Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret"

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Burundi merupakan salah satu negara di Afrika bagian Timur. Berbatasan dengan Rwanda di bagian utara dan Tanzania di Bagian selatan. Terdapat 3 etnis yang bermukim di Burundi yaitu Hutu, Tutsi, dan Twa dan yang menjadi mayoritas adalah etnis Hutu dan Tutsi. 1 Sebagai Negara multietnis, Burundi juga pernah mengalami masa-masa genting akibat konflik yang berkepanjangan antara Etnis Hutu dengan Etnis Tutsi yang dimulai sejak tahun 1993 yang disebabkan oleh terbunuhnya pemimpin Etnis Tutsi oleh oknum dari Etnis Hutu. Konflik tersebut berakhir pada tahun 2006 setelah Perjanjian Arusha. Meskipun konflik telah selesai, Burundi harus menghadapi tantangan lainnya. Yaitu memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat konflik tersebut serta menyembuhkan trauma korban, terutama dari kalangan wanita serta anak-anak. Menurut Daley (2007) wanita merupakan korban utama dari konflik di Burundi 2. Wanita tidak hanya menjadi korban pada saat konflik, tetapi juga saat berlangsungnya gencatan senjata pada tahun 2003, menurut data dari Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), wanita juga djadikan sebagai sasaran teror. Teror yang diterima oleh wanita Burundi bukan hanya dalam bentuk ancaman tetapi juga dalam bentuk kekerasan serta pelecehan seksual. Dan menurut data dari Bank Dunia, 70% pengungsi dari konflik di Burundi merupakan wanita dan anak-anak. 3 1 Gahama, Joseph. Conflict Prevention, Management and Resolution in Burundi, Situs Justice Justice. 9 Maret Ibid. 3 Women and Peace in Africa: Case studies on traditional conflict resolution practices, Situs UNESCO UNESCO. 10 maret

2 Dalam strata sosial, wanita memegang peranan penting dalam kehidupan domestik di Burundi. Wanita tidak hanya sekedar mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tetapi juga menjadi guru bagi anak-anak mereka di rumah. Selain menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga, wanita Burundi juga memegang peranan penting dalam upacara adat serta seremonial lainnya. Mereka memegang pertanggung jawaban dalam hal konsumsi serta pertunjukkan 4. Dalam pencegahan dan resolusi konflik, wanita Burundi juga ikut berperan aktif, mereka berkontribusi dengan cara mengajarkan serta menyebarkan nilai-nilai perdamaian didalam keluarganya, serta menjadi penengah apabila terjadi konflik di lingkungan tempat tinggalnya. Ketika konflik pecah pada tahun 1993, beberapa wanita pernah menjadi bagian dari politik pada era mengamati bahaya dari konflik tersebut. Lalu mereka melakukan khotbah tentang nilai-nilai perdamaian ke sekolah-sekolah serta ke tempat pemukiman penduduk. Wanita Burundi juga ikut berperan aktif dalam beberapa konferensi resolusi konflik tingkat internasional. Seperti di Cape Town Afrika Selatan pada tahun 1998, delegasi Burundi dipimpin oleh Mme Sophie Buyoya yang merupakan istri dari presiden Buyoya serta konferensi di Kampala, Uganda pada tahun 1998 dimana mereka berpartisipasi dalam koferensi perdamaian dan yang terakhir saat Perjanjian Arusha. 5 Keterlibatan wanita Burundi dalam Perjanjian Arusha merupakan sebuah prestasi dalam peacebuilding yang dilakukan oleh wanita. Keterlibatan mereka dibantu oleh badan dari PBB yang bernama United Nations Development Fund for Women (UNIFEM) UNIFEM telah membantu perdamaian di Burundi sejak tahun Selama di Burundi UNIFEM memberikan bantuan dalam bentuk fisik maupun non-fisik. 4 Ibid. 5 Gahama. Op. Cit 6

3 Pada tahun 2002, UNIFEM mendukung pemerintah Burundi dalam mengembangkan national gender policy di Burundi. Dalam hal ini, UNIFEM bekerjasama dengan organisasi AFRICARE Burundi. 6 UNIFEM merupakan organisasi dari PBB yang bertugas untuk membantu kaum wanita yang berada di wilayah yang berkonflik. UNIFEM menyediakan bantuan baik dalam bentuk finansial maupun teknik seperti mempromosikan program hak-hak wanita dan kesetaraan gender. 7 UNIFEM didirikan pada tahun 1976 dengan fokus meningkatkan keterlibatan wanita dalam ruang publik, memperjuangkan hak-hak wanita terutama dalam bidang ekonomi, mengurangi potensi tersebarnya HIV dan AIDS di kalangan Wanita dan remaja putri, meningkatkan kesadaran terhadap masalah kekerasan terhadap wanita, serta meningkatkan kesetaraan gender bagi negara-negara yang rapuh. Dalam menjalankan misinya untuk mengurangi kekerasan terhadap wanita, UNIFEM menjadikan Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) serta Beijing Platform for Action sebagai acuan. UNIFEM juga bekerja sama dengan pemerintahan Burundi serta melibatkan tokoh masyarakat untuk membina wanita Burundi agar lebih aktif serta terlibat dalam peacebuilding. UNIFEM juga membentuk tim bersama PBB yang bernama UN Country Team Programming seperti yang dilakukan di negara-negara berkonflik seperti di Komoro, Lesotho, dan Botswana, tim ini terdiri dari organisasi-organisasi PBB seperti United Nations Development Programme (UNDP), OCHA, dan United Nations Childrens Fund (UNICEF). Tim ini dibentuk dalam rangka untuk mensponsori serta mendukung setiap aktifitas wanita Burundi dalam rangka peacebuilding baik yang diinisiasi oleh UNIFEM maupun wanita Burundi itu sendiri. Dalam menjalankan misinya untuk membangun perdamaian di Burundi, UNIFEM menerapkan gender maninstreaming strategy atau strategi 6 ibid 7 ibid 7

4 pengarusutamaan gender. Menurut definisi Economic and Social Council (ECOSOC) strategi pengarusutamaan gender adalah mengarusutamakan perspektif gender ke dalam proses implikasi ke dalam setiap kebijakan. Ini merupakan strategi untuk membuat wanita juga disetarakan dengan pria 8. Tujuan dari diterapkannya strategi ini adalah kesetaraan gender. Strategi ini juga merupakan strategi agar wanita juga ikut dilibatkan serta diperhatikan dalam implementasi, pemantauan dan evaluasi kebijakan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Sehingga, wanita juga sama terlibatnya dengan pria. Konsep pengarusutamaan gender pertama kali diperkenalkan pada tahun 1985 dalam Third World Conference on Women di Nairobi, Kenya. Ide ini kembali diperkenalkan secara resmi dalam Fourth World Conference on Women di Beijing, Cina pada tahun Dengan diterapkannya strategi pengarusutamaan gender, diharapkan wanita menjadi lebih terlibat dalam politik maupun sosial setelah konflik selesai. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana UNIFEM menerapkan strategi pengarusutamaan gender dalam peacebuilding Burundi pasca perang saudara tahun 2006? 1.3 Landasan Teori Peacebuilding Istilah peacebuilding telah dipakai sejak tahun 1970, menurut Johan Galtung peacebuilding merupakan alat untuk mempromosikan nilai-nilai perdamaian yang berkelanjutan dengan mengarahkan sasaran pada akar permasalahan dari konflik 8 UN. Gender Mainstreaming Strategy: Strategy for Promoting Gender Equality. Situs UN UN. 24 April

5 tersebut serta melibatkan kapasitas local dari negara yang telah mengalami konflik 9. Peacebuilding atau resolusi pasca konflik adalah proses untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan dan mencegah terjadinya konflik melalui rekonsiliasi, institusi dan transformasi politik dan ekonomi. 10 Dalam membangun perdamaian, agenda untuk membahas rekonstruksi untuk perdamaian yang berkelanjutan 11. Misimisi dari peacebuilding adalah: Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif: Transformasi struktur seperti struktur sosial dan ekonomi, merupakan hal yang penting untuk menciptakan durable peace. Maka dari itu, segala permasalahan yang dapat menghalangi willingness to cooperate harus segera diatasi. rekonsiliasi antar pihak yang berkonflik; dengan cara memperhatikan serta mempertimbangkan keadaan psikologi serta emosi masing-masing pihak yang berkonflik. mencegah konflik agar tidak terjadi kembali; menciptakan situasi yang dapat meningkatkan kooperasi serta dialog antar kelompok untuk memanajemen konflik dengan damai. Mengatasi faktor struktural Mengupayakan integrasi seluruh kalangan masyarakat; melibatkan seluruh kalangan masyarakat dalam strategi pasca konflik. Menciptakan transformasi politik untuk melibatkan masyarakat dalam penciptaan keputusan Membangun mekanisme untuk menghadapi permasalahan hukum dan keadilan UN. Peacebuilding and The United Nations.Situs UN. UN. 13 Maret John Hopkins. Peacebuilding. Situs John Hopkins. John Hopkins. 13 maret Ibid 12 ibid 9

6 Peacebuilding ditargetkan untuk seluruh lapisan masyarakat. Maka dari itu, peacebuilding melibatkan banyak sekali aktor yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing kalangan masyarakat agar bisa mengintegrasikan seluruh kalangan, aktor-aktor tersebut bisa berupa: Organisasi Internasional; Organisasi Internasional dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah agar kepentingan local dan pemerintahan dapat bersatu, dengan begitu mereka memiliki kemampuan untuk membangun serta mentransformasi struktur yang telah ada. Institusi-institusi relawan dapat menyediakan dana yang diperlukan untuk proyek membangun perdamaian. Organisasi internasional berlaku sebagai donor internasional, mereka juga berfungsi sebagai implementer strategi dalam membangun perdamaian. NGO; Dalam beberapa kasus, NGO juga memainkan peran dalam proyek skala kecil untuk memperkuat level dasar dari Negara yang terkena dampak. Pemerintah: pemerintah bisa menjadi subjek sekaligus objek dalam membangun perdamaian. Spesialis seperti pengacara, ahli ekonomi, guru, Pemuka Agama; Para pemuka agama bisa memainkan peranan penting dalam membangun kembali etika moral. Bagaimanapun juga peran mereka patut dipertanyakan dalam beberapa konflik yang melibatkan agama tertentu. Akademika; mengusulkan serta menganalisa teori-teori yang relevan. 13 Dalam melakukan peacebuilding, harus menyentuh segala dimensi, emosional dan struktur, agar misi perdamaian dapat terpenuhi dengan baik. 13 ibid 10

7 Struktur Fungsional; Membangun institusi-institusi yang dapat menyalurkan konflik menjadi sebuah solusi yang dapat diterima. Emosional dan psikologi sosial; aspek ini merupakan aspek yang tidak begitu jelas terlihat dibandingkan aspek fisik. Efek psikologis dalam konflik merupakan efek yang tidak begitu terlihat dibandingkan dengan efek yang berbentuk fisik seperti institusi kota sehingga butuh perhatian yang lebih dalam. Stabilitas sosial; merestorasi interaksi perdamain antar masyarakat baik di level vertikal maupun horizontal. Etika dan hukum yang berlaku; membangun kembali norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Dimensi kultural; memahami kebutuhan dan kultur yang berlaku dalam kelompok yang sedang berkonflik 14. Feminis Liberal Feminis liberal berpendapat bahwa selama ini masyarakat memiliki pandangan yang salah tentang wanita. Wanita dianggap sebagai makhluk yang lebih lemah dibandingkan dengan pria dan tidak memiliki kapabilitas yang sama dengan pria. Feminis liberal mengutamakan kesetaraan gender dalam ranah publik dengan memandang bahwa perempuan juga harus memiliki akses yang sama seperti laki-laki terutama dalam hal pendidikan, gaji, pekerjaan dan keterlibatan politik 15. Serta hakhak yang berhubungan dengan reproduksi wanita seperti akses mendapatkan alat kontrasepsi serta aborsi. Feminis liberal juga memandang bahwa pernikahan merupakan equal partnership dan meyakini bahwa negara merupakan pelindung 14 ibid 15 Tong, Rosemarie. Feminist Thought: A Comprehensive Introduction. Oxon, United Kingdom: Unwin Human Ltd Hal

8 utama bagi hak-hak setiap individu. Dalam hubungan internasional, Feminis liberal menginginkan adanya keterlibatan wanita dalam politik internasional. Paham ini juga meyakini bahwa negara adalah aktor utama dalam melindungi hak-hak wanita. Dalam ranah domestik, Feminis liberal juga menyoroti bagaimana kehidupan domestik wanita dapat menghambat atau mendorong wanita untuk mendapatkan hak yang sama dengan pria. Feminis liberal juga memasukkan pandangan mereka dalam politik internasional. Menurut Cynthia Enloe, wanita juga berpartisipasi dalam politik internasional, apapun profesi mereka. Contoh: Seorang wanita yang berprofesi sebagai penanggung jawab dokumen di sebuah kantor pemerintah atau istri diplomat ketika menemani suami mereka bertugas. 16 Untuk memasukkan perspektif feminis ke dalam politik, terlebih dahulu kita harus meneliti atau mengamati profil wanita di setiap aspek seperti masyarakat, institusi kepolisian, serta pemerintahan. 17 Memasukkan Perspektif Gender ke dalam Peacebuilding Agar kesetaraan gender dapat tercapai, diperlukan adanya perspektif gender dalam pelaksanaan peacebuilding dan rekonsiliasi konflik. Menurut Domingo dan Holmes, dalam memasukkan perspektif gender ke dalam peacebuilding, diperlukan dua dimensi dalam meneliti permasalahan yang dihadapi oleh kedua gender. Yang pertama, selama pelaksanaan peacebuilding aktor-aktor di lapangan harus mengetahui bahwa wanita dan pria memiliki mendapatkan dampak yang berbeda dari konflik dan memastikan hak-hak kaum wanita juga terpenuhi setelah konflik. Kedua, aktor 16 Enloe, Cynthia. Bananas, Beaches and Bases: Making Feminist sense of International Politics. Lost Angeles, California : University of California Press Hal ibid 12

9 lapangan harus mengenali kunci utama dari keterlibatan wanita dalam peacebuilding dan resolusi konflik. Serta memfasilitasi mereka dengan layak. 18 Domingo dan Holmes juga menambahkan, gender dalam peacebuilding harus memperhatikan aspek-aspek berikut: a. Penanggulangan dampak pasca konflik dan sistem kemasyarakatan yang rapuh pasca konflik. Konflik memberikan dampak yang berbeda bagi kaum pria dan wanita. Identitas serta peran mereka kedua gender tersebut juga ikut berubah karena terkena dampak dari konflik. Perubahan setelah konflik ini bisa berwujud negatif maupun positif. Contoh dari dampak positif dari perubahan peran setelah konflik adalah peran kaum wanita di ruang publik bisa meningkat dari sebelumnya atau wanita juga bisa terlibat dalam pembuatan kebijakan pasca konflik. Di sisi lain, konflik juga bisa membuat keadaan sosial menjadi semakin kacau. Seperti; angka kemiskinan yang semakin tinggi, meningkatnya jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dan seksual, serta stigma masyarakat terhadap korban kekerasan seksual yang tidak selesai walaupun konflik telah berakhir. 19 b. Hak wanita untuk berpartisipasi dalam pemerintahan dan politik serta peacebuilding. Mendukung partisipasi wanita dalam peacebuilding merupakan mandat yang telah disebutkan dalam resolusi Partisipasi wanita dalam politik dan peacebuilding diperlukan agar dampak yang dialami oleh wanita. baik saat konflik maupun pasca konflik, dapat ditangani dengan baik. Maka dari itu, dibutuhkan adanya keterlibatan wanita selama proses peacebuilding. Namun, Domingo dan 18 Pilar Domingo dan Rebecca Holmes. Gender Equality in Peacebuilding and Statebuilding. Situs ODI. Desember Juni pdf 19 ibid 13

10 Holmes juga menyatakan bahwa dalam melibatkan wanita selama proses peacebuilding, wanita tidak hanya dipandang sebagai korban dari konflik. Tapi juga sebagai agen perubahan. Dalam melibatkan wanita dalam proses peacebuilding, perlu adanya upaya untuk memperkuat peran wanita dalam membentuk kebijakan politik yang baru. Termasuk dalam hal mendukung wanita untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan baru serta pembaharuan institusi dan politik. Namun, keterlibatan wanita dalam peacebuilding dan politik sering mendapatkan resistensi dari elit pria yang tidak menyetujui konsep kesetaraan gender. Untuk mengatasi hal ini, Domingo dan Holmes berpendapat bahwa aktor lapangan harus melibatkan elit pria serta mengajak mereka untuk memberikan ruang bagi wanita Gagasan Utama UNIFEM menerapkan strategi pengarusutamaan gender di Burundi dengan memasuki beberapa lapisan masyarakat Burundi. UNIFEM juga akan bekerjasama dengan lembaga-lembaga dari PBB serta pemerintah Burundi agar bisa mencapai tujuan kesetaraan gender. 1.5 Jangkauan Penelitian Pembahasan dalam skripsi ini akan dimulai dengan penjelasan tentang konsep strategi pengarusutamaan gender serta mekanisme-mekanisme yang harus dilakukan dalam penerapannya. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai profil wanita Burundi serta keterlibatan mereka dalam konflik, politik dan kehidupan bermasyarakat mereka serta halangan-halangan yang mereka dapat ketika ingin terlibat aktif dalam ranah publik. Di pembahasan terakhir akan dijelaskan tentang penerapan strategi 20 ibid 14

11 pengarusutamaan gender pasca berakhirnya perang saudara Burundi tahun 2006 lalu ditutup dengan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dari skripsi ini. 1.6 Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi literatur atau pustaka. Dalam studi literatur, penulis akan mengumpulkan data serta informasi dari publikasi dari UNIFEM serta berita-berita internasional yang berkaitan dengan kegiatan wanita Burundi pasca konflik. 1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ini, akan dibagi menjadi 5 bab, dimulai dari bab I yang merupakan pengantar dari skripsi ini. Dilanjutkan dengan bab II dengan judul Gender Mainstreaming Strategy Sebagai Upaya Untuk Mencapai Kesetaraan Gender. Bab ini menjelaskan tentang mandat strategi pengarusutamaan gender dari PBB. Bab ini akan menjabarkan tentang awal mula dicetuskannya strategi ini dalam membangun serta mejaga perdamaian. Serta, bagaimana para organisasi menerapkan hal ini ke dalam misi mereka dan alasan-alasan pentingnya wanita juga ikut dilibatkan dalam misi perdamaian serta halangan yang ditemui dalam melibatkan wanita. Pada bab III yang berjudul Wanita Dalam Ranah Konflik Burundi Dalam bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana wanita Burundi melibatkan diri dalam politik serta misi-misi perdamaian di negara mereka serta rintangan yang mereka temui. Selain itu, akan dijelaskan juga bagaimana keadaan wanita Burundi ketika konflik berlangsung. Bab IV berjudul Penerapan Strategi Pengarusutamaan Gender oleh UNIFEM di Burundi. Dalam bab ini, akan dijelaskan bagaimana UNIFEM menerapkan 15

12 strategi pengarusutaman gender dalam misi mereka serta meninjau kembali bagaimana UNIFEM melibatkan wanita sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh resolusi Melalui perspektif gender dalam peacebuilding yang dikemukakan oleh Domingo dan Holmes, akan dijabarkan pula apakah strategi pengarusutamaan gender yang dipakai oleh UNIFEM sudah menyentuh aspek-aspek yang disebutkan oleh perspektif tersebut. Lalu diakhiri di bab V yang berisi kesimpulan serta penutup dari skripsi ini. 16

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Stand Alone Goal Prinsip Stand Alone Goal: 1. Kesetaraan Gender 2. Hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia. 3. Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB IV DUKUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERWUJUDAN KEADILAN GENDER DI FINLANDIA

BAB IV DUKUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERWUJUDAN KEADILAN GENDER DI FINLANDIA BAB IV DUKUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERWUJUDAN KEADILAN GENDER DI FINLANDIA A. Kerja Sama Gerakan Perempuan di Eropa Sejarah bersatunya gerakan perempuan di Eropa untuk memperjuangkan keadilan sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA PELUNCURAN STRATEGI NASIONAL (STRANAS) PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Lebih terperinci

Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan

Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan Latar Belakang Masalah Implementasi kebijakan tidak pro rakyat Kerentanan terhadap pluralisme budaya dan sentimen agama Penguasaan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG UNITED NATIONS WOMEN. Keseriusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyelesaikan dan

BAB II TINJAUAN TENTANG UNITED NATIONS WOMEN. Keseriusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyelesaikan dan BAB II TINJAUAN TENTANG UNITED NATIONS WOMEN Keseriusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menyelesaikan dan mengurangi permasalahan diskriminasi terhadap kaum perempuan di dunia telah ditunjukkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mayoritas penduduk dunia saat ini tinggal di kawasan perkotaan. Kecenderungan akan urbanisasi diperkirakan terus meningkat di kota-kota di berbagai belahan dunia.

Lebih terperinci

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian Dampak Konflik terhadap Perempuan dan Hubungan Jender. Peran Perempuan Sebagai Agen Konflik dan Perdamaian. Hambatan Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan

Lebih terperinci

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam good governance menjamin berlangsungnya proses pembangunan yang partisipatoris dan berkesetaraan gender. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Ucapan Selamat Saya atas nama saya pribadi dan ASEAN Foundation mengucapkan:

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR BAB I PENDAHULUAN "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender. No.615, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0 Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III. dibunuh, termasuk dari etnis Hutu moderat. Mayat-mayat dibiarkan saja dimanamana,

BAB III. dibunuh, termasuk dari etnis Hutu moderat. Mayat-mayat dibiarkan saja dimanamana, BAB III MASALAH HUMAN SECURITY DI RWANDA Pembantaian besar-besaran yang terjadi di Rwanda, perusakan fasilitas umum, penganiayaan telah menimbulkan kekacauan di Rwanda. Semua yang beretnis Tutsi dibunuh,

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan

Lebih terperinci

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan Hak Asasi Perempuan Pelarangan diskriminasi

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

Dra. Tati Hatimah, MA. Dipreentasikan pada Kajian Gender PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dra. Tati Hatimah, MA. Dipreentasikan pada Kajian Gender PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dra. Tati Hatimah, MA Dipreentasikan pada Kajian Gender PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1 ISTILAH GENDER Pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusiayang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi laki-laki. Sistem patriarki hidup dalam realita sehari-hari, baik kelas bawah, di rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris Perserikatan Bangsa-bangsa Majelis Umum Distr.: Terbatas 15 Oktober 2004 A/C.3/59/L.25 Asli: Bahasa Inggris Sidang kelimapuluhsembilan Komisi Ketiga Agenda urutan 98 Pemajuan wanita Australia, Austria,

Lebih terperinci

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDGs dirumuskan pada tahun 2000, Instruksi Presiden 10 tahun kemudian (Inpres No.3 tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan MDGs) Lesson Learnt:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2014 KPP & PA. Sistem Data Gender Dan Anak. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN. Ir. Suyatno, MKes

PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN. Ir. Suyatno, MKes PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN Ir. Suyatno, MKes Office : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudarto, SH, Tembalang Semarang Selatan Contact : Hp. 08122815730, pin 2A031535

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/MPP- PA/D-III/07/2011 NOMOR : B/22/VII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan telah terpengaruh oleh HIV sejak awal epidemi terjadi dan dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). Secara global HIV dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian pertama yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis adalah tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict Transformation:

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian dari kemajemukan identitas perempuan adalah identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu BAB IV KESIMPULAN IV.1. Kesimpulan Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu HIV/AIDS, Acquired Immunodeficiency Syndrome yang pertama kali dikenal dan disadari keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penghapusan diskriminasi gender dan pencapaian keadilan gender merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penghapusan diskriminasi gender dan pencapaian keadilan gender merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penghapusan diskriminasi gender dan pencapaian keadilan gender merupakan salah satu dari Millenium Development Goal (MDG) yang tertuang dalam United Nations

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK A. KONDISI UMUM Dalam rangka mewujudkan persamaan di depan hukum, penghapusan praktik diskriminasi terus menerus dilakukan, namun tindakan pembedaan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA PELAYANAN TERPADU KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2014 KEMENPPA. Pengarusutamaan Gender. Hak Anak. Organisasi Keagamaan. Rencana Aksi Nasional. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2011-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Pentingnya Analisa Kebijakan Kesehatan

Lebih terperinci