PEMODELAN SPASIAL LAHAN SAWAH KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN SPASIAL LAHAN SAWAH KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 PEMODELAN SPASIAL LAHAN SAWAH KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT (Land Use Changes Analysis and Spatial Modelling on Paddy Field in Tasikmalaya Regency, West Java Province) Irmadi Nahib Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama, Badan Informasi Geospasial Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong 16911, Indonesia ABSTRAK Dinamika perubahan tutupan lahan merupakan objek kajian yang penting dan selalu menarik untuk diteliti karena berkaitan dengan berbagai isu perubahan iklim global. Upaya perlindungan sawah di Pulau Jawa menjadi penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Karakteristik alih fungsi sawah salah satunya dapat ditelusuri melalui pendugaan model regresi logistik. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang mengalami konversi lahan sawah cukup besar, yakni pada periode sebesar ha (13,32 %) dan periode sebesar ha (71,24 %). Tujuan penelitian ini adalah untuk (i) mengetahui perubahan penggunaan lahan wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada periode , dan (ii) membangun model spasial lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya untuk memprediksi perubahan lahan sawah dimasa yang akan datang. Pengembangan model perubahan lahan sawah dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik. Variabel dependen (Prediktan, Y) biner regresi logistik dinyatakan sebagai 0 dan 1, dimana 1 mengungkapkan terjadinya perubahan, dan 0 tidak terjadi perubahan. Variabel independen yang digunakan adalah jarak dari pemukiman dan jarak dari sungai. Model ini dibangun atas terjadinya perubahan lahan sawah antara tahun 1990 dan Persamaan model perubahan sawah yang diperoleh adalah Logit (perubahan lahan sawah)= -1, * x 1-1,3777x 2, dengan nilai Relative Operating Characteristics (ROC) sebesar 0,8334. Hasil validasi model menunjukkan bahwa model yang dikembangkan cukup baik dengan memberikan akurasi 83,34%. Kata kunci: perubahan penggunaan lahan,sawah, pemodelan spasial,model logistik, prediksi ABSTRACT The dynamics of land cover changes as an object of study is important and it is always interesting to study because it is associated with a variety of global climate change issues. To protection the paddy fields in Java is becomes an effort important for maintaining national food security. The Characteristics landuse conversion one of which can be traced through a logistic regression model estimation. Tasikmalaya Regency is one area that is experiencing quite paddy filed conversion, so as in the period amounted to 7,285 hectares and the period amounted to 39,198 hectares. These research objectives are (i) to determine the changes of paddy field at Tasikmalaya Regency in the period , and (ii) to build a spatial model of paddy field to predict the conversion in the future. The development model of paddy field changed was done by using a logistic regression model. The dependent variable (Predictor, Y) binary logistic regression expressed as 0 and 1, where 1 reveal changed and 0 is not changed. The independent variables used are: distance from the road, distance from the industry area, distance from settlement, distance from housing (residence), and slope. This model was built upon the occurrence of paddy field in between 1990 and Equation of the paddy field changes models obtained were: logit (paddy field coversion) = - 1, * x 1 (distance from settlement) - 1,3777x 2 (distance from streams), with a value of Relative Operating Characteristics (ROC) of The results of model validation using paddy field between shows that the model developed was quite adapted, providing accuracy of 83,34 %. Keywords : land use change, paddy field, spatial model, logistic model, prediction 243

2 Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI: PENDAHULUAN Dampak dari semakin tingginya permintaan masyarakat untuk berbagai tujuan penggunaan lahan, saat ini keberadaan sumberdaya lahan semakin langka. Dengan demikian, ruang sebagai basis aktivitas ekonomi harus ditata dengan baik agar dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Penggunaan lahan yang tidak mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan sehingga bertentangan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang mensyaratkan terwujudnya lingkungan yang lestari sehingga tidak merugikan kepentingan generasi masa yang akan datang. Bagi sektor pertanian penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik yang dimiliki lahan disamping dapat merusak lingkungan juga akan menyebabkan menurunnya produktivitas dari tanaman (Nowar et al., 2015) Merujuk Chen, et al. (2013) perubahan penggunaan lahan/tutupan lahan (Land Use Land Changes/LULC) merupakan hal yang penting bagi perubahan sosial, pembangunan ekonomi regional, dan perubahan lingkungan. Menurut Guan, et al. (2011) dinamika perubahan tutupan lahan merupakan objek kajian yang penting dan selalu menarik untuk diteliti karena berkaitan dengan berbagai isu perubahan global. Sedangkan hasil penelitian Barus, et al. (2011) menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang melampaui kemampuan lahannya, sangat berpotensi menyebabkan lahan terdegradasi, jika keadaan ini terus dibiarkan akan memicu terjadinya lahan kritis. Hal senada dinyatakan oleh Arsyad (2010) bahwa perubahan penutupan atau penggunaan lahan diilustrasikan sebagai semua bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik materiil maupun spiritual. Perubahan penggunaan lahan di Indonesia yang paling dominan terjadi pada tipe penggunaan lahan hutan dan sawah. Menurut publikasi BPN (2007), sepanjang telah terjadi alih fungsi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali sebesar ha atau sekitar ha/tahun. Sedangkan hasil analisis terhadap peta penggunaan lahan tahun 1990 dan tahun 2011 diperoleh lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1990 adalah ha (20% dari seluruh areal yang ada di Kabupaten). Sedangkan pada tahun 2011, luas lahan sawah menurun menjadi ha. Dalam periode dua puluh satu tahun terjadi penurunan luas lahan sawah sebesar ha atau menurun sekitar 72,65%. Laju penyusutan lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya adalah ha/tahun. Upaya perlindungan sawah di Pulau Jawa menjadi penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Dalam rangka mempertahankan lahan sawah, pemerintah telah mengalokasi ruang melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Karakteristik alih fungsi sawah dapat ditelusuri melalui regresi logistik (Santoso et al., 2014). Perubahan penggunaan lahan dapat diprediksi secara kuantitatif dengan memasukkan faktorfaktor fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan (Munibah et al., 2010). Prediksi perubahan penggunaan lahan dapat dianalisis melalui pendekatan model berbasis spasial, salah satunya adalah berdasarkan Cellular Automata (CA). CA adalah suatu permodelan berbasis spasial yang mampu memprediksi kondisi di waktu yang akan datang dari interaksi lokal antarsel pada grid yang teratur (Hand, 2005), dimana sel merepresentasikan penggunaan lahan. Aturan (rule) dibuat sebagai pertimbangan sel tetangganya yang menjadi dasar perubahan penggunaan lahan. CA terdiri dari beberapa komponen yaitu cell (piksel), state, ketetanggaan (neighborhood) dan transition ruler/transition function. Model penggunaan lahan dengan menggunakan CA telah diterapkan sebagai alat untuk mendukung perencanaan penggunaan lahan dan analisis kebijakan serta mengeksplorasi skenario untuk pembangunan di masa depan (Van Vliet et al., 2009). Perubahan penggunaan lahan, pada suatu lokasi dan dalam kurun waktu tertentu, dapat dikaji sebagai fenomena atau peristiwa yang bersifat dikotomi. Perubahan penggunaan lahan, sebagai fenomena yang bersifat biner, hanya terdiri dari dua kategori yaitu berubah atau tidak berubah. Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan umumnya merupakan kombinasi antara variabel yang bersifat kontinyu dan kategorikal (Xie et al., 2005). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan didekati dengan persamaan regresi logistic 244

3 binner (logit model). Regresi logistik merupakan satu model matematis untuk menganalisis hubungan variabel-variabel bebas baik berupa data continue, discrete, dichotomus, atau kombinasinya yang mempengaruhi satu variabel terikat (Arsanjani et al., 2013). Teknik analisis ini telah dilakukan pada alih fungsi hutan (Kumar et al., 2014; Siles, 2009), pertumbuhan kota (Arsanjani et al., 2013) dan perubahan lahan sawah (Santoso et al., 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada periode , dan membangun model spasial perubahan lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya. METODE Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1. Peta penutupan dan penggunaan lahan, skala 1: Tahun 1990, 2000, 2006 dan 2011, Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan. 2. Peta wilayah administratif Kabupaten Tasikmalaya dan Kota skala 1:50.000, Bappeda Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. 3. Peta jaringan jalan Kabupaten Tasikmalaya, skala 1: Peta sebaran pemukiman Kabupaten Tasikmalaya, skala 1: Peta sebaran perumahan Kabupaten Tasikmalaya, skala 1: Peta sebaran industri Kabupaten Tasikmalaya, skala 1: Peta kelas lereng Kabupaten Tasikmalaya, skala 1: Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ArcGIS, Idrisi TerrSet dan MS Excel. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Peta penutupan dan penggunaan lahan tahun 1990, 2000, 2006 dan 2011 dilakukan generalisasi. Tipe penutup lahan yang ada (terdiri 23 kelas), dilakukan pengkelasan kembali menjadi 7 kelas, yaitu: tubuh air, hutan alam, hutan tanaman, semak belukar (tanah terbuka), pemukiman, pertanian dan sawah. Peta dengan format vektor dikonversi menjadi format raster dengan ukuran cell 30. Selanjutnya dengan menggunakan peta penggunaaan lahan tahun 1990 sebagai data awal dan peta penggunaan lahan tahun 2000 sebagai data akhir, dilakukan analisis perubahan lahan dengan menggunakan software Idrisi TerrSet. Sedangkan peta penggunaan lahan tahun 2011 digunakan sebagai peta rujukan untuk memvalidasi peta simulasi penggunaan lahan tahun Model Spasial Perubahan Lahan Sawah Pemodelan perubahan penggunaan lahan sawah yang dianalisis yaitu perubahan penggunaan lahan sawah menjadi non sawah periode tahun yang tersaji pada Gambar 1. Prediksi perubahan lahan sawah dengan modul CA-Markov diasumsikan bahwa perubahan lahan sawah mengikuti pola perubahan penggunaan lahan sawah sebelumnya, dengan fungsi regresi logistik. Filter yang digunakan adalah filter 5x5 artinya perubahan penggunaan lahan pada piksel pusat dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada 24 piksel sekitarnya. Skenario perubahan penggunaan lahan pada setiap piksel tergantung pada kesesuaian lahannya dan penggunaan lahan tetangganya (Jacob, et al. 2008). Pengaruh ketetanggaan artinya perubahan penggunaan lahan pada suatu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada piksel tetangganya. Menurut Hair (2010), regresi logistik merupakan bentuk khusus regresi yang diformulasikan untuk memprediksi dan menerangkan suatu variabel kategori biner. Analisis regresi logistik ditampilkan pada format raster (grid). Analisis ini bisa digunakan untuk menjelaskan terjadi atau tidak terjadinya perubahan lahan sawah. Hasil regresi logistik diuji ketepatannya dengan metode Relative Operating Characteristic (ROC) dengan nilai antara 0,5-1,0. Nilai 1,0 mengindikasikan hasil penghitungan tepat sempurna, sedangkan nilai 0,5 mengindikasikan bahwa hasil penghitungan tersebut karena pengaruh acak saja (Pontius dan Schneider, 2001). Faktor yang berpengaruh terhadap perubahan lahan sawah menjadi non sawah adalah jarak dari jalan, jarak dari industri, jarak dari pemukiman dan jarak perumahan (Santoso, et al. 2014), 245

4 Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI: serta kepadatan penduduk. Penghitungan jarak menggunakan metode euclidean distance), yakni jarak dari satu objek ke objek yang lainnya. Gambar 1. Bagan Alir Model Prediksi. Peubah (y) adalah 0 dan 1, dimana 0 merupakan tidak terjadinya perubahan dan 1 merupakan terjadinya perubahan. Persamaan regresi logistik dapat dirumuskan dengan bentuk Persamaan 1 dan Persamaan 2, berikut ini: (Pontius dan Schneider, 2001) Ln(P/1-P)= a+b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 3x 3 +b 4 x 4 +e...(1) Logit(P) = a+b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 3x 3 +b 4 x 4 + e...(2) dimana: P = Nilai peluang perubahan lahan sawah, a = konstanta, b = koefisien, x 1 = jarak sawah dari pemukiman (meter) x 2 = jarak sawah dari sungai (meter) x 3 = jarak sawah dari perumahan (meter) e = error Hasil analisis regresi diuji dengan nilai probabilitas. Variabel dengan angka probabilitasnya lebih kecil dari 0,05, untuk itu variabel-variabel tersebut dapat digunakan untuk penghitungan selanjutnya (Prasetyo, et al. 2009). Hasil pengolahan logistik akan diperoleh dari model (peta) prediksi pengunaan lahan sawah pada tahun Validasi model dilakukan dengan membandingkan Peta pengunaan lahan sawah pada tahun 2011 (simulasi) dengan peta pengunaan lahan sawah pada tahun 2011 (aktual). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perubahan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Tasikmalaya periode tahun 1990, 2000, 2006 dan 2011 disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2. Sedangkan perubahan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2 dan Gambar

5 Tabel 1. Penutupan Lahan Kabupaten Tasikmalaya,Tahun 1990, 2000, 2006 dan Penggunaan Luas Luas Perse Luas Luas Persen Persen Lahan (ha) (ha) n (ha) (ha) Persen Hutan Alam , , , ,59 Hutan , , , ,62 Tanaman Semak , , , ,97 Belukar Pemukiman , , , ,29 Tubuh Air , , , ,50 Pertanian , , , ,21 Sawah , , , ,82 Jumlah , , , ,00 Sumber : Hasil analisis Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun 2011 Keterangan Gambar 2. Penggunaan Lahan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1990 dan Tahun Tabel 2. Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Tasikmalaya, Tahun dan Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%) Hutan Alam - 0, ,24-0,00 HutanTanaman , , ,96 Semak Belukar , , ,23 Pemukiman 60 0, ,40-0,00 Tubuh Air - 0,00-0,00-0,00 Pertanian , , ,73 Sawah , , ,65 Merujuk Tabel 1 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1990, penggunaan lahan yang dominan adalah pertanian seluas ha (77,99%) terdiri atas lahan pertanian seluas ha (57,63%) dan sawah seluas ha (20,36%), hutan alam seluas ha (15,33%). Sedangkan pada tahun 2011 pola pengunaan lahan di Kabupaten Tasikmalaya relatif sama dengan kondisi penggunaan lahan pada tahun 1990, hanya saja terjadi pengurangan luas sawah yang cukup besar. Pada tahun 1990 luas sawah adalah ha, pada tahun 2000 telah 247

6 Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI: berkurang, sehingga luas sawah menjadi ha. Dengan demikian terjadi pengurangan luas sawah sebanyak ha (13,32 %). Status Perubahan Lahan a.tahun a.tahun Gambar 3. Penggunaan Lahan Tetap di Kabupaten Tasikmalaya: a. Tahun , dan Merujuk Tabel 2, penggunaan lahan pada periode , penggunaan lahan yang berupa hutan tanaman mengalami penurunan. Hutan alam mengalami penurunan seluas ha (12,10%). Merujuk Nahib, et al. (2015) bahwa perubahan hutan tanaman menjadi pertanian ini bersifat sementara. Sistem penanaman hutan yang diselingi dengan tanaman pertanian (agroforestry system dan tumpang sari) seolah-olah hutan tanaman yang telah ditebang berubah menjadi penggunaan lahan sebagai lahan pertanian. Keberadaan tanaman pertanian hanya bersifat sementara (sekitar tiga hingga lima tahun). Pada usia hutan tanaman sudah mencapai tiga hingga lima tahun, maka keberadaan tanaman pertanian tidak lagi dominan, karena yang menjadi perioritas pada areal ini adalah hutan tanaman, sehingga penggunaan lahannya adalah sebagai hutan tanaman. Keberadaan areal pertanian (pertanian dan perkebunan) pada tahun 2000 bertambah sebesar ha atau bertambah sekitar 8,05% disbanding areal pertanian pada tahun Penambahan areal pertanian terjadi pada areal hutan tanaman (yang juga ditanami dengan tanaman pertanian pada saat tanaman hutan masih baru ditanam hingga tanaman berumur lima tahun), tanah terbuka yang sudah dimanfaatkan dan juga lahan sawah. Sedangkan pada lahan sawah berkurang sebesar ha atau berkurang sekitar 11,68% dibanding kondisi areal pertanian pada tahun Perubahan yang terjadi pada lahan sawah menunjukkan lahan sawah berubah menjadi areal pertanian lahan kering campuran. Perubahan lahan sawah yang hanya menjadi lahan pertanian ini perlu dicermati lebih lanjut. Resolusi spasial citra landsat sebesar 30 m, menjadi areal dengan luas 30 m x 30 m dianggap suatu piksel. Merujuk Jacob, et al. (2008) menyatakan perubahan penggunaan lahan pada setiap piksel tergantung pada kesesuaian lahannya dan penggunaan lahan tetangganya. Pengaruh ketetanggaan artinya perubahan penggunaan lahan pada suatu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada piksel tetangganya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis dengan menggunakan citra resolusi tinggi, untuk mendapatkan kelas penggunaan lahan yang lebih teliti. Pada periode tahun pola perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Tasikmalaya relatif sama dengan kondisi pada periode tahun 1990, hanya saja terjadi pengurangan lahan tanah terbuka (semak belukar) seluas 174 ha (6,01%). Areal bekas tebangan pada tahun 1990 (kondisi sepuluh tahun yang lalu), telah berubah menjadi hutan tanaman. Areal tersebut pada saat ini merupakan areal yang sudah ditanami kembali dengan vegetasi hutan. Pengelolaan pada kawasan hutan produksi, sesuai daur tanaman telah mengalokasi areal petak dan tebang dan areal penanaman. 248

7 Model Spasial Lahan Sawah Pemodelan perubahan penggunaan lahan sawah merupakan salah satu cara untuk memahami dan menjelaskan dinamika perubahan penggunaan lahan. Analisis aspek biofisik dan sosial diintegrasikan dengan menggunakan penyusunan model. Perubahan penggunaan lahan sawah sangat berkaitan dengan perubahan ekologi (Veldkamp dan Verburg, 2004). Hasil uji coba hubungan antara dua variabel bebas yakni: jarak sawah dari perumahan dan jarak sawah dari sungai, kedua variabel tersebut mempengaruhi perubahanlahan : sawah menjadi non sawah. Berdasarkan analisis perubahan sawah menjadi non sawah, diperoleh trend perubahan, dan dilakukan prediksi penutupan lahan dengan metode Markov Chain yang disajikan Tabel 3. Tabel 3. Matriks Prediksi Perubahan Penutupan Lahan Kabupaten Tasikmalaya. No Penutupan Lahan Pertanian Sawah 1 Tahun 2011 Pertanian 0,9336 0,0398 Sawah 0,2765 0, Tahun 2022 Pertanian 0,9219 0,0655 Sawah 0,4547 0, Tahun 2033 Pertanian 0,8985 0,0833 Sawah 0,5777 0,4170 Sumber: Hasil Analisis Tabel 3 memiliki nilai 0 1 yang menunjukkan suatu peluang terhadap besarnya perubahan penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang mempunyai kecenderungan akan mengalami perubahan adalah yang nilainya lebih dari 0,00 atau kurang dari 1,00. Sedang yang nilai 0,00 atau 1,00 berarti penggunaan lahan adalah tetap (tidak berubah). Markov Chain menggunakan asumsi bahwa perubahan yang akan terjadi di masa depan memiliki pola dan peluang yang serupa dengan pola perubahan yang terjadi selama periode waktu yang digunakan. Merujuk Tabel 3, peluang perubahan lahan sawah menjadi non sawah (pertanian) dari tahun 2011 ke tahun 2022 dan tahun 2033 semakin meningkat. Sedangkan peluang lahan pertanian menjadi sawah jauh lebih kecil dibandingkan peluang sawah menjadi lahan pertanian. Berdasarkan matrik peluang potensial perubahan tersebut dapat diprediksi peluang perubahan pada masingmasing lokasi (piksel) seperti disajikan pada Gambar 4. Peluang terjadi perubahan lahan sawah menjadi lahan pertanian semakin lama semakin besar. a). Tahun b). Tahun Gambar 4. Potensi Transisi Perubahan Sawah Menjadi Non Sawah Kabupaten Tasikmalaya. 249

8 Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI: Pada periode tahun didominasi warna hijau yang menunjukan peluang terjadi perubahan adalah sebesar sebagaimana disajikan pada rata-rata sebesar 21% - 45%. Pada periode tahun peluang perubahan didominasi warna hijau yang menunjukan peluang terjadi perubahan adalah sebesar rata-rata sebesar 21% 45%. Sedangkan pada periode tahun didominasi warna kuning dan merah yang menunjukan peluang terjadi perubahan adalah rata-rata sebesar 35% - 50%. Merujuk Persamaan 2, diperoleh model pendugaan lahan sawah Kabupaten Tasikmalaya (persamaan 3) dan nilai statistik regresi linear disajikan pada Tabel 4. Logit (P) = -1, * x 1-1,3777x 2 (3) P = nilai peluang perubahan lahan sawah, a = konstanta, b = koefisien, x 1 = jarak sawah dari pemukiman (meter) x 2 = jarak sawah dari sungai (meter) Tabel 4. Nilai Statistik Regresi Linear. Number of total observations ,000-2logL ,6432-2log(likelihood) ,4279 Goodness of fit ,6582 Pseudo R 2 0,2260 Chi-square (df=5) ,2154 ROC 83,34 Hasil ROC, nilai akurasi hasil regresi logistik diperoleh nilai sebesar 0,8334 yang artinya pendugaan model spasial perubahan lahan sawah dengan variabel bebasnya diperoleh sangat baik. Hal ini berarti bahwa variabel bebas tersebut secara statistik dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan lahan sawah menjadi non sawah sebesar 83,34%. Merujuk model perubahan lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Persamaan (3), menunjukkan bahwa dua variabel bebas berpengaruh. Variabel jarak dari pemukiman mempunyai koefisien positif. Semakin dekat sawah dengan areal pemukiman semakin besar peluang terjadi konversi lahan sawah menjadi areal pemukiman. Permukiman mewakili variable pendorong perubahan lahan dari faktor sisi sosial. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatan kebutuhan akan areal pemukiman (perumahan). Areal pemukiman pada umum aksesibiltas (terutama jalan) yang menghubungkan dengan pusat keramaian sudah tersedia. Akses jalan ini pada umumnya juga melintasi areal lahan persawahan, oleh karena itu areal persawahan menjadi prioritas bagi para pengembangan untuk membangunnya menjadi areal pemukiman (perumahan). Pengembangan berdasarkan pertimbangan efesiensi biaya pembangunan lebih menyukai areal-areal yang sudah ada akses jalannya untuk dikembangkan menjadi areal pemukiman (perumahan). Kecepatan penurunan berkurang seiring berkurangnya luas sawah. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Santoso, et al. (2014), bahwa perumahan dan permukiman merupakan penggunaan lahan yang paling mengancam sawah. Perumahan dan permukiman merupakan penggunaan lahan ikutan dari industri. Hubungan antara alih fungsi dengan jarak terhadap permukiman menunjukkan bahwa alih fungsi sawah banyak terjadi pada jarak antara 0 hingga 600 meter dari permukiman di Kabupaten Bekasi, sedangkan di Kabupaten Sukabumi mencapai meter. Variabel jarak dari sungai terhadap perubahan lahan sawah mempunyai koefisien negatif. Dimana sawah yang berada pada daerah yang jauh dengan sungai, peluang terjadi konversi semakin besar. Peluang terjadi konversi sawah cendrung terjadi pada daerah-daerah jauah dari sungai. 250

9 Berdasarkan pengolahan model logistik Persamaaan (2) dengan menggunakan data penggunaan lahan sawah pada tahun 1990 dan tahun 2000 diperoleh model prediksi perubahan sawah Kabupaten Tasikmalaya (Persamaan 3). Pendekatan yang digunakan pemodelan diasumsikan bahwa perubahan lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya pada masa yang akan datang mengikuti pola perubahan penggunaan lahan sawah sebelumnya. Dengan persamaan 3, dilakukan pendugaan perubahan lahan sawah pada tahun 2022 dan tahun 2033 disajikan pada Gambar 5. Keterangan a). Tahun 2022 b). Tahun 2033 Gambar 5. Model Prediksi Perubahan Lahan Sawah Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarakan Gambar 5, diperoleh perkembangan luas lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya disajikan pada Tabel 5. Merujuk Tabel 5, sawah di Kabupaten Tasikmalaya pada periode akan berkurang sebesar 8.491,00 ha (24,63%), dan pada periode akan berkurang 5.861,00 ha (17,00%). Laju pengurangan sawah ini akan terus menurun sesuai dengan jumlah ketersedian awal yang sudah semakin sedikit. Pemodelan merupakan penyederhanaan dari kondisi sebenarnya di dunia nyata. Model ini dibangunan dengan keterbatasan data yang ada. Namun diharapkan hasil penelitian dapat memperkaya dalam penerapan model dalam rangka monitoring sumberdaya alam. KESIMPULAN Tabel 5. Luas Lahan Sawah Kabupaten Tasikmalaya, Tahun No Tahun Luas (ha) ,00 Perubahan Luas (ha) Persen , ,00 11, ,00 74,00 0, , ,00 71, ,00 * ,00* 8.491,00 24, ,00* 5.861,00 17,00 Sumber: Hasil analisis Keterangan: * Hasil Prediksi Penggunaan lahan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 terdiri dari: hutan tanaman (12,82%), hutan alam seluas ha (2,24%), tanah terbuka (semak belukar) seluas 251

10 Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI: (0,94%): pemukiman seluas ha (3,47%), tubuh air seluas ha (0,50%), pertanian seluas (74,33%) dan sawah seluas ha (5,48%). Pola dan distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2011 relative sama dengan pola penggunaan lahan pada tahun Lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya mengalami penyusutan pada periode tahun sebesar ha (13,32%) dan periode seluas ha (72,65%). Laju penyusutan lahan sawah pada periode adalah 728,50 ha per tahun, sedangkan pada periode ,60 ha per tahun. Model spasial perubahan lahan sawah Kabupaten Tasikmalaya yang diperoleh adalah Logit (P) = -1, * x 1-1,3777x 2 dengan nilai ROC sebesar 0,8334. Persamaan model spasial yang diperoleh menyatakan bahwa dua variabel bebas berpengaruh. Variabel jarak dari pemukiman koefisien positif, semakin dekat dengan areal pemukiman maka peluang perubahan lahan sawah semakin besar. Sedangkan variabel jarak dari sungai koefisien negatif, artinya semakin dekat dengan sungai maka peluang perubahan lahan sawah semakin kecil. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan pada setiap periode tertentu yang konsisten (misalnya setiap tahun), sekaligus dengan pemanfaatan citra penginderaan jauh multi temporal untuk mendeteksi perubahan lahan sawah setiap waktu. Dengan demikian, updating sistematik dapat dilakukan secara lebih baik sehingga angka luas sawah dapat termutakhirkan setiap saat. UCAPAN TERIMAKASIH Makalah ini merupakan bagian dan pengembangan dari kegiatan penelitian Kajian Kesesuaian RTRW pada Potensi Daerah dan Realisasinya yang didanai oleh Pusat Penelitian, Promosi dan Kerja Sama Badan Informasi Geospasial Tahun Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian, Promosi, dan Kerja Sama BIG atas fasilitas (data dan dana) yang diberikan untuk melakukan penelitian ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kepala Bappeda Kabupaten Tasikmalaya dan staf yang telah memberikan data dalam mendukung pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arsanjani, J.J., Helbich, M., Kainz,W.&Boloorani, A.D. (2013). Integration of Logistic Regression, Markov Chain And Cellular Automata Models to Simulate Urban Expansion. International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation, 21, Arsyad, S. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2. IPB Press. Bogor Barus, B., Gandasasmita, K., Tarigan, S., Rusdiana, O. (2011). Laporan Akhir Penyusunan Kriteria Lahan Kritis. Bogor. Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Pusat Pengkajian Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor. BPN. (2007). ATLAS Neraca Penatagunaan Tanah Nasional. Badan Pertanahan Nasional.Jakarta. Chen H, Liang X& Li R. (2013). Based on a Multi-Agent System for Multi-Scale Simulation and Application of Household s LUCC: A Case Study for Mengcha Village, Mizhi County, Shaanxi Province. Springerplus. 2013; 2 Suppl 1:S12. Guan, D., Li, H., Inohae, T., Su, W., Nagaie, T., & Hokao, K., (2011). Modeling Urban Land use Change by the Integration of Cellular Automaton and Markov Model. Ecological Modelling, 222(20-22), Hair, J. F. et al. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. 7th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hand, C. (2005). Simple Cellular Automata on Spraedsheet. Computer in Higher Education Economic Review. 17 (1), Jacob, N., Krishnan, R., Prasada Raju, P. V. S. P., & Saibaba. (2008). Spatial and Dynamic Modelling Techniques for Land Use Change Dynamics Study. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatia Information Science. Vol. XXXVII.Part B2. Beijing 2008: Kumar, R., Nandy, S., Agarwal,R. &Kushwaha, S.P.S. (2014). Forest Cover Dynamics Analysis and Prediction Modeling using Logistic Regression Model. Ecological Indicators, 45, Munibah,K., Sitorus., S.R.P.,Rustiadi, E., Gandasasmita, K. & Hartrisari. (2010). Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Erosi di DAS Cidanau, Banten. Jurnal Tanah dan Iklim. 32: Nahib,, I, Suwarno, Y, Turmudi (2015). Pemodelan Spasial Deforestasi di kabupaten Tasikmalaya. Majalah Ilmiah Globë, Volume 17 No. 2 Desember 2015 :

11 Nowar, W; Baskoro, DPT; dan Tjahjono, B. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Wilayahkabupaten Cianjur. Jurnal Tata Loka Volume 17 Nomor 2, Mei 2015, Biro Penerbit Planologi UNDIP. Semarang Pontius, R. G., & Schneider, L. C. (2001). Land-Cover Change Model Validation by an ROC Method for the Ipswich Watershed, Massachusetts, USA. Agriculture, Ecosystems & Environment, 85 (1), Prasetyo, L. B., Kartodihardjo, H., Adiwibowo, S., Setiawan, Y., & Okarda, B. (2009). Spatial Model Approach on Deforestation of Java Island, Indonesia. Journal of Integrated Field Science, 6, Santosa,S; Rustiadi,E; Mulyanto,B; Murtilaksono, K; Widiatmaka dan Rachman, NF. Pemodelan Penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan Berbasis Regresi Logistik dan Evaluasi Lahan Multi kriteria di Kabupaten Sukabumi. Majalah Globe Volume 16 No. 2 Desember 2014: Siles, N.J.S. (2009). Spatial Modelling and Predicton of Tropical Forest Conversion in the Isiboro Secure National Park and Indigenous Territory (TIPNIS), Bolivia. Thesis. International Institute for Geoinformatuon Science and Earth Observation. Enschede, the Netherlands. Van Vliet, J., White, R., & Dragicevic, S. (2009). Modeling Urban Growth Using a Variable Grid Cellular Automaton. Computers, Environment and Urban Systems, 33(1), Xie, Y., Mei, Y., Guangjin, T. & Xuerong, X. (2005) Socio-Economic Driving Forces of Arable Land Conversion: a Case Study of Wuxian City, China. Global Environmental Change, 15 (3),

PEMODELAN SPASIAL DEFORESTASI DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT

PEMODELAN SPASIAL DEFORESTASI DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT Pemodelan Spasial Deforestasi di kabupaten Tasikmalaya... (Nahib, dkk) PEMODELAN SPASIAL DEFORESTASI DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT (Spatial Modeling on Deforestation in Tasikmalaya Regency,

Lebih terperinci

PREDIKSI SPASIAL DINAMIKA AREAL TERBANGUN KOTA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK

PREDIKSI SPASIAL DINAMIKA AREAL TERBANGUN KOTA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK Prediksi Spasial Dinamika Areal Terbangun Kota Semarang... (Nahib) PREDIKSI SPASIAL DINAMIKA AREAL TERBANGUN KOTA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LOGISTIK (Spatial Dynamics Prediction of Built-Up

Lebih terperinci

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA Tiur Vera Damayanti Peruge, Drs. H. Samsu Arief, M.Si, Drs. Sakka, M.Si Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 4, NOVEMBER 2016, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN

TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 4, NOVEMBER 2016, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 4, NOVEMBER 2016, 211-221 2016 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN 0852-7458- E ISSN 2356-0266 T A T A L O K A ARAHAN PENGENDALIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN MARKOV

Lebih terperinci

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK PEMODELAN DINAMIKA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( Studi Kasus Kota Salatiga) Muhammad Sufwandika Wijaya sufwandika.geo@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN ZONASI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN ZONASI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan... (Ilyas dkk.) ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN ZONASI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (Spatial Analysis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 dengan memilih Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sebagai studi kasus penelitian.

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

Modeling Land Use/Cover Change Using Artificial Neural Network and Logistic Regression Approach (Case Study: Citarum Watershed, West Jawa)

Modeling Land Use/Cover Change Using Artificial Neural Network and Logistic Regression Approach (Case Study: Citarum Watershed, West Jawa) Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 30-36 PEMODELAN PERUBAHAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN LOGISTIC REGRESSION (STUDI KASUS: DAS CITARUM, JAWA BARAT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA

bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Komputer Indonesia Land use change

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN : Pemodelan Penyebaran Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Mempawah Menggunakan Metode Cellular Automata Maria Sofiani a, Joko Sampurno a *, Apriansyah b a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS

MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan

2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering digunakan secara bersama-sama, namun kedua terminologi tersebut berbeda. Menurut

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DAN DAERAH PENYANGGANYA

MODEL SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DAN DAERAH PENYANGGANYA Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan... (Alkaf dkk.) MODEL SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DAN DAERAH PENYANGGANYA (Landuse Change Spatial Model in Mount Merbabu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah Dinamika perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang penting dan selalu menarik untuk diteliti karena

Lebih terperinci

PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH

PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH Dicky Setiady dicky.setiady.geo@gmail.com Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

Konversi Lahan Sawah Berbasis Perubahan Penutup Lahan Citra Multiwaktu di Kota Langsa Iswahyudi 1, Abdurrachman 2 1

Konversi Lahan Sawah Berbasis Perubahan Penutup Lahan Citra Multiwaktu di Kota Langsa Iswahyudi 1, Abdurrachman 2 1 Konversi Lahan Sawah Berbasis Perubahan Penutup Lahan Citra Multiwaktu di Kota Langsa Iswahyudi 1, Abdurrachman 2 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Samudra 2 Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 12 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang diteliti adalah wilayah pesisir Kabupaten Karawang (Gambar 3), yang secara administratif berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor

Lebih terperinci

PEMODELAN PENETAPAN LAHAN SAWAH BERKELANJUTAN BERBASIS REGRESI LOGISTIK DAN EVALUASI LAHAN MULTIKRITERIA DI KABUPATEN SUKABUMI

PEMODELAN PENETAPAN LAHAN SAWAH BERKELANJUTAN BERBASIS REGRESI LOGISTIK DAN EVALUASI LAHAN MULTIKRITERIA DI KABUPATEN SUKABUMI Pemodelan Penetapan Lahan Sawah Berkelanjutan... (Santosa dkk.) PEMODELAN PENETAPAN LAHAN SAWAH BERKELANJUTAN BERBASIS REGRESI LOGISTIK DAN EVALUASI LAHAN MULTIKRITERIA DI KABUPATEN SUKABUMI (Modelling

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA Robiatul Udkhiyah 1), Gerry Kristian 2), Chaidir Arsyan Adlan 3) 1,2,3) Program

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG An Analysis of Land Use Change and Regional Land Use Planning in Bandung Regency Rani Nuraeni 1), Santun Risma

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Tahun 2003 dan 2013 di Kabupaten Dairi

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Tahun 2003 dan 2013 di Kabupaten Dairi Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597 Vol.2, No.4 : 1310-1315, September 2014 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Tahun 2003 dan 2013 di Kabupaten Dairi Analysis of Land

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penutup lahan adalah suatu fenomena yang sangat kompleks berdasarkan pada, pertama karena hubungan yang kompleks, interaksi antara kelas penutup lahan yang

Lebih terperinci

Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata)

Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata) Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata) Andi Ramlan 1, Muchtar S Solle 1, Seniarwan 2 1 JurusanIlmu Tanah FakultasPertanian, UniversitasHasanuddin

Lebih terperinci

TATA LOKA VOLUME 17 NOMOR 2, MEI 2015, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP

TATA LOKA VOLUME 17 NOMOR 2, MEI 2015, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP TATA LOKA VOLUME 17 NOMOR 2, MEI 2015, 76-86 2015 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP T A T A L O K A EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR RANCANGAN DI DAS CIBERANG PROVINSI BANTEN Evaluation

Lebih terperinci

TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 3, AGUSTUS 2016, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN

TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 3, AGUSTUS 2016, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 3, AGUSTUS 2016, 157-171 2016 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN 0852-7458- E ISSN 2356-0266 T A T A L O K A MODEL PERUBAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

Lebih terperinci

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013 Land Use Dynamics and Development of Oil Palm Plantation in Kubu Raya and Sanggau Regencies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat) SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat) Edy Junaidi dan Mohamad Siarudin Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK Nuril Umam nurilgeo@gmail.com Bowo Susilo bowos@gmail.com Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

MODEL PERUBAHAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DI KABUPATEN BOGOR, KABUPATEN CIANJUR, DAN KABUPATEN SUKABUMI

MODEL PERUBAHAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DI KABUPATEN BOGOR, KABUPATEN CIANJUR, DAN KABUPATEN SUKABUMI Model Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan untuk Identifikasi Lahan Kritis... (Kubangun, et.al) MODEL PERUBAHAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DI KABUPATEN BOGOR, KABUPATEN

Lebih terperinci

Model Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Mendukung Rencana Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus KPH Yogyakarta)

Model Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Mendukung Rencana Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus KPH Yogyakarta) 2016 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 12 (3): 277 292 September 2016 Model Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Mendukung Rencana Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus KPH Yogyakarta) Dony

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Analysis The Changes Land Cover in The Area of Gunung Naning Protected Forest in

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER Pemodelan Spasial Perkembangn Fisik Perkotaan...(Wijaya & Umam) PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER (Spatial Modeling

Lebih terperinci

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Kasdi Subagyono Pesatnya pembangunan sektor industri, perumahan, transportasi, wisata dan sektor perekonomian lainnya

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Kajian Perubahan Tutupan Lahan KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI (Study of Land Cover Change using

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PREDIKSINYA UNTUK TAHUN 2025 SERTA KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KABUPATEN BOGOR

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PREDIKSINYA UNTUK TAHUN 2025 SERTA KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KABUPATEN BOGOR J. Tanah Lingk., 17 (1) April 2015: 8-15 ISSN 1410-7333 DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PREDIKSINYA UNTUK TAHUN 2025 SERTA KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN TATA RUANG 2005-2025 DI KABUPATEN BOGOR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten TESIS ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten OLEH : IGNATIUS ADI NUGROHO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 Hak

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Interaksi antara manusia yang selalu bertambah jumlahnya dengan lingkungannya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang (UU No. 26 tahun

Lebih terperinci

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Siti Zahrotunisa 1, Prama Wicaksono 2 1,2 Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALYSIS PRICE AND VALUE OF LAND IN SEWON DISTRICT, USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2004-2011 PUBLIKASI ILMIAH Oleh : ERWIN FEBRIYANTO E 100.090.016 FAKULTAS GEOGRAFI

Lebih terperinci

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Konversi Lahan Sawah dalam Kaitan Lahan Pertanian Berkelanjutan dengan Analisis Spasial

Pemetaan Potensi Konversi Lahan Sawah dalam Kaitan Lahan Pertanian Berkelanjutan dengan Analisis Spasial Pemetaan Potensi Konversi Lahan Sawah dalam Kaitan Lahan Pertanian Berkelanjutan dengan Analisis Spasial B. Barus 1,2, D.R. Panuju 1,2, L.S. Iman 2, B.H.Trisasongko 1,2, K. Gandasasmita 1, dan R. Kusumo

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu ANDI CHAIRUL ACHSAN 1 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dunia terhadap kerusakan lingkungan baik global maupun regional akibat adanya pembangunan ditandai dengan diselenggarakannya Konferensi Stockholm

Lebih terperinci

Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi

Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi Kasus: Bagian Timur Kota Yogyakarta Muhammad Mangku Parasdyo mangku.parasdyo@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) La Ode Muh. Yazid Amsah 1, Drs. H. Samsu Arif, M.Si 2, Syamsuddin, S.Si, MT 2 Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan. SIDANG TUGAS AKHIR PEMANFAATAN CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK MENGIDENTIFIKASI PERUBAHAN OBYEK BANGUNAN (STUDI KASUS UPDATING RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA UNIT PENGEMBANGAN RUNGKUT SURABAYA) Oleh Dewi Nur

Lebih terperinci

PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN - CELLULAR AUTOMATA DI KECAMATAN ASEMROWO, KOTA SURABAYA

PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN - CELLULAR AUTOMATA DI KECAMATAN ASEMROWO, KOTA SURABAYA Jurnal Planoearth PWK FT UMMat ISSN 2615-4226 Vol. 3 No. 1, Februari 2018, hal. 12-16 PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN - CELLULAR AUTOMATA DI KECAMATAN ASEMROWO, KOTA SURABAYA Widiyanto Hari Subagyo

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) ABSTRAK

ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) ABSTRAK ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) La Ode S. Iman dan Didit Okta Pribadi 2) Eksplorasi Nusantara Kompleks BBIHP No.25 Cikaret,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya menerangkan semua tanda pengenal biosfer, atsmosfer, tanah geologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI

MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI MODEL SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus di Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah) SAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: compromise programming, fuzzy set, land allocation, land evaluation, multi-criteria decision making.

ABSTRACT. Key words: compromise programming, fuzzy set, land allocation, land evaluation, multi-criteria decision making. 5 ABSTRACT ANDI RAMLAN. Optimizing Plantation Allocation Using Spatially Multi- Criteria Approach Based Continuous Method. Supervised by BABA BARUS and MUHAMMAD ARDIANSYAH. The proficient planning of land

Lebih terperinci

PEMODELAN PERUBAHAN GUNA LAHAN (KASUS KABUPATEN MAJALENGKA)

PEMODELAN PERUBAHAN GUNA LAHAN (KASUS KABUPATEN MAJALENGKA) T A T A L O K A 2011 Biro Penerbit Planologi UNDIP PEMODELAN PERUBAHAN GUNA LAHAN (KASUS KABUPATEN MAJALENGKA) Land Use Change Modeling (Case Study Of Kabupaten Majalengka) Lia Warlina Jurusan Perencanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL DEFORESTASI PERIODE DI KPHP POIGAR, PROVINSI SULAWESI UTARA AFANDI AHMAD

MODEL SPASIAL DEFORESTASI PERIODE DI KPHP POIGAR, PROVINSI SULAWESI UTARA AFANDI AHMAD MODEL SPASIAL DEFORESTASI PERIODE 2000-2013 DI KPHP POIGAR, PROVINSI SULAWESI UTARA AFANDI AHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN

MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN Ketua Program Studi / Koordinator Mayor: Baba Barus, Dr Staf Pengajar : Atang Sutandi, Dr Baba Barus, Dr

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini erat berkaitan dengan keinginan manusia untuk meningkatan mutu kehidupannya

Lebih terperinci

DINAMIKA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH N I I N

DINAMIKA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH N I I N DINAMIKA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH N I I N SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA

SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA 17 SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA 1,2Baba Barus, 1,2 Diar Shiddiq, 2 L.S. Iman, 1,2 B. H. Trisasongko, 1 Komarsa G., dan 1 R. Kusumo

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI Oleh : Ardiansyah Putra 101201018 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan menggunakan peta penggunaan lahan tahun 1994 dan 2012 yang dihasilkan dari interpretasi citra Landsat

Lebih terperinci

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku Resensi Buku Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.33-38 Judul Buku: : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030 Penyunting Akhir : Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Sc., Ir. Kustanta Budi Prihatno,

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN

MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN MITIGASI BENCANA KERUSAKAN LAHAN Kurikulum : Program Magister Sains Kode Mata Kuliah SKS Semester Mata Kuliah Wajib SPs (6 SKS) PPS 500 Bahasa Inggris 3 Ganjil TSL 500 Geostatistik 3 Ganjil Mata Kuliah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 HALAMAN JUDUL NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiGelarSarjana S1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN) APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN) Hernandea Frieda Forestriko Jurusan Sains Informasi Geografis dan Pengembangan Wilayah

Lebih terperinci