BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Provinsi Jawa Barat, dengan jarak sekitar 65 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 Km dari Ibukota Negara (Jakarta), dan terletak diantara Lintang selatan dan Bujur Timur. Kecamatan Mande berada di wilayah Utara Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah kecamatan 105,20 km 2 dan berjarak 12 km dari ibukota Kabupaten Cianjur serta 60 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Secara administratif Kecamatan Mande terbagi menjadi 12 desa dengan bentuk wilayah 60% berupa daerah datar sampai berombak, 15% berombak sampai berbukit, dan 25% berbukit sampai gunung. Suhu maksimum di Kecamatan Mande sebesar 33 C dan suhu minimum sebesar 29 C dengan ketinggian 280 m dari permukaan laut. Batas-batas Kecamatan Mande adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kecamatan Cikalong dan Kecamatan Sukaresih b. Sebelah Barat : Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang c. Sebelah Selatan : Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Cianjur d. Sebelah Timur : Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan salah satu waduk kaskade yang terdapat di DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum. Penggenangan Waduk Cirata dilakukan pada 1 September Waduk Cirata memiliki fungsi majemuk antara lain untuk pembangkit energy listrik, budidaya ikan jaring apung, sebagai reservoir atau penyediaan air dan pengembangan pariwisata. Fungsi dari kegiatan tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang besar baik bagi Pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 38 Tahun 1991 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sumber Air di Jawa Barat, air Waduk Cirata dimasukkan ke dalam peruntukan golongan B, C, dan D. 28

2 29 dengan demikian diarahkan terutama untuk mengetahui status mutu air bagi peruntukan tersebut diatas. Waduk Cirata menampung berbagai jenis senyawa yang bersumber dari limbah, baik oleh aliran sungai Citarum dan anak-anak sungainya, maupun limbah yang bersumber dari kegiatan di dalam waduk sendiri (autochtonous) misalnya dari kegiatan jaring terapung yang dari tahun ke tahun cenderung. Selain masalah limbah, Waduk Cirata juga diganggu kelestariannya dengan berkembangnya pertumbuhan massal gulma air, terutama dari jenis eceng gondok (Eichhornian crassipers). Dampak dari pertumbuhan gulma ini diantaranya adalah meningkatkan evapotranspirasi, sedangkan masa dari gulma yang mati dapat menyebabkan terjadinya pulau-pulau terapung. Masalah lain yang diprakirakan dapat mempengaruhi efektivitas waduk adalah sedimentasinya, yang juga dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan meningkatnya pencemaran air, pertumbuhan gulma air serta meningkatnya sedimentasi, diprakirakan akan mempunyai dampak terhadap fungsi waduk sebagai pembangkit listrik. Dampak dari besarnya potensi Waduk Cirata ini sangat terasa oleh masyarakat Kabupaten Cianjur adalah semakin berkembangnya bidang budidaya perikanan khususnya budidaya ikan pada kolam Karamba Jaring Apung (KLA) sehingga jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) dan KJA terus bertambah, berdasarkan sensus Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) pada tahun 2007 untuk Waduk Cirata wilayah Cianjur berjumlah RTP, Pekerja (buruh tani) dan petak untuk KJA. Dari hasil pembinaan petugas, KJA-KJA yang tidak produktif dan tidak layak pakai harus di bongkar/dimusnahkan dan ternyata hasil sensus pada bulan September Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 5.

3 30 Table 5. Jumlah KJA di Waduk Cirata Tahun 2011 No. Kecamatan Desa Blok RTP Jumlah Buruh Jumlah KJA (petak) 1 Cikalong Kulon Kamurung Patok Beusi Gudang Maleber 2 Mande Mande Ciputri* Jatinenggang* Bobojong Jangari Nyalempet Pasir Pogor Cikidang Bayabang Kebon Coklat Bayabang Sukaluyu Sindang Raja Nusa Dua Neuneut Utara Ciranjang Sindang Sari Nusa Dua Sindang Jaya Calingcing Kertajaya Babakan Garut Gunung sari Pangguyangan Haurwangi Kertamukti Cibodas JUMLAH Sumber : BPWC (2011) dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (2011) *) Lokasi Pengambilan Sampel Berdasarkan data diatas, KJA di Kecamatan Mande yang benar-benar aktif hanya sebanyak 47% dari total KJA yang ada di Waduk Cirata, jadi harus dikurangi sampai kuota yang ditetapkan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat dan BPWC yang diatur oleh PERDA No.7 Tahun Perkembangan produksi KJA di Waduk Cirata rata-rata mengalami kenaikan tiap tahunnya. Namun, pada tahun 1998 mengalami penurunan jumlah KJA yang disebabkan adanya peristiwa umbal balik yang mengakibatkan kematian massal ikan yang berakibat pembudidaya ikan mengalami kerugian. Pembudidaya yang mengalami kerugian, modalnya habis segingga menutup usaha budidaya.

4 31 No Tahun Tabel 6. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Jaring Apung Luas Areal Budidaya (Ha/Unit/ m²) Jumlah produksi (Ton) Laju (%) Mas Jenis Ikan Produksi Laju (%) Nila Laju (%) , , , ,89 0, ,22 0, ,67 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , / Kwartal II , , ,73-66 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (2010) dan di olah (2013) Krismono et al. (1992) menyatakan bahwa aktifitas budidaya ikan dalam KJA mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air yaitu suhu air, derajat keasaman (ph), oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO 2 ), dan amonia (NH 3 -N). penurunan kualitas air di Waduk Cirata dapat dilihat dari keadaan kualitas air sebelum dan sesudah ada KJA. Tabel. 7 Kualitas Air di Waduk Cirata Sebelum dan Sesudah ada KJA Parameter Sebelum Ada KJA* Sesudah Ada KJA** Sesudah Ada KJA *** Suhu Air ( C) ,27-31,8 27,3-30,3 Derajat Keasaman (ph) 7-8,5 7,28-8,23 6,7-7,5 DO (mg/l) 0,6-8,2 1,48-7,1 2-5,2 CO 2 (mg/l) 0-8,49 4,62-17,82 3,52-23,05 NH 3 -N (mg/l) 0-0,8 0,14-0,25 0-0,01 Sumber : * Krismono et al. (1992) ** Maimunah (2004) *** Data Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), (2012) Kegiatan yang banyak terdapat di sekitar Waduk Cirata adalah kegiatan permukiman warga dan kegiatan pariwisata. Penduduk yang bermukim didaerah sekitar waduk menggantungkan hidupnya dari Waduk Cirata, melalui kegiatan usaha yang dilakukan. Kegiatan tersebut di mulai dari usaha budidaya di KJA, membuka tempat-tempat usaha seperti tempat peristirahatan dan tempat makan yang sering dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan domestik maupun

5 32 mancanegara. Selain kegiatan usaha tersebut, warga yang bermukim disekitaran waduk juga memiliki penghasilan dari pekerjaan mereka sebagai ojek perahu yang sering mengantarkan para wisatawan yang akan menuju ketengah waduk. Kegiatan pariwisata di waduk cirata, kecamatan mande ini cukup beragam. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan tempat pemancingan yang terdapat diwaduk, restoran atau rumah makan apung yang ada ditengah waduk, restoran atau tempat makan yang ada di pinggir waduk, ojek perahu yang dapat membawa para wisatawan berkeliling waduk dengan hanya merogoh kocek sekitaran Rp.5.000; perorang. Sebagaimana halnya dalam proses budidaya, dapat di temukan kendalakendala yang dapat mengghambat produksi. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah menyangkut masalah virus dan penyakit, kualitas pakan sampai dengan banyaknya pencurian ikan pada malam hari. Virus dan penyakit menjadi masalah utama pada pembudidaya ikan di KJA, terutama disebabkan oleh benih yang memiliki kualitas buruk, perubahan cuaca yang ekstrim dan kualitas air yang semakin buruk. Virus dan penyakit ini biasanya menyerang insang ikan yang menyebabkan timbulnya bintik putih pada insang seperti jamur dan bakteri. Virus atau penyakit yang biasanya timbul adalah KHV dan aeromonas. Ikan mati pada saat pengangkutan juga sering terjadi. Lamanya perjalanan yang menyebabkan benih ikan mabok dan mati. Ini disebabkan oleh jarak pengangkutan benih ke KJA yang lumayan jauh. Benih ada yang berasal dari Sukabumi, Subang dan Bandung. Pencurian adalah salah satu masalah bagi para pembudidaya ikan di KJA. Biasanya pencuri mulai melakukan kegiatannya pada malam hari dengan menggunakan perahu dayung bukan perahu motor agar tidak menimbulkan suara bising. Oleh karena itu penjaga KJA maupun pihak keamanan yang melakukan jaga malam tidak tahu bahwa ada pencurian.

6 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Cirata Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Mande dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan. Umur kisaran petani KJA di Mande berkisar antara tahun dan masih tergolong dalam kategori umur angkatan kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soerjani (1987) bahwa usia produktif untuk bekerja berkisar antara umur tahun. Tabel 8. Data Kisaran Umur Responden Umur Responden (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) < , > Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Mayoritas pendidikan para pembudidaya di KJA Cirata ini adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka tidak mampu meneruskan kejenjang pendidikan selanjutnya karena kesulitan biaya dan memiliki tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Pembudidaya juga ada yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMA) dan lulusan S1, namun ini hanya kaum minoritas di KJA Cirata. Tabel 9. Data Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Persentase (Orang) (%) SD SMP SMA 6 12 S1 2 4 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Sebagian besar pembudidaya adalah penduduk asli daerah Mande yang bekerja di KJA. Kebanyakan pemilik KJA merupakan orang yang berasal dari Jakarta, Bandung dan Sukabumi, sementara penduduk asli daerah hanya dipekerjakan sebagai buruh atau penjaga KJA.

7 34 Tabel 10. Data Pengalaman Usaha Budidaya Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Pengalaman pembudiaya dalam usaha budidaya ikan di KJA ini terbilang masih relatif baru, ini dilihat dari lamanya pengalaman yang dimiliki oleh para pembudidaya. Pengalaman petani ikan berkisar antara 1 20 tahun. Para pembudidaya ikan yang mempunyai pengalaman lebih lama biasanya lebih mengetahui cara menghadapi masalah yang dihadapinya (Rusli 1988). Tabel 11. Data Pendapatan Usaha Budidaya Pendapatan (Rp ) Jumlah (Orang) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Usaha budidaya ikan di KJA terlihat memang cukup menjanjikan. Ini dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau keuntungan pembudidaya yang cukup besar. Pendapatan yang besar ini juga diimbangi dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula pendapatannya (Anggraini 2012). Namun pada dasarnya, para pembudidaya KJA hanya berlatar belakang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama), jadi dapat disimpulkan bahwa dalam kasus pembudidaya KJA tingkat pendidikan yang tinggi tidak mempengaruhi tingkat pendapatan, melainkan dipengaruhi oleh pengalaman kerja. Sebab, dari pengalaman bekerja yang cukup lama, para pembudidaya dapat belajar mengatasi kesulitan yang dihadapinya (Rusli 1988).

8 Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Kegiatan budidaya ikan di KJA, awalnya hanya diperuntukan bagi warga yang kehilangan lahan tempat tinggalnya yang digenangai air untuk pembuatan waduk. Namun, lambat laun fungsi tersebut berubah, karena usaha budidaya ikan sangat menguntungkan sehingga banyak orang-orang luar daerah Cianjur yang menanamkan modalnya sehingga mengakibatkannya banyak pendatang yang melakukan usaha budidaya di KJA. Kegiatan budidaya di KJA kawasan Mande ini sendiri menggunakan teknik budidaya ikan sistem double layer (jaring lapis), yaitu ikan mas dibudidayakan pada jaring lapis pertama (jaring atas) dan ikan nila pada jarring lapis kedua (jaring bawah). Sistem budidaya ini digunakan untuk meminimalisir pakan yang terbuang yang tidak dimakan oleh ikan dilapis jarring pertama. Kegiatan ini sangat efisien karena pakan yang diberikan hanya pakan yang diberikan kepada ikan pada jaring lapis atas saja sehingga pakan yang terbuang atau tidak termakan akan dimanfaatkan oleh ikan yang berada di lapis jarring kedua, sehingga mengurangi sedimentasi didasar perairan yang dapat menyebabkan bahaya pada saat terjadinya upwelling. Satu unit KJA terdiri dari empat petak yang digunakan untuk memelihara ikan. Satu unit yang terdiri dari 4 petak, memiliki ukuran 7x7 m yang disebut jaring lapis, satu unit yang terdiri dari dua petak, mamiliki ukuran 7x14 m yang disebut dengan jaring dolos, dan satu unit tanpa adanya sekat atau pembagian kolam disebut jaring kolor dengan 14x14 m. Kegiatan budidaya di KJA, pertama-tama dengan mempersiapkan lahan. Persiapan ini dimulai dengan membuat konstruksi karamba. Pertama-tama dengan menyiapkan drum yang digunakan sebagai pelampung yang berfungsi untuk membuat karamba mengapung, bahan drum ini cukup bervariasi, ada yang terbuat dari besi, plastik dan busa. Harga dari drum ini juga bervariasi, harga untuk drum besi Rp ; drum plastik Rp ; dan drum busa sekitaran Rp ;- Rp Bahan yang bagus untuk drum ini adalah drum plastik, ini dikarenakan drum yang menggunakan bahan plastik ini memiliki daya tahan yang lebih lama ±10 tahun lebih lama dibanding dengan yang lain. Persiapan selanjutnya adalah

9 36 menyiapkan bambu dan besi yang digunakan sebagai konstruksinya, harga perbatang bambu adalah Rp.7.000;/batang dan harga untuk besi adalah Rp ;/buah. Kira-kira dibutuhkan ± 70 batang bambu untuk membuat satu unit KJA. Mempersiapkan jaring, jaring yang digunakan rata-rata berukuran mata jaring ukuran 1 inc sampai 1¼ inc dengan harga sekitaran Rp ; - Rp ; /kg. persiapan selanjutnya adalah menyiapkan jangkar, jangkar ini berfungsi sebagai pemberat. Bahan jangkar ini adalah batu dan bola plastik. Bola plastik biasanya diisi dengan pasir dan semen. Jangkar di KJA terdapat dua macam, yaitu jangkar luar dan jangkar dalam. Jangkar luar yaitu jangkar yang terbuat dari batu besar yang fungsinya menahan konstruksi KJA, sedangkan jaring dalam yang terbuat dari bola yang diisi pasir dan semen dan batu-batu digunakan untuk menahan jaring tempat budidaya Teknologi Budidaya Teknologi budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata adalah menggunakan sarana KJA dengan bentuk petakan bujur sangkar yang terdiri dari berbagai macam ukuran, dimulai dari ukuran 7x7 m, 7x14 m sampai ukuran 14x14 m. Teknik budidaya nya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu yang dengan metode single layer dan double layer. Budidaya dengan metode single layer yaitu metode budidaya yang dilakukan di KJA maupun media budidaya lainnya seperti kolam dengan menggunakan hanya satu lapis jaring sebagai wadah budidayanya. Sedangkan budidaya dengan metode double layer adalah budidaya yang dilakukan dengan menggunakan dua lapis jaring sebagai wadah budidayanya dimana pada jaring lapis pertama (berada diatas) adalah tempat budidaya ikan dengan nilai ekonomis tinggi, sedangkan pada lapis jaring keduanya adalah ikan lain yang berbeda namun saling mendukung. Ini di maksudkan agar sisa pakan yang berasal dari ikan yang hidup pada jaring lapis atas tidak terbuang dengan percuma dan dapat dimanfaatkan oleh ikan pada jaring lapis bawah sehingga pakan tidak terbuang percuma dan tidak mengendap diperairan yang menyebabkan penumpukan sedimen.

10 37 Secara umum KJA di Cirata terbuat dari rangka bambu yang dibuat bujur sangkar dengan menggunakan drum besi, plastic atau busa sebagai pelampung sehingga membuat kerangka KJA mengambang di perairan. Selain bambu, digunakan pula besi yang digunakan sebagai kerangka KJA. Jaring digunakan sebagai alat untuk menahan rakit agar rakit tidak terbawa oleh arus. Biasanya jaring terbuat dari kantong atau karing yang diisi dengan batu yang diikat kemudidan diletakkan pada sudut-sudut rakit dengan mengguanakan seutas tambang. Penggunaan jangkar ini ada dua macam menurut kegunaannya, yang pertama adalah jangkar luar, yaitu jangkar yang diletakkan diluar, biasanya menggunakan batu luar ini berfungsi sebagai penahan kerangka KJA. Kedua adalah jangkar dalam, biasanya terbuat dari bola plastik yang diiisi oleh pasir atau semen kadang juga diisi oleh batu. Budidaya yang dilakukan di KJA Cirata Kecamatan Mande sendiri lebih dominan menggunakan metode budidaya dengan double layer, dalam haal ini pembudidaya menggunaka ikan mas sebagai produk utamanya yang dipelihara dan dikembangkan di jaring bagian atas, sedangkan pada jaring lapis bawah (jaring kolor) dipelihara ikan nila. Pemilihan ikan nila untuk jaring lapis kedua adalah karena ikan nila tidak memerlukan pakan khusus atau dengan kata lain ikan nila dapat memanfaatkan pakan sisa dari makanan jaring lapis atas atau utama, selain itu ikan nila juga dapat memakan lumut-lumut yang terdapat di jaring. Padat penebaran benih yang dilakukan oleh pembudidaya berkisar antara kg per unit. Harga benih pada saat pelaksanaan penelitian adalah Rp untuk ikan mas dan Rp untuk ikan nila. Benih yang digunakan biasanya berasal dari daerah Subang, Sukabumi dan Bandung. Pemberian pakan dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Pakan yang digunakan oleh sebagaian besar pembudidaya adalah pakan dengan merk dagang Pilar, Laju, dan Turbo. Pakan yang digunakan adalah pakan dengan bentuk pelet. Harga pakan pada saat pelaksanaan penelitian adalah Rp.6.720/kg untuk Pilar, Rp.6.000/kg untuk Laju, dan Rp.6.080/kg untuk Turbo. Dari ketiga jenis pakan tersebut, Pilar adalah merk pakan yang paling banyak

11 38 digunakan. Ini dikarenakan kualitasnya yang baik, kandungan protein yang cukup untuk ikan, gencarnya promosi yang dilakukan Bandar pakan kepada pembudidaya dan merupakan merk terkenal dikalangan pembudidaya. Pemberian pakan dilakukan tiga kali dalam satu hari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan secara manual yang dilakukan oleh pekerja. Biasanya maksimal satu orang pekerja mengurusi 4 unit KJA. Pakan yang digunakan pada satu kali musim tanam dapat mencapai 2000 kg untuk satu unit. Pemanenan dilakukan setelah waktu pemeliharan selesai yaitu 4 bulan sekali untuk ikan mas dan 6 bulan sekali untuk ikan nila. Pemanenan dilakukan apabila ikan sudah mencapai 4-6 ekor/kg, dengan harga jual Rp /kg. sedangkan untuk ikan nila dipanen apabila ikan sudah mencapai 4-6 ekor/kg dengan harga jual Rp /kg Keragaan Biaya Manfaat dan Produktivitas KJA Analisis Biaya Investasi dan Penyusutan Biaya investasi secara umum pada usaha budidaya di KJA adalah investasi untuk konstruksi atau bangunan karamba. Bangunan untuk karamba terdiri dari bambu atau besi yang digunakan sebagai rangka konstruksi. Drum yang terbuat dari plastik, busa maupun besi yang digunakan sebagai pelampung yang berguna untuk membuat karamba mengapung diperairan. Batu atau bola plastik yang digunakan sebagai jangkar untuk menahan konstruksi agar tidak terbawa oleh arus air. Biaya penyusutan termasuk kedalam biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak bergantung pada kesibukan perusahaan atau dengan perkataan lain biaya yang tidak bergantung pada penggunaan kapasitas perusahaan atau industri perikanan (Bambang dan Kartasapoetra 1992). Biaya penyusutan pada usaha ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan konstruksi atau biaya yang dikeluarkan sebagai dampak penurunan fungsi atau guna dari konstruksi KJA.

12 39 No. Komponen Tabel 12. Biaya Investasi dan Biaya Penyusutan Volume (Unit) Harga Satuan (Rp) Biaya Investasi (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp) 1. Bambu Besi Drum Besi Drum Plastik Drum Busa Jaring Jangkar Luar Jangkar Dalam Rumah Jaga Total Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel di atas biaya penyusutan yang dikeluarkan pembudidaya KJA adalah sebesar Rp Biaya ini mencakup biaya konstruksi yang terdiri dari jaring, drum, bambu/besi, jangkar dan rumah jaga. Jumlah ini adalah jumlah rata-rata yang dikeluarkan pembudidaya setiap tahunnya Analisis Biaya Operasional Biaya Operasional atau biaya produksi adalah modal yang harus dikeluarkan unttuk memproduksi ikan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang bersifat tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan (Wicaksanti 2011). Perhitungan diasumsikan sebagai biaya yang dikeluarkan satu musim tanam (empat bulan sekali). Adapun biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada tabel. Tabel 13. Komponen Biaya Operasional Usaha Budidaya di KJA No. Komponen Biaya Operasional Satuan Nilai (Rp/siklus) Nilai (Rp/Th) Persentasi (%) Benih Ikan Mas Benih Ikan Nila Kg/Rp Kg/Rp Pakan Kg/Rp Gaji Pekerja Rp Iuran listrik Rp , Iuran Keamanan Rp ,3 7. Biaya lainnya Rp ,0008 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2013

13 40 Biaya operasional yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah biaya yang digunakan untuk memenuhi produksi selama satu musim tanam. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya benih pakan dan biaya lainnya. Pengeluaran biaya benih dan pakan yang memiliki nilai yang tinggi dalam usaha budidaya ini Produksi dan Produktivitas 1. Produksi Ikan Mas dan Ikan Nila Hasil produksi merupakan tujuan dari pelaksanaan kegiatan budidaya ikan yang dilakukan pembudidaya di KJA, dimana pembudidaya mendapatkan keuntungan dari kegiatan budidaya yang dilakukan. Hasil produksi berupa banyaknya ikan yang berhasil tumbuh dalam satu siklus panen ikan mas dan ikan nila. Ikan mas rata-rata diproduksi dalam satu siklus tanam yaitu selama 4 bulan yaitu sebanyak 1,3 ton. Ikan nila rata-rata diproduksi dalam satu siklus tanam yaitu selama 6 bulan masa tanam yaitu sebanyak 1,0 ton. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, produksi ikan mas dan ikan nila menurut olahan data primer 2013 dapat dilihat pada Tabel 14. No. Tabel 14. Produksi Ikan Mas dan Ikan Nila Berdasarkan Luas Ruang yang digunakan Produksi per Produksi Ukuran Musim Tanam Total (Tahun) Karamba (m 2 (Kg) (Kg) (Kg) ) Total (Kg) Mas Nila Mas Nila 1. 7 x x x Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan Tabel 14 produksi ikan mas lebih tinggi dibandingkan dengan produksi ikan nila. Produksi ikan mas yang tinggi dikarenakan lama pemebesaran yang dilakukan hanya 4 bulan per sekali tanam. Produksi ikan nila lebih rendah dari produksi ikan mas. Ini dikarenakan budidaya ikan nila dilakukan pada jaring lapis kedua dan tidak menggunakan pakan, karena ikan nila hanya memanfaatkan pakan sisa dari ikan mas yang berada pada jaring lapis utama.

14 41 Pemeliharaan ikan nila dilapis jaring kedua sebenarnya dilakukan untuk mengefesiensikan pakan yang tidak termakan oleh ikan mas yang dipelihara pada jaring lapis pertama. Ini dilakukan agar sisa pakan tidak mengendap pada perairan dan tidak menyebabkan sedimentasi didasar perairan. Pemeliharaan ikan nila juga dimaksudkan sebagai komoditas subtitusi ikan mas, apabila dalam pemeliharaan ikan mas terjadi kegagalan pada saat panen yang sering diakibatkan oleh penyakit, virus, upwelling, dan ikan mati karena mabok. Ukuran lahan berpengaruh dengan jumlah padat tebar yang juga mempengaruhi produksi ikan yang dihasilkan.dilihat dari ukuran lahan, lahan dengan ukuran 7x14 m memliki hasil produksi yang terbesar. Ini dikarenakan lahan yang luas dan tidak bersekat sehingga padat tebar tinggi. Pembukaan sekat pada unit KJA dimaksudkan sebagai cara mengefisiensikan lahan, padat tebar dan pakan, sehingga produksi yang dihasilkan tinggi. 2. Analisis Produktivitas A. Analisis Produktivitas per Satuan Luas Menurut Greenberg dalam Sinungan (2008) mendefinisikan produktivitas sebagai perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum. Data diasumsikan menggunakan perhitungan luas ruang lahan menggunakan P x L. Data produktivitas per satuan luas dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis produktivitas per Satuan Luas No. Produktivitas Per satuan Luas N (Orang) Minimum (Kg/m 3 /Th) Median (Kg/m 3 /Th) Maksimum (Kg/m 3 /Th) 1. Ikan Mas 50 2,092 5,612 25, Ikan Nila 50 0,255 2,296 15, Gabungan (ikan mas dan Ikan Nila) 50 4,847 8,291 33,163 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel diatas, nilai minimum untuk produktivitas ikan mas bernilai 2,092 Kg/m 3 /Th nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produktivitas ikan nila yang memiliki nilai 0,255 Kg/m 3 /Th, namun apabila kedua komoditas tersebut digabung nilai produktivitas untuk kedua komoditas tersebut

15 42 bernilai 4,847 Kg/m 3 /Th. Nilai ini adalah nilai minimum dari produksi ikan yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam kegiatan budidaya di KJA Waduk Cirata. Berdasarkan pragmatis lapangan para pembudidaya di KJA Cirata potensi produksi maksimum ikan mas sebesar Kg/unit/mt atau Kg/unit/Th. Nilai ini berdasarkan dengan perhitungan sebagai berikut : Produksi = 50% pakan + Benih = 1 2 = 1 2 Pakan + Benih = Kg/Unit/mt = 13,82 Kg/m 3 /mt Perhitungan diatas adalah nilai produksi satu musim tanam dalam satu meter lahan, sedangkan nilai satu tahunnya adalah 41,48 Kg/m 3 /th. Nilai ini lebih besar dari nilai maksimum yang dihasilkan. Perbedaan hasil tersebut di duga karena adanya dinamika sumberdaya dan lingkungan dimana budidaya ikan mas di KJA Cirata bersifat dinamis. Dibandingkan dengan penelitian Gumilar 2002, nilai produksi ikan mas dinilai tinggi dengan jumlah produksi sebesar Kg/unit/mt dan Kg/unit/th atau 57,78 Kg/m 3 /th. Besarnya angka produksi ini kemungkinan terjadi karena faktor lingkungan yang pada saat itu belum mengalami penurunan akibat Global Warming dan belum padatnya KJA yang terdapat di Waduk Cirata. Produksi ikan ini meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah skala unit KJA yang digunakan untuk budidaya ikan. Pada penelitian Damyanti 2006, nilai produksi ikan dinilai tinggi dengan jumlah produksi ikan mas sebesar Kg/Mt atau Kg/Th. Besarnya angka produksi pada tahun itu kemungkinan dikarenakan pada tahun tersebut belum terjadi pengaruh musim dan cuaca yang berubah secara drastis yang terjadi seperti sekarang, belum padatnya KJA yang ada yang menyebabkan produksi terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah skala unit budidaya yang digunakan.

16 Produktivitas Ikan Mas y = 8E-05x R² = Series1 Linear (Series1) Luas Ruang Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Luas Ruang dengan Produktivitas Ikan Mas Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa secara umum data sudah menyebar secara normal yang ditunjukkan oleh kumpulan data yang mayoritas sudah terkonsentrasi pada garis hubungan linear. Sebaran data hanya berada disekitar Ini menunjukkan bahwa luas ruang budidaya ikan di KJA pada titik m 3 memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu dinilai Dari grafik ini pula terlihat bahwa terdapat data yang memiliki luas ruang budidaya dengan luas ruang berkisar dari juga memiliki hasil produktivitas yang sangat tinggi yaitu berada pada titik 25. Ini menunjukkan bahwa luas ruang tidak terlalu mempengaruhi produktivitas, sebab semakin luas ruang budidaya, hasil produktivitasnya tidak mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar faktor fisik kegiatan budidaya di KJA. Faktor ini sudah menjadi bahaya laten terhadap kegiatan budidaya di KJA. Faktor tersebut adalah buruknya kualitas air di KJA yang menyebabkan produktivitas menurun.

17 Produktivitas Ikan Nila 44 berikut : Hubungan luas ruang dengan produktivitas ikan nila digambarkan sebagai Luas Ruang y = 4E-05x R² = Series1 Linear (Series1) Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Luas Ruang dengan Produktivitas Ikan Nila Berdasarkan pola grafik linier diatas menunjukkan bahwa sebaran plot berada pada titik Ini berartti produktivitas umumnya luas ruang yang digunakan pembudidaya adalah di sekitar m 3, dengan produktivitas tidak lebih dari 0-4. Namun ditemukan pula nilai produktivitas 8-16 pada titik yang sama. Semakin besar luas ruang, produktivitas ikan nila tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi karena luas ruang budidaya yang semakin luas tidak diimbangi dengan jumlah padat tebar yang mendukung dengan kapasitas luas ruang budidaya. Rata-rata pembudidaya hanya menebar benih sebanyak kg per unit kolam ukuran 14x14 m, sedangkan hasil produksinya tidak mendapat hasil maksimal karena kemungkinan pembudidaya tidak menggunakan ruang bididaya nya dengan maksimal untuk melakukan kegiatan budidaya.

18 Produktivitas Ikan Mas dan Ikan Nila Luas Ruang y = 0.000x R² = Series1 Linear (Series1) Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Luas Ruang dengan Produktivitas Ikan Mas dan Ikan Nila Berdasarkan grafik pola hubungan antara produktivitas ikan mas dan ikan nila dengan luas ruang terlihat sebaran produktivitas hanya berada pada luasan antara m 3, dengan produktivitas 0-15, namun terlihat pula bahwa pada luasan tersebut terdapat produktivitas meningkat mencapai titik 25 dan 34. Semakin besar luas ruang budidaya, produktivitas yang dihasilkan tetap berada pada angka Ini menunjukkan bahwa semakin besar dan luas lahan budidaya yang digunakann tidak memberikan hasil produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan budidaya, pembudidaya tidak memaksimalkan lahan budidayanya. Pembudidaya hanya menggunakan sebagian lahannya untuk melakukan kegiatan budidaya, jadi ada lahan yang sengaja dikosongkan. Faktor lain bisa saja berasal dari kegagalan panen yang mengakibatkan produksi menurun. Kegagalan panen ini terjadi disebabkan oleh kualitas air yang menurun, perubahan cuaca, dan terjadinya upwelling atau umbal balik yang menyebabkan ikan terkena penyakit dan virus bahkan terjadi kematian masal dan berujung pada kegagalan panen.

19 Produktivitas Ikan Mas 46 B. Analisis Produktivitas Per Satuan Biaya Produktivitas didefinisikan sebagai Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil (Greenberg, dalam Sinungan 2008). Data produktivitas per satuan biaya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Produktivitas per Satuan Biaya No. Produktivitas Per satuan Luas N (Orang) Minimum (Rp/Kg/Th) Median (Rp/Kg/Th) Maksimum (Rp/Kg/Th) 1. Ikan Mas Ikan Nila Gabungan (ikan mas dan Ikan Nila) Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum dari produktivitas biaya ikan mas adalah sebesar Rp Kg/Th, nilai median Rp Kg/Th, dan nilai maximum berada Rp Kg/Th. Nilai ini dapat berarti bahwa semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan produktivitas yang dihasilkan juga semakin besar. Berikut ini adalah grafik hubungan antara produktivitas ikan mas dengan total biaya (Gambar 9) Scatterplot Produktivitas Ikan Mas dengan Total Biaya Total Biaya Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Total Biaya dengan Produktivitas Ikan Mas

20 produktivitas Ikan Nila 47 Berdasarkan Gambar 9, umumnya biaya total yang dikeluarkan oleh pembudidaya berkisar antara Rp Rp dengan produktivitas berkisar antara Rp.0-Rp ini menunjukkan bahwa semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar juga produktivitasnya. Namun apabila dilihat lagi terdapat beberapa sebaran yang berada jauh dari sebaran plot dititik Rp Rp dan Rp , namun hubungan pola ini ini terlihat tidak terjadi peningkatan produktivitas yang signifikan terhadap total biaya yang dikeluarkan. Ini berarti bahwa produktivitas tinggi pada kisaran pengeluaran biaya produksi pada nilai Rp Rp Hal ini dapat terjadi karena biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya ikan mas meliputi biaya benih, biaya pakan, gaji pekerja dan biaya lainnya yang mendukung produksi ikan mas. Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum dari produktivitas biaya ikan nila adalah sebesar Rp Kg/Th, nilai median Rp Kg/Th, dan nilai maximum berada Rp Kg/Th. Nilai ini memilik arti bahwa semakin besar biaya yang dikeluarkan dalam produksi, semakin besar pula produktivitasnya. Hubungan antara produktivitas ikan nila dengan biaya total (Gambar 10) Scatterplot Produktivitas Ikan Nila dengan Total Biaya Total Biaya Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Total Biaya dengan Produktivitas Ikan Nila

21 Produktivita Mas+Nila 48 Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa umumnya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya ikan nila hanya berkisar antara Rp Rp dengan sebaran produktivitas antara , namun terdapat data produktivitas dititik dengan sebaran plot biaya total pada titik yang sama. Ini menunjukkan bahwa semakin besar produktivitas semakin kecil biaya yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena dalam membudidayakan ikan nila, para pembudidaya hanya mengeluarkan biaya benih, karena ikan nila tidak menggunakan pakan (pakan memanfaatkan dari jaring lapis atas). Ini berarti dalam melakukan kegiatan pembesaran ikan nila memiliki tingkat produktivitas yang tinggi sebab biaya yang dikeluarkan sedikit, namun hasil yang didapat sangat besar. Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum dari produktivitas biaya ikan mas dan ikan nila adalah sebesar Rp Kg/Th, nilai median Rp Kg/Th, dan nilai maximum berada Rp Kg/Th. Nilai ini memilik arti bahwa semakin besar biaya yang dikeluarkan dalam produksi ikan mas dan ikan nila, semakin besar pula produktivitasnya. Hubungan antara produktivitas ikan mas dan ikan nila dengan biaya total (Gambar 11). Scatterplot Produktivita Mas dan Ikan Nila dengan Total Biaya Total Biaya Gambar 11. Grafik Hubungan Antara Total Biaya dengan Produktivitas Ikan Mas dan Ikan Nila

22 49 Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat umumnya kisaran biaya yang dikeluarkan pada pembesaran ikan mas dan ikan adalah sebesar Rp Rp dengan jumlah produktivitas ikan mas dan ikan nila ini berarti produktivitas ikan mas dan ikan nila besar apabila jumlah produksi dan produktivitasnya digabungkan. Pola grafik diatas memiliki arti bahwa semakin besar produktivitas yang didapat, semakin kecil biaya yang dikeluarkan.hal ini terjadi karena dalam kegiatan budidaya ikan mas dan ikan nila biaya yang dikeluarkan besar dan produktivitasnya pun menjadi tinggi Analisis Finansial Komponen biaya dan manfaat sudah diketahui, maka analisis biaya manfaat dapat dilakukan untuk menentukan apakah sebuah usaha perikanan maupun industri layak atau tidak dilakukan. Dalam menilai manfaat dari sebuah usaha ada beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan : 1. Analisis dilakukan pada kondisi perairan normal 2. Satuan waktu yang digunakan adalah satu tahun 3. Komoditi yang dijadikan sampel analisis adalah ikan mas dan ikan nila. 4. Analisis ini dilakukan pada KJA dua lapis (double layer), dimana pada lapis pertama dibudidayakan ikan mas dan pada lapis kedua dibudidayakan ikan nila. 5. Analisis biaya manfaat dilakukan pada KJA dengan konstruksi berukuran 7x14 m perunit untuk ikan mas dan ukuran 14x14 m untuk ikan nila. Dengan perhitungan 1 unit berjumlah 2 kolam untuk ukuran 7x14 m dan kolam untuk ukuran 14x14 m. 6. Perhitungan dilakukan dengan dua cara yang pertama adalah dengan perhitungan yang dilakukan dengan hanya menghitung biaya manfaat yang terdapat pada satu unit dengan masa panen satu kali persiklus, dan yang kedua adalah dengan menghitung keragaan biaya yang terdapat pada satu unit dengan masa panen per siklus yang dihitung pertahun. 7. Seluruh data adalah data rata-rata yang diambil dari hasil analisis data primer dan diolah (2013).

23 50 Keragaan biaya manfaat merupakan kajian keuangan untuk mengetahui keuntungan yang telah dicapai selama usaha budidaya ikan di KJA tersebut berlangsung. Pengusaha dapat manganalisis perhitungan serta menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Perhitungan analisis biaya manfaat usaha budidaya ikan mas dilakukan untuk satu tahun, dimana diasumsikan terdapat 3 kali musim tanam. Sedangkan untuk ikan nila terdapat dua kali musim tanam dalam satu tahun, ini berarti satu kali musim tanam adalah enam bulan. Ikan nila siap dipanen sebanyak dua kali dalam setahun dan ikan mas empat kali dalam satu tahun. 1. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Menurut Husnan (2001), bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan profit (keuntungan) pada tingkat penjualan, aset dan modal dalam saham tertentu.

24 51 Tabel 17. Profitabilitas Usaha Budidaya Ikan di KJA No Nama Responden Luas Lahan (m²) Biaya Produksi (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) Profitabilitas (%) 1. Hasan Dawiyanto Cece Zainal Arifin Engkos Dadan Yayan Cakri Asep Tatang Dedi Ole Asep Dadan Sulaiman Syafei Atep Imang Endang Solihin Komarudin Yunus Ade Sulaiman Omay Budi Abdul Rozak Mursin Aji Dede Tommy Irawan Teng Jayadi Komar Hendri Toto Dede Dadang Deni Adi Supri Odang Angga Dudung Dudum Dedi Edi Hendro Ujang Sarmin Soleh Latif Jumlah Rata-Rata Sumber: Data Primer (diolah) 2013

25 52 Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa keuntungan usaha yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan mas di KJA selama kurun waktu pemeliharaan 4 bulan (sekali masa tanam) memiliki keuntungan dengan rata-rata Rp Keuntungan usaha menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menjalankan sebuah usaha, apakah usaha itu menghasilkan hasil yang baik dan layak dikembangkan atau tidak. Terlihat beberapa data mendapatkan nilai minus pada keuntungan. Ini disebabkan oleh besarnya biaya produksi sedangkan penerimaan tidak sebesar dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan kata lain pembudidaya tersebut mengalami kerugian. Sedangkan terdapat pula keuntungan yang besar yang didapat oleh pembudidaya. Keuntungan terbesar itu mencapai 151%. Ini disebabkan baiaya penerimaan yang diterima dari hasil produksi lebih besar atau dengan kata lain biaya yang diterima menutupi biaya yang digunakan untuk produksi. Usaha budidiaya ikan di KJA memang sangat menjanjikan. Modal atau investasi dapat kembali dengan cepat. Keuntungan yang didapat dalam kurun waktu 4 bulan (sekali masa tanam) dengan persentasi 0-84%, sangat menjanjikan untuk sebuah usaha perikanan. Keuntungan terkecil didapatkan adalah sebesar Rp ; setiap 4 bulannya dan keuntungan terbesar didapat kira-kiran Rp ; setiap 4 bulannya. Semakin besar lahan, banyaknya benih yang ditebar dan kualitas benih yang baik maka semakin besar pula produksi, produktivitas dan keuntungan yang didapat. 2. Revenue Cost Ratio Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan usaha KJA terhadap biaya yang dikeluarkan maka dilakukan dengan RCR. Keutungan usaha di KJA dihasilkan dari budidaya ikan mas dan ikan nila yang merupakan komoditas utama dari KJA Cirata. Dalam perhitungan, diasumsikan bahwa konstruksi KJA hanya dapat bertahan selama ± 5 tahun selama melakukan kegiatan budidaya, lebih dari 5 tahun konstruksi memerlukan perbaikan konstruksi.

26 53 Tabel 18. Keragaan Biaya Manfaat Budidaya Ikan Mas dan Ikan Nila (per Musim Tanam) di KJA Cirata No. Komponen Biaya Satuan Nilai 1. Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan Konstruksi Rp Biaya Tetap Biaya Benih Ikan Mas Kg/Rp Biaya Benih Ikan Nila Kg/Rp Biaya Pakan Rp Biaya Pekerja Rp Total Biaya Rp Penerimaan (Produksi x Harga Jual) Kg/Rp Keuntungan (Penerimaan Total Biaya) Rp R/C (Penerimaan / Total Biaya) 1,1 Sumber : Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan Tabel 18 nilai RCR pada usaha budidaya ikan mas dan ikan nila di KJA Cirata Kecamatan Mande dalam kurun waktu 4 bulan (per siklus tanam) adalah sebesar 1,1, yang berarti setiap Rp.1 yang dikeluarkan pembudidaya akan menghasilkan Rp.1,1. Artinya usaha budidaya ikan di KJA Cirata Kecamatan Mande mendapatkan keuntungan dan layak dikembangkan berdasarkan kriteria kelayak usaha yaitu R/C 1. Tabel 19. Keragaan Biaya Manfaat Budidaya Ikan Mas dan Ikan Nila (per Tahun) di KJA Cirata No. Komponen Biaya Satuan Nilai 1. Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan Konstruksi Rp Biaya Biaya Benih Ikan Mas Biaya Benih Ikan Nila Biaya Pakan Gaji Pekerja 3. Biaya Variabel (Dalam 1 unit persiklus tanam) Biaya Lainnya (didalamnya mencakup biaya Listrik, Iuran Keamanan, Obat-obatan dan Perbaikan Konstruksi Kolam) Kg/Rp Kg/Rp Kg/Rp Rp Rp Total Biaya Rp Penerimaan (Produksi x Harga Jual) Kg/Rp Keuntungan (Penerimaan Total Biaya) Rp R/C (Penerimaan / Total Biaya) 1,2 Sumber : Data Primer (diolah) 2013

27 54 Berdasarkan Tabel 19 nilai RCR pada usaha budidaya ikan mas dan ikan nila di KJA Cirata Kecamatan Mande dalam kurun waktu 1 tahun adalah sebesar 1,2 yang berarti setiap Rp.1 yang dikeluarkan pembudidaya akan menghasilkan Rp.1,2. Artinya usaha budidaya ikan di KJA Cirata Kecamatan Mande mendapatkan keuntungan dan layak dikembangkan berdasarkan kriteria kelayak usaha yaitu R/C Pay Back Periods Analisis pengembalian modal atau investasi yang dikenal sebagai pay back periods (PBP) dapat diartikan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi atau modal. Perhitungan PBP diasumsikan dengan total investasi atau biaya investasi yang digunakan untuk membuat konstruksi awal. Nilai PBP pada analisis biaya pada usaha budidaya di KJA Cirata adalah sebagai berikut : Pay Back Period = = Total Investasi Keuntungan x 1 Tahun Rp Rp x 1 Tahun = 1,5 tahun = 18 bulan Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa nilai PBP ikan mas sebesar 1,5. Ini berarti dalam kurun waktu 18 bulan, usaha budidaya di KJA sudah dapat mengembalikan modal atau investasi. Usaha budidaya di KJA dinilai menguntungkan karena dapat mengembalikan modal atau investasi dalam waktu singkat sehingga layak dijadikan usaha. 4. Break Even Point BEP tercapai apabila jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya produksi atau jika keuntungan sama dengan nol (Husnan dan Muhammad 1999). Nilai BEP produksi dan harga pada usaha budidaya ikan di KJA Cirata adalah sebagai berikut :

28 55 1. Ikan Mas BEP Harga = = Total Biaya Produksi Total Produksi Rp (kg ) = Rp BEP Produksi = = Total Biaya Produksi Harga Jual Rp Rp = 1284 kg Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa BEP harga bernilai Rp nilai ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan mas di KJA Cirata tidak akan mengalami kerugian maupun mendapat keuntungan atau berada dititik impas dengan menjual ikan mas dengan harga Rp /kg. Nilai BEP produksi sebesar 1284 kg, nilai ini memiliki makna bahwa dalam satu musim tanam ikan mas tidak akan mengalami kerugian maupun mendapat keuntungan atau berada pada titik impas apabila pembudidaya memproduksi 1284 kg ikan mas dalam satu kali musim tanam. 2. Ikan Nila BEP Harga = = Total Biaya Produksi Total Produksi Rp (kg ) = Rp BEP Produksi = = Total Biaya Produksi Harga Jual Rp Rp = 367 kg

29 56 Berdasarkan perhitungan nilai BEP diatas, BEP harga bernilai Rp Nilai ini berarti usaha budidaya ikan nila tidak akan mendapatkan keuntungan atau kerugian atau berada pada titik impas jika pembudidaya menjual ikan nila sebesar Rp.3.530/kg. Nilai BEP produksi sebesar 367 kg. Nilai ini menunjukkan bahwa pembudidaya tidak akan mendapatkan keuntungan maupun kerugian dan berada pada titik impas apabila pembudidaya memproduksi ikan nila dalam satu kali musim tanam sebanyak 367 kg Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya tersebut (Ravianto 1986). Aktivitas yang dilakukan di KJA adalah penyebab dari tingginya produktivitas di KJA. Produktivitas di KJA dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dua dimensi yang berbeda. Dimensi pertama yang dilihat adalah dari dimensi luas (Kg/Th/m 3 ). Produktivitas persatuan luas didefinisikan sebagai kumpulan jumlah pengeluaran dan masukkan yang dinyatakan dalam satuan unit. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas usaha perikanan budidaya ikan di KJA Waduk Cirata adalah sebagai berikut : Benih (x 1 ) Pakan (x 2 ) Pengalaman pembudidaya (x 3 ) Pendidikan (x 4 ) Umur (x 5 ) Tenaga kerja (x 6 ) A. Produktivitas per Satuan Luas Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas lalu di analisis dengan persamaan Regresi Linear Berganda, dengan hasil sebagai berikut :

30 57 1. Produktivitas per satuan Luas Ikan Mas Hasil regresinya : Produktivitas = x x x x x x 6 Table 20. Hasil Regresi Produktivitas Ikan Mas per Satuan Luas Variabel Koefisien p-value Keterangan X * Benih X * Pakan X * Pengalaman X Pendidikan X Umur X Tenaga Kerja R-Square 44.6% R-Square (adj) 36.8% Ket : * Nyata pada taraf 5% Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas per satuan luas adalah faktor dari benih, pakan dan pengalaman budidaya. Hasil regresi ini memiliki nilai R-Square (adj) sebesar 36,8%, yang berarti bahwa faktor yang mempengaruhi produktivitas hanya sebesar 36,8%, sedangkan sisanya adalah faktor lain yang mempengaruhi produktivitas. Faktor lain tersebut dapat berupa hal lain diluar dari faktor fisik kegiatan budidaya di KJA. Beberapa kemungkinan faktor lain bisa saja berasal dari keadaann lingkungan yang mulai menurun seperti kualitas air dan perubahan cuaca yang ekstrim yang menyebabkan timbulnya penyakit atau virus yang membuat produksi dan produktivitas menurun. Faktor lain lainnya dapat berupa skill atau kemampuan individu pembudidaya dalam kegiatan budidaya di KJA. Faktor pendidikan,umur dan tenaga kerja sama sekali tidak berpengaruh secara signifikan pada kegiatan budidaya yang dilakukan di KJA. Ini terjadi karena dalam melakukan kegiatan budidaya di KJA pendidikan yang tinggi, umur yang matang dan jumlah tenaga kerja tidak mempengaruhi tingginya produksi dan produktivitas di KJA. Kemampuan individu (skill) dalam melakukan kegiatan budidaya lebih terlihat mempengaruhi hasil produksi dan produktivitas.

Lampiran 1. Peta Tempat Pengambilan Data Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. (Sumber : Googlemaps.com, 2013)

Lampiran 1. Peta Tempat Pengambilan Data Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. (Sumber : Googlemaps.com, 2013) 71 Lampiran 1. Peta Tempat Pengambilan Data Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur (Sumber : Googlemaps.com, 2013) Lampiran 2. Kuisioner Penelitian 72 73 74 75 NO Lampiran 3. Produksi Ikan Mas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada 107 22-108 50 Bujur Timur dan 6 41-7 19 Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah

Lebih terperinci

Mochamad Rhandika J., Asep Agus Handaka Suryana, dan Ujang Subhan Universitas Padjadjaran. Abstract

Mochamad Rhandika J., Asep Agus Handaka Suryana, dan Ujang Subhan Universitas Padjadjaran. Abstract Keragaan Produksi Dan Evaluasi Usaha Pembesaran Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Sistem Kolam Air Deras (Studi Kasus Di Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang) Mochamad Rhandika J., Asep Agus Handaka Suryana,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN I. PENDAHULUAN Saat ini budidaya ikan di waduk dengan menggunakan KJA memiliki prospek yang bagus untuk peningkatan produksi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI

VI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI VI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI 6.1.Karakteristik Petani Karakteristik petani ikan merupakan salah hal yang penting untuk diketahui dan merupakan salah satu keberhasilan usaha budidaya ikan KJA. Pengelolaan

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

EVALUASI DAN STATUS PERKEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT

EVALUASI DAN STATUS PERKEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT Evaluasi dan status perkembangan usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung... (Rasidi) EVALUASI DAN STATUS PERKEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA

PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA Oleh : Didik Wahju Hendro Tjahjo, Mujiyanto dan Sri Endah Purnamaningtyas Loka Riset Pemacuan Stok Ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai. Waduk juga merupakan penampungan alami dalam pengumpulan unsur hara, bahan padatan, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR Estu Nugroho Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail: engroho@yahoo.com

Lebih terperinci

WADAH BUDIDAYA IKAN (WBI) ADI SUCIPTO

WADAH BUDIDAYA IKAN (WBI) ADI SUCIPTO KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA IKAN (WBI) ADI SUCIPTO dito.id@gmail.comid@gmail BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI 2005 PENGANTAR AQUACULTURE PASAR PANEN TOTAL/SEBAGIAN KAT

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Ofri Johan, Achmad Sudradjat, dan Wartono Hadie Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam B. Sarana & Prasarana Olahan Ikan Jumlah

A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam B. Sarana & Prasarana Olahan Ikan Jumlah No Uraian Jumlah A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam 1 Bibit Ikan Patin 100000 2 Bibit Ikan Nila 100000 3 Bibit Ikan Mas 100000 4 Pakan Ikan 2000 5 Drum / Tong Plastik 480 6 Tali Tambang 1 7 Jaring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE By Angga Priyetno 1), Hendrik 2), Lamun Bathara 2) ABSTRACK

Lebih terperinci

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan.

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Selama masa pemeliharaan cacing sutra dilakukan pengamatan terhadap peningkatan bobot biomassa dan kualitas air pada wadah pemeliharaan serta tandon. 3.1.1. Biomassa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01 6131 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan gabungan dari Kecamatan Tanjungkarang dan Kecamatan Telukbetung. Bandar Lampung merupakan daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SISTEM KARAMBA JARING TANCAP DI DESA PASLATEN KECAMATAN REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA Injilly V. Wowor 1 ; Jeannette F. Pangemanna 2 ;

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sekitar 81% dari wilayah seluruh

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA Sulistyowati, Tata Wedha Hutama STIP Farming Semarang Email: sulistyowati@yahoo.com Abstrak. Mayoritas mata

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat

Gambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat 10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Plankton, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT Sumindar dan Henra Kuslani Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang Identitas penambak merupakan suatu yang penting dalam usaha tambak, karena petambak merupakan faktor utama dalam mengatur usaha udang vanname, jika penambak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perikanan budi daya ikan air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai disadari dan digarap dengan baik pada era 1990-an. Salah satu sentra kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup, tidak lepas dari lingkungan sebagai sumber kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan caranya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA 36 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Sukiman 1), Dumasari 2), dan Sulistyani Budiningsih 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN No. SUB-KEGIATAN 1 Judul Kegiatan Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya untuk Mengamankan Produksi Perikanan di Lombok Dan Sumbawa. 2 Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Perlakuan dan pemeliharaan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci