BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama Ismail. Isi dari traktaat Siak tersebut menyatakan bahwa Sultan Siak dan para keturunannya serta yang akan menjadi penggantinya harus tunduk kepada pemerintah Hindia Belanda. Begitu pula dengan seluruh daerah taklukkannya juga harus tunduk pada Hindia Belanda, termasuk wilayah Sumatera Timur. 1 Keberhasilan Belanda dalam menaklukkan Sumatera Timur membuat akses yang lebih mudah untuk para pemodal masuk dan mendirikan usaha mereka di atas tanah-tanah Sumatera Timur yang masih sangat luas. Para pemodal yang kemudian menjadi pengusaha perkebunan ini mengubah Sumatera Timur dari daerah yang masih berupa hutan menjadi hamparan perkebunan yang ditanami dengan tanaman 1 Tengku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: Tanpa Penerbit.2007, hlm Lihat juga, Budi Agustono, dkk.,badan Perjuangan RakyatPenunggu Indonesia VS PTPN II:Sengketa Tanah di Sumatera Timur, Bandung: Wahana Informasi Masyarakat dan AKATIGA, 1997, hlm

2 komersial seperti tembakau, karet, kelapa sawit, kopi, teh, dan tanaman lainnya yang laku di pasaran dunia. 2 Perkembangan perkebunan yang semakin pesat mengakibatkan Sumatera Timur mengalami perkembangan pula. Pada tahun 1864 mulai ditempatkan seorang controleur pertama yang bernama J.A.M. van Cats de Raet di Deli. Selain itu, jumlah orang-orang barat dan suku-suku dari daerah-daerah lain juga semakin meningkat jumlahnya. Tidak hanya itu, infrastruktur yang mendukung juga dibangun untuk mendukung jalannya ekonomi perkebunan, seperti jalur kereta api, pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal, kantor pos, jaringan telepon, telegraph, pembangunan gedung-gedung dan lainnya. 3 Perkebunan tidak hanya membuat Sumatera Timur mengalami perkembangan, tetapi juga mendatangkan permasalahan baru. Pertumbuhan perkebunan yang demikian pesat telah membuat angka permintaan perekrutan buruh juga semakin tinggi, sedangkan penduduk lokal 4 Sumatera Timur tidak mau bekerja pada perkebunan asing. Permasalahan ini membuat para pengusaha kebun harus mendatangkannya dari luar daerah. Pada awalnya buruh-buruh dari luar daerah ini 2 AVROS (Algemeene van Vereeniging Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra): Organisasi Perkebunan Karet di Sumatera Timur, , diunduh pada tanggal, 9 Maret Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun ), Medan : Alumni, 1976, hlm Penduduk lokal yang dimaksud adalah etnis Melayu, Karo, dan Simalungun.

3 direkrut dengan menggunakan jasa broker, tetapi pengusaha kebun sering kali merasa kecewa dengan buruh yang direkrut. Masalahnya broker hanya secara asal-asalan saja mendapatkan buruh, sehingga kerap kali buruh yang disalurkan tidak memenuhi persyaratan untuk bekerja diperkebunan. 5 Buruh merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi perkebunan, 6 namun untuk mendapatkan buruh di Sumatera Timur sangatlah sulit, sehingga hal ini menjadi permasalahan utama bagi perkebunan. Selain masalah buruh, tentunya perkebunan memiliki kepentingan-kepentingan lain yang harus dipenuhi, seperti lahan dan menjaga hubungan dengan pemerintah lokal maupun Pemerintah Hindia Belanda. Dilihat dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka muncul gagasan dari para pengusaha perkebunan untuk membentuk sebuah lembaga atau wadah yang dapat menampung dan menangani permasalahan serta kepentingan dari para pengusaha perkebunan. 7 Atas dasar ini maka didirikanlah Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter-ooskust van Sumatera atau yang disingkat dengan AVROS. AVROS merupakan suatu perhimpunan para pengusaha perkebunan karet di Sumatera Timur yang 5 Mohammad Said, Koeli Kontrak Tempo Doeloe: Dengan Derita dan Kemarahannya, Medan: Percetakan Waspada, 1977, hlm. 33. Lihat juga, Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm Mubyarto, dkk,tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan : Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Penerbit Aditya Media, 1993, hlm Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur , diunduh pada tanggal, 3 Januari 2014, hlm. 7.

4 didirikan pada tahun 1910 oleh para pengusaha perkebunan karet.pendirian dari perhimpunan ini ternyata dianggap sangat penting dan bermanfaat tidak hanya bagi para pengusaha perkebunan tetapi juga pemerintah kolonial. Pernyataan bahwa perhimpunan ini sangat penting dan bermanfaat dikarenakan AVROS mampu untuk mengorganisir perusahaan-perusahaan perkebunan yang telah menjadi anggotanya. 8 Dari uraian dasar di atas, maka penelitian ini diberi judul ALGEMEENE VEREENIGING VAN RUBBERPLANTERS TER-OOSTKUST VAN SUMATERA (AVROS) Alasan penulis memilih AVROS sebagai penelitian yaitu karena AVROS belum pernah dikaji sebelumnya sehingga menjadi menarik untuk dikaji. Selain itu, selama ini sudah banyak sekali kajian membahas tentang perkebunan, tenaga kerja (buruh), maupun kehidupan di dalam lingkungan perkebunan, seperti keadaan tenaga kerja di Jawa 9 dan kehidupan penambang batubara di Ombilin, Sumatera Barat. 10 Namun tidak ada yang memperhatikan siapa atau lembaga apa yang bertugas untuk menyediakan kepentingan para pengusaha untuk memperlancar aktivitas produksi perkebunan, atau siapa yang sebenarnya berada di balik kesuksesan dari para pengusaha perkebunan dengan industri 8 Sjafrul Latif dan Hendra Purba, 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia, Medan: PPKS, 2007, hlm Peter Boomgaard, Labour in Java in the 1930s Paper Changing Labour Relations in Asia, KITLV, Leiden. 10 Erman Erwiza, Hidden Histories: Gender, Family and Community in the Ombilin Coalmines ( ) dalam CLARA Working Paper, No.13.

5 perkebunannya. Karena jika kebutuhan dan kepentingan dari perkebunan tidak terpenuhi maka keuntungan juga tidak akan didapatkan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil cakupan spasial di daerah Sumatera Timur karena AVROS pada saat itu didirikan untuk membantu para pengusaha perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Sedangkan untuk ruang lingkup temporal penelitian pada penulisan AVROS, penulis mengambil periode sejak berdirinya AVROS tahun 1910 dan berakhir pada tahun Sebab pengambilan periode ini karena pada tahun 1910 AVROS resmi berdiri sebagai sebuah perhimpunan para pengusaha perkebunan di Sumatera Timur. Pendirian AVROS pada masa itu sangat tepat, karena para pengusaha perkebunan sangat membutuhkan wadah yang dapat menangani permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi, terutama dalam penyediaan buruh. Permasalahan yang dihadapi oleh AVROS pada umumnya adalah permasalahan-permasalahan dari perusahaan perkebunan yang menjadi anggotanya. Tahun 1942 Jepang berhasil menguasai Sumatera Timur. Sehingga Sumatera Timur yang pada saat itu merupakan lahan perkebunan dan tambang minyak yang memberikan keuntungan yang besar juga menjadi sasaran bagi Penguasa Jepang. AVROS juga terkena dampak dari pendudukan Jepang perhimpunannya dibekukan,

6 sedangkan lembaga penelitiannya tetap di gunakan tetapi namanya diubah menjadi Gunseibu Medan Nogyo Kenkyusio. 11 Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya, maka AVROS diaktifkan kembali oleh pemerintah Indonesia dan mulai menghadapi masalahmasalah baru. Diantaranya pemogokan kerja yang dilakukan oleh buruh perkebunan dan masalah lahan perkebunan yang diduduki oleh penduduk liar pada saat inilah AVROS menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membebaskan tanah perkebunan dari penduduk liar tersebut. Sedangkan tahun 1958 sebagai batas penulisan karena pada tahun tersebut AVROS secara resmi berganti nama menjadi GabunganPengusaha Perusahaan Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). Hal ini dilakukan sesuai dengan keputusan Pemerintah Indonesia untuk menasionalisasikan semua perusahaan milik Belanda yang ada di Indonesia Rumusan Masalah Untuk mempermudah penelitian, maka masalah yang diturunkan adalah: 1. Bagaimana berdirinya AVROS di Sumatera Timur? 2. Bagaimana perkembangan AVROS tahun AVROS? 3. Bagaimana kondisi AVROS pasca kemerdekaan? 11 Sjafrul Latif, op.cit., hlm Ibid. Lihat juga, AVROS (Algemeene van Vereeniging diunduh pada tanggal, 9 Maret

7 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah membuat suatu rumusan masalah untuk diteliti, maka sudah seharusnya permasalahan tersebut juga harus memiliki tujuan dan manfaat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan berdirinya AVROS di Sumatera Timur. 2. Menjelaskan perkembangan AVROS tahun Menjelaskan kondisi AVROS pasca kemerdekaan. Adapun manfaat dari penelitian adalah: 1. Menambah perbendaharaan khasanah ilmiah di dalam perkembangan dunia pengetahuan, khususnya bagi ilmu sejarah. 2. Manambah wawasan bagi para pembaca dan masyarakat luas. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta dokumentasi. 1.4 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai sumber data dalam melakukan penelitian ini, antara lain: karya Ann Laura Stoler, yang berjudul Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, Periode 13 Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, , Yogyakarta: KARSA, 2005.

8 cakupan temporal pada karya ini sebenarnya mewakili seluruh periode penulisan mulai dari berdirinya AVROS hingga tahun batasan penulisan. Dalam karya ini banyak mengambil perkebunan karet sebagai latarbelakangnya, seperti yang diketahui bahwa perkebunan karet merupakan anggota dari AVROS, sehingga banyak peraturan-peraturan maupun peran AVROS yang tergambar di dalam karya ini. Selain itu, bila dilihat dari jenis sumber yang digunakan, buku ini banyak sekali yang menggunakan sumber primer yaitu arsip AVROS, sehingga kebenarannya lebih dapat dipercaya. Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia 14 yang merupakan karya Mochammad Tauchid ini menjelaskan tentang masalah tanah di Indonesian mulai dari masa kolonial hingga pasca kemerdekaan. Di dalamnya banyak dipaparkan tentang hak-hak tanah bagi pribumi maupun orangorang asing timur maupun barat. Tanah merupakan sumber kehidupan sehingga tanah menjadi sesuatu yang sangat berharga dan selalu diperebutkan.pembahasan buku ini berkaitan dengan penulisan AVROS yang menyinggung pembahasan tentang tanah, baik cara mendapatkan tanah maupun sengketa yang terjadi setelah kemerdekaan. Sumber yang digunakan juga merupakan sumber primer seperti akta konsesi, staatblad, bijblad, regeering missive, dan peraturan-peraturan lainnya yang dikeluarkan pada masa kolonial, sehingga tulisannya dapat dipercaya. 14 Mochammad Tauchid, Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia, Yogyakarta: STPN Press dan Persaudaraan Warga Tani (Pewarta), 2009.

9 Karya lain yang membahas tentang perkebunan terutama masalah agraria yaitu Toean Kebun dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuanan Agraria di Sumatera Timur , 15 dansengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, 16 penulis kedua karya ini merupakan orang yang sama, Karl J. Pelzer. Pada buku Pelzer yang pertama ini, digunakan sebagai gambaran awal Sumatera Timur yang pada awal pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Buku ini sangat bermanfaat sebagai pembuka dari gambaran Sumatera Timur yang memilki bentuk lahan dan tanah, serta letak geografis dan iklim yang sangat sesuai untuk dijadikan lahan perkebunan. Karya yang kedua sangat membantu untuk memberikan gambaran mengenai situasi perkebunan pasca kemerdekaan yang mengalami kekacauan akibat didudukinya tanah-tanah perkebunan oleh para penduduk liar dan bagaimana AVROS melakukan perannya sebagai perwakilan dari para pengusaha perkebunan untuk mempertahankan kelangsungan industri perkebunan di Sumatera Timur. Penggunaan buku ini sebagai referensi dalam penulisan AVROS sangat membantu terutama pada bagian AVROS setelah kemerdekaan yang ada pada bab IV. Buku ini menjadi dasar penulisan dari kondisi perkebunan setelah perang hingga masa nasionalisasi, dimana AVROS juga turut berperan di dalamnya. Dari segi sumber yang digunakan, Pelzer 15 Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Karl J. Pelzer, Sengketa Agraria : Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: PustakaSinar Harapan, 1991.

10 menggunakan arsip sebagai sumber utama dalam penulisan karyanya, sehingga keterangan yang terdapat dalam buku ini dapat lebih akurat. Karya T. Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur ( ). 17 Isi pembahasan dalam buku ini sangat bermanfaat terutama dalam menggambarkan suasana perburuhan di Sumatera Timur yang banyak diwarnai dengan aksi mogok buruh dalam menuntut kenaikan upah kepada pihak perkebunan. Selain itu, buku ini juga menggambarkan bagaimana kerasnya AVROS dalam mempertahankan pendiriannya untuk tidak menaikkan upah sesuai dengan tingginya tuntutan para buruh. Relevansi penggunaan buku ini jelas membantu pada penulisan bab IV yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai tuntutan kenaikan upah dari para buruh kepada pihak perkebunan. 1.5 Metode Penelitian Metode sejarah merupakan hal mutlak yang harus digunakan saat melakukan penulisan sebuah peristiwa sejarah. 18 Dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan metode sejarah. Tahap pertama penulis melakukan pencarian sumber (heuristik) dengan cara studi kepustakaan dan studi arsip. Pada awalnya penulis melakukan pencarian sumber di daerah kota Medan, yaitu Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara dari kedua tempat ini 17 T.Keizerina Devi, Poenale Sanctie:Studi tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur ( ), Medan:Program Pascasarjana Sumatera Utara, Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm.

11 penulis mendapatkan beberapa buku yang dapat dijadikan sebagai pendukung dari penulisan AVROS. Kemudian pencarian sumber penulis lanjutkan ke gedung yang dahulunya merupakan gedung AVROS yaitu, kantor Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) atau yang lebih dikenal dengan RISPA (tepatnya berada di jalan Brigjen Katamso) dan kantor Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) letaknya di jalan Palang Merah. Namun dari kedua kantor ini, penulis tidak mendapatkan sumber apapun sebagai bahan penulisan. Menurut salah satu kepala divisi yang ada di BKS-PPS arsip-arsip milik AVROS sudah tidak ada lagi di kantor tersebut, bahkan mereka sendiri tidak tahu tentang keberadaan arsip tersebut. Untuk RISPA, keadaannya lebih baik karena masih ada arsip AVROS yang tersimpan rapi di tempat khusus yang mereka sediakan untuk koleksi lama. Walaupun masih ada arsip AVROS yang tersimpan di sana, namun data-data dasar mengenai AVROS sudah tidak lengkap lagi. Sebelum penulis melakukan pencarian sumber ke RISPA maupun BKS-PPS, sebenarnya penulis sudah sering mendengar bahwa arsip-arsip AVROS sebagian besar telah dipindahkan ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), tetapi karena alasan tertentu maka penulis tetap mencoba untuk melakukan pencarian di daerah kota Medan terlebih dahulu. Setelah tidak mendapatkan data yang dicari, maka penulis memutuskan untuk melakukan pencarian data AVROS ke Arsip Nasional Republik Indonesia atau biasa disebut dengan ANRI di Jakarta. Selama lima minggu penulis berada di Jakarta, pencarian data mengenai AVROS tidak hanya penulis lakukan di ANRI tetapi juga di

12 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Pencarian data pertama kali penulis mulai di ANRI, di ANRI penulis banyak sekali dibantu oleh para pegawai ANRI dari bagian pelayanan arsip. Pencarian data AVROS di ANRI ternyata juga tidak mudah, karena data-data konvensional yang ada dalam buku panduan mencari arsip AVROS (Invetaris AVROS ), belum mencakup data tahun-tahun awal atau dasar pendirian AVROS. Tahun 1892 yang dicantumkan pada kover buku panduan membuat penulis berpikir bahwa data dari awal pendirian AVROS sudah lengkap ada di dalamnya, tetapi tidak. Dalam keadaan tersebut, penulis mencoba untuk meminta bantuan kepada pegawai dari bagian pelayanan arsip untuk membantu penulis mencari data awal berdirinya AVROS. Kemudian penulis diarahkan untuk melakukan pencarian melalui mikrofilm. Melalui mikrofilm, penulis mendapatkan data-data awal berdirinya AVROS. Tetapi dalam melakukan pencarian data dengan menggunakan mikrofilm juga tidak mudah. Pada awalnya penulis harus mencari keterangan keberadaan AVROS lewat Klapper Bogor, setelah ditemukan beradapada halaman berapa, maka penulis akan melanjutkan pencarian lewat Index Folio. Masuk pada index folio ternyata hanya ada keterangan mengenai arsip AVROS dibuat dalam bentuk apa (maksudnya dapat berupa Besluit, Staatblad, Bijblaad, atau lainnya). Dengan kata lain, pencarian melalui Klapper Bogor maupun Index Folio ini hanya merupakan jalan masuk untuk pencarian berikutnya ke arsip konvensional.

13 Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pencarian arsip tidak hanya dilakukan di ANRI, tetapi juga di Perpusnas. Di Perpusnas, penulis mendatangi bagian koleksi lama untuk mencari beberapa data AVROS. Selain di bagian koleksi lama, penulis juga mencari surat kabar lama. Surat kabar lama yang menyangkut tentang AVROS ternyata sudah banyak yang dibuat dalam bentuk mikrofilm, sehingga penulis harus mulai mencari lewat mikrofilm lagi. Dalam mencari surat kabar lama penulis juga mendapat bantuan dari orang lain, sehingga penulis merasa sangat terbantu. Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua yang telah dilakukan adalah kritik sumber. Ada dua macam kritik sumber yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Dalam tahap kedua ini, penulis melakukan kritik sumber terhadap sumber yang telah penulis dapatkan. Penulis melakukan kritik eksternal untuk mengetahui apakah sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber yang dikehendaki dan sesuai dengan yang di cari dan kritik internal untuk membuktikan apakan sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber asli atau dapat dipercaya atau malah sebaliknya sumber tersebut telah diubah dan tidak dapat dipercaya. Setelah pengumpulan dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga yang telah dilakukan adalah interpretasi. Pada tahap ini didapatkan sintesis dari data-data yang sebelumnya telah didapatkan. Sintesis ini didapatkan dari hasil menghubungkan satu dengan data lainnya.

14 Tahap terakhir yaitu historiografi yang merupakan tahap penulisan sejarah.pada tahap ini, penulisan sejarahdibuat bersifat kronologis, analitis, dan ilmiah, sehingga tahap akhir dalam penulisan ini dituliskan dalam bentuk skripsi.

BAB II LATAR BELAKANGPUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT PPKS MEDAN. 2.1 Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

BAB II LATAR BELAKANGPUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT PPKS MEDAN. 2.1 Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan BAB II LATAR BELAKANGPUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT PPKS MEDAN 2.1 Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Perkebunan di Sumatra Timur bukan hanya memproduksi tembakau saja tetapi juga memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada modal swasta. Pemberlakuan Undang-Undang Agraria tahun adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kolonial antara 1870-1900 merupakan masa liberal. Pada masa ini pemerintah kolonial melepaskan peranan ekonomi dan menyerahkan eksploitasinya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat yang penting. Hari lahirnya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional yang diperingati

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX

BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX BAB II AWAL BERDIRINYA PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) 2.1 Kondisi Geografis Perkebunan-perkebunan yang menjadi bagian dari PT. Perkebunan IX (Persero) terbentang di dataran rendah Pantai Timur Sumatera. 11

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil dari perkebunan Tembakau di Indonesia sangat terkenal dengan kualitas dan aromanya yang khas. Salah satu Tembakau yang diproduksi dikenal dengan sebutan Tembakau

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif

BAB I PENDAHULUAN. Diawali dengan kebijakan Cultuurstelsel (budidaya tanam), cara-cara konservatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Eksistensi VOC yang telah berlangsung sejak 1609, harus berakhir karena jatuh pailit (1799) dengan utang 134,7 juta gulden. Keruntuhan tersebut, menyebabkan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejarah lahan tanah jaluran di Sumatera Timur bermula dari kedatangan onderneming swasta yang dimulai oleh J. Nienhuys yang mampu menghasilkan 50 bal tembakau dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deli adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah yang sangat kaya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit 13 KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging

Lebih terperinci

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G

KEADAA UMUM LOKASI MAGA G 15 KEADAA UMUM LOKASI MAGA G Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang merupakan suatu diantara kesultanan yang terkaya. Sebagai bukti, kesultanan tersebut memiliki istana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene

Lebih terperinci

Pengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing

Pengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing Pengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing Hubungan kerja outsourcing dikenal di dunia sebagai pasar tenaga kerja fleksibel. Ditandai dengan perekrutan tenaga kerja yang mudah dan dilepas dengan cepat

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kota Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di daerah kota Medan pada masa kolonial belanda, menjadikan sebuah awal di masa lalu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang berarti bahwa penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan pendapatan nasional sebagian besar bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT

PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT PERKEBUNAN TEH DAYEUHMANGGUNG DI GARUT 1957 1996 Oleh Yeni Suryani 1 ABSTRAK Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan perkebunan Dayeuhmanggung pada kurun waktu 1957-1996 atau setelah mengalami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat kapitalisme di era globalisasi saat ini. Keterpurukan klas buruh di dunia dari awal membawa semangat pembebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati yang paling banyak, sehingga tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera timur sudah menanam tembakau sebelum kedatangan orang Barat ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Timur (Sumatera Ooskust) memiliki sejarah panjang tentang perkebunan khususnya tembakau. Menurut Anderson, masyarakat Melayu di Sumatera timur sudah menanam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali masa lampaunya secara utuh. Di dalam proses kehidupan manusia sudah

BAB I PENDAHULUAN. kembali masa lampaunya secara utuh. Di dalam proses kehidupan manusia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan juga mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai suatu kelas yang selalu dieksploitasi oleh majikan, sehingga akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai suatu kelas yang selalu dieksploitasi oleh majikan, sehingga akan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan upah. Mereka menjual tenaga mereka kepada majikan demi mendapatkan pekerjaan. Adanya hubungan timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Meningkatnya dinamika perdagangan internasional pada abad ke-15 ditandai dengan peningkatan permintaan pasar Eropa terhadap berbagai jenis hasil bumi

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Edisi Khusus.Semnas Tembakau. Vol.3. No.3. Desember (21) : ABSTARAK

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Edisi Khusus.Semnas Tembakau. Vol.3. No.3. Desember (21) : ABSTARAK PELESTARIAN DAN PERLINDUNGAN TEMBAKAU DELI Sebuah Perspektif Historis Edi Sumarno Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, 20155 Corresponding author : semnastembakau@gmail.com ABSTARAK Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah dan cagar budaya mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah dan cagar budaya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkebunan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang masalah Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar dan kecil, serta masyarakatnya mempunyai beraneka ragam agama, suku bangsa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bidang yang dinamis selalu mengalami perkembangan sesuai zaman. dan salah satunya ialah kereta api, dimana setiap transportasi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak mengalami dan menyimpan berbagai peristiwa sejarah. Peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun 1942-1945 Nama : Iwan Haryanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat Jepang menguasai Indonesia yang bermula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum masyarakat terbagi atas dua golongan yaitu golongan elite dan non elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki

Lebih terperinci

SENGKETA TANAH BEKAS PERKEBUNAN TEMBAKAU BANDAR CHALIPAH, KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN

SENGKETA TANAH BEKAS PERKEBUNAN TEMBAKAU BANDAR CHALIPAH, KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN SENGKETA TANAH BEKAS PERKEBUNAN TEMBAKAU BANDAR CHALIPAH, KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 1947-1960 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris tentu menggantungkan masa depannya pada pertanian. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranannya maka Kota Medan memiliki modal dasar pembangunan ekonomi yang potensial. Hal ini ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Algemeene

Lebih terperinci

Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur

Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur 1904-1920 Indera Suprayitno Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Studi kasus kuli kontrak yang bekerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulu Cina merupakan sebuah desa yang berdomisili di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Pada zaman kolonial Belanda, Bulu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin berkembangnnya industri dalam suatu negara maka jumlah buruh pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedatangan Bangsa India ke Sumatera Timur tidak terlepas dari investasi modal perkebunan bangsa Eropa yang marak berkembang di kawasan Pantai Timur Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur di awal abad ke 18 merupakan salah satu kawasan yang sangat sepi penduduknya, sejak berdirinya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh Jacob

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk memenuhi kebutuhan papan dan lahan yang menjadikan tanah sebagai alat investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan organisasi sebenarnya sudah ada sejak sejarah awal peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang di kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51 Dr.Perret dari Paris mencatat; orang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya (civilized), sedang semua non Melayu dipandang sebagai orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto

Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto Perubahan yang terjadi pada tata ruang Kota Medan dapat diungkapkan dalam fotofoto di bawah ini: Gambar 1 (Sumber : Rini Tri A.Siagian) ( kawasan jembatan tua titi gantung peninggalan Belanda, yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada masa itu mendukung Indonesia menjadi bagian dari perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada masa itu mendukung Indonesia menjadi bagian dari perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan di Indonesia dimulai pada abad ke 19 di Kawasan Sumatera, ketika itu hutan-hutan di daerah Sumatera dijadikan hamparan tanah komoditi yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan Provinsi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Historis Pada jaman Hindia Belanda kecamatan Perbaungan ini termasuk kedalam wilayah Kesultanan Serdang. Pada tanggal 29 Juli 1889, Sultan Serdang (Sultan

Lebih terperinci