BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable"

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development: Peran Wetlands International Indonesia Programme Dalam Merehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Mengembangkan Mata Pencaharian Di Aceh- Nias Tahun (Proyek Green Coast). Penelitian ini membukakan tentang Proyek Green Coast sebagai upaya memberdayakan masyarakat di Aceh-Nias untuk sadar dalam mempertahankan atau melestarikan tanaman-tanaman daerah pesisir. Salah satu usaha yang dilakukan adalah information politics, bahwa NGO tersebut mengumpulkan data dan menyebarkannya sebagai informasi terkait kondisi ekologi dan sosial-ekonomi masyarakat. Melalui tulisan Qisthiarini, membantu penulis untuk memahami pengaruh NGO melalui suatu program untuk memberdayakan masyarakat melalui penyebaran informasi untuk menyadarkan pemerintah dan masyarakat. Walaupun memiliki tema yang sama mengenai usaha NGO terhadap pelestarian lingkungan namun perbedaan dengan penelitian selanjutnya adalah upaya penyadaran dilakukan melalui sekolah hijau sebagai wadah pemberdayaan masyarakat lokal di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

2 10 Penelitian yang terkait dengan upaya NGO dalam pelestarian lingkungan kawasan hutan adalah berasal dari tulisan Rozaq (2015) dengan judul penelitian Peran Greenpeace Dalam Mengatasi Kasus Deforestasi Hutan Di Kalimantan Tengah Indonesia Tahun Penelitian ini mengungkapkan tentang peran serta upaya Greenpeace dalam menjaga kelestarian lingkungan global. Usaha yang dilakukan adalah advokasi mengenai isu deforestasi di Kalimantan Tengah yaitu politic campaign untuk mendorong pemerintah mencanangkan peraturan-peraturan untuk melindungi hutan yakni Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 2011 dan Nomor 06 Tahun Kedua peraturan tersebut tentang penundaan pembukaan area lain di kawasan hutan. Melalui kampanye, Greenpeace memanfaatkan media sebagai sarana yang digunakan menyebarkan informasi secara luas mengajak masyarakat peduli kondisi kawasan hutan Kalimantan Tengah. Melalui tulisan Rozaq, walaupun memiliki tema yang sama mengenai usaha NGO terhadap isu lingkungan seperti deforestasi melalui advokasi namun perbedaan dengan penelitian tersebut sedang yang dilakukan penulis selanjutnya adalah melihat upaya NGO mempengaruhi pemerintah daerah menetapkan kebijakan mengenai pendidikan lingkungan melalui sekolah hijau. penelitian sebelumnya membantu penulis memahami usaha advokasi seperti politic campaign agar pemerintah mencanangkan kebijakan mengenai isu permasalahan lingkungan. World Vision Indonesia melakukan pelestarian hutan akibat deforestasi di kawasan Sambas, Kalimantan Barat melalui program sekolah hijau untuk membantu masyarakat di wilayah tersebut dari ancaman deforestasi.

3 11 Penelitian yang terkait dengan upaya NGO dalam pelestarian hutan berasal dari tulisan Sarah (2013) dengan judul Peran Greenpeace dalam menanggulangi masalah kerusakan hutan alam dan gambut di Riau, Sumatra, Studi kasus: PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Tulisan sarah memberikan gambaran umum mengenai kerusakan hutan yang terjadi di Semenjung Kampar, Riau akibat deforestasi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga mengancam kelestarian hutan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Perusahaan telah melakukan tindakan penebangan ilegal yang dilihat memiliki cacat hukum dalam izin penebangan hutan alam. Greenpeace sebagai aktor NGO berupaya dalam mendesak pemerintah agar menghasilkan kebijakan untuk mendukung pelestarian hutan. Upaya tersebut dilakukan berdasarkan fungsinya sebagai advokasi untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar hutan. Greenpeace memonitor aktivitas deforestasi dengan cara patroli kawasan hutan dan lahan gambut. Greenpeace juga memberikan fasilitas bagi masyarakat dan sebagai jembatan antara masyarakat dan instansi pemerintah dalam melakukan pelestarian hutan. Tulisan dari sarah, memiliki kesamaan dan berkontribusi bagi penulis kedepannya melalui fungsi dari NGO sebagai dasar dalam usaha pelestarian hutan seperti advokasi dengan mengidentifikasi masalah bagi masyarakat hutan. Kontribusi yang diberikan dapat membantu untuk melihat upaya World Vision dalam mempengaruhi pemerintah pusat maupun daerah agar menetapkan kebijakan agar pelestarian hutan dapat berjalan serta memberi pengaruh kepada penduduk Sambas melalui pendidikan. Walaupun terdapat persamaan namun adanya perbedaan dengan

4 12 tulisan sarah yakni World Vision memiliki program sekolah hijau dalam pembangunan berkelanjutan untuk membantu kehidupan masyarakat di wilayah Kalimantan Barat agar dapat melestarikan hutan di Sambas. 2.2 Kerangka Konseptual Peneliti menggunakan beberapa konsep di dalam penulisan ilmiah dengan maksud mengkaji upaya World Vision dalam pelestarian hutan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat melalui analisa terhadap program yang dilakukan selama Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Politik lingkungan Paterson (2000, dalam Hidayat H, 2011: 8-9, 20) mengungkapkan politik lingkungan merupakan suatu pendekatan yang menggabungkan permasalahan lingkungan dengan politik ekonomi. Terdapat relasi yang dinamis antara lingkungan dan manusia, serta antar kelompok yang bermacam-macam di dalam masyarakat dari skala individu sampai transnasional secara keseluruhan. Paterson (dalam Haynes et.al., 2006) menjelaskan bahwa munculnya aktor-aktor baru di kancah internasional melalui hubungan masyarakat global seperti Non-Governmental Organization, berguna untuk memecahkan sifat eksklusif negara. Paterson (Haynes et.al., 2006: 54-71) mengungkapkan isu lingkungan dapat masuk mempengaruhi kebijakan melalui gerakan kepedulian atau pelestarian terhadap lingkungan yang semakin rusak (green politics).

5 13 Paterson menjelaskan bahwa Tahun 1970, menjadi awal dari tindakan green politics, yang menolak sistem dari pemikiran tradisional, menempatkan negara sebagai aktor dominan. Aktor negara secara terus-menerus mengejar kepentingan dan membuka akses dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan. Hal ini berdampak pada kerusakan lingkungan dan mengakibatkan kelangkaan sumber daya serta meningkatnya jumlah pengungsi. Para pemikir green politic merasa bahwa struktur politik global yang berjalan harus diubah ke arah yang demokratis, yaitu adanya sikap saling berbagi permasalahan lingkungan. Green politic juga memperhatikan isu ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga menggagas pembangunan berkelanjutan yang bertujuan agar terdapat keseimbangan antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi dalam menangani kemiskinan serta kelaparan (Steans & Pettiford, 2005: 382 dalam Ikbar, Y., 2014). Willetts (2011) mengungkapkan bahwa NGO muncul di ranah internasional sejak munculnya piagam PBB yang tertuang pada pasal 71 yang menyatakan bahwa dewan ekonomi dan sosial dapat membuat kesepakatan untuk berkonsultasi dengan NGO yang memiliki kepentingan sesuai kompetensinya sebagai penjembatan antara masyarakat sipil dan pemerintah. NGO mulai menyadari perlunya berkontribusi untuk merubah pemikiran bahwa pembangunan seharusnya memprioritas keterlibatan masyarakat sipil pada setiap perencanaan. Fungsi NGO melalui advokasi bertujuan mempengaruhi para pengambil keputusan dan opini publik untuk membawa perubahan ditingkat nasional serta internasional bagi kepentingan masyarakat miskin.

6 14 Advokasi NGO dengan cara melakukan kampanye (penyebaran informasi) dan lobi guna mengekpresikan kondisi kemiskinan maupun kerusakan lingkungan sehingga advokasi dapat melampaui batas-batas negara (Rugendyke, B., 2007). Pemikiran Willetts memiliki keterkaitan dengan konsep pemberdayaan (empowerment) yang menetapkan bahwa masyarakat sebagai subjek dalam proses pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan. Pemberdayaan memberikan posisi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan melalui inisiatif lokal dengan mencari fenomena permasalahan. Fenomena kemiskinan menjadi informasi penting sebagai cara pandang tentang pemenuhan kebutuhan dalam pembangunan. Menurut Sumarto (2003 dalam Sulistiyani A. T., 2007), dalam Pemberian posisi kepada masyarakat merupakan kesadaran pemerintah terhadap peran penting masyarakat dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan citranya sebagai pengendali sistem pembangunan dan keseimbangan membagi kekuasaan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Melalui gagasan ini memunculkan konsep kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan organisasi lainnya seperti NGO. Kemitraan pemerintah dan rakyat dapat dilihat dari hubungan partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Namun terdapat ketidakmampuan masyarakat berhadapan dengan pemerintah dalam proses politik, sehingga NGO dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat dalam menyuarakan kepentingan. Keberadaan NGO dalam kemitraan melalui kerjasama dengan pemerintah melalui hubungan timbal balik untuk memberdayakan masyarakat (Sulistiyani, A. T., 2007: ).

7 15 NGO juga memberikan kesadaran umum atas masalah-masalah lingkungan, peduli terhadap isu pembangunan dan keadilan sosial bagi kaum miskin terpinggirkan secara sosial dan ekonomi. NGO melihat akibat deforestasi, masyarakat memiliki akses minim untuk mendapatkan hasil sumber daya alam karena pengaruh eksploitasi dalam menggantikan kawasan hutan dengan tanaman yang memberikan keuntungan seperti kelapa sawit, karet, kopi dan lainnya. Hal ini membuat melemahnya kontribusi masyarakat lokal dalam sektor ekonomi dan mengakibatkan menurunnya kesejahteraan (Hidayat H, 2011: 17). Indonesia melalui Kementerian lingkungan mencanangkan kebijakan nasional mengenai pendidikan lingkungan di indonesia agar dapat diimplementasikan dan dikembangkan oleh seluruh pihak. NGO dapat menjadi mitra untuk mengimplementasikan pendidikan lingkungan yang telah dicanangkan PBB dengan menetapkan periode sebagai integrasi pembangunan berkelanjutan dengan pendidikan di seluruh dunia (Salim, E., 2005). Salah satu keputusan pemerintahan Indonesia mengenai program pelestarian lingkungan adalah program Adiwiyata (sekolah hijau). Program yang dicanangkan untuk mendorong peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat secara khusus warga sekolah agar diupayakan pelestarian lingkungan hidup sehingga bermanfaat bagi kepentingan generasi sekarang maupun mendatang. Wujud dari program Adiwiyata adalah pengembangan kebijakan sekolah, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan dan pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif seperti pembuatan taman sebagai sarana

8 16 pembelajaran pelestarian hutan, menghemat air, pengelolaan sampah agar dapat dimanfaatkan kembali (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Berdasarkan pengertian tentang politik lingkungan, kita dapat melihat aktivitas NGO untuk membantu dalam pelestarian lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. upaya pemberdayaan masyarakat oleh NGO melalui pendidikan lingkungan untuk penyadaran kepada masyarakat mengenai isu lingkungan. NGO sebagai penyedia pendidikan non-formal merupakan manifestasi sebagai program pelestarian lingkungan agar masyarakat berpartisipasi memecahkan permasalahan lingkungan. Pendidikan lingkungan merupakan aspek penting dari proses pembangunan berkelanjutan. World Vision membantu masyarakat di kabupaten Sambas, Kalimantan Barat menggunakan sekolah hijau sebagai alat untuk memberi pengaruh kepada masyarakat dan pemerintah dalam menemukan cara atau solusi guna menjaga dan melestarikan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar di masa depan mereka tetap dapat merasakan manfaat dari hutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal Non-Governmental Organization World Bank (1992, dalam Kim, Y., 2011) memberikan definisi mengenai Non-Governmental Organization sebagai kelompok dan lembaga yang seluruh atau sebagian besar independen dari pemerintah dan memiliki tujuan utama yakni kemanusiaan atau kooperatif. Willetts (2001) juga memberikan definisi mengenai NGO secara umum berdasarkan karakteristiknya, yang pertama bahwa NGO bukan

9 17 sebagai partai politik atau lembaga pemerintah, sehingga tidak harus memiliki tujuan mencapai kekuasaan politik. Kedua, NGO tidak harus menghasilkan keuntungan terutama dari pihak swasta. Ketiga, bahwa tidak ada keikutsertaan kelompok kriminal di dalam NGO walaupun mereka bukan berasal dari pemerintah atau swasta. World Bank (1995) mendefinisikan NGO dalam dua kategori berdasarkan tujuannya yakni operasional dan advokasi. NGO operasional memiliki tujuan utama yakni merancang dan melaksanakan proyek-proyek yang berkaitan dengan pembangunan. Tujuan pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi di negara-negara berkembang dengan cara memberikan layanan kesehatan, program pendidikan dan kredit mikro bagi masyarakat. NGO operasional biasanya melakukan kontrak atau kesepakatan dengan negara untuk program pembangunan. NGO advokasi memiliki tujuan mempertahankan atau mengangkat secara spesifik mengenai kebijakan ataupun penyebab kebijakan tertentu. Kedua tipe tersebut tidak menjadi eksklusif karena NGO operasional dapat melakukan kegiatan advokasi dan sebaliknya, seperti yang dilakukan NGO kemanusiaan. Terdapat pendekatan untuk melihat arah hubungan NGO dengan aktor negara, yakni Top-down dan Bottom-up. Penelitian ini menggunakan pendekatan Bottom-up yang merupakan hubungan pengaruh NGO kepada negara dengan tujuan meningkatkan kehidupan manusia. Landasan utama NGO adalah misi yang dijalankan oleh masyarakat sipil untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Misi yang dijalankan adalah menangani masalah-masalah tertentu yang dialami masyarakat lokal. NGO memiliki program yang dikerjakan bersama masyarakat

10 18 untuk pengembangan kemampuan atau kapasitas mereka sebagai fokus dalam proses pendekatan Bottom-up (Ulleberg, 2009). Menurut Sutomo (1998), intervensi lebih difokuskan sebagai bagian enabling process atau upaya pengembangan kapasitas masyarakat. Menurut Sumodiningrat (2002) Enabling process merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk membangun daya atau kemampuan melalui pengembangan potensi. Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat. Ife (1995) mengungkapkan bahwa pemberdayaan juga merupakan proses membantu masyarakat tertinggal dengan cara mendidik, menggunakan lobi, memakai media dan terlibat dalam aksi politik dan sebagainya. Pengertian diatas bahwa intervensi NGO dilakukan melalui pengembangan kapasitas masyarakat lokal dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan merupakan proses pendekatan Bottom-up. UNESCAP / United Nation Economic and Social Commission for Asia and Pasific (2000) menjelaskan bahwa NGO memiliki fungsi penting untuk meningkatkan kepedulian lingkungan melalui kesadaran terhadap isu lingkungan serta menjalankan program pembangunan berkelanjutan. Berikut fungsi yang dijalankan dari NGO: 1. Awareness Raising, Campaigning and Advocacy a. Peningkatan Kesadaran Organsasi non-pemerintah (NGO) melakukan kegiatan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan agar menjadi sadar terhadap

11 19 lingkungan dan terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Finnemore dan Sikkink (1998, dalam Kim, Y., 2011) menjelaskan NGO sebagai Norm Generator berupaya membangkitkan kesadaran norma kepada publik. Terdapat tiga tahap yang dilakukan yakni NGO memberikan perhatian kepada suatu kondisi kritis negara supaya menerima norma-norma baru (norm emergence); mensosialisasikan norma baru melalui penyuaraan isu penting untuk membujuk masyarakat menerima norma tersebut (Norm cascade); menyebarkan norma baru di antara masyarakat (internalization norm). Tahap internalisasi norma, dilakukan untuk mensinkronkan norma internasional ke dalam praktik-praktik domestik. b. Kampanye Penyuaraan (kampanye) dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat. NGO memainkan fungsinya untuk membangun hubungan antara masyarakat dengan proses politik. NGO membujuk masyarakat untuk ikut mendukung program kemanusiaan melalui media seperti televisi, surat kabar dan majalah. Apabila media di batasi oleh negara maka NGO juga dapat melakukan pengiklanan mengenai suatu isu masalah kepada publik dengan cara mengirim pesan singkat. NGO dalam kegiatan ini dapat mengubah pandangan publik supaya merespon dan mempengaruhi keputusan pemerintah. Menurut Bouget dan Prouteau (2002, dalam Kim, Y., 2011) Melalui fungsi tersebut, NGO dapat dikatakan berperan sebagai Agenda Setters. c. Advokasi NGO melakukan lobi kepada pemerintah untuk mendorong perubahan kebijakan dan adanya program pembangunan yang berdampak pada kesejahteraan

12 20 masyarakat. NGO melakukan lobi kepada pemerintah karena kemampuan dalam mengakses informasi tanpa batas. Lobi dilakukan guna perubahan kebijakan melalui laporan data yang dikumpulkan dari kondisi masyarakat ataupun pengorganisasian masyarakat. NGO juga berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan melalui penyebaran informasi. NGO sebagai jaringan transnasional masyarakat sipil dapat memberikan informasi ke luar negeri tentang realita yang terjadi di suatu negara sehingga bisa menekan pemerintah untuk mempertimbangkan isu-isu yang terjadi (Demars, 2005 dalam Kim, Y., 2011). World Vision melakukan penyadaran kepedulian, kampanye dan advokasi untuk mempengaruhi penduduk dan pemerintah di Kabupaten Sambas agar sadar terhadap permasalahan. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan agar masyarakat di Sambas untuk mendukung program sekolah hijau. NGO juga memiliki maksud untuk menyadarkan pemerintah di Kabupaten Sambas, untuk menemukan solusi peningkatan kualitas pendidikan yang berkarakter sesuai lingkungan hutan agar kesejahteraan masyarakat meningkat. 2. Education, Training and Capacity Building NGO berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait isu lingkungan agar terdapat komitmen dalam pembangunan yang berkelanjutan. kemampuan dan keterlibatan masyarakat lokal untuk melestarikan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan merupakan upaya yang dilakukan NGO. NGO bekerja untuk membantu pemerintah untuk mengembangkan dan implementasi pendidikan

13 21 lingkungan. Pendidikan lingkungan menjadi faktor penting di dalam memberikan kesadaran untuk melindungi lingkungan dimulai dari tingkat pendidikan dasar. Pelatihan kepada tenaga pengajar mengenai pendidikan lingkungan dimulai dari memperkenalkan perencanaan kurikulum dan metode pengajaran melalui pengembangan keterampilan dan lokakarya (UNESCAP, 2000). 3. Government and NGO Partnership Kemampuan NGO yang tidak dimiliki oleh aktor negara dalam menjangkau masyarakat di berbagai daerah menjadi hal yang diperlukan bagi pemerintah untuk mengadakan kerjasama antar aktor tersebut. Rekomendasi dapat diberikan oleh NGO untuk mengembangkan program melalui pengkajian dari informasi pemerintah. Pemerintah sebagai mitra dapat mendanai program NGO dalam bidang pelestarian lingkungan. NGO dapat berpartisipasi dengan pemerintah daerah melalui pendekatan yang inovatif seperti strategi pendidikan (Ulleberg, 2009). Salah satu strategi yang diberikan oleh World Vision adalah pendidikan lingkungan melalui sekolah hijau. Melalui penjelasan mengenai hubungan NGO dengan masyarakat dan pemerintah dapat melihat posisi NGO sebagai dasar tujuan kegiatannya dan pengaruh yang dilakukan NGO kepada negara. Hal ini akan memperlihatkan upaya yang dilakukan NGO dalam konteks ini adalah World Vision untuk pelestarian hutan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Program pengembangan wilayah yang dipersiapkan World Vision di Indonesia kepada Kabupaten Sambas sebagai bentuk pendekatan bottom-up untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat

14 22 melalui sekolah hijau yang diadopsi dari program adiwiyata. Sekolah hijau menjadi bentuk upaya pendekatan dan pengaruh kepada masyarakat dan kebijakan pemeritah yang menyesuaikan kebutuhan masyarakat Sambas, Kalimantan Barat agar pembangunan berkelanjutan melalui pendidikan lingkungan untuk melestarikan hutan dapat diterapkan di sekolah-sekolah wilayah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (2015) luas wilayah hutan tropis terbesar ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya penggunaan hutan dan beragamnya alih fungsi hutan di Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di Indonesia

Lebih terperinci

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global. BAB V KESIMPULAN Greenpeace sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak pada bidang konservasi lingkungan hidup telah berdiri sejak tahun 1971. Organisasi internasional non pemerintah

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN

UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN 2011-2014 SKRIPSI Disusun oleh: Edwin Peter Mathews Pangaribuan NIM. 1021105048 Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN

UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT TAHUN 2011-2014 Edwin Peter Mathews Pangaribuan 1), Ni Wayan Rainy Priadarsini 2), A.A. Ayu Intan

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH Siwi Gayatri dan Dyah Mardiningsih Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang siwi_gayatri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat Partisipasi adalah turut berperan sertanya seseorang atau masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan laporan di dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan bakau merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dibeberapa

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009 Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Salam

Lebih terperinci

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang 1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo Semarang Tipe kegiatan: Peremajaan kota Inisiatif dalam manajemen perkotaan: Penciptaan pola kemitraan yang mempertemukan pendekatan top-down dan bottom-up

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017 SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA Jakarta, 17 Juni 2017 Assalaamu alaikum wr. wb. Salam sejahtera Om swastiastu Perkenankanlah kami mengajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Hanya dengan menjadikan ini kepedulian dan upaya bersama, sumberdaya. calon pengambil keputusan di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu masalah global yang perlu mendapat perhatian serta penanganan secara serius dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai modal pembanguan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi,

Lebih terperinci

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

8.1 Temuan Penelitian

8.1 Temuan Penelitian BAB VIII PENUTUP Bab Penutup ini berisi tiga hal yaitu Temuan Penelitian, Simpulan, dan Saran. Tiap-tiap bagian diuraikan sebagai berikut. 8.1 Temuan Penelitian Penelitian tentang relasi kuasa dalam pengelolaan

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN Heny Puspita R Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang telah menerapkan sistem dengan maksud untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU Disusun oleh : ELISABETH NIGA BEDA (151070007) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu-isu tentang lingkungan menjadi salah satu suatu pusat perhatian seluruh Dunia, diantaranya isu global warming, krisis ketersedian sumber daya

Lebih terperinci

R a a t f. Sistem Informasi Pedesaan

R a a t f. Sistem Informasi Pedesaan R a a t f Sistem Informasi Pedesaan 1 Ringkasan Eksekutif Mengintegrasikan Gender pada Sistem Informasi Pedesaan di Indonesia Bank Dunia, Unit Sektor Pengembangan Pedesaan dan Sumberdaya Alam, Wilayah

Lebih terperinci

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan 6th UNEP TUNZA Southeast Asia Youth Environment Network (SEAYEN) Meeting Youth Statement pertemuan Panel Tingkat Tinggi di Bali pada kemitraan / kerjasama global (25-27 Maret, 2013) 26 Maret 2013 Pemuda

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini arus globalisasi telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia secara menyeluruh termasuk Indonesia. Masyarakat sekarang ikut dimanjakan oleh kemudahan-kemudahan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan aset nasional, bahkan aset dunia yang harus dipertahankan keberadaannya secara optimal. Menurut Undang-Undang No.41 Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Hasil Survei dan Konsultasi Tim Greenomics Indonesia terhadap Masyarakat Pengungsi di Sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN 2004-2009 AKRIS SERAFITA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL 2012 Hubungan Indonesia dan Australia memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian yang sangat penting bagi Indonesia. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi kemajuan pembangunan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana gempa bumi dan Tsunami Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang terjadi di Indonesia.

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemberdayaan Masyarakat Konsep Perhutanan Sosial secara keseluruhan menempatkan posisi masyarakat sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016 Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016 Indonesia menuntut peranan negara-negara G-20 untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Sejumlah isu dibahas dalam 'working

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mempunyai arti strategis bagi pembangunan semua sektor, baik dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia merupakan salah satu paru-paru

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan Oleh: Depu0 Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dalam Acara Seminar Penutupan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan di Jawa Barat sudah berada dalam taraf menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi di perairan, tanah, dan udara.

Lebih terperinci

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati * Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 27 Januari 2016; disetujui: 03 Februari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi

I. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa, yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun Negara dan Bangsa Indonesia. Anak merupakan subjek dan objek

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. DATA MITRA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERIODE 2011 S/D 2014 1. PT KHARISMA LABUAN WISATA Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Jangka

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci