BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Interaksi antara manusia yang selalu bertambah jumlahnya dengan lingkungannya akan berdampak terhadap kebutuhan lahan untuk pemukiman serta sarana dan prasarana pendukungnya. Hal ini akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Karena lahan memiliki sifat yang terbatas (finite) maka penggunaan lahan harus efisien, tertib dan teratur. Namun pada kenyataannya karena desakan kebutuhan (needs) masyarakat, sering terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Proses perubahan yang tidak terkendali akan menimbulkan masalah lingkungan. Lahan dengan fungsi ekologis seperti kawasan konservasi, ruang terbuka hijau dan sebagainya dapat berkurang atau bahkan hilang karena perkembangan lahan terbangun yang tidak terkendali. Oleh karena perubahan penggunaan lahan perlu dipantau. Dalam rangka pemantauan perubahan penggunaan lahan, diperlukan informasi penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan. Namun hal itu memerlukan sumber daya manusia yang banyak dan waktu lama. Kajian perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui suatu model. Model adalah representasi kenyataan yang disederhanakan (Thomas and Hugget, 1980). Model merupakan pendekatan yang mampu mengungkap dinamika sistem penggunaan lahan (Verburg, 2006 dalam Pimenta, et. al., 2008). Pendekatan dalam merancang pemodelan perubahan penggunaan lahan terdiri atas top-down approach dan bottom-up approach (Pimenta, et. al., 2008). Pendekatan topdown didasarkan pada kondisi daerah penelitian dengan pendekatan matematis atau statistik sedangkan pendekatan bottom-up didasarkan pada pelaku sebagai pengendali perubahan. Pendekatan top-down dapat memanfaatkan data sensus maupun data penginderaan jauh (Pimenta, et. al., 2008). Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang cukup pesat mampu memberikan solusi dalam penyediaan data eksisting informasi penggunaan lahan. Keragaman citra penginderaan jauh baik dari segi resolusi spasial, resolusi spektral maupun resolusi temporal akan memudahkan pengguna menyesuaikan dengan 1

2 kebutuhannya. Pemanfaatan citra penginderaan jauh dalam pemantauan perubahan penggunaan lahan memerlukan citra multitemporal dengan suatu rentang waktu tertentu. Menurut Baysal (2013) penelitian terkait pemodelan perubahan penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori yaitu berbasis agent dan berbasis pola. Pemodelan berbasis agent terkait dengan pelaku/actor yang melakukan simulasi perubahan sedangkan berbasis pola terkait penggunaan lahan saat ini dan perubahannya dari waktu ke waktu. Pemodelan berbasis pola salah satunya adalah dengan metode Markov Chain (MC). Markov Chain (MC) adalah suatu proses stokastik yang memiliki sifat bahwa suatu fenomena di masa yang akan datang tidak dipengaruhi oleh fenomena di masa lalu melainkan hanya dipengaruhi oleh fenomena saat ini saja. Prinsip dasar MC adalah mengukur probabilitas pada serangkaian kejadian di masa sekarang untuk memprediksi kejadian di masa depan. Hal ini menunjukkan sifat kebergantungan dalam MC, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penyusunan model simulasi termasuk perubahan penggunaan lahan. Berbagai aplikasi MC diantaranya untuk prediksi pangsa pasar (Kurniawati, 2012), prediksi kondisi cuaca, analisis dinamika konversi lahan (Trisasongko, dkk (2009), Muller (1994)). MC menghasilkan matriks peluang perubahan suatu kelas penggunaan lahan yang menunjukkan hasil tabulasi silang antara 2 (dua) waktu. Dengan tersusunnya matriks peluang, matriks tersebut dapat dimanfaatkan untuk menduga data di masa depan. Menurut Ye and Bai (2008) metode MC merupakan perhitungan matematis yang memiliki kelemahan dari sisi spasial sehingga hasil pemodelan tidak memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lain untuk meningkatkan ketelitiannya. Berbagai penelitian untuk kajian perubahan penggunaan lahan menggunakan kombinasi metode untuk meningkatkan ketelitian pemodelan. Ye and Bai (2008), Xin, et. al. (2012), Paramita (2010), Al-sharif (2013), Uktoro (2013) melakukan penelitian perubahan penggunaan lahan dengan mengkombinasikan Cellular Automata (CA) dengan MC dan Wijaya dan Susilo (2013) menggunakan metode Cellular Automata dengan regresi logistik untuk monitoring perkembangan lahan terbangun. Almeida (2003), Omrani, et. al. (2012), Moghaddam, et. al. (2009), Xu, et. al., (2008), Yeh, et. al. (2002) melakukan pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan mengkombinasikan Cellular Automata dengan Artificial Neural Network (ANN). 2

3 CA adalah suatu metode komputasi untuk memprediksi perubahan sistem dinamik yang bergantung pada aturan sederhana dan berkembang hanya menurut aturan tersebut dari waktu ke waktu. CA melakukan proses komputasi berdasar prinsip ketetanggaan sel (neighbourhood). CA sudah banyak dikembangkan untuk berbagai macam aplikasi antara lain untuk prediksi sedimentasi, pemodelan aliran granular, pemodelan arus lalu lintas, prediksi pertumbuhan pemukiman dan perubahan penggunaan lahan. CA merupakan pendekatan komputasi berbasis keruangan yang memiliki keunggulan dalam mengakomodasi dimensi ruang, waktu dan atributnya. CA lebih realistik untuk menemukan rumus transisi yang merepresentasikan tenaga dorongan dan tarikan pada perubahan (Lahti, 2008 dalam Uktoro 2013). Kelemahan CA adalah lebih menunjukkan proses pertumbuhan dan prediksi tumbuhnya suatu piksel namun tidak memberikan informasi penyebab tumbuhnya yaitu hubungan kekerabatan antar variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebasnya (independent variable). Sedangkan suatu perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat independent yang harus diakomodasi. Oleh karena itu metode ini sering dikombinasikan dengan metode lain guna mengatasi kelemahan untuk meningkatkan ketelitiannya. Akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan ilmu komputasi, metode Artificial Neural Network (ANN) semakin banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Metode Artificial Neural Network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan merupakan metode learning machine (pembelajaran mesin) yang dapat mengenali pola dari masukan atau contoh yang diberikan dan juga termasuk ke dalam supervised learning. Multi-layer Perceptron (MLP) adalah salah satu bentuk arsitektur jaringan ANN yang paling banyak digunakan. MLP dapat diterapkan dalam analisis diskriminan non linier (untuk klasifikasi) dan sebagai fungsi regresi non linear (Chang, 2012). Selama ini MLP lebih banyak diaplikasikan sebagai metode klasifikasi. Karena bersifat non parametrik, MLP mampu mengakomodasi data nir-spektral yang digunakan sebagai data tambahan selain data spektral dalam proses klasifikasi multispektral (Danoedoro, 2012). Meskipun demikian belum banyak penelitian yang memanfaatkan MLP sebagai fungsi regresi, padahal MLP sebagai fungsi regresi mampu mendeteksi secara implisit hubungan nonlinier yang kompleks antara variabel dependen dan independen serta memiliki kemampuan untuk mendeteksi semua interaksi yang mungkin terjadi diantara variabel prediktor (Tu, 1996). MLP memiliki keuntungan menggambarkan hubungan yang ada antara variabel input dan output tanpa diketahui sebelumnya hubungan antara variabel-variabel itu sendiri. 3

4 Berbagai kombinasi metode telah dilakukan dalam kajian perubahan penggunaan lahan guna meningkatkan akurasi pemodelan. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan berbagai metode tersebut, penelitian dengan mengkombinasikan metode MLP dan MC untuk kajian perubahan penggunaan lahan perlu dicoba. Aplikasi metode MLP digunakan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sebagai variabel bebas dan perubahan penggunaan lahan sebagai variabel terikat guna menghasilkan lokasi yang berpotensial mengalami perubahan. Kombinasi metode MLP dan metode MC menghasilkan prediksi penggunaan lahan di masa depan. Aplikasi metode MLP dikombinasikan dengan MC belum diketahui sejauh mana tingkat akurasi pemodelannya. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini guna mengetahui tingkat akurasi pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan metode MLP dan MC Rumusan Masalah Perubahan penggunaan lahan memerlukan pengendalian agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Perubahan tersebut dapat dipantau dan diprediksi melalui suatu pemodelan spasial. Pemodelan spasial perubahan penggunaan lahan telah banyak dikembangkan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dengan berbagai pendekatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan juga perlu diperhitungkan dalam pemodelan spasial perubahan penggunaan lahan. Kompleksitas faktor yang mempengaruhi dan bersifat non linear memerlukan pendekatan regresi non linear untuk mencari hubungan antara faktor yang mempengaruhi sebagai variabel bebas dan perubahan penggunaan lahan sebagai variabel terikat. Interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dengan perubahan penggunaan lahan dalam jangka waktu tertentu dapat dimodelkan secara spasial dengan Multilayer Perceptron (MLP). MLP adalah algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan pemodelan statistik non linear dan memberikan alternatif baru untuk regresi logistik (Tu, 1996). MLP tidak terpengaruh dengan adanya multikolinieritas. Multikolinieritas adalah kondisi dimana antar variabel bebas memiliki korelasi yang cukup tinggi. Metode ini dikombinasikan dengan MC untuk menghasilkan prediksi perubahan penggunaan lahan di masa depan. Prinsip dasar MC dalam mengukur probabilitas serangkaian kejadian di masa sekarang untuk memprediksi kejadian di masa 4

5 depan menunjukkan sifat kebergantungan dalam MC, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penyusunan model simulasi termasuk perubahan penggunaan lahan. Permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Perubahan penggunaan lahan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi alamiah yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Informasi penggunaan lahan pada masa lalu, saat ini dan masa depan merupakan informasi penting dan perlu dipantau. Pemanfaatan citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah multitemporal untuk memperoleh informasi penggunaan lahan multiwaktu perlu diteliti. Perubahan penggunaan lahan dalam suatu periode waktu tertentu perlu diteliti sebagai dasar dalam memprediksi penggunaan lahan di masa depan. 2. Pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan pendekatan top-down dapat dilakukan dengan memanfaatkan citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah. Informasi penggunaan lahan hasil ekstraksi dari citra satelit penginderaan jauh digunakan sebagai input dalam pemodelan. Pemodelan perubahan penggunaan lahan (variabel terikat) dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya (variabel bebas) selama ini dikembangkan dengan model berbasis pola yang dikombinasikan dengan metode statistik konvensional untuk meningkatkan akurasinya. MLP memiliki kemampuan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perubahan penggunaan lahan. MLP mampu mengatasi kompleksitas variabel bebas yang bersifat non linear dan tidak terpengaruh multikolinieritas. Sementara itu MC memiliki kemampuan mengukur probabilitas dari perubahan penggunaan lahan di masa sekarang untuk memprediksi penggunaan lahan di masa depan Oleh karena itu pemodelan perubahan penggunaan lahan berbasis citra satelit resolusi menengah dengan menggunakan metode MLP dan MC perlu dikaji tingkat akurasinya. Atas dasar perumusan masalah tersebut di atas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul : KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI MENENGAH DENGAN METODE MULTILAYER PERCEPTRON DAN MARKOV CHAIN DI SEBAGIAN KABUPATEN BANTUL 5

6 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji kemampuan citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah Landsat untuk ekstraksi informasi penggunaan lahan tahun 2002, 2009 dan 2013 di sebagian Kabupaten Bantul. 2. Mengkaji perubahan penggunaan lahan secara spasial di sebagian Kabupaten Bantul dari tahun 2002 sampai dengan tahun Menyusun pemodelan perubahan penggunaan lahan berbasis ekstraksi informasi dari citra satelit Landsat dengan metode MLP dan MC di sebagian Kabupaten Bantul pada tahun 2013 berdasarkan perubahan penggunaan lahan tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan Kegunaan Penelitian 1. Dapat mengetahui tingkat akurasi pemodelan perubahan penggunaan lahan berbasis citra resolusi menengah dengan metode MLP dan MC di sebagian Kabupaten Bantul sehingga memberikan kontribusi dari sisi pengembangan ilmu terkait akurasi kombinasi kedua metode tersebut. 2. Hasil analisa perubahan penggunaan lahan di sebagian Kabupaten Bantul diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam perumusan kebijakan pemerintah Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini adalah mengkaji perubahan penggunaan lahan di sebagian Kabupaten Bantul antara tahun 2002 dan Berdasar penggunaan lahan tahun 2002 dan 2009 disusun pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan mengkombinasikan metode MLP dan MC dengan melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Prediksi penggunaan lahan pada tahun 2013 dilakukan sebagai hasil dari pemodelan perubahan penggunaan lahan tersebut. Sepengetahuan penulis selama ini beberapa penelitian dan tesis perubahan penggunaan lahan sudah dilakukan dengan berbagai metode. Susilo (2008) meneliti perubahan penggunaan lahan dengan metode SIG dan regresi logistik biner serta menggunakan variabel jarak dan kepadatan. Dari penelitian tersebut dihasilkan ketelitian 81,8% serta indeks kappa 0,239 dan model prediksi dengan tingkatan validitas fair agreement. 6

7 Paramita (2011) melakukan penelitian perkembangan wilayah dengan metode cellular automata. Pada penelitian ini dilakukan transformasi multispektral untuk mengetahui karakteristik wilayah dengan pendekatan keruangan. Juga dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan wilayah untuk menyusun peta kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan menjadi faktor pertimbangan dalam melakukan pemodelan prediksi Cellular Automata Rantai Markov (CA-RM) untuk perkembangan wilayah, pemodelan prediksi tahun 2008 diperoleh akurasi terbaik sebesar 68,711% dengan kesesuaian lahan berdasar kriteria jarak. Uktoro (2013) membangun model sawah lestari berdasarkan citra QuickBird dan ALOS AVNIR-2. Pada penelitian ini dikaji pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan mempertimpangkan kesesuaian lahan dan pemodelan kedua dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah. Hasil penelitian menunjukkan model sawah lestari yang dibangun mempunyai akurasi luasan mencapai 98,5 % dibandingkan dengan data yang ada pada Dinas Pertanian dan Bappeda Kabupaten Klaten. Hasil kedua menunjukan bahwa terjadi penyempitan lahan sawah lestari selama kurun waktu tahun 2006 hingga 2009 sebesar 24 Ha per tahun. Akurasi prediksi penyempitan lahan sawah lestari pada skenario I (mempertimbangkan kepadatan bangunan, aksesbilitas jalan dan nilai lahan) adalah 45,68 % dan pada skenario II (mempertimbangkan RTRW) sebesar 41,37%. Rendahnya tingkat ketelitian menurut Uktoro (2013) adalah dipengaruhi rentang waktu prediksi yang terlalu dekat. Leksono, et. al. (2008) mengembangkan metode penilaian tanah kaitannya dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan metode regresi dan jaringan syaraf tiruan. Penelitian ini menggunakan parameter dari aspek fisik, ekonomi, sosial dan politik berupa data kuantitatif. Hasil dari penelitian adalah metode regresi linier menghasilkan akurasi lebih rendah (R 2 = 79%) dibandingkan jaringan syaraf tiruan (R 2 = 92%). Hasil perbandingan antara metode regresi dan jaringan syaraf tiruan menunjukkan bahwa metode regresi memiliki linearity linear, outlier data tidak terprediksi dan multikolinieritas tinggi sedangkan untuk jaringan syaraf tiruan sebaliknya. Omrani, et. al. (2012) melakukan simulasi perubahan penggunaan lahan di Luxombeurg dan daerah sekitar perbatasan. Hasil simulasi perubahan penggunaan lahan dengan tingkat keberhasilan metode ANN-MLP mencapai 85,54% sedangkan ANN-RBF 82,14% SVM-RBF 85,03% dan logistic regression 85,11%. Hasil analisis menyatakan metode regresi konvensional (regresi logistik/logit) berasumsi bahwa data secara statistik 7

8 independen dan terdistribusi identik. Sedangkan dalam kenyataannya data penggunaan lahan saling dependent yang disebut autokorelasi spasial. Oleh karena itu metode ANN dapat menghasilkan pemodelan yang lebih baik. Ottenbacher, et. al. (2004) melakukan prediksi pengaturan tinggal bagi pasien rehabilitasi setelah patah pinggul dengan membandingkan hasil prediksi metode regresi logistik dan jaringan syaraf tiruan. Hasil perbandingkan karakteristik jaringan syaraf tiruan dan regresi logistik untuk mengembangkan model prediksi dalam penelitian epidemiologi antara lain nilai AUC (Area Under Cover) ROC untuk regresi logistik sebesar 0,67 sedangkan jaringan syaraf tiruan 0,73. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah dalam penelitian ini mengkaji perubahan penggunaan lahan yang terjadi di sebagian Kabupaten Bantul dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan berdasarkan perubahan tersebut dibangun pemodelan perubahan penggunaan lahan dengan metode MLP yang dikombinasikan dengan MC dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Faktor yang dipergunakan adalah faktor kemiringan lereng, jarak terhadap sungai, jarak terhadap jalan dan kepadatan jaringan jalan. Beberapa penelitian yang pernah ditulis sebelumnya secara ringkas seperti yang tercantum pada Tabel

9 Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Jenis Data Variabel Hasil 1 Ottenbacher, et. al. (2004) Comparison of Logistic Regression and Neural Network Analysis Applied to Predicting Living Setting after Hip Fracture Memprediksi pengaturan tinggal bagi pasien rehabilitasi setelah patah pinggul Regresi logistik dan jaringan syaraf tiruan Data demografi dan Data System Uniform Rehabilitasi Medis ( UDSMR) Status menikah, lama tinggal, sumber dana, aturan tinggal, umur, etnis, jenis kelamin Hasil perbandingkan karakteristik jaringan syaraf tiruan dan regresi logistik untuk mengembangkan model prediksi dalam penelitian epidemiologi antara lain : nilai AUC (Area Under Cover) ROC untuk regresi logistik sebesar 0,67 sedangkan jaringan syaraf tiruan 0,73. 2 Leksono, et. al. (2008) Automatic Land and Parcel Valuation to Support the Land and Buildings Tax Information System by Developing the Open Source Software Membangun metode Penilaian Tanah dengan menggunakan analisis spasial dan jaringan syaraf tiruan Regresi dan jaringan syaraf tiruan Basis Data SIG PBB (spasial dan atribut) Dikelompokkan dalam empat kategori yaitu fisik, ekonomi, sosial dan politik Hasil perhitungan nilai tanah dengan jaringan syaraf tiruan menunjukkan adanya peningkatan akurasi (R 2 = 92%) daripada metode regresi (R 2 = 79%) 9

10 No. Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Jenis Data Variabel Hasil 3 Bowo Susilo (2008) Model SIG-Binary Logistic Regression untuk Prediksi Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Daerah Pinggiran Kota Yogyakarta) Mengkaji dan memprediksi perubahan penggunaan lahan secara spasial menggunakan integrasi model regresi logistik biner dan SIG Regresi logistik biner dan SIG Foto Udara tahun 1981 dan 2000, Peta RBI Penutup lahan (terbangun dan tak terbangun), variabel kepadatan, variabel jarak Model prediksi perubahan penggunaan lahan 4 Bintang Aulia Pradnya Paramita (2011) Model Cellular Automata untuk kajian perkembangan wilayah menggunakan data penginderaan Jauh (studi kasus : Kawasan Perkotaan Kedungsepur) Mengetahui karakteristik KP Kedungsepur dengan penggunaan lahan dari tahun 1994 dan 2001 menggunakan beberapa transformasi multispektral; Menyusun peta kesesuaian lahan perkotaan dengan faktor penentu perkembangan wilayah; Menyusun model prediksi penggunaan lahan tahun 2008 dan 2015 dengan metode Cellular Automata Rantai Markov dan arah perkembangan wilayahnya Cellular automata dan rantai markov Citra Landsat (time series), Peta RBI dan Data RTRW Tutupan lahan (lahan terbangun dan tak terbangun), variabel kepadatan, variabel jarak Model prediksi perubahan penggunaan lahan beserta arah perkembangan wilayah 10

11 No. Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Jenis Data Variabel Hasil 5 Omrani, et. al. (2012) Simulation of land use changes using cellular automata and artificial neural network Melakukan simulasi perubahan penggunaan lahan di Luxombeurg dan daerah sekitar perbatasan Integrasi Cellular Automata dan artificial neural network (MLP dan RBF), support vector machine (SVM), logistic regression Citra SRTM dan Peta Penggunaan Lahan pada 2 waktu neighbourhood, slope, state Hasil simulasi perubahan penggunaan lahan dengan tingkat keberhasilan metode ANN-MLP mencapai 85,54% sedangkan ANN-RBF 82,14% SVM-RBF 85,03% dan logistic regression 85,11% 6 Arief Ika Uktoro (2013) Membangun Model Sawah Lestari Dan Model Prediksi Perubahannya Menggunakan Cellular Automata Di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Membangun model sawah lestari berdasarkan citra QuickBird dan ALOS AVNIR-2; Mengkaji perubahan lahan sawah lestari tahun 2006 hingga 2009; melakukan prediksi perubahan lahan sawah lestari tahun Cellular automata dan rantai markov citra QuickBird dan ALOS AVNIR-2 peta kesesuaian lahan tanaman padi, peta produktivitas dan peta irigasi Model sawah lestari dengan akurasi luasan mencapai 98,5 %, dengan 2 skenario yaitu input parameter kepadatan lahan terbangun, aksesbilitas dan zona nilai lahan akurasi prediksi sebesar 45,68% dan dengan input kesesuaian terhadap RTRW akurasi prediksi sebesar 41,37% 11

12 No. Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Jenis Data Variabel Hasil 7 Diana Wisnu Wardani (2014) Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Berbasis Citra Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Menegah dengan Metode Multilayer Perceptron dan Marco Chain di sebagian Kabupaten Bantul (1) Mengkaji kemampuan citra satelit penginderaan jauh resolusi menengah Landsat untuk ekstraksi informasi penggunaan lahan tahun 2002, 2009 dan 2013 di sebagian Kabupaten Bantul. (2) Mengkaji perubahan penggunaan lahan secara spasial di sebagian Kabupaten Bantul dari tahun 2002 sampai dengan tahun (3) Menyusun pemodelan perubahan penggunaan lahan berbasis ekstraksi informasi dari citra satelit Landsat dengan metode MLP dan MC di sebagian Kabupaten Bantul pada tahun 2013 berdasarkan perubahan penggunaan lahan tahun dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan lahan penggunaan Multilayer Perceptron, Markov Chain Citra Landsat, Peta Geologi, Peta Rupa Bumi Indonesia Kemiringan lereng, jarak terhadap sungai, jarak terhadap jalan dan kepadatan jaringan jalan (1) Pada periode tahun terjadi penambahan permukiman seluas 3.571,47 ha. Variabel perubahan berupa kepadatan jaringan jalan, jarak terhadap jalan dan kemiringan lereng lebih berpengaruh terhadap terjadinya pertumbuhan permukiman dibandingkan variabel jarak terhadap sungai.; (2) Model perubahan penggunaan lahan 2013 prediksi terbaik dengan overall accuracy 86,16 % dan kappa sebesar 0,79 (substantial agreement). 12

13 1.6. Wilayah Penelitian Penelitian perubahan penggunaan lahan berlokasi di sebagian Kabupaten Bantul dimana di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. Wilayah Penelitian meliputi sebagian dari Kabupaten Bantul yaitu mencakup Kecamatan Bantul, Jetis, Imogiri, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon dan Kasihan sebagaimana Gambar 1.1. Pemilihan lokasi mempertimbangkan mulai dari kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Kasihan, Sewon dan Banguntapan. Ketiga kecamatan tersebut termasuk dalam daerah pinggiran kota (urban fringe) sebagai wilayah yang mendapat imbas dari perkembangan Kota Yogyakarta. Kecamatan pada daerah pinggiran Kota Yogyakarta tersebut memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi serta bertopografi relatif datar (Tabel 1.2) termasuk Kecamatan Bantul dan Jetis yang berada di sebelah selatannya. Pada bagian timur terdapat Kecamatan Piyungan, Pleret dan Imogiri dengan topografi berbukit dengan variasi kemiringan lereng serta dilalui sungai besar yaitu Sungai Opak. Tabel 1.2. Kepadatan Penduduk No. Kecamatan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan/km 2 1 Bantul 21, Jetis 24, Imogiri 54, Pleret 22, Piyungan 32, Banguntapan 28, Sewon 27, Kasihan 32, Sumber : Bantul Dalam Angka,

14 Gambar 1.1. Lokasi daerah penelitian yang tersaji pada Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2002 komposit RGB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK PEMODELAN DINAMIKA PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( Studi Kasus Kota Salatiga) Muhammad Sufwandika Wijaya sufwandika.geo@gmail.com

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK Nuril Umam nurilgeo@gmail.com Bowo Susilo bowos@gmail.com Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penutup lahan adalah suatu fenomena yang sangat kompleks berdasarkan pada, pertama karena hubungan yang kompleks, interaksi antara kelas penutup lahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Alih fungsi lahan pertanian

Lebih terperinci

Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi

Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi Kasus: Bagian Timur Kota Yogyakarta Muhammad Mangku Parasdyo mangku.parasdyo@gmail.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 dengan memilih Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sebagai studi kasus penelitian.

Lebih terperinci

PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH

PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH Dicky Setiady dicky.setiady.geo@gmail.com Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS

MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS MODEL SIG-BINARY LOGISTIC REGRESSION UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA Robiatul Udkhiyah 1), Gerry Kristian 2), Chaidir Arsyan Adlan 3) 1,2,3) Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan obyek geografis yang sangat popular di semua kalangan masyarakat, sehingga menjadikan kota sebagai objek kajian yang menarik untuk dikaji baik itu bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak kalangan berusaha menggambarkan kondisi tutupan dan penggunaan lahan dengan memaparkan data, metodologi dan dasar klasifikasi yang berbedabeda dengan hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai permasalahan dalam mengelola tata ruang. Permasalahan-permasalahan tata ruang tersebut juga timbul karena penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh akhir-akhir ini sangat pesat, terutama pasca berakhirnya perang dingin. Teknologi penginderaan jauh yang pada awalnya ditujukan

Lebih terperinci

Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata)

Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata) Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata) Andi Ramlan 1, Muchtar S Solle 1, Seniarwan 2 1 JurusanIlmu Tanah FakultasPertanian, UniversitasHasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah Dinamika perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang penting dan selalu menarik untuk diteliti karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lahan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat yang bercorak agraris, karena terdapat sejumlah besar penduduk yang menggantungkan hidup pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN) APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN) Hernandea Frieda Forestriko Jurusan Sains Informasi Geografis dan Pengembangan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai metode non-parametrik Classification Tree Analysis (CTA) menggunakan teknik data mining untuk aplikasi penginderaan jauh masih belum banyak dilakukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Landsat 1 tahun , Landsat 2 tahun , Landsat 3 tahun 1978-

BAB 1 PENDAHULUAN. Landsat 1 tahun , Landsat 2 tahun , Landsat 3 tahun 1978- 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pengamatan bumi (earth observation) melalui data penginderaan jauh seperti satelit dan foto udara merupakan salah satu ilmu pengetahuan modern (modern science) (Bhatta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Aplikasi teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis semakin meluas sejak dikembangkan di era tahun 1960-an. Sejak itu teknologi penginderaan jauh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan sistem prasarana utama yang menjadi bagian dari sistem jaringan transportasi darat. Jaringan jalan disebut juga sebagai tonggak penggerak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMODELAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMODELAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMODELAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMODELAN Perubahan penggunaan lahan di daerah pinggiran Kota Yogyakarta dalam penelitian ini dikaji menggunakan integrasi SIG dan binary logistic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi dalam bidang pertanian di Indonesia. Luas lahan pertanian sawah di Indonesia saat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan

2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering digunakan secara bersama-sama, namun kedua terminologi tersebut berbeda. Menurut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 12 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang diteliti adalah wilayah pesisir Kabupaten Karawang (Gambar 3), yang secara administratif berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG Vembri Satya Nugraha vembrisatyanugraha@gmail.com Zuharnen zuharnen@ugm.ac.id Abstract This study

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Kajian Perubahan Tutupan Lahan KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI LAYER PERCEPTRON DAN LOGISTIC REGRESSION DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI (Study of Land Cover Change using

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penghitungan Aspek Kependudukan Kependudukan merupakan salah satu bagian dari aspek sosial pada Wilayah Pengembangan Tegallega. Permasalahan yang dapat mewakili kondisi kependudukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 1990 jumlah penduduk

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER Pemodelan Spasial Perkembangn Fisik Perkotaan...(Wijaya & Umam) PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK PERKOTAAN YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DAN REGRESI LOGISTIK BINER (Spatial Modeling

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF Rudericus Andika Pramudya, Mahmud Imrona 2, Fhira Nhita 3,2,3 Prodi S Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom rudericusdika@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan

BAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALYSIS PRICE AND VALUE OF LAND IN SEWON DISTRICT, USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan (PBB) sangat penting peranannya bagi pembangunan daerah, tetapi harus disadari bahwa pengadministrasian PBB masih merupakan masalah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN : Pemodelan Penyebaran Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Mempawah Menggunakan Metode Cellular Automata Maria Sofiani a, Joko Sampurno a *, Apriansyah b a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA Tiur Vera Damayanti Peruge, Drs. H. Samsu Arief, M.Si, Drs. Sakka, M.Si Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Scene Data Satelit Lokasi penelitian ini difokuskan di pantai yang berada di pulau-pulau terluar NKRI yang berada di wilayah Provinsi Riau. Pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas mangrove di Indonesia adalah sekitar 4,25 juta hektar, yang merepresentasikan 25 % dari mangrove dunia. Indonesia merupakan pusat dari sebagian biogeografi genus mangrove

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi. Fenomena alam ini menjadi penyebab utama terbentuknya lahan kritis, terutama jika didukung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan mega biodiversity di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit penginderaan jauh merupakan salah satu metode pendekatan penggambaran model permukaan bumi secara terintegrasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, dengan susunan fungsi

Lebih terperinci

Modeling Land Use/Cover Change Using Artificial Neural Network and Logistic Regression Approach (Case Study: Citarum Watershed, West Jawa)

Modeling Land Use/Cover Change Using Artificial Neural Network and Logistic Regression Approach (Case Study: Citarum Watershed, West Jawa) Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 30-36 PEMODELAN PERUBAHAN PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN LOGISTIC REGRESSION (STUDI KASUS: DAS CITARUM, JAWA BARAT)

Lebih terperinci

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE STOKASTIK DAN DETERMINISTIK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA

STUDI KOMPARASI METODE STOKASTIK DAN DETERMINISTIK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA STUDI KOMPARASI METODE STOKASTIK DAN DETERMINISTIK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA Widya Rahmawati rahmawati.widya@gmail.com Bowo Susilo bowo.susilo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini erat berkaitan dengan keinginan manusia untuk meningkatan mutu kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. fungsi yang sangat penting bagi kegiatan pembangunan, demi tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. fungsi yang sangat penting bagi kegiatan pembangunan, demi tercapainya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis dan fungsi yang sangat penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta DAS penelitian

Gambar 1. Peta DAS penelitian Gambar 1. Peta DAS penelitian 1 1.1. Proses Penentuan Model Kemiringan Lereng Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan informasi ketinggian dan jarak pada data DEM yang berbasis raster (piksel). Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik

Lebih terperinci

Gambar 1. Satelit Landsat

Gambar 1. Satelit Landsat 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X,. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Studi Identifikasi Perubahan Obyek dengan Memanfaatkan Citra Resolusi Tinggi (Studi Kasus Unit Pengembangan Rungkut Surabaya)

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem Informasi Geografis) ingin memodelkan berbagai macam model permukaan bumi. Pembuat peta memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah dikelola maupun belum. Untuk itu peran lahan cukup penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengklasifikasian merupakan salah satu metode statistika untuk mengelompok atau menglasifikasi suatu data yang disusun secara sistematis. Masalah klasifikasi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) baik dari segi jumlah penduduk dan infrastrukturnya membuat Kawasan Perkotaan Yogyakarta menjadi magnet yang menarik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan

Lebih terperinci

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor Siti Zahrotunisa 1, Prama Wicaksono 2 1,2 Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Kejajar merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Pegunungan Dieng Kabupaten Wonosobo dengan kemiringan lereng > 40 %. Suhu udara Pegunungan Dieng

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis, terlebih lagi bagi perusahaan besar, tidak lepas dari adanya proses jual beli saham. Saham secara umum merupakan surat berharga yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan teknologi penyadap dan produksi data citra digital permukaan bumi telah mengalami perkembangan sejak 1960-an. Hal ini dibuktikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan berhubungan erat dengan dengan aktivitas manusia dan sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota dipengaruhi oleh adanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan adalah upaya perubahan dari kondisi kurang baik menjadi lebih baik. Untuk itu pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pembangunan perlu selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu dari tipe ekosistem yang ada di dunia dan dicirikan melalui suatu liputan hutan yang cenderung selalu hijau disepanjang musim.

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Indonesia.go.id). Wilayah Indonesia didominasi laut dengan

Lebih terperinci