ABSTRAKSI Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar dapat bersain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAKSI Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar dapat bersain"

Transkripsi

1 ANALYSIS OF LEADING SECTOR IN ECONOMIC STRUCTURE OF PROVINCIAL MALUKU 2007 (MODEL ANALYSIS OF INPUT OUTPUT) Rio Riswandi Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University Keywords: backward linkages, forward linkages and leading sectors ABSTRACTION In the era of globalization and free trade, Indonesia is expected to be ready to compete with other countries. To be able to compete with other countries, before Indonesia must establish in advance the economy have been crippled due to a prolonged multi-dimensional crisis. Strong economic fundamentals can be done by increasing economic development. One of the foundations of analysis used for planning and evaluation needs of economic development is the result of Input- Output Table (Table IO). The purpose of this study is to analyze what sectors to be the leading sectors in Maluku Province and its role in the economy Maluku Province. The method used in this research analysis model Input-Output (IO analysis), using some analysis by an analysis of the creation of economic output, the analysis of Gross Value Added (GVA), index analysis, backward and forward linkages. The data used is the IO table of Maluku Province in 2007 with 60 sectors of the classification obtained from the Central Statistics Agency, Maluku Province. From the results of data analysis shows that the leading sectors ranked according to the ranking of output and value added of wholesale and retail traders. While having the highest spreading power is the industrial sector of cloth goods from timber and other forest products. Sector has the highest sensitivity index value of the retail sector wholesalers. While the sector in Maluku Province there is only one of the leading sectors of the plywood industry

2 ABSTRAKSI Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar dapat bersaing dengan negara-negara lain, sebelumnya Indonesia harus memantapkan terlebih dahulu perekonomian yang digoncang akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan. Fundamental perekonomian yang kuat dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi. Salah satu landasan analisis yang digunakan untuk kebutuhan perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan ekonomi yaitu Tabel Input- Output (Tabel I-O). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku dan peranannya dalam perekonomian nasioanal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Analisis Input-Output (Analisis I-O), dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis penciptaan output perekonomian, analisis Nilai Tambah Bruto (NTB),analisis indeks keterkaitan kebelakang dan ke depan. Data yang digunakan yaitu tabel I-O Provinsi Maluku tahun 2007 dengan klasifikasi 60 sektor yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa menjadi sektor unggulan menurut peringkat output dan peringkat nilai tambah yaitu pedagang besar dan eceran. Sedangkan memiliki daya penyebaran tertinggi adalah sektor industry barang kain dari kayu dan hasil hutan lainnya. Sektor yang mempunyai nilai indeks kepekaan tertinggi yaitu sektor pedagang besar eceran. Sedangkan yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku terdapat hanya satu sektor unggulan yaitu industri kayu lapis. Kata Kunci : backward linkage, forward linkage dan leading sectors PENDAHULUAN Dengan memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas (Free Trade), Indonesia diharuskan untuk siap bersaing dengan negara lain terutama dalam sektor perekonomuan. Agar dapat memiliki daya bersaing dengan negara-negara lain, Indonesia harus dituntut untuk dapat memantapkan terlebih dahulu perekonomian yang digoncang akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan. Dengan dasar fundamental perekonomian yang kuat, maka pemerintah dapat memiliki struktur perekonomian yang kompeten dan stabil terhadap perekonomian global untuk menghadapi era globalisasi. Fundamental perekonomian yang kuat dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan kehidupan yang lebih baik melalui upaya yang terencana sehingga perubahan itu dapat terlaksana. Menurut para ahli ekonomi pembangunan ekonomi secara nasional bukan hanya meliputi perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi secara nasional tidak bisa terlepas dari pembangunan ekonomi secara regional. Pada hakekatnya pembangunan regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang sesuai dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Pada kenyataannya pembangunan ekonomi Indonesia secara regional hanya berpusat pada Indonesia bagian barat saja khususnya pada daerah ibu kota DKI Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun pada hakikatnya pembangunan regional suatu negara idealnya harus dilakukan oleh semua wilayah-wilayah regional, sehingga dapat menghasilkan suatu struktur perekonomian negara Indonesia yang kompeten dan stabil yang dapat bersaing dalam era glebalisasi.

3 Selain wilayah bagian barat, wilayah bagian timur Indonesia merupakan salah satu wilayah regional yang mempunya potensi tinggi terutama dari sumber daya alam yang dimiliki baik dari segi hutan, kelautan, dan kekayaan alam lainnya. Salah satu regional Indonesia bagian timur adalah Provinsi Maluku yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dan masa kejayaan sebelum krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Selain itu Provinsi Maluku juga mempunyai kontribusi yang signifikan dalam perannya membangun struktur perekonomian Indonesia. Sehingga saat ini Provinsi Maluku merupakan salah satu kategori save our nation yang dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam mengembalikan kejayaan Provinsi Maluku yang dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Konsep kawasan sebagai suatu pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di beragai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, dimana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (primer mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar. Penetapan suatu daerah menjadi suatu kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengambil masalah Analisis Sektor Unggulan Dalam Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 (Model Analisis Input Output) Pemanfaatan sektor-sektor yang dimiliki daerah yang dikelola secara sinergi dapat berperan dalam meningkatkan struktur perekonomian daerah. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan permasalahan adalah a. Berapa kontribusi sektor produksi dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007? b. Seberapa besar keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi dalam perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007? c. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007? Dengan penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa masalah. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai sektor apa saja yang menjadi unggulan Provinsi Maluku. Namun perlu kita ketahui bahwa pembuatan dan publikasi Tabel Input Output tidak mempunyai periode tertentu dan Tabel Input output Provinsi Maluku tahun 2007 adalah kurun waktu terdekat sehingga penulis membatasi penelitiannya yaitu pada Tabel Input Output Provinsi

4 Maluku Tahun Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian dalalam menganalisis dan membandingkan sektor unggulan dalam perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007 yaitu a. Untuk mengetahui berapa kontribusi sektor produksi dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 b. Untuk menghitung tingkat keterkaitan antara berbagai sektor kegiatan ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai kontribusi suatu sektor terhadap perekonomian secara keseluruhan c. Untuk mengetahui sektor-sekor unggulan dalam perekonomian Provinsi Maluku. Dengan dilakukannya penelitian mengenai analisis sektor unggulan dalam struktur perekonomian Maluku peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang sektor unggulan provinsi Maluku dengan menggunakan model analisis Input Output. Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi pembuat kebijaksanaan dalam menyusun strategi pembangunan Provinsi Maluku serta penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data bagi penelitian selanjutnya. TELAAH PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan konsep yang meliputi pengertian yang lebih luas dari konsep pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk mengubah suatu perekonomian yang kurang maju, sangat tradisional dan berpendapata rendah menjadi suatu perekonomian yang modern yag mencapai taraf kemakmuran yang tinggi. Pembangunan ekonomi hanya akan tercapai apabila pendapatan perkapita masyarakat terus menerus bertambah pada tingkat yang cukup cepat. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value added ) yang terjadi. Menurut Boediono (1985:1), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Pengertian Analisis Input-Output Analisis input-output adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Pengertian Tabel Input-Output Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Besarnya ketergantungan suatu sektor tertentu terhadap sektor yang lain ditentukan oleh input yang digunakan dalam proses produksi maupun besarnya output yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan

5 antara dan permintaan akhir. Dengan demikian pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai apabila tidak di dukung oleh sektor lain. Sebagai uraian statistik yang berkaitan dengan masukan dan keluaran sektor-sektor ekonomi, Tabel Input- Output dapat memberi gambaran tentang struktur perekonomian yang mencakup struktur input, struktur output dan nilai tambah, struktur penyediaan barang dan jasa, permintaan, ekspor, dan impor dari setiap sektor. METODE PENELITIAN Data / Variabel Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung dari objek penelitian tetapi data tersebut diperoleh melalui sumber lain, seperti buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan yaitu Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun 2007 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Alat Analisis Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas ratarata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor I sama dengan ratarata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Analisis Sektor Unggulan Berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan, sektor-sektor produksi pada perekonomian : a. Kelompok I (K I) adalah sektor yang mempunyai derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi (di atas rata-rata) b. Kelompok II (K II) adalah sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi (di atas rata-rata) namun daya penyebarannya rendah (di bawah rata-rata) c. Kelompok III (K III) adalah sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi ( di atas rata-rata) namun derajat kepekaannya rendah (di bawah rata-rata) ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Struktur Permintaan dan Penawaran Pada tahun 2007, permintaan barang dan jasa di Provinsi Maluku mencapai 9,09 triliun rupiah. Dari total permintaan tersebut sebagian besar (59,87%) merupakan permintaan oleh konsumen akhir domestik dan sebesar 1,79 triliun rupiah atau sebesar 19,67% untuk memenuhi permintaan oleh konsumen luar

6 wilayah Provinsi Maluku atau di ekspor, sisanya sebesar 1,86 triliun rupiah atau sebesar 20,46% merupakan permintaan oleh sektor-sektor produksi untuk kebutuhan kegiatan produksi di provinsi Maluku. Untuk memenuhi permintaan barang dan jasa tersebut, Provinsi Maluku memenuhi produksi domestik sebesar 7,36 triliun rupiah atau sebesar 80,91%, sedangkan sisanya 19,09% harus diimpor dari luar wilayah Provinsi Maluku. Pengamatan terhadap struktur permintaan dan penawaran untuk setiap sektornya, memperlihatkan bahwa kelompok sektor pertanian dari sisi penawaranya yang berjumlah 2,36 triliun rupiah sebesar 96,87% mampu disediakan dari produksi domestik, dan hanya sebesar 3,13% lainnya berasal dari luar wilayah. Dari jumlah penawaran tersebut sebagian kecil (14,90%) dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara, 43,73% untuk konsumsi domestik, dan sisanya sebesar 41,37% untuk ekspor. Dari komposisi penawarannya dapat dikatakan bahwa untuk produk-produk pertanian ketergantungan Provinsi Maluku. Sedangkan dari komposisi permintaannya, produksi hasil pertanian di Maluku secara hampir merata dialokasikan untuk memenuhi konsumsi domestik dan ekspor, hanya sebagian kecil yang diproses lebih lanjut untuk kegiatan produksi. Sektor pertanian yang dominan di Provinsi Maluku adalah sektor perikanan, dimana sektor ini sebagian besar permintaannya digunakan untuk konsumsi domestik dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan sebagai input industri makanan. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan produksi di Provinsi Maluku hanya menggunakan sedikit bahan baku dari sektor pertanian (kurang dari 15%), sebagian besar permintaannya untuk memenuhi permintaan dari luar Provinsi Maluku. Pada sektor pertambangan dan penggalian, penawaran yang ada sebesar 0,54 triliun rupiah mampu disediakan/diproduksi seluruhnya di domestik. Dari jumlah penawaran yang ada, sebesar 0,15 triliun rupiah atau sebesar 29,11% dialokasikan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan produksi di Provinsi Maluku dan 39,15% untuk memenuhi kebutuhan domestik dan sisanya 31,47% untuk memenuhi permintaan dari luar Probinsi Maluku atau di ekspor. Pada sektor industri Jumlah barang-barang hasil industri yang diminta dalam perekonomian Maluku mencapai 2,34 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut, untuk memenuhi permintaan di sektor-sektor produksi mencapai 0,76 triliun rupiah (32,61%), konsumsi domestik sebesar 1,21 triliun rupiah (51,90%) dan ekspor sebesar 0,36 triliun rupiah (15,49%). Untuk memenuhi permintaan tersebut, sebesar 67,86% barang dan jasa harus didatangkan dari luar wilayah Provinsi Maluku dan sisanya sebesar 32,14% yang diproduksi di Maluku. Besarnya nilai impor tersebut memberikan indikasi bahwa sektor industri pengolahan di Maluku mempunyai ketergantungan terhadap wilayah lain cukup tinggi. Struktur Output Tabel :Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Provinsi Maluku 2007 No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) Kontribusi (%) 1 44 Perdagangan Besar dan Eceran ,31 21,65

7 2 21 Perikanan ,21 15, Pemerintahan Umum dan Pertahanan ,35 12, Bangunan ,71 3, Angkutan Air ,90 3, Industri Penggerajinan Kayu ,00 3, Angkutan Udara ,71 2, Cengkih ,67 2, Angkutan Darat ,70 2, Sewa Bangunan ,21 2,79 Lainnya ,31 28,41 Jumlah , Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Struktur Nilai Tambah Bruto Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto Provinsi Maluku 2007 No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) Kontribusi (%) 1 44 Perdagangan Besar dan Eceran ,93 22, Perikanan ,78 16, Pemerintahan Umum dan Pertahanan ,80 15, Ubi Kayu ,56 3, Cengkih ,63 3, Sewa Bangunan ,14 2, Angkutan Darat ,52 2, Angkutan Air ,27 2, Angkutan Udara ,21 2, Kelapa ,43 2,5 Lainnya ,93 26,08 Jumlah , Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang (Backward Lingkages) Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang No Kode Uraian Sektor Keterkaitan Ke Belakang 1 35 Industri Barang Kain dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1, Industri Kayu Lapis 1, Bangunan 1, Industri Kerang-Kerangan 1, Industri Pengerajinan Kayu 1, Industri Minyak Hewan dan Nabati 1, Industri Penggilingan Padi 1, Industri Kain Tenun 1, Indutri Makanan dan Minuman Lainnya 1, Industri Biskuit dan Sejenisnya 1,1806 Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan (Forward Lingkages) Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Analisis Indeks Keterkaitan

8 Ke Depan No Kode Uraian Sektor Keterkaitan Ke Depan 1 44 Pedagang Besar Eceran 3, Kayu Gelondongan 1, Pertambangan 1, Kelapa 1, Industri Kayu Lapis 1, Padi 1, Bangunan 1, Angkutan Udara 1, Angkutan Darat 1, Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 1,1314 Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Sektor Unggulan a. Industri Kayu Lapis Industri Kayu Lapis mempunyai daya penyebaran (keterkaitan kebelakang) tertinggi yaitu 1,3429 hal ini menunjukan bahwa kenaikan 1 unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lainnya (termasuk sektornya sendiri) secara keseluruhan, artinya jika dilihat dari kenaikan output berdasarkan keterkaitan kebelakang industry kayu lapis juga ikut meningkatkan output sektor produksi lainnya yang cukup signifikan diantaranya adalah sektor ubi kayu, sektor kayu gelondongan, industri pengilangan minyak bumi, industri kayu lapis, industri penggergajian kayu, pedagang pasar eceran, restoran, angkutan air dan angkutan udara. Selanjutnya sektor industri kayu lapis mempunyai nilai derajat kepekaan (keterkaitan keedepan) sebesar 1,3007, hal ini menunjukan bahwa kenaikan 1 unit output sektor tersebut dipengaruhi oleh naiknya output sektor lainnya yang cukup signifikan (termasuk sektornya sendiri) secara keseluruhan adapun sektor-sektor yang ikut terkait deng nilai keterkaitan kedepan dari sektor industri kayu lapis adalah ubi kayu, industri kayu tenun, industri kayu tenun, barang dari kulit dan alas kaki, indutri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya, industry kertas dan barang cetakan, listrik, air besih, bangunan dan sewa bangunan. Dilihat dari model interaksi lintas sektor proses pembangunan negara Indonesia dalam produksi outputnya, masing-masing sektor membutuhkan input dari sektor lain. Sektor industri kayu lapis untuk menghasilkan outputnya, sektor ini membutuhkan input antara sebesar Rp juta. Dengan nilai output sebesar Rp juta. Yang didapat dari Tabel Input Output Transaksi Domestik Atas Harga Produsen pada kolom sektor 33 (Industri Kayu Lapis) dan pada kode baris 190 (Input Antara) dan kolom 600 (Jumlah Output) terlampir pada tabel hal (I). Dengan demikian sektor industri kayu lapis menghasilkan selisish sebesar Rp juta, sehingga selisih tersebut adalah surplus produksi dari input antara dan output yang dihasilkan. Hal ini menunjukan bahwa sektor industri kayu lapis secara ekonomi telah melewati titik impas dari input antara sebesar Rp juta. Jadi sektor industri kayu lapis selain menjadi sektor unggulan Provinsi Maluku juga menjadi sektor produksi yang baik dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat meningkatkan sektor-sektor lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN

9 Kesimpulan Berdasarkan struktur permintaan dan penawaran terlihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan perekonomian Maluku, baik untuk memenuhi kebutuhan di sektor-sektor ekonomi maupun konsumsi akhir hampir seluruhnya mampu disediaan oleh produksi domestik (80,84%) dan hanya 19,16% yang didatangkan dari wilayah lain. Berdasarkan hasil indeks keterkaitan ke belakang dan indeks keterkaitan ke depan terlihat bahwa sektor unggulan Provinsi Maluku Pada tahun 2007 terlihat bahwa kontribusi terbesar dalam kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya dan hilirnya adalah sektor Industri Kayu Lapis. Dengan nilai keterkaitan hulu sebesar 1,3429 dan keterkaitan hilir sebesar 1,3007 Berdasarkan hasil analisis indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan dapat dihasilkan sektor unggulan Provinsi Maluku adalah sektor industri kayu lapis dengan input antara sebesar Rp juta untuk menghasilkan output sebesar Rp juta, didapat selisish Rp juta, sehingga menunjukan bahwa selisish tersebut adalah surplus produksi yang menjadikan industri kayu lapis sebagai industri dengan nilai statistik dan ekonomi yang baik yang dapat meningkatkan sektor-sektor ekonomi lainnya dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku. Saran Maluku adalah provinsi yang terletak di timur Indonesia yang mempunyai banyak kekayaan alam. Provinsi Maluku juga memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk menopang perekonomian nasional. Terutama dari sektor unggulan provinsi tersebut seperti Sektor Industri Kayu Lapis. Disarankan, investasi lebih dikembangkan pada sektor-sektor unggulan tersebut, pemerintah diharapkan untuk memfokuskan terhadap pengembangan keempat sektor tersebut, dengan tidak mengabaikan sektor lainnya. Karena pengembangan terhadap sektorsektor unggulan tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor lain dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomian nasional di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Anonim Analisis lanjutan Tabel Input-Output DKI Jakarta : Tinjauan Perekonomian. Badan Pusat Statistik : DKI Jakarta Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. Badan PusatStatistik: DKI Jakarta Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun Badan Pusat Statistik: Indonesia. Arsyad, Lincoln Ekonomi Pemba yaran. Bagian Penerbitan STIE YKPN :Yogyakarta. Boediono Teori Pertumbuhan Ek onomi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Desi Novita Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara (Pendekatan Analisis I-O). Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Didit Purnomo,. Devi Istiqomah Analisis Peranan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan Tahun 2004 (Analisis Input-

10 Output). Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Dumairy Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE Yogyakarta.Yogyakarta Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta. Euphrasia Susi Suhendra Analisis Struktur Sektor Pertanian Indonesia (Analisis Model Input Output). Lembaga Penerbit Universitas Gunadarma. Fatimah Nurhayati Siti Analisis Penetuan Spesialisasi Sektor di Kabupaten Boyolali Dalam Menghadapi Implementasi Otonomi Daerah: Masa Krisis Ekonomi Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Firmansyah Operasi Matrik dan Analisis Input Output (I-O) Untuk Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang Hartono Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta. Jhingan, M.L Beberapa Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah. Rajawali Press. Jakarta. Kamaluddin, R Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah. LPFE-UI. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Made Antara Keterkaitan Usaha Kecil Sektor Pariwisata Dengan Sektor- Sektor Ekonomi Lainnya Di Provinsi Bali : Suatu Pendekatan Model Input-Output. BPFEP Universitas Udayana Bali. Bali. Marsuki Efektifitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi Unggulan Di Sulawesi Selatan. Miller, Ronald E, dan Peter H. Blair Input Output Analysis: Foundation and Extensions, Prentice Hall. New Jersey. Mohammad Abdul Mukhyi. Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat (Pendekatan Analisis IRIO). Universitas Gunadarma. Nazara, Suahasil Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Pengantar Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Setiawan Santoso Analisis Peranan Sektor Jasa Perbankan Terhadap Perekonomian Di Jakarta Tahun 2000 (Analisis Input Output). Tambunan, Tulus, Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Ghalis. Jaka rta. Tarigan, Robinson Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi 263 Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi Kode Nama Sektor 1 Padi 2 Jagung 3 Ubi Kayu 4 Ubi-Ubian Lainnya 5 Kacang-kacangan 6 Sayuran dataran ttinggi 7 Sayuran dataran rendah 8 Jeruk 9 Pisang 10 Buah-buahan

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 137-155 ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Didit Purnomo

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki

7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki VII. KONEKTIVITAS SEKTOR-SEKTOR EKONOMI UNGGULAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 7.1. Potensi Lokal Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara 69 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) KETERKAITAN ANTAR SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN DI INDONESIA Dyah Hapsari Amalina S. 1 dan Alla Asmara 2 1 Alumni Departemen

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output)

Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) 1 Analisis Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Model Input Output) Analysis of Service Sector Contribution to the Economy of East Java Province by Inputoutput Analysis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 2 (1) (2013) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH Nevita Sari Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT)

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT) PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT) Herlina, Azwar Harahap, dan Deny Setiawan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE AGROINDUSTRY SECTOR TO ECONOMY OF KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Andry Kurniawan Saputra kost31_project@yahoo.co.id Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id Abstract Tourism is the dominant

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Maluku, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

IX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Maluku, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: IX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan kawasan sentra produksi dalam meningkatkan perekonomian wilayah kepulauan Provinsi Maluku,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Fitriadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Abstract Economic structure of the province of East Kalimantan, tend not to change because it is still

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input Output)

Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input Output) 1 Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Pendekatan Analisis Input Output) The Impact Of Agricultural Sector Investment On The Economic Of East Java (Input Output

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur. The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java

Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur. The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java 1 Peran dan Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan di Jawa Timur The Role Strategy of Development the Trade Sector in East Java Isrotin Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG

KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG 1 Konstribusi Nilai Ekonomi Pengembangan Kawasan Rawapening KONTRIBUSI NILAI EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG SRI SUBANTI 1, ZAINI ROHMAD 2, DAN ARIF RAHMAN HAKIM 3 1Fakultas

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592

PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Wilayah Jawa Timur dengan Menggunakan Analisa Input-Output (Kata Kunci: Analisis Input-Output, Sektor Perekonomian, Jawa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE LIVESTOK AND FISHERY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE Christina Hani Putri 1 Surya Dewi Rustariyuni Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 83 90. ANALISIS INPUT OUTPUT SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEONTIF

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN SEKTOR EKONOMI DI JAWA TENGAH ABSTRAK

ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN SEKTOR EKONOMI DI JAWA TENGAH ABSTRAK ANALISIS DAYA PENYEBARAN DAN DERAJAT KEPEKAAN SEKTOR EKONOMI DI JAWA TENGAH Abednego Dwi Septiadi 1, Muliasari Pinilih 2, dan Intan Shaferi 3 1,2 Program Studi Sistem Informasi 3 Jurusan Manajemen STMIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE AGROINDUSTRY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT STRUCTURE Pradita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN 7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan output, peningkatan

Lebih terperinci

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT.

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT. Oleh: Fajar Budi S (2505100127) Dosen Pembimbing I : Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Dosen Pembimbing II : Naning Arianti W., ST. MT. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,no 7 April 2013 Analisis Tipologi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis dan Non Basis dalam Perekonomian Propinsi Jambi Emilia,

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 APLIKASI MODEL STATIC DAN DYNAMIC LOCATION QUOTIENTS DAN SHIFT-SHARE DALAM PERENCANAAN EKONOMI REGIONAL (Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2011-2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT) Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 1, April 2017 ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (ANALISIS INPUT OUPUT) Retno Febriyastuti Widyawati Alumnus Program

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 26 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat Analisis PDRB Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: PDRB Kota Jambi Bappeda Kota Jambi, 17 Desember 2015 Pendahuluan Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012... 3 Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

KEUNGGULAN DAN SPESIALISASI EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN (PENDEKATAN MODEL SHIFT-SHARE ESTEBAN MARQUILLAS)

KEUNGGULAN DAN SPESIALISASI EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN (PENDEKATAN MODEL SHIFT-SHARE ESTEBAN MARQUILLAS) EKO-REGIONAL, Vol. 6, No.2, September 2011 KEUNGGULAN DAN SPESIALISASI EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2000-2009 (PENDEKATAN MODEL SHIFT-SHARE ESTEBAN MARQUILLAS) Oleh: Lio Andi Prasetia 1),

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN YANG BERDAYA SAING EKSPOR (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN YANG BERDAYA SAING EKSPOR (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) ANALISIS SEKTOR UNGGULAN YANG BERDAYA SAING EKSPOR (Studi Kasus Di Kota Bandung Tahun 2008) Adriana Gumbira 093401010 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI MALUKU Darwis Amin Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ambon Jln. Dr. H.Tarmizi Taher Kebun Cengkeh Batu Merah Ambon ABSTRACT This research aims to analyze

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan

Lebih terperinci