6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku"

Transkripsi

1 Analisis pendapatan pedagang bakso dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha bakso dengan biaya-biaya usaha bakso yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan keragaan usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling. Usaha ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan input beserta biayanya hingga output atau besar penerimaan yang dihasilkan oleh masing-masing pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Kemudian analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing-masing pedagang baik pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling serta menghitung efisiensi pendapatan pedagang bakso yang diperoleh dari hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Sedangkan untuk menganalisis hipotesa yang telah disebutkan pada pendugaan hipotesa maka di uji dengan menggunakan Mann-Whithney Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling pada umumnya sama, hanya terdapat sedikit perbedaan dari segi perbandingan penggunaan bahan pengisi dan bumbu. bakso sapi yang mangkal menggunakan perbandingan tepung sebagai bahan pengisi lebih sedikit, yaitu antara 10 hingga 25 persen perkilogram daging sapi yang digunakan, sedangkan pedagang bakso sapi keliling relatif lebih banyak yaitu mencapai persen perkilogram daging sapi yang digunakan. Penggunaan bumbu dan garam relatif hampir sama tergantung selera dan keinginan pedagang pembuat bakso. Setiap pedagang memperoleh bahan bahan baku sendiri-sendiri. Bahan baku tersebut dapat diperoleh pedagang di pasar bogor, pasar anyar dan pasar warung jambu. Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah tiba dari pasar, maka semua bahan diolah oleh para pekerja. Tujuan akhir produsen (pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling) yaitu memperoleh pendapatan dari hasil produksi usaha bakso yang dilakukannya. Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat pendapatan yang didapatkan usaha bakso sapi yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha bakso sapi menunjukkan struktur biaya

2 yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha bakso sapi. Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha perbulan dan perhari Analisis Pendapatan Analisis Pendapatan Bakso Mangkal Secara umum pendapatan dari kegiatan pedagang bakso mangkal ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang bakso diperoleh dari perkalian antara jumlah yang dijual dengan harga per porsi bakso (mangkok), dengan demikian besar kecilnya nilai penerimaan usaha bakso sangat ditentukan oleh harga jual dan jumlah produksi bakso yang dihasilkan oleh pedagang bakso mangkal. Analisis rata-rata pendapatan pedagang bakso mangkal dapat dilihat pada lampiran Penerimaan Bakso Mangkal Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Faktor penentu besarnya penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang dihasilkan tersebut. Jika dilihat secara umum rata-rata penerimaan pedagang bakso mangkal sebesar Rp perbulan, akan tetapi peneliti membuat pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut, yakni pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro), penerimaan pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta (skala kecil) dan penerimaan pedagang bakso mangkal di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Penerimaan Bakso Mangkal Per Bulan di Kota Bogor Pada Tahun 2009

3 Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%) < 25 Juta (skala mikro) Juta 100 Juta (skala kecil) 5 33 > 100 Juta (skala menengah) 3 20 Total Berdasarkan Tabel 11 tersebut pedagang bakso mangkal memiliki jumlah perbedaan yang bervariasi antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. dari segi karakteristik pribadi responden pedagang bakso juga mempengaruhinya, seperti umur pelaku usaha mangkal yang menggeluti usaha ini. Jika umur pelaku usaha semakin tua maka penerimaan yang didapatkannya juga semakin banyak, hal ini dikarenakan sudah lamanya pedagang bakso tersebut menjual bakso secara mengkal. Selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang mangkal ini juga memiliki perbedaan serta jumlah yang terjual setiap harinya juga bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Bakso Mangkal < 25 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2009 No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan di bawah 25 juta ini kebanyakan memiliki umur usaha yang masih belum lama, dari umur usaha satu hingga lima tahun, sehingga jumlah yang di produksi perharinya juga masih sedikit dan jumlah porsi yang terjual juga masih di bawah 100 porsi perhari, selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal juga berkisar dari Rp hingga Rp per porsinya. Sedangkan untuk pedagang bakso yang memiliki penerimaan 25 juta sampai 100 juta perbulannya dapat di lihat pada Tabel 13.

4 Tabel 13. Penerimaan Bakso Mangkal 25 Juta 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Berdasarkan Tabel 13 pedagang bakso mangkal yang mendapatkan penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta rupiah lebih sedikit dibanding dengan yang dibawah 25 juta. Hal tersebut juga terkait dengan lamanya usaha yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal tersebut dan harga yang ditawarkannya juga. Semakin lama usaha yang digelutinya berlangsung semakin banyak penerimaan yang didapatkannya, seperti yang didapatkan oleh ketiga pedagang bakso yang ada pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Penerimaan Bakso Mangkal di atas 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun No Responden Jumlah Terjual/hari (mangkok) Harga Per Porsi (Rp) Jumlah (Rp) 1 Mangkal Mangkal Mangkal Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Untuk analisis pendapatan, pengeluaran untuk usaha bakso ini digolongkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yan dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan pengeluaran biaya perbulan, adapun pengeluaran dan total pendapatan yang diperoleh pedagang bakso mangkal per bulannya adalah sebagai berikut:

5 Tabel 15. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Mikro Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang bakso mangkal tersebut memiliki perbedaan antara pedagang bakso yang satu dengan yang lainnya hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda. Untuk pendapatan yang didapatkan juga memiliki perbedaan dikarenakan jumlah produksi yang dimiliki oleh pedagang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimilikinya, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 16. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Kecil Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Mangkal Pada Tabel 16 juga memiliki perberdaan dengan tabel 15, pedagang bakso mangkal yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah produksi yang semakin banyak serta harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso ini juga berbeda dengan pedagang yang mendapatkan pendapatan dibawah 5 juta. Selanjutnya pendapatan yang paling tinggi terdapat pada tabel 17. Hal tersebut adalah harga yang ditawarkan tinggi serta pedagang bakso ini juga sudah memiliki brand tersendiri dan sudah banyak orang yang mengetahui nama pedagang bakso ini, yakni pedagang bakso Bantolo, Seuseupan serta Boboho. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.

6 Tabel 17. Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Mangkal Skala Menengah Pada Tahun 2009 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1 Mangkal Mangkal Mangkal Analisis Pendapatan Bakso Keliling Penerimaan, pengeluaran dan pendapatan yang di dapatkan oleh pedagang bakso keliling memiliki perbedaan dengan perdagang bakso mangkal, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Bakso Keliling Pada Bakso Keliling Pada Tahun 2009 Responden Penerimaan Pengeluaran Pendapatan No (Rp) (Rp) (Rp) Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling Keliling bakso keliling tidak memiliki banyak perbedaan dalam hal pendapatan yang didapatkannya sehingga penerimaan, pengeluaran yang

7 didapatkan oleh pedagang bakso keliling tersebut dirata-ratakan dan dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 19. Rata-rata Biaya Variabel dan Biaya Tetap Bakso Keliling Per hari dan Per bulan Pada Tahun Uraian Satuan Jumlah Harga Perhari Perbulan Biaya Variabel: Bahan Baku Daging Sapi Kg Tepung Tapioka/Aci + Paket Bumbu Bahan Pelengkap Mie Kg 1, Bihun Kg 1, Sayur Toge Kg 1, Sawi Kg 1, Minyak Goreng Kg 0, Bawang Goreng Jadi Bungkus 0, Seledri Kg 0, kecap manis Bungkus 1, Saos Bungkus 2, Cuka Botol 1, Garam Kg 0, Penyedap Rasa Kg 0, Sambel Kg 0, Pembungkus Plastik + Karet Paket Biaya Gas Tabung 0, Biaya Transportasi Rupiah Total Biaya Variabel Biaya Tetap: Sewa Tempat Rp Listrik,air,keamanan Rp 0 0 dan kebersihan 0 Biaya Tenaga Kerja Orang Biaya Penyusutan Gerobak Rp Kompor Rp Dangdang Rp Centong Rp Tabung Gas Rp Ember Rp Total Biaya Tetap Jumlah Total Biaya

8 Pada Tabel 19 dapat dilihat rata-rata biaya total variabel yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling sebanyak Rp per hari dan untuk per bulannya sebanyak Rp Hal ini disebabkan karena dalam produksi biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel ini sesuai dengan jumlah atau kapasitas yang diproduksi. Biaya bahan baku yang digunakan oleh pedagang bakso keliling per hari sebesar Rp , dengan rincian harga perkilogram daging sapi yang digunakan oleh pedagang bakso adalah dari Rp hingga Rp dan ratarata para pedagang bakso membeli daging tersebut sebanyak 1,5 kilogram hingga 2,5 kilogram per hari. Biaya bahan baku lainnya yang digunakan adalah tepung tapioka atau aci dan bumbu untuk pengolahan bahan baku yang digunakan pedagang bakso keliling per hari sebesar Rp dan per bulannya Rp tepung serta bumbu untuk pengolahan bahan baku tersebut digunakan sesuai dengan keiinginan pelaku usaha bakso. Perbandingan yang seharusnya digunakan dalam mengolah bakso mulai dari 0,2 gram banding satu kilogram daging. Tetapi bagi pelaku usaha bakso keliling jika hal tersebut dilakukan maka mereka tidak dapat menjual produk mereka dengan harga murah. Sehingga kebanyakan mereka memakai perbandingan dengan 0,25 gram hingga setengah kilogram tepung banding satu kilogram daging. Biaya bahan pelengkap yang digunakan sehari oleh pedagang bakso keliling bervariasi, biaya rata-rata per hari untuk mie adalah sebesar Rp dimana setiap pedagang bervariasi menggunakan jumlah mie setiap harinya. bakso keliling biasanya mengggunakan mie kiloan, yang dibeli langsung ke pasar tradisional terdekat dengan pemukiman pedagang. Jumlah mie yang digunakan sehari sebanyak satu kilogram hingga dua kilogram perhari, dimana harga rata-rata per kilogram mie sebesar Rp Biaya rata-rata untuk bihun yang dikeluarkan per hari sebesar Rp 7.500, jumlah yang digunakan oleh pedagang per harinya berkisar setengah hingga dua kilogram per hari dengan harga bihun per kilogram sebesar Rp Bahan pelengkap lainnya yang digunakan sehari-hari adalah sayuran, sayuran yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdiri dari sayur toge dan sawi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari untuk sayur toge adalah sebesar Rp dan biasanya para pelaku usaha ini menggunakan toge per harinya

9 sebesar satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp Sayur sawi yang digunakan per hari juga berkisar antara satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang setiap harinya sebesar Rp Bahan pelengkap lain yang digunakan adalah seledri, biaya rata-rata per hari untuk seledri sebesar Rp Dimana para pedagang biasanya membeli seledri mulai dari harga Rp 500 hingga Rp perhari. Karena kapasitas produksi pada penjualan bakso keliling sedikit maka jumlah seledri yang digunakan juga tidak banyak, sehingga membeli dengan harga Rp 500 hingga Rp per hari sudah mencukupi untuk kebutuhan pedagang per harinya. Bahan pelengkap yang digunakan juga adalah bawang goreng jadi yang dibeli langsung dari pasar dengan biaya rata-rata sebesar Rp per hari. Para pedagang menggunakan bawang goreng jadi yang dibeli langsung di pasar dengan alasan untuk lebih praktis dalam penyajiannya serta tidak membutuhkan waktu untuk mengolah atau menggoreng lagi jika membeli bawang mentah, dan dari segi kualitas dan penampilan juga bawang goreng jadi yang dibeli dipasar lebih kriuk disbanding dengan buatan mereka sendiri. Minyak goreng yang digunakan perharinya oleh pelaku usaha bakso tidak membutuhkan banyak, sehingga biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp perhari. Biaya rata-rata yang dibutuhkan pedagang bakso untuk kecap manis per hari sebesar Rp dengan menggunakan kecap yang dibeli di pasar tradisional, dan pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan merek yang digunakan dalam penjualannya. Para pedagang bakso memilih kecap yang murah dan seringnya dikemas dalam botolan. Sama seperti saos yang digunakan setiap harinya dibeli di pasar tradisional dengan tanpa memperhatikan merek atau kualitas yang digunakan dan biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari oleh pedagang bakso keliling sebesar Rp Biaya rata-rata cuka yang digunakan per hari sebesar Rp dan biaya rata-rata garam yang digunakan per hari sebesar Rp 650, dan penyedap rasa yang digunakan bervariasi dengan biaya rata- rata sebesar Rp Kebutuhan sambel yang digunakan sehari-hari sebesar Rp per hari. Biaya rata-rata untuk pembungkus per hari yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling adalah sebesar Rp 1.800, dengan rincian plastik dan karet

10 yang digunakan per harinya. Kebutuhan pembungkus tidak diperlukan banyak dikarenakan pedagang bakso keliling tidak membutuhkan banyak pembungkus, biasanya para konsumen langsung membawa mangkok sendiri atau makan langsung di tempat. Biaya rata-rata gas yang digunakan per hari sebesar Rp 6.250, dan biaya rata-rata transportasi sebesar Rp pelaku usaha bakso biasanya belanja dekat dengan pemukiman mereka, sehingga sebagian pelaku usaha tidak mengeluarkan biaya transportasi. Sehingga rata-rata jumlah total biaya variabel dalam usaha bakso keliling sebesar Rp per hari dan jika dikalikan dengan jumlah satu periode yaitu perbulan maka rata-rata jumlah total biaya variabel sebesar Rp Biaya tetap yang digunakan per bulannya adalah terkait dengan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat seperti gerobak biaya rata-rata yang dikeluarkan per bulannya adalah sebesar Rp , hal ini dengan perhitungan bahwa satu buah gerobak dibeli dengan harga Rp kemudian nilai sisa yang dimiliki sebesar Rp dengan asumsi ketahanan gerobak selama dua tahun kemudian dibagi 12 bulan. Selanjutnya penyusutan rata-rata biaya kompor sebesar Rp perbulan, biaya rata-rata penyusutan dangdang Rp perbulan, biaya rata-rata penyusutan centong sebesar Rp 778 perbulan, biaya ratarata ember Rp perbulan. Dan dalam biaya tetap lainnya yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdapat satu pedagang yang menggunakan seorang tenaga kerja yang dibayar Rp perbulan, sehingga dari jumlah tersebut maka biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp perbulan. Total biaya rata-rata untuk biaya tetap pedagang bakso keliling sebesar Rp perbulan. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya tetap lain yang harus dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling, seperti penyewaan tempat sebagaimana yang dilakukan oleh pedagang bakso mangkal, serta pembayaran biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan. Perbedaan dalam biaya tetap yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling dengan pedagang bakso mangkal adalah dalam biaya sewa tempat usaha, biaya listrik, air, keamanan dan kebersihan serta biaya tenaga kerja yang dilakukan oleh pelaku usaha tersebut. Biaya rata-rata sewa tempat oleh pedagang mangkal per bulannya sebesar Rp sedangkan bagi pedagang

11 bakso keliling tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat per bulannya karena pedagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong untuk menjajakan hasil jualannya, dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang bakso mangkal untuk listrik, air, keamanan dan kebersihan sebesar Rp perbulannya dan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp per bulannya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian biaya yang dikeluarkan oleh pedagang bakso keliling pada lampiran 5. Perbandingan Bakso Mangkal Dengan Bakso Keliling Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso kemudian dirataratakan dengan melihat rata-rata pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Hasil penjualan bakso sapi sebagai hasil produksi dari total jumlah yang terjual selama satu periode dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu bulan. Penghitungan penerimaan yang diperoleh pedagang yang dianalisis adalah penerimaan pedagang bakso mangkal dan penerimaan pedagang bakso keliling. Adapun hasil analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut: Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Bakso di Kota Bogor Pada tahun Mangkal Skala Mikro Mangkal Skala Kecil Mangkal Skala Menengah Keliling Penerimaan per Hari (Rp) Penerimaan per Bulan (Rp) Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh pedagang bakso mangkal lebih besar dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Hal tersebut karena jumlah produksi dari masing-masing pedagang berbeda. Jumlah produksi yang dihasilkan serta harga yang ditawarkan oleh pedagang juga mempengaruhi penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala mikro setiap harinya sebanyak Rp hal ini dikarenakan lama usaha yang digeluti oleh pedagang bakso masih relatif lebih awal dibandingkan dengan pedagang bakso mangkal skala kecil. Adapun penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal skala

12 kecil per bulannya adalah sebesar Rp sedangkan pedagang mangkal skala menengah mendapatkan lebih besar penerimaannya yakni sebesar Rp bakso mangkal skala menengah ini sudah memiliki nama yang cukup terkenal kemana-mana, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk mencoba produk tersebut, seperti boboho dan seseupan merupakan bakso yang sangat terkenal di Bogor. Selain antusias dari konsumen yang ingin mengunjungi tempat tersebut juga dikarenakan letak berjualannya juga sangat strategis, dekat dengan pusat keramaian dan akses ke tempat tersebut juga mudah. Selain itu pedagang skala menengah ini juga memiliki ke khasan yang dimiliki dalam produk dan kualitas serta tempat lokasi berjualan yang nyaman bagi pengunjung. Sementara bagi pelaku pedagang bakso yang skala mikro dan kecil jarang yang memiliki keunikan dalam hal produk yang ditawarkan. Rata-rata penerimaan yang didapatkan pedagang bakso keliling setiap hari sebanyak Rp dan per bulannya sebesar Rp Harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso mangkal lebih mahal dibandingkan pedagang bakso keliling. Harga per porsi yang ditawarkan pedagang bakso mangkal sebesar Rp hingga Rp sedangkan harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso keliling lebih murah yakni sebesar Rp hingga Rp per porsi. Kapasitas yang dihasilkan dalam produksi dan jumlah penjualan per harinya juga lebih banyak pedagang bakso mangkal sehingga jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal cenderung lebih banyak dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Perbedaan pendapatan antara pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling adalah dari jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pelaku usaha bakso. Modal harian yang digunakan oleh pedagang bakso mangkal maupun pedagang bakso keliling juga berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh masing-masing pedagang. Modal harian yang digunakan berbeda, hal ini dikarenakan pengalaman dalam berusaha, kebijakan dari pedagang serta pola pengeluaran para pedagang yang berbeda setiap harinya. mangkal memiliki modal hariannya lebih besar daripada pedagang bakso keliling, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin,

13 1993). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh pendapatan yang besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan yang lebih besar. Harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki perbedaan. bakso mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai dari harga per mangkok Rp hingga Rp per porsi. Sedangkan pedagang bakso keliling menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding dengan pedagang bakso mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp per mangkok hingga Rp Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda sehingga memiliki perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Bakso di Kota Bogor Pada Tahun Uraian Keliling (rupiah/bulan) Bakso Mangkal (Skala) Mikro Kecil Menengah Penerimaan Jumlah Total Biaya Pendapatan Bersih R/C Rasio 1,23 1,66 Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yakni R/C rasionya. Bila dilihat dari keuntungan usaha tersebut, usaha tersebut untung jika dilakukan yaitu nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang bakso mangkal lebih besar dari pedagang bakso sapi keliling, dengan rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1,66 dan pedagang bakso sapi keliling sebesar 1,23. Artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso mangkal akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,66 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso sapi keliling akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,23. Dapat disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Rata-rata usaha pedagang bakso mangkal mencapai R/C rasio sebesar 1,66 dan rata-rata usaha pedagang bakso keliling mencapai R/C rasio sebesar 1,23. Dengan nilai rasio usaha bakso sebesar 1,66 dan 1,23 termasuk kedalam usaha yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang tinggi. Menurut Sihite (1998)

14 menyatakan R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak menguntungkan, R/C rasio 1,00 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 1,66 pada pedagang bakso mangkal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 66 persen. Sedangkan nilai R/C rasio pedagang bakso keliling sebesar 1,23 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 23 persen. Skala usaha yang dijalankan pedagang bakso akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya usaha, sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada pedagang bakso yang dilaksanakan. Pengelompokan perbedaan R/C rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengelompokan Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun Tingkat R/C Rasio Mangkal Persentase (%) Keliling Persentase (%) Rendah < 1, Sedang 1,00 1, ,3 8 53,3 Tinggi > 1, ,7 7 46,7 Jumlah , ,0 Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah pada pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling sebanyak nol persen. bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki R/C rasio memiliki R/C rasio lebih dari satu atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C sedang dan tinggi. Untuk R/C rasio sedang bagi pedagang bakso mangkal berkisar sebesar 33,3 persen dan R/C rasio tinggi sebanyak 66,7 persen. bakso keliling yang memiliki kriteria R/C rasio sedang sebesar 53,3 persen dan kriteria R/C rasio tinggi sebanyak 46,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kedua usaha bakso tersebut para pedagang bakso mendapatkan keuntungan sebesar R/C rasio masing-masing yang didapatkan oleh pedagang.

15 bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki kegiatan dan peran yang berbeda dalam penjualan maupun pelayanannya kepada konsumen yang membeli sehingga pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing pedagang juga memiliki perbedaan. Pengaruh modal harian terhadap pendapatan dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, merupakan suatu hal yang mudah dipahami, karena semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh (Wahyudin, 1993). Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa pedagang bakso mangkal menggambarkan bahwa pedagang bakso mangkal memperoleh pendapatan lebih besar daripada pedagang bakso keliling sehingga efisiensinya juga mengikuti. Dari perbandingan itu tampak ada kecenderungan bahwa keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal lebih besar dan berbeda dengan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso keliling. Maka peneliti melakukan analisis perbandingan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dengan membandingkan dari R/C rasio yang didapatkan. Untuk menilai perbedaan antara R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling dilakukan analisis perbandingan R/C rasio dengan membandingkan R/C rasio yang didapatkan oleh masing-masing pedagang dengan uji Mann-Whithney. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whithney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat R/C rasio pedagang bakso mangkal dengan nilai..( ) dengan pedagang bakso keliling. Nilai tersebut ditunjukkan sebesar 0,56 yang lebih kecil dari α 5 % (1.645). rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1.66 dan rata-rata R/C rasio pedagang keliling sebesar 1,23. Dengan uji tersebut menunjukkan pedagang bakso mangkal mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada pedagang bakso keliling. Maka dari hipotesis yang telah di sebutkan sebelumnya maka dinyatakan tolak H 0 pada taraf nyata α. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Software SPSS V.15 diperoleh hasil:

16 Ranks R/C Rasio Mangkal N Mean Rank Sum of Ranks Keliling Total 30 Test Statistics(b) R/C Rasio Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).056 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable:.056(a) Gambar 2. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.15.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan

Lebih terperinci

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi 28213829 Latar Belakang Perkembangan dunia industry dan bisnis pada umumnya

Lebih terperinci

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 8.1 Pendapatan Usaha Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI SUSUN OLEH : NAMA : CORISUS TRISEPTIARAHARJO NIM : 10.11.4059 KELAS : S1 TI 2G SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MIE AYAM

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING (Kasus Pada Baso Urat Gatot Kaca) Karangan Ilmiah yang Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Akuntansi Biaya Oleh Hasan Sunarto

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115 ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115 Nama : Putri Indriasari NPM : 22209360 Pembimbing : Ary Natalina, S.Sos., MM Latar Belakang Masalah Break event point

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI. TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : 10. 12. 5144 Kelas : S1. SI. 2K STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini dibuat untuk membantu

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS NAMA NIM : GAGAH PRAYOGI : 10.12.4744 / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Menekuni berbagai peluang bisnis di bidang makanan memang menjanjikan untung besar bagi para

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Makanan ala Gerobak ESTU PRIYANGGO AJI 10.11.3920 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstrak Dalam penyusunan karya tulis ilmiah

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016 ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL SOTO MIE BETAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING MELALUI PENDEKATAN FULL COSTING PADA UD. SOTO MIE BETAWI IBU SANNY Nama : Syaripudin NPM : 28213751 Kelas : 3EB04

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

Ignatius Satriyo Utomo eb 08

Ignatius Satriyo Utomo eb 08 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA USAHA BAKMI AYAM GAJAH MUNGKUR Ignatius Satriyo Utomo 23210385 3 eb 08 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan 46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha Pengolahan Pisang Di Kota Palu Usaha pengolahan pisang merupakan usaha pengolahan kedua terbanyak di Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu.

Lebih terperinci

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diburu para konsumen. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang sangat renyah, menjadikan kerupuk sebagai

Lebih terperinci

Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang

Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang Nama : Aulia Pahwandi NPM : 21214824 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati SE., MMSI PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN...

NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN... Page1 TUGAS PROPOSAL BISNIS E-COMMERCE NASI GORENG SEHAT ENAK TENAAANN... OLEH : DEWI SRI RAHAYU 11120056 4MP S1 Pagi Page2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PEDAGANG NASI KUNING ( Studi Kasus Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda )

ANALISIS KEUNTUNGAN PEDAGANG NASI KUNING ( Studi Kasus Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda ) ejournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (4): 990-1001 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 ANALISIS KEUNTUNGAN PEDAGANG NASI KUNING ( Studi Kasus Pedagang Nasi Kuning di Pasar

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

Lampiran A : Determinasi Tanaman

Lampiran A : Determinasi Tanaman 40 Lampiran A : Determinasi Tanaman 41 Lampiran B: Penghitungan Pembuatan Sampel 1. Perhitungan Pembuatan Sampel Diketahui : berat ekstrak pisang mas 2,5 mg konsentrasi ekstrak etanol yang diinginkan:

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN. penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam

PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN. penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam LAMPIRAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONSEN Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti mengenai maksud dan tujuan penelitian, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Pendidikan : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung LAMPIRAN Pengukuran Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung LAMPIRAN Peserta Senam Lansia Di Banjar Tuka Desa Dalung MASTER TABEL Darah Lansia Di Banjar Tuka

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN 1 LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN PEMPEK LAJANG : PEMPEK BERBAHAN DASAR IKAN LELEE DENGAN ISI BUAH JAMBLANG Disusun oleh : Ermy Puspitasari Qisthya Octa Istnainy Novi Ari Christanty Yusuf Zawawi Imam Busyrah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan dari menggunakan metode non parametrik adalah : APLIKASI TEST PARAMETRIK TEST NON PARAMETRIK Dua sampel saling T test

BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan dari menggunakan metode non parametrik adalah : APLIKASI TEST PARAMETRIK TEST NON PARAMETRIK Dua sampel saling T test BAB I PENDAHULUAN Metode statistik yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan metode parametrik (seperti t-test, z test, Anova, regresi, dan lainnya) dengan menggunakan parameter-parameter seperti

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek penelitian adalah seluruh guru SMA swasta yang berjumlah 131 guru yang terdiri dari

Lebih terperinci

PROPOSAL USAHA BAKSO QOLBU Jl. Pengayoman Ruko Mirah II 7 Makassar

PROPOSAL USAHA BAKSO QOLBU Jl. Pengayoman Ruko Mirah II 7 Makassar PROPOSAL USAHA BAKSO QOLBU Jl. Pengayoman Ruko Mirah II 7 Makassar A. PENDAHULUAN Setiap orang pasti ingin menjadi sukses di bisnis atau usaha-nya sendiri. Tapi juga banyak orang yang berpikiran seumur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran Martabak Air Mancur Restoran Martabak Air Mancur (MAM) merupakan konsep restoran yang menyajikan keunikan pengolahan tepung terigu menjadi menu makanan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM :

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM : PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM : 10.12.4575 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Karya tulis ini di buat untuk membantu pembaca menentukan suatu peluang bisnis.

Lebih terperinci

Best team work. PKMK Usaha Pembuatan dan Komersialisasi Bakso Sayur Rendah Kolesterol sebagai Alternatif Makanan Sehat (Bakso La-legumbre)

Best team work. PKMK Usaha Pembuatan dan Komersialisasi Bakso Sayur Rendah Kolesterol sebagai Alternatif Makanan Sehat (Bakso La-legumbre) U1 PKMK Usaha Pembuatan dan Komersialisasi Bakso Sayur Rendah Kolesterol sebagai Alternatif Makanan Sehat (Bakso La-legumbre) Best team work Anindita Anggarani (A14070057/2007) Nur Aufah Kurnia (A14070054/2007)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Guru BK SMP di Kota Salatiga yang menjadi guru Bimbingan konseling SMP di Salatiga berdasarkan latar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

1.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Penghasilan Orang Tua

1.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Penghasilan Orang Tua LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengujian SPSS 1.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Penghasilan Orang Tua 1.1.1. Uji Kruskal-Wallis Ranks Skor_pengetahua n Penghasila n N Mean Rank kurang_2jt

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAKSO PADA UD.BAKSO JAWI PENULISAN ILMIAH

ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAKSO PADA UD.BAKSO JAWI PENULISAN ILMIAH ANALISIS INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAKSO PADA UD.BAKSO JAWI PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai gelar setara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMP Negeri 10 Salatiga merupakan salah satu SMP Negeri di Salatiga yang terletak di jalan argomulyo Salatiga. SMP Negeri 10 Salatiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Mie Ayam

Peluang Bisnis Mie Ayam Peluang Bisnis Mie Ayam Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Lingkungan Bisnis Disusun oleh : Eko Aprianto (10.01.2716) D3TI 2A Program D3 Teknik Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No. 97 RT. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan UKM Rengginang sari ikan merupakan salah satu produsen Rengginang di Kabupaten Sumenep. Usaha ini terletak di jalan Monumen Kuda sakti No.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Perhitungan Dosis. Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark :

LAMPIRAN. Perhitungan Dosis. Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark : LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan Dosis Berat rata-rata mencit = 25 mg Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark : Dosis = Dosis Dewasa x Berat

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM MIE AYAM BAKSO PAKDE

ANALISIS PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM MIE AYAM BAKSO PAKDE ANALISIS PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UKM MIE AYAM BAKSO PAKDE Nama : Andri NPM : 21214146 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Syntha Noviyana, SE.,

Lebih terperinci

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK PELUANG USAHA JAMUR KRIUK Di susun oleh : Nama : Yurdiansyah M Agun Nim : 11.11.5691 Kelas : 11-S1-TI-15 Blog : melodyautomotif@blogspot.com ABSTRAK Peluang bisnis kali ini yang saya buat tentang peluang

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Peluang bisnis musiman yang menjanjikan untung besar bagi para pelakunya, salah satunya saja seperti bisnis camilan kacang mete yang labanya semakin gurih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design). Desain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

Bisnis Warung Kelontong Modal Kecil

Bisnis Warung Kelontong Modal Kecil Bisnis Warung Kelontong Modal Kecil Mungkin benar bila modal uang merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam memulai usaha. Namun memiliki modal uang yang terbatas, bukan menjadi satu alasan bagi Anda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti meliputi: a) merumuskan masalah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus pintu gerbang yang berbatasan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK, PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PEDAGANG ASONGAN SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TOLOK UKUR PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI DAERAH

ANALISIS KARAKTERISTIK, PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PEDAGANG ASONGAN SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TOLOK UKUR PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI DAERAH ANALISIS KARAKTERISTIK, PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA PEDAGANG ASONGAN SEKTOR INFORMAL SEBAGAI TOLOK UKUR PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI DAERAH Frendy A. O. Pelleng Wilfried S. Manoppo ABSTRAK Sulitnya

Lebih terperinci

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong

Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong Bisnis Keripik Singkong, Labanya Penuhi Kantong Gurih dan renyahnya keripik singkong begitu banyak digemari masyarakat. Tak heran bila belakangan ini banyak pemula maupun pelaku bisnis camilan yang saling

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL 2X24 JAM

Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL 2X24 JAM Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL 2X24 JAM Nomor Responden : Enumerator : Nama Responden : Kelas : Tanggal Wawancara : Recall : Hari ke- 1 / Hari ke-2 *) WAKTU MAKAN NAMA MASAKAN NAMA BAHAN MAKANAN URT BERAT

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU AN ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING OF PROCESSED

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Pangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012 bahwa pangan adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 ) KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG Agus Muharam 1 ) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi agusmuharam@studdent.unsil.ac.id M. Iskandar Mamoen 2 ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

KHURIYATI NINGSIH EKONOMI / AKUNTANSI

KHURIYATI NINGSIH EKONOMI / AKUNTANSI PENERAPAN BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT BAKSO DAGING PADA BAKSO ONO ROSO KHURIYATI NINGSIH 22209009 EKONOMI / AKUNTANSI Latar Belakang Pencapaian tujuan badan usaha

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Uji Validitas dan Reliabilitas

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Uji Validitas dan Reliabilitas BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Survei dalam penelitian ini dilakukan dengan mengirimkan kuesioner kepada para kepala Bappeda kabupaten/kota yang terpilih sebagai

Lebih terperinci

Pernyataan 2 Sayuran Brassica perlu direndam dengan air panas agar sayuran terlihat lebih segar. jawaban 6511, ,500-1,392,164

Pernyataan 2 Sayuran Brassica perlu direndam dengan air panas agar sayuran terlihat lebih segar. jawaban 6511, ,500-1,392,164 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Hasil Pengujian SPSS 7.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Responden Tiap Perumahan 7.1.1. Uji Mann Whitney Pernyataan 1 Sayuran Brassica perlu dilakukan pencucian

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOMERSIALISASI BUBUR IKAN ASAP BUBUR INSAP USAHA MENGEMBANGKAN BUBUR KHAS INDONESIA BERNILAI GIZI TINGGI BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan Diusulkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY ES KRIM WALL S DENGAN ES KRIM CAMPINA

ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY ES KRIM WALL S DENGAN ES KRIM CAMPINA ANALISIS PERBANDINGAN BRAND EQUITY ES KRIM WALL S DENGAN ES KRIM CAMPINA Nama : Nova Evlyn NPM : 16213506 Pembimbing : Dr. Widyatmini, SE., MM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAKSO POPULER DI MASYARAKAT

BAKSO POPULER DI MASYARAKAT BAKSO POPULER DI MASYARAKAT Karya ilmiah Disusun oleh : Nama : AHMAD IMRON NIM : 10.11.3788 Kelas : S1-TI 2D SEKOLAH TINGGI MANAJEMN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010-2011 Abstrak Bakso

Lebih terperinci

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan pada bidang ekonomi dan teknologi yang begitu pesat di dunia dan masyarakat kita saat ini telah merubah pola

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan 48 Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan Nama Jumlah Harga Satuan Nilai Awal (Rp) Nilai Akhir (Rp) Umur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dojang Taekwondo Salatiga yang berpusat di Jalan Widosari No.1 Salatiga. Jumlah populasi di Dojang

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan sampel untuk skripsi ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada ibu-ibu komplek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang peternakan. Pada tahun 2009, industri pengolahan daging di dalam negeri mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1 : KUESIONER PENELITIAN DAMPAK PENGEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP TOKO KELONTONG DI KELURAHAN JATIBENING BARU BEKASI

Lampiran 1 : KUESIONER PENELITIAN DAMPAK PENGEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP TOKO KELONTONG DI KELURAHAN JATIBENING BARU BEKASI L- 1 Lampiran 1 : KUESIONER PENELITIAN DAMPAK PENGEMBANGAN MINIMARKET TERHADAP TOKO KELONTONG DI KELURAHAN JATIBENING BARU BEKASI Kepada Yth. Responden Assallamualaikum, Selamat pagi/siang/sore, Nama saya

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub sektor perikanan dan pendapatan di luar sub sektor perikanan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

Dizziness Handicap Inventory

Dizziness Handicap Inventory Dizziness Handicap Inventory Petunjuk: Tujuan dari skala ini adalah untuk mengidentifikasi kesulitan yang mungkin anda alami karena rasa pusing anda. Silakan tandai "IYA", atau "TERKADANG" atau "TIDAK"

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di FKIP UKSW program studi Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu program studi universitas

Lebih terperinci

Bussines Opportunity Mie Ayam Pelangi

Bussines Opportunity Mie Ayam Pelangi Bussines Opportunity Mie Ayam Pelangi Logo Mie Ayam Pelangi Logo Bakso Pascok Produk Makanan dari Mie Ayam Pelangi adalah Brand yang dikembangkan oleh Kioskami Network dan dikontrol secara ketat oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan primer setiap manusia untuk mempertahankan hidupnya. Makanan selalu dibutuhkan manusia untuk dikonsumsi setiap hari, sehingga sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAHAN BAKU MIE PADA USAHA MIE AYAM AUDI

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAHAN BAKU MIE PADA USAHA MIE AYAM AUDI ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI BAHAN BAKU MIE PADA USAHA MIE AYAM AUDI Nama : Kemas Muhammad Evan Naufal NPM : 24213791 Pembimbing : Dyah Mieta Setyawati,

Lebih terperinci

NPart Tests. Mann-Whitney Test Homogenitas. Ranks. Grup N Mean Rank Sum of Ranks. sebelum Total 14.

NPart Tests. Mann-Whitney Test Homogenitas. Ranks. Grup N Mean Rank Sum of Ranks. sebelum Total 14. NPart Tests Mann-Whitney Test Homogenitas Ranks Grup N Mean Rank Sum of Ranks sebelum1 1 7 6.21 43.50 2 7 8.79 61.50 Total 14 Test Statistics b sebelum1 Mann-Whitney U 15.500 Wilcoxon W 43.500 Z -1.156

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED) BUAH PISANG MENJADI KRIPIK PISANG DI KELURAHAN BABAKAN KOTA MATARAM (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Kripik Pisang Cakra ) 1) IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent)

Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent) Uji Data Dua Sample Tidak Berhubungan (Independent) 1. Uji Mann-Whitney Kasus : Seorang guru kesenian di suatu sekolah dasar ingin meneliti bakat menyanyi yang dimiliki anak didiknya apakah memang anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada gaya hidup masyarakat. Perubahan ini juga terlihat pada pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kali proses produksi. Periode satu kali produksi yang dibahas dalam penelitian ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kali proses produksi. Periode satu kali produksi yang dibahas dalam penelitian ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Biaya dan Keuntungan 1. Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan habis dalam satu kali proses produksi. Periode satu kali produksi

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. sekolah. Penulis membagikan Skala kebiasaan belajar kepada respondenpada tanggal 27 Juni BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Sebelum pengumpulan data penulis, meminta surat ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk melakukan penelitian di SMK

Lebih terperinci

STATISTIK NON PARAMETRIK

STATISTIK NON PARAMETRIK STATISTIK NON PARAMETRIK JI MANN WITNEY PENDAHLAN ji mann witney merupakan salah satu uji statistic beda yang mempunya cirri sample bersifat independent. Sample independent artinya satu pengukuran variable

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Usaha Mie Ayam DISUSUN OLEH : NAMA : RUT MERILENE HADY NIM : 10.11.4474 KELAS : S1TI 2M Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA T.A. 2010/2011 BAB

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA MARTABAK TELUR DI MATANGGLUMPANGDUA KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA MARTABAK TELUR DI MATANGGLUMPANGDUA KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Jurnal S. Pertanian 1 (9) : 786 791 (2017) ISSN : 2088-0111 ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA MARTABAK TELUR DI MATANGGLUMPANGDUA KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Barmawi 1, T. M. Nur 2, Halus Satriawan 2

Lebih terperinci