BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Utami Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah Kabupaten Bandung terletak pada daerah pegunungan karena wilayahnya berada pada ketinggian 500 m sampai dengan m diatas permukaan laut. Kondisi tofografi tersebut menyebabkan wilayah Kabupaten Bandung memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar antara 12 C-24 C. Kabupaten Bandung beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahunnya berkisar antara mm sampai dengan mm. Kelembaban udara saat musim kemarau mencapai 70% dan saat musim penghujan dapat mencapai 78% ( Wilayah Kabupaten Bandung dilalui oleh Sungai Citarum Bagian Hulu. Citarum Bagian Hulu memilili luas DAS sekitar km² dimulai dari Kecamatan Majalaya hingga inletnya di Bendungan Saguling. Sumber air Sungai Citarum ini berada di Gunung Wayang yang terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari. Sungai Citarum banyak berperan bagi kehidupan masyarakat disekitar karena digunakan sebagai sumber air untuk kegiatan seperti industri, rumah tangga, pertanian, dan perikanan. Bidang perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki ketergantungan terhadap Sungai Citarum karena sebagian besar kegiatan budidaya sumber airnya berasal dari Sungai Citarum. Dalam usaha budidaya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi. Faktor tersebut dapat berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja, pasokan benih, dan sistem budidaya yang digunakan. Luas Kabupaten Bandung sekitar ,24 ha yang terbagi ke dalam beberapa kecamatan. Luas area yang digunakan untuk usaha budidaya hanya sekitar 0,0079 % dari total wilayah atau sekitar 1.230,37 ha (Kabupaten Bandung Dalam Angka 2011). Bentuk usaha perikanan yang dilakukan adalah budidaya sistem kolam, kolam air deras, dan mina 16
2 17 padi. Wilayah yang paling banyak memiliki lahan yang digunakan untuk usaha perikanan adalah Kecamatan Kertasari dengan luas area usaha budidaya sebesar 384,74 ha (Kabupaten Bandung Dalam Angka 2011). Selain dari budidaya sistem kolam, budidaya ikan di Kabupaten Bandung pun menggunakan sistem KJA yang berada di Waduk Saguling. Usaha budidaya sistem KJA memproduksi berbagai jenis ikan konsumsi, tetapi komoditas yang sering dibudidayakan adalah ikan mas, nila, dan patin. Luas wilayah yang digunakan sebagai usaha budidaya sistem KJA cenderung stabil (lampiran 2) walaupun terjadi perubahan jumlahnya hanya sedikit. Faktor lain yang mempengaruhi usaha budidaya adalah faktor tenaga kerja. Menurut Febriamansyah (1985) penambahan jumlah tenaga kerja memberikan dampak yang nyata dalam usaha budidaya. Tenaga kerja yang berkecimpung dalam usaha budidaya di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan yang drastis. Hal in diakibatkan salah satunya oleh perpindahan tenaga kerja ke sektor lain terutama industri tekstil yang tumbuh pesat di Kabupaten Bandung. Faktor lain yang berperan dalam usaha budidaya adalah pasokan benih yang digunakan dalam usaha budidaya. Kabupaten Bandung dikenal sebagai sentra pembenihan ikan air tawar di Jawa Barat. Hal ini didukung dengan keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) Ciparay. Namun, selain berasal dari balai pasokan benih pun banyak yang berasal dari para pembudidaya itu sendiri yang bergerak di bidang pembenihan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pembudidaya kepada benih yang berasal dari balai. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi tingkat budidaya adalah sistem budidaya yang digunakan oleh petani. Sistem yang digunakan oleh para pembudidaya di Kabupaten Bandung dapat digolongkan ke dalam sistem intensif karena ditandai dengan penanaman benih dalam jumlah yang cukup banyak dalam satu kolamnya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal. Sebagai contoh, pembudidaya ikan lele di Kecamatan Majalaya dapat menaman benih sebanyak
3 ekor dalam kolam seluas 840 m² dan dapat memanen sebanyak 4,2 ton ikan lele konsumsi setelah 3 bulan penanaman. 4.2 Curah Hujan Cuaca adalah suatu kondisi udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Salah satu unsur cuaca adalah hujan. Kabupaten Bandung secara umum mengalami curah hujan minimal sebesar mm / tahun. Data curah hujan Kabupaten Bandung tahun 2002 sampai 2011 dapat dilihat di bawah ini : Gambar 3. Curah Hujan Kab BandungTahun (sumber:satelit NOAA) Secara umum, curah hujan Kabupaten Bandung berada pada kondisi diatas rata-rata curah hujan minimal yakni mm / tahun. Berdasarkan grafik diatas, dapat dianalisis kondisi curah hujan Kabupaten Bandung dalam kurum waktu 10 tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan besar curah hujan sebesar 3.558,9 mm/tahun. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2011 dengan nilai curah hujan sebesar 1.349,54 mm/tahun. Grafik diatas adalah data curah hujan tahunan yang merupakan akumulasi data curah hujan yang jatuh pada setiap bulannya. Curah hujan bulanan bersifat
4 19 fluktuatif artinya selalu berubah, hal ini dapat dilihat pada lampiran 3. Tiap bulan dalam satu tahun memiliki intensitas curah hujan yang berbeda-beda. Berdasarkan kondisi tersebut terjadi pengelompokan bulan berdasarkan intensitas curah hujan yang jatuh pada tiap bulannya yakni bulan kering dan bulan basah. Menurut Schimidt dan Ferguson dalam Anjayani (2009) bahwa bulan kering adalah bulan dengan intensitas hujan yang jatuh kurang dari 60 mm / bulan dan bulan basah merupakan bulan yang intensitas hujan yang jatuh lebih dari 100 mm / bulan. Berdasarkan data curah hujan yang ada, Kabupaten Bandung dalam satu tahun mengalami tiga sampai empat bulan kering. Selain untuk menentukan bulan kering dan bulan basah, intensitas curah hujan dapat digunakan untuk menentukan musim, baik penghujan maupun kemarau. Namun, menurut Fox (2000) secara umum tidak definisi yang dapat diterima secara universal tentang kapan dimulainya musim hujan dan kemarau. Schmidt dalam Fox 2000 mengungkapkan bahwa musin hujan dimulai ketika curah hujan pada suatu hari curah hujan mencapai 350 mm. BMKG mendefinisikan awal musim penghujan ketika terjadi curah hujan harian mencapai 50 mm selama 10 hari diikuti dengan curah hujan diatas 50 mm pada 10 hari berikutnya (Partridge dan Mashum 2002). Dengan menggunakan batasan curah hujan BMKG mengungkapkan bahwa periode musin hujan di Indonesia bervariasi menurut lokasi tetapi umumnya terjadi pada Bulan September / Oktober sampai Maret/April. 4.3 Produksi Perikanan Kabupaten Bandung Budidaya Sistem Kolam Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar produksi ikan mas dan ikan nila di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut (Gambar 4 dan 5)
5 20 Gambar 4. Produksi Ikan Mas Sistem Kolam Kab Bandung Thn 2006 s/d 2011 (Sumber:Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Gambar 5. Produksi Ikan Nila Sistem Kolam Kab Bandung Thn 2006 s/d 2011 (Sumber:Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Grafik tersebut merupakan data produksi ikan mas dan nila dengan budidaya sistem kolam dari tahun 2006 hingga Data tersebut merupakan produksi ikan setiap 3 tiga bulanan. Berdasarkan grafik tersebut, produksi ikan mas dalam kurun
6 21 waktu dari tahun 2006 hingga 2011 jumlahnya berfluktuatif dan cenderung menurun dari waktu ke waktu. Produksi ikan mas tertinggi terjadi pada kwartal ke 1 tahun 2007 dengan jumlah produksi sebesar 1326,25 ton. Jumlah produksi terkecil terjadi pada kwartal 3 tahun Produksi ikan nila menunjukan kondisi yang bertolak belakang dengan grafik ikan mas. Jumlah produksi ikan nila dari tahun 2006 hingga 2011 walaupun berfluktuatif tetapi cenderung meningkat. Produksi ikan nila tertinggi terjadi pada kwartal 1 tahun 2011 dengan jumlah produksi sebesar 726,28 ton dan produksi terkecil terjadi pada kwartal 3 tahun 2006 dengan produksi ikan nila 130,54 ton. Pada dua grafik diatas terdapat pola yang hampir sama pada produksi ikan mas dan nila. Pada tahun 2008 hingga 2009 pola produksi kedua komoditas tersebut cenderung mengalami penurunan jumlahnya kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor ekternal ikan itu sendiri. Faktor eksternal mencakup faktor komposisi kimia air dan tanah dasar, tempratur air, bahan buangan metabolisme (produk ekskresi), ketersediaan oksigen dan ketersediaan pakan (Hepher dan Prugini 1984) Budidaya Sistem KJA. Karamba jaring apung adalah budidaya di perairan umum dengan menggunakan wadah yang umumnya terbuat dari jaring, pada karamba tersebut ditebarkan ikan kecil atau ikan muda yang berukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan ukuran mata jaring (Ryding dan Rast 1989). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar produksi dengan sistem KJA adalah sebagai berikut :
7 22 Gambar 6. Produksi Ikan Mas Sistem KJA di Kab Bandung Thn 2006 s/d 2011 (Sumber.Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Gambar 7. Produksi Ikan Nila Sistem KJA di Kab Bandung Thn 2006 s/d 2011 (Sumber.Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat)
8 23 Gambar 8.Produksi Ikan Patin Sistem KJA di Kab Bandung Thn 2006 s/d 2011 (Sumber.Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Grafik diatas merupakan grafik produksi ikan konsumsi yang dihasilkan melalui sistem KJA. Grafik ikan mas menunjukan keadaan yang hampir stabil dari kurun waktu Namun, pada periode produksi ikan mas di KJA cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun lainnya. Produksi tertinggi ikan mas dengan sistem KJA terjadi pada kwartal 4 tahun 2011 dan produksi terendah terjadi pada kwartal pertama pada tahun Data produksi ikan mas pada kwartal 4 tahun 2010 tidak ada sehingga tidak dapat ditampilkan dalam grafik tersebut. Grafik produksi ikan nila di KJA menunjukan keadaan yang berfluktuatif. Namun, pada tahun 2009 kondisinya hampir sama seperti produksi ikan mas yakni mengalami penurun, padahal tahun sebelumnya ikan nila mengalami kenaikan produksi. Produksi ikan nila tertingi terjadi pada kwartal ke-4 pada tahun 2010 dan produksi terendah terjadi pada kwartal ke-1 pada tahun Sama seperti ikan nila, kondisi produksi ikan patin bersifat flutuatif tetapi cenderung naik dari tahun ke tahun. Produksi patin tertinggi terjadi pada kwartal ke-4 tahun 2009 dan produksi terendah terjadi pada kwartal ke-1 tahun Data pada
9 24 kwartal ke-3 dan ke-4 pada tahun 2008 tidak dapat ditampilkan karena tidak terdapat datanya. 4.4 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produksi Ikan Budidaya Sistem kolam Produksi ikan dengan sistem kolam dapat dipengaruhi oleh cuaca dalam hal ini curah hujan karena faktor cuaca diduga menjadi faktor penyebab faktor kematian ikan. Grafik pengaruh curah hujan terhadap produksi ikan dapat dilihat dibawah ini : Gambar 9. Perbandingan Produksi Ikan Mas Sistem Kolam Kab Bandung Terhadap Curah Hujan Thn 2006 s/d 2011 (Sumber. Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat)
10 25 Gambar 10. Perbandingan Produksi Ikan Nila Sistem Kolam Kab Bandung Terhadap Curah Hujan Thn 2006 s/d 2011 (Sumber. Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Berdasarkan dua grafik tersebut kondisi perikanan budidaya dengan menggunakan sistem kolam di Kabupaten Bandung. Produksi dua komoditas ikan bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Komoditas ikan mas dari tahun 2006 hingga tahun 2011 cenderung mengalami penurunan, sebaliknya kondisi produksi ikan nila pada kurun tahun yang sama cendrung mengalami peningkatan. Namun, dari dua grafik tersebut dapat dilihat terdapat persamaan pola panen ikan. Pada tahun 2009 dua komoditas ikan mengalami penurunan produksi dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan produksi ikan mas dapat dimungkinkan oleh berbagai faktor seperti beralihnya komoditas yang dibudidayakan oleh petani yang awalnya ikan mas menjadi ikan nila, karena ikan nila dianggap oleh petani lebih menguntungkan dibandingkan dengan komoditas ikan mas. Selain itu, ikan mas lebih rentan terhadap serangan penyakit. Penyakit yang menyerang ikan mas sering terjadi setelah hujan deras. Kondisi ini didukung dengan data curah hujan tahunan, yang menunjukan bahwa curah hujan tahunan Kabupaten Bandung dari tahun 2006 hingga 2011
11 26 terbilang diatas rata-rata. Penyakit yang sering menyerang ikan mas adalah penyakit KHV (Koi Herves Virus) yang bersifat spesifik menyerang keluarga ikan koi salah satunya adalah ikan mas Budidaya Sistem KJA Grafik curah hujan terhadap tingkat produksi ikan dengan sistem KJA dapat dliihat di bawah ini : Gambar 11. Perbandingan Produksi Ikan Mas Sistem KJA di Kab Bandung Terhadap Curah Hujan Thn 2006 s/d 2011 (Sumber. Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat)
12 27 Gambar 12. Perbandingan Produksi Ikan Nila Sistem KJA di Kab Bandung Terhadap Curah Hujan Thn 2006 s/d 2011 (Sumber. Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat) Gambar 13. Perbandingan Produksi Ikan Patin Sistem KJA di Kab Bandung Terhadap Curah Hujan Thn 2006 s/d 2011 (Sumber. Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat)
13 28 Berdasarkan tiga grafik diatas, dapat dilihat bahwa tingkat produksi ikan nila dan ikan mas pada tahun 2006 relatif stabil hingga tahun 2011, sedangkan produksi ikan patin cenderung mengalami kenaikan produksi selepas tahun Pada ketiga grafik tersebut terdapat pola penurunan produksi pada ketiga komoditas ikan di tahun 2009, padahal tahun sebelumnya cenderung mengalami kenaikan produksi. Kondisi ini dapat terjadi karena terjadinya fenomena umbalan yang sering terjadi pada budidaya dengan sistem KJA. Pada kurun waktu Oktober sampai Desember terjadi kematian ikan di Waduk Cirata diakibatkan oleh terjadinya peristiwa umbalan ( Umbalan menjadi permasalahan bagi budidaya ikan dengan sistem KJA karena pada peristiwa ini lapisan air yang berada di bagian bawah waduk akan naik ke atas dengan membawa bahan toksik sepeti CO₂, NH3 dan H₂S dengan kondisi yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali oksigen. Bahan toksik tersebut merupakan sisa penguraian yang berasal dari pakan ikan yang tidak dimakan dan feses yang dihasilkan oleh ikan. Jumlah KJA yang ada saat ini di Waduk Cirata sudah melebihi batas kapasitas. Jumlah KJA yang ada saat ini sudah mencapai lebih dari unit, sedangkan menurut SK Gubenur Jawa Barat No 41 Tahun 2002 jumlah KJA yang diperbolehkan hanya sejumlah unit. Kondisi waduk yang sudah melebihi batas daya dukung waduk ini menyebabkan kualitas air yang ada di Waduk Cirata merugikan kondisi budidaya ikan. Jumlah KJA yang sedemikian banyaknya menimbulkan permasalahan yakni penurunan kulialitas air. Hal ini diakibatkan karena para pembudidaya tidak paham mengenai penentuan jumlah pakan yang harus diberikan. Padahal, pada pakan tersebut terkandung nutrisi, terutama protein yang cukup tinggi. Pakan yang mengendap tersebut akan mengendap di dasar waduk. Menurut Boyd dan Bowman (1997), menyatakan bahwa rata-rata sisa pakan dan feses dalam jumlah yang besar dapat terakumulasi di dasar perairan di bawah karamba, sehingga
14 29 menyebabkan kondisi anaerob yang sering menghasilkan racun seperti laktat, amoniak, gas metana dan hidrogen sulfida. Sisa pakan tersebut tidak dapat teruraikan karena jumlah pakan yang terbuang sebanding dengan jumlah KJA yang ada. Menurut Krismono(1999) pakan yang terbuang pada sistem KJA 7 x 7 x 3 sebesar 20%-30%. Dengan kondisi yang demikian, menurut Wicaksono (2005), jumlah N yang masuk ke dalam perairan sebagai pencemar sebanyak 4.003,31 mg / thn dan kadar P yang masuk ke dalam perairan sebagai pencemar sebanyak 272,32 mg / thn.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geografi Kabupaten Bandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2. Peta Kabupaten Bandung (Sumber : www.google.co.id ) Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah administrasi yang berada di Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup, tidak lepas dari lingkungan sebagai sumber kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan caranya
Lebih terperinciIr. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun
.. Latar belakang Waduk merupakan danau buatan dengan membendung aliran sungai, yang pada urnumnya ditujukan sebagai tempat penampungan air yang dipergunakan untuk berbagai macam keperluan seperti Pembangkt
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciKAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR
KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR Estu Nugroho Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154 E-mail: engroho@yahoo.com
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele dumbo berkembang pesat
Lebih terperinciBab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu
Lebih terperinciINFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono
INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperincib) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009
32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten
Lebih terperinci4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas
26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciTabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011
URUSAN PILIHAN. Kelautan dan Perikanan Pembangunan daerah tahun 20 pada urusan kelautan dan perikanan, Pemerintah Kabupaten Temanggung hanya melaksanakan urusan di bidang perikanan darat dilaksanakan dalam
Lebih terperinciGambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.
11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi
Lebih terperinci2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun 1990, akuakultur hanya mampu menyumbang 13% total produksi ikan dunia, namun pada tahun 2010,
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA
825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman
Lebih terperinciKajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah
MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina
Lebih terperinciWADAH BUDIDAYA IKAN (WBI) ADI SUCIPTO
KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA IKAN (WBI) ADI SUCIPTO dito.id@gmail.comid@gmail BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI 2005 PENGANTAR AQUACULTURE PASAR PANEN TOTAL/SEBAGIAN KAT
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B.
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL
PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Pulau Jawa yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Air waduk diperoleh dari pasokan Sungai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciBAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI
BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara
Lebih terperinciPEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA
PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA Oleh : Didik Wahju Hendro Tjahjo, Mujiyanto dan Sri Endah Purnamaningtyas Loka Riset Pemacuan Stok Ikan
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciTabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013
C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen
Lebih terperinciKontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)
1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112
Lebih terperinciKONDISI W I L A Y A H
KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah hujan sekitar 2000-4000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan dan ketersediaan air tanah merupakan dua faktor utama yang saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Terutama untuk tanaman pertanian. yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perikanan budi daya ikan air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai disadari dan digarap dengan baik pada era 1990-an. Salah satu sentra kegiatan
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN LAPANGAN PERJALANAN LOMBOK 8-14 JULI Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya Judul Kegiatan
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN PERJALANAN LOMBOK 8-14 JULI 2012 Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya Judul Kegiatan untuk Mengamankan Produksi Perikanan di Lombok dan Sumbawa Pelaksana
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak diantara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat
Lebih terperincipersamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0.
9 a : intersep (perubahan salinitas jika tidak hujan) b : slope (kemiringan garis regresi). Koefisien determinasi (r 2 ) masing-masing kelompok berdasarkan klaster, tahun, dan lahan peminihan (A dan B)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN LOKASI STUDI
BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI 3.1. Umum Danau Cisanti atau Situ Cisanti atau Waduk Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Secara geografis Waduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau
Lebih terperinciANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA
ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANDI KURNIAWAN Pusat Studi Pesisir & Kelautan Universitas Brawijaya Workshop II - Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim untuk Kota/Kabupaten
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o
Lebih terperinciVI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan
Lebih terperinciBab 3. Deskripsi Daerah Penelitian
Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu rangkaian penelitian yang mencakup analisis pewilayahan hujan, penyusunan model prediksi curah hujan, serta pemanfaatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga
PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil beras di luar Pulau Jawa, yang berperan penting dalam upayah pelestarian swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN RINGKASAN EKSEKUTIF Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan umum (waduk, rawa, sungai, dan danau) yang sangat luas. Perairan tersebut menyimpan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air
TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik
47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang
Lebih terperinciBUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN
BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN I. PENDAHULUAN Saat ini budidaya ikan di waduk dengan menggunakan KJA memiliki prospek yang bagus untuk peningkatan produksi
Lebih terperinci