PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT
|
|
- Hendri Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT Oleh Yeni Suryani 1 ABSTRAK Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan perkebunan Dayeuhmanggung pada kurun waktu atau setelah mengalami nasionalisasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode tersebut terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Perkebunan teh Dayeuhmanggung adalah perkebunan teh swasta Belanda yang dinasionalisasikan oleh pemerintahan Indonesia pada tahun1957. Setelah dinasionalisasi perkebunan Dayeuhmanggung berubah status menjadi Perusahaan Negara. Status Perkebunan Negara ini berlangsung sampai tahun 1970, karena pada tahun 1971 Perebunan Dayeuhmanggung berubah status lagi menjadi Perseroan Terbatas. Perubahan status ini berimbas pada perubahanperubahan yang terjadi di dalam perkebunan Dayeuhmanggung meliputi perubahan pada fungsi lahan, modal, kegiatan produksi dan sistem manajemen yang digunakan, sampai jumlah dan fungsi tenaga kerja, tak luput mengalami perubahan juga. Kata Kunci : Perkebunan teh Dayeuhmanggung, heuristik, kritik, interpretasi, historiografi ABSTRACT The main idea which discussion is how the development of Dayeuhmanggung plantation in period or after nationalization. To answer these problems, this study used the historical method. That method existing of four step, that s heuristic, critic, interpretation and historiography. Based on the study, Dayeuhmanggung Plantation is the Dutch company plantation which nationalization by Indonesian Government in 1957, after that the status of Dayeuhmanggung Plantation was changed be Government Company. This Status held until 1970, it was caused in 1971 Dayeuhmanggung Plantation changed again be company limited. The changing of this status influence to Dayeuhmanggung Plantation, include the function of land be changed. Not just until that but also the productivity, management of system which use, total of employee and their function have change too. 1 Mahasiswa Strata Satu, Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Ilmu Sejarah, Lulus 18 Juli
2 Keyword: Dayeuhmanggung Plantation. heuristic, critic, interpretation and historiography. Pendahuluan Perkebunan merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap tanah jajahan yang dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda guna kepentingan negara induk. Hal itu diwujudkan dalam bentuk eksploitasi produksi pertanian seperti Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel. Pada Sistem Tanam Paksa, rakyat diwajibkan untuk membayar pajak dalam bentuk barang berupa hasil tanaman pertanian. Adapun tanaman pertanian yang diwajibkan ditanam adalah kopi, tebu, indigo, tebakau, teh, lada, dan kayu manis (Fauzi,1999: 29) Pada tahun 1870 terdapat perubahan kebijakan pemerintah Belanda yang membawa konsekuensi bahwa pemerintahan harus meninggalkan prisip eksploitasi dengan cara paksa, ke prinsip perdagangan bebas (liberalisasi), sistem pajak dan penanaman modal. Berdasarkan hal tersebut, dikeluarkan Undang-Undang Agraria tahun 1870 (Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991 : 80). Dengan diberlakukannya Undang-Undang Agraria, tanah telah diliberalisasikan. Sebagai akibatnya, ebbanyak berdatangan para pemilik modal asing bangsa Belanda maupun Eropa lainnya, yang mendampatkan kesempatan luas untuk berusaha di bidang perkebunan di Hindia Belanda. Perkebunan teh Dayeuhmanggung mengalami beberapa kali peralihan kepemilikan. Pada tahun 1870 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang agraria. Pada masa ini dimulai masa swastanisasi, atau perkembangan swasta perusahaan swasta. Sebagai akibat dari perkembangan perusahaan-perusahaan swasta tersebut, pada tahun 1913 berdiri perkebunan teh Dayeuhmanggung sebagai sebuah perkebunan swasta. Pada tahun 1957 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Salah satu yang mengalami nasionalisasi adalah perkebunan teh Dayeuhmanggung yang berada dibawah perusahaan perkebunan Tiedman Kerchen Kawung. Selanjutnya, pada tahun 1971 perkebunan teh Dayeuhmanggung, yang awalnya termasuk 2
3 Perusahaan Negara Perkebunan, berubah status menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PT Perkebunan Nusantara VIII Dayeuhmanggung, 1996: 11). Pada tulisan ini akan dibahas mengenai perkembangan perkebunan teh Dayeuhmanggung sebelum ada kebijakan nasionalisasi, perkembangan perkebunan teh Dayeuhmanggung pada masa Perkebunan Negara, perkembangan perkebunan teh Dayeuhmanggung pada masa Perseroan Terbatas. Adapuan tujuan umum penulisan skripsi ini adalah untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk menambah bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan informasi mengenai sejarah perkebunan teh di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Lubis: 2008: 1). Heuristik, yaitu proses mencari, menemukan, dan menghimpun sumber-sumber sejarah. Dalam proses tersebut, penulis melakukan pencarian dan penelitian sumber ke beberapa perpustakaan di Jakarta, Bandung dan Jatinangor. Tahap kedua adalah kritik yang terdiri dari kritik internal dan kritik eksternal. Tahap selanjutnya adalah interpretasi. Pada tahapan ini, penulis melakukan pendekatan terhadap ilmu-ilmu sosial untuk mempermudah analisis. Dalam karya ini digunakan konsep perusahaan dan perkebunan. Menurut Pandojo (1986: 3), perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa untuk masyarakat dengan motif (insentif) keuntungan. Perkebunan adalah perusahaan pertanian yang mengusahakan tanah-tanah yang luas berdasarkan hak-hak perusahaan yaitu pekerja, modal, teknologi, skala, organisasi dan tujuan (Booth, 1986: 198). Pada tahap ini penulis berusaha menafsirkan data yang telah terkumpul dan menyusunnya menjadi fakta. Terakhir adalah historiografi. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan dalam metode sejarah yang menuntun penulis untuk melakukan rekonstruksi yang imajinatif dan menyajikan cerita sejarah yang kritis, harmonis dan masuk akal. 3
4 Pembahasan Perkebunan Dayeuhmanggung merupakan salah satu perusahaan perkebunan Belanda yang berdiri pada tahun Perkebunan Dayeuhmanggung mengalami kemajuan ketika berada dibawah pengelolaan perusahaan swasta Belanda. Kemajuan ini tidak terlepas dari kondisi alam Dayeuhmanggung. Dayeuhmanggung memiliki struktur tanah yang ideal untuk tanaman teh, karena berada di ketinggian m dpl, sehingga dapat menghasilkan teh yang berkualitas. Teh kualitas tinggi diekspor ke Eropa, dan menghasilkan keuntungan yang besar bagi para pengusaha Belanda. Perkebunan Dayeuhmanggung mengalami kemunduran ketika adanya invasi Jepang pada tahun Tanaman teh dianggap sebagai tanaman yang tidak bisa secara langsung dapat membantu dalam peperangan, maka Jepang mengkonversi tanaman teh ke tanaman pangan agar bisa langsung dimanfaatkan dalam peperangan. Pada tahun 1945, invasi Jepang berakhir dan Indonesia mendapatkan kemerdekaannya. Perkebunan Dayeuhmanggung pada saat itu kembali dikuasai pengusaha swasta Belanda sampai adanya nasionalisasi dari pemerintah Indonesia tahun Perkebunan Dayeuhmanggung adalah salah satu dari banyaknya perkebunan swasta milik Belanda yang terkena nasionalisasi. Nasionalisasi adalah langkah yang diambil oleh pemerintah sebagai imbas dari hasil perjanjian KMB, karena pihak Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat kembali ke dalam kesatuan Republik Indonesia. Hal i membuat Perkebunan Dayeuhmanggung berubah menjadi Perusahaan Negara. Pada masa Perkebunan Negara, perkebunan banyak mengalami perubahan baik dari faktor produksi, tenaga kerja maupun sistem manajemen di dalamnya. Oleh karena masih dalam tahap transisi pengelolaan yang berpindah tangan, Perkebunan Dayeuhmanggung pada masa Perkebunan Negara tidak bisa menghasilkan teh secara maksimal, di samping karena pihak pemerintah masih sibuk dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. 4
5 Pada tahun 1970, Perkebunan Dayeuhmanggung kembali berubah status dari Perusahaan Negara menjadi Perseroan Terbatas. Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada masa Perseroan Terbatas terutama pada sistem manajemen dan tenaga kerja. Kegiatan produksi pun semakin membaik karena lahan-lahan yang mengalami kerusakan telah pulih dan tanaman-tanaman yang ditanam waktu masih berstatus Perkebunan Negara pada periode ini telah bisa menghasilkan. Selain daripada itu, teknologi yang digunakan pada masa Perseroan Terbatas lebih modern dibandingkan pada masa Perusahaan Negara, salah satunya adalah penggunaan komputer dan alat-alat canggih untuk mempermudah kegiatan produksi. Simpulan Perkebunan Dayeuhmanggung didirikan sebagai perkebunan teh karena mempunyai struktur tanah dan cuaca yang sangat cocok untuk ditanami dengan tanaman teh, sehingga teh yang dihasilkan pun mempunyai kualitas yang sangat baik. Ketika Perkebunan Dayeuhmanggung dikelola oleh perusahaan Swasta Belanda, perkenbunan ini sangat maju, dan menjadi salah satu perkebunan yang bisa ikut memenuhi kebutuhan teh dunia. Teh kualitas terbaik hampir semua di ekspor ke wilayah Eropa dan itu memberi keuntungan untuk pengusaha swasta Belanda. Kegiatan produksi perkebunan teh Dayeuhmanggung mengalami penurunan pada masa pendudukan Jepang. Hal ini disebabkan fungsi lahan dan tenaga kerja mengalami perubahan sesuai dengan kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah Jepang. Kebijakan yang diterapkan jepang membuat perkebunan teh Dayeuhmanggung mengalami kekurangan tenaga kerja, lahan perkebunan terlantar, dan tanaman teh rusak. Kondisi ini tidak otomatis membaik ketika Indonesia memasuki masa kemerdekaan, bahkan perkebunan Dayeuhmanggung sempat mengalami keadaan vakum dari tahun Hal ini disebabkan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang belum stabil. Pemerintah RI baru pada tahun 1957 mengeluarkan kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta. Adapun 5
6 perubahan status perkebunan teh Dayeuhmanggung menjadi Perkebunan Negara baru terjadi pada tahun Pada masa perkebunan Negara terjadi banyak perubahan pada fungsi lahan, tenaga kerja,dan sistem manajemen. Lahan perkebunan yang sebelumnya terlantar, pada masa PN mulai ditanami kembali. Modal pada masa ini berasal dari pemerintah. Adapun tingkat kesejahteraan karyawan tetap dan tenaga kerja lepas atau borongan masih tetap sama. Pada masa Perkebunan Negara untuk karyawan tetap memamg tidak digolongkan ke dalam kategori miskin, tetapi untuk tenaga kerja lepas atau borongan masih termasuk ke dalam kategori miskin. Perubahan status perkebunan teh Dayeuhmanggung menjadi Perkebunan Negara tidak otomatis memperbaiki kegiatan produksi perkebunan teh Dayeuhmanggung. Hal ini disebabkan tanaman teh yang mengalami kerusakan pada masa Jepang belum bisa diproduksi secara optimal. Faktor lainnya adalah pemerintah masih sibuk mengurusi masalah politik yang belum stabil.penurunan kegiatan produksi perkebunan Teh Dayeuhmanggung ini masih berlangsung hingga akhir tahun 60-an. Pada tahun 1970, tepat satu tahun sebelum perkebunan teh Dayeuhmanggung berubah status menjadi Perseroan Terbatas, kegiatan produksi perkebunan teh Dayeuhmanggung mulai mengalami peningkatan. Pada masa Perseroan Terbatas terjadi perubahan pada tingkat kesejahteraan karyawan tetap dan tenaga kerja lepas atau borongan. Pada masa ini pendapatan beras pegawai tetap mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan pegawai tetap tidak mengalami penurunan. Adapun pegawai lepas atau borongan pada masa perseroan terbatas telah mengalami kenaikan pendapatan sehingga tingkat kesejahteraannya berada di atas kategori miskin. Daftar Sumber Anggapraja, Sulaeman Sejarah Garut dari Masa ke Masa dan Hari Jadi Garut 17 Maret Garut: Yayasan Gilang kencana. 6
7 Booth, Ane; Wiliam J O Malley; dan Anna Weidernawab (ed) Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta; LP3ES. Herlina, Nina Metode Sejarah. Bandung: Satya Historika. Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo Sejarah Perkebunan di Indonesia; Yogyakarta: Aditya Media. Mubyarto et al., Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan; Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Poesponegoro, Marwati Djoened;Nugroho Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Balai Pustaka. 7
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar
Lebih terperinciPERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat lndonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Usaha perkebunan mempunyai peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penulisan sejarah Indonesia, gerakan-gerakan sosial cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan bahwa sejarawan konvensial lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk mengunjungi hingga menjajah Indonesia adalah potensi sumber sumber daya alam Indonesia yang melimpah.indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN (PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI)
Vol. 3 No. 2 tahun 2015 [ISSN 2252-6633] Hlm. 60-64 PERKEMBANGAN PERKEBUNAN TEH JOLOTIGO KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 1957-1996 (PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI) Vika Praharwati
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan yang ada di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak mereka datang ke Indonesia dengan keuntungan yang sangat melimpah. Potensi alamiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di Indonesia tanaman karet pertama kali diperkenalkan pada tahun 1864 ketika
Lebih terperinciBAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964
BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN
Vol. 1 No. 1 tahun 2012 [ISSN 2252-6633] Hlm. 35-42 SEJARAH PERKEMBANGAN PABRIK GULA CEPIRING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KENDAL TAHUN 1975-1997 Mufiddatut Diniyah Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling banyak, sehingga tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain penghasil minyak nabati
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang panjang. Perjuangan rakyat Filipina dalam melepaskan diri dari penjajahan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.
Lebih terperinciDINAMIKA PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN GARUT ( )
DINAMIKA PEMBANGUNAN MASYARAKAT KABUPATEN GARUT (1993-2008) Oleh Dwi Vina Lestari 1 ABSTRAK Karya ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pembangunan kehidupan masyarakat Kabupaten Garut dalam bidang kependudukan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Skripsi yang berjudul (Suatu Kajian Sosio- Historis Gerakan Sosial Petani Di Korea Pada Tahun 1894-1895) ini menggunakan metode historis sebagai metode penelitiannya, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Lebih terperinciHistoriografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember
2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan
Lebih terperinciSENGKETA TANAH PERKEBUNAN
SENGKETA TANAH PERKEBUNAN Masa: Hindia Belanda Jepang Indonesia merdeka Sumber dari buku karangan Prof. Dr. Achmad Sodiki, SH.(2013).Politik Hukum Agraria, Bab IV. Jakarta: Konstitusi Press. Masa Hindia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah di bagian selatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah di bagian selatan Pulau Jawa yang didominasi oleh bentang lahan karst dengan keadaan tapak yang cukup bervariasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, dengan kekayaan alam dan penduduk yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih sangat buruk. Proses pergantian pemerintahan dari kolonial ke republik menimbulkan gejolak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinci2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Masa Kolonial dan Order Lama Kedatangan Belanda:
Lebih terperinciDOKUMENTASI OBJEK-OBJEK WISATA SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG
LAPORAN PENELITIAN DOKUMENTASI OBJEK-OBJEK WISATA SEJARAH KABUPATEN SUMEDANG Oleh Maman Sutirman, Drs., M. Hum. Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S. Miftahul Falah, S. S. Dibiayai oleh Dana DIPA PNBP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara
Lebih terperinciPETANI DAN PERKEBUNAN KOPI SISTEM PRIANGAN DI CIREBON ( ) SKRIPSI
PETANI DAN PERKEBUNAN KOPI SISTEM PRIANGAN DI CIREBON (1850-1870) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Arny Porba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciSEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
i SEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1926-2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada di bawah pengaruh laki-laki. Kadang perempuan dijadikan alat politik untuk memperoleh kekuasaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan
Lebih terperinciMakalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI
Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang
Lebih terperinciJudul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun 1942-1945 Nama : Iwan Haryanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat Jepang menguasai Indonesia yang bermula
Lebih terperinciKEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN
KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI BURUH PERKEBUNAN KALITENGAH TAHUN 1982-2010 Nurma Tisa Meladipa 46, Sumarjono 47, Kayan Swastika 48 Abstract. The aim of this research is to identify the social-economic structure
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan Pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan Kedu, Surakarta, Madiun. Di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : TYAS UNINGASRI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user
ANALISIS PERANAN SEMANGAT BUSHIDO DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh : TYAS UNINGASRI K4410061 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni media rekam atau film merupakan cabang kesenian yang bentuk akhirnya dicapai setelah lebih dahulu mengalami proses perekaman. Adapun perekaman gambar mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tebu menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi sebagai produsen gula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan
144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan peranan perkebunan dalam kehidupan buruh penyadap karet di perkebunan PT Telaga Kantjana
Lebih terperincimenyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema
BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau
Lebih terperinciTANAM PAKSA SEBAGAI TINDAKAN EKSPLOITASI. Oleh : Mifta Hermawati S1 Pendidikan Sejarah/Universitas Negeri Surabaya
TANAM PAKSA SEBAGAI TINDAKAN EKSPLOITASI Oleh : Mifta Hermawati S1 Pendidikan Sejarah/Universitas Negeri Surabaya Abstrak Cultuur Stelsel is the most exploitative conditions in the colonial Dutch East
Lebih terperinciPENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN
PENGARUH KOLONIAL BELANDA PADA SISTEM PERTANIAN MASYARAKAT NIMBORAN Sonya Martha Kawer (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract The Dutch Colonial Government came to Hollandia (Jayapura) around 1946, then they
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Industri Karet di Indonesia dimulai dengan dibukanya Perkebunan karet yaitu sekitar tahun 1864, untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur. 1 Sejarah kemerdekaan suatu negara merupakan sejarah bagi bangsa dalam mendapatkan hak atas negaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wet ) yang dibuat oleh kerajaan Belanda pada tahun Undang-undang ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agrarische Wet merupakan undang-undang (dalam bahasa Belanda disebut wet ) yang dibuat oleh kerajaan Belanda pada tahun 1870. Undang-undang ini berisi mengenai
Lebih terperinciTUGAS DAN FUNGSI KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA TANAH ADAT DI KABUPATEN PASAMAN (SUMATERA BARAT)
TUGAS DAN FUNGSI KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA TANAH ADAT DI KABUPATEN PASAMAN (SUMATERA BARAT) TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program PascaSarjana Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
Lebih terperinciARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita
ARTIKEL Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode 1976-2012 Oleh Gede Mas Mahendradita 0914021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 PERKEMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem usaha pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem usaha pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat ialah sistem kebun, kemudian baru muncul sistem perkebunan. Sistem kebun telah berlangsung
Lebih terperinciBAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )
BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO (1970-1990) 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari dan dalam masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR
PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR Oleh: Nina Handalina Soza I Nyoman Suyatna I Ketut Suardita Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR DUKUNGAN FAKTOR FAKTOR LOKASI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN SLEMAN
TUGAS AKHIR DUKUNGAN FAKTOR FAKTOR LOKASI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN SLEMAN Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai
Lebih terperinci