Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS"

Transkripsi

1 PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN METODA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang) 1) Saparudin, 1) Ria A.A. Soemitro dan 1) Ervina Ahyudanari 1) Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Kegiatan peningkatan jalan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang dilakukan bagi jalan yang telah mencapai kondisi rusak ringan dan rusak berat. Dengan keterbatasan anggran dana maka kegiatan peningkatan jalan tidak dapat dilaksanakan sekaligus untuk semua ruas jalan yang ada setiap tahunnya. Untuk itulah perlu dilakukan suatu penelitian tentang metoda penentuan urutan prioritas terhadap ruas-ruas jalan yang akan dilakukan kegiatan peningkatan. Penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah dan kondisi eksisting, pengumpulan data, serta analisa dan pembahasan, dengan jumlah ruas jalan penelitian sebanyak 43 ruas jalan yang masuk dalam Program Peningkatan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Tahun Proses penelitian ini dilakukan tiga tahapan utama yaitu penentuan kriteria dan perhitungan nilai kriteria, penyusunan model hirarki dan analisa multi kriteria, serta penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan. Urutan priortias usulan ditentunkan berdasarkan peringkat dari besarnya nilai manfaat yang diperoleh dari jumlah perkalian nilai kriteria dengan bobot kriteria untuk setiap ruas jalan penelitian. Adapun kriteria yang digunakan berdasarkan bobot tingkat kepentingan yang diperoleh dengan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah kriteria kondisi ruas jalan (21,06%), Lalu Lintas Harian Rata -rata (LHR) (17,36), potensi ekonomi komoditi unggulan (15,04%), manfaat pemakai jalan (13.36%), t rayek angkutan umum (9,37%), jumlah penduduk pengguna ruas jalan (5,63%), peranserta masyarakat (3,86%), usulan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) (3,70%), aksesibilitas (3,68%), hirarki jalan (3,63%), dan jumlah fasilitas umum (3,30%). Hasil urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan dengan metoda pembangunan daerah ini terdapat 21 ruas jalan. Tiga urutan prioritas usulan pertama berdasarkan jumlah manfaat adalah ruas jalan Bukit Intan II (67,57), Kampung Bintang Luar (66,98) dan Lembawai I (58,39). Berdasarkan hasil evaluasi dinyatakan bahwa hasil urutan prioritas usulan dengan metoda pembangunan daerah dinilai lebih baik karena kriteria yang digunakan lebih lengkap, dapat mengetahui bobot tingkat kepentingan dari kriteria, mampu merumuskan priortias dalam kondisi lapangan yang kompleks, bersifat berkelanjutan, tepat sasaran dan sesuai dengan azas pemerataan pembangunan daerah. Kata kunci : urutan prioritas, peningkatan jalan, pembangunan daerah PENDAHULUAN Pemeliharaan jaringan jalan yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang mengakibatkan kondisi jalan tersebut tidak dapat mencapai umur rencana. Selain

2 itu juga pemeliharaan jalan dilakukan sering tidak tepat sasaran, dimana di dalam menentukan prioritas ruas jalan yang akan mendapat kegiatan pemeliharaan jaringan jalan tidak berdasarkan prioritas tertentu. Pemeliharaan dari masing-masing kondisi jalan (baik, sedang, rusak ringan, rusak berat) ini harus memerlukan program yang tepat, sehingga nantinya kondisi jalan tersebut sesuai dengan umur rencana dan pada kondisi jalan mantap dengan tetap mengacu kepada peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan kendala yang dihadapi Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang adalah keterbatasan dana yang mengakibatkan tidak memungkinkannya pemeliharaan jaringan jalan dapat dilakukan sekaligus secara bersamaan untuk semua ruas-ruas jalan kota pada setiap tahun anggaran. Selain itu juga di dalam membuat urutan prioritas usulan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang tidak disusun berdasarkan prioritas tertentu. Tidak ada metode yang khusus yang digunakan dalam menentukan prioritas usulan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan, sehingga sering kali kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang diusulkan tidak tepat sasaran. Perlunya suatu metode khusus di dalam menentukan urutan prioritas usulan pemeliharaan jaringan jalan yaitu suatu metode yang lebih mengarah kepada tujuan dan sasaran dari pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan daerah didasarkan pada visi dan misi yang telah dirancang, dibuat dan disepakati bersama sesuai dengan kondisi, potensi serta permasalahan yang ada di daerah untuk masa yang akan datang khususnya Kota Pangkalpinang. DASAR TEORI Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan). Menurut PP RI No.26 Tahun 1985 tentang Jalan, pemeliharaan jaringan jalan dimaksudkan untuk kondisi jalan beserta kelengkapannya agar dapat berfungsi melayani pergerakan lalu lintas pada tingkat kecepatan, keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan oleh pemakai jalan. Sedangkan Kegiatan peningkatan jalan merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau kritis, agar ruas jalan mempunyai kondisi pelayanan mantap sesuai umur rencana yang ditetapkan. Renstrada merupakan dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan yang memberikan arah kebijakan serta pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah menuju suatu sistem pembangunan yang sistematis, terukur serta berkelanjutan. Untuk mewujudkan konsep pelaksanaan pembangunan daerah ini maka disusunlah beberapa tujuan dan sasaran sebagai penjabaran dari visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu analisa multi kriteria yang sering dipakai adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty (1988) yang dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Model AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan infut utamanya persepsi manusia. Adapun prinsip-prinsip dari metode AHP adalah kesatuan, kompleksitas, saling ketergantungan, pengulangan proses, penilaian dan konsesus, tawar menawar, penyusunan hierarki, pengukuran, sintesis dan konsistensi (Saaty, 1993). D-2-2

3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan utama, yaitu penentuan kriteria dan perhitungan nilai kriteria, penyusunan model hirarki dan analisa multi kriteria, dan penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan, dengan jumlah ruas jalan penelitian sebanyak 43 ruas jalan kota. Dalam penelitian ini, metode analisa multi kriteria yang dipakai untuk menentukan bobot tingkat kepentingan dari msing-masing kriteria adalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penentuan Kriteria dan Perhitungan Kriteria Penentuan dan penyusunan kriteria pada metoda pembangunan daerah ini berdasarkan rumusan dari tujuan dan sasaran pada visi dan misi yang tercantum dalam dokumen pembangunan daerah berupa Renstrada (Rencana Strategis Daerah) Kota Pangkalpinang, yang didalamnya terdapat kriteria yang digunakan pada kondisi eksisting dan juga kriteria yang digunakan pada penelitian terdahulu (Setiawan Siregar, 2004). Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai untuk masing-masing kriteria berdasarkan data sekunder dan hasil survei lapangan. Penyusunan Model Hirarki dan Analisa Multi Kriteria Penyusunan model hirarki terdiri dari tiga level yaitu : 1. Level I (Tujuan) Tujuannya adalah menentukan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan pada ruas jalan kota di Kota Pangkalpinang dengan menggunakan metoda pembangunan daerah. 2. Level II (Kriteria) Kriteria-kriteria yang digunakan adalah berdasarkan hasil rumusan terhadap dokumen pembangunan daerah dan selanjutnya dilakukan survei kuesioner responden untuk mendapatkan nilai bobot tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria serta akan mempengaruhi tujuan dengan bobot yang berbeda. 3. Level III (Penentuan Alternatif) Alternatif yang digunakan pada level III adalah ruas jalan kota yang masuk ke dalam program peningkatan jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Tahun 2003 yaitu sebanyak 43 ruas jalan kota dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat. Analisa multi kriteria adalah analisa yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan menggunakan metode penilaian dan pembobotan terhadap beberapa kriteria yang mempengaruhi pengambil keputusan dalam membuat keputusan. Pengambil keputusan yang merupakan responden pada metoda pembangunan daerah ini adalah Tim Pembahas di Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang sebanyak delapan orang serta Tim Penyusun/Pembahas APBD Kota Pangkalpinang, dalam hal ini Tim Anggaran Kelompok Teknis Belanja Pelayanan Publik, jenis Belanja Modal sebanyak sembilan orang. Penentuan Urutan Prioritas Usulan Kegiatan Peningkatan Jalan Adapun langkah-langkah dalam menentukan urutan prioritas usulan sebagai berikut : 1. dari masing-masing kriteria terlebih dahulu dijadikan skala, karena masingmasing nilai mempunyai satuan yang berbeda. Pemberian skala dengan membagi jumlah nilai masing-masing dengan nilai tertinggi dari salah satu ruas jalan yang D-2-3

4 diteliti. 2. Skala tersebut dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria yang telah diperoleh dan ditetapkan dari proses analisa multi kriteria dan kemudian akan menghasilkan nilai. 3. masing-masing kriteria ini (point 2) dijumlahkan berdasarkan ruas -ruas jalan yang diteliti dan hasilnya disebut dengan jumlah keuntungan (manfaat). Untuk menentukan peringkat adalah dengan cara melihat nilai jumlah keuntungan mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil. Jumlah nilai terbesar/tertinggi merupakan peringkat prioritas teratas dan yang terendah meruapakan peringkat prioritas terakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penentuan kriteria yang akan digunakan harus mengacu pada rumusan dari dokumen pembangunan daerah yaitu dokumen Renstrada. Hasil dari penentuan kriteria dan perhitungan nilai masing-masing kriteria yang digunakan pada metoda pembangunan daerah untuk setiap ruas jalan penelitian dapat dilihat pada Tabel. 4. Berikut adalah nilai terbesar dari masing-masing kriteria pada ruas jalan penelitian adalah: 1. Kriteria potensi ekonomi komoditi unggulan Kriteria potensi ekonomi dari hasil komoditi unggulan (PK) merupakan nilai dari tingkat penerimaan masyarakat yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari hasil produksi komoditi yang ada di wilayah ruas jalan penelitian. 2. Kriteria manfaat pemakai jalan Kriteria manfaat pemakai jalan (PJ) berupa penghematan biaya operasional kendaraan (BOK) dan nilai waktu kendaraan yaitu selisih sebelum dengan sesudah adanya kegiatan peningkatan jalan. Dari kedua kriteria diatas, kemudian dihitung analisa kelayakan manfaat ekonomi dengan nilai terbesar terdapat pada ruas jalan Lembawai I (105) yaitu sebesar Rp 4.260,91 juta (Tabel. 4). 3. Kriteria jumlah penduduk pengguna jalan Merupakan penduduk yang secara aktif menggunakan ruas jalan penelitian yang dihitung berdasarkan jumlah LHR dan jumlah penumpang untuk masing-masing jenis kendaraan. Jumlah penduduk pengguna ruas jalan (JP) terbesar terdapat pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) yaitu sebesar jiwa. 4. Kriteria jumlah fasilitas umum Kriteria jumlah fasilitas umum (FU) yang diperhitungkan antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan, tempat peribadatan, kantor pemerintahan dan pasar yang ada disepanjang ruas jalan penelitian. Jumlah fasilitas umum terbesar terdapat pada ruas jalan Tembus Bukit Merapin (175) yaitu sebanyak delapan buah. 5. Kriteria peranserta masyarakat Kriteria peranserta masyarakat (PM) adalah keterlibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pemeliharaan jaringan jalan antara lain pekerjaan pembersihan saluran, pekerjaan tebasan bahu jalan dan lahan penduduk yang terkena kegiatan. peranserta masyarakat terbesar terdapat pada ruas jalan Parit Lalang (065) yaitu sebesar Rp , Kriteria usulan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) Kriteria usulan UDKP (UU) adalah usulan penanganan jalan dari masyarakat melalui Unit Daerah Kerja Pembangunan di kecamatan. Usulan UDKP D-2-4

5 terbesar terdapat pada ruas jalan Gang Gardu/Bangka (117) dan Arafuru (147) yaitu sebesar dua. 7. Kriteria kondisi ruas jalan Kriteria kondisi ruas jalan (KJ) berupa nilai tingkat kerusakan pada bagian ruas jalan penelitian. kondisi ruas jalan (KJ) terbesar terdapat pada ruas jalan Gang Gardu/Bangka (117) yaitu sebesar Kriteria lalu lintas harian rata-rata (LHR) Kriteria lalu lintas harian rata-rata (LHR) terbesar terdapat pada ruas Kampung Bintang Luar (005) yaitu sebesar smp. 9. Kriteria hierarki jalan Kriteria hierarki jalan (HJ) merupakan p enilaian letak ruas jalan dan jumlah anak cabang pada ruas jalan penelitian. hierarki jalan terbesar terdapat pada ruas jalan Parit Lalang (065), Pancur (076), Bhakti -Pasir Garam (097), Pabrik Asap (132), Lingkungan Perum Bea Cukai (138) dan Inspeksi Sungai Rangkui (184) yaitu sebesar tujuh. 10. Kriteria trayek angkutan umum Kriteria trayek angkutan umum (TA) merupakan jumlah trayek/rute angkutan umum yang melewati ruas jalan penelitian. Jumlah trayek terbesar terdapat pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) dan Bukit Intan II (112) yaitu sebesar dua buah trayek. 11. Kriteria aksesibilitas Kriteria aksesibilitas (As) merupakan penghematan waktu tempuh ke suatu tempat tujuan. terbesar terdapat pada ruas jalan Merpati (121) yaitu sebesar 23,98 menit. Selanjutnya penyusunan model hierarki penentuan urutan prioritas usulan ini dapat dilihat pada Gambar. 1. Setelah model hirarki ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penyebaran kuisioner kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil jawaban responden pada kuisioner, dilakukanlah penilaian pembobotan tingkat kepentingan kriteria dengan menggunakan metoda AHP. D-2-5

6 URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN BERDASARKAN METODA PEMBANGUNAN DAERAH A B C D E F G H I J K PROGRAM PENINGKATAN JALAN 2003 Nomor Ruas Jalan : (005) (007) (065) (066) (068) (074) (076) (078) (088) (089) (097) (102) (105) (108) (109) (111) (112) (117) (119) (120) (121) (122) (123) (125) (131) (132) (138) (147) (149) (152) (153) (155) (157) (158) (160) (175) (184) (186) (187) (192) (208) (218) (271) Keterangan : A = Potensi Ekonomi Komoditi Unggulan (PK) F = Usulan UDKP (UU) K = Aksesibilitas (As) B = Manfaat Pemakai Jalan (PJ) G = Kondisi Ruas Jalan (KJ) C = Jumlah Penduduk Pengguna Jalan (JP) H = Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) D = Jumlah Fasilitas Umum (FU) I = Hirarki Jalan (HJ) E = Peranserta Masyarakat (PM) J = Jumlah Trayek Angkutan Umum (TA) Gambar. 1 Model Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Usulan Kegiatan Peningkatan Jalan Dengan Metoda Pembangunan Daerah Langkah pertama adalah memasukkan nilai matriks yang diperoleh dari hasil jawaban responden pada kuisioner ke dalam matriks perbandingan berpasangan antarkriteria seperti Tabel. 1. Selanjuntnya membuat matriks normalisasi perbandingan berpasangan, dengan membagi semua nilai pada kolom kriteria dengan jumlah dari semua nilai per kolom kriteria (Tabel.2). Tabel. 1 Matriks Perbandingan Berpasangan K R I T E R I A PK PJ JP FU PM UU KJ LHR HJ TA As PK /3 1/ K PJ 1/ / R JP 1/3 1/ /5 1/5 3 1/3 2 I FU 1/5 1/5 1/2 1 1/2 2 1/4 1/5 2 1/2 1/2 T PM 1/5 1/4 1/ /3 1/5 1/7 2 1/5 3 E UU 1/4 1/3 1 1/ /5 1/3 1/3 1/3 2 R KJ I LHR / A HJ 1/5 1/4 1/3 1/2 1/2 3 1/5 1/5 1 1/5 3 TA 1/3 1/ /3 1/ As 1/7 1/4 1/2 2 1/3 1/2 1/3 1/5 1/3 1/3 1 Jumlah Sumber : Hasil Olahan Data Survei D-2-6

7 Tabel. 2 Matriks Normalisasi Perbandingan Berpasangan PK K PJ R JP I FU T PM E UU R KJ I LHR A HJ TA As Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan Dalam pengambilan keputusan, perlu didasarkan atas pertimbangan dengan tingkat konsistensi yang wajar. Pada umumnya nilai rasio konsistensi yang wajar harus kurang dari 10 persen (< 0,10), jika lebih maka perlu dilakukan perbaikan atau survei ulang. Untuk mengukur ada tidaknya penyimpangan dari konsistensi maka perlu dihitung rasio kosistensi (CR) yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Konsistensi (CI) dan Indeks Random (RI). CI dihitung seperti pada Tabel. 3. Tabel. 3 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria (a) = Matrik (b) = max = CI = CR = n = 11 x Bobot (a)/bobot jml(b) / n ( max -n)/(n-1) CI / RI PK PJ JP FU PM UU KJ LHR HJ TA As Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan RI= 1, rasio konsistensi (CR) yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 0,0876 ( CR 0,10 ), maka ini berarti penilaian tingkat kepentingan pada masing - masing kriteria yang digunakan adalah wajar atau konsisten. Kemudian dilakukan penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan dengan menjumlahkan semua nilai manfaat yang didapat dari perkalian antara nilai skala masing-masing kriteria dengan bobot kriteria itu sendiri untuk setiap ruas jalan penelitian. (Tabel. 4). Berdasarkan hasil perhitungan maka ruas jalan penelitian dengan nilai jumlah manfaat terbesar adalah ruas jalan Bukit Intan II (112) sebesar 67,57 dan sekaligus menduduki K R I T E R I A Jumlah Bobot PK PJ JP FU PM UU KJ LHR HJ TA As (jml/n) Rangking D-2-7

8 peringkat prioritas pertama. Prioritas kedua dan ketiga adalah pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) dan Lembawai I (105) dengan nilai jumlah manfaat masing -masing adalah sebesar 66,98 dan 58,39 dan seterusnya. Jika berdasarkan batasan anggaran dana pada kondisi eksisting untuk usulan kegiatan peningkatan jalan Tahun 2004 yaitu sebesar Rp ,00 dengan usulan sebanyak 14 ruas jalan, maka dengan metoda pembangunan daerah ini terdapat 21 ruas jalan yang akan diusulkan untuk kegiatan peningkatan jalan dengan batasan anggaran sebesar Rp ,00. KESIMPULAN 1. Parameter/kriteria yang digunakan lebih lengkap dan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang tertuang dalam Renstrada. 2. Dengan metoda pembangunan daerah dapat mengetahui bobot tingkat kepentingan dari masing masing kriteria yang digunakan. 3. Mampu merumuskan urutan prioritas usulan dengan jumlah ruas jalan yang lebih banyak dan kondisi di lapangan yang sangat kompleks. 4. Hasil penentuan urutan prioritas usulan bersifat berkelanjutan, maksudnya untuk urutan prioritas yang tidak masuk dalam daftar usulan kegiatan peningkatan jalan Tahun 2004 dapat diusulkan langsung untuk usulan pada Tahun 2005 tanpa harus melakukan penelitian atau survei ulang terhadap ruas jalan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim; (2004); Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Jalan ; Jakarta Anonim; (1985); PP RI No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan ; Jakarta Anonim; (2003); Perda Kota Pangkalpinang No. 09 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Kota Pangkalpinang Tahun , Pangkalpinang Anonim; (1996); Laporan Kemajuan Studi Tentang Waktu Masing-masing Jenis Kendaraan ; (LAPI ITB), Bandung Departemen PU, Dirjen Bina Marga; (1994); Kabupaten Road Economic Evaluation Method (KREEM ); Jakarta Departemen Kimpraswil, Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan; (2003); Modul Diseminasi URMS untuk mendukung Pembentukan Pangkalan Data ; PT. Dessi Mecasilvest; Jakarta Grant, EL. W. G. Ireson dan Richard SL; (1996); Dasar-dasar Ekonomi Teknik Jilid I; PT. Rineka Cipta, Jakarta Kodoatie, Robert J, Ph.D; (2003); Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur ; Pustaka Pelajar; Jakarta Saaty, Thomas L; (1993); Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin ; PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta Setiawan Siregar, Agus Rusli; (2005); Evaluasi penentuan urutan prioritas usulan proyek jalan kabupaten di Kabupaten Belitung ; Tesis Program Magister Teknik, Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya D-2-8

9 NO No. Ruas Ruas Jalan Penelitian Nama Ruas Pjg (km) =9xB =12xB =15xB =18xB =21xB =24xB =27xB =30xB =33xB =36xB Kampung Bintang Luar 0,750 Laston RR 1.196,86 2,81 7, ,00 5,63 4 5,00 1, ,57 1,38 1 5,00 1, ,39 15, ,00 17,36 6 8,57 3, ,00 9,37 20,14 8,40 3,09 66, , Kampung Bintang Dalam 0,960 Laston RR -143,84-0,34-0, ,52 3,11 5 6,25 2, ,92 1,51 0 0,00 0, ,39 15, ,76 10,00 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 19,31 8,05 2,96 36, Parit Lalang 1,200 Tapyt RR 904,29 2,12 6, ,62 2,60 6 7,50 2, ,00 3,86 0 0,00 0, ,83 16, ,97 8, ,00 3,63 1 5,00 4,69 16,73 6,98 2,57 50, , Patit Lalang Ujung 2,000 TP/PMA RR 683,92 1,61 4, ,72 2,09 3 3,75 1, ,27 2,42 0 0,00 0, ,39 15, ,96 6,88 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 13,29 5,54 2,04 37, Sinar Bulan 0,340 PMA RR 588,23 1,38 3, ,82 2,15 2 2,50 0, ,96 0,37 0 0,00 0, ,39 15, ,86 6,69 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 18,39 7,67 2,82 39, , Bukit Nyatoh I 0,221 PMA RR 3.129,61 7,34 20, ,53 1,99 3 3,75 1, ,68 1,42 1 5,00 1, ,39 15, ,66 6,35 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 11,66 4,86 1,79 53, , Pancur 1,440 Tapyt/TP RR 334,88 0,79 2, ,32 1,87 7 8,75 2, ,09 3,51 0 0,00 0, ,26 17, ,54 6, ,00 3,63 0 0,00 0,00 7,09 2,96 1,09 38, , Meleset 0,300 PMA RR 285,93 0,67 1, ,64 2,05 0 0,00 0, ,14 1,98 0 0,00 0, ,83 16, ,54 6,15 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 12,56 5,24 1,93 37, SMP V 0,500 PMA RR 147,29 0,35 0, ,80 2,14 3 3,75 1, ,75 1,06 0 0,00 0, ,70 18, ,93 6,82 6 8,57 3,11 0 0,00 0,00 18,29 7,63 2,81 36, Tembus SMP V 1,910 Tanah Puru RR 1.421,12 3,34 9, ,78 2,13 3 3,75 1, ,45 0,95 0 0,00 0, ,83 16, ,93 6,82 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 11,41 4,76 1,75 40, , Bhakti-Pasir Garam 0,620 PMA RR 89,98 0,21 0, ,77 2,12 5 6,25 2, ,58 2,54 0 0,00 0, ,83 16, ,53 6, ,00 3,63 1 5,00 4,69 13,80 5,75 2,12 40, , Manggis- H. Ranggi 0,370 Tapyt RR 522,59 1,23 3, ,80 2,14 1 1,25 0, ,43 2,48 0 0,00 0, ,83 16, ,52 6,11 6 8,57 3,11 0 0,00 0,00 18,89 7,88 2,90 37, Lembawai I 0,510 Tapyt RR 4.260,91 10,00 28, ,52 1,98 1 1,25 0, ,56 1,37 0 0,00 0, ,83 16, ,58 6,22 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,48 3,95 1,45 58, , Penyaringan UPTB 0,500 Tapyt RR 544,78 1,28 3, ,92 2,21 2 2,50 0, ,71 2,21 0 0,00 0, ,26 17, ,93 6,82 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,28 3,87 1,42 36, Air Ledeng 0,190 Tapyt RR 1.557,78 3,66 10, ,69 2,08 0 0,00 0, ,53 1,75 0 0,00 0, ,83 16, ,86 6,69 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 10,08 4,20 1,55 41, , Asam I 0,310 Tapyt RR 1.175,05 2,76 7, ,02 1,70 5 6,25 2, ,13 0,44 1 5,00 1, ,83 16, ,15 5,47 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 18,62 7,76 2,86 40, , Bukit Intan II 0,860 PMA RR 1.485,74 3,49 9, ,30 4,67 6 7,50 2, ,33 2,83 1 5,00 1, ,83 16, ,40 14,58 4 5,71 2, ,00 9,37 21,70 9,05 3,33 67, , Gang Gardu/Bangka 0,600 Tanah Puru RB 990,16 2,32 6, ,24 1,26 2 2,50 0, ,34 0, ,00 3, ,00 21, ,13 3,69 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 17,98 7,50 2,76 42, , Mantri 0,400 Tapyt RR 79,99 0,19 0, ,83 1,59 1 1,25 0, ,86 1,10 0 0,00 0, ,26 17, ,74 4,75 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,99 7,50 2,76 31, Opas 0,300 Tanah Puru RR 682,00 1,60 4, ,40 1,92 5 6,25 2, ,38 1,30 0 0,00 0, ,39 15, ,45 5,99 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,41 7,26 2,67 36, Merpati 0,346 Tapyt RR 92,89 0,22 0, ,27 1,84 2 2,50 0, ,79 1,08 1 5,00 1, ,39 15, ,03 5,27 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 23,98 10,00 3,68 33, Palapa 0,150 Tapyt RR 141,48 0,33 0, ,60 2,03 1 1,25 0, ,64 1,02 0 0,00 0, ,83 16, ,51 6,09 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 19,96 8,32 3,06 32, Air Mangkok - TPA 1,840 PMA/TP RR 147,04 0,35 0, ,53 1,99 2 2,50 0, ,88 3,04 0 0,00 0, ,83 16, ,57 6,19 4 5,71 2,07 1 5,00 4,69 9,70 4,05 1,49 37, Akses Mangga 0,800 Tanah Puru RB 1.941,61 4,56 12, ,96 1,67 2 2,50 0, ,23 2,02 0 0,00 0, ,57 20, ,12 5,42 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 16,15 6,73 2,48 48, , Al-Hidayah 0,460 PMA RR 334,99 0,79 2, ,03 1,70 1 1,25 0, ,18 0,84 0 0,00 0, ,83 16, ,15 5,47 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 12,91 5,38 1,98 31, Pabrik Asap 1,300 Tanah Puru RR 2.247,55 5,27 14, ,29 1,85 3 3,75 1, ,89 2,27 0 0,00 0, ,26 17, ,22 5, ,00 3,63 1 5,00 4,69 15,86 6,61 2,43 54, , Ling. Perum Bea Cukai 0,280 Tapyt RR 347,96 0,82 2, ,96 1,67 0 0,00 0, ,80 1,47 0 0,00 0, ,83 16, ,75 4, ,00 3,63 0 0,00 0,00 10,26 4,28 1,57 31, Arafuru 0,900 PMA RR 1.156,21 2,71 7, ,16 2,34 6 7,50 2, ,64 2, ,00 3, ,83 16, ,13 7,17 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 14,26 5,95 2,19 46, , Air Itam Ex-PKGB 2,800 Tanah Puru RR 1.291,83 3,03 8, ,60 2,03 5 6,25 2, ,58 3,31 0 0,00 0, ,39 15, ,57 6,19 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 5,88 2,45 0,90 40, , H. Bakri 0,220 PMA RR 261,97 0,61 1, ,95 2,22 2 2,50 0, ,82 3,02 1 5,00 1, ,83 16, ,75 6,51 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 15,85 6,61 2,43 37, Kenangan Dalam 0,173 PMA RR -82,90-0,19-0, ,29 1,85 1 1,25 0, ,73 2,60 0 0,00 0, ,83 16, ,14 5,45 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 16,87 7,04 2,59 30, Kresna 0,400 PMA RR 237,54 0,56 1, ,68 2,07 2 2,50 0, ,25 2,03 1 5,00 1, ,39 15, ,58 6,22 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 10,93 4,56 1,68 39, , Sahabat 0,360 Tanah Puru RR 612,03 1,44 4, ,02 2,27 0 0,00 0, ,77 2,23 0 0,00 0, ,26 17, ,14 7,19 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,61 7,34 2,70 38, SD. 16 Bukit Tani 0,846 Tanah Puru RR 1.696,83 3,98 11, ,46 1,95 4 5,00 1, ,26 2,03 0 0,00 0, ,83 16, ,34 5,79 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 10,00 4,17 1,53 42, , Buntu 0,300 Tanah Puru RR 378,59 0,89 2, ,84 1,60 0 0,00 0, ,84 1,48 0 0,00 0, ,26 17, ,67 4,63 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,64 7,36 2,71 32, Tembus Bukit Merapin 3,900 Tanah Puru RR 1.329,85 3,12 8, ,80 2, ,00 3, ,48 3,27 1 5,00 1, ,26 17, ,62 6,28 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 0,00 0,00 0,00 50, , Inspeksi Sungai Rangkui 1,847 Batu Pecah RR ,52-2,95-8, ,79 1,57 3 3,75 1,24 0 0,00 0,00 0 0,00 0, ,39 15, ,89 5, ,00 3,63 0 0,00 0,00 17,25 7,19 2,65 21, Bukit Berbunga 0,994 Batu Pecah RR 1.220,74 2,86 8, ,94 1,65 5 6,25 2, ,65 2,95 1 5,00 1, ,39 15, ,91 5,05 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 8,66 3,61 1,33 40, , Air Kampak 0,152 Batu Pecah RR 452,57 1,06 3, ,54 1,43 0 0,00 0, ,21 1,24 0 0,00 0, ,26 17, ,47 4,29 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 12,29 5,13 1,89 31, Kantor Lurah Semabung 0,450 PMA RR 1.661,75 3,90 11, ,00 2,25 3 3,75 1, ,86 2,65 0 0,00 0, ,39 15, ,87 6,71 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 21,10 8,80 3,24 50, , Ling. Pustu Keramat 1,500 PMA RR -109,28-0,26-0, ,17 1,78 2 2,50 0,83 0 0,00 0,00 1 5,00 1, ,39 15, ,78 4,82 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 14,31 5,97 2,20 28, Kresna Dalam 0,450 PMA RR 254,92 0,60 1, ,89 1,63 1 1,25 0, ,84 1,48 0 0,00 0, ,26 17, ,58 4,48 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,83 4,10 1,51 30, Len Listrik 0,825 PMA RR 118,60 0,28 0, ,37 1,90 3 3,75 1, ,75 1,83 0 0,00 0, ,83 16, ,07 5,33 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 16,51 6,88 2,53 32,18 34 Jumlah ,00 Ket : Skala = ( / Terbesar) x 10 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel. 4 Kriteria, Jumlah Manfaat dan Urutan Prioritas Usulan Untuk Masing-masing Ruas Jalan Penelitian Kriteria Aspek Ekonomi Aspek Layanan Sosial Aspek Layanan Transportasi PK & PJ (B = 2.840) JP (B = 0.563) FU (B = 0.330) PM (B = 0.386) UU (B = 0.370) KJ (B = 2.106) LHR (B = 1.736) HJ (B = 0.363) TA (B = 0.937) (Rp.jt) Skala Manfaat (jiwa) Skala Manfaat Skala Manfaat (buah) (Rp) Skala Manfaat Skala Manfaat (%) Skala Manfaat (smp) Skala Manfaat Skala Manfaat Skala Manfaat (buah) As (B = 0.368) Skala Manfaat (mnt) Jenis Kondisi Perkerasan Jumlah Manfaat Uruta n Anggaran Dana Priori (Rp) tas

10 D-2-10

11

EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN.

EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN. EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN. Muzain Fataruba, Ria Asih Aryani Soemitro Jurusan Teknik Sipil-Bidang

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Victory Hasan 1, Ria Asih Aryani Soemitro 2, Sumino 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam penyusunan usulan penanganan jaringan jalan Keterbatasan dana

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG Haris Fakhrozi 1, Putu Artama Wiguna 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 1, Februari 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA Rahmad Hidayatullah *), DR. Ir. Ria A.A. Soemitro, M.Eng. **), Ir. Sumino, M.MT ***) Program Magister Teknik Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Saut P. Munthe, A. Agung Gde Kartika. ST, M.Sc dan Budi Rahardjo. ST, MT Abstrak 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.

Saut P. Munthe, A. Agung Gde Kartika. ST, M.Sc dan Budi Rahardjo. ST, MT Abstrak 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Penentuan Prioritas Pemeliharaan Jalan Nasional Di Kabupaten Manokwari Saut P. Munthe, A. Agung Gde Kartika. ST, M.Sc dan Budi Rahardjo. ST, MT Jurusan Tehnik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Umum Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat, pembangunan ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA Sumiyar Pantiharso, Ervina Ahyudanari, dan Hitapriya Suprayitno Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS E-mail : labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Performa (2016) Vol. 15, No.2: 154-159 Peralihan Moda Transportasi Jasa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Yuliyani Nur Angraini 1), Meilani Rosita 2), dan Amalia

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEMEKARAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN KECAMATAN DALAM WILAYAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN Yunico Handhian 1, Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D 2 dan Ir. Wahyu Herijanto, MS 3 1 Mahasiswa Magister Manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG alan Bukit PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jalan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan pemukiman adalah agar seluruh rakyat Indonesia dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS Satriadi, R. Sutjipto Tantyonimpuno, Tri Joko Wahyu Adi Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA Abstrak Sy. Mulian Oktari 1), Sumiyattinah 2), Heri Azwansyah 2) Keberadaan jalan memegang

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Haditsah Annur haditsah@gmail.com Universitas Ichsan Gorontalo Abstrak Penempatan bidan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096 PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 2.1. Jalan Umum Menurut Fungsinya.. 9. Tabel Jalan Umum Menurut Statusnya. 10.

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 2.1. Jalan Umum Menurut Fungsinya.. 9. Tabel Jalan Umum Menurut Statusnya. 10. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Jalan Umum Menurut Fungsinya.. 9. Tabel. 2.2. Jalan Umum Menurut Statusnya. 10. Tabel 2.3. Penentuan Faktor K dan Faktor F Berdasarkan VLHR... 12. Tabel 2.4. Nilai Ekivalen

Lebih terperinci

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK Khafizan 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) Khafizan.apid@gmail.com Abstrak Jaringan jalan cenderung

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN UNTUK JALAN BERASPAL STUDI KASUS: JALAN JAYAPURA SENTANI, PROPINSI PAPUA

PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN UNTUK JALAN BERASPAL STUDI KASUS: JALAN JAYAPURA SENTANI, PROPINSI PAPUA PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN UNTUK JALAN BERASPAL STUDI KASUS: JALAN JAYAPURA SENTANI, PROPINSI PAPUA 1 Ida Ayu Ari Angreni 2 Jennie Kusumaningrum 1 2 Jurusan Teknik Sipil,Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan adalah transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya dan diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 196 Vol. 3, No. 2 : 196-207, September 2016 PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN JALAN ASPAL DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) - STUDI KASUS JALAN MALWATAR-

Lebih terperinci

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA Muh. Rasyid Ridha Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Eko Sudharmono 1, I Putu Artama Wiguna 2, Erwin Sudarma 3 Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG. EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG. Dheva Vegar Anggara Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. Jalan Mayjen Haryono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

2 pengukuran kinerja masing-masing unit kerja. Model pengukuran kinerja yang digunakan di UNS saat ini masih bersifat manual yang cenderung mengedepan

2 pengukuran kinerja masing-masing unit kerja. Model pengukuran kinerja yang digunakan di UNS saat ini masih bersifat manual yang cenderung mengedepan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai salah satu Perguruan Tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan tinggi sebagaimana dirumuskan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB Pokok Bahasan Proses Analisis Bertingkat 2 Pendahuluan AHP merupakan sebuah metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, hal ini telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal tersebut, maka Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A Tinjauan Pustaka Kajian penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan perbandingan dengan penelitian yang dilakukan dan untuk menentukan variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG ISSN 232-23 3 Pages pp. 2-33 STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG Budhi Satrya, M. Isya 2, Sugianto 2 ) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PRESERVASI INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI MELALUI HIBAH

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY M. Adhitya Verdian 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG Fredy Djunaedi dan Nadjadji Anwar Program Magister Teknik Manajemen Aset,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten 2. Hermawan, Ebby, (2005), Kajian Penerapan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada desa yang mendapat pendampingan dari Program Pemberdayaan Desa (PPD), dan pelaksanaannya didampingi oleh fasilitator

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU Oleh: Yuliantini Eka Putri Abstract Elementary school building is an infrastructure of basic education to continue

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Bagus Prasetyo (bagusprasetyo21@ymail.com) Wawan Laksito Y.S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA . PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci