BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan yang ada di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak mereka datang ke Indonesia dengan keuntungan yang sangat melimpah. Potensi alamiah yang cukup baik membuat selama bertahun-tahun masyarakat Indonesia berada di bawah jajahan kolonialisme. Sebagai negara yang memiliki banyak pulau yang dilewati garis khatulistiwa, Indonesia mempunyai beragam jenis tanah yang akan memberikan keuntungan bagi tanah karena dengan sinar matahari yang konsisten, maka kondisi yang demikian akan memberikan peluang besar di sektor pertanian termasuk tanaman perkebunan. Belanda sebagai salah satu negara yang penjajah mempunyai peran dalam sejarah perkebunan terutama yang telah meletakkan dasar bagi Perkebunan di Indonesia. 1 Sistem perkebunan diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala yang besar dan komplek, mempunyai sifat padat modal penggunaan area yang cukup atau sangat lluas, memiliki organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja yang sangat rinci dan juga penggunaan tenaga kerja upahan. Semua sistem yang ada pada dasarnya tujuan utama dari Kebijaksanaan Perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa. Usaha Perkebunan rakyat yang terdapat di Indonesia ini memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak, maka drai itu sektor Perkebunan merupakan lapangan kerja bagi penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan dan juga merupakan sumber utama pendapatan 1 Mubyarto.dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial Ekonomi. (Yogyakarta: Aditya Media), 1992, hlm

2 2 penduduk. Usaha perkebunan rakyat sebagai usaha tani keluarga mencakup berbagai tanaman perdagangan seperti karet, kopi, lada, tembakau dan juga cengkeh. 2 Jenis-jenis komoditi tersebut merupakan sektor yang diandalkan untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia. Hadirnya Perkebunan ini merupakan kepanjangan dari perkembangan kepitalisme agraris barat yang diperkenalkan mellui sistem perekonomian yang bersifat kolonial. Perkebunan mulai masuk untuk yang pertama kali di Indonesia sebagai sistem perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial. Istilah tersebut berbeda dengan istilah sistem kebun yang ditetapkan pada negara jajahan sebelum masa pra kolonial. Sistem kebun dipahami sebagai bagian dari sistem pertanian tradisional yang merupakan usaha tambahan / pelengkap, alam kerangka ekonomis kapitalis sistem Perkebunan dipahami sebagai bentuk usaha pertanian skala besar dan kompleks. 3 Pada masa penjajahan Kolonial Belanda dengan dijalankannya Sistem Tanam Paksa bagi Masyarakat Indonesia ( ), Perkebunan sudah mulai dijalankan dengan berbagai macam tanaman untuk memenuhi permintaan pasar dunia antara lain tebu, kopi, nila, teh, tembakau, kayu manis dan juga kapas. Sistem tanam paksa bagi pribumi di Jawa merupakan melakukan penanaman yang dipaksakan sebagai pengganti pajak yang berupa uang dengan hasil bumi yang mereka tanam tersebut. di bawah sistem tanam paksa tersebut bisa dikatakan bahwa setiap tanama yang pada masa itu ditanam dapat berkembang dengan baik dan juga mendapatkan keuntungan yang besar bagi pemerintah. 2 Ibid., hlm Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi,(Yogyakarta: Aditya Media),1991, hlm. 5

3 3 Hadirnya konumitas Perkebunan di tanah jajahan ini, melahirkan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan setempat baik dari segi lokasi, tata ruang, ekologi, maupun organisasi sosial dan juga ekonomi. Secara topografis, semua Perkebunan dibangun ditempat yang subur, baik yang berada di dataran rendah maupun yang berada di dataran tinggi. Tanaman yang ditanam juga merupakan tanaman yang memiliki nilai jual ekspor dan berbeda dengan tanaman pertanian penduduk setempat. Bentuk dan juga orientasi lingkungan Perkebunan lebih tertuju ke dunia luar dan menjadikan seolah olah terpisah dari lingkungan agraris yang ada di wilayah Indonesia. Sejarah Perkebunan yang terdapat di Hindia Belanda sangat terkait dengan terbentuknya lapisan sosial buruh yang ada di tengah-tengah masyarakat. Pada hal ini maka masyarakat sering dikaitkan dengan ikatan sosial tradisional yang non ekonomis dan bersifat gotong royong. Di wilayah Perkebunan teh petani selalu mendapatkan bagian tanah yang memiliki mutu rendah sehingga menyebabkan penurunan produksi teh yang ada. Hal ini merupakan faktor pendorong masyarakat menjadi buruh upahan. Salah satu dampak dari pembukaan Perkebunan adalah kebutuhan akan tenaga kerja yang tidak mudah diperoleh maka dari itu tenaga kerja merupakan unsur pokok dalam Perkebunan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bruruh memiliki kedudukan khusus dalam masyarakat yang sedang membangun. Tanpa adanya tenaga kerja, sebuah Perkebunan tidak dapat berjalan sama sekali. Eksploitasi tenaga kerja selalu terjadi terutama dalam sistem tanam paksa. Semua pekerjaan selalu dibebankan kepada para buruh seperti dilaksanakannya wajib kerja pancen khusus untuk melayani rumah tangga pejabat, kerja wajib tanam terdiri dari berbagai jenis kerja di bidang penanaman, pengolahan, pengangkutan tanaman

4 4 wajib, kerja wajib desa terdiri dari jenis kerja untuk keperluan kepala desa dan bermacam-macam pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan warga desa dan lingkungan desa pada umumnya. Pada dasarnya sasaran dari pengerahan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan Perkebunan adalah kelompok petani kecil. Kondisi ini dapat dihubungkan pada pola dasar masyarakat tani Jawa yaitu merupakan ikatan feodal hubungan ketergantungan antara keluarga tani yang tak bertanah atau petani kecil dengan pemilik tanah. 4 Pada penelitian ini mengambil batasan wilayah di daerah Sukabumi Jawa Barat yang merupakan perkebunan pertama yang ada di wilayah Sukabumi tepatnya di desa Cisarua kecamatan Sukaraja Sukabumi Jawa Barat. Perkebunan teh Goalpara merupakan Perkebunan terbesar yang ada di Sukabumi. Dan merupakan warisan Belanda. Perkebunan Goalpara didirikan pada tahun 1908 oleh Perusahaan Hindia Belanda sampai dengan tahun 1957 dibawah Pengusaha Cultuur Maatshappij NIL. Tiedeman Van Kerchem. Kebun Goalpara adalah salah satu unit dari Kebun PT Perkebunan Nusantara VIII, yang termasuk dalam salah satu wilayah II yang berlokasi di Sukabumi dan kegiatan usaha perusahaan meliputi pengolahan/produksi tanaman teh dan aneka usaha lain seperti : Jambu Air dan Alpukat. 5 Dengan memiliki sebanyak 6 afdeling (Afd. Gol. I, II,III, IV dan Bungamelur I dan II) yang tersebar di beberapa desa yang berada di Kecamatan Sukaraja, Kecamatan 4 Mubyarto, 1992, Tanah dan Tenaga Kerja perkebunan, Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, hlm di unduh pada tanggal 7 april wib

5 5 Sukabumi dan Kecamatan Nyalingdung (yang berlokasi di Sukabumi Selatan) Propinsi Jawa Barat. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Mengenai batasan waktu yaitu antara tahun , karena pada tahun tersebut merupakan awal perkebunan tersebut di nasionalisasi menjadi milik negara sampai pada saat masa reformasi Nasionalisasi adalah proses di mana negara mengambil alih kepemilikan suatu perusahaan milik swasta atau asing. Apabila suatu perusahaan dinasionalisasi, negara yang bertindak sebagai pembuat keputusan, selain itu para pegawainya menjadi pegawai negeri. 6 Perkebunan Goalpara dinasionalisasi menjadi milik negara dan dikelola oleh negara setelah tahun Keberadaan Perkebunan teh tersebut membuat sebagian besar masyarakatnya menjadi buruh perkebunan, maka jauh berbeda pada saat mereka mengolah tanah sendiri dengan tanaman yang berbeda dengan teh. 6 di unduh pada tanggal 21 juni 2016 pukul WIB

6 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kondisi geografis, ekologis dan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Sukabumi? 2. Bagaimana sistem sewa menyewa lahan Perkebunan teh Goalpara tahun ? 3. Bagaimana sistem perburuhan yang ada di pabrik teh Goalpara tahun ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi geografis, ekologis dan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Sukabumi 2. Untukmengetahui bagaimanakah sistem menyewa lahan perkebunan di perkebunan teh Goalpara 3. Untuk mengetahui sistem prburuhan yang berlaku di pabrik teh Goalpara D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Memberikan informasi kepada para pembaca bahwa terdapat perkebunan teh yang besar di daerah Sukabumi Jawa Barat.Menambah pengetahuan kita bahwa di Jawa Barat terdapat sebuah Kota yaitu Sukabumi yang saat itu belum dikenal atau diketahui banyak

7 7 orang dan daerah ini merupakan daerah yang sejuk nyaman untuk ditinggali dan juga cocok digunakan untuk dijadikan daerah perkebunan. E. Tinjauan Pustaka Dalam kajian pustaka ini menampilkan dasar-dasar yang telah dikaji oleh para peneliti sebelumnya yang sudah tentu berkaitan terutama dengan masalah perkebunan teh dan kemudian digunakan sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menelusuri pokok permasalahan. Adapun beberapa literatur yang digunakan dalam penelirian ini antara lain: Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia (1991). Buku ini membahas tentang sejarah dari perekonomian di Indonesia. Buku ini membahas secara terbuka mengenai perkebunan Indonesia sejak masa pra-kolonial sebagai masa sebelum datangnya bangsa Barat ke Nusantara hingga masa pemerintahan Orde Baru dimana perkebunan mulai terlihat kembali setelah sebelumnya terjadi penurunan yang sangat tajam. Pertumbuhan perkebunan di Indonesia ditandai dengan masuknya kekuatan Kolonial ke Nusantara. Praktek-praktek perkebunan mulai diperkenalkan. Perkebunan mulai dijadikan sebagai lahan pertanian utama dalam menghasilkan devisa negara. VOC sebagai kongsi perdagangan mulai memonopoli perdagangan di Nusantara. Keberadaan VOC yang dahulunya sebagai kongsi dagang berubah menjadi penguasa teritorial. Para petani diwajibkan menyetorkan bahan-bahan dasar dari hasil pertanian seperti, beras, kopi dan gula kepada penguasa VOC. Pada tahun 1800, kekuasaan VOC digantikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada

8 8 kekuasaan baru unu menetapkan cultuurstelsel atau sistem tanam paksa pada tahun 1830 sebagai akibat dari kekosongan kas negara. Sejak tahun 1850, pasaran dunia mengalami kemajuan pesat. Perubahan politik dan ideologi di negara induk menyebabkan perubahan pula kebijakan-kebijakan di negara jajahan. Pada negara jajahan dilaksanakan sistem perekonomian liberal dengan dibuka seluas-luasnya perekonomian bagi investasi swasta di Hindia Belanda. Ditunjang juga dengan adanya Undang-Undang Agraria tahun 1870, yang membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk ikut andil dalam perekonomian negara. Sejak tahun 1870, pembangunan yang dilaksanakan dan industrialisasi yang terjadi di Nusantara telah membawa Indonesia ke ambang pintu modernisasi dan dengan dubukanya terusan Suez telah membyka akses antara Indonesia dan Eropa. Sejak terjadinya resesi dunia pada tahun 1930, perkembangan perkebunan di Indonesia lebih terarah kepada pasaran dalam negeri. Namun, kegiatan ekspor pertanian masih memegang peranan penting 10% di Jawa dan 20% di Sumatra. Budaya masyarakat perkebunan yang terlihat di masyarakat Deli Sumatra Utara, banyak menampilkan karakteristik yang juga dijumpai di perkebunan Jawa yang sejenis. Baik dari segi lokasi, isolasi dan otonomi komunitasya, dualisme ekonomi Kolonial, pluralisme sosialnya, hegemoni pengusaha eropa, eksploitasi tenaga sejenis dengan perkebunan di Jawa. Perbedaan antara taraf hidup golongan eropa dengan taraf hidup pribumi amat sangat mencolol, namun karena kesadaran akan diskriminasi belum berkembang, maka rakyat menerima saja perbedaan yang mencolok tersebut.

9 9 Pada buku ini Sartono Kartodirdjo menggunakan pendekatan sosio kultural, hal ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana dinamika kehidupan masyarakat disuatu wilayah perkebunan teh. Penelitian ini dalam bagian bab I pembaca akan disajikan dengan gambaran umum mengenai perkebunan yang ada di Indonesia dan juga informasi sekilas tentang Perkebunan Teh Goalpara, dan di bab V akan membahas sistem sewa lahan dan juga sistem perburuhan yang ada di Perkebunan Goalpara pada sekitar tahun Mubyarto dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan : Kajian Sosial Ekonomi (1992). Buku ini membahas mengenai usaha pengusaha perkebunan dalam memperoleh tanah dan tenaga kerja rakyat yang dilihat dari aspek sejarah dan aspek teknis agronomis. Selain itu, dibahas pula mengenai perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Tanah dan tenaga kerja merupakan unsur pokok sistem perkebunan yang telah ada di masa kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda. Perbedaan antara perkebunan dataran rendah dan dataran tinggi berpengaruh pula dalam sistem manajemen produksi dan kekuasaan yang lebih otoriter pada perkebunan dataran tinggi. Hal inilah yang membuat masyarakat lebih menderita karena banyaknya tekanan dari penguasa desa tradisional dan pengusaha perkebunan. Penelitian hanya akan berfokus kepada pasar tenaga kerja yang ada di Perkebunan Teh Goalpara. Cara perekrutan tenaga kerja dan juga sistem upah yang berlaku di Perkebunan Teh Goalpara. Ita Setiawati dan Nasikun, Teh: Kajian Sosial Ekonomi (1991). Buku ini membahas tentang aspek-aspek sosial ekonomi, maupun sosial budaya serta tinjauan singkat dari segi teknis agronomis dan beberapa aspek dalam pengolahan teh. Buku ini juga menyajikan beberapa uraian tentang kondisi sosial ekonomi perkebunan-

10 10 perkebunan teh yang ada di Indonesia mulai dengan membahas tentang gambaran umum perkebunan teh, mekanisme kerja di lingkungan perkebunan teh dan seberapa jauh peranan teh dalam peningkatan kesejahteraan petani. Suhartono, Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta (1991). Buku ini membahas tentang apanage dan bekel di karesidenan Surakarta terutama mengenai perubahan sosial di pedesaan-pedesaan sekitar Karesidenan Surakarta. Karesidenan Surakarta lahan yang luas dan subur adalah tanah apanagr dan kepemimpinan seorang bekel diperlukan sekali bagi kehidupan sosial di tanah apanage. Apanage atau tanah lungguh adalah tanah jabatan sementara, sebagai upah atau gaji seorang priyayi atau bangsawan. Tanah apanage dapat dieksploitasikan sehingga dapat menghasilkan pajak yang berupa uang, barang dan tenaga kerja. Bekel sendiri mulamula para cikal bakal yang berhasil membuka tanah desa disebut pemimpin desa, oleh karena itu ia bertugas membagi-bagi tanah desa itu untuk calon penggarap, bekel kemudian bisa diesbut juga kepala desa. Setelah adanya tanah apanage diangkatlah seorang bekel dari kepala dessa itu yang berfungsi sebagai penebas pajak. Sedikit demi sedikit bekel diberi keleluasaan sebagai kepala desa sehingga peranannya berubah dari penebas pajak menjadi pemegang kekuasaan desa. Sistem apanage timbul dari suatu konsep bahwa penguasa adalah pemilik tanah seluruh kerajaan. Didalam menjalankan pemeritahannya penguasa dibantu oleh seperangkat pejabat dan keluarganya dan sebagai imbalannya, mereka diberi tanah apanage. Tanah ini merupakan tanah jabatan dan mereka para patuh berhak mendapatkan layanan kerja dan sebagian hasil dari tanag apanage. Munculnya istilah bekel tidak dapat dipisahkan dari sistem apanage, karena patuh yang tinggal di

11 11 Kuthanagara tidak mengerjakan apanage sendiri, ia kemudian mengangkat seorang bekel. Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abab Ke-20 (1997). Buku ini menceritakan tentang skandal ketengakerjaan di Indonesia pertama kali terjadi di zaman kolonial sekitar 1864 pada awal kapitalisasi pembukaan lahan perkebunan di Deli Sumatra Timur. Tembakau merupakan komoditi ekspor Hindia Belanda yang telah membuat industri perkebunan di Deli bersifat internasional. Pada tahap akumulasi modal pimitif, perusahaan perkebunan di Deli telah menggunakan teror dan kekerasan untuk mengatur proses produksi ekonomi, bukan semata-mata rasionalitas industri. Pada waktu itu buruh kontrak didatangkan langsung dari Cina dan Jawa. Disisi lain, Ordonansi Kuli ditetapkan berlaku pada 1880 untuk mengatur dan mengawasi sepak terjang para majikan. Para kuli kontrak menerima porsekot, mengikatkan diri bekerja selama tiga tahun di perkebunan. Kontrak berisi rincian tentang sifat kerja, jangka waktu dan juga persyaratan lainnya. Mereka yang melanggar akan dihukkum oleh pejabat pemerintah yang menjabat selaku hakim. Sebaliknya, majikan juga berkewajiban memberi nafkah kuli kontrak dan harus memperlakukannya dengan baik. Tuan kebun pertama di Sumatra Timur adalah Nienhuys yang telah menyerahkan pengelolaan kebun tembakaunya kepada sekelompok haji yang ia datangkan dari Penang. Peristiwa tersebut mengawali prinsip pemborongan pekerjaan menjadi unsur hakiki dalam kontrak kuli. Sistem pembayaran upah harian beralih pada sistem upah yang ditentukan oleh prestasi kerja.

12 12 Pada saat pertama kali bekerja tiap kuli menerima uang Panjar sebagai hutang dan berkewajiban mengembalikan uang panjar tersebut sampai lunas. Perjanjian kerja berlaku untuk satu tahun, sedangkan perpanjangan kontrak berlaku secara otomatis. Kuli yang melakukan pemutusan hubungan kerja dianggap melakukan pelanggaran dan wajib dihukum. Pada praktiknya kuli bekerja mati-matian selama delapan bulan, atau selama satu musim panen. Pemimpin perusahaan masih memotong jumlah gaji keseluruhan untuk menutup berbagai pengeluaran yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan. Skandal kuli kontrak di era kolonial justru dibuktikan oleh berlakunya Ordonansi Kuli beserta penerapan sanksi yang sengaja diciptakan untuk menjamin terus masuknya arus tenaga kerja. Studi mengenai sejarah kota Sukabumi sendiri salah satunya ditulis oleh Irman Sufi Firmansyah dalam bukunya Soekaboemi The Untold Story: Kisak Dibalik Sejarah Sukabumi (2016). Buku ini membahas tentang sejarah terbentuknya tatar sukabumi dari mulai sukabumi pada saat purbakala, asal muasal penduduk sukabumi dan juga kerajaan-kerajaan yang terdapat di tatar sukabumi. Selain itu dalam buku ini dijelaskan juga proses datangnya bangsa eropa ke wilayah sukabumi sampai mereka menguasai tanah-tanah rakyat sukabumi. Cultuurstelsel juga diterapkan di sukabumi dengan dibukanya perkebunan-perkebunan swasta milik kolonial. Sukabumi merupakan wilayah yang tidak banyak orang ketahui karena letaknya diantara gunung Gede dan Gede Pangrango, gunung Salak, gunung Walat, gununng Halimun, Jampang, Palabuhanratu dan Ciletuh. Banyaknya gunung yang membatasi wilayah Sukabumi menjadikan wilayah ini memiliki dataran tinggi dan juga memiliki dataran rendah wilayah Jampang, Ciletuh dan juga Palabuhanratu. Setelah dikelurkannya Undang-

13 13 undang Agraria tahun 1870 yang memberikan kesempatan kepada pribumi untuk memiliki tanah dan menyewakannya kepada perusahaan swasta menyebabkan banyak pengusaha swasta yang menanamkan modalnya. Seiring dengan masuknya swasta dalam bisnis perkebunan, maka munculah komoditas yang ada di Sukabumi seperti kopi, teh, kina dan karet. Skripsi yang berjudul Perkebunan teh Kemuning dan dampaknya terhadap Masyarakat Lokal , karya Arif Rahmat (2010). Membahas tentang perkebunan teh yang ada di Kemuning awalnya dilakukan oleh orang Belanda yang menyewa tanah Mangkunegaran dan terus mengalami perkembangan hingga masa pemerintaha Indonesia yang memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat sekitar Kemuning yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kemuning sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakatnya. Hadirnya perkebunan terh tersebut juga dapat mendorong terbukanya isolasi penduduk pedesaan di Kemuning karena dibangunnya sarana transportasi baik dilingkungan perkebunan teh maupun diluar perkebunan teh. Jalan dan jembatan yang merupakan sarana prasarana penting dalam pengangkutan hasil produksi teh membuat perusahaan perkebunan mulai diberikan tunjangan untuk memelihara jalan dan jembatan yang diserahkan kepada kepala desa. Perkembangan perkebunan teh juga memunculkan stratifikasi sosial baru yang berdasarkan jabatan pekerjaan di perkebunan. Dalam penelitian ini sewa lahan yang dilakukan oleh Perkebunan Teh Goalpara menggunakan sistem Hak Guna Usaha (HGU). Jadi lahan yang awalnya merupakan lahan pertanian masyarakat di minta hak guna lahan yang selanjutnya dipakai untuk memperluas lahan perkebunan teh. Pekerja yang bekerja pada lahan HGU tersebut akan memberikan sebagian hasil perkebunannya

14 14 kepada Perkebunan Teh Goalpara yang telah meminta HGU atas lahan tersebut dengan beberapa syarat yang sudah ditentukan oleh kedua pihak. Skripsi yang berjudul Perkebunan Teh Di Hindia Belanda Studi Kasus: Perkebunan Teh Malabar Di Pangalengan Bandung , karya Siti Julaeha (2010). Membahas tentang cara pengurus Perkebunan Teh Malabar menghadapi kondisi perekonomian pada tahun dan juga seberapa besar pengaruh Perkebunan Teh Malabar pada masyarakat sekitarnya. Perkebunan Teh Malabar yang didirikan oleh Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha pada tahun 1896 di Pangalengan Bandung merupakan salah satu perkebunan teh terbesar pada masanya. Dari tahun ke tahun perkebunan mengalami peningkatan baik dari luas lahan yang digunakan maupun volume produksi. Penurunan terjadi setelah Bosscha wafat pada tahun 1928 hingga tahun 1930-an pasca terjadinnya depresi ekonomi. Dalam menghadapi krisis, pengurus perkebunan mengambil beberapa langkah yaitu menghentikan sementara pengiriman teh ke pasaran dunia di London, melakukan penghematan serta pemecatan pegawai, memakai cadangan-cadangan modal dan terakhir meminta bantuan dana kepada pemerintah. Oleh karena langkah-langkah yang diambil tersebut belum mampu menolong kondisi perkebunan, maka pada tahun 1934 Perkebunan Teh Malabar diambil alih oleh pemerintah Belanda. Perkebunan Teh Malabar telah memberi dampak cukup besar bagi masyarakat sekitar. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan pada masa pemerintahan Belanda, tetapi hingga saat ini masyarakat sekitar dan bahkan negara masih tetap merasakan manfaat dari keberadaan perkebunan ini. Dengan dibukanya Perkebunan Teh Goalpara ini sudah cukup banyak memberikan dampak yang positif

15 15 bagi masyarakat sekitar. Perekrutan tenaga kerja juga akan diambil dari masyarakat sekitar dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh pihak Perkebunan. F. Metode Penelitian Suatu penulisan yang bersifat ilmiah tidak dapat lepas dari adanya data atau fakta yang mendukung. Apalagi penelitian tentang sejarah keberadaan fakta sangat amat diperlukan, dianalisis dan dikembanhkan untuk merekontruksi peristiwa masa lampau sedangkan fakta tidak mungkin ditemukan tanpa tersedianya data. Berasal dari data-data itulah fakta dapat ditemukan setelah melalui proses interpretasi sedangkan data baru dapat ditemukan setelah melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber sejarah. 7 Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka metode yang digunakan adalah metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk yang dimaksud metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari pengalaman masa lampau. 8 Metode sejarah memiliki empat tahap yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu: heuristik, kritik sumber, intepretasi, historiografi. Berikut penjelasan dari empat tahap tersebut: 1. Heuristik Heuristik adalah tahap mengumpulkan berbagai data dan sumber sejarah, baik berupa sumber tertulis maupun lisan melalui wawancara. Dalam penulisan ini teknik yang digunakan untuk memperoleh sumber adalah studi dokumen, dan wawancara. 7 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta; Gramedia, 1992, hlm Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta; UI Press, 1986, hlm. 32

16 16 a. Studi Dokumen Dalam penelitian ini digunakan sumber-sumber tertulis yang berupa dokumendokumen yang relevan atau berkaitan dengan objek penelitian dan manfaat untuk mendukung penelitian ini agar menjadi tulisan yang dapat dipercaya. Karena ada bukti tertulis untuk mendukung sejumlah fakta yang ada. Menurut Kuntowijoyo sebuah sumber itu menurut bahannya dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis atau dokumen dan juga artifact atau berupa foto-foto. 9 Dalam dokumen tersebut terdapat banyak data-data, tetapi kumpulan dari data tersebut bukan atau tidk bisa disebut dengan sejarah. Karena data-data tersebut hanyalah penunjang atau fakta sejarah. Sebuah data perlu diolah dan dikelompokkan menurut kriteria seleksi tertentu. Kriteria tersebut bergantung pada subjek yang sedang melakukan pengkajian, tentang bagaimana data tersebut disusum agar lebih bermakna, itu semua tergantung dari masalah yang akan dipecahkan. Salah satu dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat keputusan untuk dibukanya lahan yang digunakan untuk pembukaan Perkebunan. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain arsip tentang sejarah berdirinya perkebunan Goalpara, arsip-arsip sewa menyewa lahan perkebunan pada tahun dan juga arsip perburuhan yang ada di tahun Arsip tersebut terdapat dan merupakan koleksi di PTPN VIII Perkebunan teh Goalpara Sukabumi.Arsip yang digunakan antara lain arsip Sejarah Singkat PT. Perkebunan XI Goalpara, arsip Surat Perjanjian Sewa Tanah,arsip Himpunan Peraturan Kepegawaian, 9 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, 1995, hlm. 94

17 17 arsip Surat Keputusan Pembayaran Upah, serta data kependudukan Kabupaten Sukabumi yang terdapat di BPS Kabupaten Sukabumi dan Pusat Studi Kependudukan UGM. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan tujuan memperoleh informasi tertentu. Dari hasil wawancara dengan informan yang tepat akan menjadi sumber yang sangat membantu dalam penulisan hasil penelitian. Tokoh yang diwawancari guna memperoleh informasi yang sesuai dengan tema penelitian ini adalah: Hani selaku staf SDM yang bekerja di Perkebunan Goalpara, Erwin juga staf yang bekerja di Perkebunan Goalpara, Didin selaku staf administrasi Perkebunan Goalpara, R. Soehardi selaku Administratur Perkebunan Goalpara tahun 1973, R. M. Mardjono selaku Administratur Perkebunan Goalpara tahun Wawancara dilakukan di kantor Perkebunan Teh Goalpara pada saat penelitian mencari sumber tertulis yang terdapat di PTPN VIII Perkebunan teh Goalpara. Wawancara dilakukan tidak terjadwal karena hanya dilakukan dengan cara tanya jawab biasa tanpa memberikan fom pertanyaan terlebih dahulu atau dilakukan secara spontan pada saat berbincang-bincang di kantor saja. 2. Kritik Sumber Kritik Sumber merupakan langkah atau cara untuk membuktikan kebenaran dari sumber data yang telah dikumpulkan. Pengujian yang telah dilakukan terhadap sumbersumber yang dianggap benar atau valid dijadikan dasar untuk membangun fakta. Kritik

18 18 sumber dibedakan menjadi dua: Kritik ekstern: dilakukan untuk menemukan otentitas. Dalam melakukan kritik ekstern penulis melakukan beberapa hal seperti membuktikan relevansi sumber, melacak keaslian sumber dan latar belakang sumber. Kritik intern: dilakukan untuk mencari kredibilitas. Dalam melakukan kritik intern, dipelajari keterikatan antara sumber-sumber dengan cara membandingkannya. 3. Interpretasi Menurut Gilbert J. Garraghan interpretasi adalah suatu bentuk penafsiran sejarawan atas fakta sejarah menjadi satu kesatuan alur cerita harmonis dan masuk akal. Penafsiran sejarah sifatnya subyektif yang berarti bahwa sangat bergantung kepada sipenafsir sejarah itu. Perbedaan interpretasi pada sejarawan pada umumnya terjadi karena adanya perbedaan latar belakang, pola pikir, pengaruh dan motivasi. 4. Historiografi Historiografi merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang baru, yang didasarkan pada bukti-bukti yang telah diuji. Sumber sejarah yang berupa dokumen dan referensi dari studi kepustakaan dianalisis, kemudian diinterpretasikan dan ditafsirkan isisnya dan ditulis menjadi tulisan sejarah dimana fakta dari data yang ditemukan dapat dipertanggungjawabkan. G. Sistematika Penulisan Bab I, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

19 19 Bab II, menguraikan tentang letak geografis dan kondisi alam wilayah Sukabumi dan juga kondisi demografi dan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Sukabumi. Bab III, menguraikan tentang sistem sewa lahan perkebunan yang ada di Perkebunan Teh Goalpara. Sistem sewa tanah sebelum nasionalisasi dan juga setelah nasionalisasi. Serta sewa tanah yang terjadi pada saat bergabungnya kembali afdeling Bungameleur. Bab IV, bab ini mengupas tentang sistem perburuhn yang terjadi di pabrik teh Goalpara. Kondisi tenaga kerja yang terdiri dari status tenaga kerja pendidikan, sistem perekrutan tenaga kerja, waktu kerja, sistem penelesaian masa kerja atau pemutusan hubungan kerja dan juga hubungan perburuhan pabrik antara atasan dan bawahan, perjanjian kerja, serikat buruh, sistem pengupahan, dan penyelesaian perselisihan. Bab V, merupakan kesimpulan dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penulisan sejarah Indonesia, gerakan-gerakan sosial cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan bahwa sejarawan konvensial lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang masalah Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar dan kecil, serta masyarakatnya mempunyai beraneka ragam agama, suku bangsa, dan

Lebih terperinci

PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT

PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT 1957 1996 Oleh Yeni Suryani 1 ABSTRAK Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan perkebunan Dayeuhmanggung pada kurun waktu 1957-1996 atau setelah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah daerah Agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan bangsa Eropa tertarik untuk mengunjungi hingga menjajah Indonesia adalah potensi sumber sumber daya alam Indonesia yang melimpah.indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan Pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan Kedu, Surakarta, Madiun. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang berarti bahwa penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pendapatan nasional sebagian besar bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas PENDAHULUAN Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di Indonesia tanaman karet pertama kali diperkenalkan pada tahun 1864 ketika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY 117 BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY Desa Cipeuteuy merupakan desa baru pengembangan dari Desa Kabandungan tahun 1985 yang pada awalnya adalah komunitas pendatang yang berasal dari beberapa daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

Bab V. Kesimpulan. dalam mengelola industri gula di Mangkunegaran khususnya, dan di Jawa

Bab V. Kesimpulan. dalam mengelola industri gula di Mangkunegaran khususnya, dan di Jawa Bab V Kesimpulan A. Kesimpulan Kajian Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam mengelola industri gula di Mangkunegaran khususnya, dan di Jawa umumnya pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal tersebut ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah garis khatulistiwa, hal tersebut menjadikan Indonesia beriklim tropis yang mempunyai dua musim (musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, membentang dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, membentang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, membentang dari barat sampai timur, panjangnya tidak kurang dari 5000 km, maka tidak salah jika Indonesia disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa

I. PENDAHULUAN. penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Penting disini berarti bahwa kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang sangat sepi penduduknya, sejak berdirinya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh Jacob

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris tentu menggantungkan masa depannya pada pertanian. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor perkebunan termasuk bagian dari sektor pertanian yang merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Usaha perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem usaha pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem usaha pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem usaha pertanian di Indonesia yang pertama kali dikenal oleh rakyat ialah sistem kebun, kemudian baru muncul sistem perkebunan. Sistem kebun telah berlangsung

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kolonial antara 1870-1900 merupakan masa liberal. Pada masa ini pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi dan menyerahkan eksploitasinya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentang alam yang cocok dan berada di daerah tropis membuat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. bentang alam yang cocok dan berada di daerah tropis membuat berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dari dulu sudah dikenal sebagai negara agraris yang berarti mata pencaharian utama penduduknya berasal dari sektor pertanian, didukung oleh bentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Eksistensi VOC yang telah berlangsung sejak 1609, harus berakhir karena jatuh pailit (1799) dengan utang 134,7 juta gulden. Keruntuhan tersebut, menyebabkan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, sehingga menimbulkan iklim wilayah yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, sehingga menimbulkan iklim wilayah yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan 18.110 pulau berdasarkan hasil survei kerjasama LAPAN dan LIPI. 1 Dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Skripsi yang berjudul (Suatu Kajian Sosio- Historis Gerakan Sosial Petani Di Korea Pada Tahun 1894-1895) ini menggunakan metode historis sebagai metode penelitiannya, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi menjadi produsen gula dunia karena didukung agrokosistem, luas lahan serta tenaga kerja yang memadai. Di samping itu juga prospek pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulu Cina merupakan sebuah desa yang berdomisili di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman kolonial Belanda, Bulu

Lebih terperinci

PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA

PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA Indonesia lahir sebagai sebuah negara republik kesatuan setelah Perang Dunia II berakhir. Masalah utama yang dihadapai setelah berakhirnya Perang Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman manusia Indonesia hidup bertani dan menetap, dimulai pola penguasaan tanah secara adat dan berlangsung turun temurun tanpa memiliki tanda bukti kepemilikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat lndonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci