendungan adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau bendungan. Pasal ke- 10 dalam Permen No.63/1993 menyebutkan penetapan garis sempadan embung, waduk, mata air, dan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sebagai berikut: a. Untuk embung dan waduk, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat; b. Untuk mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air; dan c. Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai jalur hijau. V - 4

5 Kabupaten Lamongan memiliki 2 waduk besar yaitu Waduk Gondang dan Waduk Prijetan yang mana selain berfungsi sebagai pengairan, juga sebagai sumber mata air dan wisata. Waduk Gondang dan Waduk Prijaten memiliki total perlindungan waduk seluas 1.134,85 Ha. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada waduk, maka perlu upaya perlindungan sepanjang sungai dari kerusakan lingkungan terutama mulai dari hulu sungai dan kawasan lindung bawahannya. Pengamanan terhadap sepanjang DAS Bengawan Solo juga perlu dilakukan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sempadan sungai yang dilakukan secara lintas wilayah. Kawasan sekitar waduk dan embung direncanakan seluas ± ha, terletak di : a. Kecamatan Sugio seluas ± 691 ha; b. Kecamatan Sukodadi seluas ± 105 ha; c. Kecamatan Kembangbahu seluas ± 181 ha; d. Kecamatan Turi seluas ± 23 ha; e. Kecamatan Lamongan seluas ± 43 ha; f. Kecamatan Tikung seluas ± 295 ha; g. Kecamatan Sarirejo seluas ± 401 ha; h. Kecamatan Deket seluas ± 110 ha; i. Kecamatan Karangbinangun seluas ± 26 ha; j. Kecamatan Sekaran seluas ± ha; k. Kecamatan Maduran seluas ± 202 ha; l. Kecamatan Kalitengah seluas ± 5 ha; m. Kecamatan Pucuk seluas ± 332 ha; n. Kecamatan Kedungpring seluas ± 321 ha; o. Kecamatan Modo seluas ± 319 ha; p. Kecamatan Babat seluas ± 415 ha; q. Kecamatan Laren seluas ± 404 ha; r. Kecamatan Mantup seluas ± 255 ha; s. Kecamatan Ngimbang seluas ± 34 ha; t. Kecamatan Sambeng seluas ± 444 ha. Pengelolaan kawasan sempadan waduk dilakukan dengan: 1. Perlindungan sekitar waduk/embung untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; 2. Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya; 3. Waduk yang digunakan untuk pariwisata seperti di Waduk Gondang - Kecamatan Sugio, Waduk Prijaten Kecamatan Kedungpring. Untuk kepentingan pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada; 4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta 5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk. Gambar 5.1. Waduk Gondang di Kecamatan Sugio Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Keberadaan sumber mata air di wilayah Kabupaten Lamongan di mana lokasinya cukup banyak dan tersebar di beberapa kecamatan. Perlindungan terhadap sumber mata air dilakukan dengan pembatasan kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan sekitar mata air, meliputi : a. Kecamatan Sugio; b. Kecamatan Paciran; c. Kecamatan Solokuro; d. Kecamatan Brondong; e. Kecamatan Kembangbahu; f. Kecamatan Mantup; g. Kecamatan Ngimbang; h. Kecamatan Sambeng; i. Kecamatan Kedungpring; V - 5

6 j. Kecamatan Modo; k. Kecamatan Bluluk; dan l. Kecamatan Sukorame. Pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain dilakukan dengan : 1. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; 2. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi; 3. Sumber air yang digunakan untuk pariwisata seperti di Waduk Gondang - Kecamatan Sugio. Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri; 4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta 5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Pada kawasan perkotaan, pengembangan RTH perkotaan diarahkan pada pengembangan hutan kota yang dapat difungsikan sebagai fungsi ganda. Pengembangan RTH di Kota Lamongan lebih diarahkan pada fungsi hutan kota yang memiliki fungsi ganda. Pengembangan hutan kota ini lebih ditekankan dengan asumsi untuk mempersiapkan Kabupaten Lamongan dalam mempertahankan keseimbangan wilayah akibat perkembangan kawasan terbangun. Rencana pengembangan untuk RTH Perkotaan meliputi seluruh kawasan perkotaan tiap kecamatan. Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Lamongan adalah paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20 % dan RTH privat sebesar 10%. Distribusi RTH kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang wilayah. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota/kawasan perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota/kawasan perkotaan. Proporsi RTH publik seluas minimal 20 % dan privat 10 % yang disediakan dimaksudkan agar proporsi RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya, sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi RTH di kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Lamongan, maka pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya. Adapun area RTH yang ada di Kabupaten Lamongan seluas kurang lebih 10624,43 ha, yang terdiri atas : a. jalur hijau; b. lahan lahan sekitar kawasan konservasi, kawasan pusat kota dan kawasan perlindungan ataupun kawasan sempadan; c. lahan lahan berupa taman sebagai kawasan konservasi, estetika dan rekreasi kota; d. lahan lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum; dan e. makam. Perkembangan Kabupaten Lamongan berimplikasi pada peningkatan tumbuhnya fungsi perumahan dan permukiman sehingga pengembang perumahan diprediksikan akan banyak berkembang. Pada kawasan perumahan yang dikembangkan oleh pengembang/developer ditekankan selain penyediaan RTH Taman juga harus menyediakan lahan untuk fungsi RTH makam, karena hal ini akan menjadi suatu masalah tersendiri jika tidak ada penekanan pada fungsi ini. Upaya penanganan/pengelolaan RTH Perkotaan adalah : a. Peningkatan kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya RTH melalui gerakan Kota hijau (Green Cities); V - 6

7 b. Mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif yang dapat lebih meningkatkan peran swasta dan masyarakat melalui bentuk bentuk kerjasama yang saling menguntungkan; c. Mengembangkan proyek proyek percontohan RTH berbagai jenis dan bentuk yang ada di beberapa wilayah kota; d. Penetapan RTH sebagai prasarat utama dalam pemberian izin atau rekomendasi bagi pihak yang hendak membangun suatu kawasan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yeng terdapat di Kabupaten Lamongan adalah kawasan pantai berhutan bakau dan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang jaraknya dari garis air surut terendah ke arah darat sebesar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan. Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi penyeimbang lingkungan pantai sehingga harus dilestarikan, diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20% dari total bakau yang ada. Rencana penetapan untuk perlindungan kawasan hutan bakau yang terdapat di Kabupaten Lamongan, meliputi: a. kawasan hutan bakau di Kecamatan Brondong, seluas kurang lebih 12 ha; dan b. kawasan hutan bakau di Kecamatan Paciran, seluas kurang lebih 13 ha Kawasan Cagar Budaya Di Kabupaten Lamongan yang merupakan kawasan cagar budaya non gedung sekaligus menjadi kawasan dengan fungsi sebagai tempat pariwisata adalah Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Paciran. Gambar 5.2. Cagar Budaya Makam Sunan Drajat, Makam Nyai Ratu Andongsari dan Monumen Van Der Wijck Rencana pengelolaan kawasan konservasi budaya dan sejarah meliputi : 1. Pada kawasan sekitar monumen harus dikonservasi untuk kelesrarian dan keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan menjadikan monumen tetap terlihat dari berbagai sudut pandang; 2. Monumen juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan monumen sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda peninggalan dan tujuan pendidikan dasar-menengah; 3. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi. 4. Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda cagar budaya. Juga menjadikan benda cagar budaya sebagai orientasi bagi pedoman pembangunan pada kawasan sekitarnya. Cagar budaya dan ilmu pengetahuan untuk lingkungan bangunan gedung meliputi : a. Monumen van Der Wijck, di Kecamatan Brondong. b. Makam Sunan Drajad, di Kecamatan Paciran; c. Makam Sendang Duwur, di KecamatanPaciran; d. Makam Jaka Tingkir, di Kecamatan Maduran; e. Makam Nyai Putri Andongsari, di Kecamatan Ngimbang; dan f. Situs situs lain yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan perlindungan cagar budaya untuk lingkungan bangunan gedung : a. penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi; V - 7

8 b. penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda cagar budaya, juga menjadikan benda cagar budaya sebagai orientasi bagi pedoman pembangunan pada kawasan sekitarnya Kawasan Rawan Bencana Alam Rawan Bencana yang terdapat di Kabupaten Lamongan adalah bencana banjir, bencana gelombang pasang dan abrasi. Gambar 5.3. Upaya Penanggulangan Kawasan Rawan Banjir A. Rawan Bencana Banjir Luas seluruh kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Lamongan mencapai ,06 Ha atau sekitar 11,32 % dari luas wilayah, meliputi : a. Kecamatan Babat; b. Kecamatan Sekaran; c. Kecamatan Maduran; d. Kecamatan Laren; e. Kecamatan Karanggeneng; f. Kecamatan Kalitengah; g. Kecamatan Glagah; h. Kecamatan Karangbinangun; i. Kecamatan Turi;dan j. Kecamatan Deket. Beberapa penyebab terjadinya banjir antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan hijau di sekitar daerah sungai, dan banyak terdapat kawasan budidaya di sekitar kawasan konservasi. Berdasarkan kerawanan terhadap banjir diatas, maka guna mengantisipasi bahaya banjir dan genangan periodik adalah : 1. Pelestarian dan pengelolaan daerah aliran sungai secara lintas wilayah melalui Pengelolaan DAS Bengawan Solo. 2. Pengelolaan Irigasi dengan memanfaatkan DAS Bengawan Solo. 3. Melakukan Penghijauan pada sepanjang aliran sungai. 4. Melakukan Perlindungan Hutan pada Kawasan sekitar sungai. 5. Pembuatan tanggul pada kawasan daerah aliran sungai dengan prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir; 6. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta 7. Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah lain. 8. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam banjir dan bencana alam lainnya sebagai kawasan terbangun; Jalur evakuasi bencana untuk menanggulangi bahaya banjir, meliputi : Jalur yang melalui jalan Kecamatan Sekaran - Kecamatan Maduran - Kecamatan Laren Kecamatan Babat; Jalur yang melalui jalan Kecamatan Karanggeneng - kecamatan Sukodadi; Jalur yang melalui jalan Kecamatan Kalitengah - kecamatan Sukodadi; Jalur yang melalui jalan Kecamatan Karangbinangun - kecamatan Deket; dan Jalur yang melalui jalan Kecamatan Glagah kecamatan Deket; B. Rawan Gelombang Pasang dan Abrasi Pantai Rawan bencana berupa rawan gelombang pasang perlu diantisipasi pada kawasan pantura yaitu di pesisir Brondong dan Paciran. Kawasan ini merupakan kawasan dengan intensitas pengembangan yang tinggi terutama untuk kegiatan-kegiatan budidaya. Untuk menyeimbangkan V - 8

9 kelestarian lingkungan sekitar pantai dan untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya bencana terutama bencana gelombang pasang, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan sejak dini. Adapun upaya penanggulangan untuk mengantisipasi kemungkinan rawan gelombang pasang, sebagai berikut : 1. Memelihara ekosistem sekitar pantai seperti Hutan Mangrove; 2. Perlindungan terhadap hutan bakau/mangrove, terumbu karang untuk mencengah terjadinya intrusi air laut. Gambar 5.4. Upaya Pengelolaan Kawasan Konservasi di Sekitar Pantai Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi yang terdapat di Kabupaten Lamongan adalah merupakan kawasan cagar alam geologi. Daerah yang merupakan kawasan cagar alam geologi adalah Goa Maharani di Kecamatan Paciran yang merupakan bentukan batuan sedimen yang membentuk stalakmit dan stalaktit. Goa Maharani saat ini sudah dikonservasi dan menjadi tempat wisata. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan cagar alam geologi, meliputi : a. pengembangan dan pengelolaan kawasan sebagai kawasan pariwisata dan ilmu pengetahuan alam; b. pengembangan kegiatan penelitian; c. tetap mempertahankan fungsi lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penetapan kawasan lindung, lihat Peta 5.1. Peta Penetapan Kawasan Lindung. V - 9

10 V - 10

11 5.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, meliputi kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan pariwisata, kawasan permukiman dan kawasan pesisir. (1) Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas : a. Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). b. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). c. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria: memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tamping lingkungan. (2) Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. (3) Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria : a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air. (4) Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria: a. wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau b. tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. (5) Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah. Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan kriteria: a. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi; b. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau c. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. (6) Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria : a. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; b. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau c. Tidak mengubah lahan produktif. (7) Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria : a. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau b. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan. (8) Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria : a. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; b. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau c. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. (9) Kawasan peruntukan lainnya yang terdiri atas kawasan Pesisir dan sektor informal Kawasan Hutan Produksi Pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 3 KPH, yaitu KPH Mojokerto, KPH Tuban dan KPH Jombang. Hutan produksi yang dikelola oleh KPH Mojokerto adalah seluas Ha, KPH Tuban seluas Ha dan KPH Jombang seluas Ha. Total luas hutan produksi di Kabupaten Lamongan adalah ha. Kerusakan kawasan hutan yang terjadi akan mengakibatkan makin meluasnya lahan kritis, berkurang atau hilangnya sumber air, terjadi erosi serta pendangkalan aliran sungai yang sampai saat ini belum diatasi. V - 11

12 Pengembangan luas hutan di Kabupaten Lamongan yang masih kurang, terbentur dengan kurang tersedianya lahan serta kegiatan pembangunan wilayah. Oleh sebab itu, di tempuh upaya lain dengan pemanfaatan kawasan resapan air yang sebagian besar merupakan kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan dengan fungsi hutan. Gambar 5.5. Gambar 5.5 Kawasan Hutan di Kabupaten Lamongan Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya bencana erosi, banjir, sedimentasi, dan menurunnya fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan, unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Temasuk didalamnya adalah upaya pelestarian DAS. Sebagian kawasan ini telah mengalami alih fungsi untuk kawasan budidaya terutama permukiman perdesaan, pengembangan hortikultura, pertanian tanaman pangan semusim, dan perkebunan. Adapun pengelolaan kawasan ini diarahkan pada : 1. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan; 2. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, sehingga pola ini memiliki kemampuan perlindungan seperti hutan. Keberadaan hutan produksi di Kabupaten Lamongan dimana pada kawasan ini merupakan kawasan yang perlu dilindungi dan untuk peningkatan dari nilai manfaat (hutan produksi) melalui penerapan sistem tebang pilih, pemanfaatan sebagai lokasi wisata dengan tetap menerapkan asas kelestarian ekosistemnya, penerapan sistem penjarangan. Pengembangan hutan guna meningkatkan fungsi penghijauan, melestarikan kawasan, sekaligus mencegah erosi dan meningkatkan nilai ekonomi lahan. Pengolahan hasil hutan produksi, dikelola untuk upaya peningkatan hasil dan mutu dalam bentuk-bentuk yang menarik konsumen. Diharapkan dengan peningkatan hasil produksi sektor kehutanan, dapat mendorong perkembangan kegiatan industri yang mengelolanya, sehingga diharapkan adanya multiplier effect. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 28/1985 tentang Perlindungan Hutan, pasal ke- 2 yaitu tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya. Dilanjutkan dalam pasalnya yang ke-3 yaitu dilakukan segala usaha, kegiatan, tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan. Pengaturan zoning kawasan hutan ini berkaitan dengan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam. Sesuai PP No. 34 Tahun 2002 yang berhak mengeluarkan Ijin untuk Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten dalam hal IUPHHK harus melaksanakan pemantauan secara ketat berdasar prinsip Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) melalui dokumen Rencana Kerja Usaha (RKU) dan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) IUPHHK dan melakukan pengawasan pelaksanaannya di lapangan. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan hutan produksi, meliputi : a. beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi; b. pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak; c. peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat; d. pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah; e. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam. Gambar 5.6. Hutan Produksi V - 12

13 Sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 maka secara umum Pemanfaatan hutan, bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. Peraturan Pemerintah No. 06 tahun 2007 merinci lebih detail lagi bahwa, pemanfaatan hutan secara lestari wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup kriteria dan indikator aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Selanjutnya kriteria dan indikator tersebut dijabarkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 4795/Kpts-II/2002 tanggal 3 Juni 2002 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan, yang berupa Kelestarian fungsi produksi : Pengelolaan hutan yang mampu menjamin kelestarian usaha melalui pengaturan hasil dari sumber daya yang berkelanjutan (sustainable forest management). Kelestarian fungsi ekologi/lingkungan diartikan sebagai terpeliharanya viabilitas dan fungsi ekosistem hutan dan ekosistem-ekosistem di sekitarnya pada level yang sama atau lebih tinggi. Ekosistem hutan harus mendukung kehidupan organisme yang sehat, tetap mempertahankan produktivitas, dan kemampuannya untuk pulih kembali. Fungsi ini menghendaki pelaksanaan pengelolaan hutan yang menghargai atau didasarkan pada proses-proses alami. Kelestarian fungsi sosial mencerminkan keterkaitan hutan dengan budaya, etika, norma sosial dan pembangunan. Suatu aktivitas dikatakan lestari secara sosial apabila sesuai dengan etika dan norma-norma sosial atau tidak melampaui ambang batas toleransi komunitas setempat terhadap perubahan akibat pengelolaan hutan. diperlukan guna menghindari terjadinya bahaya tanah longsor yang diakibatkan oleh adanya proses penggundulan hutan sehingga tanah tidak dapat menyerap air. Selain itu terdapat beberapa Kecamatan yang memiliki wilayah dengan kelerengan tinggi (kelerengan sekitar 40 %) diantaranya Kecamatan Sukorame, Ngimbang dan Sambeng yang juga merupakan kawasan hutan lindung mutlak. Keberadaan kawasan hutan lidung harus tetap dijaga dari adanya penggunaan lahan baik pertanian dengan sistem terasiring bahkan perkembangan permukiman penduduk, sedangkan pada wilayah kecamatan lainnya dapat dimanfaatkan sebagai hutan produksi terbatas dengan tetap memperhatikan konsep konservasi dan pelestarian, sehingga pengelolaannya tidak menyebabkan kerusakan terhadap kawasan hutan Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat yang ada di Kabupaten Lamongan seluas kurang lebih ha dari total luas wilayah Kabupaten Lamongan, yang tersebar di seluruh Kecamatan. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan hutan rakyat meliputi : a. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak; b. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui program rehabilitasi hutan dan lahan; c. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah; d. Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam. Gambar 5.7. Pembukaan lahan hutan untuk perladangan Kawasan hutan diwilayah Kabupaten Lamongan terletak diketinggian antara meter dpl. Adapun pengawasan dan perlindungan disekitar wilayah konservasi tersebut sangat Kawasan Pertanian Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan seluas ,91 ha dengan rincian: pertanian lahan basah (sawah) seluas ha dan pertanian lahan kering/hortikultura (bukan sawah) seluas ,91 ha. Dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. Pengembangan kawasan pertanian dilakukan dengan : 1. Pada setiap kawasan sentra produksi di perdesaan akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan; 2. Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan ke Kecamatan Ngimbang sebagai kawasan prioritas pengembangan, serta Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Sugio; V - 13

14 3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan sejenisnya, maka sektor ini harus tetap di pacu dan dikembangkan produksinya secara intensif dan ekstensif; serta 4. Pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan eksport. Produksi Tanaman Komoditi Unggulan (Pangan, Hortikultura, Perkebunan) Tabel 5.2. Luas Pertanian Tanaman Pangan NO URAIAN LUAS (ha) 1 Sawah beririgasi teknis Sawah beririgasi setengah teknis Sawah beririgasi sederhana JUMLAH Sumber : LDA Kab Lamongan 2007 Peternakan (Komoditi Unggulan) - Komoditi Unggulan Segar - Produk Olahan (Industri kecil/rt) Pasar Sub Terminal Agribisnis b. sawah tadah hujan seluas kurang lebih ha atau 18,47% tersebar di seluruh Kecamatan. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian menjadi kawasan terbangun, maka untuk mempertahankan kawasan pertanian khususnya sawah beririgasi teknis dan lahan sawah abadi pertanian pangan ini perlu ditingkatkan intensifikasinya. Untuk menunjang peningkatan Bahan Organik Kotoran dari nilai manfaat melalui peningkatan pelayanan irigasi dari setengah teknis menjadi teknis dan sederhana menjadi setengah teknis. Pengembangan sawah selain padi juga dilakukan Perikanan (Pembenihan & Pembesaran) penerapan sistem mina padi, tumpang sari dan sebagainya. Gambar 5.8. Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan Kawasan pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perkebunan dan peternakan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan pertanian tanaman pangan banyak dijumpai pada wilayah bagian tengah utara dan tengah selatan Kabupaten Lamongan. Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi : a. Sawah beririgasi teknis, setengah teknis dan sederhana seluas kurang lebih (empat puluh lima ribu delapan ratus empat puluh satu) ha ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dengan luas ha atau 25,29 %. Sawah jenis ini tersebar di Kecamatan Lamongan, Kembangbahu, Tikung, Sarirejo, Sukodadi, Pucuk, Deket, Turi, Karangbinangun, Glagah, Kalitengan, Sugio, Kedungpring, Modo, Karanggeneng, Sekaran, Maduran, Babat, Laren, dan Solokuro; Selain itu upaya mempertahankan luasan kawasan pertanian di Kabupaten Lamongan juga dapat dilakukan dengan cara : 1. Pengembangan prasarana pengairan; 2. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur; serta 3. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain. 4. Mempertahankan fungsi kawasan pertanian yang sudah ada, sesuai dengan peruntukannya. 5. Membatasi kegiatan pembangunan disekitar kawasan pertanian potensial, dengan menyusun perda sebagai satu dasar hukum yang mengatur pembatasan kegiatan pembangunan disekitar kawasan pertanian potensial 6. Mengupayakan ekstensifikasi pertanian yang masih memungkinkan untuk dilaksanakan pada beberapa kawasan dengan mempertimbangkan aspek daya dukung tanah, daya dukung pengairan/irigasi, dan produktivitas lahan pertanian yang ada saat ini. Upaya ekstensifikasi ini dapat dilakukan melalui peningkatan kelas lahan perkebunan menjadi lahan pertanian produktif. V - 14

15 7. Mengembangkan sentra produksi tanaman pertanian pada masing-masing wilayah Kecamatan sesuai dengan jenis tanaman yang sesuai dengan jenis tanaman yang cocok dan produksi yang dominan. Gambar 5.9. Kawasan pertanian di Kabupaten Lamongan Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Pangan adalah sebagai berikut : a. Padi : Sukorame, Sugio, Kedungpring, Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Sarirejo, Glagah, Turi, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran, Maduran dan Laren. b. Jagung : Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Kembangbahu, Glagah, Solokuro, Paciran dan Brondong. c. Ubi Kayu : Modo, Tikung, Karanggeneng, Solokuro, Paciran dan Brondong. d. Ubi Jalar : Ngimbang, Sugio, Sukodadi dan Kalitengah e. Kacang Tanah : Kembangbahu, Karanggeneng, Solokuro, Paciran dan Brondong. f. Kacang Hijau : Bluluk, Kembangbahu, Sugio, Pucuk, Tikung, Karanggeneng, Sekaran, Maduran dan Solokuro. g. Kedelai : Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Tikung, Sarirejo, Laren dan Paciran. h. Sorghum : Babat Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Hortikultura adalah sebagai berikut : 1. Buah-Buahan a. Semangka : Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Karanggeneng dan Sekaran. b. Blimbing : Ngimbang, Mantup, Sugio, Sukodadi, Lamongan, Deket, Maduran, Laren dan Solokuro. c. Jambu Biji : Sugio, Pucuk, Sukodadi, Tikung, Deket, Glagah, Sekaran dan Paciran. d. Alpukat : Ngimbang. e. Jeruk siam : Solokuro dan Paciran. f. Nangka : Mantup, Sugio, Deket, Solokuro dan Paciran. g. Pepaya : Bluluk, Sambeng, Kembangbahu, Tikung dan Solokuro. h. Mangga : Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Babat, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Sarirejo, Karangbinangun, Maduran dan Solokuro. i. Pisang : Kembangbahu, Kedungpring, Modo, Pucuk, Lamongan, Sarirejo, Deket, Glagah, Turi, Maduran, Laren dan Brondong. j. Salak : Sambeng, Solokuro dan Paciran. k. Sawo : Sukorame, Sambeng, Mantup, Solokuro dan Brondong. l. Rambutan : Solokuro. m. Sirsak : Ngimbang, Sugio, Babat, Tikung dan Solokuro. n. Jambu air : Sugio, Pucuk, Tikung, Glagah, Karangbinangun, Sekaran dan Laren. o. Nanas : Ngimbang p. Sukun : Sambeng, Kembangbahu dan Solokuro. q. Markisa : Sukodadi r. Jeruk besar : Ngimbang s. Blewah : Sukorame, Kembangbahu, Modo dan Karangbinangun Pertanian Hortikultura Sentra pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Lamongan adalah Kecamatan Lamongan, Kecamatan Tikung, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Mantup, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Sugio. Setiap kecamatan akan dikembangkan dengan spesifikasi masing-masing. 2. Sayuran a. Bawang Merah : Sukorame, Bluluk, Ngimbang dan Sugio. b. Sawi : Sugio c. Tomat : Sukodadi, Glagah dan Maduran. d. Kangkung : Mantup, Kembangbahu dan Tikung. e. Cabe rawit : Ngimbang, Sambeng, Babat, Sukodadi, Tikung, Deket dan Solokuro. V - 15

16 f. Bawang daun : Bluluk, Sugio, Pucuk, Turi, Laren, Solokuro, Paciran dan Brondong. g. Kacang panjang : Sugio, Glagah dan Karanggeneng. h. Ketimun : Sugio, Sukodadi dan Lamongan. i. Cabe besar : Babat, Glagah, Karanggeneng dan Laren. j. Terong : Babat, Sukodadi, Sekaran dan Maduran. k. Bayam : Sugio. yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan; 4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, tebu, tembakau, kapas dan kenaf; 5. Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering; 6. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta 7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Lamongan perkebunan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan. Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan sebesar 9.919,14. Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Lamongan adalah 90% dari luas perkebunan eksisting yaitu seluas ha yang tersebar di Kecamatan Sukorame, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Sugio, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo, Kecamatan Babat, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren, Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. Arahan pengembangan kawasan perkebunan berdasarkan komoditas masing masing kecamatan, yaitu : a. Cabe jamu : Mantup dan Sugio. b. Kenaf : Laren. c. Tembakau rakyat : Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Modo, Kedungpring, Sugio dan Babat. d. Tebu : Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring, Modo, Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Sarirejo, Laren, Solokuro, Paciran dan Brondong. e. Wijen : Pucuk, Babat, Sukodadi dan Modo. Sektor berikutnya adalah perkebunan dengan jenis komoditi yang paling tinggi adalah tebu dengan jumlah produksi ,496 ton per tahun dan Kecamatan Mantup adalah penghasil komoditi tebu terbesar yaitu 5.115,004 ton per tahun. Potensi di sektor perkebunan sangat ditunjang dan tergantung pada kesesuaian dan kemampuan tanah terhadap jenis tanaman yang ada. Potensi perkebunan jenis komoditi tebu sangat dimanfaatkan oleh penduduk karena untuk pengolahan komoditi ini, cukup mudah dan relatif cepat masa panennya. Untuk satu kali tanam, petani tebu dapat memanen sebanyak 3 kali dengan biaya produksi cukup murah. Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan untuk pertanian tanaman semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan pengelolaan bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah : 1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi; 2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi ; 3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan Kawasan Peternakan Ternak besar (sapi) terdapat di Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Sarirejo. Pengembalaan ternak dilakukan ada yang secara bersama sama dengan pertimbangan lahan yang masih sulit. Sedangkan untuk pengembangan ternak kecil (ayam, kambing) pendistribusian sudah cukup merata pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Lamongan dan setiap penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan bibit ternak besar dan kecil ruminansia di Kecamatan Paciran, Brondong, Solokuro, Laren, Babat, Modo, Bluluk, Sukorame, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Tikung, Kembangbahu dan Sarirejo; 2. Pengembangan penggemukan (fattening) di Kecamatan Kedungpring, Sugio, Lamongan, Sukodadi, Pucuk, Karanggeneng, Kalitengah, Sekaran, Karangbinangun, Deket dan Glagah; 3. Pengembangan ayam buras tersebar di 27 kecamatan; 4. Pengembangan itik di daerah Bonorowo; 5. Pengembangan kambing/domba diprioritaskan di daerah kering; 6. Pengembangan ayam ras tersebar di 27 kecamatan kecuali di daerah Bonorowo; V - 16

17 7. Pengembangan puyuh di kawasan perkotaan. Adapun arahan pengembangan kawasan peternakan untuk kecamatan lain, juga tersedia padang gembalaan yang sifatnya padang gembalaan bersama atau berkelompok untuk pemilik ternak di desa-desa, dengan fasilitas yang tersedia adalah dokter hewan, pemenuhan pakan dan air serta kandang hewan. Untuk meningkatkan hasil produksi peternakan, maka program yang perlu di kembangkan adalah: Pengembangan budi daya ternak melalui kawin suntik Pemeliharaan ternak secara lebih baik, mencakup pemberian pakan dan perlindungan terhadap penyakit hewan Untuk mengantisipasi berkurangnya sumber makanan ternak, maka untuk wilayah-wilayah yang potensial dalam pengembangan ternak besar dapat dikembangkan kegiatan penanaman rumput gajah Mengembangkan program peremajaan ternak secara berkala untuk mengantisipasi penurunan jumlah ternak Kawasan Perikanan Perikanan dapat dibagi dalam tiga kelompok utama yakni perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan ikan. Kawasan perikanan dikembangkan di kolam, sungai, tambak, sawah tambak dan perikanan laut. Masyarakat Kabupaten Lamongan membuka lahan sawah biasanya pada waktu musim kemarau saja sedangkan pada musim hujan sawah tersebut dijadikan sebagai sawah tambak. Luas area sawah tambak adalah sebesar ,73 ha. Adapun pengembangan perikanan darat adalah : 1. Perikanan kolam dan sungai produksinya terdistribusi merata di seluruh Kabupaten Lamongan; 2. Perikanan tambak dan laut hanya terdapat di Kecamatan Paciran dan Brondong; 3. Perikanan sawah tambak hampir di seluruh kecamatan, kecuali kecamatan Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Kembangbahu, Kedungpring, Solokuro, Paciran dan Brondong. Potensi pengembangan untuk perikanan di sesuaikan dengan komoditas unggulan tiap kecamatan. Pengembangan perikanan tersebut adalah : a. Sungai : Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring, Modo, Babat, Sukodadi, Tikung, Karanggeneng, Sekaran dan Laren. b. Kolam : Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Mantup, Kembangbahu, Sugio, Kedungpring, Modo, Babat, Sukodadi, Lamongan, Tikung, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran dan Solokuro. c. Tambak : Paciran dan Brondong. d. Sawah tambak : Pucuk, Lamongan, Sarirejo, Deket, Glagah, Karangbinangun, Turi, Kalitengah, Karanggeneng dan Maduran. Untuk perikanan tangkap atau perikanan laut akan dikembangkan sebagai berikut : 1. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Brondong; 2. Pengembangan TPI di Kecamatan Brondong dan Paciran; 3. Pengolahan hasil ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Brondong. Rencana pengembangan kawasan perikanan, meliputi: (1) Pengembangan perikanan tangkap meliputi : a. perikanan tangkap di Kecamatan Brondong; b. perikanan tangkap di Kecamatan Paciran; (2) Pengembangan budidaya perikanan, dengan luas keseluruhan kurang lebih ha meliputi: a. perikanan budidaya air payau atau tambak, terletak di Kecamatan Brondong, Kecamatan Paciran dan Kecamatan Glagah dan Kecamatan Karangbinangun b. perikanan budidaya air tawar terletak menyebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. c. perikanan kolam dan sungai, terletak menyebar merata hampir di seluruh Kabupaten Lamongan d. perikanan tambak, luasnya kurang lebih ha. e. perikanan sawah tambak, luasnya kurang lebih ha meliputi: 1. Kecamatan Mantup; 2. Kecamatan Sugio; 3. Kecamatan Modo; 4. Kecamatan Babat; 5. Kecamatan Pucuk; 6. Kecamatan Sukodadi; 7. Kecamatan Lamongan; 8. Kecamatan Tikung; 9. Kecamatan Sarirejo; 10. Kecamatan Deket; V - 17

18 11. Kecamatan Glagah; 12. Kecamatan Karangbinangun; 13. Kecamatan Turi; 14. Kecamatan Kalitengah; 15. Kecamatan Karanggeneng; 16. Kecamatan Sekaran; 17. Kecamatan Maduran; dan 18. Kecamatan Laren. (3) Pengembangan pengolahan meliputi : a. Pengembangan minapolitan di Kecamatan Paciran,Kecamatan Brondong dan Kecamatan Glagah; b. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kecamatan Brondong; dan c. Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran Kawasan Pertambangan Pertambangan merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan melakukan kegiatan mulai dengan pencarian dan pembuktian, penggalian dan pengelolaan sampai ke pemasaran untuk digunakan dalam industri selanjutnya. Pertambangan di Kabupaten Lamongan termasuk ke dalam minyak bumi dan gas yaitu berupa pengeboran minyak yang terdapat di Desa Balongwangi, Kecamatan Tikung dengan luas sebesar 20 Ha atau sebesar 0,012 % dari luas wilayah. Sedangkan pertambangan mineral yang berupa pertambangan batuan di Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Babat, Kecamatan Solokuro, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Sugio, Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan Mantup dengan luas kurang lebih (seribu dua ratus) ha. Masalah atau dampak negatif yang ditimbulkan akibat usaha pertambangan minyak bumi dan gas, mineral dan batubara antara lain : 1. Bentuk topografi akan berubah (khusus untuk daerah perbukitan) dan meninggalkan bentang alam yang rusak dan gersang. 2. Tanah penutup yang subur akan hilang yang menyebabkan pertambahan luasnya perbukitan gundul dan tanah gersang, mengakibatkan terjadinya tanah longsor / gerakan tanah pada daerah perbukitan yang curam. 3. Tata air termasuk air tanah akan berubah / berkurang atau menghilangkan sumber air. Permukaan air tanah menurun akan menyebabkan kelembaban udara akan turun dan tanah akan menjadi kering, pada daerah daerah tertentu terjadi penurunan permukaan tanah yang berakibat langsung dengan penurunan permukaan air tanah. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan meliputi : a. Dalam upaya penambangan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar seperti topografi, tata air dan kesuburan tanah. b. Pengelolaan kawasan bekas pertambangan yang telah digunakan harus direhabilitasi dengan melakukan penimbunan tanah subur sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup; dan c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan lapisan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas pertambangan Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Lamongan akan dikembangkan dalam bentuk kawasan industri, lokasi industri yang telah berkembang dan home industri. Kawasan Industri yang dikembangkan akan dipusatkan pada dua lokasi, yakni di Utara dan Selatan. Untuk lokasi sebelah utara dikembangkan di Kecamatan Paciran dan Brondong, sedangkan di sebelah selatan dikembangkan di Kecamatan Ngimbang dan Sambeng. Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri direncana seluas ± ha, meliputi : (1) Pengembangan Kawasan industri besar, merupakan kawasan industri polutan yang terletak di wilayah : a. Kecamatan Paciran dan Brodong beserta wilayah pengembangan; b. Kecamatan Ngimbang (kawasan agropolitan) beserta wilayah pengembangan. (2) Pengembangan industri UMKM, merupakan industri kerajinan yang menyebar di 27 Kecamatan. Pengembangan industri UMKM adalah sebagai berikut : a. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan; b. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan; c. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan d. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi. V - 18

19 Secara umum, upaya penanganan/pengelolaan kawasan industri di Kabupaten Lamongan, meliputi: a. pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan; b. pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan; c. pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan d. penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi Kawasan Pariwisata Pengembangan pariwisata di Kabupaten Lamongan dikembangkan melalui pembentukan zonazona wisata, yaitu : 1. Zona I, meliputi obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Brondong, Paciran, Solokuro (Monumen Van Derwijk, Wisata Bahari Lamongan (WBL), Sunan Drajat, Gua Maharani, TPI Brondong, Tanjung Kodok, Sumber Air Panas Tepanan, Pelabuhan Rakyat Sedayu Lawas, Makam Sendang Duwur). Pada zona ini juga terdapat wisata kirab dengan rute : Sumber Air Panas Tepanan, Makam Sendang Duwur, Makam Sunan Drajat, Goa Maharani, Wisata Bahari Lamongan, TPI Brondong dan Monumen Vanderwijk; 2. Zona II, meliputi obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Maduran, Babat dan Sugio (Makam Jaka Tingkir, Puncak Wangi, Waduk Gondang, Desa Balun); 3. Zona III, meliputi obyek wisata di Kecamatan Ngimbang (Makam Nyai Ratu Andongsari); Rencana pengembangan kawasan pariwisata, meliputi : (1) Kawasan pariwisata alam sebagaimana, terletak : a. kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL) di Kecamatan Paciran; b. kawasan wisata Waduk Gondang di Kecamatan Sugio; c. kawasan wisata Gua Maharani di Kecamatan Paciran; d. Sumber Air Panas Tepanas di Kecamatan Paciran. (2) Kawasan pariwisata budaya terletak : a. Monumen Van Der Wijck di Kecamatan Brondong; b. Makam Sunan Drajad di Kecamatan Paciran; c. Makam Sendang Duwur di Kecamatan Paciran; d. Makam Joko Tingkir di Kecamatan Maduran; e. Makam Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang; f. Desa Balun di Kecamatan Turi; g. Situs situs lain yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. (3) Kawasan pariwisata buatan, terletak : a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di wilayah Pantura; b. Sudetan Bengawan Solo (Floodway). Upaya penanganan/pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten Lamongan, meliputi : a. pengembangan wisata di Kabupaten Lamongan dilakukan dengan membentuk wisata unggulan daerah antara lain WBL, Gua Maharani dan Waduk Gondang, serta mengembangkan potensi wisata dengan membentuk zona wisata, pengembangan wisata budaya dan dilengkapi akomodasi wisata; b. membentuk link wisata nasional; c. mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Lamongan menjadi salah satu tujuan wisata; d. obyek wisata alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata; e. tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon; f. melestarikan perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota laut, yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut; g. menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah; h. meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya; i. pada obyek wisata yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu ditingkatkan pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata alam, budaya dan minat khusus; j. merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; serta k. meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata dan daya jual/saing. Wisata utama/wisata unggulan di Kabupaten Lamongan yang perlu didorong adalah : pengembangan Wisata Waduk Gondang di Kecamatan Sugio dan Makam Nyai Ratu Andongsari di Kecamatan Ngimbang. Untuk Lebih jelas dapat dilihat pada peta 5.2 Rencana Kawasan Pariwisata. V - 19

20 V - 20

21 5.2.8 Kawasan Permukiman Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih ha atau 13,9% dari luas kabupaten, meliputi : a. permukiman perkotaan; b. permukiman perdesaan. A. Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Rencana pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan adalah ,68 ha atau 80,32 % dari luas rencana pengembangan permukiman yang meliputi : a. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah dataran rendah dan pesisir. kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun. Kawasan perdesaan ini terletak di Kecamatan Laren, Maduran, Karanggeneng, Kalitengah, Tikung, Karangbinangun dan Glagah. b. Kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan. Kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten Lamongan adalah di Kecamatan Ngimbang dan Sambeng. B. Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam. Kawasan permukiman perkotaan, luasnya kurang lebih ha atau 19,68% dari luas rencana pengembangan permkiman, meliputi: a. permukiman perkotaan dalam skala sedang di Perkotaan Lamongan, Babat dan Paciran- Brondong; b. pemukiman perkotaan sebagai prioritas di Perkotaan Deket, Turi, Sukodadi, Pucuk dan Ngimbang; dan c. permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan permukiman perkotaan, meliputi : a. perkembangan Perkotaan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan, maka permukiman di Perkotaan Lamongan diperkirakan akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru dan penyediaan Kasiba-Lisiba; b. pengembangan Perkotaan Babat dan Paciran Brondong sebagai kawasan strategis Kabupaten dengan kegiatan utama sebagai kegiatan perekonomian skala regional, yaitu perdagangan, industri, transportasi, dan pariwisata. Pengembangan perkotaan lain yang prioritas pengembangan adalah kawasan Perkotaan Deket, Sukodadi, Turi, Pucuk dan Ngimbang; c. permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya diarahkan untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni; d. pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, sanitasi dan pelayanan air bersih; e. kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik untuk menghindari pola kawasan terbelakang (enclove); f. pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara, peralihan fungsi bangunan dapat dilakukan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya. Untuk Lebih jelas dapat dilihat pada peta 5.3 Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Lamongan. V - 21

22 5.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN V - 22

23 5.2.9 Kawasan Peruntukan Lainnya Rencana Pengembangan Kawasan peruntukkan lainnya di Kabupaten Lamongan terdiri atas Rencana Pengembangan Sektor Informal dan Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir Pengembangan Sektor Informal Sektor informal merupakan sektor yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bagi Kabupaten Lamongan. Pengembangan sektor informal di Kabupaten Lamongan meliputi wilayah perkotaan, kawasan pemukiman, kawasan pariwisata, kawasan pusat kota, perdagangan dan jasa. Pemerintah Kabupaten Lamongan berupaya mengembangkan kegiatan ekonomi pada sektor informal dengan melakukan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). Penataan ini dilakukan dengan memusatkan PKL yang tersebar dibeberapa ruas jalan, dengan membuka lokasi baru yang dilengkapi dengan fasilitas. Sentralisasi tersebut diharapkan agar PKL tertata dengan rapi serta dapat memperlancar aktifitas mereka. Penataan PKL diharapkan mampu menunjang perdagangan, jasa serta pariwisata. Pengembangan kawasan ini akan dapat memberikan banyak hal positif bagi perkembangan kota, baik dari segi spasial maupun ekonomi antara lain : 1. Mampu sebagai wadah pengembangan dan penataan sektor informal kota, agar dapat memberikan kontribusi positif bagi kota. 2. Mampu sebagai salah satu daya tarik kota (wisata kota) yang dapat dijangkau semua kalangan. 3. Mampu memberikan pemasukan bagi PAD Kabupaten Lamongan melalui penarikan retribusi perdagangan dan parkir. 4. Mampu menyerap tenaga kerja, sehingga secara bertahap dapat mengurangi angka pengganguran dan diharapkan akan dapat mengurangi permasalahan sosial perkotaan. Beberapa Arahan penataan PKL di Kabupaten Lamongan antara lain adalah : a. Rencana pengembangan dan penataan PKL di kawasan wisata; b. Rencana pengembangan dan penataan PKL di wilayah perkotaan tiap kecamatan; c. Rencana pengembangan dan penataan PKL di kawasan pemukiman developer; d. Rencana pengembangan dan penataan PKL di wilayah wisata pesisir; e. Rencana pengembangan PKL di rest area. Upaya pengembangan sektor informal, meliputi : a. Sistem penanganan PKL dengan memberikan rekomendasi terhadap kegiatan potensial kawasan (industri/pergudangan, perdagangan dan jasa) dengan merekomendasikan 2,5% kepemilikan tanah, dimanfaatkan untuk ruang PKL; b. 2,5 % ruang yang disediakan untuk penanganan PKL dapat dikelola dalam 1 lokasi; c. Penanganan PKL di Jalan dapat diusulkan dengan penanganan: - Penanganan PKL dengan mengarahkan pada lokasi tertentu secara terorganisir; - Mengoptimalkan sistem rombongisasi, sehingga pada siang hari tempat yang pada sore hari dipergunakan untuk aktivitas PKL langsung bersih. d. PKL yang berada di kawasan-kawasan tertentu yang masih memungkinkan untuk ditoleransi, maka kebijakan penataan yang realistis adalah dengan program rombongisasi atau tendanisasi. Sekali pun program ini bukan jalan keluar yang terbaik bagi ketertiban kota, tetapi program ini boleh dikata paling realistis karena dapat mengkompromikan antar kepentingan PKL agar tetap diperbolehkan berdagang di kawasan yang ramai, sementara di saat yang sama keindahan kawasan itu tetap dapat terjaga karena para PKL itu bersedia diatur sedemikian rupa yang secara fisik tetap memiliki nilai estetika; e. Upaya penataan dan program intervensi yang hendak menyentuh eksistensi PKL ada baiknya terlebih dahulu diperbincangkan dengan para wakil PKL melalui forum paguyuban PKL di masing-masing lokasi, agar kebijakan yang dirumuskan nantinya dapat lebih empatif terhadap kelangsungan dan masa depan PKL itu sendiri sebagai obyek penertiban. f. Untuk mengalihkan dan menampung PKL yang sudah terlalu menganggu ruang publik, maka salah satu zone yang bisa dijadikan alternatif adalah pasar. Namun demikian, sejak awal perlu disadari bahwa tidak semua PKL bisa langsung dipindahkan ke dalam pasar, karena itu semua juga tergantung pada jenis barang dagangan yang diperjual-belikan para PKL. Bentuk dari program relokasi PKL ini antara lain bisa berupa pembangunan pasar atau sentra PKL Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir Berdasarkan UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir antar sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. V - 23

24 Pengelolaan kawasan pesisir untuk pelestarian fungsi alami dan pemanfaatan secara ekonomi maupun sumber daya terbarukan lainnya wajib didasarkan pada azas ketepatan dan keberlanjutan daya dukung lingkungan alam. Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku. Pengelolaan kawasan pesisir merupakan kawasan yang ditetapkan dalam skala kabupaten untuk perlindungan ekosistem pesisir, pemanfaatan untuk kepentingan ekonomi (misalnya untuk pariwisata, industri dan kepentingan lainnya), kepentingan wisata dan ritual, kepentingan perhubungan dan kepentingan militer. Kawasan pesisir terletak sepanjang utara Kabupaten Lamongan. Kawasan pesisir ini memiliki potensi sangat besar, baik dari segi wisata maupun ekosistemnya. Arahan pengembangannya sebagai berikut : 1. Pelestarian dan penyelamatan ekosistem kawasan pesisir; 2. Kawasan Pesisir yaitu Kecamatan Brondong dan paciran akan dikembangkan sebagai pelabuhan skala nasional serta kawasan industri skala nasional - internasional, sehingga dibutuhkan perbaikan dan pengembangan jaringan jalan, begitu pula dengan jalan lain yang menuju wilayah pesisir lainnya; 3. Pemanfaatan untuk pariwisata dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan; serta 4. Pengembangan permukiman dilakukan secara terbatas sesuai dengan skala pelayanan permukiman dan kegiatan dominan masing-masing. Rencana pengembangan kawasan pesisir meliputi : (1) Zona konservasi atau lindung, meliputi Zona atau kawasan peka perubahan ekosistem pesisir di Kecamatan Paciran dan Brondong; (2) Zona pengembangan, meliputi : a. zona atau kawasan pengembangan umum di Kecamatan Brondong dan Paciran; b. zona atau kawasan pengembangan khusus di Kecamatan Paciran. (3) Zona pengembangan di darat, meliputi: a. zona atau kawasan permukiman di Kecamatan Paciran dan Brondong; b. zona atau kawasan pariwisata di Kecamatan Paciran dan Brondong Zona Konservasi atau Lindung Zona konservasi atau lindung adalah kawasan pesisir dengan ciri khas tertentu yang di lindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil secara berkelanjutan sebagai upaya perlindungan pelestarian dan pemanfaatan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya wilayah pesisir. Zona konservasi atau lindung meliputi Zona atau kawasan Peka Perubahan Ekosistem Pesisir di Kecamatan Paciran dan Brondong Zona Pengembangan Zona pengembangan meliputi zona pengembangan umum dan zona pengembangan khusus. A. Zona Pengembangan Umum Zona ini merupakan area pengembangan yang secara ekonomis dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan seperti perdagangan dan perikanan tradisional, perkapalan pantai dan lainnya dan bergantung pada lokasinya dan wilayah ini secara potensial akan meluas dari garis pantai hingga wilayah kewenangan kabupaten sejaun ± 4 mil. Sub Zona pengembangan umum Kawasan Pesisir yang terdapat di Kabupaten Lamongan, meliputi : a. Kawasan perikanan terdapat diseluruh kawasan perairan di Kabupaten Lamongan, yang merupakan area yang dirancang untuk mengakomodasi dan menjamin akses yang kontinyu pada sumberdaya ikan bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang permanen maupun setengah permanen dan struktur budidaya laut. Termasuk bagian ini adalah tambak ikan atau udang. Kawasan perikanan Kabupaten Lamongan juga di lengkapi dengan pusat pengelolaan hasil laut yang terdapat di Brondong dimana pada lokasi ini dikembangkan sebagai kawasan perikanan nusantara b. Kawasan pariwisata merupakan area yang ditetapkan sebagai suatu zona khusus untuk kepentingan pariwisata baik di darat maupun di pesisir dan laut. Pengembangan kawasan Pariwisata di Pesisir Lamongan terpusat di Kecamatan Paciran tepatnya disekitar Tanjung Kodok. Pada kawasan ini telah dikembangkan kawasan pariwisata skala Nasional yaitu Wisata Bahari Lamongan, adanya WBL memberi perkembangan potensi wisata sekitarnya seperti Gua Maharani. c. Kawasan industri di Kabupaten Lamongan berkembang sesuai dengan kebijakan Propinsi dan Nasional dimana wilayah pesisir Lamongan termasuk dalam pengembangan Kawasan Strategis Nasional. Kawasan industri di kabupaten lamongan dikembangkan di Kecamatan Paciran yaitu berupa LIS dan industri yang terkait dengan perikanan berkembang di Kecamatan Brondong. V - 24

25 d. Perhubungan dan komunikasi di Kabupaten Lamongan terdapat di Sedayulawas kecamatan Brondong dimana kawasa ini dikembangkan sebagai pelabuhan barang, kemudian pelayaran untuk kepentingan perikanan terpusat di Brondong dan saat ini sudah dikembangkan pelabuhan ASDP dan terminal terpadu di Desa Tanggul Paciran, kemudian untuk sistem perhubungan Nasional-Internasional dikembangkan di Tanjung Pakis Paciran. b. Pariwisata Zona ini terdiri dari daerah yang dirancang untuk pembangunan pariwisata yang sudah ada dan yang diproyeksikan. c. Industri Zona ini meliputi kawasan-kawasan industri yang direncanakan pengembangannya di wilayah pesisir, meliputi kawasan industri LIS, industri Dok Perkapalan dan industri kemaritiman, serta pengembangan di wilayah selatan industri agropolitan. Untuk lebih jelas mengenai pengembangan Kawasan Pesisir dapat dilihat pada peta 5.4 Rencana Kawasan Pesisir Gambar Perkembangan Kawasan Pesisir Kabupaten Lamongan B. Zona Pengembangan Khusus Zona pengembangan khusus yang ada di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan diprioritaskan di kawasan Tanjung Pakis Paciran. Pada kawasan ini akan dikembangkan pelabuhan laut skala nasional/internasional dan kawasan industri. Untuk mengantipasi dampak yang ditimbulkan akibat tingginya aktivitas di kawasan tersebut, perlu adanya pembatasan pengembangan kawasan demi kelestarian ekosistem alam, dimana pada kawasan ini diberi kawasan penyangga minimal selebar 500 meter ke arah laut Zona Pengembangan di Darat Zona pengembangan di darat meliputi zona permukiman, pariwisata dan industri. a. Permukiman Zona ini meliputi permukiman perkotaan maupun perdesaan yang pemakaian lahannya tidak didominasi oleh pertanian atau kehutanan. Zona ini terdapat di sepanjang Pantura Kabupaten Lamongan yang merupakan permukiman nelayan. Untuk selanjutnya di Paciran dan Brondong, selain dikembangkan kegiatan industri, juga dikembangkan kawasan permukiman perkotaan sebagai pendukung kegiatan yang ada. V - 25

26 5.4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN Nomor Peta : 5.4 V - 26

27 Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Rencana penggunaan lahan Kabupaten Lamongan untuk 20 tahun mendatang membentuk rona Kabupaten Lamongan menjadi rona wilayah yang baru dengan banyak perubahan sesuai potensi wilayah. Rencana penggunaan lahan adalah membentuk perkotaan baru yaitu kota ekonomi dengan basis industri di Kecamatan Paciran - Brondong. Perubahan yang terjadi cukup besar untuk Kecamatan Paciran - Brondong menjadi perkotaan industri dan permukiman pendukung kegiatan yang terpadu di daerah tersebut, karena sarana prasarana sudah tersedia oleh kawasan industri. Dengan demikian perkotaan tersebut tumbuh karena bangkitan dan tarikan kegiatan. Disamping itu jarak antara pemukiman pekerja dengan tempat kerja tidak terlalu jauh. Pemukiman yang tumbuh ini adalah pemukiman kavling besar, sedang dan kecil yang untuk menunjang kegiatan industri. Perkotaan Lamongan dan Perkotaan Paciran Brondong dihubungkan dengan prasarana jalan yang diharapkan untuk kecamatan sekitarnya dapat berkembang menunjang kawasan strategis ekonomi bagian utara atau wilayah Pantura. Dampak negative dari perkembangan kawasan industri dan perkembangan kawasan permukiman yang mengelompok di Kecamatan Paciran - Brondong ini adalah factor kenyamanan dan keindahan. Perubahan fungsi lahan ini berdampak terhadap penurunan produktivitas pertanian. Sedangkan perubahan rona untuk kecamatan lain tetap mengikuti perkembangan wilayah sesuai dengan potensinya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta 5.5 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Lamongan, peta 5.6 Rencana Penggunaan Lahan WP I, peta 5.7 Rencana Penggunaan Lahan WP II, peta 5.8 Rencana Penggunaan Lahan WP III, peta 5.9 Rencana Penggunaan Lahan WP IV, peta 5.10 Rencana Penggunaan Lahan WP V. Tabel 5.3. Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun 2011 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) 1 Permukiman ,00 2 Sawah irigasi ,00 3 Sawah Tadah Hujan ,00 4 Perkebunan 9.919,14 5 Hutan ,30 6 Hutan Rakyat 7.098,10 7 Tambak 1.380,05 8 Sungai 8.760,00 9 Waduk 8.719,50 10 Tegalan/ Ladang ,91 11 Pertambangan 1.200,00 12 Peruntukkan lainnya 5.997,00 JUMLAH ,00 *Sumber data : kondisi eksisting tahun 2011 Tabel 5.4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lamongan Tahun No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) % 1 Permukiman ,53 13,94 2 Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ,00 13,95 3 Sawah Irigasi ,00 11,34 4 Sawah Tadah Hujan ,40 11,23 5 Perkebunan 8.927,20 4,92 6 Hutan ,30 18,60 7 Hutan Rakyat 7.098,10 3,92 8 Tambak 1.380,05 0,76 9 Sungai 8.760,00 4,83 10 Waduk 8.719,50 4,81 11 Tegalan/ Ladang 7.928,92 4,37 12 Industri 6.085,00 3,36 13 Pertambangan 1.200,00 0,66 14 Peruntukkan lainnya 5.997,00 3,31 JUMLAH ,00 100,00 Sumber : Hasil rencana penggunaan lahan Kabupaten Lamongan Tahun V - 27

28 Tabel 5.5. Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya No Jenis Konflik Alternatif Pemecahan 1 Pemukiman dengan kaw. Lindung 2. Kebun dengan kaw. Lindung 3. Tegal dengan kaw. Lindung 4. Sawah dengan Permukiman Sumber : Hasil Rencana 2011 Keterlibatan penduduk dalam pemeliharaan serta pengelolaan hutan sehingga ada kerjasama di dalam menjaga kelestarian hutan; Pengendalian terhadap konversi hutan sehingga di perlukan ketegasan hukum; Membatasi secara tegas pertumbuhan areal kebun disertai pengawasan yang ketat; Keterlibatan petani yang bermata pencaharian di lokasi perkebunan dalam menjaga dan melestarikan; Mengusahakan petani agar menanam tanaman tahunan (perkebunan) disertai tindakan konservasi yang intensif agar fungsi lindung tetap terpelihara; serta Agroforestry dan pembuatan hutan kemasyarakatan. Membatasi secara tegas pertumbuhan areal tegal, disertai pengawasan yang ketat; Melibatkan petani dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan disekitarnya; Menerapkan sistem pertanian konservasi dalam budidaya pertanian ditanah tegal; Mengganti jenis tanaman yang dibudidaya dan tanaman semusim menjadi tanaman tahunan dalam jangka waktu panjang/bertahap; serta Membatasi dengan tegas pertumbuhan kawasan permukiman; Melibatkan petani dalam program intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi; Dikhususkan lahan yang diperuntukkan bagi sawah abadi. V - 28

29 5.5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN Nomor Peta : 5.5 V - 29

30 5.6 Nomor Peta : 5.6 V - 30

31 Nomor Peta : 5.7 V - 31

32 Nomor Peta : 5.8 V - 32

33 Nomor Peta : 5.9 V - 33

34 Nomor Peta : 5.10 V - 34

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN Komoditi : Padi Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember No Panen Rerata 1 Sukorame 1.928 67,30 12.975 1.512 63,14

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN Kawasan strategis merupakan kawasan potensial yang sangat penting dalam lingkup Kabupaten karena mempunyai pengaruh terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK

POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta arah pembangunan terkait yang akan digunakan untuk menyusun

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 2. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan dataran dan rawan banjir; 3. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta 4. Melakukan koordinasi

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. PENENTUAN ALTERNATIF LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN SORGUM DI KABUPATEN LAMONGAN Oleh : Nanda Gayuk Candy 3609 100 011 DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. Prodi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatar-belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016 Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup LEMBAR PERNYATAAN Bersama ini saya Bupati Lamongan menyatakan bahwa Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah yang tertuang dalam Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 7.1. Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tata ruang yang telah disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA 1. Peningkatan Populasi = 2. Peningkatan Produksi Daging = 3. Peningkatan Produksi Telur = 4. Peningkatan Konsumsi Daging = 5. Peningkatan Konsumsi Telur = Jml. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN A. Gambaran Wilayah A.1 Kondisi Geografis Secara geografis Wilayah Kabupaten Lamongan terletak anatara 6º 51 54 sampai dengan 7º23 6 lintang selatan dan antara 112º 4 41 sampai dengan 112º 33 12 bujur

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian)

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian) JURNAL TEKNIK POMITS Vol.3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-136 Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian) Dewi Karina

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tanah dan air dalam wilayah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah diatur dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan diatur dalam Peraturan Pemerintah RI

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PER

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PER LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.299, 2014 LINGKUNGAN. Tanah. Air. Konservasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5608) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 26 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak 189.223 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN PERKOTAAN BREBES-TEGAL-SLAWI-PEMALANG TAHUN 2016-2036 I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Kabupaten Lamongan merupakan kabupaten yang banyak memiliki potensi, khususnya sektor industri, perikanan, pertanian dan pariwisata, tetapi keberadaan potensi tersebut belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) Pengertian AMDAL Kriteria wajib AMDAL Proses AMDAL Jenis AMDAL Contoh kasus AMDAL AMDAL Lahan Basah Fungsi AMDAL Pengertiang AMDAL Adalah kajian mengenai dampak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR? TAHUN 2016 SERI E. 2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SEMPADAN PANTAI DI KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci